Anda di halaman 1dari 29

MODEL PEMBERDAYAAN EKONOMI BERBASIS MASJID MELALUI

COMMUNITY OF EMPOWERED MOSQUE GROUPS GUNA MENGATASI


KEMISKINAN DI INDONESIA

Disusun oleh :

Abd. Wabab Ekonomi Syariah/2018

Raudiatuzzahra Ekonomi Syraiah/2018

Heni Rosidah Ekonomi Syariah/2016

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH

TEMU ILMIAH REGIONAL (TEMILREG)

FoSSEI JATIM

2020

i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA

Yang bertanda tangan di bawah ini. Saya :

Nama : Raudiatuzzahra

Tempat & Tanggal Lhir : Bangkalan, 13 Mei 1998

Alamat Tempat Tinggal : Bangkalan

Alamat E-mail : araz9904@gmail.com

HP : 081359045251

Judul Ide/ Tulisan : Model Pemberdayaan Ekonomi Berbasis Masjid


Melalui Community Of Empowered Mosque Groups
Guna Mengatasi Kemiskinan di Indonesia

Dengan ini saya menyatakan bahwa ide/tulisan yang saya sertakan dalam
lomba LKTI TEMILREG FoSSEI JATIM 2020 adalah benar-benar hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan karya orang lain dan belum pernah diikutkan dalam
segala bentuk perlombaan serta belum pernah dimuat dimanapun.

Apabila di kemudian hari ternyata saya tidak sesuai dengan pernyataan ini,
maka secara otomatis ide/tulisan saya dianggap gugur. Demikian pernyataan ini
dibuat dengan sebenarnya.

Bangkalan, 19 Februari 2020

Yang Menyatakan Ketua TIM

Raudiatuzzahra
NIM. 180721100184

ii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadiraat Allah SWT karena atas rahmat, anugerah dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini berjudulkan “Model
Pemberdayaan Ekonomi Berbasis Masjid Melalui Community Of Empowered
Mosque Groups Guna Mengatasi Kemiskinan Di Indonesia”. Sholawat dan salam
tak lupa penulis panjatkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa umatnya dari zaman yang hina, zaman yang gelap menuju zaman yang
terang benerang seperti yang telah kita rasakan saat ini.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan rasa terimakasih kepada


semua pihak yang telah mampu membantu dalam pembuatan karya tulis ini baik
moral maupun materiil, khusunya kepada :

1. Bapak Abdurrahman,S.Ag.,M.EI, selaku Wakil Dekan III bidang


kemahasiswaan Fakultas Keislaman Universitas Trunojoyo Madura.
2. Ibu Lailatul Qadariyah,S.HI.,M.EI, selaku dosen pembimbing.
3. Kak Arif Rachman Eka P,S.EI, selaku pembimbing lomba KTI.
4. Orang tua dan keluarga atas dukungan, restu dan doa yang tulus.
5. Himpunan Mahasiswa Ekonomi Syariah (Himaesya) selaku organisasi
yang mengantarkan kami sehingga bisa mengikuti acara TEMILREG
2020.
Penulis sadar bahwa karya tulis ilmiah ini tidak sesempurna yang
diharapkan. Maka dari itu penulis berharap adanya kritikan dan saran yang
membangun demi kemajuan pemberdayaan ekonomi berbasis masjid di Indonesia.
Semoga karya tulis ini bermanfaat dalam upaya menciptakan aktivitas ekonomi
yang sesuai dengan landasan syariat islam dalam memperkuat industri halal di era
digital saat ini.

Bangkalan, 19 februari 2020

Penulis

iii
MODEL PEMBERDAYAAN EKONOMI BERBASIS MASJID
MELALUI COMMUNITY OF EMPOWERED MOSQUE
GROUPS GUNA MENGATASI KEMISKINAN DI INDONESIA

Raudiatuzzahra HIMAESYA UTM


Abd. Wahab HIMAESYA UTM
Heni Rosidah HIMAESYA UTM

ABSTRAK

Madura memiliki jumlah masjid yang banyak, namun jumlah masjid yang banyak
tersebut ternyata belum berbanding lurus dengan peningkatan kualitas masyarakat Islam
di Madura. Namun permasalahan-permasalahan yang sering di hadapi seperti banyak
masjid ditingkat kecamatan hingga desa yang masih belum terurus baik dalam hal
pengelolaannya maupun fungsi masjid sesungguhnya, Minimnya pemasukan dan
program-program pemberdayaan di masjid-masjid tersebut, hingga berdirinya amal-amal
dipinggir jalanan Madura khususnya di Daerah Bangkalan., Kurang tersentuhnya masjid-
masjid kecil disekitar, oleh para donatur, Kurangnya pengetahuan pengelola masjid dalam
upaya memaksimalkan fungsi masjid. Oleh karena itu, penulis memiliki solusi dengan
cara memanfaatkan peran mahasiswa dan generasi muda sebagai pencipta gagasan
mengenai pemberdayaan masyarakat melalui mengembalikan fungsi masjid seperti
zaman Rasulullah S.A.W. Penulis memberikan usulan program dengan judul “Model
Pemberdayaan Ekonomi Berbasis Masjid Melalui Community of Empowered
Mosque Groups Guna Mengatasi Kemiskinan di Indonesia”. Dalam hal ini penulis
menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dan lokasi contoh program adalah
Masjid Martajasah Syaikhona Kholil Bangkalan. Dalam bahasan kali ini adalah model
pemberdayaan ekonomi melalui masjid sudah banyak dilakukan tetapi
memberdayakan masyarakat melalui komunitas masjid merupakan gerakan awak
untuk menuju berdaya. Dalam program tersebut juga disusun secara sistematis,
melalui struktur komunitas, program yang dicanangkan serta sinergitas dari pihak-
pihak terkait, sehingga Community of Empowered Mosque Groups bisa
dilajalankan dan bisa menentukan pencapaiannya melalui evaluasi.

Keywords: Pemberdayaan Ekonomi, Pemberdayaan Ekonomi Berbasis Masjid,


Kemiskinan dan Penyelesaian.

iv
DAFTAR ISI

Cover ............................................................................................................... i
LEMBAR ORISINAL ................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
ABSTRAK ...................................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL........................................................................................... vi
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 4
1.3 Tujuan .............................................................................................. 4
1.4 Ruang Lingkup Penulisan ................................................................ 4
BAB II TINJAUAN TEORI .......................................................................... 5
2.1 Pemberdayaan ekonomi .................................................................... 5
2.2 Pemberdayaan ekonomi berbasis masjid .......................................... 7
2.3 Kemiskinan dan Penyelesaian .......................................................... 8
BAB III METODE PENULISAN ................................................................. 10
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian ....................................................... 10
3.2 Lokasi Penelitian .............................................................................. 10
3.3 Sumber Data ..................................................................................... 10
3.4 Metode Pengumpulan Data .............................................................. 10
3.5 Teknik Analisis Data ........................................................................ 10
BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................... 11
4.1 ........................................................................................................... 11
4.2 .......................................................................................................... 18
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 21
5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 21
5.2 Saran ................................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 22

v
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jumlah Majid dan Musholla di Madura ............................................. 2
Tabel 2 Program Pemberdayaan ...................................................................... 16

vi
DAFTAR BAGAN
Gambar 1 Kerangka Berfikir .......................................................................... 11
Gambar 2 Konsep Struktur ............................................................................. 13
Gambar 3 Konsep Program Pemberdayaan .................................................... 15

vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring berkembangnya zaman yang semakin modern, pengembangan
fungsi masjid menjadi suatu hal yang sangat urgen, dikarenakan semakin
minimnya pemahaman masyarakat terhadap fungsi masjid, rendahnya ilmu
pengetahuan dan lemahnya ekonomi. Pengembangan masjid ini tidak hanya
dari segi bangunan dan arsitektur, namun dari segi dakwah harus diutamakan
khususnya dakwah dengan bentuk pemberdayaan masyarakat. Dakwah
pemberdayaan sama dengan gerakan dakwah menuju transformasi sosial,
yakni dakwah yang dijabarkan dalam gerakan pembebasan dari eksploitasi,
dominasi, penindasan, serta ketidak adilan dalam semua aspeknya. Dari
gerakan inilah selanjutnya lahir dan membentuk masyarakat yang memiliki
kecanggihan sosial.1

Masjid merupakan pusat kegiatan ibadah umat Islam, baik ibadah


mahdlah maupun ghairu mahdlah. Masjid pada zaman Nabi mempunyai nilai
strategis bagi umat islam untuk memecahkan segala problem keumatan,
karena menjadi titik kumpul dari segala aktivtas Nabi dan sahabat pada waktu
itu. Musyawarah, strategi perang, pendidikan, ibadah, sosial dan ekonomi
dilakukan Nabi di tempat yang bernama masjid ini, bahkan sampai saat ini
fungsi masjid sebagaimana yang telah dikembangkan oleh Nabi menjadi
prototipe dan rujukan bagi umat islam untuk menjadikan fungsi masjid
sebagaimana yang ada pada zaman Nabi SAW. 2 Jika melihat masjid pada
zaman Nabi, maka memiliki peran penting dalam pemberdayaan ekonomi
umat Islam, perekonomian sekitar masjid berkembang begitu baik. Salah satu
fokus kajian ini adalah di pulau Madura, dikarenakan mayoritas penduduk
yang ada di pulau Madura beragama Islam dan dibuktikan dengan banyak
berdirinya rumah ibadah umat muslim yaitu masjid.

1
Cucu Nurjamilah, Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid Dalam Perspektif Dakwah Nabi
Saw, Vol. 1, No. 1 (2016) 93-119.
2
Ahmad Supriyadi, Pemberdayaan Ekonomi Berbasis Masjid(Studi Kritis Pasal 53, 54, Dan 55
Pp. Nomor 14 Tahun 2014 Tentang Pelaksanakaan Uu Nomor 23 Tahun 2011 Tentang
Pengelolaan Zakat), AN-NISBAH, Vol. 03, No. 02, April 2017.
1
Tabel. 1 Jumlah Masjid dan Musholla Di Madura

No Kabupaten Jumlah Jumlah Jumlah


Keseluruhan
Masjid Musholla

1 Bangkalan 832 116 948

2 Sampang 902 495 1397

3 Pamekasan 1036 4850 5886

4 Sumenep 1502 2742 4244

Sumber: Data Badan Pusat Statistik Jawa Timur Jumlah Masjid dan
Mushollah 2017

Dari data di atas Madura memiliki jumlah masjid yang cukup banyak,
namun jumlah masjid yang banyak tersebut ternyata belum berbanding lurus
dengan peningkatan kualitas masyarakat Islam di Madura. Padahal keagungan
masjid tidak terletak pada keindahan bangunan fisiknya saja, melainkan
bagaimana upaya memberdayakan masjid sebagai pusat pemberdayaan umat
dan pengembangan peradaban.3 Namun permasalahan-permasalahan yang
sering di hadapi adalah sebagai berikut :

1. Masih banyak masjid ditingkat kecamatan hingga desa yang masih


belum terurus baik dalam hal pengelolaannya maupun fungsi masjid
sesungguhnya.

2. Minimnya pemasukan dan program-program pemberdayaan di


masjid-masjid tersebut, hingga berdirinya amal-amal dipinggir
jalanan Madura khususnya di Daerah Bangkalan.

3. Kurang tersentuhnya masjid-masjid kecil disekitar, oleh para


donatur.

4. Kurangnya pengetahuan pengelola masjid dalam upaya


memaksimalkan fungsi masjid.

3
E, Bahtiar, Mengembalikan Fungsi Masjid Sebagai Sentra Peradaban Umat Manusia. EMPIRIK:
Jurnal Penelitian Islam. 2012, Vol. 5, No. 2 hal 33-58.
2
Agar lebih memudahkan penerapan perogram maka diambil sebuah
studi kasus di daerah Bangkalan yakni di Masjid Martajazah (Saichona
Muhammad Kholil). Daerah tersebut merupakan sasaran program ini karena
tempat yang strategis dengan model masjid yang sekaligus sebagai tempat
wisata. Masjid tersebut sudah berdaya dan menghidupkan ekonomi
masyarakat, akan tetapi didaerah sekitarnya masjid yang lainnya masih
banyak masjid-masjid yang masih belum terurus, minimnya pemasukan dan
program-program pemberdayaan di masjid-masjid seperti permasalahan yang
telah digambarkan. Oleh karena itu, penulis memiliki solusi dengan cara
memanfaatkan peran mahasiswa dan generasi muda sebagai pencipta
gagasan mengenai pemberdayaan masyarakat melalui mengembalikan fungsi
masjid seperti zaman Rasulullah S.A.W. melalui masjid para generasi muda
menyumbangkan inovasinya, dan berperan lebih terhadap masjid. Mengingat
pemuda adalah generasi penerus yang seharusnya membawa
kebaikan,sehingga dengan adanya solusi yang ditawarkan dapat
menyelesaikan masalah-masalah yang ada di mashyarakat tersebut. Penulis
juga melibatkan pihak-pihak terkait dalam menjalankan program ini, seperti
pihak pengurus masjid, tokoh masyarakat dan bahkan dengan pemerintah
setempat. Dengan hal ini harapan kedepannya adalah dari masjid oleh masjid
dan untuk masjid dengan tujuan pemberdayaan ekonomi sekitar masjid.
Dengan adanya program yang akan diusulkan ini nantinya mampu
menjadikan masjid yang memberdayakan perekonomian masyarakat. Penulis
memberikan usulan program dengan judul “Model Pemberdayaan Ekonomi
Berbasis Masjid Melalui Community of Empowered Mosque Groups Guna
Mengatasi Kemiskinan di Indonesia”.

Dalam program tersebut penulis memberikan konsep dengan cara


melibatkan beberapa masjid dalam satu daerah tertentu berbentuk suatu
komunitas yang nantinya akan memecahkan permasalahan dan berdaya
bersama-sama. Dengan konsep seperti ini model pemberdayaan akan lebih
merata, pemberdayaan masyarakat melalui masjid tidak lagi ditempat
tertentu, sebagian daerah tertentu, akan tetapi semua masjid yang memnuhi
keriteria dalam daerah terkait akan ikut dalam pemberdayaan. Dalam

3
menjalankan program ini juga memerlukan stake holder untuk agar berjalan
dengan baik dan dapat bermusyawarah dan mengadakan evaluasi guna
meningkatkan akselerasi program kedepannya ketika sudah berjalan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang hendak
penulis uraikan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana Model Pemberdayaan Ekonomi Berbasis Masjid Melalui


Community of Empowered Mosque Groups Guna Mengatasi Kemiskinan
di Indonesia?

2. Bagaimana harapan kedepan diterapkannya Model Pemberdayaan


Ekonomi Berbasis Masjid Melalui Community of Empowered Mosque
Groups Guna Mengatasi Kemiskinan di Indonesia?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan menanalisis Model Pemberdayaan Ekonomi
Berbasis Masjid Melalui Community of Empowered Mosque Groups Guna
Mengatasi Kemiskinan di Indonesia.

3. Untuk mengatahui harapan kedepan diterapkannya Model Pemberdayaan


Ekonomi Berbasis Masjid Melalui Community of Empowered Mosque
Groups Guna Mengatasi Kemiskinan di Indonesia.

1.4 Ruang Lingkup Penulisan

4
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pemberdayaan Ekonomi
Konsep pemberdayaan muncul akibat dari reaksi terhadap alam pikiran,
tata budaya, dan tata masyarakat yang sudah ada sebelumnya dan sudah ada
sebelumnya kemudian berkembang di suatu negara. 4 Konsep pemberdayaan
(empowerment) mulai tampak ke permukaan sekitar dekade 1970-an dan terus
berkembang sepanjang dekade 1980-an hingga 1990-an (akhir abad ke-20).
Kemunculan konsep ini hampir bersamaan dengan aliran-aliran
eksistensialisme, fenomenologi, dan personalisme. Disusul kemudian oleh
masuknya gelombang pemikiran neo-marxisme, freudianisme, termasuk di
dalamnya aliran-aliran strukuralisme dan sosiologi kritik sekolah Frankurt.
Bermunculan pula konsep-konsep elit, kekuasaan, anti kemapanan, ideologi,
pembebasan, dan civil society.5
Filososi pemberdayaan pada masyarakat dapat dieksplorasi melalui
nilai-nilai yang mendasari hakikat hubungan antara (1) manusia dan Allah
Yang Maha Kuasa (2) manusia dengan manusia (3) manusia dengan alam.
Ketiga jenis hakikat hubungan vertikal – horizontal ini melahirkan prinsip-
prinsip kehidupan sebagai berikut:6

Satu, Tuhan Yang Maha Esa menciptakan jagad raya dengan segala
isinya semata-mata untuk kehidupan dan kesejahteraan manusia dunia dan
akherat. Pada akhirnya nanti, amanah ini harus dipertanggung jawabkan
sepenuhnya oleh manusia di hadapan Sang Pencipta. Prinsip ini akan
mendorong pikiran dan sikap manusia untuk menghormati dan menghargai
seluruh ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, khususnya manusia dan sumber daya
alam, serta berhati-hati dalam menjalani kehidupan. Dua, manusia menyadari
dan mengakui bahwa sumber daya alam yang ada di lingkungan merupakan
karunia Tuhan Yang Maha Esa yang harus dikelola secara baik dan bijaksana

4
Pranarka dan Vidhyandika, 1996 dalam Harry Hikmat, Strategi Pemberdayaan
Masyarakat,(Bandung : Humaniora Utama Press, 2010),1.
5
Ismail Ruslan, Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Berbasis Masjid di Pontianak, Jurnal
Khatulistiwa : Journal of Islamic Studies, Vol. 2 No. 1 Maret 2012, 18.
6
Ibid., 19.
5
untuk kesejahteraan sosial dan kelangsungan hidupnya. Prinsip ini
melahirkan sikap menjaga kelestarian alam dan memanfaatkannya secara
proporsional dengan tetap memperhatikan kemampuan daya dukung
lingkungan. Tiga, manusia adalah makhluk sosial. Ia tidak dapat mengatasi
sendiri seluruh persoalan kehidupannya tanpa bantuan orang lain. Prinsip ini
akan melahirkan sikap untuk bekerja sama, kebersamaan, saling membantu
atau gotong-royong dan persatuan. Empat, manusia adalah makhluk
berbudaya yang memiliki identitas dan potensi sosial-budaya sebagai basis
eksistensinya. Prinsip ini melahirkan sikap menghargaai terhadap nilai-nilai
budaya, pranata (kelembagaan) sosial, dan pengakuan akan eksistensi suatu
masyarakat. Lima, manusia memiliki kehendak dan hak untuk mencapai
kualitas kehidupan yang sempurna lahir batin. Prinsip ini akan melahirkan
sikap apresiatif terhadap etos kerja, kreativitas, dan aspirasi sosial yang
berkembang. Enam, manusia memiliki martabat atau harga diri, otonomi diri,
dan kewajiban-kewajiban sosial dalam kehidupannya. Prinsip ini melahirkan
sikap menghargai kebebasan sosial yang bertanggung jawabn dan konstruktif,
mengembangkan ruang demokratisasi dan dialogis, serta menghroamti
keinginan-keinginan dan cita-cita warga masyarakat. Tujuh, dalam tatanan
kehidupan berbangsa dan bernegara, masyarakat berhak memperoleh
perlindungan dan pemenuhan kebutuhan dasar kehidupan dari negara, baik
secara sosial, budaya dan ekonomi maupun politik-kebijakan.7
Tujuh prinsip dasar pemberdayaan tersebut memiliki sifat universal
sehingga daya dukung dan keberterimaan masyarakat dimanapun mereka
berada cukup besar. Dengan demikian, pemberdayaan adalah sebuah proses
dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk
memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam
masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah
kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan
atau hasil yang ingin dicapai oleh perubahan sosial, yaitu masyarakat yang
berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi

7
Ibid., 19-20.
6
maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan
aspirasi, mempunyai mata pencarian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan
mandiri dalam melaksanakan tugastugas kehidupannya. 8
2.2 Pemberdayaan Ekonomi Berbasis Masjid
Dalam konteks bahasa, masjid dimaknai sebagai tempat sujud yang
menyembah Allah Yang Maha Kuasa. Makna ini kemudian sering difahami
secara tekstual bahwa masjid hanya untuk aktivitas saja, dan tidak
diperkenankan untuk melakukan aktivitas lainnya. Padahal dalam aspek
sejarah, beragam aktivitas Nabi Muhammad SAW selalu menjadikan masjid
sebagai media, baik dalam bidang ekonomi, politik, dakwah dan lainnya.9
Pemberdayaan ekonomi berbasis masjid adalah sebuah konsep
reaktualisasi peran masjid dari tafsir tekstual selama ini.10 Beberapa tahapan
yang umumnya dilakukan dalam upaya pemberdayaan masyarakat adalah
sebagai berikut: pertama, menciptakan suasana atau iklim yang
memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Pada tahap ini
titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat,
memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Kedua, memperkuat potensi atau
daya yang dimiliki masyarakat (empowering). Pada tahap ini diperlukan
langkah-langkah lebih positif, selain dari hanya menciptakan iklim dan
suasana. Langkah positif dimaksud meliputi langkah-langkah nyata, dan
menyangkut penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses ke
dalam berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat masyarakat
menjadi berdaya. Ketiga, memberdayakan mengandung pula arti melindungi.
Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah
lemah oleh karena kekurang berdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh
karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar
sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat. 11

8
Ibid.,20.
9
Ibid., 21.
10
Ibid., 23.
11
Cucu Nurjamilah, Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid Dalam Perspektif Dakwah Nabi
Saw, (Bandung: Pustaka Raja), Vol. 1, No. 1, 93-119, 2016, 65.
7
1.3 Kemiskinan dan Penyelesaian
Kemiskinan saat ini sudah menjadi masalah pembangunan yang bersifat
multidimensi. Kemiskinan dapat dengan mudah diketahui dan ditandai
dengan kondisi keterbelakangan, ketidakberdayaan, dan ketidakmampuan
dari sisi ekonomi, serta banyaknya jumlah pengangguran penduduk, yang
selanjutnya menjadi pemicu ketimpangan pendapatan dan kesenjangan
antargolongan penduduk. Kemiskinan dapat didefinisikan sebagai kondisi
kehidupan dengan standar kehidupan yang sangat rendah. Kemiskinan dapat
juga didefinisikan sebagai kondisi di mana seseorang tidak dapat memenuhi
kehidupan dasar sebagai manusia khususnya makanan dan pakaian. Beberapa
konsep kemiskinan yang umum dikenal yaitu kemiskinan absolut (absolutely
poor) dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut dapat digolongkan ke
dalam dua bagian yaitu kemiskinan untuk memenuhi kebutuhan dasar (basic
needs) dan kemiskinan untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi. 12
Dengan hal ini perlunya memahami strategi penyelesaian atau
pengentasa kemiskinan. Berikut adalah strategi pengentasan dan penyelesaian
masalah kemiskinan :13
1. Karena kemiskinan bersifat multidimensional, maka
program pengentasan kemiskinan seyogyanya juga tidak
hanya memprioritaskan aspek ekonomi tapi memperhatikan
dimensi lain. Dengan kata lain, pemenuhan kebutuhan
pokok memang perlu mendapat prioritas, namun juga harus mengejar tar
get mengatasi kemiskinan nonekonomik. Strategi pengentasan
kemiskinan hendaknya diarahkan untuk mengikis nilai‐nilai budaya negat
if seperti apatis,apolitis,fatalistik, ketidakberdayaan, dan sebagainya. Apa
bila buday ini tidak dihilangkan, kemiskinan ekonomi akan sulit
untuk ditanggulangi. Selain itu, langkah pengentasan
kemiskinan yang efektif harus pula mengatasi hambatanhambatan yang si
fatnya struktural dan politis.

12
Juli Panglima Saragih, Kebijakan Pengentasan Kemiskinan di DIY, Jurnal Ekonomi dan
Kebijakan Publik, Vol. 6 No. 1, Juni 2019, 49.
13
Nano Prawoto, Memahami Kemiskinan dan Strategi Penanggulangannya, Jurnal Ekonomi dan
Studi Pembangunan, Vol. 9 No.1, April 2019, 64-65.
8
2. Untuk meningkatkan kemampuan dan mendorong produktivitas, strategi
yang dipilih adalah peningkatan kemampuan dasar masyarakat miskin un
tuk meningkatkan pendapatan melalui langkah perbaikan kesehatan dan
pendidikan, peningkatan keterampilan usaha, teknologi,
perluasan jaringan kerja (networking), serta informasi pasar.
3. Melibatkan masyarakat miskin dalam keseluruhan proses
penanggulangan kemiskinan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, dan evaluasi, bahkan pada proses pengambilan keputusan.
4. Strategi pemberdayaan. Kelompok agrarian populism yang
dipelopori kelompok pakar dan aktivis LSM,
menegaskan, masyarakat miskin adalah kelompok yang mampu
membangun dirinya sendiri jika pemerintah mau
memberi kebebasan bagi kelompok itu untuk mengatur dirinya.

9
BAB III
METODE PENULISAN
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan dan jenis penelitian yaitu Kualitatif dengan jenis penelitian
diskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur
analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi
lainnya.14 Tujuan penelitian kualitatif adalah untuk mendeskripsikan dan
menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi,
pemikiran orang secara individual maupun kelompok.15 Dalam penelitian karya
tulis ilmiah ini pendiskripsian konsep pembentukan desa wisata berbasis syariah
menjadi fokus utama pembahasannya.
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian yaitu : Masjid Martajasah Syaichona Kholil Desa
Martajasah Kecamatan Bnagkalan Kabupaten Bangkalan Madura.
3.3 Sumber Data
Sumber data penelitian yaitu sumber data primer dan sumber data
sekunder, secara umum penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Sumber data primer diperoleh dari informan langsung yaitu wawancara
pemangku kebijakan (pemerintah desa) dan masyarakat
2. Sumber data sekunder adalah seperti dokumen atau buku yang dapat
menambah kelengkapan informasi terkait dengan fokus kajian penelitian
ini.

3.4 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti ialah:
Wawancara semi terstruktur dan Dokumentasi.
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data menggunakan aktifitas data kualitatif, secara umum
dapat diklasifikasikan dengan pengumpulan bahan untuk penulisan karya
tulis,penyusunan karya tulis, dan memberikan kesimpulan.

14
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakary, 2006), 6.
15
Ibid., 60.
10
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Model Pemberdayaan Ekonomi Berbasis Masjid Melalui Community of
Empowered Mosque Groups Guna Mengatasi Kemiskinan di Indonesia
4.1.1 Konsep Community of Empowered Mosque Groups

Permasalahan di atas penulis memberikaan usulan program dan


melibatkan pihak terkait untuk mendukung dan mengupayakan dalam
menanggulangi permasalahan secara tepat serta dapat memberdayakan
masyarakat melalui ekonomi berbasis masjid. Selain itu, membutuhkan peran
stakeholder dalam menjalankan program yang akan digambarkan dalam
kerangka berfikir berikut:

Gambar 1. Kerangka Berfikir Awal

Berdasarkan gambar di atas KMB merupakan salah satu model


pemberdayaan masyarakat melalui ekonomi berbasis masjid yang berupa
komunitas masjid-masjid yang masih belum terberdayakan dan fungsi dari
masjid tersebut jauh beda dari masa Rasulullah, S.A.W, melalui kerangka
berfikir ini tergambarkan konsep secara umum. Program 1 merupakan
langkah awal berupa sosialisasi mengenai fungsi masjid pada masa

11
Rasulullah, pentingnya ZISWAF bagi umat muslim yang melibatkan
mahasiswa dan tokoh-tokoh terkait. Adanya program pertama ini diharapkan
berdampak baik terhadap masjid dengan bertambahnya input masjid melalui
ZISWAF, timbul kesadaran masyarakat dan terjalinnya koordinasi yang baik
antar masjid sehingga nanti terbentuknya Community of Empowered Mosque
Groups. Program kedua adalah program lanjutan dengan sinergitas pihak-
pihak terkait dan pemberdayaan masyarakat melalui ekonomi berbasis masjid
yang dikonsep dengan sebuah komunitas masjid berdaya.

Berdasarkan gambar bagan di atas program-program dan alur


koordinasi yang akan dijalankan sebagai berikut:

1) Sosialisasi program mahasiswa sebagai pengusul program nantinya akan


berkolaborasi dengan masyarakat untuk mensosialisasikan program.
Pertama akan mensosialisasikan mengenai fungsi masjid pada masa
Rasulullah, pemberdyaan ekonomi dan perencanaan pembuatan komunitas
masjid berdaya melalui koordinator disetiap masjid. Sosialisasi ini
dilakukan untuk nnatinya masyarakat mengubah pradikma masyarakat
bahwa masjid tidak hanya digunakan sebagai tempat ibadah, akan tetapi
sebagai pusat pengembangan ekonomi, pendidikan dan yang lainnya.
Sehingga masyarakat menyadari pentingnya zakat, infak, sadaqoh dan
wakaf dan menjadi sumber pemasukan bagi masjid sekaligus menjadi
instrumen pemberdayaan masyarakat, dari masyarakat juga nantinya
kembali pada masyarakat.
Dalam sosialisasi program ini melalui pendekatan persuasif baik secara
langsung maupun secaratidak langsung. Sosialisasi secara langsung bisa
dilakukan dengan cara datang kepada masyarakat, menyelipkan disetiap
kajian yang sudah ada sebelumnya di masjid terkait. Sedangkan sosialisasi
secara tidak langsung bisa dilakukan dengan cara menggunakan media
seperti, handphone, banner, brousur bahkan melalui kampanye lainnya.
Sehingga dua hal ini mendukung sosialisasi program terkait.
2) Pembentukan Community of Empowered Mosque Groups melalui
koordinator setiap masjid setelah proses sosialisasi program. Pembentukan

12
Community of Empowered Mosque Groups berdasarkan hasil sosialisasi
dan antusias dari setiap masjid-masjid daerah terkait, sebagai wadah bagi
masyarakat/jama’ah untuk mengembangkan skill dan sahanya, sehingga
nantinya dengan adanya Community of Empowered Mosque Groups dapat
memberdayakan ekonomi masyarakat.

Gambar 2. Konsep Struktur

Struktur Community of Empowered Mosque Groups harus menunjang


dan kinerja masjid-masjid dan alur koordinasi anata masjid yang satu dengan
masjid yang lainnya dalam menjalankan program yang dicanangkan.
Musyawarah Community of Empowered Mosque Groups diperlukan sebagai
tingkat tertinggi di dalam Community of Empowered Mosque Groups /daerah
terkait yang terdiri dari seluruh pihak yang ikut berperan seperti, investor,
tokoh masyarakat, koordinator masjid, mauapun jama’ah masjid tersebut.
Tokoh masyarakat bisa berupa pemangku adat atau orang yang berpengaruh
di daerah tersebut. Sedangkan masyarakat sebagai stake holder atau pelakun
utama dalam program tersebut. Masyarakat dibagi menjadi dua yakni,
masyarakat sebagai investor dan masyarakat sebagai sasaran pemberdayaan.

13
Untuk membangun sinergitas yang maksimal, semua pihak tentunya tidak
hanya butuh komunikasi tetapi juga koordinasi. Menurut Silalahi,
Koordinasi adalah integrasi antara kegiatan kegiatan individual dan unit
unit ke dalam usaha bersama yaitu bekerja kearah tujuan yang sama.
Moekijat mensyaratkan 9 (sembilan) hal untuk mewujudkan koordinasi
yang efektif yaitu :

1) Hubungan Langsung. Maksudnya adalah bahwa koordinasi akan lebih


efektif apabila dilaksanakan melalui hubungan pribadi secara langsung
2) Kesempatan Awal. Koordinasi dapat dicapai lebih mudah pada tahap
awal perencanaan dan pengambilan kebijakan.
3) Kontinuitas. Koordinasi harus dilakukan secara berkesinambungan dari
mulai tahap awal perencanaan sampai selesai.
4) Dinamisme. Koordinasi harus bersifat fleksibel karena menyesuaikan
kondisi internal -eksternal yang terus berdinamika.
5) Tujuan yang Jelas. Tujuan yang jelas pastinya harus ada supaya
koordinasi berjalan efektif.
6) Organisasi yang sederhana. Struktur organisasi yang sederhana akan
sangat memudahkan untuk koordinasi yang efektif.
7) Perumusan Wewenang dan tanggung jawab yang jelas. Tidak mungkin
akan terjalin koordinasi yang efektif antara yang satu dan yang lain jika
wewenang dan tanggung jawab masing masing pihak tidak jelas.
8) Komunikasi yang efektif. Komunikasi yang baik adalah salah satu
kunci koordinasi yang baik.
9) Kepemimpina supervisi yang efektif. Pimpinan yang visioner akan
cukup membantu untuk membangun koordinasi yang apik antar semua
bagian.

14
3) Program pemberdayaan, diawali dengan sosialisasi tahap dua mengenai
ZISWAF sehingga masyarakat lebih antusias untuk ikut berkontribusi.

Gambar 3. Konsep Community of Empowered Mosque Groups

Berdasarkan gambar di atas dapat dapat dijelaskan sinergitas anatara


semua pihak dalam menjalankan program-program sehingga terciptanya
sistem yang baik dan output sesuai harapan.

1) Community of Empowered Mosque Groups merupakan komunitas masji-


masjid yang ingin diberdayakan dengan kriteria masjid besar yang minim
kegiatan di dalamnya, masjid yang belum terurus di daerah terkait.
2) Musyawarah Community of Empowered Mosque Groups sebagai
tingkatan tertinggi dalam komunitas tersebut, yang besrisi seluruh pihak-
pihak terkait. Seperti, pihak investor, tokoh masyarakat, koordinator
masjid-masjid dan elemen lain yang memiliki kepentingan. Berfungsi
sebagai elemen strategis untuk menentukan kebijakan dan keputusan yang
diambil mngenai program-program yang dicanangkan.

15
3) Masyarakat sebagai stake holder yang menjadi investor baik itu berupa
investasi akhirat yang berbentuk ZISWAF dan hibah, maupun berupa
investasi berupa lainnya yang berupa bagi has. Peran masyarakat yang ke
dua sebagai sasaran dalam program pemberdayaan masyarakat melalui
ekonomi berbasis masjid baik nanti disalurkan berbentuk sosial maupun
sistem bagi hasil.
4) Pemerintah Daerah sebagai koordinator dan fasilitator yang mendukung
program terkait, bisa berupa suporting unit dalam bantuan legalitas
hukum.

Dalam hubungan koordinasi anatara Community of Empowered Mosque


Groups dengan masyarakat yakni ada dua. Pertama masyarakat sebagai
investor yang menjadi sumber pemasukan Community of Empowered Mosque
Groups yang berupa investasi akhirat (zakat, infak, sadaqah, wakaf dan bisa
berupa hibah), dan masyarakat berinvestasi berupa dana yang nantinya akan
dikembalikan berupa bagi hasil. Kedua, bagian dari program yakni
memberdayakan masyarakat melalui pembiayaan untuk mengembangkan
usahanya dan juga berupa bantuan sosial. Sedangkan musyawarah
berhubungan dengan pusat koordinasi dari setiap masjid dan sebagai penentu
emplementasi kebijakan yang diambil melalui hasil musyawarah. Dalam
musyawarah ini akan dibahas mengenai permasalahan yang terjadi disetiap
masjid, perihal kebutuhan dan lain-lain guna dikoordinasikan kepada
pemerintah daerah sebagai badan tertinggi dan penjamin kesejahteraan
masyarakat.

Tabel 2. Program Pemberdayaan

NO Nama Indikator Waktu Keterangan


Program pelaksa
naan
1. Kantin (Kajian Mampu memahami Setiap hari Kajian rutin guna
rutin) tentang muamalah senin meningkatkan pengetahuan
dan ibadah (mingguan) mendasar mengenai ibadah

16
dan muamalah,
2. Program DUHA Setiap hari Kegiatan jum’at pagi dengan
jum’at melakukan pembersihan
(mingguan) masjid anggota CEMOG, dan
setiap jamaahnya membawa
sedekah hasil usahanya
masing-masingvseperti (beras,
ikan, sayur, ubi, garam,
makanan ringan) yang
kemudian diolah menjadi
makanan jadi dan
disedekahkan kepada
masyarakat yang kurang
mampu dan bagi anggota
yang melakukan perawatan
majid di hari jum’at.
3. Program Pelatihan Mampu 1 bulan sekali Merupakan program
KWU menghasilkan pelatiahan kewirausahaan
keterampilan usaha, bagi masyarakat/anggota
menghasilkan sebuah CEMOG untuk memiliki
produk. suatu usaha atau untuk
mengembangkan usahanya
yang masih belum
berkembang.
4. OPOP (One Setiap anggota 1 bulan sekali Program satu orang
Person One mampu menghasilkan satu produk.
Product) menghasilakn produk Program ini merupakan output
yang nantinya dari program KUMPI yang
menjadi barand bagi nantinya akan dibiayai
setaip masjid anggota dibiayai oleh CEMOG
CEMOG. sebagai upaya pemberdayaan
masyarakat melalui peranan

17
masjid. Kemudiaan masjid-
masjid memiliki brand
tersendiri atas hasil yang
dicapainya.
5. Musyawarah Mampu memberikan 1 bulan sekali Merupakan musyawarah yang
Community of inovasi baru dan (akhir priode berfungsi sebagai elemen
Empowered meningkatkan program strategis untuk menentukan
Mosque Groups program selama satu bulanan) kebijakan dan keputusan yang
bulan. diambil mngenai program-
program yang dicanangkan
tersebut (evaluasi program).

4.1.2 Contoh Gambaran Studi Kasus Program Community of Empowered


Mosque Groups

Sebagai studi kasus potensi masjid yang djadikan sebagai tempat


implementasi yang potensial nantinya, penulis memilik masjid martajasah
bangkalan. Masjid Martajasah Syaikhona Kholil Bangkalan adalah salah satu
masjid yang berdiri sekaligus terintegrasi dengan wisata religi yakni makam
pesarean Syaikhona Kholil, yang merupakan salah satu Wali Allah. Masjid
tersebut dapat dikatakan sebagai satu-satunya masjid terbesar di Madura
apabila dilihat dari segi pengunjung. Hal ini dikarenakan terintegrasinya
antara bangunan masjid dan wisata religi Makan Syaikhona Kholil.

Dalam kaitannya dengan hal ini, masjid Martajasah memiliki beberapa


potensi yang menjadi pembeda dengan masjid-masjid disekitarnya, seperti
jumlah dana ZISWAF,kunjungan, potensial pedidikan atau pengajaran,
sejarah, dan juga menjadi pusat ekonomi UKM di sekitarnya.

1. Potensi Dana ZISWAF

Pada potensi dana ZISWAF tercatat tahun 2019 sejumlah 1,2 Milyar.
Dana terbesar yang menjadi penyumbang Masjid dan wisata religi

18
adalah dari hasil infaq pengunjung dan juga UKM sekitar wisata religi.
Akan tetapi dana tersebut masihlah belum tersalurkan dengan baik,
karena masih terfokus pada pembangunan masjid dan wisata religi.

Dengan adanya hal ini, merupakan salah satu potensi juga untuk
membantu masyarakat sekitar masjid dan wisata untuk mengadakan
program pemberdayaan ekonomi masyarakat. Karena masyarakat
disana mata pencahariannya masih tergantung pada wisata religi
tersebut.

2. Pendidikan atau Pengajaran

Pada potensi pendidikan dan pengajaran di Masjid Martajasah terdapat


beberapa program, seperti TPQ, Kajian Kitab tiap hari kamis dan
Jumat, pelatihan mengajar untuk guru-guru TPQ se Bangkalan. Pada
hari-hari besar islam juga terdapat beberapa event-event besar seperti
pengajian kubro dan Sholawat Habsy.

3. Sejarah Religi

Dalam sejarah Religi yang ditinggalkan oleh Syaikhona Kholil ini telah
tertulis dalam bukunya “Anjing Hitam” yang membahas tentang
perjuangan dan sejarah awal berdirinya Wisata Religi.

4. Kompleks UKM

Pada sekitar Masjid Martajasah terdapat banyak UKM atau pedagang


kecil yang berada disekitar masjid, karena lokasi yang terintegrasi
wisata religi, sehingga hal ini menjadi peluang besar bagi masyarakat
Martajasah untuk membuka usaha. Pada kompleks tersebut juga
masyarakat sekitar menjual oleh-oleh khas Madura yang ditujukan
kepada para pengunjung masjid dan wisata religi.

19
4.2 Harapan kedepan diterapkannya Model Pemberdayaan Ekonomi
Berbasis Masjid Melalui Community of Empowered Mosque Groups Guna
Mengatasi Kemiskinan di Indonesia

4.2.1 Harapan Untuk Masyarakat

Dengan program ini melalui konsep yang sudah dibentuk diharapkan


masyarakat sudah terperdayakan dan memiliki pendapatan yang jauh
lebih baik, sehingga perekonomian masyarakat menjadi lebih baik dan
masalah kemiskinan dapat teratasi.

Selanjutnya masyarakat dapat berkreatifitas untuk emmbuat usaha


sendiri, untuk dirinya sendiri dan mampu aktif dalam kegiatan ekonomi.

Program ini mampu dijadikan sebagai program awal atau rujukan untuk
kegiatan-kegiatan selanjutnya dalam hal pemberdayaan masjid, karena
ini sudah mencakup kebutuhan masjid yang ada pada saat ini, sehingga
dapat menjadi pilar kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat.

4.2.2 Harapan Pembuat Program

Pembuat program tentunya harus selalu melakukan inovasi konsep yang


disesuaikan dengan saat ini, sehingga program yang dijalankan sudah
sesuai dengan konsep yang ada. Program-program selanjutnya memang
harus dilakukan lagi, dan evaluasi-evaluasi harus dilakukan sejak kala
guna untuk perbaikan program kedepannya dan mengetahui sejauh mana
program ini bisa diterapkan.

4.2.3 Stakeholder

Stakeholder ini meliputi pemerintah dan pengelola masjid. Dengan hal


ini keberhasilan pengelolaan masjid dan implementasinya nanti dapat di
lanjutkan dan diterapkan oleh masjid-masjid yang masih belum
terintegrasi oleh pihak lain. Baik dalam hal dana maupun sumbangsih
pemikiran untuk kemajuan masjid dan pemberdayaan masyarakat sekitar.
Dan selanjutnya secara sistematis nantinya akan dapat membantu
mengentaskan kemiskinan di Indonesia.

20
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari penjelasan program di atas dapat disimpulkan bahwa masjid tidak
hanya berkaitan dengan ibadah mahdlah, akan tetapi juga mengenai ghairu
mahdhah, seperti pendidikan, kebudayaan, dan ekonomi. Hal ini sudah
ditunjukkan pada saat Rasulullah memimpin, kebanyakan di era sekarang
masjid yang ada masih belum sesuai dengan fungsi aslinya sehingga terjadi
ketidak sesuaian. Sehingga dengan adanya program ini dapat meningkatkan
dan meningkatkan fungsi masjid dan perekonomian umat. Model
pemberdayaan ekonomi melalui masjid sudah banyak dilakukan tetapi
memberdayakan masyarakat melalui komunitas masjid merupakan gerakan
awak untuk menuju berdaya. Dalam program tersebut juga disusun secara
sistematis, melalui struktur komunitas, program yang dicanangkan serta
sinergitas dari pihak-pihak terkait, sehingga Community of Empowered
Mosque Groups bisa dilajalankan dan bisa menentukan pencapaiannya
melalui evaluasi.
5.2Saran
Program ini merupakan inovasi sekaligus solusi untuk memberdayakan
masyarakat melalui masjid, sehingga dalam membaca karya tulis ini dapat
diselaraskan dengan keadaan daerah pembaca. Program ini nantinya juga
dapat dilihat oleh pemerintah daerah dan tokoh penting dalam daerah tersebut
untuk diimplementasikan. Dalam penerapan program butuh peran dari pihak-
pihak terkait dan evaluasi secara mendalam guna meningkatkan impact
program. Perlunya penerapan Community of Empowered Mosque Groups ini
supaya dapat menuntaskan kemiskinan di daerah tertentu khususnya daerah
yang memiliki potensi berbasis masjid. Yang paling pentig adalah
membutuhkan support dari kaum muda, mahasiswa, pemerintah serta tokoh
masyarakat.

21
DAFTAR PUSTAKA

Bahtiar, E. 2012. Mengembalikan Fungsi Masjid Sebagai Sentra Peradaban Umat


Manusia. EMPIRIK: Jurnal Penelitian Islam. Vol. 5, No. 2 hal 33-58.
Moleong, Lexy J. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Nurjamilah, Cucu. 2016. Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid Dalam
Perspektif Dakwah Nabi Saw, Vol. 1, No. 1, 93-119.
Pranarka dan Vidhyandika. 2016. 1996 dalam Harry Hikmat, Strategi
Pemberdayaan Masyarakat. Bandung : Humaniora Utama Press..
Ruslan, Ismail. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Berbasis Masjid di
Pontianak, Jurnal Khatulistiwa : Journal of Islamic Studies, Vol. 2 No. 1
Saragih, Juli Panglima . Kebijakan Pengentasan Kemiskinan di DIY, Jurnal
Ekonomi dan Kebijakan Publik, Vol. 6 No. 1, Juni 2019.
Supriyadi, Ahmad. 2017. Pemberdayaan Ekonomi Berbasis Masjid (Studi Kritis
Pasal 53, 54, Dan 55 Pp. Nomor 14 Tahun 2014 Tentang Pelaksanakaan Uu
Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat), AN-NISBAH, Vol. 03,
No. 02.Maret 2012.
Ulbert Silalahi. 2011. Asas asas Managemen. Bandung : Refika Aditama.
Moekijat. 1994. Koordinasi (Suatu Tinjauan Teoritis. Bandung : Mandar Maju.

22

Anda mungkin juga menyukai