Anda di halaman 1dari 10

ETIKA BISNIS

Dasar Ilmu Etika Bisnis

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)


MIFTAHUL HUDA SUBANG
PRODI MANAJEME
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan saya rahmat dan hidayahnya. Sehingga saya dapat
menyusun makalah yang berjudul. Norma dan etika dalam produksi
Tujuan penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah etika
bisnis.Selanjutnya saya ucapkan terimakasih pada H.Husni ahmad
sirojudin,S.Ag.MM,

yang telah membimbing dan mengarahkan kami sehingga makalah ini


dapat tersusun. kami ucapkan juga pada orang tua yang selalu
mendoakan dan pada teman-teman kami yang selalu mendukung kami.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan. Untuk itu penyusun menerima saran dan kritik yang
sifatnya membangun. Penyusun berharap semoga laporan ini bermanfaat
khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi pembaca.

Pamanukan, 04 Maret 2021


Penyusun:
Wisnu Gunawan
M. Hardiana k.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB I.............................................................................................................................1

PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................................1

B. Batasan dan Rumusan Masalah.............................................................................2

C. Tujuan Pembuatan Makalah..................................................................................2

BAB II...........................................................................................................................2

PEMBAHASAN............................................................................................................3

1. Pengertian etika......................................................................................................3

2. Pengertian norma...................................................................................................3

3. Pentingnya etika produksi......................................................................................4

BAB III..........................................................................................................................6

PENUTUP.....................................................................................................................6

A. Kesimpulan...........................................................................................................6

B. Saran......................................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................7
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyak faktor yang mempengaruhi dan menentukan kegiatan berbisnis. Sebagai kegiatan
sosial, bisnis dengan banyak cara terjalin dengan kompleksitas masyarakat modern. Dalam
kegiatan berbisnis, mengejar keuntungan adalah hal yang wajar, asalkan dalam mencapai
keuntungan tersebut tidak merugikan banyak pihak. Jadi, dalam mencapai tujuan dalam kegiatan
berbisnis ada batasnya. Kepentingan dan hak-hak orang lain perlu diperhatikan.

Perilaku etis dalam kegiatan berbisnis adalah sesuatu yang penting demi kelangsungan
hidup bisnis itu sendiri. Bisnis yang tidak etis akan merugikan bisnis itu sendiri terutama jika
dilihat dari perspektif jangka panjang. Bisnis yang baik bukan saja bisnis yang menguntungkan,
tetapi bisnis yang baik adalah selain bisnis tersebut menguntungkan juga bisnis yang baik secara
moral. Perilaku yang baik, juga dalam konteks bisnis, merupakan perilaku yang sesuai dengan
nilai-nilai moral.

Bisnis juga terikat dengan hukum. Dalam praktek hukum, banyak masalah timbul dalam
hubungan dengan bisnis, baik pada taraf nasional maupun taraf internasional. Walaupun terdapat
hubungan erat antara norma hukum dan norma etika, namun dua macam hal itu tidak sama.
Ketinggalan hukum, dibandingkan dengan etika, tidak terbatas pada masalah-masalah baru,
misalnya, disebabkan perkembangan teknologi.

Tanpa disadari, kasus pelanggaran etika bisnis merupakan hal yang biasa dan wajar pada
masa kini. Secara tidak sadar, kita sebenarnya menyaksikan banyak pelanggaran etika bisnis
dalam kegiatan berbisnis di Indonesia. Banyak hal yang berhubungan dengan pelanggaran etika
bisnis yang sering dilakukan oleh para pebisnis yang tidak bertanggung jawab di Indonesia.
Berbagai hal tersebut merupakan bentuk dari persaingan yang tidak sehat oleh para pebisnis yang
ingin menguasai pasar. Selain untuk menguasai pasar, terdapat faktor lain yang juga
mempengaruhi para pebisnis untuk melakukan pelanggaran etika bisnis, antara lain untuk
memperluas pangsa pasar, serta mendapatkan banyak keuntungan. Ketiga faktor tersebut
merupakan alasan yang umum untuk para pebisnis melakukan pelanggaran etika dengan
berbagai cara.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka kami mendapatkan batasan dan rumusan masalah
sebagai berikut :

1. Apa yang di maksud norma?

2. Apa yang di maksud etika dalam produksi?

C. Tujuan Pembuatan Makalah


Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memberikan wawasan yang
utuh, komprehensip dan mendalam tentang etika dalam berbisnis dengan berbagai prinsip dan
tujuannya.

BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian etika
Etika adalah seperangkat prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang menegaskan tentang benar dan salah.
Sedangkan produksi adalah suatu kegiatan menambah nilai guna barang dengan menggunakan
sumberdaya yang ada. Jadi, Etika Produksi adalah seperangkat prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang
menegaskan tentang benar dan salahnya hal hal yang dikukan dalam proses produksi atau dalam proses
penambahan nilai guna barang. Etika secara sederhana adalah studi mengenai hak dan kewajiban
manusia, peraturan moral yang dibuat dalam pengambilan keputusan dan sifat alami hubungan antar
manusia dan alam. maka etika produksi yang diperhitungkan adalah:

1. Nilai (aturan main yang dibuat pengusaha dan menjadi patokan berbisnis).

2. Hak dan kewajiban (menerima dan menggaji karyawan, membayar pajak dan sebagainya).

3. Peraturan moral (Peraturan moral menjadi acuan tertulis yang sangat penting bagi
pengusaha ketika mengalami dilema atau permasalahan, baik internal atau eksternal).

4. Hubungan manusia (memprioritaskan perekrutan karyawan dari masyarakat di sekitar


perusahaan, menghargai hak cipta, dll).

5. Hubungan dengan alam (ikut mengelola lingkungan hidup dan mengelola limbah  sisa
hasil produksi).

2. Pengertian norma
Norma dapat diartikan sebagai patokan atau ukuran yang digunakan untuk mengukur suatu
tindakan atau perbuatan manusia. Berdekatan dengan definisi ini dalam Bahasa Yunani, kata nomoi atau
nomos berarti hukum.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian norma adalah aturan atau ketentuan
yang mengikat warga masyarakat. Ketentuan tersebut digunakan sebagai panduan dan kendali dalam
berperilaku. Selain itu, norma berarti ukuran atau kaidah yang dipakai sebagai tolak ukur dalam menilai
atau membandingkan sesuatu.

3. Pentingnya etika produksi


Dalam proses produksi, sebuah produsen pada hakikatnya tentu akan selalu berusaha untuk
menekan biaya produksi dan berusaha untuk mendapatkan laba sebanyak banyaknya. Dalam upaya
produsen untuk memperoleh keuntungan, pasti mereka akan melakukan banyak hal untuk
memperolehnya. Termasuk mereka bisa melakukan hal hal yang mengancam keselamataan konsumen.
Padahal konsumen dan produsen bekerjasama. Tanpa konsumen, produsen tidak akan berdaya.
Seharusnyalah produsen memeberi perhatian dan menjaga konsumen sebagai tanda terima kasih telah
membeli barang atau menggunakan jasa yang mereka tawarkan. Namun banyak produsen yang tidak
menjalankan hal ini. Produsen lebih mementingkan laba. Seperti banyaknya kasus kasus yang akhirnya
mengancam keselamatan konsumen karena dalam memproduksi, produsen tidak memperhatikan hal-hal
buruk yang mungkin terjadi pada konsumen. Bahkan, konsumen ditipu, konsumen ditawarkan hal-hal
yang mereka butuhkan, tapi pada kenyataannya, mereka tidak mendapat apa yang mereka butuhkan dan
mereka tidak memperoleh sesuai dengan apa yang ditawarkan.

Contohnya produk produk tembakau telah menewaskan 400.000 warga amerika setiap tahun.
Jumlahnya lebih banyak dari pada jumlah total penderita AIDS, korban kecelakaan, pembunuhan, bunuh
diri, narkoba, dan kebakaran. Kasus produk Korek (geretan) BIC corporation yang tidak layak digunakan
tapi tetap dijual dan akhirnya digunakan konsumen, akhirnya terjadi kecelakaan kecelakaan yang
menimbulkan korban jiwa.banyak kecelakaan kecelakaan lain terjadi diakibatkan barang yang diproduksi
tidak sesuai standar, produk yang sekali pakai langsung rusak, produk cacat dan garansi yang tidak
ditepati.

Kecelakaan-kecelakaan ini tentunya merugikan konsumen, karena dengan membeli produk yang
dihasilkan produsen tersebut, mereka harus mengeluarkan biaya lebih yaitu untuk membiayai pengobatan
jika sakit dan luka, dan megalami kerugian karena kegunaan barang yang diharapkan tidak tercukupi.
Jadi, perusahaan berkewajiban untuk memberikan produk sesuai dengan karakteristik yang dimaksud dan
konsumen memiliki hak korelatif untuk memperoleh produk dengan karateristik yang dimaksud.

Kewajiban untuk Mematuhi.

Kewajiban untuk memberikan suatu produk dengan karakteristik persis seperti yang dinyatakan
perusahaan, yang mendorong konsumen untuk membuat kontrak dengan sukarela dan yang membentuk
pemahaman konsumen tentang apa yang disetujui akan dibelinya.
Jadi, pihak penjual berkewajiban memenuhi klaim yang dibuatnya tentang produk yang  dijual. Tidak
seperti Wintherop Laboratories memasarkan produk penghilang rasa sakit yang oleh perusahaannya
diklaim sebagai obat nonaddictive (tidak menyebabkan ketergantungan). Selanjutnya seorang pasien yang
menggunakan produk tersebut menjadi ketergantungan dan akhirnya meninggal karena over dosis.

Kewajiban untuk Mengungkapkan.

Penjual yang akan membuat perjanjian dengan konsumen untuk mengungkapkan dengan tepat
apa yang akan dibeli konsumen dan apa saja syarat penjualannya. Ini berarti bahwa penjual berkewajiban
memberikan semua fakta pada konsumen tentang produk tersebut yag dianggap berpengaruh kepada
keputusan konsumen untuk membeli. Contoh, jika pada sebuah produk yang dibeli konsumen terdapat
cacat yang berbahaya atau beresiko terhadap kesehatan dan keamanan konsumen, maka harus diberitahu.
Kewajiban untuk Tidak Memberikan Gambaran yang Salah.

Penjual harus menggambarkan produk yang ia tawarkan dengan benar, ia harus membangun
pemahaman yang sama tentang barang yang ia tawarkan di piiran konsumen sebagaimana barang tersebut
adanya. Jangan sampai terjadi Misrepresentasi bersifat koersif , yaitu, seseorang yang dengan sengaja
memberikan penjelasan yang salah pada orang lain agar orang tersebut melakukan sesuatu seperti yang
diinginkannya, bukan seperti yang diinginkan orang itu sendiri apabila dia mengetahui yang sebenarnya.
Contoh: pembuat perangkat lunak atau perangkat keras computer memasarkan produk yang mengandung
‘bug’ atau cacat tanpa memberitahu tentang fakta tersebut. Contoh lainnya, produk bekas dikatakan
produk baru; salah satu perusahaan memberi nama salah satu produknya mirip dengan merek produk
perusahaan lain yang kualitasnya lebih baik agar konsumen bingung.

Kewajiban untuk Tidak Memaksa.

Penjual berkewajiban untuk tidak memanfaatkan keadaan emosional yang mungkin mendorong
pembeli untuk bertindak secara irasional dan bertentangan dengan kepentingannya, tidak memanfaatkan
ketidaktahuan, ketidakdewasaan, kebodohan, atau faktor lain yang mengurangi atau menghapuskan
kemampuan pembeli untuk menetapkan pilihan secara bebas.

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Di era modern ini, kebutuhan masyarakat semakin meningkat dan produsen memanfaatkannya
untuk dijadikan lahan berbisnis. Seringkali kasus produk tidak sesuai iklan yang dijanjikan produsen. Hal
tersebut membuat masyarakat kesal karena sangat merugikan. Sudah banyak upaya dari pemerintah untuk
menutup dan menangkap oknum-oknum produsen seperti ini. Namun, oknum-oknum baru bermunculan
seiring munculnya kesempatan akibat kondisi pasar untuk melakukan kecurangan dalam berbisnis.

2. Saran
Kita sebagai konsumen harus teliti dalam memilih dan membeli suatu produk. Kita harus
menggunakan akal sehat sebagai tolak ukur. Contohnya untuk mendapatkan barang kelas atas pasti
dibutuhkan uang yang tidak sedikit. Jika ada produk yang menawarkan dengan spesifikasi yang sama
namun harga berbeda sangat jauh lebih murah, kita patut mencurigai produk tersebut alih alih tergiur.

DAFTAR PUSTAKA
https://niaariyanierlin.wordpress.com/tag/etika-produksi/
https://www.scribd.com/doc/290414587/Tugas-3-Norma-Dan-Etika-Dalam-Pemasaran-Produksi-Manajemen-
Sumber-Daya-Manusia-Dan-Finansial
https://www.kelaspintar.id/blog/edutech/pengertian-norma-dan-macamnya-5237/
http://syaardilla.blogspot.com/2016/10/norma-etika-dalam-produksi.html

Anda mungkin juga menyukai