Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nyalah saya dapat menyelesaikan mini proposal yang berjudul “Strategi
Transformasi Pembangunan Desa Selacai Menuju Desa Mandiri Berbasis Indeks Desa
Membangun”. Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan mini proposal ini adalah
untuk memenuhi tugas mata kuliah Geografi Pembangunan, Jurusan Pendidikan
Geografi Universitas Negeri Padang.

Selama penulisan mini proposal ini ada hambatan yang saya alami, namun
berkat bantuan, dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya mini proposal
ini dapat terselesaikan dengan baik.

Saya menyadari bahwa tidak menutup kemungkinan didalamnya terdapat


kekurangan-kekurangan baik dalam hal sistem penyusunan maupun hasil analisis. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata,
semoga mini proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.

Bandung, Mei 2021

Penulis,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................ 6
1.3 Batasan Masalah .................................................................................. 7
1.4 Perumusan Masalah ............................................................................. 7
1.5 Tujuan Penelitian.................................................................................. 7
1.6 Manfaat Penelitian................................................................................ 8
BAB II KAJIAN TEORI ................................................................................. 9
2.1 Pembangunan Desa .............................................................................. 9
2.2 Indeks Desa Membangun ..................................................................... 10
2.2.1 Pengertian Indeks Desa Membangun ......................................... 10
2.2.2 Parameter Indeks Desa Membangun .......................................... 12
2.3 Kerangka Konseptual ........................................................................... 13
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 15
3.1 Jenis Penelitian ..................................................................................... 15
3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian................................................................ 15
3.3 Sumber Data ......................................................................................... 16
3.4 Subjek dan Objek Penelitian ................................................................ 16
3.4.1 Subjek Penelitian ........................................................................ 16
3.4.2 Objek Penelitian.......................................................................... 17
3.5 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 17
3.5.1 Metode Observasi ....................................................................... 18
3.5.2 Metode Wawancara .................................................................... 18
3.5.3 Metode Dokumentasi .................................................................. 19
3.6 Metode Pengolahan Data ..................................................................... 19

ii
3.6.1 Pemeriksaan Data (Editing) ....................................................... 20
3.6.2 Klasifikasi (Classifying) ............................................................ 20
3.6.3 Verifikasi (Verifying) ................................................................. 20
3.6.4 Kesimpulan (Concluding) .......................................................... 20
3.7 Metode Analisis Data ........................................................................... 21
3.7.1 Pengumpulan Data (Data Collection) ........................................ 22
3.7.2 Reduksi Data (Data Reduction) ................................................. 22
3.7.3 Display Data ............................................................................... 22
3.7.4 Kesimpulan ................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Indeks Variabel IDM ......................................................................... 13


Gambar 2 Rumus Indeks Desa Membangun ...................................................... 13
Gambar 3 Klasifikasi Desa Menurut Indeks Desa Membangun ........................ 13
Gambar 4 Kerangka Konseptual ........................................................................ 14
Gambar 5 Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 18
Gambar 6 Komponen dalam Analisis Data Kualitatif........................................ 22

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Undang Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa merupakan instrumen


hukum untuk mencapai kesejahteraan masyarakat dan kemandirian desa.
Pembangunan dan pengembangan potensi desa merupakan hal yang penting.
Mengingat daerah perdesaan merupakan tempat tinggal mayoritas bagi mayarakat
Indonesia. Kewenangan berdasar hak asal usul dan kewenangan lokal berskala desa
merupakan dua dari empat kewenangan yang menjadi kekuatan penting bagi desa
dalam menggerakan pembangunan dan peningkatan kualitas hidup, serta
kesejahteraan masyarakat desa.
Upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pelayanan publik
merupakan tantangan pembangunan Kabupaten Ciamis mewujudkan amanat
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, Pasal 258
menyebutkan bahwa daerah melaksanakan pembangunan untuk peningkatan dan
pemerataan pendapatan masyarakat, kesempatan kerja, lapangan berusaha,
meningkatkan akses dan kualitas pelayanan publik dan daya saing daerah.
Untuk memperkuat upaya pencapaian sasaran pembangunan desa dan
pedesaaan ini, pemerintah mengembangkan Indeks Desa Membangun (IDM).
Upaya mewujudkan desa maju merupakan tantangan utama dalam pembangunan
desa. Indeks Desa Membangun (IDM) dimaksudkan untuk mendukung pencapaian
sasaran pembangunan prioritas Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2015–2019, yaitu mengurangi jumlah desa tertinggal sampai 5.000 desa
dan meningkatkan jumlah desa mandiri sedikitnya 2.000 desa di tahun 2019.
Hasil evaluasi Indeks Desa Membangun (IDM) Provinsi Jawa Barat pada
tahun 2020, di Kabupaten Ciamis dinyatakan tidak ada lagi desa tertinggal.
Berdasarkan klasifikasi IDM di Ciamis ada 141 desa yang berkembang, 93 desa
yang tergolong maju, dan 19 desa mandiri. Berdasarkan rilis IDM tahun 2020 di
Jawa Barat, desa di Kabupaten Ciamis dinyatakan termasuk desa maju.

4
Untuk melihat seberapa meningkat kesejahteraan dan pembangunan di suatu
daerah perlu adanya tolok ukur. Adanya peningkatan dapat ditandai dengan
perubahan struktur di beberapa bidang seperti bidang pendidikan, kesehatan,
ekonomi, politik maupun budaya. Di Indonesia untuk melihat seberapa maju dan
berkembangnya suatu desa dapat dilihat dari statusnya. Status desa dapat diketahui
melalui kemajuan dan kemandirian desa yang ditetapkan berdasar indeks desa
membangun, klasifikasi status desa tersebut meliputi desa mandiri, desa maju, desa
berkembang, desa tertinggal dan desa sangat tertinggal.
Desa mandiri merupakan status desa tertinggi diantara empat status lainnya,
dimana desa mandiri memiliki tingkat kesejahteraan masyarakat yang meningkat
dan jumlah kemiskinan yang rendah. Pada umummnya, desa yang jauh dari pusat
pemerintahan tingkat kemiskinannya masih tinggi. Namun hal itu tidak berlaku bagi
Desa Selacai, Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Jarak
tempuh dari Desa Selacai menuju kecamatan adalah 6,6 km, sedangkan menuju
kabupaten berjarak 18,7 km. Meski demikian, Desa Selacai ini sudah menyandang
status sebagai desa mandiri.
Desa Selacai menjadi desa sejahtera dengan tingkat kemiskinan yang
menurun dari tahun ke tahun. Kemajuan Desa Selacai tidak bisa terlepas dari
penggunaan strategi yang tepat oleh pemerintah setempat sehingga apa yang ada di
desa saat ini sudah sesuai dengan IDM. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
strategi yang dilakukan pemerintah desa dalam mewujudkan transformasi
pembangunan desa Selacai menuju desa mandiri serta untuk menilik hasil
transformasi pembangunan desa Selacai setelah menjadi desa mandiri. Berdasarkan
itulah saya mengambil judul mini proposal ini dengan “Strategi Transformasi
Desa Selacai Menuju Desa Mandiri Berbasis Indeks Desa Membangun”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi permasalahan, yaitu:
1. Status Indeks Desa Membangun kabupaten Ciamis tergolong desa maju.
2. Indeks Desa Membangun desa Selacai tergolong desa mandiri.
3. Ada 141 desa di kabupaten Ciamis yang masih berstatus berkembang.

5
4. Strategi Transformasi desa Selacai menuju desa mandiri.
5. Hasil transformasi pembangunan desa Selacai setelah menjadi desa mandiri.
6. Indeks desa membangun di pengaruhi oleh faktor ketahanan sosial, ketahanan
ekonomi, dan ekologi.
1.3 Batasan Masalah
Untuk lebih fokusnya penelitian yang dilaksanakan, maka perlu membatasi
masalah yang akan diteliti yaitu:
1. Penelitian ini mengkaji tentang indeks ketahanan sosial, ketahanan ekonomi,
dan indeks ketahanan ekologi.
2. Fokus penelitian ini adalah strategi transformasi desa Selacai menuju desa
mandiri berbasis indeks desa membangun.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi yang dilakukan pemerintah desa Selacai dalam
meningkatkan indeks ketahanan sosial?
2. Bagaimana strategi yang dilakukan pemerintah desa Selacai dalam
meningkatkan indeks ketahanan ekonomi?
3. Bagaimana strategi yang dilakukan pemerintah desa Selacai dalam
meningkatkan indeks ketahanan ekologi?
4. Bagaimana hasil strategi transformasi desa Selacai setelah menjadi desa
mandiri?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin di capai pada penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui strategi yang dilakukan pemerintah desa Selacai dalam
meningkatkan indeks ketahanan sosial.
2. Mengetahui strategi yang dilakukan pemerintah desa Selacai dalam
meningkatkan indeks ketahanan ekonomi.
3. Mengetahui strategi yang dilakukan pemerintah desa Selacai dalam
meningkatkan indeks ketahanan ekologi.

6
4. Mengetahui hasil strategi transformasi desa Selacai setelah menjadi desa
mandiri.
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini berharap berguna bagi pihak yang terkait terutama bagi:
1. Sebagai syarat bagi penulis dalam menyelesaikan mata kuliah Geografi
Pembangunan.
2. Memberi wawasan dan pandangan, khususnya bagi peneliti sendiri untuk
memahami secara mendalam akan analisis indeks desa membangun di desa
Selacai.
3. Memberi gambaran kepada masyarakat mengenai analisis indeks desa
membangun di desa Selacai.
4. Sebagai bahan studi atau tambahan literatur bagi mahasiswa/i Fakultas
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial khususnya jurusan Pendidikan Geografi
serta sebagai bahan referensi dan informasi.

7
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Pembangunan Desa


Dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa pasal 78 ayat
(1) Pembangunan desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa
dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan
kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana Desa, pengembangan potensi
ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara
berkelanjutan. Pembangunan desa pada hakikatnya mengedepankan kebersamaan,
kekeluargaan, dan kegotongroyongan guna mewujudkan pengarusutamaan
perdamaian dan keadilan sosial.
Pembangunan kawasan pedesaan dilaksanakan dalam upaya mempercepat
dan meningkatkan kualitas pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan
masyarakat desa di kawasan pedesaan. Pembangunan kawasan pedesaan meliputi:
a. Penggunaan dan pemanfaatan wilayah desa dalam rangka penetapan
kawasan pembangunan sesuai dengan tata ruang kabupaten/kota.
b. Pelayanan yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat perdesaan.
c. Pembangunan infrastruktur, peningkatan ekonomi perdesaan, dan
pengembangan teknologi tepat guna dan
d. Pemberdayaan masyarakat desa untuk meningkatkan akses terhadap
pelayanan dan kegiatan ekonomi.
Pembangunan masyarakat desa merupakan proses perubahan sosial yang
direncanakan untuk mengubah keadaan yang tidak dikehendaki kearah yang
dikehendaki dan lebih baik. Menurut Rahardjo pembangunan masyarakat desa
adalah merupakan bagian dari pembangunan nasional, secara khusus
pembangunan masyarakat desa memiliki pengertian sebagai berikut:
a. Pembangunan masyarakat desa berarti pembangunan masyarakat
tradisional menjadi masyarakat modern.

8
b. Pembangunan masyarakat desa berarti membangun swadaya masyarakat
dan rasa percaya diri sendiri.
c. Pembangunan pedesaan tidak lain dari pembangunan usaha tani atau
membangun pertanian.
2.2 Indeks Desa Membangun
2.2.1 Pengertian Indeks Desa Membangun
Indeks Desa Membangun atau yang disebut dengan IDM merupakan
konsep sarana dalam upaya melakukan pencapaian pembangunan dan
pengembangan potensi desa yang kemudian tertuang dalam Buku RPJMN
2015-2019. Proyeksi visionernya yaitu melakukan pengurangan desa
tertinggal sebanyak 5000 desa dan meningkatnya desa mandiri sebanyak
2000 desa. Sasaran pembangunan tersebut memerlukan kejelasan lokus
(Desa) dan status perkembangannya. Indeks Desa Membangun tidak hanya
berguna untuk mengetahui status perkembangan setiap desa yang lekat
dengan karakteristiknya, tetapi juga dapat dikembangkan sebagai
instrumen untuk melakukan targeting dalam pencapaian target RPJMN
2015 – 2019 dan koordinasi K/L dalam pembangunan desa.
Selain berfokus pada pembangunan dan pengembangan desa, IDM
juga menunjang adanya upaya terhadap peningkatan otonomi desa.
Semangat otonomi desa yang tertuang dalam UU No. 6 Tahun 2014 juga
memberikan keleluasaan terhadap pemerintah desa dalam melakukan
optimalisasi desanya yang kemudian merujuk pada pembangunan nasional.
Azas-azas yang menjadi dasar pengaturan desa dalam UU Desa
dikuatkan dengan penegasan tentang kewenangan desa. Kewenangan desa
itu sendiri dijelaskan meliputi kewenangan yang meliputi penyelenggaraan
pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan
kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat desa. IDM
memandang penting prakarsa dan kuatnya masyarakat desa dalam proses
kemajuan dan keberdayaan kehidupan desa yang di dalamnya memiliki

9
ketahanan sosial, ekonomi serta ekologi. Pengembangan Indeks Desa
Membangun harus mampu menjangkau semua dimensi kehidupan desa,
yakni dimensi sosial, ekonomi, dan ekologi atau lingkungan yang memberi
jalan pada pembangunan desa yang berkelanjutan yang lekat dengan nilai,
budaya dan karakteristik desa. Indikator Desa Membagun dilihat sebagai
berikut:
a. Dimensi Sosial terdiri dari indikator kesehatan, pendidikan,
modal sosial, dan pemukiman.
b. Dimensi Ekonomi terdiri dari keragaman produksi masyarakat
desa, tersedia pusat pelayanan perdagangan, akses distribusi
logistik, akses ke lembaga keuangan dan perkreditan, lembaga
ekonomi, keterbukaan wilayah.
c. Dimensi Ekologi terdiri dari kualitas lingkungan, potensi/rawan
bencana alam.
Indeks Desa Membangun membagi desa kedalam lima status dan
ditentukan berdasarkan nilai IDM yang diperoleh dengan rentang nilai
sebagai berikut:
a. Desa Sangat Tertinggal: < 0,491 2.
b. Desa Tertinggal: > 0,491 dan < 0,599 3.
c. Desa Berkembang: > 0,599 dan < 0,707 4.
d. Desa Maju: > 0,707 dan < 0,815 5.
e. Desa Mandiri : > 0,815
Menyadari desa secara esensial merupakan Pemerintahan Otonomi
Tingkat 4, tingkatan paling dasar dari 4 lapis Struktur NKRI (Pusat,
Provinsi, Kabupaten/Kota, Desa), sekaligus masyarakat desa adalah Entitas
Komunitas Bangsa Nusantara yang terkecil. Maka harus dapat dipastikan
penyusunan IDM berdasarkan substansi berbagai regulasi dalam kerangka
pelaksanaan kebijakan konsep pembangunan nasional yang paripurna
dalam semua aspek yang telah ditetapkan secara nasional. IDM harus dapat

10
dipastikan telah sejalan dengan strtegi pencapaian sasaran strategis jangka
pendek, jangka menegah dan jangka panjang secara berkelanjutan.

Tujuan khusus dari penyusunan IDM adalah agar dapat digunakan


sebagai basis data pembangunan desa yang menjadi dasar dalam menilai
kemajuan dan kemandirian desa, salah satu input dalam perumusan isu-isu
strategis dan permasalahan utama yang terkait dengan pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat desa, masukan dalam perumusan targeting
(sasaran lokasi) terkait dengan target pembangunan nasional dan instrumen
koordinasi antar Kementerian/Lembaga, Pemerintah daerah dan desa, guna
efektifitas capaian sasaran pembangunan nasional.

2.2.2 Metode Penyusunan Indeks Desa Membangun


Indeks Desa Membangun disusun dengan memperhatikan
ketersediaan data yang bersumber dari potensi desa, yang diterbitkan
Badan Pusat Statistik. IDM merupakan indeks komposit yang dibangun
dari dimensi sosial, ekonomi dan budaya. Ketiga dimensi terdiri dari
variabel, dan setiap variabel diturunkan menjadi indikator operasional.
Prosedur menghasilkan value IDM, sebagai berikut:
 Setiap indikator memiliki skor antara 0 s.d. 5; semakin tinggi
skor mencerminkan tingkat keberartian. Misalnya: skor
indikator akses pendidikan sekolah dasar; bila desa A memiliki
akses fisik <=3 Km maka desa A memiliki skor 5, dan desa B
memiliki akses fisik > 10 Km maka memiliki skor 1. Ini berarti
penduduk desa A memiliki akses lebih baik dibanding penduduk
desa B.
 Setiap skor indikator dikelompokkan ke dalam variabel,
sehingga menghasilkan skor variabel. Misalnya variabel
kesehatan terdiri dari indikator (1) waktu tempuh ke pelayanan
kesehatan < 30 menit, (2) ketersediaan tenaga kesehatan dokter,
bidan dan nakes lain, (3) akses ke poskesdes, polindes dan

11
posyandu, (4) tingkat aktifitas posyandu dan (5) kepesertaan
Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS). Total skor
variabel selanjutnya dirumuskan menjadi indeks:

Gambar 1. Indeks Variabel IDM


 Indeks dari setiap variabel menjadi Indeks Komposit yang
disebut dengan Indeks Desa Membangun (IDM).

Gambar 2. Rumus Indeks Desa Membangun


 Untuk menetapkan status setiap desa dilakukan klasifikasi
dengan menghitung range yang diperoleh dari nilai maksimum
dan minimum. Nilai range yang diperoleh menjadi pembatas
status setiap desa, sehingga ditetapkan lima klasifikasi status
desa yaitu:

Gambar 3. Klasifikasi Desa Menurut Indeks Desa Membangun


2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan argumentasi untuk menentukan penelitian,
berdasarkan perumusalan masalah, metode penelitian dan tujuan penelitian maka
dapat dibuat kerangka konseptual berikut.

12
Strategi Pemerintah

Desa Selacai, Kecamatan


Cipaku, Kabupaten Ciamis

Indeks Desa Membangun

Indeks Ketahanan Indeks Ketahanan Indeks Ketahanan


Sosial Ekonomi Ekologi

Gambar 4. Kerangka Konseptual

13
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif, menurut Bogdan
dan Taylor, sebagaimana yang dikutip oleh Lexy J. Moleong, penelitian kualitatif
adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Artinya data yang
dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari
naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan, memo, dan
dokumen resmi lainnya. Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian kualitatif ini
adalah ingin menggambarkan realita empirik dibalik fenomena secara mendalam,
rinci dan tuntas. Maka untuk mencari data akan digunakan pendekatan studi kasus.
Secara umum, studi kasus merupakan strategi yang cocok bila pokok pertanyaan
suatu penelitian berkenaaan dengan how dan why dengan peluang peneliti tidak bisa
mengontrol suatu peristiwa (Yin, 2015: Lofman & Lofland, 1984; Moleong, 2013).
Menurut Whitne dalam Moh.Nazir bahwa metode deskriptif mempelajari
masalah - masalah dalam masyarakat, serta tatacara yang berlaku dalam masyarakat
serta situasi-situasi tertentu serta tatacara yang berlaku dalam hubungan, kegiatan-
kegiatan, sikap-sikap, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-
pengaruh dari sesuatu fenomena. Adapun tujuan dari penelitian deskriptif adalah
untuk membuat pencandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta
dan sifat populasi atau daerah tertentu. Penelitian ini digunakan untuk mengetahui
bagaimana strategi yang dilakukan oleh desa Selacai menuju desa Mandiri.
3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapat gambaran dan informasi yang lebih
jelas, lengkap, serta memungkinkan dan mudah bagi peneliti untuk melakukan
penelitian observasi. Oleh karena itu, maka penulis menetapkan lokasi penelitian
adalah tempat di mana penelitian akan dilakukan. Lokasi penelitian terletak di Desa
Selacai, Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini
akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan bulan Juni 2021.

14
3.3 Sumber Data
Menurut Lofland dan Lofland sebagaimana yang telah dikutip oleh Lexy. J.
Moleong dalam bukunya yang berjudul Metodologi Penelitian Kualitatif,
mengemukakan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-
kata dan tindakan, selebihnya berupa data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jelas datanya dibagi ke dalam kata-kata dan
tindakan, sumber data tertulis, foto dan statistik.
Dari pengertian di atas, peneliti memasukkan penelitian ini dalam kategori
penelitian lapangan dengan pendekatan kasus, maka sumber data yang dikumpulkan
adalah data yang diperoleh dengan wawancara dan interview dengan para pihak
yang terlibat. Adapun sumber data dalam penelitian ini yaitu:
1. Data primer adalah informasi yang diperoleh langsung dari pelaku yang
melihat dan terlibat langsung dalam penelitian yang dilakukan oleh
peneliti. Dalam penelitian ini data primer penulis peroleh dari hasil
wawancara dengan informan penelitian yaitu pemerintah desa Selacai
dan beberapa masyarakat desa Selacai.
2. Data Sekunder, data yang diperoleh dari riset perpustakaan serta
literatur lain yang dapat membantu dalam penelitian ini dan juga melalui
instansi- instansi terkait yang menunjang dan berhubungan dengan
penelitian ini.
3.4 Subjek dan Objek Penelitian
3.4.1 Subjek Penelitian
Menurut Moleong (2010, hlm. 132) Subjek penelitian adalah
informan, yang artinya orang pada latar penelitian yang dimanfaatkan untuk
memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.
Informan penelitian adalah orang yang dimanfaatkan untuk
memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian.
Dalam penelitian kualitatif, tidak menggunakan populasi ataupun sampel
seperti dalam penelitian kuantitatif. Dalam penelitian kualitatif, populasi
diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

15
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel
adalah sebagian dari populasi itu. Peneliti menetapkan subjek penelitian ini
adalah pengurus desa Selacai dan beberapa masyarakat desa Selacai.
Teknik penentuan informan dengan menggunakan key people yang
memahami masalah tata kelola desa secara jelas, yaitu pihak Dinas
Pemberdayaan Masyarakat Desa, Pemerintah Kecamatan, Pemerintah Desa,
Pendamping Dana Desa. Analisis data dilakukan secara kualitatif dengan
tujuan untuk mengorganisasikan data, memilah yang dapat dikelola,
mensintesiskan, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting
dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang diceritakan kepada orang
lain (Moleong, 2013).
3.4.2 Objek Penelitian
Objek penelitian dapat dinyatakan sebagai situasi sosial penelitian
yang ingin diketahui apa yang terjadi di dalamnya. Pada obyek penelitian ini,
peneliti dapat mengamati secara mendalam aktivitas (activity) orang-orang
(actors) yang ada pada tempat (place) tertentu (Sugiyono, 2007:215). Peneliti
menetapkan objek penelitiannya yaitu Desa Selacai.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Burhan Bungin (ed) (2003: 42), menjelaskan metode pengumpulan data
adalah “dengan cara apa dan bagaimana data yang diperlukan dapat dikumpulkan
sehingga hasil akhir penelitian mampu menyajikan informasi yang valid dan
reliabel”.
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural
setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data
menggunakan triangulasi/gabungan. Triangulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan
data dan sumber data yang telah ada. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan
data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti

16
menggunakan observasi non partisipan, wawancara bebas terpimpin, dan
dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak.

Observasi Non Partisipan

Sumber Data
Wawancara Bebas Terpimpin
Sama

Dokumentasi

Gambar 5. Teknik Pengumpulan Data


3.5.1 Metode Observasi
Observasi merupakan aktivitas penelitian dalam rangka
mengumpulkan data yang berkaitan dengan masalah penelitian melalui proses
pengamatan langsung di lapangan. Peneliti berada ditempat itu, untuk
mendapatkan bukti-bukti yang valid dalam laporan yang akan diajukan.
Observasi adalah metode pengumpulan data dimana peneliti mencatat
informasi sebagaimana yang mereka saksikan selama penelitian (W. Gulo,
2002: 116).
Dalam observasi ini peneliti menggunakan jenis observasi non
partisipan, yaitu peneliti hanya mengamati secara langsung keadaan objek,
tetapi peneliti tidak aktif dan ikut serta secara langsung (Husain Usman, 1995:
56).
Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara mengamati suatu
fenomena yang ada dan terjadi. Observasi yang dilakukan diharapkan dapat
memperoleh data yang sesuai atau relevan dengan topik penelitian. Hal yang
akan diamati yaitu strategi-strategi yang dilakukan pemerintah desa di lokasi
tersebut dan membawa lembar observasi yang sudah dibuat.
3.5.2 Metode Wawancara
Wawancara adalah cara menghimpun bahan keterangan yang
dilakukan dengan tanya jawab secara lisan secara sepihak berhadapan muka,

17
dan dengan arah serta tujuan yang telah ditetapkan. Anas Sudijono (1996: 82)
ada beberapa kelebihan pengumpulan data melalui wawancara, diantaranya
pewawancara dapat melakukan kontak langsung dengan peserta yang akan
dinilai, data diperoleh secara mendalam, yang diinterview bisa
mengungkapkan isi hatinya secara lebih luas, pertanyaan yang tidak jelas bisa
diulang dan diarahkan yang lebih bermakna.
Melalui wawancara inilah peneliti menggali data, informasi, dan
kerangka keterangan dari subjek penelitian. Teknik wawancara yang
dilakukan adalah wawancara bebas terpimpin, artinya pertanyaan yang
dilontarkan tidak terpaku pada pedoman wawancara dan dapat diperdalam
maupun dikembangkan sesuai dengan situasi dan kondisi lapangan. Adapun
wawancara yang dilakukan di penelitian ini adalah seperangkat pengurus desa
Selacai dan beberapa masyarakat desa Selacai.
3.5.3 Metode Dokumentasi
Suharsimi Arikunto (2002:206) metode dokumentasi adalah mencari
data yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. Hadari Nawawi (2005:133)
menyatakan bahwa studi dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui
peninggalan tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku
mengenai pendapat, dalil yang berhubungan dengan masalah penyelidikan.
Dalam penelitian ini, dokumentasi diperoleh dari arsip-arsip yang ada
di pengurus Desa, notulensi hasil rapat, foto kegiatan dan sebagainya.
3.6 Metode Pengolahan Data
Metode pengolahan data menjelaskan prosedur pengolahan dan analisis data
sesuai dengan pendekatan yang dilakukan. Karena penelitian ini mengguanakan
metode kualitatif, maka metode pengolahan data dilakukan dengan menguraikan
data dalam bentuk kalimat teratur, runtun, logis, tidak tumpang tindih, dan efektif
sehingga memudahkan pemahaman dan interpretasi data. Diantaranya melalui:

18
3.6.1 Pemeriksaan Data (Editing)
Pemeriksaan data merupakan meneliti data-data yang diperoleh,
terutama dari kelengkapan jawaban, keterbacaan tulisan, kejelasan makna,
kesesuaian dan relevansinya dengan data yang lain. Dalam penelitian ini,
peneliti melakukan proses editing terhadap hasil wawancara terhadap
narasumber seperangkat pengurus desa, dan masyarakat.
3.6.2 Klasifikasi (Classifying)
Klasifikasi merupakan pengelompokan semua data baik yang berasal
dari hasil wawancara dengan subjek penelitian, pengamatan dan pencatatan
langsung di lapangan atau observasi. Seluruh data yang didapat tersebut
dibaca dan ditelaah secara mendalam, kemudian digolongkan sesuai
kebutuhan. Hal ini dilakukan agar data yang telah diperoleh menjadi mudah
dibaca dan dipahami, serta memberikan informasi yang objektif yang
diperlukan oleh peneliti. Kemudian data-data tersebut dipilah dalam bagian-
bagian yang memiliki persamaan berdasarkan data yang diperoleh pada saat
wawancara dan data yang diperoleh melalui referensi.
3.6.3 Verifikasi (Verifying)
Verifikasi merupakan proses memeriksa data dan informasi yang telah
didapat dari lapangan agar validitas data dapat diakui dan digunakan dalam
penelitian. Selanjutnya yaitu dengan mengkonfirmasi ulang dengan
menyerahkan data yang sudah didapat kepada subjek penelitian, dalam hal ini
seperangkat pengurus desa dan masyarakat desa Selacai. Dilakukan untuk
menjamin bahwa data yang diperoleh benar-benar valid dan tidak ada
manipulasi.
3.6.4 Kesimpulan (Concluding)
Kesimpulan merupakan langkah terakhir dalam proses pengolahan
data. Kesimpulan ini akan menjadi sebuah data terkait dengan objek
penelitian. Kesimpulan menjadi proses pengolahan data yang terdiri dari
empat proses sebelumnya.

19
3.7 Metode Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai macam sumber,
dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam
(triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Analisis
data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang
diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi
hipotesis. Analasis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum
memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan.
Dalam hal ini Nasution (1988) dalam (Sugiyono, 2015, hlm. 245)
menyatakan “Analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah,
sebelum terjun ke lapangan dan berlangsung terus sampai penulisan hasil
penelitian. Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan
selama proses dilapangan bersamaan dengan pengumpulan data.” Analisis data
data merupakan suatu langkah penting dalam penelitian, karena dapat memberikan
makna terhadap data yang dikumpulkan oleh peneliti. Data yang diperoleh dan
dikumpulkan dari responden melalui hasil observasi, wawancara, studi literatur
dan dokumentasi dilapangan untuk selanjutnya dideskripsikan dalam bentuk
laporan. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui tiga kegiatan yang
terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan atau verifikasi Miles dan Huberman (1992) dalam Sugiyono (2015,
hlm. 246).
Analisis data kualitatif merupakan upaya yang berlanjut, berulang dan
menerus. Masalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan
merupakan rangkaian kegiatan analisis yang saling susul menyusul. Tiga jenis
kegiatan utama analisis data merupakan proses siklus dan interaktif. Peneliti harus
siap bergerak diantara empat “sumbu” kumparan itu selama pengumpulan data,
selanjutnya bergerak bolak-balik diantara kegiatan reduksi, penyajian, dan
penarikan kesimpulan untuk lebih memperjelas alur kegiatan analisis data
penelitian tersebut, akan dijelaskan pada bagan berikut.

20
Data Data
Collection Display

Data Conclusions/
Reduction Verification

Gambar 6. Komponen dalam Analisis Data Kualitatif


3.7.1 Pengumpulan Data (Data Collection)
Pengumpulan data merupakan bagian integral dari kegiatan analisis
data. Kegiatan pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan observasi, wawancara dan studi dokumentasi.
3.7.2 Reduksi data (Data Reduction)
Reduksi data adalah proses analisis data yang dilakukan untuk
mereduksi dan merangkum hasil-hasil penelitian dengan menitikberatkan
pada hal-hal yang dianggap penting oleh peneliti. Reduksi data bertujuan
untuk mempermudah pemahaman terhadap data yang telah terkumpul
sehingga data yang direduksi memberikan gambaran lebih rinci.
3.7.3 Display Data
Display data adalah data-data hasil penelitian yang sudah tersusun
secara terperinci untuk memberikan gambaran penelitian secara utuh. Data
yang terkumpul secara terperinci dan menyeluruh selanjutnya dicari pola
hubungannya untuk mengambil kesimpulan yang tepat. Penyajian data
selanjutnya disusun dalam bentuk uraian atau laporan sesuai dengan hasil
penelitian diperoleh.
3.7.4 Kesimpulan
Kesimpulan merupakan tahap akhir dalam proses penelitian untuk
memberikan makna terhadap data yang telah dianalisis. Proses pengolahan
data dimulai dengan penataan data lapangan (data mentah), kemudian
direduksi dalam bentuk unifikasi dan kategorisasi data. Demikian prosedur
pengolahan data dan yang dilakukan penulis dalam melakukan penelitian ini,

21
dengan tahap-tahap ini diharapkan peneliti yang dilakukan penulis dapat
memperoleh data yang memenuhi kriteria keabsahan suatu penelitian.
Proses analisis data dalam penelitian ini, yaitu tentang strategi desa Selacai
menuju desa mandiri dilakukan dengan reduksi data (data reduction), penyajian
data (data display), dan penarikan kesimpula (verification). Data yang didapat dari
lapangan harus dipilih mana yang sesuai dengan rumusan masalah penelitian dan
mana yang tidak sesuai. Ketika menemukan data yang tidak sesuai sesuai dengan
masalah penelitian, maka data tersebut harus dibuang. Setelah data dipilih,
kemudian disesuaikan dengan masalah penelitian maka langkah selanjutnya
adalah dilakukan proses penyajian data. Proses penyajian data dalam penelitian ini
bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat. Data yang di dapat dari lapangan yang
sesuai dengan masalah penelitian dideskripsikan dalam bentuk uraian singkat
sehingga peneliti akan mudah untuk memahaminya. Setelah dilakukan proses
penyajian data maka tahap terakhir adalah penarikan kesimpulan. Penarikan
kesimpulan ini bisa menjawab rumusan masalah penelitian dan bisa juga tidak.
Rumusan masalah penelitian yang ditetapkan sejak awal penelitian bersifat
sementara karena akan berkembang pada saat penelitian dilakukan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Arifah, Mir’atun Nur.2018. Strategi Mempercepat Pembangunan Desa Mandiri, 2 (1).

BPS, IDM Desa Selacai, 2021.

BPS, IDM Indonesia, 2021.

BPS, IDM Jawa Barat, 2021.

BPS, IDM Kabupaten Ciamis, 2021.

BPS, IDM Kecamatan Cipaku, 2021.

BPS, Indeks Desa Membangun, 2021.

Hamidi, Hanibul,dkk. 2015. Indeks Desa Membangun 2015. Kementrian Desa,


Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Jakarta Selatan.

Setyowati, Eka. Tata Kelola Pemerintahan Desa Pada Perbedaan Indeks Desa
Membangun (IDM): Studi Tiga Desa Di Kabupaten Malang.

Sukarno, Mohamad.2020. Analisis Pengembangan Potensi Desa Berbasis Indeks


Membangun Desa (Studi Kasus: Desa Ponggok, Kecamatan Palohharjo,
Kabupaten Klaten)

Anda mungkin juga menyukai