Disusun Oleh
ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan izin-Nya
penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “ ANALISIS
DETERMINAN TENDENSI INDIVIDU MENYALURKAN DANA INFAQ KE
MASJID DAN SKEMA TAKMIR SUMMIT UNTUK MENDUKUNG
KAPASITAS TAKMIR DALAM MENGELOLA MASJID“.
Karya Tulis Ilmiah ini penulis susun untuk mengikuti Temu Ilmiah
Regional Fossei Jatim 2020. Ucapan terimakasih kepada seluruh pihak, terutama
dosen pembimbing kami Bapak Sulistya Rusgianto,S.E.,MIF.,P.hD. yang telah
membantu sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih memiliki
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi perbaikan Karya Tulis Ilmiah selanjutnya. Semoga Karya Tulis
Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan, penulis, dan pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………....................……….……...i
LEMBAR ORISINALITAS……………………….………………....................…...….…..ii.
KATA PENGANTAR…………………………………………..........……...........…….…..iii
DAFTAR ISI………………………………………………………...................………...….iv
DAFTAR TABEL……………………………………………..........……….............……….v
DAFTAR GAMBAR……………………………………….........…………....…......……...vi
ABSTRAK..............................................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………......................…………………...1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………….....................……….……..2
1.3 Tujuan……………………………………………….....................……………….2
1.4 Ruang Lingkup Penulisan…………………………….......................…………….2
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Pemberian Infaq.......................................................................................................3
2.2 Temuan Perilaku Terencana (Theory of Planned Behaviour ).................................3
2.2.1 Sikap..........................................................................................................4
2.2.2 Norma Subjektif........................................................................................4
2.2.3 Persepsi Peilaku.........................................................................................5
2.2.4 Kepercayaan..............................................................................................5
2.3 Kemaslatan Umat.......................................... ..........................................................6
BAB III METODE PENULISAN
3.1 Teknik Pengambilan Data........................................................................................8
3.2 Teknik Analisis........................................................................................................8
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Faktor yang Menentukan seseorang menyalurkan hartanya sehingga meningkatkan
funding masjid berdasarkan Theory of planned behaviour..........................................10
4.2 Rekomendasi yang dapat diberikan untuk meningkatkan funding masjid sehingga
dapat meningkatkan kesejahteraan umat......................................................................12
4.2.1 Program Takmir Summit..........................................................................12
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan……………………………………………….......................………..16
5.2 Saran………………………………………………………......................……….17
DAFTAR PUSTAKA
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
Analisis Determinan Tendensi Individu Menyalurkan Dana Infaq ke Masjisd dan
Skema Takmir Summit untuk Mendukung Kapasitas Takmir dalam Mengelola Masjid
Universitas Airlangga
ABSTRAK
Ketimpangan masih menjadi problematika yang dihadapi masyarakat di sebagian besar daerah.
Pendapatan menjadi salah satu faktor terjadinya ketimpangan antara masyarakat kaya dan miskin.
Masyarakat yang tergolong miskin dalam memenuhi kebutuhannya masih mengalami kesulitan.
Bantuan yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat miskin masih belum merata. Islam sebagai
agama yang rahmatan lil’alamin telah memberikan tuntunan pada segala aspek kehidupan manusia
termasuk aspek sosial ekonomi yang didalamnya terdapat permasalahan kemiskinan. Salah satu solusi
untuk mengatasi permasalahan tersebut dalam Islam melalui instrumen infaq yang disalurkan ke masjid.
Fungsi masjid tidak hanya sebagai tempat ibadah, melainkan juga kegiatan pendidikan, politik,
ekonomi, sosial dan budaya. Peran masjid dalam kegiatan sosial dapat membantu kemaslahatan umat,
salah satunya melalui penyaluran infaq. Infaq yang dihimpun dan dikelola oleh masjid kemudian dapat
disalurkan ke masyarakat yang berhak untuk menerimanya. Namun, permasalahan dalam proses
penyaluran dana infaq dari individu masih terdapat kendala karena dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi seorang
individu untuk berinfaq ke masjid sehingga dapat meningkatkan funding masjid untuk kemaslahatan
umat. Penelitian pada karya tulis ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan analisis
PLS (Partial Least Square). Teori yang digunakan adalah Theory of planned behaviour. Sehingga dari
hasil penelitian ini dapat menawarkan program untuk mengoptimalkan peran masjid dan tercipta
kemaslahatan umat.
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang dihadapi masyarakat sebagai akibat
adanya berbagai ketimpangan. Ketimpangan yang paling mencolok terlihat dari perbedaan
pendapatan antara masyarakat kaya dan miskin. Dampak dari ketimpangan tersebut dapat
menimbulkan berbagai permasalahan, seperti peningkatan migrasi, kriminalitas, konflik antar
masyarakat, dan dapat mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan (David
Eko Prasetyo, 2011). Berdasarkan data Badan Pusat Statistika, perkembangan gini ratio dari
segi pedesaan dan perkotaan selama lima tahun terakhir yaitu pada tahun 2015 sebesar 0,402,
tahun 2016 sebesar 0,394, tahun 2017 sebesar 0,391, tahun 2018 sebesar 0,384, dan tahun 2019
sebesar 0,382 mengalami penurunan setiap tahunnya. Namun, problematika ketimpangan
masih menjadi beban sebagian besar masyarakat.
Islam sebagai agama yang rahmatan lil-‘alamin telah memberikan tuntutan pada segala aspek
kehidupan manusia termasuk aspek sosial ekonomi yang didalamnya terdapat permasalahan
kemiskinan. Salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut dalam Islam melalui
instrumen infaq yang disalurkan ke Masjid. Sebagaimana dalam firman Allah, surat Adz-
Dzariyaat ayat 19 :
Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk muslim sebesar 87% dari total
267 juta jiwa (BPS, 2019). Sebagai negara dengan mayoritas muslim menjadikan Indonesia
memiliki potensi besar dalam pengumpulan dana infaq melalui masjid. Masjid pada masa
Rasulullah SAW tidak hanya sebagai tempat shalat, melainkan masjid juga menjadi sentra
utama seluruh aktivitas keumatan, yaitu sentra pendidikan, politik, ekonomi, sosial dan budaya.
Peran masjid tersebut sangat mendukung kemaslahatan umat.
1
Kemaslahatan umat dapat dicapai salah satunya dengan upaya menanggulangi ketimpangan
yang terjadi di lingkungan masyarakat. Sesuai program pemerintah saat ini dalam konsep
Sustainable Development Goals (SDGs) yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan tiga
dimensi yaitu lingkungan, sosial dan ekonomi. Hal tersebut tentu tidak terlepas dari
keterlibatan masyarakat, terutama masyarakat kalangan menengah atas yang memiliki
pendapatan tinggi untuk menyalurkan sebagian uangnya ke masjid, dan masyarakat kalangan
menengah ke bawah yang berhak menerima dana tersebut. Tetapi permasalahan timbul pada
proses pengumpulan dana infaq, karena setiap individu yang hendak berinfaq dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Oleh karena itu, penelitian diperlukan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja
yang dapat mempengaruhi seorang individu menyalurkan sebagian uangnya ke masjid
sehingga dapat meningkatkan funding masjid untuk kemaslahatan umat.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui faktor yang menentukan seseorang menyalurkan hartanya sehingga
meningkatkan funding masjid berdasarkan Theory of planned behaviour
2. Menjelaskan Rekomendasi yang diberikan untuk meningkatkan funding masjid sehingga
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat
2
BAB 2
TINJAUAN TEORI
Umat Islam memiliki perilaku memberi terkait agama yang relatif tinggi. Salah satunya
yang sering menjadi kegiatan rutin dalam beramal oleh umat muslim yakni kegiatan
berinfaq.Infak secara bahasa (lughat) berasal Bahasa Arab dari kata anfaqo-yunfiqu, artinya
membelanjakan atau membiayai, arti Infaq menjadi khusus ketika dikaitkan dengan upaya
realisasi perintah-perintah Allah. Kata (Infak), yang huruf akhirnya mestinya “Qaf”, oleh orang
Indonesia dirubah menjadi huruf “Kaf”, sehingga menjadi (Infak). Maka, Infak juga bisa
diartikan mengeluarkan sesuatu (harta) untuk suatu kepentingan yang baik, maupun
kepentingan yang buruk. Dengan demikian Infak hanya berkaitan dengan atau hanya dalam
bentuk materi saja, (Quratul, 2016)
Berbeda dengan penelitian zakat sebelumnya, penelitian ini berfokus pada konteks infaq karena
potensi dari infaq sangatlah besar, tetapi belum tereksplor dengan baik.
Sebuah teori populer di bidang psikologi sosial adalah theory of planned behavior yang
merupakan perluasan dari teori aksi penalaran di mana pada dasarnya mencoba untuk
menjelaskan perilaku orang (Fishbein, 1975)
3
Fokus utama dari teori ini adalah niat perilaku sebagai awal sebelum melakukan
perilaku yang sebenarnya. Menurut teori ini, niat adalah elemen kunci yang ada pada individu
sebelum dia bertindak. Dengan kata lain, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang,
seperti sikap dan norma subjektif, bekerja melalui niat untuk memengaruhi apakah seseorang
benar-benar akan bertindak berdasarkan niat atau tidak. Teori ini pada dasarnya mendalilkan
bahwa keputusan seseorang untuk benar-benar (sukarela) bertindak (atau tidak bertindak)
ditentukan oleh niat seseorang.
Teori tersebut pada umumnya digunakan dalam menjelaskan perilaku sosial, yang dapat
dihubungkan dengan kenaikan infaq masjid berdasarkan theory of planned behavior (TPB)
dimana pemberian infaq masjid menjadi fokus utama dalam penelitian.
Untuk menjelaskan perilaku orang, theory of planned behavior (TPB) dapat diterapkan
secara tepat untuk menjelaskan niat perilaku dalam melakukan pemberian uang tunai karena
teori ini relevan dalam memprediksi perilaku sukarela (Ajzen, 1991)
Dalam konteks pemberian uang tunai, kepatuhan untuk memilih infaq masjid pada
dasarnya adalah perilaku sukarela, oleh karena itu menurut peneliti teori tersebut tepat dalam
menangani masalah penelitian ini.
2.2.1 Sikap
dari sikap inilah salah satu faktor yang dapat menentukan pengaruh seseorang
terhadap pemberian infaq terhadap suatu masjid.
4
Norma subjektif dapat didefinisikan sebagai tekanan sosial yang dirasakan
apakah akan melakukan suatu perilaku. Ini mengacu pada persepsi individu terhadap
pendapat yang relevan dari orang lain tentang apakah harus melakukan perilaku
tersebut atau tidak (Ajzen, 1991)
Penelitian ini menunjukkan bahwa lingkungan dapat menjadi faktor utama yang
menjelaskan mengapa seseorang melakukan beberapa perilaku. Diharapkan norma
subjektif memiliki pengaruh pada partisipasi infaq masjid.
2.2.4 Kepercayaan
Kepercayaan terhadap masjid sebagai lembaga Baitul Maal dalam penelitian ini
didefinisikan sebagai kemauan jamaah untuk menyalurkan hartanya, karena jamaah
yang menginfaqkan hartanya yakin bahwa masjid tersebut profesional, amanah dan
transparan dalam mengelolaan infaq. Dimana harta yang dikelola tersebut digunakan
untuk program masjid dan meningkatkan kesejahteraan mustahiq Di Samping akan
menumbuhkan rasa kepercayaan tinggi masyarakat terhadap takmir masjid setempat
5
dalam melakukan pengelolaan kas masjid, dana infaq yang terkumpul juga akan lebih
optimal dalam segi pemanfaatan. Dengan demikian, masyarakat akan lebih
berkomitmen terhadap masjid dalam penyaluran hartanya .
1. Keterbukaan
2. Kompeten
3. Kejujuran
4. Integritas
5. Akuntabilitas
6. Sharing
7. Penghargaan
Maslahah, secara etimologi adalah kata tunggal dari al-masalih, yang searti
dengan kata salah, yaitu " mendatangkan kebaikan Terkadang digunakan juga istilah
lain yaitu al-islislah yang berarti " mencari kebaikan " Tak jarang kata maslahah atau
istislah ini disertai dengan kata al-mu nasib yang berarti "hal-hal yang cocok, sesuai
dan tepat penggunaannya. Dari beberapa arti ini dapat diambil suatu pemahaman bahwa
setiap sesuatu , apa saja, yang mengandung manfaat di dalamnya baik untuk
memperoleh kemanfaatan, kebaikan, maupun untuk menolak kemudaratan, maka
semua itu disebut dengan maslahah
Cendikiawan muslim Imam Al-Ghazali merupakan seorang yang pertama
merumuskan konsep fungsi kesejahteraan (maslahah) sosial. Dalam bukunya Ihya
ulumuddin Al-Ghazali mengemukakan dalam masyarakat Islam ada lima aspek yang
sangat berpengaruh terhadap tercapainya kesejahteraan sosial yaitu; tujuan utama
6
syariat Islam adalah agama (din), jiwa (nafs), akal (aql), keturunan (nasl), dan harta
(maal).
7
BAB 3
METODE PENULISAN
3.1 Teknik Pengambilan Data
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan pengambilan data secara
primer yakni dengan melakukan survei. Lingkup penelitian ini berada di Kota Surabaya
tepatnya Kecamatan Gubeng. Populasi data pada penelitian ini adalah menyasar jama’ah di
Kecamatan Gubeng. Sampel yang digunakan adalah jama’ah di tujuh masjid Kecamatan
Gubeng. Terdapat 100 responden dalam penelitian ini. Sesuai dengan yang dikatakan
Tabachnick dan Fidell 2012 ukuran sampel yang dibutuhkan untuk suatu penelitian adalah
antara 10-25 kali jumlah variabel independen. Dalam Penelitian ini terdapat empat variabel
sehingga sampel yang dibutuhkan dalam adalah 60-150. Hasil dari kuesioner yang disebar,
penulis mendapatkan 100 responden untuk kemudian dianalisis.
Kuesioner pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui bagaimana sikap,norma
subjektif, perilaku persepsi, dan kepercayaan dalam mempengaruhi tendensi seseorang dalam
menyalurkan hartanya ke masjid. Satuan skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah
skala ordinal atau lebih tepatnya skala Likert. Jawaban dari setiap pertanyaan dituangkan dalam
angka 1 hingga 5 sesuai dengan responden yakni mulai dari sangat setuju setuju, kurang setuju,
tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
8
Tahapan analisis penelitian menggunakan PLS diawali dengan membangun konstruk
penelitian seperti pada gambar 1.1. Kedua adalah menguji validitas dan reliabilitas variabel.
Ketiga adalah menganalisis dengan rules of thumbs atau aturan yang telah ditentukan untuk
beberapa indikator. Terakhir adalah menarik kesimpulan. PLS memiliki beberapa skor rule of
thumbs diantaranya skor AVE sebagai uji validitas > 0,5 dan Composite Reliability >0,6. Selain
itu untuk R-squared sebaiknya lebih dari atau sama dengan 0,10.
9
BAB 4
PEMBAHASAN
Sebelum menginterpretasi variabel mana yang memiliki hasil signifikan dilakukan uji
validitas dan reliabilitas terlebih dahulu. Dengan menggunakan perangkat lunak Smartpls 3
Pada Tabel 4.1 menunjukan hasil pengujian validitas variabel-variabel pada penelitian ini
10
Setelah uji validitas dan reliabilitas dilakukan selanjutnya adalah menguji variabel
mana yang signifikan. Pada Tabel 4.3 menunjukkan hasil dari Path Coefficient. Saat dilihat
hubungan pengaruh antara variabel x dengan x dan variabel x dengan y ada beberapa diantara
yang signifikan ( ditunjukan dengan warna hijau) dan tidak signifikan ( ditunjukan dengan
warna merah). Variabel x yang mempengaruhi variabel y secara signifikan adalah variabel
Kepercayaan yakni dengan P-value sebesar 0,040. Variabel ini termasuk variabel yang
signifikan karena nilai P nya kurang dari 0,05.
Tabel 4.3 : Path Coefficient
11
Gambar 4.1 : Analisis PLS R-squared
sumber : data primer,diolah
Interpretasi terakhir adalah pada nilai R-squared ditunjukan pada Gambar 4.1. Seberapa
besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dapat dilihat melalui angka R-
squared. Hasil dari estimasi PLS menunjukan keempat variabel independen mempengaruhi
variabel dependen sebesar 0,127 atau menjelaskan sebesar 12,7 persen.
4.2 Rekomendasi yang dapat diberikan untuk meningkatkan funding masjid sehingga
dapat meningkatkan kesejahteraan umat
12
Dan didukung oleh pernyataan wakil presiden sekaligus Ketua Umum Dewan Masjid
Indonesia (DMI) pada acara Rakornas Muslimat Nu di Jakarta pada tahun 2019,
menyatakan bahwa masjid yang ada di Indonesia berjumlah 800.000.
Dengan banyaknya masjid dan tendensi seseorang dalam berinfaq yakni
kepercayaan, maka peneliti dapat memberikan sebuah solusi mengenai persoalan ini
guna meningkatkan infaq masjid.
Program Summit Takmir hadir sebagai solusinya. Dimana dilakukan suatu
program dengan mempertemukan takmir masjid. Mulai dari semua takmir masjid desa,
takmir masjid Kota sampai dengan takmir masjid di tingkat Provinsi. Pertemuan
tersebut ditujukan untuk pemaparan manajemen pengelolaan yang dimiliki oleh setiap
masjid. Sehingga para takmir masjid bisa saling bertukar pengalaman mengenai
management pengelolaan masjid masing-masing baik dalam bidang keuangan dan lain
sebagainya. Sehingga dapat mendorong kemajuan dan perubahan bagi masing-masing
masjid, terutama bagi masjid yang belum memiliki management pengelolaan yang
sistematis.
Pertemuan ini maksimal dilakukan di tingkat provinsi saja, agar kegiatan dapat
berjalan lebih kondusif dalam pelaksanaannya. Program Takmir Summit ini wajib
dilaksanakan oleh semua Provinsi yang ada di Indonesia tanpa terkecuali. Program ini
merupakan langkah awal dalam menumbuhkan tingkat kepercayaan masyarakat
terhadap masjid. Karena diharapkan setiap takmir masjid yang sudah mengikuti
program ini, dapat menerapkannya manajemen pengelolaan masjid masing-masing
dengan baik ketika telah kembali. Terutama dalam hal keuangan masjid. Menjadikan
masyarakat dapat lebih percaya dalam menyalurkan hartanya, yang berdampak
terhadap kenaikan funding masjid. Sehingga kesejahteraan bagi masyarakat sekitar
dapat meningkat melalui management pengelolaan keuangan masjid yang tepat.
Stakeholder
Dalam melaksanakan program Takmir Summit ini, ada elemen-elemen yang
terlibat di dalamnya. Gambar 4.2 menunjukan pemangku kepentingan yang berperan
dalam Takmir Summit
13
Gambar 4.2 : Stakeholder Takmir Summit
sumber : ilustrasi penulis
Dari Gambar 4.2 dapat dijabarkan apa saja peran dari pemangku kebijakan pada
program Takmir Summit
1. Kementerian Agama(Kemenag)
Dalam banyak kajiannya, Kemenag menekankan pentingnya peran
takmir dalam pengembangan masjid sehingga adanya program ini perlu
sepenuhnya didukung oleh Kemenag dari berbagai sisi
2. Pemerintah Daerah
Ruang lingkup Takmir Summit ini adalah daerah tingkat I atau provinsi
sehingga adanya tanggung jawab yang melekat pada pemerintah daerah salah
satunya adalah penyediaan anggaran
3. Masjid (Takmir)
Takmir disini berperan sebagai subjek dan objek. Takmir yang berperan
sebagai subjek adalah takmir masjid yang memiliki pengelolaan masjid lebih
baik. Takmir masjid sebagai objek adalah kelompok takmir yang berasal dari
masjid dengan manajemen masih belum optimal.
4. Akademisi
Akademisi disini menjadi elemen yang berkecimpung dalam pengkajian
tentang program ini. Peneliti dapat dikatakan sebagai stakeholder dari sisi
akademisi
Mekanisme Program
Program Takmir Summit ini memiliki langkah-langkah implementasi untuk
mempermudah pemahaman bagaimana program ini akan berjalan. Berikut adalah
langkah implementasi dari program Takmir Summit :
14
1. Pertama yang harus dilakukan adalah pengkalsifikasian masjid yang memiliki
manajemen baik dan masjid yang belum memaksimalkan potensinya untuk
mendapat funding yang besar. Hal ini dilihat salah satunya dari aspek keuangan
masjid. Masjid dengan keuangan yang baik memiliki keseimbangan infaq 0
diluar kas operasional dan aset masjid karena infaq yang diterima pada dasarnya
harus segera dikeluarkan untuk kembali ke masyarakat
2. Kedua, setelah melakukan pengkalasifikasian program bisa segera dilakukan
dengan menghadirkan takmir masjid baik dengan masjid yang sudah memiliki
manajemen baik dan masjid dengan manajemen yang belum optimal dalam satu
forum. Tidak hanya takmir masjid namun juga menghadirkan pembuat regulator
dan fasilitator dalam satu forum yang sama.
3. Ketiga dalam satu forum yang sama itu dilakukan Focus Group Discussion
dengan melibatkan stakeholder-stakeholder yang telah ditentukan. Dalam
forum ini dilakukan pengkajian, transfer ilmu, dan diskusi antara beberapa
masjid dengan kualifikasi yang berbeda.
Dalam program ini disusun beberapa hal krusial untuk diperhatikan bagi
masing-masing masjid yang belum optimal. Hal-hal tersebut diantaranya adalah
transfer ilmu pengelolaan manajemen keuangan, manajemen aset masjid,
manajemen sumber daya manusia masjid dari masjid yang sudah memiliki
manajemen baik kepada masjid yang masih belum optimal.
Program Takmir Summit dilakukan secara berkala dalam 1 periode guna
menjaga sustainabilitas manajemen masjid yang baik. Diharapkan dengan
adanya program ini masjid-masjid yang belum mengoptimalkan manajemennya
dengan baik, dapat memiliki role model yakni masjid-masjid yang memiliki
manajemen baik. Melalui FGD yang dilakukan transfer ilmu dari satu takmir ke
takmir lainnya akan meningkat. Dengan dibekalinya takmir masjid diharapkan
akan meningkatkan kualitas takmir masjid dan nantinya membuat jamaah
memiliki kepercayaan dalam meletakkan hartanya di suatu masjid. Pada
akhirnya kepercayaan jamaah ini dapat meningkatkan funding masjid dan
kembali untuk memberi kebermanfaatan bagi masyarakat.
15
BAB 5
PENTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan pada penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Theory of Planned Behaviour menjelaskan tentang intensi atau niat seseorang dalam
melakukan sebuah perilaku. Penelitian ini ingin mengetahui apa saja faktor yang
mempengaruhi intensi seseorang berinfaq pada sebuah masjid di luar dari kewajiban
seorang muslim berdasarkan Theory of Planned Behaviour. Terdapat tiga faktor yang
jika disesuaikan dengan Theory of Planned Behavior yakni Sikap, Norma Subjektif,
Persepsi Perilaku. Pada penelitian ini peneliti menambahkan satu faktor yakni
kepercayaan. Ruang lingkup penelitian adalah Kecamatan Gubeng, Surabaya. Analisis
yang digunakan adalah dengan pendekatan kuantitatif. Mengolah data hasil survei 100
responden dengan alat analisis Partial Least Square(PLS). Hasil dari penelitian ini
menunjukan bahwa variabel Kepercayaan berpengaruh signifikan dengan P-value
sebesar 0,040. Dapat disimpulkan bahwa intensi seseorang menyalurkan infaqnya ke
masjid khususnya di daerah Kecamatan Gubeng, Surabaya bergantung kepercayaan
mereka terhadap pengelola masjid yang dalam hal ini adalah takmir masjid itu. Semakin
tinggi kepercayaan masyarakat terhadap takmir masjid, maka potensi seseorang
berinfaq ke masjid tersebut akan semakin besar dan pada akhirnya dapat meningkatkan
funding masjid yang akan digunakan juga untuk kesejahteraan masyarakat.
2. Menghadapi hasil penelitian yang menunjukan bahwa kepercayaan menjadi variabel
yang berpengaruh signifikan terhadap intensi seseorang berinfaq, Peneliti memiliki
rekomendasi berupa program yang bersama Takmir Summit. Program Takmir Summit
ini adalah sebuah program yang mengumpulkan beberapa stakeholder dalam satu forum
untuk dilakukan diskusi dan pengkajian. Tujuan dari program ini adalah agar fungsi
masjid yang optimal dirasakan hanya sebagian masjid, namun masjid-masjid yang
belum memanfaatkan potensinya mampu meningkatkan dan mengembangkan diri
sehingga memberi manfaat bagi masyarakat. Pengoptimalan peran masjid ini tidak
lepas dari tanggung jawab takmir. sehingga dalam forum ini akan dilakukan sharing
dan pengkajian dari takmir-takmir masjid yang memiliki manajemen baik agar bisa
menjadi contoh untuk masjid-masjid yang belum optimal. Pembahasan yang
ditekankan dalam program ini adalah manajemen masjid baik dari segi keuangan, aset
16
maupun sumber daya manusia. Manajemen yang baik dari masjid mencerminkan
kualitas Takmir yang baik pula. Takmir yang amanah atau dapat dipercaya akan
meningkatkan intensi individu untuk berinfaq sesuai hasil penelitian ini. Funding
masjid yang besar nantinya akan kembali kepada masyarakat dan memberi manfaat
sebesar-besarnya.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil analisis penelitian ini penulis menyarankan beberapa hal, diantaranya
:
1. Untuk Pemerintah peran masjid jika dimanfaatkan dengan baik akan memberikan
manfaat bagi kesejahteraan masyarakat sehingga hal ini dapat meningkatkan taraf hidup
masyarakat.
2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan mengkaji lebih dalam tentang tendensi seseorang
berinfaq dipandang dari sudut eksternal.
17
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, W., & Jogiyanto. (2015). Partial Least Square (PLS) :Alternatif Structural
Equation Modeling(SEM) Dalam Penelitian Bisnis. Yogyakarta: Andi Offest.
Quratul, A. W. (2016). Infaq Tidak Bisa dikategorikan Pungutan Liar. jurnal ZISWAF,
43.
18
LAMPIRAN
19