Disusun Oleh :
MOH. ARIS PASIGAI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR
Penyusun,
Halaman
iv
KULIAH IV : ANALISA POTENSI BISNIS DAN PEMASARAN ............................. 32
A. Identifikasi Potensi Bisnis ........................................................... 32
B. Pengertian Pasar ........................................................................ 33
C. Tujuan Identifikasi Pasar ............................................................ 35
D. Analisa Potensi Pasar Dan Penjualan Perusahaan .................... 35
E. Segmen tasi Pasar ..................................................................... 38
F. Sasaran Pasar ........................................................................... 39
G. Strategi Pemasaran .................................................................... 40
KULIAH V : TANGGUNG JAWAB SOSIAL SUATU BISNIS ................................ 42
A. Benturan Dengan Kepentingan Masyarakat ............................... 42
B. Dorongan Tanggung Jawab Sosial ............................................. 42
C. Etika Bisnis ................................................................................. 45
D. Bentuk-Bentuk Tanggung Jawab Sosial Suatu Bisnis ................ 46
KULIAH VI : BISNIS INTERNASIONAL ................................................................ 49
A. Hakekat Bisnis Internasional ...................................................... 49
B. Alasan-Alasan Melaksanakan Bisnis Internasional ..................... 50
C. Tahap-Tahap Dalam Memasuki Bisnis Internasional .................. 53
D. Hambatan Dalam Memasuki Bisnis Internasional ...................... 55
KULIAH VII : FUNGSI PEMASARAN ..................................................................... 56
A. Pengertian Proses Pemasaran ................................................... 56
B. Pengertian Pemasaran Dan Manajemen Pemasaran.................. 57
C. Pemasaran Strategis Dan Strategi Pemasaran .......................... 58
D. Potensi Pasar/Kesempatan Pasar .............................................. 59
E. Bentuk-Bentuk Persaingan ......................................................... 61
KULIAH VIII : BAURAN PEMASARAN ................................................................... 64
A. Variabel Bauran Pemasaran ....................................................... 64
B. Strategi Produk ........................................................................... 65
C. Strategi Harga ............................................................................. 70
D. Strategi Promosi ......................................................................... 71
E. Strategi Saluran Distribusi .......................................................... 73
v
KULIAH IX : FUNGSI KEUANGAN ....................................................................... 75
A. Kebutuhan Finansial .................................................................... 75
B. Likuiditas ..................................................................................... 78
C. Rentabilitas ................................................................................. 80
D. Solvabilitas ................................................................................. 84
KULIAH X : PENILAIAN KINERJA PERUSAHAAN ............................................. 85
A. Pengertian Laverage .................................................................. 85
B. Kesehatan Finansial ................................................................... 86
C. Kredit Modal Kerja ....................................................................... 87
D. Kriteria Investasi ......................................................................... 93
KULIAH XI : FUNGSI PRODUKSI ........................................................................ 97
A. Hakekat Fungsi Produksi ............................................................ 97
B. Perencanaan Produk .................................................................. 98
C. Perencanaan Luas Produksi ....................................................... 100
D. Perencanaan Lokasi Pabarik ...................................................... 102
E. Perencanaan Layout Pabrik ...................................................... 103
F. Perencanaan Bahan Baku .......................................................... 104
KULIAH XII : FUNGSI MANAJEMEN DAN PENGEMBANGAN SDM .................... 108
A. Peranan Dan Arti Manajemen ..................................................... 108
B. Fungsi-Fungsi Manajemen ......................................................... 111
C. Proses Manajemen ..................................................................... 112
D. Manajemen Dan Kepemimpinan ................................................. 115
E. Pengembangan Sumber Daya Manusia ..................................... 118
F. Keterampilan Manajemen Yang Diperlukan ............................... 119
G. Komposisi Keterampilan Yang Dibutuhkan ................................. 122
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
Tabel T e k s Halaman
viii
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS EKONOMI
GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)
MATA KULIAH PENGANTAR BISNIS
I. Deskripsi.
Mata Kuliah ini dimaksudkan untuk memahami kedudukan badan usaha dalam
tata ekonomi, serta peranan berbagai pihak (stakeholder) dalam perkembangan
dan keberhasilan dunia usaha, fungsi-fungsi pengelolaan badan usaha dan
keterkaitan badan usaha dengan lingkungan.
IV. Materi :
A. Bisnis Dan Lingkungan
B. Pendekatan Dalam Melihat Bisnis Dan Lingkungan
C. Bentuk-Bentuk Badan Usaha
D. Analisa Potensi Bisnis Dan Pemasaran
E. Tanggung Jawab Sosial Suatu Bisnis
F. Bisnis Internasional
G. Fungsi Pemasaran
H. Bauran Pemasaran
I
I. Fungsi Keuangan
J. Penilaian Kinerja Perusahaan
K. Fungsi Produksi
L. Fungsi Manajemen Dan Pengembangan SDM
II
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS EKONOMI
SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)
KULIAH PERTAMA
Agar Mahasiswa Dapat Menjelaskan :
Pengertian Bisnis
1 KOMPETENSI
Kesempatan Bisnis/Usaha
Pengaruh Lingkungan
Bisnis Dan Lingkungan :
Pengertian Bisnis
Mengapa Mempelajari Bisnis
2 RINCIAN MATERI
Kesempatan Bisnis/Usaha
Pengaruh Lingkungan
Dinamika Lingkungan
Kuliah Mimbar
3 KEGIATAN PEMBELAJARAN
Diskusi
III
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS EKONOMI
SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)
KULIAH KEDUA
IV
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS EKONOMI
SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)
KULIAH KETIGA
V
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS EKONOMI
SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)
KULIAH KEEMPAT
VI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS EKONOMI
SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)
KULIAH KELIMA
VII
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS EKONOMI
SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)
KULIAH KEENAM
Bisnis Internasional :
Hakekat Bisnis Internasional
Alasan-Alasan Melaksanakan Bisnis
Internasional
2 RINCIAN MATERI
Tahap-Tahap Dalam Memasuki Bisnis
Internasional
Hambatan Dalam Memasuki Bisnis
Internasional
Kuliah Mimbar
3 KEGIATAN PEMBELAJARAN
Diskusi
VIII
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS EKONOMI
SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)
KULIAH KETUJUH
IX
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS EKONOMI
SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)
KULIAH KEDELAPAN
X
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS EKONOMI
SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)
KULIAH KESEMBILAN
XI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS EKONOMI
SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)
KULIAH KESEPULUH
XII
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS EKONOMI
SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)
KULIAH KESEBELAS
XIII
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS EKONOMI
SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)
KULIAH KEDUABELAS
XIV
KULIAH I
BISNIS DAN LINGKUNGAN
A. Pengertian Bisnis
Kegiatan bisnis dapat dirasakan oleh semua orang, karena kita semua
selalu terlibat dalam kehidupan sehari-hari dengan kegiatan bisnis. Kita semua
selalu terlibat dengan kegiatan bisnis tersebut hampir di setiap tempat ataupun di
setiap saat yang kesemuanya merupakan rangkaian peristiwa yang
menunjukkan hubungan kita dengan kegiatan bisnis yang beraneka ragam.
Semakin banyak ragam jenis kebutuhan kita, maka semakin banyak pula jenis
usaha bisnis itu adanya.
1
Manusia” disebutkan bahwa kebutuhan manusia itu memiliki struktur yang
berjenjang, mulai jenjang kebutuhan yang paling dasar sampai yang paling
tinggi. Adapun hierarki kebutuhan manusia itu adalah sebagai berikut :
Aktu-
Alisasi Diri
Harga Diri
Sosial
Rasa Aman
Fisiologis
2
Agar bisa menjadi manusia bisnis (Businessman) yang sukses, maka
perlu mempelajari Bisnis baik secara formal maupun non formal. Pendidikan
formal dilaksanakan melalui lembaga-lembaga pendidikan seperti Akademi,
Universitas, Sekolah Tinggi, Institut dan sebagainya. Dalam pendidikan formal ini
akan diberikan kerangka pikir dan kerangka kerja untuk dikombinasikan dengan
keterampilan dan pengalaman guna membentuk landasan usaha yang lebih
kokoh dan dinamis. Pelajaran bisnis pada umumnya akan dibagi ke dalam
beberapa bidang studi seperti Keuangan, Pemasaran, Produksi dan Operasi,
Personalia (Sumber Daya Manusia), Akuntansi, Biaya, Manajemen Umum dan
sebagainya. Tujuan mempelajari bisnis adalah untuk mempelajari konsep-
konsep, prinsip-prinsip, serta metode yang tepat dalam menjalankan bisnis
secara sehat.
3
1. Karier dimasa depan
Bisnis telah berkembang seirama dengan perkembangan bangsa pada
khususnya maupun dunia pada umumnya. Perkembangan ini tentu saja
membawa konsekuensi logis bahwa akan terbuka lebar lapangan kerja
dibidang bisnis ini. Oleh karena itu, bidang-bidang karier ini pada umumnya
meliputi keahlian di bidang-bidang :
Keuangan/Perbankan;
Pemasaran;
Akuntansi;
Produksi dan Operasi;
Personalia; dan
Data Processing.
2. Membuka bisnis sendiri atau berwiraswasta
Alasan ini banyak pula dikemukakan oleh para pelajar atau mahasiswa.
Hal ini dimaksudkan untuk mempelajari prinsip-prinsip dasar serta konsep
dan metode untuk menjalankan bisnis secara lebih profesional dan
menguntungkan. Alasan ini banyak dimiliki oleh para bisnisman yang telah
berwiraswasta untuk memperbaiki performance bisnis mereka selama ini.
Para wiraswastawan memang sangat mendambakan pengetahuan bisnis
atau manajemen bisnis ini Karena dengan metode yang lebih baik mereka
akan lebih berhasil.
3. Pengendalian masalah-masalah sosial
Dalam kegiatan bisnis sering menimbulkan gangguan dalam masyarakat
dan lingkungan, baik gangguan alami maupun gangguan manusiawi.
Gangguan tersebut dapat berupa polusi udara, polusi suara, polusi air limbah
industri, pelestarian hutan/satwa serta alam yang lain. Masalah-masalah
perburuhan juga akan muncul dari kegiatan bisnis ini misalnya tentang upah
minimum, keselamatan kerja, kesejahteraan karyawan dan lain-lain yang
banyak terkait keberhasilannya dengan kegiatan bisnis ini.
4
C. Kesempatan Bisnis/Usaha
D. Pengaruh Lingkungan
Perkembangan masyarakat sangat ditentukan oleh pengaruh lingkungan,
baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial kemasyarakatan.
Perkembangan masyarakat akan berpengaruh terhadap perkembangan bisnis.
Oleh karena itulah perlu diketahui faktor-faktor lingkungan apa yang
mempengaruhi bisnis yang dijalankan, seperti :
Faktor Alam → Ketersediaan Sumber Daya Alam
Faktor Ekonomi → Pertumbuhan Ekonomi, Kebijakan Fiskal dan Moneter
Faktor Teknologi → Metode kerja yang lebih baik dan cepat dalam pekerjaan
Faktor Sosial → Perkembangan Sosial masyarakat
Faktor Budaya → Pelestarian budaya
Faktor Pemerintah → Peraturan-peraturan dan regulasi
Hubungan Internasional → Kerja sama internasional, dan masalah
globalisasi
6
Ke semua faktor tersebut di atas akan menimbulkan kesempatan/potensi bisnis
serta pergeseran-pergeseran terhadap potensi bisnis itu. Faktor tersebut akan
berpengaruh terhadap kesempatan bisnis maupun terhadap bisnis itu sendiri
dalam menjalankan strategi bisnisnya. Hal ini dapat digambarkan berikut ini :
LINGKUNGAN BISNIS
SARANA KESEMPATAN
PRODUKSI BISNIS
E. Dinamika Lingkungan
Kondisi dan situasi lingkungan tidaklah bersifat statis akan tetapi bersifat
dinamis atau dengan kata lain akan selalu berkembang, terutama lingkungan
yang non alami yaitu lingkungan masyarakat. Perkembangan lingkungan
masyarakat akan mengakibatkan adanya pergeseran-pergeseran pada
kebutuhan masyarakat dan akhirnya akan menggeser kesempatan bisnis pula.
Oleh karena itu, masyarakat bisnis harus selalu mengikuti dinamika
perkembangan lingkungan masyarakat agar kita tidak ketinggalan dan kemudiam
kalah dalam persaingan bisnis yang semakin tajam adanya.
Dengan keberhasilan untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan
masyarakat, maka kita akan mampu bertahan dan bahkan akan memperoleh
posisi persaingan yang lebih baik. Agar kita tetap kompetitif dan berkembang,
maka kita harus selalu melakukan analisa terhadap potensi bisnis beserta
antisipasinya ataupun proyeksinya sebagai akibat dari perkembangan
limngkungan, baik lingkungan alami maupun yang non alami atau
7
kemasyarakatan. Keadaan tersebut dapat digambarkan dalam suatu skema
sebagai berikut :
SARANA LINGKUNGAN
PRODUKSI MASYARAKAT
PERKEMBANGAN
YANG MENGUNTUNGKAN
8
KULIAH II
PENDEKATAN DALAM MELIHAT
BISNIS DAN LINGKUNGAN
A. Macam-Macam Pendekatan
Oleh karena itulah maka pengusaha harus selalu berusaha untuk mampu
menyesuaikan bisnisnya dengan perkembangan lingkungan agar tetap kompetitif
dan meraih keuntungan. Hubungan antara bisnis dan lingkungan ini telah lama
ditelaah oleh para usahawan. Upaya untuk menelaah hubungan antara bisnis
dengan lingkungan dari masa ke masa telah mengalami perkembangan
pendekatan.
9
Pandangan di atas merupakan pandangan yang bersifat tradisional yang
sering disebut dengan pandangan yang berorientasi produsen atau “Producer
Oriented Approach”. Pandangan ini memang cocok dengan situasi dan kondisi
pada waktu itu dimana keadaan yang terjadi adalah keadaan yang disebut
dengan “Sellers Market” atau “Pasar Penjual”. Hal ini terjadi karena produsen
masih sangat langka sehingga apa saja barang yang dihasilkan oleh produsen
akan selalu laku terjual dan disenangi oleh lingkungan/masyarakat. Pendekatan
yang bersifat tradisional ini dapat digambarkan sebagai berikut :
KONSUMEN
PRODU
KONSUMEN SEN KONSUMEN
KONSUMEN
10
masyarakat atau konsumen sedangkan pengusaha atau produsen
mengelilinginya untuk melayani kebutuhannya secara lebih baik dan lebih sesuai
dengan keinginan serta selera lingkungan itu. Pandangan ini disebut dengan
“Consumer Oriented Approach” atau “Pendekatan yang berorientasi konsumen”
yang dapat digambarkan sebagai berikut :
PRODUSEN
KONSU-
PRODUSEN PRODUSEN
MEN
PRODUSEN
B. Hakikat Bisnis
BISNIS PASAR
12
mengidentifikasikan serta mengantisipasi kebutuhan masyarakat beserta
perkembangannya yang akan menimbulkan potensi pasar dan proyeksinya.
Sedangkan tugas ke dalam, dia haruslah memikirkan tentang faktor-faktor
produksi atau sumber-sumber daya dan dana yang tersedia untuk dimanfaatkan
secara efektif dan efisien dalam menjalankan operasinya untuk melayani
konsumen/masyarakat. Dalam hal ini akan diperlukan manajemen dan
kewirausahaan yang baik sehingga dia akan dapat memperoleh hasil yang
melebihi ongkos-ongkos atau pengorbanan yang telah dikeluarkannya.
Kelebihan itulah yang merupakan laba/keuntungan yang diperolehnya.
13
PROSES MANAJEMEN
Informasi Perintah
(Input) (Output)
Faktor Produk
Produksi PROSES LOGISTIK (Output)
(Input)
1. Keputusan Strategis.
2. Keputusan Administratif.
3. Keputusan Operasional.
14
Keputusan Operasional berkaitan dengan penentuan kegiatan-kegiatan
pada bagian operasional di perusahaan dalam hubungannya dengan aliran
proses produksi atau proses logistik.
Suatu pertanda atau gejala yang biasanya muncul bagi suatu perusahaan
yang tidak memperhatikan perencanaan strategis adalah bahwa perubahan
lingkungan akan membawa akibat yang dapat dirasakan secara tidak langsung
dan berangsur-angsur terhadap proses logistiknya. Akibat tersebut dapat berupa
keadaan di mana permintaan produk akan menjadi berkurang, problem-problem
mulai timbul di dalam penyaluran atau distribusi barang, begitu pula terhadap
penyalur bahan baku atau bahan pembantu, persaingan harga akan mulai terasa
menyengat sebagai akibat dari pesaing yang lebih agresif dan sebagainya.
Dalam melakukan diagnosis terhadap persoalan-persoalan yang timbul
dalam proses logistik tersebut di atas, pada umumnya pengusaha yang
berpandangan jangka pendek akan melihat pertama-tama pada persoalan di
bagian operasional, dan apabila ditemukan persoalan maka tindakan
pencegahan akan dilakukan pada bagian tersebut. Tetapi sebenarnya persoalan
pokok belumlah terpecahkan, sebab biasanya persoalan itu hanya merupakan
gejala saja dan bukan penyakit yang sebenarnya.
15
Apabila problem menjadi lebih serius maka pengusaha lalu berpikir ke
arah yang agak lebih dalam yaitu pada keputusan administratif. Dalam hal ini titik
berat akan dipusatkan pada organisasi, personalia, prosedur, aliran informasi
dan sebagainya. Dari perhatian tersebut maka akan dilakukan tindakan-tindakan
terhadap hal-hal tersebut di atas yaitu diadakan reorganisasi, pergeseran atau
pemecatan pegawai, perbaikan laporan-laporan dan sebagainya. Akan tetapi
apabila persoalan dasar belum terpecahkan dan perusahaan menjadi semakin
gawat maka pemecahan persoalan penyeimbangan dengan lingkungan barulah
akan dilakukan dan hal ini biasanya sudah terlambat. Oleh karena itu sejak awal
kita harus selalu berpikir jangka panjang sebagai dasar dari kebijaksanaan
jangka pendek dan jangan sebaliknya. Dengan kata lain kita harus melakukan
sinkronisasi terhadap persoalan jangka panjang dan jangka pendek atau
persoalan operasional, administratif dan strategis.
E. Konsep Nilai/Laba
16
KULIAH III
BENTUK-BENTUK BADAN USAHA
A. Pengantar
Usaha bisnis dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk. Di Indonesia
kita mengenal tiga macam bentuk badan yaitu :
1. Jenis-jenis usaha yang VITAL yaitu usaha-usaha yang memiliki peranan yang
sangat penting bagi perekonomian Negara, misalnya: minyak dan gas bumi,
baja, hasil pertambangan, dan sebagainya.
2. Jenis-jenis usaha yang menguasai hajat hidup orang banyak, misalnya :
usaha perlistrikan, air minum, kereta api, pos dan telekomunikasi dan lain
sebagainya.
17
B. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah suatu bangun usaha yang
didirikan oleh Negara dan pemilikannya dipegang oleh pemerintah atau Negara
Republik Indonesia. Bentuk-bentuk badan usaha milik Negara antara lain berupa
Perusahaan Jawatan (PERJAN), Perusahaan Negara (PN), Perusahaan Umum
(PERUM), dan Persero (PT.Persero). Bentuk Perum ini merupakan perusahaan
yang menjadi milik dan dikelola oleh suatu Departemen Pemerintah. Sebagai
contoh adalah Perum Perhutani yang bergerak dalam bidang kehutanan dan
perkayuan yang menjadi milik dan dikelola oleh Departemen Kehutanan RI.
Sedangkan Perusahaan Jawatan (Perjan) yang pemilikannya dipegang oleh
suatu Jawatan tertentu di bawah suatu Departemen. Sebagai contoh adalah
Perusahaan Jawatan Kereta Api (PERJANKA atau PJKA) yang saat ini sudah
diganti menjadi bentuk Perumka kemudian menjadi PT. Kereta Api Indonesia
(PT. KAI). Bentuk lain lagi adalah Perusahaan Negara (PN), contohnya
Perusahaan Nergara Perkebunan (PNP) yang kemudian diganti namanya
menjadi Perseroan Terbatas (PT) Persero karena pemilikan dari usaha ini oleh
Negara diwujudkan dalam bentuk Saham atau Sero dan yang bertindak sebagai
pemegang saham atau Perseronya adalah Menteri yang bersangkutan. Sebagai
contohnya adalah PT. Persero Perkebunan yang umumnya dikenal dengan
singkatan PTP (Perseroan Terbatas Perkebunan). Di samping bentuk BUMN
yang merupakan perusahaan milik pemerintah pusat, terdapat pula Badan
Usaha Milik Pemerintah Daerah (BUMD) yang menjadi milik Pemda setempat,
yang dikenal dengan sebutan Perusahaan Daerah atau disingkat dengan PD
atau PERUSDA.
Oleh karena itu keberhasilan dari usaha milik Negara/Daerah ini diukur dengan
menggunakan tolok ukur “banyaknya jumlah masyarakat yang memperoleh
pelayanan dengan harga yang wajar”.
BUMN yang bergerak dalam cabang usaha yang vital ini berusaha untuk
mengelola bidang-bidang usaha pengolahan sumber-sumber alam yang
terpendam di dalam perut bumi atau di permukaan bumi serta yang ada di dalam
air maupun udara. Sebagai contoh dari bentuk badan usaha ini adalah :
Perum-Perum Pertambangan
Perusahaan Listrik Negara (PLN)
Perum Jasa Marga
Perum Pos, Giro dan Telekomunikasi
Perum Peruri (Percetakan Uang Republik Indonesia)
PT. Persero Pindad (Perusahaan Industri Angkatan Darat)
19
Cabang-cabang usaha tersebut di atas digolongkan sebagai usaha yang vital
bagi kepentingan pembangunan bangsa dan Negara, oleh karena itu harus
dikuasai oleh Negara.
BUMN yang bergerak dalam cabang usaha yang menguasai hajat hidup
orang banyak adalah badan usaha yang mengelola sumber-sumber daya atau
sarana yang harus ditujukan bagi kehidupan dan kesejahteraan rakyat banyak.
Yang termasuk dalam golongan ini adalah :
Perum Damri
PT. Kereta Api
PT. Pelni
Perum Pegadaian
Perum Balai Pustaka
PT. Persero Aneka Gas, dan sebagainya.
Dalam hal penilaian kesehatan usaha BUMN ini terdapat suatu pedoman
penilaian yang menggolongkan tingkat kesehatan usahanya ke dalam empat
kategori yaitu :
20
Pedoman penilaian di atas tertuang dalam Surat Keputusan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor:740/KMK.00/1989 tertanggal 28 Juni 1989
sebagai penjabaran lebih lanjut dari Instruksi Presiden Nomor: 5 Tahun 1988
tentang Pedoman Penyehatan dan Pengelolaan BUMN. Penilaian tingkat
kesehatan usaha bagi BUMN/BUMD tersebut secara ringkas dapat dilihat dalam
tabel berikut :
Atas dasar kriteria penilaian tersebut di atas, maka setiap BUMN dapat
dilakukan penilaian terhadap kondisi kesehatan keuangannya sebagai dasar
dalam melakukan pengembangan yang direncanakan terhadap masing-masing
BUMN tersebut.
Bentuk badan usaha yang kedua adalah badan usaha yang pemiliknya
sepenuhnya berada ditangan individu atau swasta. Bentuk ini pada umumnya
selalu diasosiasikan sebagai bentuk usaha yang bertujuan untuk mencari
keuntungan, sehingga ukuran keberhasilannya juga dari banyaknya keuntungan
yang diperoleh dari hasil usahanya tersebut. Perusahaan yang berbentuk swasta
ini sebenarnya tidaklah selalu bermotif mencari keuntungan semata akan tetapi
terdapat pula usaha swasta yang tidak bermotif mencari keuntungan. Sebagai
21
contoh perusahaan swasta yang bermotif nir-laba adalah Rumah Sakit, Sekolah,
Akademi, Universitas, Sekolah Tinggi, Panti Asuhan dan sebagainya. Bentuk
badan usaha swasta ini dapat dibagi ke dalam beberapa macam yaitu :
1. Usaha Perseorangan
2. Firma/Kongsi atau Perserikatan
3. Perserikatan/Perseroan Komanditer (CV)
4. Perseroan Terbatas (PT atau NV), dan
5. Yayasan
Bentuk ini merupakan bentuk yang pertama kali muncul di bidang bisnis.
Bentuk ini merupakan yang paling sederhana, di mana dalam hal ini tidak
terdapat perbedaan pemilikan antara hak milik pribadi dengan perusahaan.
Harta benda yang merupakan kekayaan pribadi sekaligus juga merupakan
kekayaan perusahaan yang setiap saat harus menanggung utang-utang dari
perusahaan itu.
Semua kekayaan maupun keuntungan serta utang yang timbul dari
kegiatan bisnis semuanya menjadi milik serta tanggungan dari pemiliknya
secara pribadi. Jadi dengan demikian hak milik pribadi ikut serta menanggung
utang-utang bisnis yang dibuatnya dalam kegiatan bisnisnya itu. Bentuk
badan usaha yang semacam ini pada umumnya terjadi pada perusahaan-
perusahaan kecil misalnya bengkel mobil, toko pengecer kecil, kerajinan
serta jasa dan sebagainya.
Bentuk usaha perseorangan memiliki kebaikan-kebaikan sebagai berikut :
a. Seluruh keuntungan/laba sepenuhnya menjadi miliknya.
b. Motivasi usaha yang tinggi.
c. Bebas dan fleksibel.
d. Penanganan aspek hukum yang minimal
e. Lebih mudah memperoleh kredit.
f. Sifat kerahasiaan yang tinggi.
22
Sedangkan kelemahan-kelemahan dari usaha perseorangan ini antara lain
adalah sebagai berikut :
23
c. Kerugian yang diderita yang diakibatkan oleh seseorang anggota
harus ditanggung secara bersama oleh anggota lain.
Dengan demikian maka akan terdapat dua macam anggota yang disebut
dengan sekutu atau partner , yaitu Sekutu Pimpinan (General Partner), dan
Sekutu Terbatas (Limited Partner). Sekutu pimpinan (General Partner) yaitu
anggota yang aktif dan ikut terlibat dalam menjalankan usaha bisnisnya dan
menanggung segala utang-utang perusahaan. Sedangkan sekutu terbatas
(Limited Partner) adalah anggota yang tidak aktif dalam perusahaan, dan
bertanggung jawab terbatas terhadap utang perusahaan sebesar modal yang
disetorkan.
24
Sekutu Nominal Bukan sebagai anggota tetapi ia selalu
memberikan saran pada pengurus CV yang bersangkutan.
Sekutu Senior dan Yunior Keanggotaan berdasarkan lamanya
menanamkan investasi dan bekerja dalam perusahaan.
Modal yang ditanamkan oleh anggota dapat berbentuk saham, dan yang
berhak memegang saham adalah anggota-anggota selain sekutu pimpinan
yang disebut dengan Pesero Komandit. Saham-saham yang dikeluarkan
dapat berupa saham atas nama dan saham atas tunjuk. Perbedaan ini
penting dalam pemindah tanganan saham.
25
4. Perseroan Terbatas (PT) / Namloze Vennootschap (NV)
Perseroan Terbatas merupakan bentuk yang banyak dipilih pada saat ini
terutama untuk bisnis-bisnis yang besar. Bentuk ini memberikan kesempatan
kepada masyarakat luas untuk menyertakan modalnya ke dalam bisnis
tersebut dengan cara membeli saham yang dikeluarkan oleh perusahaan itu.
Dengan membeli saham suatu perusahaan, masyarakat akan menjadi ikut
serta memiliki perusahaan itu atau dengan kata lain mereka menjadi pemilik
perusahaan itu karena menjadi pemegang saham. Atas pemilikan saham itu
maka mereka sebagai pemegang saham berhak memperoleh pembagian
laba atau Dividen dari perusahaan tersebut.
Perseroan Terbatas (PT) merupakan suatu Perusahaan yang terdiri atas
pemegang saham (Pesero/stockholders) yang mempunyai tanggung jawab
terbatas terhadap utang-utang perusahaan sebesar modal yang mereka
setorkan. Intinya adalah Perseroan Terbatas (PT) adalah suatu bentuk usaha
yang berbadan hukum tersendiri yang berhak melakukan tindakan-tindakan
bisnis maupun hukum sendiri terlepas dari para pemegang sahamnya.
Perseroan Terbatas (PT) mengeluarkan saham dalam dua jenis, yaitu :
a. Saham Biasa (Commond Stock) Saham dengan kepemilikan tanpa hak
istimewa, artinya para pemegang saham akan mendapatkan dividen
hanya apabila perusahaan memperoleh laba.
b. Saham Istimewa/Preferent (Preferred Stock) Saham dengan
kepemilikan yang mempunyai hak istimewa, seperti :
Pembagian dividen yang didahulukan.
Pembagian dividen komulatif Berhak untuk mendapatkan dividen
setiap periode. Apabila dalam suatu periode tidak mendapatkan
dividen karena perusahaan tidak memperoleh keuntungan maka pada
periode berikutnya akan mendapat dividen secara komulatif.
Pembagian kekayaan yang didahulukan saat perusahaan dilikuidasi
atau dibubarkan.
26
Dalam Perseroan Terbatas (PT) terdapat beberapa kelengkapan dalam
Perseroan Terbatas (PT) yaitu :
27
Perseroan Terbatas (PT) terdiri dari beberapa macam, yaitu :
5. Yayasan
Yayasan merupakan bentuk organisasi swasta yang pada umumnya didirikan
untuk tujuan-tujuan sosial kemasyarakatan yang tidak berorientasi pada
keuntungan. Sebagai contoh dari bentuk ini adalah Yayasan Panti Asuhan,
Yayasan yang mengelola Sekolah-Sekolah Swasta, Yayasan Anak-Anak
Cacat dan lain sebagainya.
D. Koperasi
Ditinjau dari arti katanya, koperasi yang dalam bahasa asing “Coorporation”
dapat diartikan sebagai kerja sama. Sedangkan dalam arti bisnis koperasi
merupakan bentuk kerja sama dari para anggota dengan tujuan agar dapat
memenuhi kebutuhan mereka bersama secara lebih ekonomis. Dengan bekerja
28
sama itu maka mereka memperoleh keuntungan ekonomis yang lebih tinggi
daripada apabila mereka melakukannya secara sendiri-sendiri. Oleh karena itu
semangat koperasi ini tumbuh dari para individu yang secara sendiri-sendiri
mereka merasa lemah dan dengan bekerja sama membentuk koperasi itu
mereka akan menjadi lebih kuat. Dengan demikian koperasi dapat dibentuk oleh
para konsumen ataupun oleh para produsen. Koperasi yang dibentuk oleh para
konsumen disebut dengan Koperasi Konsumsi, sedangkan yang dibentuk oleh
para produsen disebut dengan “Koperasi Produksi”.
29
2. Tujuan Koperasi
Tujuan utama yang terkandung dari usaha bersama itu adalah agar
memperoleh kekuatan bersama sehingga akan memperoleh daya saing yang
lebih kuat. Adapun tujuan yang terkandung dalam bentuk usaha koperasi ini
adalah :
a. Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan anggotanya.
b. Meningkatkan kemakmuran yang adil dan merata bagi segenap anggota-
anggotanya.
3. Bentuk-Bentuk Koperasi
30
4. Koperasi Jasa Koperasi yang bergerak di bidang jasa pelayanan
umum yang diperlukan bagi para anggotanya.
5. Koperasi Serba Usaha Koperasi yang berusaha untuk mengelola
berbagai jenis kebutuhan yang diperlukan bagi para anggotanya.
b. Berdasarkan luas daerahnya dan keanggotaannya, yaitu :
1. Koperasi Primer Unit koperasi yang terkecil yang meliputi wilayah
yang kecil pula dan beranggotakan orang-orang. Wilayahnya pada
tingkat Desa dalam suatu Kecamatan.
2. Koperasi Pusat Koperasi yang beranggotakan paling sedikit lima
koperasi primer yang sudah berbadan hukum. Wilayahnya pada
tingkat Kabupaten.
3. Gabungan Koperasi Koperasi yang beranggotakan sekolompok
koperasi yang terdiri dari paling sedikit haruis ada tiga pusat koperasi.
Wilayahnya pada tingkat Propinsi.
4. Induk Koperasi Koperasi yang terdiri dari paling sedikit ada tiga
gabungan koperasi yang sudah berbadan hukum. Wilayahnya
secara Nasional.
31
KULIAH IV
32
dari orang atau organisasi (masyarakat) yang menjadi konsumen perusahaan itu.
Kedua titik pandang tersebut (Penjual/Pengusaha dan Pembeli/Konsumen)
dapat ditunjukkan dalam gambar sebagai berikut :
PENGUSAHA MASYARAKAT
ANALISA
PASAR
Analisa pasar ini dilakukan oleh semua orang maupun perusahaan baik
besar maupun kecil yang akan berbeda dalam hal tingkat kerumitannya, akan
tetapi semuanya melalui proses yang sama. Dari adanya analisa pasar tersebut
yang dilakukan oleh pembeli maupun penjual, maka akan terjadilah peluang
akan terjadinya transaksi jual beli yang dimulai dengan kontak/pertemuan serta
hubungan di antara mereka, sehingga terjadilah proses komunikasi dari
keduanya.
B. Pengertian Pasar
Pasar telah banyak dibahas oleh berbagai bidang ilmu. Dari segi ilmu
ekonomi, Pasar dipandang sebagai interaksi antara konsumen dan produsen.
Interaksi ini adalah sebagai cerminan dari proses analisa pasar yang dilakukan
oleh kedua belah pihak tersebut di atas. Dari proses interaksi ini maka timbullah
hubungan antara permintaan dan penawaran serta harga pasar yang berlaku
dan harga pasar yang terjadi itu disebut sebagai harga equilibrium. Dari interaksi
antara permintaan dan penawaran itu akan menentukan luas dan sempitnya
pasar (potensi pasar atau potensi bisnis) serta harga pasar yang berlaku. Hal
tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.
33
Penawaran (Supply)
Rp
Permintaan (Demand)
0 Q Jumlah
Dalam tinjauan bisnis ini di samping ditinjau mengenai kedua hal tersebut
di atas, dapat diidentifikasikan pula tentang pasar apa yang akan dilayani, di
mana pasar itu berada, seberapa luas pasar tersebut dan kemudian bagaimana
sifat-sifat serta karakteristiknya. Karakteristik pasar ini barupa kesenangannya,
kebiasaannya, tradisinya, gaya hidupnya, budaya serta tujuan dalam pemenuhan
kebutuhannya. Oleh karena itu maka analisa atau identifikasi pasar harus
mampu untuk mendapatkan gambaran tentang apa, di mana, seberapa luas
serta bagaimana sifat-sifat atau karakteristik dari pasar itu. Jadi pengusaha
harus mampu untuk mengukur besarnya potensi pasar terhadap produk yang
34
ditawarkannya dan kemudian memperhitungkan apakah potensi pasar tersebut
cukup luas untuk dilayaninya secara menguntungkan (ekonomis) atau tidak.
35
Sifat-sifat tersebut kemudian didorong atau distimulir untuk membeli
barang/jasa yang ditawarkan. Jadi bisnisman dalam hal ini lebih menitikberatkan
pada potensi pasar atau potensi bisnis dari pada konsumen pada saat ini saja
beserta sifat-sifat yang dimilikinya, karena potensi pasar merupakan fungi dari
Struktur Penduduk (Population Patern), Kemampuan Membeli (Purchasing
Power) dan Pola Konsumsi (Consumtion Patern), seperti dalam gambar berikut :
Po
li
Be
la K
ya
on s
Da
um
Potensi si
Pasar
Struktur Penduduk
36
Pola konsumsi merupakan cerminan dari perilaku konsumen terhadap
pengeluaran yang dilakukannya. Pola konsumsi ini sangat dipengaruhi oleh gaya
hidup (life style), sikap hidup, faktor-faktor psikologis, sosiologis maupun
kebudayaan (culture) yang dimiliki oleh masyarakat setempat.
M=N.U.P
Dimana :
37
Kemampuan masing-masing perusahaan tercermin dalam potensi penjualan
bagi masing-masing perusahaan, yang dapat dihitung dengan formulasi sebagai
berikut :
P=M.S
Dimana :
P = Potensi Penjualan
E. Segmentasi Pasar
38
Oleh karena itu agar segmentasi kita dapat efektif maka ada beberapa
syarat dalam melakukan segmentasi yaitu :
39
Kesempatan dari suatu perusahaan merupakan sasaran yang dapat
dijangkau oleh faktor-faktor atau sarana yang dimiliki oleh perusahaan. Sasaran
yang berada di luar jangkauan sarana produksinya bukanlah merupakan
kesempatan yang baik baginya. Manajer yang berorientasi pada pasar harus
dapat menyebutkan siapa sasaran pasarnya yaitu kelompok orang yang mana
(bukan semua orang). Sasaran pasar mengacu pada sekelompok orang tertentu
yang memiliki sifat-sifat serupa.
Pengusaha dapat mengelompokkan konsumen yang berbeda-beda itu
dan kemudian memperlakukannya secara berbeda-beda pula sesuai dengan
faktor-faktor pribadi, kelompok kecil maupun kelompok sosial dan budayanya
yang berbeda-beda tersebut. Cara ini disebut “differentiated marketing”, dimana
pengusaha memberikan perlakuan, penyajian, penyampaian dan pelayanan
(marketing mix) yang berbeda terhadap segmen pasar yang berbeda.
G. Strategi Pemasaran
41
KULIAH V
TANGGUNG JAWAB SOSIAL SUATU BISNIS
42
melaksanakan tanggung jawab sosialnya dapat diklasifikasikan menjadi empat
macam yaitu :
43
3. Penghematan energi dan pelestarian sumber daya alam
Energi yang berasal dari sumber daya alam telah banyak terkuras oleh
kegiatan bisnis. Oleh karena itu maka pemikiran penghematan penggunaan
energi perlu segera digiatkan dengan berbagai macam cara. Di samping itu
haruslah diupayakan agar segera diciptakan penggantinya, misalnya dengan
pembangunan energi tenaga surya serta tenaga nuklir yang tidak pernah
akan habis. Pemanfaatan energi air, angin serta laut yang perlu ditingkatkan
penggunaannya, sebab energi ini merupakan energi yang abadi.
Penanganan masalah energi ini pada umumnya dapat dikelompokkan
menjadi dua macam yaitu :
a. Problem jangka pendek menyangkut penghematan pemakaian energi
serta konservasi sumber alam tersebut agar dapat lebih awet dan dapat
bertahan cukup lama.
b. Problem jangka panjang meliputi 2 macam penanganan masalah :
Penciptaan sumber-sumber energi alternatif/pengganti
Koordinasi antara tujuan-tujuan sosial dengan bertambahnya
kebutuhan energi.
5. Gerakan konsumerisme
44
a. Memperoleh perhatian dan tindakan nyata oleh kalangan bisnis
terhadap keluhan-keluhan konsumen atas praktik bisnisnya.
b. Pelaksanaan strategi advertensi/periklanan yang realistik dan mendidik
serta tidak menyesatkan masyarakat.
c. Diselenggarakannya panel diskusi secara periodik antara wakil-wakil
konsumen dengan para pengusaha.
d. Perbaikan servis/pelayanan purna jual yang lebih baik serta
mengurangi kejengkelan/frustasi konsumen atas pemakaian barang-
barang yang telah dibelinya.
e. Terselenggaranya kegiatan “Public Relation” atau “PR” yang lebih
menitik beratkan pada pelayanan dengan sasaran kepuasan
konsumen dan tidak hanya promosi semata-mata.
C. Etika Bisnis
45
3. Hubungan antar bisnis
Hubungan ini merupakan hubungan antara perusahaan yang satu dengan
perusahaan yang lain. Hal ini bisa terjadi hubungan antara perusahaan
dengan pesaingnya, dengan penyalurnya, dengan grosirnya, dengan
pengecernya, agen tunggalnya maupun distributornya. Dalam kegiatan
sehari-hari tentang hubungan tersebut sering terjadi benturan-benturan
kepentingan diantara keduanya, sehingga dituntut adanya etika pergaulan
bisnis yang baik.
4. Hubungan dengan Investor
Hubungan dengan investor dapat dilakukan dengan memberi informasi
yang baik dan jujur dari bisnisnya kepada para investor atau calon
investornya. Informasi yang tidak jujur akan menjerumuskan para investor
untuk mengambil keputusan investasi yang keliru.
5. Hubungan dengan Lembaga-lembaga Keuangan.
Hubungan dengan lembaga keuangan merupakan pergaulan yang
bersifat finansial. Hubungan ini merupakan hubungan yang berkaitan dengan
penyusunan Laporan Keuangan yang berupa Neraca dan Laporan Laba Rugi
yang harus disusun dengan baik.
46
1. Pelaksanaan Hubungan Industrial Pancasila (HIP)
Banyak pengusaha yang telah menyusun dan melaksanakan hubungan
industrial Pancasila ini dalam bentuk yang sering dikenal sebagai
Kesepakatan Kerja Bersama (KKB). KKB ini merupakan sebuah pedoman
tentang hubungan antara pengusaha dengan para pekerja atau karyawan
perusahaan yang biasanya dituangkan dalam sebuah buku yang memuat
berbagai ketentuan tentang hak-hak serta kewajiban karyawan.
2. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
Wujud nyata dari amdal ini tercermin dalam pelaksanaan pengolahan
limbah industri sedemikian rupa sehingga limbah tersebut menjadi tidak
mengganggu lingkungan, karena proses produksi yang dilakukan oleh suatu
bisnis tidak jarang akan menimbulkan pencemaran lingkungan atau polusi.
3. Penerapan Prinsip Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
47
KULIAH VI
BISNIS INTERNASIONAL
1. Perdagangan Internasional
2. Pemasaran Internasional
49
Licencing
Franchising
Management Contracting
Marketing in Home Country by Host Country
Joint Venturing
Multi National Corporation (MNC)
50
suatu negara haruslah menentukan pilihan strategis untuk memproduksikan
suatu komoditi yang strategis yaitu :
a. Memanfaatkan semaksimal mungkin kekuatan yang ternyata benar-benar
paling unggul sehingga dapat menghasilkannya secara lebih efisien dan
paling murah di antara negara-negara yang lain.
b. Menitikberatkan pada komoditi yang memiliki kelemahan paling kecil di
antara negara-negara lain.
c. Mengkonsentrasikan perhatiannya untuk memproduksikan atau
menguasai komoditi atau perdagangan komoditi yang memiliki kelemahan
yang tertinggi bagi negerinya.
Ketiga bentuk strategi tersebut di atas berkaitan erat dengan adanya dua
buah konsep keunggulan yang dimiliki oleh suatu negara ketimbang negara
lain dalam satu ataupun beberapa bidang tertentu yaitu konsep “Keunggulan
Absolut” atau “Absolute Adventage” dan “Keunggulan Komparatif” atau
“Comparative Advantage”.
Konsep ini merupakan konsep yang lebih realistik dan banyak terdapat
dalam bisnis internasional, yaitu suatu keadaan dimana suatu negara
51
memiliki kemampuan yang lebih tinggi untuk menawarkan produk tersebut
dibandingkan dengan negara lain. Kemampuan yang lebih tinggi dalam
menawarkan suatu produk ini dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk
antara lain yaitu :
52
C. Tahap-Tahap Dalam Memasuki Bisnis Internasional
53
“Franchisee” sedangkan perusahaan pemberi “Franchise” disebut sebagai
“Franchisor”.
Bentuk franchise mempunyai beberapa kebaikan antara lain, yaitu :
a. Manajemen sistem yang sudah teruji
b. Memiliki nama yang sudah terkenal dan populer
c. Performance Record yang sudah mapan untuk alat penilaian.
54
D. Hambatan Dalam Memasuki Bisnis Internasional
55
KULIAH VII
FUNGSI PEMASARAN
56
konsumen itu sendiri, sedangkan stimulan eksternal adalah berupa kegiatan
pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan lewat produknya, harga jualnya,
promosinya serta cara penyalurannya. Stimulan internal sering juga disebut
sebagai “Inner Driven” atau rangsangan yang berasal dari dalam diri
konsumen itu sendiri, sedangkan stimulan eksternal sering disebut “Outer
Driven” atau rangsangan dari luar konsumen.
Dari uraian tersebut di atas maka apabila ditinjau dari sudut pandang para
pengusaha maka “Proses Pemasaran merupakan proses tentang bagaimana
pengusaha dapat mempengaruhi konsumen agar konsumen tersebut menjadi
tertarik (tahu), senang, kemudian membeli dan akhirnya puas terhadap produk
yang dipasarkannya”.
57
Pertanyaannya adalah definisi mana yang benar? Jawabannya adalah
bahwa pemasaran mengandung kedua-duanya, sebab pada kenyataannya
memang pemasaran meliputi kedua aspek tersebut, baik aspek makro maupun
aspek mikro. Oleh karena itu William J Stanton mendefinisikan Pemasaran
sebagai sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan
barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang
ada maupun pembeli potensial.
58
Perbedaan antara kata strategi dan operasional dapat dijelaskan dengan
baik dalam ungkapan kalimat sebagai berikut :
1. Anda telah melakukan tindakan yang benar (You did the right thing)
2. Anda telah melakukan tindakan dengan benar (You did the thing right)
Kalimat yang pertama mengandung arti strategis, sedangkan kalimat yang kedua
mengandung arti operasional. Untuk itulah maka kita harus mempertimbangkan
kedua hal tersebut di atas yaitu : Pertama kita harus memilih tindakan yang
benar (Pemasaran Strategis) dan kemudian berusaha melakukan yang telah kita
pilih (strategis) tadi dengan cara yang benar (Strategi Pemasaran).
Tindakan yang akan kita lakukan haruslah dianalisa sehingga kita dapat
melakukan tindakan yang benar (strategis), sebaliknya tindakan yang tidak
direncanakan dengan baik akan berakibat pada tindakan yang tidak strategis
(tidak benar) atau dengan kata lain salah. Tindakan yang telah dipilih tersebut
selanjutnya harus kita rencanakan lebih lanjut agar tindakan yang strategis itu
dapat kita laksanakan dengan benar. Perencanaan pada tahap ini disebut
dengan Perencanaan Operasional sedangkan pada tahap sebelumnya disebut
dengan Perencanaan Strategis.
59
sarana yang dimiliki oleh perusahaan. Sasaran yang di luar jangkauan sarana
produksinya bukanlah merupakan kesempatan pasar baginya.
Sebagai gambaran terhadap masalah ini dapat kita uraikan dengan
menggunakan gambar “Matrix Produk Pasar” atau “Product Market Matrix”
sebagai berikut.:
Gambar 11 : Matriks Produk Pasar
P
Pengembangan Pengembangan
R Baru
Produk Usaha
O
D
U Lama Penguasaan Pengembangan
K Pasar Pasar
Lama Baru
Lama Baru
PASAR
1. Penguasaan Pasar
60
2. Pengembangan Pasar
Pada bidang ini kita berusaha untuk menaikkan penjualan dengan
menjual produk lama ke pasar yang baru. Ini bisa dicapai mungkin hanya
dengan memasang advertensi pada media lain yang dapat menjangkau
pasar baru tersebut. Mungkin juga dengan menambah saluran distribusi
untuk daerah baru tersebut.
3. Pengembangan Produk
Pada bidang ini kita menawarkan produk baru atau modifikasi dari
produk lama kepada pasar baru. Dalam hal ini perusahaan harus mengetahui
kebutuhan dan keinginan konsumen atau pasar dan harus melihat perubahan
apa yang harus dilakukan terhadap produknya, misalnya bentuknya,
kualitasnya, jenisnya, atau tipe dari padanya, sehingga dapat memberikan
kepuasan yang lebih besar kepada konsumennya.
4. Pengembangan Usaha (Produk dan Pasar Baru)
Kesempatan yang paling sukar untuk ditempuh adalah menghasilkan
produk baru untuk dijual ke pasar yang baru pula. Tentu saja hal ini akan
membawa konsekuensi yang jauh lebih sukar karena kita tidak atau belum
tahu akan sifat-sifat pasar yang baru tersebut, dan kita juga belum tahu akan
kekuatan dan kelemahan dari produk kita yang juga masih baru.
E. Bentuk-Bentuk Persaingan
61
menurunkan harga jual produknya guna merebut hati para konsumennya. Hal ini
sering dikenal sebagai “Perang Harga”.
Sehubungan dengan perebutan pasar yang berupa persaingan tersebut
kita dapat membedakan beberapa bentuk persaingan yaitu :
Persaingan Sempurna (Pure Competition)
Persaingan Monopolistik (Monopolistic Competition)
Persaingan Oligopoli (Oligopolistic Competition)
Monopoli (Monopoly)
62
Bentuk persaingan yang terakhir adalah bentuk persaingan Monopoli.
Dalam hal ini hanya ada satu pengusaha yang merupakan satu-satunya
perusahaan yang melayani kebutuhan seluruh masyarakat dan karena hanya
ada satu maka tentu saja akan merupakan perusahaan yang sangat besar atau
raksasa.
Bentuk-Bentuk
Persaingan / Persaingan Persaingan Persaingan Monopoli
Indikator Sempurna Monopolistik Oligopoli
Jumlah Sangat
Banyak Sedikit Satu
Pengusaha Banyak
Persaingan
Tajam Cukup Ringan Tanpa
Harga
63
KULIAH VIII
BAURAN PEMASARAN
64
Gambar 13 : Bauran Pemasaran
PRODUK
KONSUMEN
PROMOSI HARGA
DISTRIBUSI
B. Strategi Produk
Agar strategi produk kita dapat lebih efektif dalam rangka mempengaruhi
konsumen untuk tertarik dan membeli dan kemudian mereka menjadi puas maka
kita harus mempelajari beberapa hal tentang strategi ini yaitu :
Konsep Produk
Siklus Kehidupan Produk
Jenis-Jenis Produk
1. Konsep Produk
Konsep produk merupakan suatu pengertian atau pandangan konsumen
terhadap suatu produk yang dibutuhkan dan diinginkannya. Konsumen akan
memiliki konsep atau pandangan tertentu dan memberikan dua arti terhadap
suatu produk, yaitu arti teknis atau fungsi dan arti yang bersifat Nonteknis
65
atau sering dikenal dengan aspek Sosial Budaya. Oleh karena itu maka suatu
produk yang akan ditawarkan kepada konsumen haruslah dapat memberikan
arti yang cocok bagi konsumennya baik arti teknis maupun nonteknis atau arti
sosial budayanya.
Produk yang mampu memberikan arti terhadap kedua sifat tersebut akan
mampu untuk menarik konsumen dan kemudian membuat konsumen
tersebut terdorong untuk membelinya dan setelah membeli mereka akan
dapat menjadi puas sehingga akan terjadilah pembelian yang berulang-ulang
oleh konsumen terhadap produk tertentu itu. Dalam hal semacam ini maka
produk tersebut akan dapat dikatakan sebagai produk yang mampu untuk
menjual dirinya sendiri. Sebaliknya produk yang tidak mampu memberikan
kedua arti itu akan sulit untuk dapat menarik perhatian konsumen apalagi
mendorong untuk membelinya.
Volume
Penjualan
III
IV
II
I Waktu
66
Tahap yang paling awal dari masa hidupnya suatu produk dimulai dari
suatu tahap yang disebut sebagai tahap “Perkenalan atau Introduction”.
Pada masa ini produk tersebut baru diperkenalkan oleh pengusaha kepada
masyarakat. Efektivitas tahap ini tentu saja diukur dari banyaknya anggota
masyarakat yang menjadi kenal akan produk tersebut. Apabila tahap ini tidak
efektif maka tentu saja tahap-tahap berikutnya akan terhalang dan juga akan
tidak efektif pula jadinya.
67
3. Jenis - Jenis Produk
Agar kita dapat memasarkan produk kita dengan baik maka perlu kita
mengetahui produk kita itu termasuk dalam jenis yang mana, karena masing-
masing jenis produk akan memerlukan penanganan yang berbeda dalam
memasarkan produk tersebut agar berhasil. Dalam hal ini kita mengenal ada
beberapa penggolongan produk yaitu :
68
pengeluaran yang cukup tinggi. Karena sifatnya yang mahal tersebut
maka konsumen pada umumnya selalu membanding-bandingkan harga
antara produk yang satu dengan produk yang lain sebelum mereka
memutuskan untuk membeli barang tersebut.
b. Barang Industrial
Barang industrial adalah merupakan barang yang memiliki sifat
yang berbeda dengan barang konsumsi. Barang industri dibutuhkan dan
dibeli oleh konsumen tidak untuk memenuhi kebutuhannya sendiri untuk
konsumsi sendiri, akan tetapi barang tersebut dibeli untuk dipergunakan
sebagai alat usaha atau alat berproduksi lagi ataupun dijualnya kembali
dalam menjalankan usaha bisnisnya, baik bisnis yang bersifat mencari
keuntungan maupun yang bersifat niar laba.
Oleh karena sifat penggunaannya yang tidak untuk dikonsumsikan
sendiri melainkan untuk diusahakan lagi dalam bisnis maka pada
umumnya motif pembelian bagi jenis barang industrial ini tidak bersifat
emosional akan tetapi lebih bersifat rasional atau atas dasar
pertimbangan untung rugi atau pertimbangan biaya. Adapun barang yang
termasuk jenis ini ada beberapa macam yaitu barang yang oleh
pembelinya akan digunakan sebagai :
Bahan Baku
Bahan Pembantu
Peralatan Produksi
Mesin-mesin Pabrik
Peralatan Administrasi Kantor dan sebagainya.
69
C. Strategi Harga
70
image dan produk tersebut akan dikenal sebagai barang yang murah harganya
atau barang murah. Perbedaan kebiasaan, keinginan serta selera akan
mengakibatkan strategi lama menjadi tidak efektif lagi bagi konsumen yang baru.
Oleh karena itu hendaklah dipergunakan strategi yang dapat menjaga agar
image tetap terjaga sehingga akan menjadikan efektifitas kegiatan pemasaran
kita tetap tinggi.
Dasar penetapan harga yang lain adalah atas dasar persaingan. Dalam
hal ini kita menetapkan harga menurut kebutuhan perusahaan dalam hal
persaingannya dengan perusahaan lain yang sejenis dan merupakan pesaing-
pesaingnya. Dalam situasi tertentu sering perusahaan harus menetapkan harga
jualnya jauh di bawah biaya produksinya. Hal ini dilakukan karena pertimbangan
untuk memenangkan persaingan. Cara lain yang dapat dilakukan oleh
perusahaan dalam melawan pesaingnya adalah dengan menerapkan potongan
harga atau discount, pembelian secara kredit atau angsuran atau yang lebih
dikenal dengan istilah “Leasing” dan termasuk pula pemberian hadiah.
D. Strategi Promosi
71
Advertensi merupakan alat utama bagi pengusaha untuk mempengaruhi
konsumennya. Advertensi ini dapat dilakukan oleh pengusaha lewat surat kabar,
radio, majalah, televisi ataupun dalam bentuk poster-poster yang dipasang di
pinggir jalan atau tempat-tempat yang strategis. Dengan membaca atau melihat
advertensi itu diharapkan para konsumen atau calon konsumen akan
terpengaruh lalu tertarik untuk membeli produk yang diiklankan tersebut. Oleh
karena itu maka advertensi ini haruslah dibuat sedemikian rupa sehingga
menarik perhatian para pembacanya.
72
Publisitas merupakan cara yang biasa digunakan juga oleh pengusaha
untuk membentuk pengaruh secara tidak langsung kepada konsumen agar
mereka menjadi tahu dan menyenangi produk yang dipasarkannya. Cara ini
dilakukan dengan memuat berita tentang produk atau perusahaan yang
menghasilkan produk tersebut di mass media. Dengan memuat berita itu maka
para pembaca secara tidak sadar telah dipengaruhi oleh berita tersebut. Yang
membedakan publisitas ini dengan iklan adalah bahwa publisitas itu bersifat
berita yang tidak komersial sedangkan iklan lebih bersifat komersial di mana
perusahaan yang memasang itu harus membayar untuk keperluan tersebut.
73
2. Saluran distribusi tidak langsung
74
KULIAH IX
FUNGSI KEUANGAN
A. Kebutuhan Finansial
1. Kebutuhan Operasional
Disamping modal kerja atau modal usaha ini terdapat pula kebutuhan
akan barang modal tetap (aktiva tetap) yang berupa mesin-mesin, gedung
tempat usaha, peralatan kerja, peralatan kantor dan sebagainya. Selain dari
pada itu dalam melaksanakan operasi perusahaan maka akan dibutuhkan
pula “Goodwill”. Goodwill ini dapat berupa lokasi yang strategis dari sebuah
tempat usaha, nama baik yang diperoleh perusahaan dari para konsumennya
atau masyarakat banyak dan sebagainya.
75
tidak memiliki nama baik tersebut. Jadi secara ringkas maka kebutuhan
operasional suatu perusahaan terdiri dari :
Proporsi besarnya kebutuhan dari tiga jenis kebutuhan itu bagi masing-
masing perusahaan tentu saja akan sangat berbeda dan akan tergantung dari
jenis usahanya. Perbandingan antara modal kerja dengan modal tetap yang
dibutuhkan oleh perusahaan sering disebut dengan Struktur Kekayaan atau
Struktur Aktiva.
Ditinjau dari segi asalnya maka sumber dana dapat dibagi menjadi dua
macam yaitu :
76
Kalau ditinjau dari segi pemilikannya maka dapat dikelompokkan menjadi :
1. Modal Asing
2. Modal Sendiri.
Pembagian yang lain adalah atas dasar waktu yang tercakup dalam sumber
dana tersebut maka dapat dibagi menjadi :
Sumber dana asing adalah sumber dana yang mana pemilik dari sumber
dana tersebut adalah merupakan pihak luar dari perusahaan itu. Sumber
dana macam ini pada kongkritnya adalah berupa utang kepada pihak luar,
baik utang jangka pendek maupun utang jangka panjang. Sedangkan sumber
dana sendiri yaitu sumber dana dimana pemilik dana itu adalah merupakan
pemilik perusahaan itu sendiri. Sumber dana ini sering disebut Modal Sendiri
atau Owner’s Equity.
Sumber dana ekstern adalah sumber dana yang berasal dari luar
perusahaan atau berasal dari masyarakat umum diluar perusahaan. Dalam
hal ini maka modal asing maupun modal saham adalah merupakan sumber
dana yang berasal dari luar perusahaan karena keduanya adalah berasal dari
masyarakat umum diluar perusahaan. Modal saham yang merupakan modal
sendiri itu termasuk sumber dana ekstern karena menurut asalnya maka
dana tersebut berasal dari masyarakat umum yang kemudian kita tarik
dengan cara menjual saham-saham kita kepada mereka.
Sumber dana intern adalah sumber dana yang berasal dari dalam
perusahaan itu sendiri. Sumber tersebut muncul dari adanya hasil yang
diperoleh dari jalannya usaha yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Dari
usahanya itulah perusahaan akan memperoleh hasil serta laba atau profit.
Segala hasil atau keuntungan yang diperoleh dari usahanya itulah yang dapat
dimanfaatkan untuk membelanjai kebutuhannya sehari-hari. Laba yang
77
didapatkan dari hasil usaha itu sebagian dapat dibagikan kepada para
pemegang saham yang berupa dividen sedangkan sisanya dapat ditahan
oleh perusahaan untuk keperluan pembelanjaannya. Pembelanjaan yang
berasal dari laba hasil usaha itulah yang merupakan sumber dana intern.
B. Likuiditas
Adapun alat likuidnya tentu saja yang paling likuid adalah uang kas.
Dengan uang kas itulah perusahaan akan dapat membayar seluruh kewajiban-
kewajiban finansialnya. Disamping uang kas masih ada alat likuid yang lain yaitu
piutang, barang-barang dagangan maupun surat-surat berharga atau efek yang
mudah diperjual belikan yang dimiliki oleh perusahaan. Alat-alat likuid selain kas
harus melewati tahap tertentu terlebih dahulu baru dapat digunakan.
1. Current Ratio
Current ratio dihitung dengan membandingkan antara Aktiva Lancar (Current
Asset) dengan Utang Jangka Pendek (Current Liabilities) sebagaimana dapat
dirumuskan sebagai berikut :
78
=
Dimana : CR = Current Ratio
CA = Current Asset (Aktiva Lancar)
CL = Current Liability (Utang Lancar)
Uang kas adalah merupakan alat likuid yang paling likuid, artinya sangat
mudah digunakan untuk membayar kewajiban finansial. Sedangkan piutang
merupakan alat likuid yang agak kurang likuid dibandingkan dengan uang
kas, apalagi persediaan barang dagangan akan lebih tidak likuid lagi.
Dalam hal quick ratio ini kita membandingkan antara alat likuid yang memiliki
tingkat likuiditas tinggi yaitu uang kas dan piutang disatu pihak dengan
dengan kewajiban finansialnya. Adapun alat likuid tersebut adalah berupa kas
serta piutang, sedangkan persediaan barang merupakan alat likuid yang tidak
termasuk disini karena sifatnya yang kurang likuid sehingga tidak
diperhitungkan dalam ratio ini. Jadi dalam hal ini kita membandingkan antara
kas dan piutang dengan utang-utang jangka pendek. Oleh karena itu acid test
ratio atau quick ratio (QR) ini dapat dinyatakan sebagai berikut :
+ −
= =
79
3. Cash Ratio
ChR =
! "# $ "% &
C. Rentabilitas
$ ( /01)
RE = =
)*! + ,- . " )*! + 2*3 +
80
sendirinya. Dalam hal ini kita membandingkan antara laba yang menjadi bagian
dari modal sendiri dengan modal sendiri yang digunakan dalam pembelanjaan,
sebagaimana dapat dinyatakan sebagai berikut :
Adapun laba yang menjadi bagian dari Modal Sendiri itu adalah bukan seluruh
laba akan tetapi total laba atau laba bruto dikurangi dengan beban bunga dan
pajak penghasilan. Laba sesudah dikurangi bunga dan pajak ini sering disebut
laba neto atau Earning After Tax yang disingkat EAT. Dalam hal rentabilitas
ekonomi maka laba yang diperhitungkan adalah laba bruto yang merupakan laba
sebelum dikurangi bunga dan pajak sehingga disebut Earning Before Interest
and Tax yang disingkat EBIT.
Profit Margin adalah bagian laba yang dihasilkan oleh penjualan yang
dapat direalisasikan oleh perusahaan dalam periode tertentu, yang dapat
dinyatakan sebagai berikut :
/01)
PM = X 100%
:,";< + "
81
Sedangkan perhitungan profit margin untuk per unit produk dilakukan dengan
membandingkan laba per unit produk dengan harga jual per unit produk, yang
dapat dinyatakan sebagai berikut :
Tingkat perputaran aktiva atau asset turnover adalah suatu angka yang
menunjukkan tingkat kecepatan perputaran dari aktiva tersebut di dalam
operasi perusahaan. Tingkat perputaran aktiva adalah merupakan
perbandingan antara hasil penjualan yang diperoleh dengan aktiva yang
digunakan atau diputarkan dalam usaha itu. Dengan demikian maka tingkat
Perputaran Aktiva atau Asset Turnover (ATO) dapat dihitung sebagai berikut :
B 7+ :,";< + "
ATO =
)*! + 8-!7H
Dari uraian tentang profit margin dan asset turnover dapatlah kita ketahui
lebih lanjut bahwa pada hakekatnya rentabilitas ekonomi tidak lain adalah
merupakan hasil kali dari dua faktor tersebut yaitu :
RE = PM X ATO
$ ( B 7+ :,";< + " $ (
RE = X =
B 7+ :,";< + " )*! + 8-!7H )*! + 8-!7H
82
1. Peningkatan Profit Margin
Peningkatan profit margin ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
a. Menaikkan Harga Jual
Dengan menaikkan harga jual secara hati-hati tanpa menaikkan harga
pokoknya atau menaikkan harga jual lebih tinggi daripada harga pokok .
Dalam hal semacam ini maka usaha untuk menaikkan harga jual hanyalah
akan menambah profit margin per unit, sedangkan profit margin secara
total belum tentu akan bertambah karena volume penjualan akan turun
sebagai akibat dari menaikkan harga jual tersebut.
b. Meningkatkan Efisiensi
Dengan meningkatnya efisiensi maka akan berakibat pada harga pokok
produksi akan menjadi lebih rendah. Dengan cara ini maka profit margin
akan naik.
83
D. Solvabilitas
84
KULIAH X
PENILAIAN KINERJA PERUSAHAAN
A. Pengertian Leverage
Leverage Factor
85
ilustrasi misalnya terdapat Leverage Factor (LF) sebesar 40% maka hal ini
berarti bahwa kita menggunakan kekayaan atau sumber dana yang menanggung
beban tetap sebesar 40% dari total kekayaan atau sumber dana yang kita pakai.
Atau dapat pula berarti bahwa kita menggunakan aktiva tetap sebesar 40% dari
total aktiva yang kita pergunakan. Sehubungan dengan hal ini maka pengertian
leverage pada umumnya selalu dikaitkan dengan masalah financial leverage dan
jarang yang menganggapnya sebagai operating leverage. Jadi setiap kita
mendengar atau mengatakan leverage maka selalu yang dimaksudkan adalah
financial leverage dan bukan operating leverage, meskipun sebenarnya
pengertian leverage ini ada dua yaitu operating dan financial leverage.
B. Kesehatan Finansial
86
ditentukan pemerintah yang tertera pada SK Menteri Keuangan RI Nomor
740/1989 yang isinya terlihat pada tabel di bawah ini :
87
Modal kerja untuk kebutuhan sehari-hari merupakan kebutuhan jangka
pendek yang sebaiknya juga dipenuhi atau dibelanjai dengan menggunakan
sumber dana jangka pendek pula yaitu Kredit Jangka Pendek (KJD) namun
dapat pula dipenuhi dengan Kredit Jangka Panjang (KJP), sedangkan untuk
memenuhi kebutuhan modal kerja permanen sebaiknya dipenuhi dengan Kredit
Jangka Panjang (KJP). Pandangan semacam ini (pandangan yang konservatif)
masih terlalu mendasar, oleh karena itu kita harus meninjaunya lebih analitis lagi
yaitu kita harus melihat perongkosannya atau beban finansialnya. Dalam tinjauan
atas beban finansial terhadap cara pembelanjaan ini akan berhubungan dengan
beberapa konsep seperti :
Modal Optimum dan Optimum Modal
Jangka Waktu Kritis.
88
Bagaimana cara menentukan Modal Optimum atau bagaimana kita akan
memecahkan masalah Optimum Modal itu, hal ini terkait dengan konsep
“Jangka Waktu Kritis” atau disingkat “Jangka Kritis”.
2. Jangka Kritis
89
Perhitungan jangka kritis ini dapat kita gunakan rumus sebagai berikut :
JK = X 12 bulan
Dimana :
JK = Jangka Kritis
BKJP = Bunga Kredit Jangka Panjang
BKJD = Bunga Kredit Jangka Pendek
BD = Bunga Deposito
Apabila kita mengetahui bahwa tingkat bunga kredit jangka pendek adalah
sebesar 4% per bulan, bunga kredit jangka panjang adalah 2,2% per bulan,
sedangkan bunga deposito yang berlangsung pada saat ini adalah 1,3% per
bulan atau 16% per tahun, maka dapat kita menghitung jangka kritisnya
adalah sebagai berikut :
, , ,
JK = = = =
, , ,
90
Berdasarkan kebutuhan modal kerja dalam tabel tersebut di atas,
selanjutnya kebutuhan modal kerja tersebut dapat diproses sebagaimana
dalam grafik berikut :
Kebutuhan Dana
800
500
400
250
Waktu (Triwulan)
0 1 2 3 4
Gambar 15 :
Kebutuhan Modal Kerja Berdasar Lama Kebutuhan
91
Tahap berikutnya dalam rangka untuk dapat memperoleh modal optimum
adalah menentukan cara pembelanjaan terhadap kebutuhan modal kerja
tersebut. Tahap ini adalah memperhitungkan jangka kritis terhadap jangka
waktu masing-masing kebutuhan modal kerja yang telah dirinci seperti pada
tabel 4 di atas. Untuk memperhitungkan jangka kritisnya maka kita dapat
mempergunakan pedoman pembelanjaan sebagai berikut :
Dari perhitungan tersebut di atas maka secara total kita haruslah mengambil
kredit jangka panjang sebesar Rp. 500.000,00 yaitu total kebutuhan kredit
untuk jangka panjang, sedangkan untuk kredit jangka pendek sebesar
Rp. 300.000,00 untuk 3 (tiga) bulan yaitu pada triwulan kedua.
92
D. Kriteria Investasi
93
Payback Period = !"
#
Jika proceeds setiap tahunnya tidak sama besarnya maka payback period
dapat dicari dengan jalan mengurangkan proceeds tiap tahunnya itu kepada
nilai investasinya sehingga akhirnya nilai investasi tersebut akan habis atau
tertutup oleh proceeds itu. Berapa lama proceeds itu dapat menutup nilai
investasinya maka akan merupakan payback periodnya. Metode payback
period ini memiliki beberapa kelemahan seperti :
Mengabaikan time value of money
Lebih mementingkan pada pengembalian investasi dari pada aspek
laba dalam waktu umur investasi sehingga cash flow sesudah umur
payback period tidak diperhitungkan.
Adapun keunggulan dari metode ini adalah metode ini sangat sederhana
sehingga mudah dalam memperhitungkannya.
Metode ini memperhatikan nilai waktu dari uang, maka proceeds atau
cash flow maupun investasi harus didiskontokan atas dasar faktor diskonto
yang berlaku pada saat itu. Dalam hal ini kita mendasarkan diri pada present
value of money atau nilai waktu terhadap uang yaitu suatu pandangan bahwa
nilai uang pada saat ini tidak sama dengan nilai uang dikemudian hari. Nilai
uang sekarang akan selalu dinilai lebih tinggi daripada nilai uang dikemudian
hari. Sebaliknya nilai uang pada tahun-tahun yang akan datang dikemudian
hari tentu saja akan dinilai lebih rendah dari nilai uang sekarang.
Perbedaan nilai uang sekarang dan uang dikemudian hari ini disebabkan
oleh beberapa faktor antara lain faktor bunga. Faktor bunga akan
mempengaruhi nilai uang ini karena uang tersebut dapat didepositokan di
Bank sehingga uang tersebut pada saat ini akan menjadi lebih besar
dikemudian hari karena akan bertambah dengan besarnya bunga deposito
94
tersebut. Faktor lain adalah faktor resiko, yaitu bahwa uang yang sudah
diterima pada saat ini akan memiliki resiko yang lebih kecil atau bahkan dapat
dikatakan tidak mengandung resiko. Sedangkan uang yang masih akan
diterima dikemudian hari akan selalu mengandung resiko untuk tidak dapat
kita diterima. Oleh karena itulah maka nilai uang sekarang akan selalu dinilai
lebih tinggi daripada uang dikemudian hari. Faktor yang lain lagi adalah faktor
atau “teori ego”. Dalam teori ini setiap orang akan selalu beranggapan bahwa
uang yang ditangannya pada saat ini akan memiliki nilai yang lebih tinggi dari
pada uang yang belum ada ditangannya atau baru akan diterimanya
dikemudian hari. Oleh karena itulah maka cash flow dari investasi ini baik
proceeds maupun nilai investasinya sendiri haruslah dicari nilai sekarangnya
atau present valuenya atau dipresent valuekan.
Adapun cara menilai sekarangkan adalah dengan menggunakan faktor
diskonto. Besar kecilnya faktor diskonto ini akan sangat ditentukan oleh
tingginya tingkat bunga deposito yang berlaku pada saat itu. Hal ini karena
memang faktor tingkat bunga deposito merupakan faktor yang dominan
dalam menentukan tingkat diskonto. Dengan jalan menilai sekarangkan
investasi dengan proceeds maka kita akan memperoleh nilai sekarang dari
proceeds yang merupakan penerimaan uang bersih dengan nilai sekarang
dari investasi yang merupakan pengeluaran uang. Apabila kedua nilai dari
outlays/investasi maka selisih dari kedua nilai itu akan menghasilkan Net
Present Value (NPV) atau nilai sekarang bersih dari investasi itu. Apabila
NPV ini positif berarti bahwa investasi itu akan mendatangkan keuntungan,
sedangkan apabila negatif berarti akan merugikan. Oleh karena itu maka cara
mencari NPV adalah sebagai berikut :
NPV = +( + ….. +( -(
( %) %) % )'
95
Dimana : P = Proceeds
+ + ….+ = (
( + ) ( + ) ( + )'
P = Proceeds
96
KULIAH XI
FUNGSI PRODUKSI
Bagian produksi adalah suatu bagian yang ada dalam perusahaan yang
bertugas untuk mengatur kegiatan-kegiatan yang diperlukan bagi
terselenggaranya proses produksi. Dengan mengatur kegiatan ini maka
diharapkan proses produksi akan berjalan dengan lancar dan hasil produksipun
akan bermutu tinggi sehingga dapat diterima oleh masyarakat pemakainya.
Bagian produksi dalam menjalankan tugasnya tidaklah sendirian akan tetapi
bersama-sama dengan bagian-bagian lain seperti bagian pemasaran, bagian
keuangan, serta bagian akuntansi. Oleh karena itu haruslah diadakan koordinasi
kerja agar semua bagian dapat berjalan seiring dan seirama serta dapat
dihindarkan dari benturan-benturan kepantingan antar bagian-bagian dalam
perusahaan.
1. Tepat Jumlah
2. Tepat Mutu
3. Tepat Waktu
4. Tepat Ongkos/Harga
Dengan berpedoman pada empat hal di atas maka bagian produksi akan
dapat mencapai sasarannya dengan baik. Keempat hal tersebut dapat dikenal
dengan mudah sebagai “empat tepat”. Adapun tugas tersebut secara garis
besarnya dapat kita bagi menjadi beberapa macam yaitu : Perencanaan Produk,
Perencanaan Luas Produksi, Perencanaan Lokasi Pabrik, Perencanaan Layout
97
Mesin dan Fasilitas Pabrik, Perencanaan Bahan Baku, Pengaturan Tenaga
Kerja, dan Pengawasan Kualitas.
B. Perencanaan Produk
1. Atribut Produk
Atribut suatu produk terdiri dari dua macam aspek yaitu : Aspek Teknis
dan Aspek Nonteknis. Atribut yang beraspek teknis adalah yang berkaitan
dengan kemampuan teknis dari produk tersebut. Aspek ini merupakan aspek
yang kasat mata atau dapat dilihat dengan mata. Aspek ini sering juga
disebut sebagai tangible aspect atau aspek yang kasat mata.
Aspek yang nonteknis merupakan aspek yang tidak kasat mata atau
intangible aspect. Aspek ini hanya dapat ditemukan dengan mata hati atau
rasa atau feeling. Aspek ini merupakan perasaan atau persepsi konsumen
apabila dia menggunakan atau memakai produk tertentu. Aspek non teknis
merupakan aspek-aspek sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat
tertentu di suatu daerah atau Negara tertentu. Aspek-aspek sosial macam ini
dalam masyarakat pada saat ini justru lebih menentukan ketimbang aspek
teknis dari suatu produk.
98
2. Posisi Produk
Setiap produk akan selalu memiliki jangkauan masa hidup yang berbeda-
beda. Ada produk yang memiliki masa hidup yang panjang dan ada pula yang
hanya memiliki masa hidup yang sangat pendek. Masa hidup suatu produk
mulai dari saat dilansir atau dikeluarkan oleh perusahaan ke masyarakat luas
sampai dengan menjadi tidak disenangi lagi oleh konsumen merupakan
siklus kehidupan produk atau sering juga disebut “Daur Hidup Produk”.
4. Portofolio Produk
99
C. Perencanaan Luas Produksi
100
Biaya, Hasil
(Rp)
Vol. Produksi
BEP
Dari gambar tersebut kita dapat mengetahui titik impasnya di mana pada
saat itu perusahaan tidak untung dan tidak rugi. Titik itu merupakan jumlah
minimal yang harus diproduksi, karena apabila kurang dari itu maka perusahaan
akan menderita kerugian. Oleh karena itu maka target produksi kita haruslah
lebih tinggi dari titik BEP tersebut. Untuk mencari titik BEP dapat dilakukan
dengan membuat persamaan garis dari keduanya yaitu :
Total Hasil = Total Biaya
TR = TC
TR = FC + VC
p.q = FC + v.q
p.q – v.q = FC
(p – v)q = FC
q =
101
Dari perhitungan di atas dapat kita lihat bahwa BEP dalam unit atau
volume produksi pada BEP adalah sebesar Biaya Tetap dibagi dengan selisih
antara Harga Jual per unitnya dikurangi dengan Biaya Variabel per unitnya. Jadi
apabila kita mengetahui besarnya biaya tetap, biaya variabel per unit serta harga
jual per unit produknya maka kita akan dapat memperhitungkan besarnya titik
impas kita.
Dalam menganalisa lokasi pabrik ini dapat juga kita lakukan analisa
perbandingan total biaya bagi masing-masing alternatif lokasi pabrik. Untuk
keperluan itu maka kita dapat gambarkan dan perbandingkan total biaya bagi
alternatif lokasinya yang dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut :
102
Biaya TC di A
TC di B
TC di C
0 q1 q2 Volume Produksi
103
kita harus melaksanakan pembagian tempat atau “Zonning” bagi lahan atau
ruangan yang tersedia. Dengan melakukan zonning itu dimaksudkan untuk
membagi-bagi lahan atau ruangan yang ada kedalam zone-zone yang akan
diperuntukkan bagi masing-masing keperluan tersebut di atas.
Ada beberapa pertimbangan penting yang ada dalam mengatur susunan
atau layout pabrik yaitu :
1. Kelancaran aliran proses produksi
2. Kebutuhan Administrasi/perkantoran
3. Kebutuhan Penjualan
4. Lalulintas pengangkutan barang serta bahan
5. Penerangan dan ventilasi
6. Bentuk pabrik dan biaya pembangunannya
7. Biaya produksi.
104
biaya penyimpanan adalah biaya yang harus ditanggung karena kita harus
menyimpan bahan yang sudah dibeli dan belum dipergunakan dalam proses
produksi. Biaya ini sering kali diperhitungkan sebagai resiko berkurangnya nilai
bahan tersebut dalam penyimpanan. Oleh karena itu seringkali biaya ini
dinyatakan dalam persentase tertentu dari nilai bahan yang disimpan.
Biaya
(Rp)
Biaya Penyimpanan
Biaya Pemesanan
105
Dalam gambar di atas kita melihat ada jumlah pembelian yang
mendatangkan biaya total yang terendah. Titik itulah yang sering disebut sebagai
titik atau jumlah pembelian yang paling ekonomis yang dalam bahasa asing
disebut “Economical Order Quantity” dan disingkat EOQ. Jumlah tersebut
dipandang paling ekonomis karena total biaya yang ditanggungnya adalah yang
terendah.
Titik terendah dari total biaya persediaan yang menimbulkan titik EOQ
tersebut akan tercapai apabila biaya penyimpanan sama besarnya atau
berpotongan dengan biaya pemesanan. Persamaan biaya penyimpanan dapat
diformulasikan sebagai berikut :
C=
T = Periode (1 tahun)
Q = Jumlah Pembelian
O=
106
Dari formulasi biaya pesan dan biaya penyimpanan di atas maka dapatlah
kita perhitungkan titik EOQ karena titik itu terjadi pada saat biaya simpan sama
dengan biaya pemesanan, sehingga :
C = O
X 2q
q=
107
KULIAH XII
FUNGSI MANAJEMEN DAN PENGEMBANGAN SDM
Dalam setiap usaha baik besar maupun kecil, baik yang bersifat industrial,
komersial, politik, keagamaan maupun kemasyarakatan, peranan manajemen
sangat penting guna menunjang keberhasilan dan tercapainya tujuan yang
diharapkan. Setiap organisasi memiliki tujuan sendiri-sendiri yang berbeda satu
dengan yang lainnya. Namun dalam mencapai dan merealisasikan tujuannya
secara efektif dan efisien akan selalu memerlukan manajemen karena selalu
dihadapkan pada keterbatasan sumber daya yang dimilikinya, yaitu sumber daya
alam, sumber daya modal, dan sumber daya manusia.
108
perubahannya yang perlu untuk diantisipasi, agar kita dapat menciptakan suatu
sistem pengelolaan yang efektif dan efisien.
Pengertian efektif dan efisien ini seringkali dianggap sama atau tidak
dibedakan, padahal kedua pengertian tersebut dalam manajemen perlu
dibedakan. Kata efektif memiliki konotasi atau berkaitan dengan banyaknya
hasil yang dicapai, sehingga efektif atau efektivitas dapat diartikan sebagai
tingkat atau derajat pencapaian hasil yang diharapkan. Semakin besar hasil yang
dapat diraih berarti semakin efektif. Efektif juga berarti tujuan yang telah
ditetapkan dapat dicapai secara maksimal (tanpa memperhatikan masalah biaya
atau korban maupun jumlah investasi yang telah dikeluarkannya).
109
tingkat ongkos yang wajar, atau sebaliknya yaitu dengan pengeluaran biaya
yang minimal dapat dicapai hasil yang cukup wajar. Keadaan inilah yang sering
disebut sebagai keadaan yang “Optimal”. Dengan demikian maka kata optimal
merupakan kombinasi dari istilah efisien dan efektif atau efektif dan efisien. Ada
pendapat yang mengatakan bahwa yang namanya efisien adalah bekerja
dengan benar dan yang namanya efektif adalah bekerja dengan tepat. Dengan
demikian akan timbul kondisi atau situasi yang berupa tepat waktu, tepat harga,
tepat biaya dan tepat mutu.
Dari uraian tersebut di atas maka dapat kita peroleh pengertian bahwa
“Manajemen merupakan ilmu tentang upaya manusia untuk memanfaatkan
semua sumber daya yang dimilikinya untuk mencapai tujuan secara efektif dan
efisien”. Pengertian manajemen tersebut dapat digambarkan dalam suatu skema
sebagai berikut :
EFEKTIF
EFISIEN
1. Perencanaan
2. Pengorganisasian
3. Koordinasi
4. Pengarahan (Directing)
5. Motivasi
6. Komunikasi
7. Kepemimpinan
8. Penanggungan Resiko
9. Pengambilan Keputusan (Decision Making)
10. Pengawasan/Pengendalian dan sebagainya.
111
C. Proses Manajemen
Perencanaan Kepemimpinan
Pengorgani- Pengendalian
sasian
113
Dalam praktek kehidupan sehari-hari proses interaksi dari berbagai fungsi
manajemen tersebut tidaklah terjadi seperti yang tergambar dalam proses
analitis itu. Interaksi tersebut sebenarnya merupakan proses interaksi yang
saling kait-mengkait atau saling tumpang tindih yang dalam bahasa asing disebut
overlaping. Proses interaksi yang saling tumpang tindih inilah yang merupakan
proses sintesis dari interaksi antar fungsi dalam manajemen tersebut. Semua
fungsi yang berinteraksi itu tidaklah berdiri sendiri-sendiri terlepas antara yang
satu dengan yang lain, melainkan mereka akan saling kait mengkait dan saling
tumpang tindih, yang seringkali menimbulkan pertentangan atau konflik di antara
fungsi tersebut. Proses sintesis ini dapat kita lihat dalam gambar berikut.
Planning
Decision
Co
nt Making
g
in
ro
iz
llin
an
g
rg
O
114
D. Manajemen Dan Kepemimpinan
115
kelompok tentu saja akan jauh lebih sulit dan akan memakan waktu yang lebih
lama dari pada upaya untuk mengubah perilaku individual. Akan tetapi apabila
pemimpin tersebut berhasil dalam mengembangkan tingkah laku organisasinya
maka keterbatasan sumber daya seperti faktor manusia, faktor alam dan faktor
dana akan dapat diatasi menuju kearah keberhasilan organisasinya dengan lebih
efektif dan lebih efisien.
Tinggi
Tingkah Laku Organisasi
TTT
Sikap, Motivasi
Rendah Pengetahuan
Gambar 22 :
116
Pada tahap permulaan adalah suatu upaya guna mengubah pengetahuan
diri individu sehingga yang tadinya belum mengetahui sesuatu hal dengan
adanya ilmu pengetahuan akan menjadi mengerti. Dalam tahap ini merupakan
tahap yang paling mudah diatasi kesulitannya dan memakan waktu yang paling
pendek, hal mana mengingat orientasi pada diri sendiri sehingga
penanganannya akan lebih mudah. Tahap ini akan diteruskan ke tahap
berikutnya yaitu tahap pencerminan sikap dan motivasi. Pencerminan sikap dan
motivasi biasanya terbentuk karena adanya suatu pengetahuan yang telah
didapatkan oleh diri individu. Pada tahap ini individu mempunyai sikap yang
berupa kecenderungan/minat seseorang guna menyukai atau tidak menyukai
tentang suatu hal.
117
E. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
118
masing, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial serta kemasyarakatan
yang khas dari masing-masing suku bangsa tersebut.
Perbedaan budaya barat dengan budaya timur pada dasarnya disebabkan
oleh adanya pandangan atau filosofi barat yang bersifat individualistis,
kebebasan pribadi dan liberalistis, sedangkan bangsa timur pada umumnya
memiliki pandangan yang bersifat paternalistis, kekeluargaan dan sosialistis.
Perbedaan itulah yang mendasari perbedaan prinsip manajemen dari masing-
masing bangsa tersebut.
Perkembangan teori manajemen dalam bidang sumber daya manusia
sangat menonjol seperti yang berkembang di negara Jepang yang dikemukakan
oleh William G. Ouchi (yang kemudian teori ini disebut Teori Z) yang
mengajarkan bahwa keberhasilan tujuan manajemen sangat dipengaruhi oleh
suatu upaya yang dilakukan manajer sebagai pengelola organisasi terhadap
sumber daya manusia secara keseluruhan yang ada dan bekerja di organisasi
yang dipimpinnya. Keberhasilan dalam mengelola melalui penanaman pengaruh
terhadap sumber daya manusia merupakan kunci keberhasilan manajemen
suatu organisasi.
Secara garis besar terdapat tiga tingkatan dalam suatu organisasi baik
organisasi itu kecil, menengah dan terutama organisasi yang sudah besar.
Ketiga tingkatan itu adalah manajemen tingkat atas (Top Manajer), manajemen
tingkat menengah (Middle Manajer) dan manajemen tingkat bawah (Low
Manajer).
119
menjalankan tugasnya dalam porsi yang berbeda-beda. Dalam hal ini manajer
harus memiliki tiga macam keterampilan yaitu : Keterampilan Konseptual,
Keterampilan Kemanusiaan, dan Keterampilan Teknis.
1. Keterampilan Konseptual
2. Keterampilan Kemanusiaan
120
Komunikasi yang persuasif adalah merupakan suatu jawaban yang
baik yang harus selalu diciptakan oleh pimpinan atau manajer terhadap
bawahan yang dipimpinnya. Dengan komunikasi yang persuasif, bersahabat
dan kebapakan akan membuat anak buah menjadi merasa dihargai dan
kemudian mereka akan bersikap terbuka kepada atasan. Keterbukaan
tersebut akan membuat informasi yang terselubung akan dapat terbuka dan
akan bermanfaat positif bagi pertumbuhan organisasi itu. Disamping itu
keterbukaan akan memungkinkan seseorang berpikir jernih sehingga dapat
memacu proses terbentuknya cipta, rasa dan karsa bagi seseorang.
3. Keterampilan Teknis
121
G. Komposisi Keterampilan Yang Dibutuhkan
Top
Manajer
Middle
Manajer
Low
Manajer
Technical Skill
122
Keterampilan konseptual merupakan keterampilan untuk penentuan
strategi jangka panjang yang tepat melalui pemantauan situasi lingkungan/situasi
persaingan yang dihadapi oleh organisasi.
123