Disusun oleh :
FoSSEI JATIM
2020
i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA
Nama : Raudiatuzzahra
HP : 081359045251
Dengan ini saya menyatakan bahwa ide/tulisan yang saya sertakan dalam
lomba LKTI TEMILREG FoSSEI JATIM 2020 adalah benar-benar hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan karya orang lain dan belum pernah diikutkan dalam
segala bentuk perlombaan serta belum pernah dimuat dimanapun.
Apabila di kemudian hari ternyata saya tidak sesuai dengan pernyataan ini,
maka secara otomatis ide/tulisan saya dianggap gugur. Demikian pernyataan ini
dibuat dengan sebenarnya.
Raudiatuzzahra
NIM. 180721100184
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadiraat Allah SWT karena atas rahmat, anugerah dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini berjudulkan “Model
Pemberdayaan Ekonomi Berbasis Masjid Melalui Community Of Empowered
Mosque Groups Guna Mengatasi Kemiskinan Di Indonesia”. Sholawat dan salam
tak lupa penulis panjatkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa umatnya dari zaman yang hina, zaman yang gelap menuju zaman yang
terang benerang seperti yang telah kita rasakan saat ini.
Penulis
iii
MODEL PEMBERDAYAAN EKONOMI BERBASIS MASJID
MELALUI COMMUNITY OF EMPOWERED MOSQUE
GROUPS GUNA MENGATASI KEMISKINAN DI INDONESIA
ABSTRAK
Madura memiliki jumlah masjid yang banyak, namun jumlah masjid yang banyak
tersebut ternyata belum berbanding lurus dengan peningkatan kualitas masyarakat Islam
di Madura. Namun permasalahan-permasalahan yang sering di hadapi seperti banyak
masjid ditingkat kecamatan hingga desa yang masih belum terurus baik dalam hal
pengelolaannya maupun fungsi masjid sesungguhnya, Minimnya pemasukan dan
program-program pemberdayaan di masjid-masjid tersebut, hingga berdirinya amal-amal
dipinggir jalanan Madura khususnya di Daerah Bangkalan., Kurang tersentuhnya masjid-
masjid kecil disekitar, oleh para donatur, Kurangnya pengetahuan pengelola masjid dalam
upaya memaksimalkan fungsi masjid. Oleh karena itu, penulis memiliki solusi dengan
cara memanfaatkan peran mahasiswa dan generasi muda sebagai pencipta gagasan
mengenai pemberdayaan masyarakat melalui mengembalikan fungsi masjid seperti
zaman Rasulullah S.A.W. Penulis memberikan usulan program dengan judul “Model
Pemberdayaan Ekonomi Berbasis Masjid Melalui Community of Empowered
Mosque Groups Guna Mengatasi Kemiskinan di Indonesia”. Dalam hal ini penulis
menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dan lokasi contoh program adalah
Masjid Martajasah Syaikhona Kholil Bangkalan. Dalam bahasan kali ini adalah model
pemberdayaan ekonomi melalui masjid sudah banyak dilakukan tetapi
memberdayakan masyarakat melalui komunitas masjid merupakan gerakan awak
untuk menuju berdaya. Dalam program tersebut juga disusun secara sistematis,
melalui struktur komunitas, program yang dicanangkan serta sinergitas dari pihak-
pihak terkait, sehingga Community of Empowered Mosque Groups bisa
dilajalankan dan bisa menentukan pencapaiannya melalui evaluasi.
iv
DAFTAR ISI
Cover ............................................................................................................... i
LEMBAR ORISINAL ................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
ABSTRAK ...................................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL........................................................................................... vi
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 4
1.3 Tujuan .............................................................................................. 4
1.4 Ruang Lingkup Penulisan ................................................................ 4
BAB II TINJAUAN TEORI .......................................................................... 5
2.1 Pemberdayaan ekonomi .................................................................... 5
2.2 Pemberdayaan ekonomi berbasis masjid .......................................... 7
2.3 Kemiskinan dan Penyelesaian .......................................................... 8
BAB III METODE PENULISAN ................................................................. 10
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian ....................................................... 10
3.2 Lokasi Penelitian .............................................................................. 10
3.3 Sumber Data ..................................................................................... 10
3.4 Metode Pengumpulan Data .............................................................. 10
3.5 Teknik Analisis Data ........................................................................ 10
BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................... 11
4.1 ........................................................................................................... 11
4.2 .......................................................................................................... 18
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 21
5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 21
5.2 Saran ................................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 22
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jumlah Majid dan Musholla di Madura ............................................. 2
Tabel 2 Program Pemberdayaan ...................................................................... 16
vi
DAFTAR BAGAN
Gambar 1 Kerangka Berfikir .......................................................................... 11
Gambar 2 Konsep Struktur ............................................................................. 13
Gambar 3 Konsep Program Pemberdayaan .................................................... 15
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring berkembangnya zaman yang semakin modern, pengembangan
fungsi masjid menjadi suatu hal yang sangat urgen, dikarenakan semakin
minimnya pemahaman masyarakat terhadap fungsi masjid, rendahnya ilmu
pengetahuan dan lemahnya ekonomi. Pengembangan masjid ini tidak hanya
dari segi bangunan dan arsitektur, namun dari segi dakwah harus diutamakan
khususnya dakwah dengan bentuk pemberdayaan masyarakat. Dakwah
pemberdayaan sama dengan gerakan dakwah menuju transformasi sosial,
yakni dakwah yang dijabarkan dalam gerakan pembebasan dari eksploitasi,
dominasi, penindasan, serta ketidak adilan dalam semua aspeknya. Dari
gerakan inilah selanjutnya lahir dan membentuk masyarakat yang memiliki
kecanggihan sosial.1
1
Cucu Nurjamilah, Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid Dalam Perspektif Dakwah Nabi
Saw, Vol. 1, No. 1 (2016) 93-119.
2
Ahmad Supriyadi, Pemberdayaan Ekonomi Berbasis Masjid(Studi Kritis Pasal 53, 54, Dan 55
Pp. Nomor 14 Tahun 2014 Tentang Pelaksanakaan Uu Nomor 23 Tahun 2011 Tentang
Pengelolaan Zakat), AN-NISBAH, Vol. 03, No. 02, April 2017.
1
Tabel. 1 Jumlah Masjid dan Musholla Di Madura
Sumber: Data Badan Pusat Statistik Jawa Timur Jumlah Masjid dan
Mushollah 2017
Dari data di atas Madura memiliki jumlah masjid yang cukup banyak,
namun jumlah masjid yang banyak tersebut ternyata belum berbanding lurus
dengan peningkatan kualitas masyarakat Islam di Madura. Padahal keagungan
masjid tidak terletak pada keindahan bangunan fisiknya saja, melainkan
bagaimana upaya memberdayakan masjid sebagai pusat pemberdayaan umat
dan pengembangan peradaban.3 Namun permasalahan-permasalahan yang
sering di hadapi adalah sebagai berikut :
3
E, Bahtiar, Mengembalikan Fungsi Masjid Sebagai Sentra Peradaban Umat Manusia. EMPIRIK:
Jurnal Penelitian Islam. 2012, Vol. 5, No. 2 hal 33-58.
2
Agar lebih memudahkan penerapan perogram maka diambil sebuah
studi kasus di daerah Bangkalan yakni di Masjid Martajazah (Saichona
Muhammad Kholil). Daerah tersebut merupakan sasaran program ini karena
tempat yang strategis dengan model masjid yang sekaligus sebagai tempat
wisata. Masjid tersebut sudah berdaya dan menghidupkan ekonomi
masyarakat, akan tetapi didaerah sekitarnya masjid yang lainnya masih
banyak masjid-masjid yang masih belum terurus, minimnya pemasukan dan
program-program pemberdayaan di masjid-masjid seperti permasalahan yang
telah digambarkan. Oleh karena itu, penulis memiliki solusi dengan cara
memanfaatkan peran mahasiswa dan generasi muda sebagai pencipta
gagasan mengenai pemberdayaan masyarakat melalui mengembalikan fungsi
masjid seperti zaman Rasulullah S.A.W. melalui masjid para generasi muda
menyumbangkan inovasinya, dan berperan lebih terhadap masjid. Mengingat
pemuda adalah generasi penerus yang seharusnya membawa
kebaikan,sehingga dengan adanya solusi yang ditawarkan dapat
menyelesaikan masalah-masalah yang ada di mashyarakat tersebut. Penulis
juga melibatkan pihak-pihak terkait dalam menjalankan program ini, seperti
pihak pengurus masjid, tokoh masyarakat dan bahkan dengan pemerintah
setempat. Dengan hal ini harapan kedepannya adalah dari masjid oleh masjid
dan untuk masjid dengan tujuan pemberdayaan ekonomi sekitar masjid.
Dengan adanya program yang akan diusulkan ini nantinya mampu
menjadikan masjid yang memberdayakan perekonomian masyarakat. Penulis
memberikan usulan program dengan judul “Model Pemberdayaan Ekonomi
Berbasis Masjid Melalui Community of Empowered Mosque Groups Guna
Mengatasi Kemiskinan di Indonesia”.
3
menjalankan program ini juga memerlukan stake holder untuk agar berjalan
dengan baik dan dapat bermusyawarah dan mengadakan evaluasi guna
meningkatkan akselerasi program kedepannya ketika sudah berjalan.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan menanalisis Model Pemberdayaan Ekonomi
Berbasis Masjid Melalui Community of Empowered Mosque Groups Guna
Mengatasi Kemiskinan di Indonesia.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pemberdayaan Ekonomi
Konsep pemberdayaan muncul akibat dari reaksi terhadap alam pikiran,
tata budaya, dan tata masyarakat yang sudah ada sebelumnya dan sudah ada
sebelumnya kemudian berkembang di suatu negara. 4 Konsep pemberdayaan
(empowerment) mulai tampak ke permukaan sekitar dekade 1970-an dan terus
berkembang sepanjang dekade 1980-an hingga 1990-an (akhir abad ke-20).
Kemunculan konsep ini hampir bersamaan dengan aliran-aliran
eksistensialisme, fenomenologi, dan personalisme. Disusul kemudian oleh
masuknya gelombang pemikiran neo-marxisme, freudianisme, termasuk di
dalamnya aliran-aliran strukuralisme dan sosiologi kritik sekolah Frankurt.
Bermunculan pula konsep-konsep elit, kekuasaan, anti kemapanan, ideologi,
pembebasan, dan civil society.5
Filososi pemberdayaan pada masyarakat dapat dieksplorasi melalui
nilai-nilai yang mendasari hakikat hubungan antara (1) manusia dan Allah
Yang Maha Kuasa (2) manusia dengan manusia (3) manusia dengan alam.
Ketiga jenis hakikat hubungan vertikal – horizontal ini melahirkan prinsip-
prinsip kehidupan sebagai berikut:6
Satu, Tuhan Yang Maha Esa menciptakan jagad raya dengan segala
isinya semata-mata untuk kehidupan dan kesejahteraan manusia dunia dan
akherat. Pada akhirnya nanti, amanah ini harus dipertanggung jawabkan
sepenuhnya oleh manusia di hadapan Sang Pencipta. Prinsip ini akan
mendorong pikiran dan sikap manusia untuk menghormati dan menghargai
seluruh ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, khususnya manusia dan sumber daya
alam, serta berhati-hati dalam menjalani kehidupan. Dua, manusia menyadari
dan mengakui bahwa sumber daya alam yang ada di lingkungan merupakan
karunia Tuhan Yang Maha Esa yang harus dikelola secara baik dan bijaksana
4
Pranarka dan Vidhyandika, 1996 dalam Harry Hikmat, Strategi Pemberdayaan
Masyarakat,(Bandung : Humaniora Utama Press, 2010),1.
5
Ismail Ruslan, Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Berbasis Masjid di Pontianak, Jurnal
Khatulistiwa : Journal of Islamic Studies, Vol. 2 No. 1 Maret 2012, 18.
6
Ibid., 19.
5
untuk kesejahteraan sosial dan kelangsungan hidupnya. Prinsip ini
melahirkan sikap menjaga kelestarian alam dan memanfaatkannya secara
proporsional dengan tetap memperhatikan kemampuan daya dukung
lingkungan. Tiga, manusia adalah makhluk sosial. Ia tidak dapat mengatasi
sendiri seluruh persoalan kehidupannya tanpa bantuan orang lain. Prinsip ini
akan melahirkan sikap untuk bekerja sama, kebersamaan, saling membantu
atau gotong-royong dan persatuan. Empat, manusia adalah makhluk
berbudaya yang memiliki identitas dan potensi sosial-budaya sebagai basis
eksistensinya. Prinsip ini melahirkan sikap menghargaai terhadap nilai-nilai
budaya, pranata (kelembagaan) sosial, dan pengakuan akan eksistensi suatu
masyarakat. Lima, manusia memiliki kehendak dan hak untuk mencapai
kualitas kehidupan yang sempurna lahir batin. Prinsip ini akan melahirkan
sikap apresiatif terhadap etos kerja, kreativitas, dan aspirasi sosial yang
berkembang. Enam, manusia memiliki martabat atau harga diri, otonomi diri,
dan kewajiban-kewajiban sosial dalam kehidupannya. Prinsip ini melahirkan
sikap menghargai kebebasan sosial yang bertanggung jawabn dan konstruktif,
mengembangkan ruang demokratisasi dan dialogis, serta menghroamti
keinginan-keinginan dan cita-cita warga masyarakat. Tujuh, dalam tatanan
kehidupan berbangsa dan bernegara, masyarakat berhak memperoleh
perlindungan dan pemenuhan kebutuhan dasar kehidupan dari negara, baik
secara sosial, budaya dan ekonomi maupun politik-kebijakan.7
Tujuh prinsip dasar pemberdayaan tersebut memiliki sifat universal
sehingga daya dukung dan keberterimaan masyarakat dimanapun mereka
berada cukup besar. Dengan demikian, pemberdayaan adalah sebuah proses
dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk
memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam
masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah
kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan
atau hasil yang ingin dicapai oleh perubahan sosial, yaitu masyarakat yang
berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi
7
Ibid., 19-20.
6
maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan
aspirasi, mempunyai mata pencarian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan
mandiri dalam melaksanakan tugastugas kehidupannya. 8
2.2 Pemberdayaan Ekonomi Berbasis Masjid
Dalam konteks bahasa, masjid dimaknai sebagai tempat sujud yang
menyembah Allah Yang Maha Kuasa. Makna ini kemudian sering difahami
secara tekstual bahwa masjid hanya untuk aktivitas saja, dan tidak
diperkenankan untuk melakukan aktivitas lainnya. Padahal dalam aspek
sejarah, beragam aktivitas Nabi Muhammad SAW selalu menjadikan masjid
sebagai media, baik dalam bidang ekonomi, politik, dakwah dan lainnya.9
Pemberdayaan ekonomi berbasis masjid adalah sebuah konsep
reaktualisasi peran masjid dari tafsir tekstual selama ini.10 Beberapa tahapan
yang umumnya dilakukan dalam upaya pemberdayaan masyarakat adalah
sebagai berikut: pertama, menciptakan suasana atau iklim yang
memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Pada tahap ini
titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat,
memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Kedua, memperkuat potensi atau
daya yang dimiliki masyarakat (empowering). Pada tahap ini diperlukan
langkah-langkah lebih positif, selain dari hanya menciptakan iklim dan
suasana. Langkah positif dimaksud meliputi langkah-langkah nyata, dan
menyangkut penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses ke
dalam berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat masyarakat
menjadi berdaya. Ketiga, memberdayakan mengandung pula arti melindungi.
Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah
lemah oleh karena kekurang berdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh
karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar
sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat. 11
8
Ibid.,20.
9
Ibid., 21.
10
Ibid., 23.
11
Cucu Nurjamilah, Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid Dalam Perspektif Dakwah Nabi
Saw, (Bandung: Pustaka Raja), Vol. 1, No. 1, 93-119, 2016, 65.
7
1.3 Kemiskinan dan Penyelesaian
Kemiskinan saat ini sudah menjadi masalah pembangunan yang bersifat
multidimensi. Kemiskinan dapat dengan mudah diketahui dan ditandai
dengan kondisi keterbelakangan, ketidakberdayaan, dan ketidakmampuan
dari sisi ekonomi, serta banyaknya jumlah pengangguran penduduk, yang
selanjutnya menjadi pemicu ketimpangan pendapatan dan kesenjangan
antargolongan penduduk. Kemiskinan dapat didefinisikan sebagai kondisi
kehidupan dengan standar kehidupan yang sangat rendah. Kemiskinan dapat
juga didefinisikan sebagai kondisi di mana seseorang tidak dapat memenuhi
kehidupan dasar sebagai manusia khususnya makanan dan pakaian. Beberapa
konsep kemiskinan yang umum dikenal yaitu kemiskinan absolut (absolutely
poor) dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut dapat digolongkan ke
dalam dua bagian yaitu kemiskinan untuk memenuhi kebutuhan dasar (basic
needs) dan kemiskinan untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi. 12
Dengan hal ini perlunya memahami strategi penyelesaian atau
pengentasa kemiskinan. Berikut adalah strategi pengentasan dan penyelesaian
masalah kemiskinan :13
1. Karena kemiskinan bersifat multidimensional, maka
program pengentasan kemiskinan seyogyanya juga tidak
hanya memprioritaskan aspek ekonomi tapi memperhatikan
dimensi lain. Dengan kata lain, pemenuhan kebutuhan
pokok memang perlu mendapat prioritas, namun juga harus mengejar tar
get mengatasi kemiskinan nonekonomik. Strategi pengentasan
kemiskinan hendaknya diarahkan untuk mengikis nilai‐nilai budaya negat
if seperti apatis,apolitis,fatalistik, ketidakberdayaan, dan sebagainya. Apa
bila buday ini tidak dihilangkan, kemiskinan ekonomi akan sulit
untuk ditanggulangi. Selain itu, langkah pengentasan
kemiskinan yang efektif harus pula mengatasi hambatanhambatan yang si
fatnya struktural dan politis.
12
Juli Panglima Saragih, Kebijakan Pengentasan Kemiskinan di DIY, Jurnal Ekonomi dan
Kebijakan Publik, Vol. 6 No. 1, Juni 2019, 49.
13
Nano Prawoto, Memahami Kemiskinan dan Strategi Penanggulangannya, Jurnal Ekonomi dan
Studi Pembangunan, Vol. 9 No.1, April 2019, 64-65.
8
2. Untuk meningkatkan kemampuan dan mendorong produktivitas, strategi
yang dipilih adalah peningkatan kemampuan dasar masyarakat miskin un
tuk meningkatkan pendapatan melalui langkah perbaikan kesehatan dan
pendidikan, peningkatan keterampilan usaha, teknologi,
perluasan jaringan kerja (networking), serta informasi pasar.
3. Melibatkan masyarakat miskin dalam keseluruhan proses
penanggulangan kemiskinan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, dan evaluasi, bahkan pada proses pengambilan keputusan.
4. Strategi pemberdayaan. Kelompok agrarian populism yang
dipelopori kelompok pakar dan aktivis LSM,
menegaskan, masyarakat miskin adalah kelompok yang mampu
membangun dirinya sendiri jika pemerintah mau
memberi kebebasan bagi kelompok itu untuk mengatur dirinya.
9
BAB III
METODE PENULISAN
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan dan jenis penelitian yaitu Kualitatif dengan jenis penelitian
diskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur
analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi
lainnya.14 Tujuan penelitian kualitatif adalah untuk mendeskripsikan dan
menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi,
pemikiran orang secara individual maupun kelompok.15 Dalam penelitian karya
tulis ilmiah ini pendiskripsian konsep pembentukan desa wisata berbasis syariah
menjadi fokus utama pembahasannya.
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian yaitu : Masjid Martajasah Syaichona Kholil Desa
Martajasah Kecamatan Bnagkalan Kabupaten Bangkalan Madura.
3.3 Sumber Data
Sumber data penelitian yaitu sumber data primer dan sumber data
sekunder, secara umum penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Sumber data primer diperoleh dari informan langsung yaitu wawancara
pemangku kebijakan (pemerintah desa) dan masyarakat
2. Sumber data sekunder adalah seperti dokumen atau buku yang dapat
menambah kelengkapan informasi terkait dengan fokus kajian penelitian
ini.
14
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakary, 2006), 6.
15
Ibid., 60.
10
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Model Pemberdayaan Ekonomi Berbasis Masjid Melalui Community of
Empowered Mosque Groups Guna Mengatasi Kemiskinan di Indonesia
4.1.1 Konsep Community of Empowered Mosque Groups
11
Rasulullah, pentingnya ZISWAF bagi umat muslim yang melibatkan
mahasiswa dan tokoh-tokoh terkait. Adanya program pertama ini diharapkan
berdampak baik terhadap masjid dengan bertambahnya input masjid melalui
ZISWAF, timbul kesadaran masyarakat dan terjalinnya koordinasi yang baik
antar masjid sehingga nanti terbentuknya Community of Empowered Mosque
Groups. Program kedua adalah program lanjutan dengan sinergitas pihak-
pihak terkait dan pemberdayaan masyarakat melalui ekonomi berbasis masjid
yang dikonsep dengan sebuah komunitas masjid berdaya.
12
Community of Empowered Mosque Groups berdasarkan hasil sosialisasi
dan antusias dari setiap masjid-masjid daerah terkait, sebagai wadah bagi
masyarakat/jama’ah untuk mengembangkan skill dan sahanya, sehingga
nantinya dengan adanya Community of Empowered Mosque Groups dapat
memberdayakan ekonomi masyarakat.
13
Untuk membangun sinergitas yang maksimal, semua pihak tentunya tidak
hanya butuh komunikasi tetapi juga koordinasi. Menurut Silalahi,
Koordinasi adalah integrasi antara kegiatan kegiatan individual dan unit
unit ke dalam usaha bersama yaitu bekerja kearah tujuan yang sama.
Moekijat mensyaratkan 9 (sembilan) hal untuk mewujudkan koordinasi
yang efektif yaitu :
14
3) Program pemberdayaan, diawali dengan sosialisasi tahap dua mengenai
ZISWAF sehingga masyarakat lebih antusias untuk ikut berkontribusi.
15
3) Masyarakat sebagai stake holder yang menjadi investor baik itu berupa
investasi akhirat yang berbentuk ZISWAF dan hibah, maupun berupa
investasi berupa lainnya yang berupa bagi has. Peran masyarakat yang ke
dua sebagai sasaran dalam program pemberdayaan masyarakat melalui
ekonomi berbasis masjid baik nanti disalurkan berbentuk sosial maupun
sistem bagi hasil.
4) Pemerintah Daerah sebagai koordinator dan fasilitator yang mendukung
program terkait, bisa berupa suporting unit dalam bantuan legalitas
hukum.
16
dan muamalah,
2. Program DUHA Setiap hari Kegiatan jum’at pagi dengan
jum’at melakukan pembersihan
(mingguan) masjid anggota CEMOG, dan
setiap jamaahnya membawa
sedekah hasil usahanya
masing-masingvseperti (beras,
ikan, sayur, ubi, garam,
makanan ringan) yang
kemudian diolah menjadi
makanan jadi dan
disedekahkan kepada
masyarakat yang kurang
mampu dan bagi anggota
yang melakukan perawatan
majid di hari jum’at.
3. Program Pelatihan Mampu 1 bulan sekali Merupakan program
KWU menghasilkan pelatiahan kewirausahaan
keterampilan usaha, bagi masyarakat/anggota
menghasilkan sebuah CEMOG untuk memiliki
produk. suatu usaha atau untuk
mengembangkan usahanya
yang masih belum
berkembang.
4. OPOP (One Setiap anggota 1 bulan sekali Program satu orang
Person One mampu menghasilkan satu produk.
Product) menghasilakn produk Program ini merupakan output
yang nantinya dari program KUMPI yang
menjadi barand bagi nantinya akan dibiayai
setaip masjid anggota dibiayai oleh CEMOG
CEMOG. sebagai upaya pemberdayaan
masyarakat melalui peranan
17
masjid. Kemudiaan masjid-
masjid memiliki brand
tersendiri atas hasil yang
dicapainya.
5. Musyawarah Mampu memberikan 1 bulan sekali Merupakan musyawarah yang
Community of inovasi baru dan (akhir priode berfungsi sebagai elemen
Empowered meningkatkan program strategis untuk menentukan
Mosque Groups program selama satu bulanan) kebijakan dan keputusan yang
bulan. diambil mngenai program-
program yang dicanangkan
tersebut (evaluasi program).
Pada potensi dana ZISWAF tercatat tahun 2019 sejumlah 1,2 Milyar.
Dana terbesar yang menjadi penyumbang Masjid dan wisata religi
18
adalah dari hasil infaq pengunjung dan juga UKM sekitar wisata religi.
Akan tetapi dana tersebut masihlah belum tersalurkan dengan baik,
karena masih terfokus pada pembangunan masjid dan wisata religi.
Dengan adanya hal ini, merupakan salah satu potensi juga untuk
membantu masyarakat sekitar masjid dan wisata untuk mengadakan
program pemberdayaan ekonomi masyarakat. Karena masyarakat
disana mata pencahariannya masih tergantung pada wisata religi
tersebut.
3. Sejarah Religi
Dalam sejarah Religi yang ditinggalkan oleh Syaikhona Kholil ini telah
tertulis dalam bukunya “Anjing Hitam” yang membahas tentang
perjuangan dan sejarah awal berdirinya Wisata Religi.
4. Kompleks UKM
19
4.2 Harapan kedepan diterapkannya Model Pemberdayaan Ekonomi
Berbasis Masjid Melalui Community of Empowered Mosque Groups Guna
Mengatasi Kemiskinan di Indonesia
Program ini mampu dijadikan sebagai program awal atau rujukan untuk
kegiatan-kegiatan selanjutnya dalam hal pemberdayaan masjid, karena
ini sudah mencakup kebutuhan masjid yang ada pada saat ini, sehingga
dapat menjadi pilar kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat.
4.2.3 Stakeholder
20
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari penjelasan program di atas dapat disimpulkan bahwa masjid tidak
hanya berkaitan dengan ibadah mahdlah, akan tetapi juga mengenai ghairu
mahdhah, seperti pendidikan, kebudayaan, dan ekonomi. Hal ini sudah
ditunjukkan pada saat Rasulullah memimpin, kebanyakan di era sekarang
masjid yang ada masih belum sesuai dengan fungsi aslinya sehingga terjadi
ketidak sesuaian. Sehingga dengan adanya program ini dapat meningkatkan
dan meningkatkan fungsi masjid dan perekonomian umat. Model
pemberdayaan ekonomi melalui masjid sudah banyak dilakukan tetapi
memberdayakan masyarakat melalui komunitas masjid merupakan gerakan
awak untuk menuju berdaya. Dalam program tersebut juga disusun secara
sistematis, melalui struktur komunitas, program yang dicanangkan serta
sinergitas dari pihak-pihak terkait, sehingga Community of Empowered
Mosque Groups bisa dilajalankan dan bisa menentukan pencapaiannya
melalui evaluasi.
5.2Saran
Program ini merupakan inovasi sekaligus solusi untuk memberdayakan
masyarakat melalui masjid, sehingga dalam membaca karya tulis ini dapat
diselaraskan dengan keadaan daerah pembaca. Program ini nantinya juga
dapat dilihat oleh pemerintah daerah dan tokoh penting dalam daerah tersebut
untuk diimplementasikan. Dalam penerapan program butuh peran dari pihak-
pihak terkait dan evaluasi secara mendalam guna meningkatkan impact
program. Perlunya penerapan Community of Empowered Mosque Groups ini
supaya dapat menuntaskan kemiskinan di daerah tertentu khususnya daerah
yang memiliki potensi berbasis masjid. Yang paling pentig adalah
membutuhkan support dari kaum muda, mahasiswa, pemerintah serta tokoh
masyarakat.
21
DAFTAR PUSTAKA
22