Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nyalah saya dapat menyelesaikan mini proposal yang berjudul “Strategi
Transformasi Pembangunan Desa Selacai Menuju Desa Mandiri Berbasis Indeks Desa
Membangun”. Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan mini proposal ini adalah
untuk memenuhi tugas mata kuliah Geografi Pembangunan, Jurusan Pendidikan
Geografi Universitas Negeri Padang.
Selama penulisan mini proposal ini ada hambatan yang saya alami, namun
berkat bantuan, dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya mini proposal
ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis,
DAFTAR ISI
ii
3.6.1 Pemeriksaan Data (Editing) ....................................................... 20
3.6.2 Klasifikasi (Classifying) ............................................................ 20
3.6.3 Verifikasi (Verifying) ................................................................. 20
3.6.4 Kesimpulan (Concluding) .......................................................... 20
3.7 Metode Analisis Data ........................................................................... 21
3.7.1 Pengumpulan Data (Data Collection) ........................................ 22
3.7.2 Reduksi Data (Data Reduction) ................................................. 22
3.7.3 Display Data ............................................................................... 22
3.7.4 Kesimpulan ................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
Untuk melihat seberapa meningkat kesejahteraan dan pembangunan di suatu
daerah perlu adanya tolok ukur. Adanya peningkatan dapat ditandai dengan
perubahan struktur di beberapa bidang seperti bidang pendidikan, kesehatan,
ekonomi, politik maupun budaya. Di Indonesia untuk melihat seberapa maju dan
berkembangnya suatu desa dapat dilihat dari statusnya. Status desa dapat diketahui
melalui kemajuan dan kemandirian desa yang ditetapkan berdasar indeks desa
membangun, klasifikasi status desa tersebut meliputi desa mandiri, desa maju, desa
berkembang, desa tertinggal dan desa sangat tertinggal.
Desa mandiri merupakan status desa tertinggi diantara empat status lainnya,
dimana desa mandiri memiliki tingkat kesejahteraan masyarakat yang meningkat
dan jumlah kemiskinan yang rendah. Pada umummnya, desa yang jauh dari pusat
pemerintahan tingkat kemiskinannya masih tinggi. Namun hal itu tidak berlaku bagi
Desa Selacai, Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Jarak
tempuh dari Desa Selacai menuju kecamatan adalah 6,6 km, sedangkan menuju
kabupaten berjarak 18,7 km. Meski demikian, Desa Selacai ini sudah menyandang
status sebagai desa mandiri.
Desa Selacai menjadi desa sejahtera dengan tingkat kemiskinan yang
menurun dari tahun ke tahun. Kemajuan Desa Selacai tidak bisa terlepas dari
penggunaan strategi yang tepat oleh pemerintah setempat sehingga apa yang ada di
desa saat ini sudah sesuai dengan IDM. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
strategi yang dilakukan pemerintah desa dalam mewujudkan transformasi
pembangunan desa Selacai menuju desa mandiri serta untuk menilik hasil
transformasi pembangunan desa Selacai setelah menjadi desa mandiri. Berdasarkan
itulah saya mengambil judul mini proposal ini dengan “Strategi Transformasi
Desa Selacai Menuju Desa Mandiri Berbasis Indeks Desa Membangun”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi permasalahan, yaitu:
1. Status Indeks Desa Membangun kabupaten Ciamis tergolong desa maju.
2. Indeks Desa Membangun desa Selacai tergolong desa mandiri.
3. Ada 141 desa di kabupaten Ciamis yang masih berstatus berkembang.
5
4. Strategi Transformasi desa Selacai menuju desa mandiri.
5. Hasil transformasi pembangunan desa Selacai setelah menjadi desa mandiri.
6. Indeks desa membangun di pengaruhi oleh faktor ketahanan sosial, ketahanan
ekonomi, dan ekologi.
1.3 Batasan Masalah
Untuk lebih fokusnya penelitian yang dilaksanakan, maka perlu membatasi
masalah yang akan diteliti yaitu:
1. Penelitian ini mengkaji tentang indeks ketahanan sosial, ketahanan ekonomi,
dan indeks ketahanan ekologi.
2. Fokus penelitian ini adalah strategi transformasi desa Selacai menuju desa
mandiri berbasis indeks desa membangun.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi yang dilakukan pemerintah desa Selacai dalam
meningkatkan indeks ketahanan sosial?
2. Bagaimana strategi yang dilakukan pemerintah desa Selacai dalam
meningkatkan indeks ketahanan ekonomi?
3. Bagaimana strategi yang dilakukan pemerintah desa Selacai dalam
meningkatkan indeks ketahanan ekologi?
4. Bagaimana hasil strategi transformasi desa Selacai setelah menjadi desa
mandiri?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin di capai pada penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui strategi yang dilakukan pemerintah desa Selacai dalam
meningkatkan indeks ketahanan sosial.
2. Mengetahui strategi yang dilakukan pemerintah desa Selacai dalam
meningkatkan indeks ketahanan ekonomi.
3. Mengetahui strategi yang dilakukan pemerintah desa Selacai dalam
meningkatkan indeks ketahanan ekologi.
6
4. Mengetahui hasil strategi transformasi desa Selacai setelah menjadi desa
mandiri.
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini berharap berguna bagi pihak yang terkait terutama bagi:
1. Sebagai syarat bagi penulis dalam menyelesaikan mata kuliah Geografi
Pembangunan.
2. Memberi wawasan dan pandangan, khususnya bagi peneliti sendiri untuk
memahami secara mendalam akan analisis indeks desa membangun di desa
Selacai.
3. Memberi gambaran kepada masyarakat mengenai analisis indeks desa
membangun di desa Selacai.
4. Sebagai bahan studi atau tambahan literatur bagi mahasiswa/i Fakultas
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial khususnya jurusan Pendidikan Geografi
serta sebagai bahan referensi dan informasi.
7
BAB II
KAJIAN TEORI
8
b. Pembangunan masyarakat desa berarti membangun swadaya masyarakat
dan rasa percaya diri sendiri.
c. Pembangunan pedesaan tidak lain dari pembangunan usaha tani atau
membangun pertanian.
2.2 Indeks Desa Membangun
2.2.1 Pengertian Indeks Desa Membangun
Indeks Desa Membangun atau yang disebut dengan IDM merupakan
konsep sarana dalam upaya melakukan pencapaian pembangunan dan
pengembangan potensi desa yang kemudian tertuang dalam Buku RPJMN
2015-2019. Proyeksi visionernya yaitu melakukan pengurangan desa
tertinggal sebanyak 5000 desa dan meningkatnya desa mandiri sebanyak
2000 desa. Sasaran pembangunan tersebut memerlukan kejelasan lokus
(Desa) dan status perkembangannya. Indeks Desa Membangun tidak hanya
berguna untuk mengetahui status perkembangan setiap desa yang lekat
dengan karakteristiknya, tetapi juga dapat dikembangkan sebagai
instrumen untuk melakukan targeting dalam pencapaian target RPJMN
2015 – 2019 dan koordinasi K/L dalam pembangunan desa.
Selain berfokus pada pembangunan dan pengembangan desa, IDM
juga menunjang adanya upaya terhadap peningkatan otonomi desa.
Semangat otonomi desa yang tertuang dalam UU No. 6 Tahun 2014 juga
memberikan keleluasaan terhadap pemerintah desa dalam melakukan
optimalisasi desanya yang kemudian merujuk pada pembangunan nasional.
Azas-azas yang menjadi dasar pengaturan desa dalam UU Desa
dikuatkan dengan penegasan tentang kewenangan desa. Kewenangan desa
itu sendiri dijelaskan meliputi kewenangan yang meliputi penyelenggaraan
pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan
kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat desa. IDM
memandang penting prakarsa dan kuatnya masyarakat desa dalam proses
kemajuan dan keberdayaan kehidupan desa yang di dalamnya memiliki
9
ketahanan sosial, ekonomi serta ekologi. Pengembangan Indeks Desa
Membangun harus mampu menjangkau semua dimensi kehidupan desa,
yakni dimensi sosial, ekonomi, dan ekologi atau lingkungan yang memberi
jalan pada pembangunan desa yang berkelanjutan yang lekat dengan nilai,
budaya dan karakteristik desa. Indikator Desa Membagun dilihat sebagai
berikut:
a. Dimensi Sosial terdiri dari indikator kesehatan, pendidikan,
modal sosial, dan pemukiman.
b. Dimensi Ekonomi terdiri dari keragaman produksi masyarakat
desa, tersedia pusat pelayanan perdagangan, akses distribusi
logistik, akses ke lembaga keuangan dan perkreditan, lembaga
ekonomi, keterbukaan wilayah.
c. Dimensi Ekologi terdiri dari kualitas lingkungan, potensi/rawan
bencana alam.
Indeks Desa Membangun membagi desa kedalam lima status dan
ditentukan berdasarkan nilai IDM yang diperoleh dengan rentang nilai
sebagai berikut:
a. Desa Sangat Tertinggal: < 0,491 2.
b. Desa Tertinggal: > 0,491 dan < 0,599 3.
c. Desa Berkembang: > 0,599 dan < 0,707 4.
d. Desa Maju: > 0,707 dan < 0,815 5.
e. Desa Mandiri : > 0,815
Menyadari desa secara esensial merupakan Pemerintahan Otonomi
Tingkat 4, tingkatan paling dasar dari 4 lapis Struktur NKRI (Pusat,
Provinsi, Kabupaten/Kota, Desa), sekaligus masyarakat desa adalah Entitas
Komunitas Bangsa Nusantara yang terkecil. Maka harus dapat dipastikan
penyusunan IDM berdasarkan substansi berbagai regulasi dalam kerangka
pelaksanaan kebijakan konsep pembangunan nasional yang paripurna
dalam semua aspek yang telah ditetapkan secara nasional. IDM harus dapat
10
dipastikan telah sejalan dengan strtegi pencapaian sasaran strategis jangka
pendek, jangka menegah dan jangka panjang secara berkelanjutan.
11
posyandu, (4) tingkat aktifitas posyandu dan (5) kepesertaan
Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS). Total skor
variabel selanjutnya dirumuskan menjadi indeks:
12
Strategi Pemerintah
13
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif, menurut Bogdan
dan Taylor, sebagaimana yang dikutip oleh Lexy J. Moleong, penelitian kualitatif
adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Artinya data yang
dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari
naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan, memo, dan
dokumen resmi lainnya. Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian kualitatif ini
adalah ingin menggambarkan realita empirik dibalik fenomena secara mendalam,
rinci dan tuntas. Maka untuk mencari data akan digunakan pendekatan studi kasus.
Secara umum, studi kasus merupakan strategi yang cocok bila pokok pertanyaan
suatu penelitian berkenaaan dengan how dan why dengan peluang peneliti tidak bisa
mengontrol suatu peristiwa (Yin, 2015: Lofman & Lofland, 1984; Moleong, 2013).
Menurut Whitne dalam Moh.Nazir bahwa metode deskriptif mempelajari
masalah - masalah dalam masyarakat, serta tatacara yang berlaku dalam masyarakat
serta situasi-situasi tertentu serta tatacara yang berlaku dalam hubungan, kegiatan-
kegiatan, sikap-sikap, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-
pengaruh dari sesuatu fenomena. Adapun tujuan dari penelitian deskriptif adalah
untuk membuat pencandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta
dan sifat populasi atau daerah tertentu. Penelitian ini digunakan untuk mengetahui
bagaimana strategi yang dilakukan oleh desa Selacai menuju desa Mandiri.
3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapat gambaran dan informasi yang lebih
jelas, lengkap, serta memungkinkan dan mudah bagi peneliti untuk melakukan
penelitian observasi. Oleh karena itu, maka penulis menetapkan lokasi penelitian
adalah tempat di mana penelitian akan dilakukan. Lokasi penelitian terletak di Desa
Selacai, Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini
akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan bulan Juni 2021.
14
3.3 Sumber Data
Menurut Lofland dan Lofland sebagaimana yang telah dikutip oleh Lexy. J.
Moleong dalam bukunya yang berjudul Metodologi Penelitian Kualitatif,
mengemukakan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-
kata dan tindakan, selebihnya berupa data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jelas datanya dibagi ke dalam kata-kata dan
tindakan, sumber data tertulis, foto dan statistik.
Dari pengertian di atas, peneliti memasukkan penelitian ini dalam kategori
penelitian lapangan dengan pendekatan kasus, maka sumber data yang dikumpulkan
adalah data yang diperoleh dengan wawancara dan interview dengan para pihak
yang terlibat. Adapun sumber data dalam penelitian ini yaitu:
1. Data primer adalah informasi yang diperoleh langsung dari pelaku yang
melihat dan terlibat langsung dalam penelitian yang dilakukan oleh
peneliti. Dalam penelitian ini data primer penulis peroleh dari hasil
wawancara dengan informan penelitian yaitu pemerintah desa Selacai
dan beberapa masyarakat desa Selacai.
2. Data Sekunder, data yang diperoleh dari riset perpustakaan serta
literatur lain yang dapat membantu dalam penelitian ini dan juga melalui
instansi- instansi terkait yang menunjang dan berhubungan dengan
penelitian ini.
3.4 Subjek dan Objek Penelitian
3.4.1 Subjek Penelitian
Menurut Moleong (2010, hlm. 132) Subjek penelitian adalah
informan, yang artinya orang pada latar penelitian yang dimanfaatkan untuk
memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.
Informan penelitian adalah orang yang dimanfaatkan untuk
memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian.
Dalam penelitian kualitatif, tidak menggunakan populasi ataupun sampel
seperti dalam penelitian kuantitatif. Dalam penelitian kualitatif, populasi
diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
15
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel
adalah sebagian dari populasi itu. Peneliti menetapkan subjek penelitian ini
adalah pengurus desa Selacai dan beberapa masyarakat desa Selacai.
Teknik penentuan informan dengan menggunakan key people yang
memahami masalah tata kelola desa secara jelas, yaitu pihak Dinas
Pemberdayaan Masyarakat Desa, Pemerintah Kecamatan, Pemerintah Desa,
Pendamping Dana Desa. Analisis data dilakukan secara kualitatif dengan
tujuan untuk mengorganisasikan data, memilah yang dapat dikelola,
mensintesiskan, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting
dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang diceritakan kepada orang
lain (Moleong, 2013).
3.4.2 Objek Penelitian
Objek penelitian dapat dinyatakan sebagai situasi sosial penelitian
yang ingin diketahui apa yang terjadi di dalamnya. Pada obyek penelitian ini,
peneliti dapat mengamati secara mendalam aktivitas (activity) orang-orang
(actors) yang ada pada tempat (place) tertentu (Sugiyono, 2007:215). Peneliti
menetapkan objek penelitiannya yaitu Desa Selacai.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Burhan Bungin (ed) (2003: 42), menjelaskan metode pengumpulan data
adalah “dengan cara apa dan bagaimana data yang diperlukan dapat dikumpulkan
sehingga hasil akhir penelitian mampu menyajikan informasi yang valid dan
reliabel”.
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural
setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data
menggunakan triangulasi/gabungan. Triangulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan
data dan sumber data yang telah ada. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan
data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti
16
menggunakan observasi non partisipan, wawancara bebas terpimpin, dan
dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak.
Sumber Data
Wawancara Bebas Terpimpin
Sama
Dokumentasi
17
dan dengan arah serta tujuan yang telah ditetapkan. Anas Sudijono (1996: 82)
ada beberapa kelebihan pengumpulan data melalui wawancara, diantaranya
pewawancara dapat melakukan kontak langsung dengan peserta yang akan
dinilai, data diperoleh secara mendalam, yang diinterview bisa
mengungkapkan isi hatinya secara lebih luas, pertanyaan yang tidak jelas bisa
diulang dan diarahkan yang lebih bermakna.
Melalui wawancara inilah peneliti menggali data, informasi, dan
kerangka keterangan dari subjek penelitian. Teknik wawancara yang
dilakukan adalah wawancara bebas terpimpin, artinya pertanyaan yang
dilontarkan tidak terpaku pada pedoman wawancara dan dapat diperdalam
maupun dikembangkan sesuai dengan situasi dan kondisi lapangan. Adapun
wawancara yang dilakukan di penelitian ini adalah seperangkat pengurus desa
Selacai dan beberapa masyarakat desa Selacai.
3.5.3 Metode Dokumentasi
Suharsimi Arikunto (2002:206) metode dokumentasi adalah mencari
data yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. Hadari Nawawi (2005:133)
menyatakan bahwa studi dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui
peninggalan tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku
mengenai pendapat, dalil yang berhubungan dengan masalah penyelidikan.
Dalam penelitian ini, dokumentasi diperoleh dari arsip-arsip yang ada
di pengurus Desa, notulensi hasil rapat, foto kegiatan dan sebagainya.
3.6 Metode Pengolahan Data
Metode pengolahan data menjelaskan prosedur pengolahan dan analisis data
sesuai dengan pendekatan yang dilakukan. Karena penelitian ini mengguanakan
metode kualitatif, maka metode pengolahan data dilakukan dengan menguraikan
data dalam bentuk kalimat teratur, runtun, logis, tidak tumpang tindih, dan efektif
sehingga memudahkan pemahaman dan interpretasi data. Diantaranya melalui:
18
3.6.1 Pemeriksaan Data (Editing)
Pemeriksaan data merupakan meneliti data-data yang diperoleh,
terutama dari kelengkapan jawaban, keterbacaan tulisan, kejelasan makna,
kesesuaian dan relevansinya dengan data yang lain. Dalam penelitian ini,
peneliti melakukan proses editing terhadap hasil wawancara terhadap
narasumber seperangkat pengurus desa, dan masyarakat.
3.6.2 Klasifikasi (Classifying)
Klasifikasi merupakan pengelompokan semua data baik yang berasal
dari hasil wawancara dengan subjek penelitian, pengamatan dan pencatatan
langsung di lapangan atau observasi. Seluruh data yang didapat tersebut
dibaca dan ditelaah secara mendalam, kemudian digolongkan sesuai
kebutuhan. Hal ini dilakukan agar data yang telah diperoleh menjadi mudah
dibaca dan dipahami, serta memberikan informasi yang objektif yang
diperlukan oleh peneliti. Kemudian data-data tersebut dipilah dalam bagian-
bagian yang memiliki persamaan berdasarkan data yang diperoleh pada saat
wawancara dan data yang diperoleh melalui referensi.
3.6.3 Verifikasi (Verifying)
Verifikasi merupakan proses memeriksa data dan informasi yang telah
didapat dari lapangan agar validitas data dapat diakui dan digunakan dalam
penelitian. Selanjutnya yaitu dengan mengkonfirmasi ulang dengan
menyerahkan data yang sudah didapat kepada subjek penelitian, dalam hal ini
seperangkat pengurus desa dan masyarakat desa Selacai. Dilakukan untuk
menjamin bahwa data yang diperoleh benar-benar valid dan tidak ada
manipulasi.
3.6.4 Kesimpulan (Concluding)
Kesimpulan merupakan langkah terakhir dalam proses pengolahan
data. Kesimpulan ini akan menjadi sebuah data terkait dengan objek
penelitian. Kesimpulan menjadi proses pengolahan data yang terdiri dari
empat proses sebelumnya.
19
3.7 Metode Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai macam sumber,
dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam
(triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Analisis
data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang
diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi
hipotesis. Analasis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum
memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan.
Dalam hal ini Nasution (1988) dalam (Sugiyono, 2015, hlm. 245)
menyatakan “Analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah,
sebelum terjun ke lapangan dan berlangsung terus sampai penulisan hasil
penelitian. Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan
selama proses dilapangan bersamaan dengan pengumpulan data.” Analisis data
data merupakan suatu langkah penting dalam penelitian, karena dapat memberikan
makna terhadap data yang dikumpulkan oleh peneliti. Data yang diperoleh dan
dikumpulkan dari responden melalui hasil observasi, wawancara, studi literatur
dan dokumentasi dilapangan untuk selanjutnya dideskripsikan dalam bentuk
laporan. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui tiga kegiatan yang
terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan atau verifikasi Miles dan Huberman (1992) dalam Sugiyono (2015,
hlm. 246).
Analisis data kualitatif merupakan upaya yang berlanjut, berulang dan
menerus. Masalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan
merupakan rangkaian kegiatan analisis yang saling susul menyusul. Tiga jenis
kegiatan utama analisis data merupakan proses siklus dan interaktif. Peneliti harus
siap bergerak diantara empat “sumbu” kumparan itu selama pengumpulan data,
selanjutnya bergerak bolak-balik diantara kegiatan reduksi, penyajian, dan
penarikan kesimpulan untuk lebih memperjelas alur kegiatan analisis data
penelitian tersebut, akan dijelaskan pada bagan berikut.
20
Data Data
Collection Display
Data Conclusions/
Reduction Verification
21
dengan tahap-tahap ini diharapkan peneliti yang dilakukan penulis dapat
memperoleh data yang memenuhi kriteria keabsahan suatu penelitian.
Proses analisis data dalam penelitian ini, yaitu tentang strategi desa Selacai
menuju desa mandiri dilakukan dengan reduksi data (data reduction), penyajian
data (data display), dan penarikan kesimpula (verification). Data yang didapat dari
lapangan harus dipilih mana yang sesuai dengan rumusan masalah penelitian dan
mana yang tidak sesuai. Ketika menemukan data yang tidak sesuai sesuai dengan
masalah penelitian, maka data tersebut harus dibuang. Setelah data dipilih,
kemudian disesuaikan dengan masalah penelitian maka langkah selanjutnya
adalah dilakukan proses penyajian data. Proses penyajian data dalam penelitian ini
bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat. Data yang di dapat dari lapangan yang
sesuai dengan masalah penelitian dideskripsikan dalam bentuk uraian singkat
sehingga peneliti akan mudah untuk memahaminya. Setelah dilakukan proses
penyajian data maka tahap terakhir adalah penarikan kesimpulan. Penarikan
kesimpulan ini bisa menjawab rumusan masalah penelitian dan bisa juga tidak.
Rumusan masalah penelitian yang ditetapkan sejak awal penelitian bersifat
sementara karena akan berkembang pada saat penelitian dilakukan.
22
DAFTAR PUSTAKA
Setyowati, Eka. Tata Kelola Pemerintahan Desa Pada Perbedaan Indeks Desa
Membangun (IDM): Studi Tiga Desa Di Kabupaten Malang.