Anda di halaman 1dari 101

BUKU AJAR

GEOGRAFI PENDUDUK

Dosen pengampu:

Drs. Zulkarnain, M.Si.

Disusun oleh:

Kelas A

Pendidikan Geografi Angkatan 2020

KELAS A (GANJIL)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2022

1
TIM PENYUSUN

KELOMPOK I

Eka Hariyati, Citra Fitria Sari, Nanda Diki Saputra, Jody Andika Prasetyo

KELOMPOK II

Syafna Syainla, Anisa Arum S, Hilda Nur S, Bangkit Agung P, Usvatun Fajriah

KELOMPOK III

Rara Nova M, Jihan Apriyanti, Eliza Ayuningtyas, Ika Angelita, Alfiah Salsabilla

KELOMPOK IV

Nadia Budiarti P, Ruth Lupitadewi Y, Vicky Dwi S, Fitriani, Muhammad Alwan

KELOMPOK V

Vina Azzahra, Taufiqurrahman, Rendy, Linda Yunita, Ani Septia Hapsari

KELOMPOK VI

Ardi Prianto, Diah Ayu A, M Satria Akbar, M Ari Prasurya, Ghinaa Alyaa A

KELOMPOK VII

Ilpa Silpia, Indah Sabela H, Tri Winarti, Chantrika Anindhia, Achmad Rizki

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan berkah dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir pembuatan buku
ajar pada Mata Kuliah Geografi Penduduk tepat pada waktunya.

Buku ajar Geografi Penduduk ini merupakan bagian dari tugas akhir pada
Mata Kuliah Geografi Penduduk di Semester IV pada Program Studi Pendidikan
Geografi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pendidikan Sosial (PIPS), Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Lampung tahun 2022. Adapun buku ajar
ini disusun untuk mengembangkan materi-materi perkuliahan Geografi Penduduk.

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs.


Zulkarnain, M.Si., selaku dosen pengampu Mata Kuliah Geografi Penduduk yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan
sesuai bidang studi yang penulis tekuni. Penulis menyadari penyusunan buku ajar
ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
adanya kritikan dan juga saran yang bersifat membangun dari Bapak Drs.
Zulkarnain, M.Si., selaku dosen pengampu pada Mata Kuliah Geografi Penduduk
ini.

Semoga Tuhan YME. memberikan imbalan dan limpahan berkah-Nya atas


segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan Buku
Ajar Geografi Penduduk ini, dan semoga hasil buku ajar ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca.

Bandarlampung, 19 Mei 2022

Kelas A

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................3

DAFTAR ISI............................................................................................................4

BAB I.......................................................................................................................5

PENGERTIAN, KONSEP, PENDEKATAN, DAN RUANG LINGKUP


GEOGRAFI PENDUDUK......................................................................................5

BAB II....................................................................................................................26

UNSUR-UNSUR GEOGRAFI YANG MEMPENGARUHI DISTRIBUSI


KERUANGAN PENDUDUK, KEPADATAN PENDUDUK, DAN POLA
KOMPOSISI PENDUDUK...................................................................................26

BAB III..................................................................................................................48

UNSUR-UNSUR GEOGRAFI YANG MEMPENGARUHI POLA


KERUANGAN KOMPOSISI PENDUDUK.........................................................48

BAB IV..................................................................................................................62

FERTILITAS DAN MORTALITAS PENDUDUK..............................................62

BAB V....................................................................................................................74

MOBILITAS PENDUDUK...................................................................................74

BAB VI..................................................................................................................81

PENGONTROLAN DINAMIKA KERUANGAN...............................................81

BAB VII.................................................................................................................91

PENGELOLAAN DINAMIKA KERUANGAN PENDUDUK...........................91

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................98

4
BAB I

PENGERTIAN, KONSEP, PENDEKATAN, DAN RUANG LINGKUP


GEOGRAFI PENDUDUK

Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala alam dan kehidupan dimuka
bumi serta interaksi antara manusia dengan lingkungannya dalam kaitannya
dengan aspek ruang dan waktu. Geografi juga merupakan ilmu yang mempelajari
fenomena geosfer yang bersifat fisik dan sosial, disamping itu juga ruang lingkup
geografi sangat luas menunjukkan geografi membutuhkan disiplin ilmu untuk
mengkaji bidang studinya. Bidang atau disiplin ilmu dalam geografi mempelajari
gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan (holistic) yang memiliki
kompleksivitas dan juga selalu berubah. Sedangkan geografi dalam mempelajari
penduduk adalah dalam kaitannya dengan fisik bumi sebagai ruang huninya.
Dalam mempelajari tempat adalah berkaitan dengan manusia sebagai penghuni
tempat bersangkutan. Demikian juga dalam mempelajari lingkungan adalah
berkenaan dengan manusia sebagai bagaian dari lingkungan itu sendiri. Terkait
dengan kedudukan geografi penduduk dalam klasifikasi keilmuan geografi dapat
dilihat dengan menggunakan metode pendekatan topic (topical approach) dan
pendekatan structural (structural approach).

A. Pengertian Geografi Penduduk


Geografi penduduk adalah salah satu cabang dari geografi manusia yang
objek studinya adalah aspek keruangan dari penduduk, yang mencakup
penyebaran penduduk, densitas (kepadatan) penduduk, perbandingan jenis
kelamin (sex ratio), dan perbandingan manusia dengan luas tanah (man
land ratio). Unsur-unsur geografi dan pembahasan yang akan dilakukan
dalam geografi penduduk, antara lain :

1) Unsur-unsur geografi : unsur-unsur geografi meliputi letak, luas,


batas, tanah, iklim, flora dan juga fauna.

5
2) Geografi penduduk : geografi penduduk meliputi sebaran atau
konsentrasi penduduk, kegiatan atau kesempatan kerja, mobilitas,
kepadatan penduduk, dan diversifikasi mata pencaharian
penduduk, serta persebaran penduduk.

Sedangkan menurut pendapat dari beberapa ahli, berikut ini merupakan


definisi atau pengertian dari geografi penduduk :
 Nursid Suryaatmadja
Menurut pandangan beliau dalam bukunya Studi Geografi: Suatu
Pendekatan dan Analisa Keruangan, Geografi penduduk
merupakan cabang geografi manusia yang objek studinya adalah
aspek spasial dari penduduk. Oleh karena itu objek studi ini
meliputi penyebaran, kepadatan, perbandingan jenis kelamin,
perbandingan manusia dengan luas tanah, dan lain-lain.

 Glenn Trewartha
Menurut pandangan beliau population geography pada dasarnya
adalah sebuah ilmu geografi yang berupaya menghubungkan
physical geography dengan cultural geography. Artinya, geografi
seharusnya berhubungan erat dengan kependudukan di suatu
wilayah. Hal ini terjadi karena manusia tidak hanya tinggal di suatu
tempat, tetapi juga dapat mengubah tempat tersebut. Ini akan
berhubungan erat dengan paham possibilisme dan determinisme
dalam geografi.

 John I. Clarke
Menurut John I. Clarke, seorang geografer yang berasal dari
Universitas Durham, geografi kependudukan adalah ilmu geografi
yang menjelaskan persebaran spasial dari distribusi, komposisi,
migrasi dan pertumbuhan penduduk.

 Wilbur Zelinsky

6
Zelinsky, seorang dosen dari Pennsylvania State University
menyatakan bahwa geografi kependudukan adalah spatial
configurations of numbers and other attributes, analisis mengenai
areal differences in population, serta termasuk kedalam geographic
study of Areas. Artinya, geografi penduduk adalah ilmu geografi
yang membahas konfigurasi spasial angka-angka dan atribut lain
kependudukan yang ada di suatu ruang. Selain itu, ilmu ini juga
membahas mengenai perbedaan populasi antar wilayah

 Garnier
Menurut Garnier, geografi kependudukan adalah suatu ilmu yang
mencoba untuk menerangkan fakta-fakta kependudukan dalam
konteks lingkungan alam. Lingkupnya adalah kondisi saat itu,
sebab fenomena, serta akibat yang mungkin ditimbulkan.

Banyak yang menganggap bahwa demografi dan juga geografi penduduk


merupakan suatu hal yang sama, padahal ke-2 ilmu ini merupakan 2 hal
yang berbeda. Namun sebenarnya geografi penduduk dan demografi
memiliki banyak sekali kesamaan. Pertama, mereka sama-sama
menjelaskan mengenai fenomena kependudukan. Selain itu, mereka juga
memanfaatkan data statistik dalam analisis-analisisnya. Umumnya, data-
data ini bersifat data kuantitatif yang mencoba menjelaskan fenomana-
fenomena yang terjadi dengan menggunakan angka-angka. Namun
perbedaan utamanya adalah pada aspek keruangan dalam kajian dan
penelitian yang dilakukan. Dalam demografi, umumnya yang dikaji adalah
proses serta karakteristik fisik yang ada dari penduduk di suatu wilayah.
Sedangkan, dalam geografi penduduk, kajian yang dilaksanakan berfokus
pada aspek keruangan dari kependudukan tersebut. Contohnya adalah
distribusi penduduk, faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi
pertumbuhan penduduk, serta aspek possibilisme dan determinisme
lingkungan dalam kependudukan.

7
Selain itu, dalam geografi penduduk juga dikaji hubungan timbal balik
yang terbentuk antara manusia dengan lingkungan disekitarnya. Disini,
manusia dianggap dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
lingkungannya, sesuai dengan prinsip possibilisme. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa demografi lebih berfokus pada aspek internal dari
kependudukan tersebut, sedangkan geografi kependudukan membahas
aspek eksternal dan dampak-dampak keluar dari penduduk.

B. Konsep Geografi Penduduk


Di dalam geografi, secara umum dikenal adanya 3 konsep geogafi, ke-3
konsep tesebut yaitu :

1. Globalisme
Konsep ini terwujud dari hasil studi tentang bumi sebagai suatu
bentuk “sphaira” atau bola, dan bumi sebagai bagian dari tata-
surya. Bentuk bumi seperti itu (speroid), peredarannya, dan
hubungannya dengan matahari, menghasilkan kejadian-kejadian
penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup yang lain.
Inklinasi sumbu-sumbu dan revolusi bumi mengelilingi matahari
menghasilkan musim dan zona iklim; rotasi bumi menimbulkan
gejala siang-malam, mempengaruhi gerakan air dan udara. Studi
tentang globe sebagai model atau miniatur dari bumi memberikan
dasar pengertian tentang grid-paralel dan juga meridian, yang
selanjutnya memberikan pengertian tentang waktu, letak geografis,
hakikat skala, distorsi peta. Pengetahuan tentang hubungan bumi-
matahari, grid, skala, distorsi peta itu sangat mendasar bagi
geografi.

2. Diversitas dan Variabilitas


Gejala-gejala permukaan bumi tidak sama dan juga tidak tersebar
merata, menimbulkan kebedaan atau diversitas dari tempat ke

8
tempat. Ada tiga buah konsep penting yang berkaitan dengan
pengertian diversitas tersebut, yaitu :

 Pola : Gejala-gejala alam yang tersebar tidak merata di


permukaan bumi membentuk aneka ragam pola yang
digambarkan pada peta dalam berbagai ragam skala.
Contohnya : pola iklim dunia, pola persebaran gunung-api,
pola pengaliran sungai Jeneberang, pola okupasi manusia
(berladang, bertani, berdagang, industri), pola pemukiman,
pola lalu-lintas, dsb. Kemudian pola-pola dari berbagai
ragam gejala tersebut dapat digolong-golongkan dan juga
dipelajari secara sistematis. Gabungan dari berbagai macam
pola di suatu tempat atau wilayah akan menentukan ciri-ciri
tertentu dan memberikan corak khas dari berbagai area.
Keadaan areal yang berbeda-beda tersebut menjadi
perhatian para ahli geografi.

 Kebedaan Areal : Kebedaan areal merupakan konsep


dasar geografi. Pada umumnya kebedaan areal tersebut
mengacu kepada variabilitas dari permukaan bumi. Tidak
ada dua tempat atau kawasan di dunia ini yang identik
sama. Geografi terwujud karena hasrat manusia untuk
mengerti tentang kebedaan (diversitas) dari permukaan
bumi, yaitu kebedaan areal. Dunia ini terdiri dari tempat-
tempat dan kawasan yang berbeda satu sama lain sebagai
akibat dari kejadian paduan (konfigurasi) gejala-gejala yang
berada di atasnya.

 Regionalisasi : Sungguhpun tidak ada dua tempat yang


persis sama, namun ada wilayah-wilayah geografis yang
sedikit memiliki kesamaan. Wilayah yang relatif sama atau
homogen itu disebut kawasan atau region. Lingkup

9
kawasan (region) ditentukan oleh dasar alasan yang
berbeda-beda, tergantung tujuan penyelidikan. Ada yang
dasarnya kesamaan tunggal, misalnya penduduk; dan ada
yang berdasarkan kesamaan jamak seperti halnya iklim,
vegetasi serta pertanian. Kawasan juga dapat disatukan
berdasarkan intensitas hubungan. Kawasan fungsional
demikian itu, contohnya sebuah pusat perdagangan di
sebuah kota. Batas-batas kawasan merupakan zona yang
relatif sempit (jadi bukan garis), dimana beberapa gejala
atau kombinasi beberapa gejala menandai batas tersebut.
Kedudukan batas-batas kawasan dapat berubah-ubah dari
tempat ke tempat. Regionalisasi merupakan alat untuk
dapat melakukan deskripsi dan memiliki pengertian tentang
aneka-ragam kawasan dalam kurun waktu tertentu. Adapun
geografi yang mempelajari kawasan atau region tersebut
diberi nama Geografi Wilayah atau Geografi Regional.

3. Lokasi Keruangan dan Areal


Hal-hal ayng berkaitan dengan konsep lokasi keruangan dan areal
yaitu sebagai berikut :

 Ruang bumi
Aristoteles percaya bahwa ruang merupakan kondisi logis
bagi tercapainya gejala-gejala. Newton menganggap ruang
sebagai “wadah” dari obyek. Berkley melihat ruang sebagai
konsep mental berdasarkan koordinasi penglihatan dan
pendengaran kita. Leibniz mengartikan nilai sebagai suatu
gagasan yang kita ciptakan agar dapat menstruktur
hubungan di antara obyek-obyek yang kita pelajari. Bila
obyek ditiadakan, maka ruang akan lenyap. Jadi menurut
Leibniz, ruang bersifat subyektif dan relatif. Pernyataan

10
kita tentang ruang sangat berbeda-beda berdasarkan latar-
belakang ilmu pengetahuan yang kita miliki. Bagi geografi,
yang dimaksud dengan ruang ialah ruang bumi, sedangkan
yang diartikan sebagai “wadah” dari gejala-gejala maupun
sebagai ciri dari obyek atau gejala-gejala yang secara
subyektif kita ciptakan. Ruang bumi diisi oleh segala
macam benda, obyek, atau gejala material dan nonmaterial
yang terwujud pada permukaan bumi. Asosiasi yang
kompleks dari perwujudan berbagai gejala material dan
nonmaterial itu merupakan hasil dari proses perubahan
yang kontinyu (berkelanjutan) merupakan hasil proses dari
urutan-urutan kejadian. Ada proses fisik, proses biotik, dan
juga proses budaya. Proses-proses tersebut saling
berinteraksi membentuk aneka ragam paduan (konfigurasi)
gejala pada permukaan bumi, merupakan sistem manusia-
lingkungan (men-environment system) yang disebut juga
sebagai sistem keruangan (spatial system).

 Situs
Situs (site) erat hubungannya dengan suatu gejala pada
suatu letak fisis (physical setting) pada areal yang
ditempatinya. Karena itu untuk mengerti tentang situs perlu
pula mengerti tentang gejala-gejala fisis yang terdapat pada
setiap kawasan atau region. Gejala-gejala yang biasanya
diselidiki oleh geografer dalam menguraikan dan menilai
suatu situs ialah:
 Bentuk-bentyuk permukaan (dataran rendah,
pebukitan, pegunungan, lembah, plato, pulau,
semenanjung, dsb).
 Perairan (perairan air sungai dan air laut, drainage,
sungai, danau, rawa, lautan, dsb.).
 Iklim (suhu, kelembaban, angin, curah hujan).

11
 Tanah dan materi tanah.
 Vegetasi (hutan, padang rumput, sabana, mangrove,
dsb)
 Mineral (minyak bumi, batubara, emas, dsb.).
 Situasi (situation), menjelaskan gejala dalam
hubungannya dengan gejala lain. Misalnya
hubungan tempat dengan tempat.
Dalam hal ini diperlukan konsep jarak dan arah, juga
hubungan fungsional antar tempat atau wilayah. Isi lokasi
bukanlah sekedar posisi atau kondisi atau situasi arah dan
jarak yang menyangkut tempat atau wilayah, tetapi juga
menyangkut persebaran dari gejala-gejala pada permukaan
bumi

 Ketersangkutpautan (interelatedness)
Para ahli studi geografi percaya akan adanya kebersangkut-
pautan di antara tempat-tempat pada permukaan bumi dan
gejala-gejala pada suatu area. Istilah-istilah seperti
interdependensi, interkoneksi, interaksi keruangan, dan
assosiasi areal menguraikan dan menjelaskan saling
hubungan antar tempat dan antar gejala pada permukaan
bumi.
 Assosiasi areal
Assosiasi areal menyatakan identifikasi kepada
hubungan sebab akibat (kausalitas) antara gejala
manusia dengan lingkungan fisiknya, yang
menimbulkan ciri-ciri yang berbeda-beda pada
berbagai tempat dan wilayah. Preston James
menganggap konsep ini sebagai inti dari mana teori-
teori geografi terbentuk. Penekanan dari konsep
assosiasi ialah menunjuk kepada adanya kombinasi
atau paduan (konfigurasi) dari gejala-gejala yang

12
dapat menimbulkan kebedaan dari tempat ke
tempat. Contoh sederhana dari peristiwa ini ialah
hubungan antara persebaran penduduk dengan
faktor kelembaban lingkungan.

 Interaksi keruangan
Merupakan hal yang saling hubungan antara gejala-
gejala pada tempat-tempat dan area-area yang
berbeda-beda di dunia. Semua tempat pada
permukaaan bumi itu diikat oleh kekuatan alam dan
juga manusia (sumberdaya alam dan sumberdaya
manusia). Terjadi gerak dari gejala-gejala tersebut
dari tempat ke tempat; udara, air laut, tumbuhan dan
hewan, serta manusia. Setiap kejadian berkenaan
dengan hal itu akan mencerminkan adanya interaksi
antar tempat. Manusia sebagai “pencipta” ilmu dan
teknologi mampu berinteraksi dan bergerak dalam
ruang secara leluasa melalui komunikasi dan
transportasi. Migrasi dan bentuk-bentuknya
misalnya terjadi di mana-mana dan menimbulkan
dampak baik positif maupun negatif terhadap
kehidupan sosio-budaya manusia.
Semua itu menimbulkan peredaran/sirkulasi gejala -
gejala secara intensif di seluruh ruang di dunia
seperti :
 Peredaran atau sirkulasi
Peredaran menyangkut gerak dari gejala fisik,
manusia, barang, dan gagasan (ide) ke seluruh
penjuru dunia. Meliputi antara lain difusi
kebudayaan, distribusi, perdagangan, migrasi,
komunikasi dan lain sebagainya.

13
 Interdependensi
Interdependensi merupakan bentuk saling-hubungan
karena peredaran gejala-gejala. Dalam
interdependensi, kadar ikatannya lebih kuat dan
lebih nyata daripada peristiwa interrelasi. Dunia
sekarang sebenarnya merupakan masyarakat-
masyarakat dunia dengan saling ketergantungan
yang kuat di antara negara-negara (Asean, MEE,
PBB).

 Perubahan
Perubahan merupakan salah satu aspek paling
penting di dalam geografi dunia ialah ciri dinamika
dari gejala-gejala. “Panta Rhei” kata Heraklites,
yang artinya “semua mengalir”. Memang di dunia
ini tidak ada yang diam mutlak; apakah itu gejala
alami maupun gejala buatan manusia. Manusia
bersama alam mengubah ciri-ciri dari bumi.
Geografi merupakan studi tentang masa kini. Tetapi
untuk mengetahui masa sekarang, perlu mengetahui
pula masa lalu (ilmu sejarah). Dalam hal ini
geografi melakukan rekonstruksi kejadian kejadian.
Perubahan yang tercantum pada peta menunjuk
kepada perubahan tempat dan wilayah pada
permukaan bumi. Erat hubungannya dengan konsep
perubahan, ialah konsep proses. Proses ialah
kejadian yang berurutan yang menimbulkan
perubahan, dalam batas waktu tertentu. Permukaan
bumi ini menjadi begitu kompleks karena adanya
proses-proses dalam berbagai tingkat dan tempo
(Preston James). Ada tiga macam proses, yaitu
proses fisik, proses biotik, dan proses sosial. Di

14
dalam geografi ketiga macam proses tersebut dalam
kenyataannya adalah satu proses utuh;
penggolongan tersebut (analisis kategori) hanya
berlaku dalam penyelidikan dan kajian saja.

 Wilayah Kebudayaan
Salah satu konsep dari Geografi modern ialah menyangkut
penyesuaian dan juga pengawasan manusia (kontrol)
terhadap lingkungan fisiknya. Keputusan yang diambil
manusia tentang penyesuaian dan pengawasan terhadap
lingkungan fisis tersebut sangat ditentukan oleh pola
kebudayaan yang dimiliki oleh masing-masing masyarakat.
Kebudayaan dapat diartikan secara sempit dan secara luas.
Secara sempit sebagai aspek yang menarik seperti kesenian,
tata-krama, ilmu dan teknologi. Secara luas kebudayaan
diartikan sebagai hasil dari daya akal atau daya budi
manusia yang merupakan keseluruhan yang kompleks
menyangkut pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, adat,
hukum dan lain-lain. Kemampuan atau kebiasaan yang
dipelajari manusia sebagai anggota masyarakat
(E.B.Taylor).
Di dalam Geografi, kebudayaan dapat diartikan secara luas.
Herskovits mengartikannya sebagai “man-made part of the
environment”, sedang C. Kluckhohn sebagai “way of live”.
P.V. de la Blache menyebutnya sebagai “genre de vie”,
yaitu tipe-tipe proses produksi yang dipilih manusia dari
kemungkinan-kemungkinan yang diberikan oleh tanah,
iklim, dan ruang yang terdapat pada suatu wilayah atau
kawasan, serta tingkat kebudayaan (dalam arti sempit) di
wilayah tersebut.

15
Geografi tetap konsisten dengan obyek studinya yaitu melihat satu
kesatuan komponen alamiah dengan komponen insaniah pada ruang
tertentu di permukaan bumi, mengkaji faktor alam dan faktor manusia
yang membentuk integrasi keruangan di wilayah yang bersangkutan.
Geografi pun mengajarkan kearifan teknologi dalam mengelola alam
lingkungan hidupnya manusia. Selain ke-3 konsep utama tersebut,
geografi juga masih memiliki 10 konsep lain yang disebut sebagai konsep
essensial geografi, ke-10 konsep essensial geografi tersebut yaitu sebagai
berikut :

1) Konsep Lokasi
Konsep Lokasi dalam geografi, menganalisis aspek positif dan
aspek negatif suatu tempat yang ada di permukaan bumi. Konsep
lokasi biasanya digunakan untuk menjawab pertanyaan “Where”
(dimana) lokasi suatu tempat. Konsep lokasi dalam geografi dapat
dibagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu :
 Lokasi Absolut, yaitu lokasi suatu wilayah yang didasarkan
pada garis lintang dan garis bujur. Contoh : Secara
Astronomis lokasi negara Indonesia terletak antara 60 LU –
110 LS dan 950 BT – 1410 BT. 2)
 Lokasi Relatif, yaitu suatu lokasi wilayah di permukaan
bumi yang sifatnya dapat berubah-ubah, karena dipengaruhi
oleh daerah-daerah yang ada di sekitarnya. Contoh : Tanah
yang ada di lokasi daerah perkotaan biasanya mempunyai
harga lebih mahal, daripada di desa, contoh lain dari konsep
lokasi ini yaitu hubungan kausalitas antara keadaan sosial
ekonomi masyarakat yang hidup di wilayah atau daerah
yang relatif belum terjamah oleh khalayak ramai, seperti
halnya wilayah pesisir pedalaman.

2) Konsep Jarak

16
Jarak merupakan pembatas yang mempunyai sifat alamiah Jarak
mempunyai kaitan dengan lokasi dan upaya dalam pemenuhan
kebutuhan pokok kehidupan manusia. Contoh dari konsep jarak
yaitu:
 Tanah yang jaraknya jauh dari jalan raya, harganya lebih
murah.
 Jarak tempuh untuk menyangkut bahan baku ke pabrik,
mempengaruhi besar biaya angkut.
 Rumah yang jaraknya dekat dengan pusat kota, harganya
lebih mahal, dan seterusnya.

3) Konsep Keterjangkauan
Keterjangkauan mempunyai kaitaan dengan kondisi yang ada di
permukaan bumi ini. Misalnya, suatu daerah tradisonal karena
kondisi permukaan buminya menyebabkan suatu daerah tersebut
sulit untuk dijangkau. Keterjangkauan pada umumnya, tergantung
pada kondisi permukaan buminya suatu daerah tersebut. Dan pada
umumnya pula, keterjangkauan tersebut akan berubah perlahan
sejalan dengan berkembangnya perkembangan ilmu-ilmu, seperti
Ilmu Ekonomi, Ilmu Komunikasi, Teknologi (IPTEK), dan
Transportasi. Contoh dari konsep keterjangkauan ini yaitu sebagai
berikut:
 Desa yang dikelilingi rawa-rawa dan hutan-hutan, biasanya
sulit untuk dijangkau daripada desa yang terletak di tepian
pantai-pantai.
 Suatu penduduk yang tinggal hidup di dalam hutan-hutan
belantara yang besar, akan sulit untuk dijangkau.
 Kota-kota yang berada pada dataran tanah (bumi) yang
strategis akan mudah sekali untuk dijangkau.

4) Konsep Pola

17
Pola mempunyai kaitan dengan ketergantungan pada bentuk-
bentuk fenomena geografi yang telah ada di bumi (permukaan
bumi). Di dalam mempelajari ilmu Geografi, terdapat mempelejari
pola-pola bentuk dan pola-pola persebaran fenomena geografi.
Contohnya :
 Pola persebaran pemukiman di daerah pegunungan telah
didominasi oleh pola yang menyebar (memencar).
 Pola sungai-sungai yang ada pada daerah lipatan-lipatan
pada umumnya berpola trellis.
 Pola persebaran penduduk di daerah perkotaan di dominasi
oleh pola mengumpul (menyatu).

5) Konsep Morfologi
Konsep morfologi mempunyai kaitan dengan bantuk muka
(permukaan) bumi, sebagai hasil dari adanya tenaga-tenaga
endogen dan eksogen. Contohnya dari konsep morfologi yaitu
sebagai berikut:
 Dataran rendah sepanjang pantai utara Jawa telah
didominasi oleh perkebunan-perkebunan tebu.
 Dataran tinggi di daerah puncak Bogor, lahannya banyak
telah dimanfaatkan untuk perkebunan teh.
 Dataran sedang di provinsi-provinsi Jawa, banyak
digunakan sebagai kota-kota besar.

6) Konsep Aglomerasi
Aglomerasi merupakan kecenderungan persebaran yang
mempunyai sifat mengelompok pada suatu wilayah tertentu, yang
relatif sempit, tetapi juga yang paling menguntungkan. Contoh dari
konsep aglomerasi yaitu sebagai berikut :
 Di pulau Kalimantan, penduduknya umumnya
mengelompok-ngelompok sepanjang aliran sungai.

18
 Di pulau Irian Jaya, penduduknya umumnya
mengelompok-ngelompok di daerah perhutanan.
 Di pulau Jawa, penduduknya umumnya mengelompok-
ngelompok di daerah pusat-pusat kota (perkotaan).

7) Konsep Nilai Kegunaan


Nilai Kegunaan merupakan fenomena geografi atau sumber daya
yang ada di permukaan bumi ini yang mempunyai sifat relatif
antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lainnya. Contoh :
 Hutan memiliki suatu nilai kegunaan bagi para pecinta
alam, dibandingkan pelajar.
 Laut memiliki nilai kegunaan bagi para nelayan,
dibandingkan dengan petani.
 Pegunungan memiliki suatu nilai kegunaan bagi para
petani, dibandingkan nelayan.

8) Konsep Interaksi
Interaksi merupakan hubungan timbal balik antara dua wilayah
atau lebih yang dapat menimbulkan gejala-gejala, kenapakan, dan
permasalahan baru. Dalam Konsep Interaksi ini, gejala-gejala yang
satu dengan gejala-gejala yang lainnya, saling tergantung satu sama
lain. Contoh dari konsep interaksi yaitu sebagai berikut:
 Interaksi kota-desa terjadi, karena adanya perbedaan
potensi alam. Misalnya, desa menghasilkan bahan baku,
sedangkan kota menghasilkan barang industri. Karena
kedua wilayah saling membutuhkan, maka terjadilah
interaksi.

9) Konsep Diferensiasi Area


Diferensiasi Area berkaitan dengan perbedaan corak antar wilayah
di muka bumi. Konsep Diferensiasi Area ini, digunakan untuk
mempelajari perbedaan gejala geografi antara wilayah yang satu

19
dengan yang lain di permukaan bumi. Contoh dari konsep
differensiasi area yaitu sebagai berikut:
Jenis tanaman yang di budidayakan, antara dataran tinggi akan
berbeda dengan jenis tanaman di dataran rendah. Contoh yang
rinci, terdapat pada klasifikasi iklim Junghuhn, yaitu :
 Zona dengan ketinggian 0 – 700 m, jenis tanaman yang
dibudidayakan yaitu tebu, kelapa, jagung, dan padi.
 Zona ketinggian 700 –1.500 m, jenis tanaman yang
dibudidayakan yaitu, teh, kopi, ckolat, tembakau, dan kina.
 Zona dengan ketinggian 1.500 – 2.500 m, jenis tanaman
yang dibudidayakan, yaitu pinus, dan cemara.
 Zona dengan ketinggian lebih dari 2.500 m, jenis tanaman
didominasi oleh lumut.
Selain itu, Konsep Diferensiasi Area dapat juga digunakan untuk
melihat jenis mata pencaharian penduduk, misalnya penduduk
yang tinggal di daerah pantai dominan bermata pencaharian
nelayan, berbeda dengan penduduk yang tinggal di dataran rendah
cenderang bermata pencaharian sebagai petani.

10) Konsep Keterkaitan Ruang


Konsep keterkaitan ruang menunjukkan derajat keterkaitan
persebaran antara fenomena yang satu dengan yang lain, baik yang
menyangkut fenomena fisik maupun non-fisik. Contoh dari konsep
keterkaitan keruangan yaitu wilayah pedesaan dengan perkotaan.
Misalnya, penduduk kota memerlukan bahan pangan dari desa,
sebaliknya penduduk desa perlu memasarkan hasil alamnya ke
kota.

C. Pendekatan Geografi Penduduk


Pendekatan merupakan suatu konsep dasar dalam mengkaji masalah yang
berkaitan dengan objek material geografi. Menurut Bintarto dan 2.2.

20
Pendekatan Geografi Surastopo Hadisumarno (1979: 12-24), ada tiga
pendekatan dalam geografi yaitu :
1. Pendekatan Keruangan (Spatial Approach)
Pendekatan keruangan (spatial approach) merupakan suatu metode
analisis untuk mempelajari eksistensi ruang (space) sebagai wadah
mengakomodasi kegiatan manusia dalam menjelaskan fenomena
geosfer. Pendekatan Keruangan mendasarkan sudut pandangnya
pada persamaan dan perbedaan struktur, pola, dan proses dalam
suatu ruang. Berkaitan dengan unsur pembentuk ruang yaitu
kenampakan titik, garis, dan area. Contoh yang berkaitan dengan
pendekatan keruangan (spatial approach) yaitu terbentuknya
gunung api karena aktivitas vulkanisme.

2. Pendekatan Kelingkungan (Ecological Approach)


Pendekatan kelingkungan (Ecological Approach) merupakan suatu
pendekatan yang menekankan kajiannya pada suatu hubungan
antara organisme hidup dan lingkungannya. Terdapat dua pengaruh
yaitu pengaruh kegiatan manusia terhadap lingkungan dan
pengaruh fenomena alam terhadap lingkungan. Contoh yang
berkaitan dengan pendekatan kelingkungan yaitu interaksi makhluk
hidup dengan lingkungan.

3. Pendekatan Kewilayahan (Regional Complex Approach)


Pendekatan Kewilayahan (Regional Complex Approach) adalah
kombinasi antara analisa keruangan dan analisa ekologi.
Pendekatan komplek kewilayahan ini mengkaji bahwa fenomena
geografi yang terjadi di setiap wilayah berbeda-beda, sehingga
perbedaan tersebut membentuk karakteristik wilayah. Contoh yang
berkaitan dengan pendekatan kewilayahan (regional complex
approach) yaitu fenomena urbanisasi.

21
D. Ruang Lingkup Geografi Penduduk
Ilmu geografi penduduk memiliki batasan dalam mengkaji, menganalisis,
dan mengidentifikasi perbedaan serta persamaan suatu persoalan aktivitas
manusia dalam pada suatu ruang/wilayah. Seperti halnya cabang ilmu
geografi yang lain, geografi penduduk pendekatan kelingkungan dan
kompleks wilayah dalam konteks keruangan. Teknik mengkaji,
menganalisis, dan mengidentifikasi pada ilmu geografi penduduk
menggunakan ketiga pendekatan geografi tersebut sekaligus menjadi
alasan pembeda antara ilmu geografi penduduk dengan ilmu
kependudukan yang lain seperti: demografi, antropologi sosial, geografi
sosial. Hasil dari pengkajian tentang persoalan atau problematika aktivitas
manusia menggunakan sudut pandang geografi penduduk dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan utama dalam rencana pembangunan. Secara
umum, terdapat beberapa cabang keilmuan yang dikaji dan dipelajari oleh
ilmu geografi penduduk. Cabang-cabang ilmu dan topik bahasan tersebut
antara lain adalah
 Fenomena demografis seperti natalitas, mortalitas, pertumbuhan
penduduk, serta transisi demografis
 Peningkatan dan penurunan jumlah penduduk
 Pergerakan populasi, baik secara horizontal dalam bentuk migrasi
ataupun secara vertikal
 Struktur ketenagakerjaan yang ada di suatu lokasi
 Hubungan timbal balik yang terbentuk antara penduduk dan
lingkungan disekitarnya
Secara umum, dapat kita simpulkan bahwa ruang lingkup dari geografi
penduduk adalah cabang ilmu demografi yang dikaitkan dengan ilmu
keruangan yaitu geografi.

1. Fenomena-Fenomena Demografis
Fenomena-fenomena demografis yang dibahas dalam studi
geografi kependudukan semuanya berhubungan dengan penduduk

22
pada konteks spasial. Contoh yang paling sering digunakan adalah
persebaran penduduk di suatu wilayah yang berbeda-beda.
Selain itupula, fenomena-fenomena demografis ini juga mencakup
struktur kependudukan di suatu wilayah. Contohnya adalah
penerapan analisis piramida penduduk dan analisis struktur
penduduk lainnya di suatu wilayah. Ada pula fenomena yang
dikenal sebagai transisi demografis suatu wilayah. Fenomena ini
berkaitan erat dengan piramida penduduk dimana suatu negara
bertransisi dari negara yang memiliki angka kelahiran tinggi
menjadi negara yang memiliki angka kelahiran rendah. Transisi ini
juga umumnya berkaitan dengan kualitas hidup pada wilayah
tersebut yang dihitung dengan indeks pembangunan manusia.
Seiring semakin majunya suatu negara, maka akan semakin tinggi
pula kualitas hidupnya.

2. Peningkatan dan Penurunan Jumlah Penduduk


Penurunan dan peningkatan jumlah penduduk merupakan salah
satu inti pembahasan dari geografi kependudukan. Tetapi, berbeda
dengan demografi pada umumnya yang hanya membahas kenaikan
dan penurunannya, geografi kependudukan membahas mengenai
faktor-faktor spasial yang mempengaruhi hal ini. Fenomena
Pertumbuhan atau justru pengurangan penduduk ini banyak
dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan dan sosial-ekonomi
yang ada di suatu wilayah. Selain itu, terdapat pula faktor
kebijakan dan faktor kualitas infrastruktur yang ada pada wilayah
tersebut.
Oleh karena itu, pertumbuhan penduduk dalam geografi
kependudukan tidak dibahas secara terpisah dari konteks
pembangunan wilayah dan penyediaan infrastruktur serta
kebijakan.

3. Pergerakan Populasi

23
Pergerakan penduduk dari suatu lokasi ke lokasi lainnya juga
merupakan salah satu kajian dasar dari geografi kependudukan.
Namun, pergerakan ini tidak hanya pergerakan spasial, tetapi
meliputi pergerakan sosial pula.
Pergerakan spasial kerap kita kenal dengan istilah migrasi atau
perpindahan penduduk. Disini, seseorang pindah ke lokasi lain
karena faktor-faktor tertentu. Ada yang pindah secara permanen
ada pula yang pindah sementara, hanya untuk berkerja atau
berkelana. Selain itu, ada pula pergerakan vertikal atau pergerakan
sosial suatu penduduk dari status sosial rendah ke yang lebih
tinggi, atau sebaliknya. Disini, pergerakan tidak bisa dilihat secara
kasat mata tetapi dapat dilihat dari perilaku dan tampilan orang
tersebut yang mungkin akan berubah.

4. Struktur Ketenagakerjaan
Struktur ketenagakerjaan yang meliputi siapa yang termasuk
tenaga kerja, angkatan kerja, dan bagaimana kondisi
penganggurannya merupakan aspek kajian penting dalam studi
ilmu geografi penduduk. Struktur kependudukan ini berpengaruh
besar terhadap pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dan angka
produk domestik bruto yang dapat dihasilkan oleh wilayah
tersebut.
Seiring dengan semakin banyaknya orang yang produktif, maka
semakin tinggi pula potensi pertumbuhan ekonominya. Sedangkan,
semakin rendah jumlah penduduknya yang produktif, maka juga
semakin rendah pula potensi pertumbuhannya. Rasio antara
masyarakat usia produktif dan non-produktif ini dikenal sebagai
rasio ketergantungan atau juga dikenal sebagai dependency ratio.

5. Hubungan Antara Manusia dan Lingkungan Disekitarnya


Hubungan manusia dengan lingkungan sekitarnya merupakan salah
satu aspek kajian paling penting dari geografi penduduk. Disini,

24
dibahas apakah terdapat hubungan antara manusia yang tinggal di
suatu lokasi dan lokasi tersebut.
Hubungan tersebut dapat berupa manusia yang mempengaruhi
alam disekitarnya, ataupun alam yang mempengaruhi manusia.
Contoh manusia dapat mempengaruhi alam adalah ketika manusia
membangun irigasi dan bendungan agar dapat bercocok tanam di
suatu wilayah yang relatif tandus. Intervensi manusia ini bisa jadi
mengubah persebaran flora yang ada di wilayah tersebut sehingga
menjadikan daerah tersebut subur untuk pertanian. Sedangkan,
contoh manusia dipengaruhi oleh alam disekitarnya adalah pusat-
pusat penduduk dan kota yang dibangun dekat dengan tambang
sumber daya alam tidak terbarukan seperti batu bara atau emas.

SOAL LATIHAN

1. Sebut, dan jelaskan, serta berikan contohnya dalam kehidupan manusia


tentang 3 konsep utama dalam geografi!
2. Sebut, dan berikan contoh secara nyata tentang konsep diferensiasi area
sebagai suatu konsep essensial geografi !
3. Sebut, dan jelaskan tentang 3 pendekatan utama yang ada di dalam ilmu
geografi !
4. Sebut, dan berikan contohnya tantang pendekatan kelingkungan atau
ecological approuch di dalam lingkungan tempat tinggal mu !
5. Jelaskan secara rinci tentang ruang lingkup geografi penduduk !

25
BAB II

UNSUR-UNSUR GEOGRAFI YANG MEMPENGARUHI DISTRIBUSI


KERUANGAN PENDUDUK, KEPADATAN PENDUDUK, DAN POLA
KOMPOSISI PENDUDUK

A. Unsur-Unsur Geografi

A. Letak geografis
Letak geografis adalah letak suatu tempat dilihat dari kenyataannya di
muka bumi atau letak suatu tempat dalam kaitannya dengan daerah lain di
sekitarnya. Letak geografis juga disebut letak relatif, disebut relatif sebab
posisinya ditentukan oleh fenomena-fenomena geografis yang
membatasinya, misalnya gunung, sungai, lautan, benua dan samudera.

Contohnya letak geografis Indonesia, Indonesia di antara Benua Asia dan


Benua Australia, serta di antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
Indonesia yang terletak di antara dua benua dan dua samudra
memungkinkan menjadi persimpangan lalu lintas dunia, baik lalu lintas
udara maupun laut. Indonesia sebagai titik persilangan kegiatan
perekonomian dunia, antara perdagangan negara-negara industri dan
negara-negara yang sedang berkembang.

B. Relief
Topografi adalah studi tentang bentuk permukaan bumi dan objek lain,
meliputi planet, satelit alami (bulan dan sejenisnya), serta asteroid.
Pengertian ilmiah lebih luas juga memasukkan vegetasi dan pengaruh
manusia terhadap lingkungan, serta kebudayaan lokal ke dalam ruang
lingkup topografi. Namun umumnya topografi mempelajari relief
permukaan, model 3 dimensi dan identifikasi jenis lahan.

26
Menurut Suparno dan Endy (2005), keadaan topografi adalah keadaan
yang menggambarkan kemiringan lahan atau kontur lahan, semakin besar
kontur lahan berarti lahan tersebut memiliki kemiringan lereng yang
semakin besar. Jadi, Relief atau topografi adalah keadaan tinggi-rendahnya
bentuk permukaan bumi. Penampakan geografis alam yang berhubungan
dengan relief wilayah daratan terdiri dari pegunungan, gunung, dataran
tinggi, dataran rendah, lembah, dan dataran pantai. Sedangkan relief
wilayah perairan daratan berupa danau, sungai, rawa, teluk, selat, dan
terusan. Penampakan alam relief wilayah perairan laut atau relief dasar
laut, terdiri dari bentuk paparan benua, lereng benua, lubuk laut, palung
laut, punggung laut, ambang laut, dan gunung laut.

Beberapa fitur yang dikaji dalam topografi, antara lain:


 Bentuklahan, Bentuklahan yang dipelajari dalam topografi dapat
mencakup apa saja yang secara fisik berdampak pada area. Contohnya
termasuk gunung, bukit, lembah, danau, lautan, sungai, kota,
bendungan, dan jalan.
 Ketinggian, Ketinggian, atau ketinggian, gunung dan benda lainnya
dicatat sebagai bagian dari topografi. Ini biasanya dicatat mengacu
pada permukaan laut (permukaan laut).
 Latitude, Latitude memberikan posisi utara / selatan suatu lokasi dalam
referensi dari khatulistiwa. Garis khatulistiwa adalah garis horizontal
yang ditarik di sekitar tengah Bumi yang jaraknya sama dengan Kutub
Utara dan Kutub Selatan. Garis khatulistiwa memiliki garis lintang 0
derajat.
 Bujur, Bujur memberikan posisi timur / barat dari suatu lokasi. Bujur
umumnya diukur dalam derajat dari Prime Meridian.

Contoh topografi : Beberapa dataran tinggi yang terdapat di Indonesia


antara lain: dataran tinggi Gayo di provinsi Nangroe Aceh Darussalam,
dataran tinggi Brastagi di provinsi Sumatera Utara, dataran tinggi Bandung
di provinsi Jawa Barat, dataran tinggi Dieng (Dieng Plateu) di provinsi

27
Jawa Tengah, dataran tinggi Batu di Malang Jawa Timur, dan lain
sebagainya.

C. Cuaca dan iklim


Cuaca adalah keadaan atmosfer sehari-hari, dan variasi jangka pendeknya
dalam hitungan menit hingga minggu. Orang umumnya menganggap
cuaca sebagai kombinasi suhu, kelembapan, curah hujan, jarak pandang,
dan angin. Iklim adalah cuaca rata-rata di suatu tempat dalam periode
waktu yang relatif lama, yang umumnya selama 30 tahun. Informasi iklim
mencakup informasi cuaca statistik yang memberi tahu kita tentang cuaca
normal, serta kisaran cuaca ekstrem untuk suatu lokasi.

Perbedaan cuaca dan Iklim :


 Cuaca : Keadaan atmosfer jangka pendek, baik di masa lalu, sekarang,
atau di masa depan, adalah cuaca. Orang menggambarkan cuaca dalam
bentuk suhu, curah hujan, kelembapan, angin, dan variabel lainnya.
Cuaca dapat bervariasi dari menit ke menit dan berbeda di tiap daerah.
 Iklim adalah gambaran pola dari kondisi cuaca dalam jangka panjang
di suatu lokasi. Ungkapan "jangka panjang" ini biasanya diartikan
selama 30 tahun atau lebih.

Unsur-unsur cuaca dan Iklim :

 Sinar matahari
 Suhu udara
 Kelembaban udara
 Awan
 Curah hujan
 Angin

Kondisi iklim Indonesia dipengaruhi angin muson, yaitu angin yang


bertiup setiap enam bulan sekali dan selalu berganti-ganti arah. Adanya

28
perubahan arah angin muson ini berakibat kondisi iklim di Indonesia
terbagi menjadi 2 musim setiap tahunnya, yaitu musim kemarau dan
musim penghujan. Indonesia dilalui garis khatulistiwa, maka wilayahnya
mendapat pemanasan sinar matahari yang cukup sepanjang tahun.
Akibatnya tingkat penguapan tinggi, udara cukup banyak mengandung uap
air, dan hujan sering turun. Walaupun musim kemarau, tetapi dengan
kondisi tingkat penguapan yang cukup tinggi, maka di beberapa tempat
wilayah Indonesia sering terjadi hujan.

D. Flora dan fauna


Istilah kata flora berasal dari bahasa latin. Yaitu dari kata flora yang
memiliki arti “alamat tumbuhan dan nabatah”. Secara sederhana,
pengertian flora adalah tanaman. Secara umum, flora adalah semua jenis
tumbuhan atau tanaman yang ada di dunia. Jadi, Flora adalah spesies
tumbuh-tumbuhan yang hidup di suatu kawasan dan tumbuh secara alami.

Pengertian fauna secara sederhana adalah hewan. Sedangkan pengertian


secara umum adalah segala jenis hewan yang hidup di dunia. Kata fauna
berasal dari bahasa latin. Kata tersebut memiliki arti alam hewan. Flora
dan fauna yang terdapat di suatu kawasan memiliki pengaruh pada
kehidupan manusia. Flora dan fauna bisa menjadi sumber kehidupan yang
dapat diambil manfaatnya untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Sebaran flora dan fauna di dunia dipengaruhi oleh karakteristik khas suatu
wilayah serta dikendalikan oleh iklim yang disebut bioma. Dari bioma
inilah, kita akan mengenal lebih jauh mengenai persebaran flora dan fauna
di dunia. Secara garis besar terdapat tiga macam bioma antara lain ; bioma
hutan, padang rumput, dan gurun.

Menurut seorang ahli biogeografi bernama Alfred Russel Wallace,


persebaran fauna di dunia dikelompokan menjadi 6 wilayah, antara lain:
zona neartic, Zona Neotropik, Zona Australis, Zona Oriental, Zona

29
Paleartik, Zona Ethiopian. Jenis flora di dunia : hutan hujan tropis, hutan
gugur, Sabana, stepa/Padang rumput,gurun, Taiga,tundra.

Contoh nya :
Menurut kondisi bentuk geografis wilayahnya, jenis tanaman dan fauna di
Indonesia terbagi menjadi 3 macam tipe, yaitu:
 Tipe Asiatis
 Tipe Australis
 Tipe peralihan

E. Tanah
Tanah merupakan suatu benda alam yang tersusun dari padatan (bahan
mineral dan bahan organik), cairan dan gas, yang menempati permukaan
daratan, menempati ruang, dan dicirikan oleh salah satu atau kedua
berikut: horison-horison, atau lapisan-lapisan, yang dapat dibedakan dari
bahan asalnya sebagai hasil dari suatu proses penambahan, kehilangan,
pemindahan dan transformasi energi dan materi, atau berkemampuan
mendukung tanaman berakar di dalam suatu lingkungan alami.

Tanah sifatnya sangat dinamis yaitu terus menerus mengalami perubahan,


yang dipengaruhi oleh iklim (curah hujan dan suhu), bentuk wilayah
(relief atau bentuk permukaan tanah), bahan induk, waktu, dan organisme.

Tanah memiliki nilai yang amat penting untuk kehidupan semua makhluk
hidup di muka bumi. Tanah adalah bagian lapisan pembentuk kulit bumi
paling atas dan sangat tipis yang terbentuk dari bermacam-macam
campuran batuan induk yang sudah lapuk, air, udara, jasad tanaman dan
satwa yang sudah mati.

Contohnya : Jenis tanah yang tersebar di Kepulauan Indonesia berjumlah


sekitar 17 jenis tanah yaitu : Tanah Aluvial, Tanah Andosol,Tanah Entisol,
Tanah Grumusol,Tanah Humus, Tanah Inceptisol, Tanah Laterit, Tanah

30
Liat,Tanah Podzolik, Tanah Podsol, Tanah Pasir,Tanah Padas,
Oksisol,Organosol atau gambut,Tanah Mergel, Tanah Latosol, Tanah
Litosol

F. SDA
Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang berasal dari alam yang
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Yang
tergolong di dalamnya tidak hanya komponen biotik, seperti hewan,
tumbuhan, dan mikroorganisme, tetapi juga komponen abiotik, seperti
minyak bumi, gas alam, berbagai jenis logam, air, dan tanah.

 Pada umumnya, sumber daya alam berdasarkan ketersediaan dapat


digolongkan menjadi SDA yang dapat diperbaharui dan SDA tak dapat
diperbaharui. SDA yang dapat diperbaharui adalah kekayaan alam
yang dapat terus ada selama penggunaannya tidak dieksploitasi
berlebihan. Contohnya Tumbuhan, hewan, mikroorganisme, sinar
matahari, angin, dan air. SDA tak dapat diperbaharui adalah SDA yang
jumlahnya terbatas karena penggunaanya lebih cepat daripada proses
pembentukannya dan apabila digunakan secara terus-menerus akan
habis. Contoh nya Minyak bumi, emas, besi, dan berbagai bahan
tambang lainnya pada umumnya memerlukan waktu dan proses yang
sangat panjang untuk kembali terbentuk sehingga jumlahnya sangat
terbatas.
 Sumber daya alam berdasarkan bentuknya dapat dikelompokkan ke
dalam lima kelompok, yaitu sebagai berikut : Sumber daya lahan atau
tanah., Sumber daya hutan, Sumber daya air, Sumber daya laut,.
Sumber daya mineral.
 Menurut Barlow, sumber daya alam dapat digolongkan menjadi tiga
kelompok, yaitu sebagai berikut.

a. Sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui atau tidak dapat
pulih.
b. Sumber daya alam yang dapat diperbarui atau dapat pulih.

31
c. Sumber daya alam yang memiliki sifat gabungan antara yang
dapat diperbarui dan yang tidak dapat diperbarui.

 Sumber daya alam berdasarkan letaknya:

a. Di atas permukaan bumi seperti, cahaya matahari, udara dan ruang


angkasa.
b. Di permukaan bumi, seperti tanah, air, hutan dan hewan.
c. Di bawah permukaan bumi meliputi: aneka ragam sumber mineral
dan aneka ragam sumber barang tambang, seperti emas, nikel,
perak, timah, batu bara, gas alam dan minyak bumi.

 Sumber daya alam berdasarkan proses terbentuknya :

a. Sumber daya alam biotik adalah sumber daya alam yang dapat
tumbuh dan berkembang biak seperti dalam wujud pertanian dan
peternakan, yaitu tumbuhan dan hewan.
b. Sumber daya fisik abiotik adalah sumber daya alam yang
terbentuk secara alamiah membutuhkan waktu yang cukup lama
seperti perwujudannya dalam bentuk barang tambang dan sumber
mineral.
c. Sumber daya lingkungan yang merupakan perpaduan antara
sumber daya alam biotik dan abiotik yang meliputi keindahan
panorama alam, panorama laut, keindahan pegunungan dan
lembah.

 Sumber daya alam berdasarkan wujudnya :

a. Sumber daya alam biotik adalah sumber daya alam yang dapat
tumbuh dan berkembang biak seperti dalam wujud pertanian dan
peternakan, yaitu: tumbuhan dan hewan.
b. Sumber daya fisik abiotik adalah sumber daya alam yang
terbentuk secara alamiah membutuhkan waktu yang cukup lama
seperti perwujudannya dalam bentuk barang tambang dan sumber
mineral.

32
c. Sumber daya lingkungan yang merupakan perpaduan antara
sumber daya alam biotik dan abiotik yang meliputi: keindahan
panorama alam, panorama laut, keindahan pegunungan dan
lembah.

Contohnya : Minyak bumi yang tersebar di Cepu, Tarakan, dan Sorong,


misalnya, diolah menjadi avgas, avtur, premium, dan solar. Gas alam yang
tersebar di Arun (Aceh), Tangguh (Papua) dan Pulau Natuna diolah
menjadi LNG dan PNG. Sedangkan Batubara yang tersebar di wilayah
Ombilin, Bukit Asam, Kalimantan dan Sumatra, dapat diolah menjadi
briket batubara.

B. Distribusi Keruangan

1) Distribusi Penduduk

Pada dasarnya, distribusi keruangan penduduk atau persebaran penduduk


menjelaskan mengenai persebaran manusia dan pola tempat tinggalnya
pada permukaan bumi. Gampangnya adalah dimana orang-orang hidup
dan tinggal di permukaan bumi. Secara umum, terdapat 2 jenis persebaran
penduduk yaitu persebaran secara geografis dan juga persebaran secara
administratif atau sesuai dengan pemerintahan.

 Persebaran Penduduk Geografis


Persebaran penduduk secara geografis adalah persebaran penduduk
yang dilihat dari posisinya relatif terhadap bentang alam dan
kenampakan-kenampakan alam lain yang ada di suatu wilayah.
 Persebaran Penduduk Administratif
Persebaran penduduk secara administratif adalah persebaran
penduduk yang dilihat sesuai dengan batas-batas administratif yang
telah ditetapkan oleh suatu negara.

33
2) Pola Permukiman
Permukiman merupakan tempat bagi penduduk untuk tinggal dan
melakukan aktivitas sehari-hari. Sumber lain menyebutkan bahwa
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan
lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang
berfungsi sebagagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian
dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
Kondisi alam dan aktivitas penduduk mempengaruhi bentuk penyebaran
penduduk yang dapat dilihat dari bentuk pola permukiman. Pengertian
penduduk sendiri adalah orang-orang yang berada di dalam suatu wilayah
yang terikat oleh aturan-aturan yang berlaku dan saling berinteraksi satu
sama lain secara terus menerus/kontinu.

Terbentuknya pola permukiman penduduk dapat disebabkan oleh


beberapa faktor. Beberapa faktor yang mempengaruhi pola permukaan
penduduk antara lain bentuk permukaan bumi, keadaan tanah, iklim,
keadaan ekonomi, dan kultur penduduk.

 Bentuk permukaan bumi


Setiap daerah memiliki bentuk dataran yang berbeda-beda seperti
gunung, pantai, dataran rendah, dataran tinggi, dan sebagainya.
Kondisi daerah yang berbeda akan membuat aktivitas penduduk juga
berbeda. Sebagai contoh, wilayah pantai banyak dilakukan aktivitas
mencari ikan oleh nelayan. Contoh lain, di daerah subur banyak
dilakukan aktivitas bercocok tanam oleh petani. Pola kehidupan yang
berbeda akan membuat penduduk membuat suatu pola permukiman
sesuai lingkungan yang ditempatinya.

 Keadaan tanah
Keadaan tanah meliputi kondisi tanah, apakah subur atau tandus.
Lahan yang subur dapat menjadi sumber penghidupan penduduk
dengan dijadikan lahan pertanian atau semacamnya. Penduduk

34
biasanya akan hidup mengelompok di dekat sumber penghidupan
tersebut, dalam hal ini tanah yang subur.

 Iklim
Iklim meliputi curah hujan, intensitas cahaya matahari, suhu udara,
dan sebagainya. Setiap daerah memiliki iklim yang berbeda, misalnya
iklim daerah khatulistiwa berbeda dengan iklim di daerah kutub.
Perbedaan iklim akan membuat kesuburan tanah dan keadaan alam di
setiap daerah menjadi berbeda-beda yang akan membuat pola
permukiman penduduk juga berbeda.

 Keadaan ekonomi
Kegiatan ekonomi berhubungan dengan aktivitas penduduk yang
menghasilkan uang. Aktivitas tersebut biasanya dapat diperoleh di
kawasan penting seperti pusat perkantoran, pasar, atau sekolah.
Seseorang cenderung akan menempati permukiman yang dekat
dengan aktivitas-aktivitas di tempat tersebut dan membentuk suatu
pola permukiman.

 Kultur penduduk
Kultur penduduk di Indonesia berhubungan dengan keberadaan suku-
suku. Penduduk yang masih tradisional biasanya memiliki bentuk
pola permukiman yang cenderung terisolir dari permukiman lain,
misalnya suku Badui. Permukiman di daerah tersebut umumnya
hanya diperuntukkan bagi mereka yang masih anggota suku atau
yang masih berhubungan darah.

Pola permukiman penduduk adalah bentuk umum sebuah permukiman


penduduk yang terlihat mengikuti suatu bentuk pola tertentu. Di setiap
daerah, permukiman penduduk dapat memiliki bentuk yang berbeda-beda.
Kondisi tersebut normal terjadi karena setiap daerah memiliki
karakteristik sendiri.

35
Ada tiga bentuk pola permukiman penduduk yaitu tersebar/terpencar,
terpusat, dan lurus/linear. Bentuk dari ketiga pola permukiman tersebut
sesuai dengan namanya. Terbentuknya pola-pola tersebut dapat
dikarenakan karakteristik penduduk, kondisi lingkungan, atau dapat juga
karena faktor lainnya.

1. Pola Permukiman Memanjang/Menjalur (linear)


Pola pemukiman linear atau memanjang/menjalur adalah bentuk
pemukiman yang dibangun berderetan. Pemukiman yang terbentuk
antara satu dengan yang lainnya berdekatan secara menyamping
ke/dari kiri/kanan. Bentuk pola biasanya mengikuti suatu obyek yang
bersifat tetap seperti jalan, rel kereta, sungai, pantai, danau dan lain
sebagainya. Sehingga, permukiman memanjang/menjalur biasanya
dapat dijumpai di sepanjang jalan, sepanjang rel kereta, mengikuti
sepanjang garis pantai, atau sepanjang obyek tetap lainnya.

2. Pola Permukiman Memusat


Bentuk pola pemukiman terpusat atau memusat/mengelompok berupa
permukiman yang saling berdekatan antara satu dengan yang lain.
Permukiman penduduk memusat biasanya juga dapat disebabkan
keinginan untuk mendekat sumber-sumber penghidupan seperti sumber
mata air. Pola permukiman penduduk dengan bentuk memusat dapat
dijumpai di desa. Penduduk yang tinggal di permukiman terpusat
biasanya masih memiliki hubungan kekerabatan atau hubungan

36
pekerjaan. Bentuk pola permukiman terpusat memungkinkan dan
sangat membantu penduduknya untuk saling berkomunikasi dengan
mudah.

3. Pola Permukiman Menyebar


Pola pemukiman menyebar atau tersebar/terpencar adalah pemukiman
yang dibangun saling berjauh. Pola pemukiman ini cukup umum
ditemukan di desa yang baru berkembang atau di sekitar wilayah
curam pegunungan. Bentuk pola permukiman menyebar juga sering
dijumpai pada daerah-daerah yang kandungan sumber daya alamnya
terbatas.

C. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk adalah banyaknya penduduk persatuan luas.
Kegunaannya adalah sebagai dasar kebijakan pemerataan penduduk dalam
program transmigrasi. Kepadatan penduduk kasar atau crude population
density (CPD) menunjukkan jumlah penduduk untuk setiap kilometer persegi
luas wilayah. Dari pengertian tersebut dapat kita rinci sebagai berikut:
Kepadatan penduduk menjelaskan mengenai berapa jumlah manusia yang
tinggal dalam wilayah dengan ukuran tertentu, biasanya 1 kilometer persegi.
Semakin banyak manusia yang tinggal di suatu tempat, maka kepadatan
penduduk di wilayah tersebut pun semakin tinggi, atau kerap disebut semakin
padat. Kepadatan penduduk didapatkan dengan membagi jumlah populasi
total dari suatu daerah dengan luas daerah tersebut. Oleh karena itu, notasi
umum dari kepadatan penduduk adalah berapa orang per kilometer persegi.
Sama seperti persebaran penduduk, kepadatan penduduk juga tidak merata.
Ada daerah yang memiliki kepadatan sangat tinggi, ada pula yang memiliki
kepadatan rendah.

1. Jenis-jenis Kepadatan Penduduk


a. Kepadatan Penduduk Agraris

37
Kepadatan penduduk agraris adalah kepadatan penduduk yang
dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah penduduk yang
bekerja di sektor pertanian dengan luas total lahan pertanian di
suatu wilayah. Kepadatan penduduk agraris dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
jumlah penduduk pertanian
Kepadatan penduduk agraris =
luaslahan pertanian

b. Kepadatan Penduduk Fisiologis

Kepadatan penduduk fisiologis cukup mirip dengan kepadatan


penduduk agraris, namun perbedaannya disini adalah jumlah
penduduk total dibagi dengan luas lahan pertanian di suatu
wilayah.Kepadatan penduduk fisiologis dihitung dengan
menggunakan rumus:

jumlah penduduk
Kepadatan penduduk fisiologis =
luaslahan pertanian

c. Kepadatan Penduduk Aritmatika

Kepadatan penduduk artimatik adalah jumlah penduduk rata-rata


yang ada di suatu wilayah dengan luas tertentu. Kepadatan
aritmatika dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

jumlah penduduk
Kepadatan penduduk aritmatika =
luas wilayah

d. Kepadatan Penduduk Aritmatika

Kepadatan penduduk ekonomi adalah kepadatan yang dihitung


dengan membandingkan jumlah penduduk yang ada di wilayah
tersebut dengan kemampuan ekonomi yang ada di wilayah
tersebut. Daerah dengan produk domestik bruto yang besar dan
lapangan pekerjaan banyak akan memiliki kapasitas ekonomi yang
lebih tinggi.

38
Contohnya adalah kawasan terluar Indonesia yang sektor
ekonominya hanya perikanan dan pertanian subsisten. Tentu saja
daerah tersebut akan memiliki kapasitas ekonomi yang jauh lebih
rendah dibandingkan kota-kota terbesar Indonesia seperti Jakarta
dan Bandung.

2. Dampak Kepadatan Penduduk

 Dampak Kepadatan Penduduk yang Terlalu Tinggi


Kepadatan penduduk yang terlalu tinggi cenderung menurunkan
kualitas hidup orang-orang yang tinggal di wilayah tersebut. Hal
ini terjadi karena kesempatan kerja dan tempat tinggal yang ada,
tidak mampu mengakomodasi jumlah penduduk yang semakin
banyak. Sehingga, nantinya ada orang-orang yang tidak bisa
mengakses tempat tinggal ataupun lapangan pekerjaan. Berikut ini
adalah beberapa dampak dari kepadatan penduduk yang terlalu
tinggi terhadap suatu wilayah

39
 Munculnya kawasan-kawasan kumuh (slum) dengan tempat
tinggal informal serta lingkungan hidup yang tidak layak
huni
 Tidak cukupnya lapangan pekerjaan sehingga muncul
sektor-sektor informal seperti PKL dan buruh illegal yang
tidak terdokumentasikan dengan baik
 Turunnya kualitas lingkungan dan kualitas hidup masyarakat
 Turunnya image estetik dari sebuah perkotaan jika ada
permukiman kumuh
 Terganggunya keamanan dan kenyamanan hidup masyarakat
di wilayah tersebut
 Risiko munculnya penyakit dari lingkungan hidup kawasan
kumuh yang tidak bersih
 Munculnya kesenjangan sosial yang tinggi antara orang-
orang yang sukses dan orang-orang yang tidak mampu
mengakses sarana dan prasarana dasar
 Kurangnya sanrana dan prasarana dasar untuk menunjang
orang-orang yang sangat banyak (kurang lebarnya jalan,
kurang banyaknya kereta, kurang baiknya jaringan fiber
optik internet, dsb)
Secara umum, kita dapat menyimpulkan bahwa dampak dari suatu
daerah yang penduduknya terlalu padat cenderung negatif.

 Dampak Kepadatan Penduduk yang Terlalu Rendah


Ternyata, kepadatan penduduk yang terlalu rendah juga memiliki
dampak yang negatif terhadap suatu wilayah. Hal ini terjadi karena
economies of scale tidak terbentuk pada daerah-daerah dengan
penduduk sedikit. Oleh karena itu, pemerintah menjadi lebih sulit
untuk menjustifikasi pembangunan infrastruktur yang mahal di
wilayah-wilayah tersebut. Selain itu, jika penduduk di suatu
wilayah terlalu sedikit, maka ada potensi pertumbuhan wilayahnya
menjadi terhambat dan terbatas. Hal ini terjadi karena tidak cukup

40
orang untuk mengisi lapangan pekerjaan yang tersedia. Selain itu,
jika penduduk di suatu wilayah terlalu sedikit, maka ada potensi
pertumbuhan wilayahnya menjadi terhambat dan terbatas. Hal ini
terjadi karena tidak cukup orang untuk mengisi lapangan
pekerjaan yang tersedia.
Berikut ini adalah beberapa dampak dari kepadatan penduduk
yang terlalu sedikit:
 Sumber daya alam tidak dimanfaatkan dengan baik karena
kekurangan tenaga kerja
 Tidak cukup pekerja untuk mengisi lapangan pekerjaan,
sehingga pertumbuhan ekonomi terhambat
 Kurang ekonomisnya membangun infrastruktur mahal
seperti jalur kereta cepat, kawasan Transit Oriented
Development, atau mall
 Terbatasnya pelayanan publik dan pelayanan dasar, karena
pemerintah sulit mendanai

3. Cara Menanggulangi Kepadatan Penduduk

Secara umum, terdapat beberapa langkah yang dapat ditempuh untuk


menanggulangi kepadatan penduduk yang terlalu tinggi ataupun terlalu
rendah di suatu wilayah.

Langkah-langkah tersebut antara lain adalah

 Melaksanakan pemerataan penduduk lewat program transmigrasi


ataupun insentif lainnya
 Mengontrol angka kelahiran di suatu wilayah dengan program
KB ataupun insentif memiliki anak
 Meratakan pembangunan di seluruh pelosok negri
 Mengembangkan teknologi untuk meningkatkan kualitas hidup
dan carrying capacity.

41
D. Pola Komposisi Penduduk
Pola komposisi penduduk merupakan pengelompokkan penduduk berdasarkan
kriteria-kriteria tertentu. Pola ini dilihat dari komposisi penduduk itu sendiri.
Dari komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat
berdasarkan pengelompokkan penduudk menurut karakteristik-karakteristik
yang sama (Said Rili, 1983; Mantra, 2000). Pengelompokkan penduduk atau
komposisi penduduk dapat digunakan untuk dasar dalam pengambilan
kebijakan dan pembuatan program dalam mengatasi masalah-masalah di
bidang kependudukan. Contohnya seperti pola komposisi penduduk
berdasarkan usia, mata pencaharian, jenis kelamin, agama, pendidikan,
Bahasa, tepat tinggal, jenis pekerjaan, dan lainnya.

1. Macam-Macam Komposisi Penduduk


 Komposisi penduduk biologis
Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin sering
digunakan untuk analisis dan perencanaan pembangunan (Bagoes,
Mantra, 2000:24). Umur biasanya digolongankan dengan jenjang
lima tahunann, misanya kelompok umur 0-4, 5-9, 10-14, dst. Struktur
umur penduduk antara negara satu dengan negara lain itu tidak sama.
Begitu pula keadaannya bila dibandingkan antara struktur umum
penduduk, negara- negara yang sedang berkembang dengan negara-
negara maju atau antara daerah pedesaan dengan perkotaan. Struktur
umur penduduk diperngaruhi oleh tiga variabel demografi, yaitu
kelahiran, kematian, dan migrasi.

Komposisi penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin dapat


digambarkan dalam sebuah bentuk diagram atau biasa disebut dengan
piramida penduduk. Piramida penduduk sendiri menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah komposisi umur dan jenis
kelamin suatu penduduk secara grafis yang digambarkan dalam
bentuk piramida. Sedangkan menurut Bagja Waluya, piramida

42
penduduk adalah penggambaran jumlah komposisi berdasarkan
jenjang usia dan jenis kelamn berdasarkan data, sehingga
pembuatannya dilakukan melalu langkah menyusun sua gari yang
saling tegak lurus. Fungsi dari piramida penduduk bukan hanya untuk
menyajikan data penduduk berdasarkan jenis kelamin dan usianya
saja. Piramida penduduk juga berfungsi untuk mempelajari masa
depan dari suatu wilayah dan memeriksa tren populasi historis yang
terjadi saat ini.

Misalnya populasi yang dipengaruhi oleh perubahan populasi secara


mendadak, seperti adanya konflik bersenjata, kematian perempuan
karena melahirkan, hingga migrasi penduduk ke daerah lain. Adanya
piramida penduduk ini akan memperlihatkan bagaimana populasi
penduduk di masa depan. Macam-macam piramida penduduk:

 Piramida Ekspansif (piramida penduduk muda)


Ada berbagai sebutan untuk piramida ekspansif, yaitu piramida
segitiga, piramida kerucut, atau piramida penduduk muda.
Piramida ekspansif ini berbentuk seperti segitiga dengan bagian
dasar yang lebar dan bagian yang semakin mengerucut di sisi atas.
Fungsi dari piramida ekspansif adalah untuk menunjukkan
pertumbuhan penduduk di suatu wilayah. Piramida penduduk
ekspansif juga menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang
berusia muda lebih tinggi atau besar dibandingkan dengan
penduduk berusia tua. Hal ini artinya bahwa angka kelahiran di
wilayah itu tinggi, sedangkan tingkat kematian bayi rendah.
Pertumbuhan penduduk yang tinggi di negara tersebut membuat
pemerintah masih berfokus pada pengendalian penduduk dan
memberikan pembinaan kepada penduduk berusia produktif.
Piramida ekspansif digunakan pada beberapa negara berkembang,
seperti Indonesia, India, Tiongkok, Brasil, atau Nigeria.

43
 Piramida Stasioner
Piramida penduduk yang diberi nama piramida stasioner memiliki
bentuk yang cukup berbeda dengan piramida ekspansif. Bentuk
dari piramida stasioner mirip seperti sarang tawon. Bentuk
piramida stasioner yang menyerupai sarang tawon dan tidak
semakin mengerucut ke bagian atas ini menunjukkan adanya
perbedaan karakteristik dengan piramida ekspansif. Bentuk
piramida stasioner yang bentuknya tidak semakin mengerucut ke
atas ini menunjukkan adanya pertumbuhan penduduk yang stabil
atau tetap pada suatu wilayah tersebut. Selain itu, piramida
stasioner juga digunakan untuk menunjukkan tingkat kematian dan
kelahiran yang cenderung seimbang. Penggunaan piramida
stasioner ini biasanya digunakan oleh negara-negara maju, seperti
Inggris, Perancis, dan Amerika Serikat.

 Piramida Konstruktif (piramida penduduk tua)


Jenis piramida penduduk yang terakhir adalah piramida
konstruktif, atau yang disebut juga dengan piramida penduduk tua.
Bentuk dari piramida konstruktif ini berkebalikan dari piramida
ekspansif, sehingga bentuknya seperti guci terbalik. Bentuk
piramida konstruktif yang berkebalikan dari piramida ekspansif ini
disebabkan karena tingkat kematian penduduk yang lebih tinggi
dibandingkan dengan tingkat kelahiran pada wilayah tersebut. Hal
inilah yang menyebabkan piramida konstruktif disebut juga
sebagai piramida tua, karena penduduk berusia dewasa pada
wilayah atau negara yang piramida konstruktif ini lebih tinggi.
Jumlah penduduk dewasa di negara yang menggunakan piramida
konstruktif ini lebih tinggi karena dipengaruhi beberapa faktor.
Salah satunya adalah usia produktif penduduk yang membuat
penduduknya lebih fokus pada pengembangan karir, sehingga
membuat angka kelahiran jadi rendah. Akibatnya, pertumbuhan
penduduk di negara tersebut menjadi langka. Namun penduduk

44
usia dewasa di negara tersebut memiliki tingkat Kesehatan dan
kesejahteraan yang tinggi, sehingga angka harapan hidupnya juga
tinggi.

 Komposisi penduduk sosial


Komposisi Penduduk Sosial adalah pengelompokan data
kependudukan menurut kriteria sosial, misalnya menurut tingkat
pendidikan, kesehatan, mata pencaharian/pekerjaan, agama yang
dianut dan status sosial lainnya seperti status perkawinan. Dari hasil
pengelompokan penduduk menurut kriteria sosial tersebut dapat
dijadikan acuan bagi pemerintah untuk mengevaluasi setiap kebijakan
yang telah dilaksanakan di bidang sosial. Hasil evaluasi kemudia
dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk tetap melaksanakan
kebijakan yang telah dilaksanakan atau memperbarui kebijakan
tersebut.
Sebagai contoh pada tingkat pendidikan penduduk, jika dari hasil
evaluasi diketahui persentase anak putus sekolah tinggi, maka
pemerintah diharapkan segera mengambil kebijakan yang baru untuk
mengatasi permasalahan tersebut untuk mengupayakan agar anak
putus sekolah mendapatkan kembali hak pendidikannya dan untuk
mecegah agar di masa mendatang tidak ada lagi kasus anak putus
sekolah. Komposisi penduduk social dibagi menjadi sebagai berikut:

 Komposisi penduduk sosial berdasarkan tingkat pendidikan,


didasarkan pada tingkat atau jenjang pendidikan yang telah
ditamatkan penduduk. Dapat dikelompokkan dalam tingkat
SD, SLTP/SMP, SLTA/SMA, dan Perguruan Tinggi.
Pengelompokkan ini dapat digunakan untuk menentukan
besarnya tingkat pendidikan penduduk.
 Komposisi penduduk social berdasarkan mata pencaharian,
pengelompokkan ini didasarkan pada pekerjaan yang
dilakukan oleh tia-tiap orang. Pekerjaan-pekerjaan tersebut

45
antara lain Pegawai Negeri Sipil (PNS), TNI, POLRI, buruh,
pedagang, petani, Pengusaha, nelayan, sopir, dan lainnya.
 Komposisi penduduk social berdasarkan status perkawinan,
biasanya diliat dari apakah sudah menikah atau belum suatu
penduduk. Status perkawinan meliputi belum menikah,
menikah, cerai dan janda atau duda.
 Komposisi penduduk social berdasarkan agama yang dianut,
pengelompokkan ini berdasarkan kepada agama yang dianut
penduduk yaitu Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha, dan
Konghucu.

 Komposisi penduduk geografis


Komposisi Penduduk Geografis adalah pengelompokan penduduk
berdasarkan letak wilayah tempat tinggalnya, dalam hal ini kriteria
yang ditetapkan oleh BPS adalah daerah perkotaan dan perdesaan.
Dari hasil pengelompokan penduduk menurut kriteria geografis
tersebut dapat dijadikan acuan bagi pemerintah untuk mengevaluasi
setiap kebijakan yang telah dilaksanakan. Hasil evaluasi kemudian
dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk tetap melaksanakan
kebijakan yang telah dilaksanakan atau memperbarui kebijakan
tersebut. Sebagai contoh berdasarkan hasil evaluasi data
kependudukan secara geografis terjadi persentase urbanisasi yang
besar di wilayah Indonesia, maka dari hasil evaluasi tersebut
pemerintah dapat menerapkan kebijakan baru untuk menangani
masalah urbanisasi tersebut.

2. Manfaat Komposisi Penduduk


 Sebagai informasi mengenai penduduk baik masa kini atau perkiraan
di masa yang akan datang Dalam rangka perencanaan pembangunan
di segala bidang, diperlukan informasi mengenai keadaan penduduk
seperti jumlah penduduk, persebaran penduduk, dan susunan
penduduk menurut umur. Informasi yang harus tersedia tidak hanya

46
menyangkut keadaan pada saat perencanaan disusun, tetapi juga
informasi masa lalu dan masa kini sudah tersedia dari hasil sensus
dan survei – survey. Sedangkan untuk masa yang akan datang,
informasi tersebut perlu dibuat suatu proyeksi yaitu perkiraan jumlah
penduduk dan komposisinya di masa mendatang.

 Sebagai informasi mengenai penduduk baik masa kini atau perkiraan


di masa yang akan datang Dalam rangka perencanaan pembangunan
di segala bidang, diperlukan informasi mengenai keadaan penduduk
seperti jumlah penduduk, persebaran penduduk, dan susunan
penduduk menurut umur. Informasi yang harus tersedia tidak hanya
menyangkut keadaan pada saat perencanaan disusun, tetapi juga
informasi masa lalu dan masa kini sudah tersedia dari hasil sensus
dan survei – survey. Sedangkan untuk masa yang akan datang,
informasi tersebut perlu dibuat suatu proyeksi yaitu perkiraan jumlah
penduduk dan komposisinya di masa mendatang.

 Mengarahkan pembangunan sesuai kebutuhan pendudukInformasi


tentang jumlah penduduk untuk kelompok usia tertentu penting
diketahui agar pembangunan dapat diarahkan sesuai kebutuhan
penduduk sebagai pelaku pembangunan. Keterangan atau informasi
tentang penduduk menurut umur yang terbagi dalam kelompok umur
lima tahunan, sangat penting dan dibutuhkan berkaitan dengan
pengembangan kebijakan kependudukan terutama berkaitan dengan
pengembangan sumber daya manusia.

SOAL LATIHAN

1. Sebutkan dan uraikan secara singkat 3 unsur-unsur geografi yang


mempengaruhi distribusi penduduk!
2. Ada berapa pola permukiman yang dihuni penduduk? Sebutkan.

47
3. Mengapa suplai air menjadi faktor penting yang menentukan distribusi
penduduk?
4. Diketahui sebuah daerah terletak di lembah antara dua pegunungan, memiliki
aksebilitas yang mudah dijangkau, memiliki panorama alam yang indah dan
sumber daya alam yang masih terjaga dan lestari. Menurut pendapatmu,
daerah tersebut memiliki pola permukiman seperti apa dan bagaimana
distribusi penduduk di wilayah tersebut?
5. Diketahui jumlah penduduk di kota X adalah 15 ribu jiwa, sedangkan luas
kota X adalah 1.500 km2. Hitunglah kepadatan penduduk kota X!

48
BAB III

UNSUR-UNSUR GEOGRAFI YANG MEMPENGARUHI POLA


KERUANGAN KOMPOSISI PENDUDUK

A. Unsur – Unsur Geografis yang Mempengaruhi Komposisi Penduduk


Unsur-unsur geografis setiap daerah memiliki potensi dan karakteristik
yang berbeda-beda. Bentang alam pegunungan dengan keindahan dan suhu
udara yang sejuk, pantai landai yang berpasir putih, hutan dengan
beraneka ragam tumbuhan yang langka, danau dengan air yang bersih,
merupakan potensi suatu daerah untuk menjadi objek wisata yang ramai
dikunjungi wisatawan. Unsur geografis yang lain seperti lokasi,
kemiringan lereng, aksesibilitas dan fasilitas berpengaruh terhadap minat
wisatawan untuk mengunjungi suatu objek wisata.

Unsur-unsur geografi dan pembahasan yang akan dilakukan dalam


geografi penduduk, antara lain : a) unsur-unsur geografi, meliputi letak,
luas, batas, tanah, iklim, flora/fauna ; b) geografi penduduk, meliputi
sebaran/konsentrasi penduduk, kegiatan/kesempatan kerja, mobilitas,
kepadatan, dan diversifikasi mata pencaharian penduduk

 Unsur Alam
 Letak Geografis
Letak geografis adalah letak suatu tempat dilihat dari
kenyataannya di muka bumi atau letak suatu tempat dalam
kaitannya dengan daerah lain di sekitarnya. Letak geografis juga
disebut letak relatif, disebut relatif sebab posisinya ditentukan oleh
fenomena-fenomena geografis yang membatasinya, misalnya
gunung, sungai, lautan, benua dan samudera. Dengan letak
geografis dan astronomi ini, Indonesia dijuluki sebagai negara
maritim. Indonesia memiliki banyak laut, pesisir dan pulau-pulau
kecil yang luas dan bermakna strategis sebagai pilar pembangunan

49
ekonomi nasional. Selain memiliki nilai ekonomis, sumber daya
kelautan juga mempunyai nilai ekologis, disamping itu, kondisi
goegrafis Indonesia terletak antara lautan Pasifik dan lautan
Hindia yang merupakan kawasan paling dinamis dalam arus
percaturan politik, pertahanan, dan keamanan dunia (Purwoko dan
Sriyoto, 2016).

Letak geografis merupakan salah satu faktor yang menentukan


masa depan dari suatu negara dalam melakukan hubungan
internasional. Letak geografis suatu negara sangat menentukan
peristiwa-peristiwa yang memiliki pengaruh secara global. Robert
Kaplan menuturkan bahwa pengaruh geografis secara luas akan
menjadi faktor yang mempengaruhi berbagai peristiwa lebih dari
pada yang pernah terjadi sebelumnya. Keberadaan Indonesia akan
sangat dipengaruhi oleh kondisi dan letak geografis Indonesia itu
sendiri. Dengan wilayah yang terletak pada posisi yang strategis
dan menguntungkan, sehingga menyebabkan wilayah perbatasan
dan pertahanan yang baik sangat diperlukan di Indonesia. Hal lain
yang tidak kalah penting untuk dilakukan adalah mempersiapkan
dengan baik segala sarana dan prasarana yang memadai, seperti
sarana telekomunikasi, perdagangan, pelabuhan laut, dan udara.
Keadaan demikian ini yang menjadikan Indonesia menjadi
tumpuan kunjungan orang asing.

Letak geografis yang strategis, merupakan jalan silang bagi lalu


lintas perdagangan internasional. Ditambah dengan kekayaan
alamnya yang melimpah ruah menjadikan Indonesia sebagai
tumpuan perhatian negara-negara lain baik di bidang politik, sosial
ekonomi dan keamanan dengan memanfaatkan kemajuan
teknologi di bidang transportasi. Letak geografis disuatu wilayah
memiliki pengaruh terhadap komposisi penduduk. Dimana letak
geografis tersebut sangat berpengaruh terhadap tempat tinggal

50
masyarakat. Hal tersebut terjadi karena dari letak geografis
masyarakat mengetahui dimana tempat yang cocok untuk tempat
tinggal. Letak suatu wilayah yang strategis dan sumber daya alam
yang memadai mendorong masyarakat untuk tinggal disuatu
wilayah tersebut sehingga letak geografis berperan penting dalam
menentukan posisi tempat tinggal yang strategis. Contohnya
seperti perbayasan antara Indonesia dan Malaysia yaitu di antara
Tebedu di Sarawak (Malaysia) dan Entikong di Kalimantan Barat,
serta antara Lundu-Biawak dan Aruk-Sambas. Jalur perlintasan
membentang di sepanjang rute antara Kuching, ibu kota Sarawak,
dan Pontianak, ibu kota Kalimantan Barat. Secara administratif
Kabupaten Nunukan di kelilingi oleh selat, Kabupaten dan Negara
lain. Batas administrasi Kabupaten Nunukan adalah:
Utara : Negara Malaysia Bagian Timur (Sabah)
Timur : Laut Sulawesi
Selatan : Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Malinau
Barat : Negara Malaysia Bagian Timur (Serawak)

Penduduk Kalimantan Timur tahun 2003 berjumlah 2.311.162


jiwa, tahun 2010 berdasarkan hasil sensus penduduk mencapai
3.047.500 jiwa. Dengan demikian dalam kurun waktu tersebut
jumlah penduduk Kalimantan Timur meningkat sebesar 736.338
jiwa, dengan pertumbuhan penduduk setiap tahunnya rata-rata
3,60 persen. Adapun jumlah penduduk tahun 2013 sebanyak
3.300.517 jiwa dengan komposisi penduduk menurut jenis
kelamin terdiri dari penduduk laki-laki 1.731.820 jiwa (52,47
persen) dan penduduk perempuan 1.568.697 jiwa (47,53 persen).
Dari banyaknya jumlah penduduk yang ada di Kalimantan Timur
yang banyak pasti terdapat pebedaan ras, suku, adat dan agama
sehingga penduduk Kalimantan Timur tersebut harus
memanamkan jiwa toleransi agar tidak adanya perpecahan.

51
Dimana letak geografis ini berpengaruh terhadap komposisi
penduduk menurut agama. Keragaman agama di Indonesia
diakibatkan pengaruh letak geografis kepulauan dan jalur
perdagangan internasional. Letak geografis yang dilalui jalur
perdagangan membuat pedagang asing singgah di Indonesia dan
menyebarkan agama yang dianutnya. Agama Hindu dan Buddha
disebarkan oleh bangsa India yang berdagang di Indonesia.
Sedangkan Islam dibawa oleh bangsa Gujarat dan Kristen dan
Katolik di bawa oleh bangsa Eropa. Pengelompokkan ini
berdasarkan kepada agama yang dianut penduduk yaitu Islam,
Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Khong Hu Chu.

 Unsur Sosial
 Aspek Sosial dan budaya
Aspek sosial merupakan pergaulan hidup manusia dalam
kehidupan bermasyarakat yang mengandung nilai-nilai
kebersamaan, senasib, seperjuangan, dan solidaritas yang
merupakan unsur pemersatu bangsa. Aspek budaya adalah sistem
nilai yang merupakan hasil cipta, rasa dan kemauan atau karsa
yang menumbuhkan gagasan dalam kehidupan. Aspek sosial
budaya adalah segala sesuatu yang di ciptakan oleh manusia
dengan pemikiran dan akal budinya serta hati nuraninya dalan
kehidupan bermasyarakat serta asepek tersebut telah melekat
dalam diri manusia.

Perubahan Sosial dan budaya adalah suatu gejala umum dari


berubahnya struktur sosial dan pola yang ada dalam kehidupan
masyarakat yang terjadi sesuai dengan sifat dasar manusia yang
selalu ingin mengalami perubahan dikarenakan berbagai banyak
faktor. Faktor tersebut ialah faktor eksternal dan internal, faktor
eksternal seperti pengaruh kebudayaan masyarakat lain, pengaruh
lingkungan fisik, terjadinya pemberontakan dan peperangan.

52
Sedangkan faktor internal yaitu perubahan jumlah penduduk,
penemuan-penemuan baru, dan adanya pertentangan dalam
masyarakat. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa perubahan
sosial budaya merupakan perubahan yang terjadi pada struktur
sosial yang termasuk didalamnya aspek kebudayaan serta nilai-
nilai maupun pola tingkah laku dalam suatu masyarakat.

Pendidikan suatu bentuk usaha dari perwujudan seni dan budaya


manusia yang terus berubah dan berkembang sebagai suatu
alternatif yang paling rasional yang memungkinkan untuk
melakukan perubahan. Perubahan Sosial yang mana telah
dijelaskan diatas bahwa perubahan sosial adalah perubahan yang
terjadi pada struktur sosial dan tatanan dalam kehidupan
masyarakat termasuk didalamnya adalah pendidikan, karena
pendidikan pada dasarnya ada dalam masyarakat, baik itu
pendidikan formal, informal maupun non-formal. Pendidikan ada
karena adanya suatu masyarakat yang berperan didalamnya, maka
pendidikan dan masyarakat memilki hubungan yang erat dan
saling berkaitan. Oleh karena itu pendidikan merupakan suatu
pengabdian masyarakat sehingga masyarakat mengalami
perubahan dan terus berkembang seiring berkembangnya zaman
dengan adanya suatu pendidikan. Peruabahan sosial yang terjadi
secara cepat maupun lambat akan berdampak pada pendidikan.

Contohnya dengan bertambahnya jumlah penduduk maka cepat


atau lambat diperlukannya sekolah untuk menampung siswa
tersebut, sehingga sarana pendidikan akan memerlukan bangunan
yang banyak untuk membangun sekolah tersebut, selanjutnya
seiring dengan perkembangan zaman dan perubahan sosial terus
terjadi maka kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan guna
menghadapi kehidupan yang kompleks akan sangat memerlukan

53
pendidikan dalam mempersiapkan masyarakat itu sendiri dalam
menghadapi perkembangan zaman tersebut.

Keterkaitan antara unsur sosial pada aspek sosial budaya terhadap


komposisi penduduk. Indonesia memiliki penduduk dari sabang
sampai merauke dimana hal tersebut terdapat beberapa berbedaan
yang sangat menonjol dibidang pendidikan. Dilihat dari aspek
sosial, penduduk dapat dikelompokkan berdasarkan tingkat
pendidikan. Dengan mengklasifikasikan penduduk berdasarkan
tingkat pendidikan tinggi dan tingkat pendidikan yang rendah.

Dengan adanya pengelompokan ini, kita dapat melihat perbedaan


komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan yang mana
perbedaan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah
satunya adalah kurangnya infrastruktur dan sarana prasarana
pendidikan yang kurang rendah, sarana dan prasarana yang kurang
lengkap mengakibatkan perbedaan kualitas pendidikan suatu
wilayah yang ada di Indonesia. Dimana hal tersebut dilihat seperti
kota-kota besar pasti memiliki infrastruktur, sarana, dan prasarana
yang memadai sedangkan untuk wilayah yang jauh dari jangkauan
atau wilayah pedalaman hal tersebut menyebabkan kurangnya
fasilitas, sarana dan prasarana yang memadai untuk pembelajaran.

Pengaruh dari kondisi geografis, pertumbuhan, dan persebaran


penduduk tersebut telah mendorong para pengambil kebijakan di
bidang pendidikan untuk menjadikan sistem pendidikan terbuka
dan jarak jauh sebagai alternatif bagi pemerataan kesempatan,
peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi antar wilayah, antar
pulau, dan kelompok penduduk usia sekolah maupun di luar usia
sekolah.

 Aspek Ekonomi

54
Aspek Ekonomi adalah aspek geografi social yang berkaitan
dengan hal-hal ekonomis. Aspek Ekonomi itu sendiri membahas
tentang bagaimana perusahaan berkembang yang tentunya
impactnya positif terhadap pendapatan yang diperoleh. Bukan
hanya itu sumber daya manusia (SDM) juga harus sesuai dengan
keadaaan tempat kita memulai sebuah usaha karena peningkatan
ekonomi berpengaruh terhadap hal tersebut.

Penduduk dapat dikelompokkan berdasarkan pekerjaan yang


dilakukan oleh tiap-tiap orang. Pekerjaan-pekerjaan tersebut antara
lain pegawai negeri sipil, TNI, POLRI, buruh, pedagang, petani,
pengusaha dan sopir. Komposisi penduduk menurut pekerjaan
suatu negara merupakan cerminan struktur ekonomi penduduk dari
negara yang bersangkutan. Struktur ekonomi penduduk suatu
negara secara garis besar dibedakan menjadi tiga yaitu: 1) Struktur
Ekonomi Pertanian atau Agraris; 2) Struktur Ekonomi Industri
atau Manufaktur; 3) Struktur Ekonomi Jasa atau Service.

Sebagaimana contoh dari Aspek Ekonomi Pengembangan Usaha


Budidaya Rumput Laut di Indonesia Sumberdaya laut merupakan
salah satu sumber perekonomian yang sangat penting bagi
Indonesia. Berbagai biota laut, yang menghuni hampir dua pertiga
wilayah Indonesia, merupakan sumber makanan dan mata
pencaharian dari hampir 1, 5 juta nelayan yang hidup di daerah-
daerah pantai. Selama ini usaha penangkapan ikan di laut
merupakan mata pencaharian utama sebagian besar (90 persen)
penduduk desa pantai. Usaha-usaha lain seperti budidaya pantai
kurang berkembang, walaupun potensi untuk itu cukup besar.
Usaha budidaya rumput laut, sebagai salah satu usaha budidaya
pantai, mat ini telah mulai dikembangkan di beberapa daerah.
Usaha yang tidak menuntut banyak ketrampilan dan padat karya
ini, merupakan media yang baik untuk memanfaatkan tenaga kerja

55
keluarga yang selama ini barn terserap 48, 0—50, 6 persen dari
potensi yang ada. Secara ekonomi usahatani budidaya rumput laut
ini cukup menguntungkan, dengan mengabaikan tenaga kerja
keluarga yang digunakan, usaha ini memberikan nilai B/C Ratio
sebesar 5, 05.

Terdapat keterkaitan antara unsur sosial pada aspek ekonomi


terhadap komposisi penduduk di Indonesia. Penduduk dapat
dikelompokkan berdasarkan pekerjaan dan tingkat pendapatan
penduduk. Pekerjaan-pekerjaan tersebut antara lain pegawai negeri
sipil, TNI, POLRI, buruh, pedagang, petani, pengusaha, sopir dan
lain sebagainya.

Komposisi penduduk menurut pekerjaan suatu negara merupakan


cerminan struktur ekonomi penduduk dari negara yang
bersangkutan. Struktur ekonomi penduduk suatu negara secara
garis besar dibedakan menjadi tiga yaitu: 1) Struktur Ekonomi
Pertanian atau Agraris; 2) Struktur Ekonomi Industri atau
Manufaktur; 3) Struktur Ekonomi Jasa atau Service. Selain itu,
pengelompokan penduduk berdasarkan tingkat pendapatan dapat
meliputi penduduk dengan tingkat pendapatan tinggi, menengah,
dan rendah.

B. Keterkaitan Distribusi Penduduk Terhadap Perbedaan Komposisi


Penduduk Berdasarkan Suku, Agama, dan Bahasa di Indonesia
Persebaran atau distribusi penduduk merupakan bentuk dari penyebaran
penduduk di suatu wilayah atau negara, dimana apakah penduduk di
negara atau wilayah tersebut tersebar secara merata atau tidak. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa arti persebaran penduduk adalah penyebaran
suatu penduduk pada suatu wilayah ke wilayah yang lainnya dalam suatu
negara yang dapat menjadi indikator apakah sudah merata atau tidak
persebaran penduduk di dalam suatu wilayah tersebut.

56
Seperti di negara Indonesia dengan jumlah penduduk yang tergolong
cukup tinggi, namun persebaran penduduknya ternyata belum dapat
dikatakan merata. Di Indonesia, sebagaian besar penduduknya lebih
terkonsentrasi di Pulau Jawa dibandingkan dengan pulau-pulau yang
lainnya. Adapun luas pulau Jawa hanya berkisar kira-kira diantara 7% dari
luas nasional, akan tetapi penduduk yang tinggal di pulau Jawa mencapai
hingga 151,59 juta penduduk atau 56,10% dari penduduk Indonesia (BPS,
SP2020). Konsentrasi persebaran penduduk tersebut sangat dipengaruhi
oleh beberapa faktor-faktor yang diantaranya seperti faktor sejarah,
kondisi fisik misal seperti relief, ketinggian tempat, kesuburan tanah dan
kondisi air dan lain sebagainya.

Beberapa faktor yang mempengaruhi persebaran penduduk yang tidak


merata di Indonesia diantaranya sebagai berikut.
1) Faktor Sejarah
Sejarah menjadi latar belakang terjadi jumlah penduduk yang tidak
merata dalam wilayah-wilayah yang ada. Sejak pada zaman penjajahan
bahkan sejak zaman kerajaan, pulau Jawa telah dijadikan sebagai pusat
pemerintahan. Hampir semua aktivitas kehidupan penduduk berpusat
ada di Pulau Jawa. Hal ini selain dikarenakan faktor kemudahan dan
keterjangkauan, juga karena faktor fisik Pulau Jawa yang cocok
dengan daerah asal mereka.

2) Iklim
Kondisi iklim menjadi faktor yang mempengaruhi persebaran
penduduk di suatu wilayah. Seperti yang diketahui bahwa wilayah
yang beriklim terlalu panas, terlalu dingin, dan terlalu basah biasanya
tidak dijadikan penduduk sebagai tempat tinggal. Namun berbeda
dengan Pulau Jawa, selain memiliki kondisi tanah yang subur, Pulau
Jawa juga memiliki iklim yang menguntungkan. Hal inilah yang
menjadikan sebagian besar penduduk tinggal di wilayah ini.

57
3) Kualitas Tanah
Kualitas tanah berkaitan dengan jenis sumber daya alam menjadi salah
satu alasan tentang ketidakseimbangan jumlah penduduk. Seperti yang
diketahui bahwa, Pulau Jawa merupakan pulau yang memiliki
kenampakan alam yang beragam salah satunya yaitu ditandai dengan
banyaknya pegunungan dengan karakteristik gunung aktif. Hal inilah
yang menjadikan sebagian besar kondisi tanah di wilayah ini
merupakan tanah vulkanis yang subur. Atas peristiwa ini tingkat
kesuburan yang tinggi berpengaruh pada produktivitas lahan pertanian
yang tinggi pula.

4) Ketinggian Tempat
Pada umumnya masyarakat akan lebih banyak bertempat tinggal di
daerah datar atau daerah dataran rendah. Hal tersebut karena tinggal di
daerah dataran rendah memiliki banyak keuntungan dalam mendukung
segala aktivitas masyarakat. Mulai dari kualitas tanah yang subur,
cuaca atau iklim yang mendukung atau lebih kondusif dibandingkan
dengan cuaca di daerah dataran tinggi, aksesibilitas yang mendukung
ditandai dengan mudahnya memeperoleh sarana dan prasarana
transportasi, pembangunan yang relatif cepat dan lain sebagainya.

5) Lapangan pekerjaan
Lapangan pekerjaan menjadi salah satu alasan yang paling dominan
atas ketidakmerataan jumlah penduduk di Indonesia. Lapangan
pekerjaan di Indonesia pada umumnya lebih terpusat pada wilayah
perkotaan saja. Selain itu, Pulau Jawa merupakan pusat kegiatan
perekonomi dan industri sehingga banyak tersedia lapangan pekerjaan.
Hal inilah yang mendorong bagi sebagaian orang untuk melakukan
perpindahan dari suatu wilayah ke Pulau Jawa dengan alasan Pulau
Jawa memiliki atau menyediakan lapangan pekerjaan yang memadai.

58
6) Pusat pemerintahan
Pusat pemerintahan menjadi latar belakang perseberan penduduk yang
tidak merata. Misalnya Ibu Kota Negara Indonesia yang berada di
Pulau Jawa secara tidak langsung pusat pemerintahan beserta dinas
atau departemen yang ada di bawahnya berada di Jawa. Dengan
demikian adanya keadaan ini sangat memungkinkan jika semua
fasilitas sarana dan prasarana yang diberikan kepada masyarakat secara
lengkap di wilayah ini. Berbeda pada daerah lain yang minim fasilitas
membuat masyarakat tidak mau menetap pada daerah tersebut.

Jika melihat beberapa faktor-faktor penyebab tidak meratanya persebaran


penduduk tersebut di atas, maka tidak dipungkiri bahwa Pulau Jawa
memiliki keunggulan dibandingkan dengan wilayah lainnya di Indonesia.
Persebaran penduduk yang tidak merata akan berdampak pada
ketidakmerataan komposisi penduduk berdasarkan, agama, suku dan
bahasa. Berikut keterkaitan antara persebaran penduduk dengan komposisi
penduduk berdasarakan agama, suku dan bahasa di Indonesia:

 Keterkaitan distribusi penduduk terhadap komposisi penduduk


menurut agama di Indonesia
Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), jumlah
penduduk muslim di Indonesia sebanyak 237,53 juta jiwa per 31
Desember 2021. Jumlah itu setara dengan 86,9% dari populasi tanah
air yang mencapai 273,32 juta orang. Posisi kedua ditempati oleh
penduduk beragama Kristen sebanyak 20,45 juta jiwa. Sebanyak 8,43
juta penduduk Indonesia beragama Katolik. Kemudian, penduduk
Indonesia yang beragama Hindu dan Buddha masing-masing
sebanyak 4,67 juta jiwa (1,71%) dan 2,03 juta jiwa (0,74%).
Penduduk yang memeluk agama Konghucu sebanyak 73.635 jiwa.
Sementara itu, ada 126.515 penduduk Indonesia yang menganut
aliran kepercayaan lainnya. Proporsinya hanya 0,05% dari total
penduduk Indonesia.

59
Berdasarkan data tersebut, dapat dikatakan bahwa Indonesia
merupakan salah satu negara muslim terbanyak di dunia, sehingga
bukan suatu hal yang mengejutkan apabila islam menjadi agama
mayoritas di negara ini. Namun selain agama islam, penduduk di
Indoneisa juga banyak yang menganut agama Kristen yang mana
penduduknya tersebar di Indonesia bagian Timur. Penduduk di
Indonesia bagian barat lebih banyak yang menganut agama islam
dikarenakan pengaruh kebudayaan islam pada zaman kerjaan lebih
banyak di Indonesia bagain barat. Sedangkan di Indonesia bagain
Timur pengaruh agama Kristen lebih banyak sehingga penduduknya
banyak yang menganut agama Kristen seperti di Sulawesi Utara,
Papua Barat, Papua, Nusa Tenggara Timur, dan daerah timur lainnya.
Akan tetapi di Indonesia bagian barat juga terdapat penduduk yang
beragama Kristen begitupun di Indonesia bagian timur juga terdapat
penduduk yang beragama islam. Selain itu, persebaran penduduk
yang lebih terkonsentrasi di wilayah Pulau Jawa juga menjadi
penyebab banyaknya penduduk yang beragama islam karena Pulau
Jawa yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di Indonesia.

 Keterkaitan distribusi penduduk terhadap komposisi penduduk


menurut suku di Indonesia
Secara umum, suku bangsa merupakan kelompok etnis dan budaya
masyarakat yang berbentuk secara turun temurun. Sebagai bagian
dari sistem budaya yang lahir di masyarakat, identitas dan atribut
kesukuan dari suatu kelompok masyarakat yang akan diwariskan
pada generasi berikutnya. Biasanya, secara kultural, identitas dan
atribut suku bangsa langsung melekat pada setiap orang sesuai
dengan suku bangsa dari kedua orang tuanya.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa


persebaran penduduk di Indonesia lebih terkonsentrasi di wilayah

60
Pulau Jawa. Sehingga hal inilah yang membuat adanya perbedaan
komposisi penduduk berdasarkan suku. Dimana suku yang menjadi
mayoritas di Indonesia adalah Suku Jawa. Seperti yang sudah
dipaparkan pada pembahasan sebelumnya bahwa Suku Jawa menjadi
suku terbesar yang ada di Indonesia. Banyaknya Suku Jawa ini sangat
berkaitan dengan jumlah penduduk yang ada di Pulau Jawa, di mana
jumlah penduduk di Pulau Jawa pada tahun 2021 sebanyak 151,59
juta jiwa atau sebesar 56,10% dari total penduduk di Indonesia
(SP2020). Besarnya jumlah penduduk Pulau Jawa akan berdampak
pada komposisi penduduk berdasarkan suku. Sehingga komposisi
penduduk suku jawa akan lebih dominan atau lebih banyak
dibandingkan dengan suku lainnya

 Keterkaitan distribusi penduduk terhadap komposisi penduduk


menurut bahasa di Indonesia
Komposisi penduduk Indonesia selanjutnya terlihat dari penggunaan
bahasa daerah yang cukup besar dalam kehidupan seharai-hari.
Secara umum, mayoritas penduduk Indonesia masih tetap
menggunakan bahasa daerah untuk komunikasi sehari-hari di rumah
tangga. Berdasarkan hasil sensus 2010, Sebesar 79,5 persen dari
seluruh populasi penduduk usia 5 tahun ke atas melakukan
komunikasi sehari-hari di rumah tangga dengan menggunakan bahasa
daerah, sebesar 19,9 persen menggunakan bahasa Indonesia dan
sebesar 0,3 persen lainnya masih menggunakan bahasa asing.
Berdasarkan data mengenai penggunaan bahasa Indonesia sebagai
bahasa sehari-hari, Provinsi DKI Jakarta menjadi provinsi dengan
presentase tertinggi yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai
bahasa sehari-hari. Hal ini dikarenakan penduduk di Provinsi DKI
Jakarta sangat beragam sehingga bahasa Indonesia dijadikan sebagai
bahasa sehari-hari agar memudahkan dalam berkomunikasi. Hal ini
berkiatan dengan persebaran penduduk yang terpusat di Provnsi DKI
Jakarta sebagai ibu kota Indonesia.

61
LATIHAN SOAL

1. Sebutkan dan uraikan lokasi menurut Abler dkk 1977!


2. Jelaskanlah apa yang dimaksud dengan distribusi keruangan!
3. Apakah ada keterkaitan hubungan antara distribusi keruangan dengan
komposisi penduduk? Jika iya jelaskan apa kaitannya, jika tidak
jelaskan juga mengapa tidak keterkaitan.
4. Jelaskan letak Indonesia secara geografis!
5. Jelaskan pengaruh letak geografis terhadap tingkat pendidikan
penduduk!

62
BAB IV

FERTILITAS DAN MORTALITAS PENDUDUK

A. Fertilitas Penduduk
1. Fertilitas Penduduk
Fertilitas adalah hasil reprosduksi yang nyata dari seorang wanita atau
sekelompok wanita. Konsep ini memberikan makna fertilitas
menyangkut jumlah kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang
wanita atau sekelompok wanita. Suatu kelahiran disebut sebagai lahir
hidup apabila pada waktu lahir terdapat tanda-tanda kehidupan seperti
berteriak, bernafas, jantung berdenyut. Apabila pada waktu lahir tidak
ada tanda-tanda seperti itu, maka disebut sebagai lahir mati yang
didalam demografi tidak dianggap sebagai suatu peristiwa kelahiran.
Dengan demikian fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir
hidup.

Fekunditas adalah kemampuan biologis wanita untuk menghasilkan


anak lahir hidup. Seorang wanita yang secara biologis subur (fecund)
tidak selalu melahirkan anak, misalnya bila menggunakan kontrasepsi.
Fecunditas merupakan potensi fisik yang dimiliki oleh seorang wanita
atau sekelompok wanita untuk melahirkan anak. Jika mereka
menggunakan kontrasepsi maka potensi tersebut tidak mereka
pergunakan. Fekunditas merupakan lawan dari arti kata sterilitas.

Natalitas mempunyai arti sama dengan fertilitas. Lahir hidup (live


birth) menurut UN dan WHO adalah suatu kelahiran bayi tanpa
memperhitungkan lamanya di dalam kandungan, dimana si bayi
menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Lahir mati (still birth) adalah
kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur paling sedikit 28
minggu, tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan.

63
Abortus, kematian bayi dalam kandungan dengan umur kehamilan
kurang dari 28 minggu. Ada 2 macam abortus yaitu disengaja
(induced) dan tidak disengaja (spontaneous). Induced abortion dapat
karena alasan medis, misalnya karena mempunyai pengakit jantung
yang berat sehingga membayakan jiwa si ibu, dan ada tidak
berdasarkan alasan medis. Masa reproduksi (childbearing age), masa
dimana wanita mampu melahirkan, yang disebut juga usia subur (15-
49 tahun).

2. Sumber Data Kependudukan


Untuk dapat melakukan analisis terhadap kondisi kependudukan yang
terjadi baik di tingkat negara, provinsi, maupun kabupaten, maka
keberadaan sumber data kependudukan merupakan hal yang sangat
penting dan mutlak adanya. Tanpa adanya sumber data kependudukan
maka analisis terhadap kondisi kependudukan yang ada tidak mungkin
untuk dilakukan. Keberhasilan atau ketidakberhasilan pembangunan di
bidang kependudukan tidak akan dapat diketahui jika tidak ada sumber
data kependudukan yang memadai. Dalam mempelajari keadaan
penduduk suatu daerah atau Negara serta perubahan-perubahan yang
dialami, diperlukan berbagai ukuran seperti tingkat pertumbuhan
penduduk, tingkat kelahiran, tingkat kematian, kondisi ketenagakerjaan
seperti tingkat pengangguran dan sebagainya. Untuk mengetahui dan
menganalisis berbagai perubahan-perubahan tersebut diperlukan data
kependudukan yang sesuai dan data tersebut dapat diperoleh dari
berbagai sumber.

Dalam membuat analisis kependudukan yang merupakan bagian yang


sangat penting dalam Ilmu Kependudukan, maka sumber data menjadi
hal yang sangat penting dalam melakukan analisis tersebut. Data dan
informasi kependudukan digunakan untuk membuat kebijakan dan
perencanaan pembangunan di berbagai bidang seperti di bidang sosial,
ekonomi, politik, budaya, lingkungan, dan hukum. Pada masa

64
sekarang maupun di masa mendatang, kebutuhan akan data dan
informasi yang terkait dengan situasi penduduk akan semakin
diperlukan akibat demikian cepatnya perubahan-perubahan yang
terjadi pada berbagai bidang pembangunan khususnya pada indikator-
indikator kependudukan. Dengan berbagai program pembangunan
terjadi penurunan tingkat kematian dan kelahiran, serta meningkatnya
migrasi dari satu wilayah ke wilayah lainnya, akan menyebabkan
perubahan struktur penduduk di suatu wilayah. Data dan informasi
tentang perubahan tersebut sangat penting untuk membuat kebijakan
yang sesuai.

Sumber data yang dapat digunakan ada 2 yaitu sumber data primer dan
sekunder (Sugiono, 2007; Sekaran & Bougie, 2009). Cooper dan
Emory (1997), menggolongkan sumber informasi ada 2 yaitu data
primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan
sendiri oleh pengguna data untuk keperluan yang spesifik.
Pengumpulan data primer umumnya mahal dan dan
menggunakan banyak waktu. Data primer yang dikumpulkan oleh
seseorang atau peneliti untuk tujuan penelitian mereka, akan lebih kecil
kemungkinannya untuk digunakan oleh pihak lain. Data sekunder
adalah data yang dikumpulkan oleh pihak lain dan digunakan oleh
pengguna data di luar pihak yang mengumpulkan data. Jadi studi yang
dilakukan oleh pihak lain untuk sasaran mereka sendiri merupakan
sumber data sekunder bagi pihak lainnya. Data ini dapat berbentuk
tabel, grafik, gambar atau data mentah (raw data). Data seperti ini
paling banyak dilakukan oleh BPS (Badan Pusat Statistik). Pengguna
data harus menyadari bahwa setiap sumber data memiliki kelebihan
dan kekurangannya masing-masing.

Secara umum ada 3 (tiga) sumber data kependudukan dari data


sekunder yang dapat dimanfaatkan oleh peneliti atau oleh ahli
kependudukan yaitu Sensus Penduduk (SP), Survai, dan Registrasi

65
Penduduk (Shryock and Siegel, 1970). Selain itu ada juga data dari
sumber lainnya seperti data/catatan-catatan di sekolah-sekolah, kantor
polisi, data di KPU, data yang berasal dari berbagai instansi dan
sebagainya. Namun demikian sumber data yang paling banyak
digunakan dalam analisis demografi atau kependudukan adalah dari
ketiga sumber data tersebut.

 Sensus Penduduk
Sensus Penduduk (SP) menurut UN tahun 1958 didefinisikan
sebagai keseluruhan proses pencacahan (collecting),
pengumpulan (compiling), penyusunan (tabulation), dan
penerbitan (publishing) data demografi, ekonomi dan sosial
yang menyangkut semua orang pada waktu tertentu di suatu
negara atau suatu wilayah tertentu (Yasin dan Adioetomo,
2010). Berdasarkan konsep tersebut, maka SP menyangkut 4
hal yaitu:
 Pencatatan yang menyeluruh terhadap semua orang,
artinya semua orang yang tinggal di suatu wilayah atau
negara wajib dicatat, bahkan termasuk mereka yang
bekerja/ tinggal di luar negeri
 Dilaksanakan dalam jangkanwaktu tertentu, SP ini
dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu yaitu 10
tahun sekali, pada tahun yang berakhiran dengan nol.
Pencacahan dilakukan secara serentak untuk
menghindari pencacahan ganda
 Mencakup wilayah tertentu, artinya ruang lingkup SP
harus meliputi seluruh wilayah yang digunakan adalah
wilayah administratif.
 Bersifat individual, yang berarti informasi demografi
dan sosial ekonomi yang dikumpulkan berasal dari
individu, baik sebagai anggota rumah tangga maupun
anggota masyarakat

66
Beberapa keunggulan dari Sensus Penduduk:
 Coverage error yang rendah, jadi kesalahan karena
kurangnya cakupan dapat diminimalisir atau bahkan
mungkin tidak ada.
 Sampling error, menjadi sangat rendah atau bahkan
mungkin tidak ada, karena tidak ada pengambilan
sampel (semua orang dicacah/sehingga sering disebut
cacah jiwa).
 Hasilnya dapat dibandingkan dengan negara-negara
lainnya.

Selain memiliki keunggulan SP juga memiliki kelemahan,


yaitu:
 Membutuhkan waktu yang lama dan sangat besar,
meliputi seluruh penduduk, atau coverage atau
cakupannya lengkap, sehingga membutuhkan dana yang
jauh lebih banyak dibandingkan dengan pelaksanaan
survai.
 Hanya menyajikan data dasarnya saja, dalam SP data
yang diperoleh berupa data dasar saja seperti umur
penduduk, jenis kelamin, daerah tempat tinggal,
pendidikan. Data lainnya seperti data ketenagakerjaan,
kondisi fertilitas, mortalitas, maupun migrasi penduduk
akan dikumpulkan melalui survai sampel.

 Registrasi Penduduk
Di Negara berkembang seperti Indonesia, umumnya sumber
data dari registrasi penduduk masih jauh dari memuaskan
karena berbagai sebab. Oleh karenanya sumber data yang lebih
banyak digunakan dalam membuat berbagai kebijakan
umumnya berasal dari data Sensus Penduduk (SP) atau Survai.

67
Registrasi penduduk ini dilaksanakan oleh Kantor
Pemerintahan Dalam Negeri, dengan ujung tombak
pelaksanaannya adalah kepala desa. Berbeda dengan sensus
penduduk yang pelaksanaannya dengan sistem aktif, registrasi
penduduk dilakukan dengan sistem pasif.

 Survei
Survei dapat dilakukan sebelum sensus sehingga hasil survai itu
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan atau input bagi
sensus yang akan dilaksanakan berikutnya. Memperhatikan hal
tersebut memang agaknya lebih menguntungkan mengadakan
survai antar 2 sensus yang dilaksanakan 10 tahun sekali
daripada mengadakan sensus 5 tahun sekali mengingat biaya
sensus yang jauh banyak dibandingkan dengan biaya untuk
melaksanakan survai.

3. Pengukuran dan Pola Fertilitas


 Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate/CBR)
Adalah banyaknya kelahiran dalam satu tahun tertentu perseribu
penduduk pada pertengahan tahun yang sama.
CBR = B/P × k
B = banyaknya kelahiran selama 1 tahun
P = banyaknya penduduk pada pertengahan tahun
k = bilangan konstan, biasanya 1000 (seribu)

 Angka Kelahiran Umum (General Fertility Rate/GFR)


Adalah banyaknya kelahiran pada suatu tahun per 1.000 penduduk
perempuan berumur 15 – 49 tahun atau 15 – 44 tahun pada
pertengahan yang sama.
GFR = B/P15-49 × k atau GFR = B/P15-44 × k
B = banyaknya kelahiran selama 1 tahun
P15-49= banyaknya penduduk wanita berusia 15-49 /15-44

68
k = bilangan konstan, biasanya 1000 (seribu)

 Angka Kelahiran Perkelompok Umur (Age Specific Fertility


Rate/ASFR)
Adalah Banyaknya kelahiran dari perempuan pada suatu
kelompok umur tertentu pada suatu tahun tertentu per 1.000
perempuan pada kelompok umur dan pertengahan tahun yang
sama.
ASFRi = Bi / Pi × k
Bi = jumlah kelahiran kelompok umur i selama 1 tahun
Pi = jumlah wanita berumur i pada pertengahan tahun
k = bilangan konstan, biasanya 1000 (seribu)

ASFR di negara berkembang pada kelompok umur 15 – 19 tahun


sudah tinggi, dan akan tetaptinggi pada 35 tahun ke atas (Natural
fertility/tidak ada pemakaian alat kontrasepsi). Sedangkan ASFR
di negara maju umumnya pada kelompok umur 15 – 19 tahun
yang masih rendah, mencapai puncaknya 25 tahun kemudian
(Modern fertility/telah diintervensi dengan alat kontrasepsi).

 Kelahiran Total (Total Fertility Rate/TFR)


Adalah jumlah anak rata-rata yang akan dilahirkan oleh seorang
perempuan pada akhir masa reproduksinya apabila perempuan
tersebut mengikuti pola fertilitas pada saat TFR dihitung.
TFR = 5 ∑ ASFRi
ASFR = angka kelahiran menurut kelompok umur
i = kelompok umur 5 tahunan (jika kelompok 3 tahunan, menjadi 3
∑ ASFRi)

4. Ukuran-ukuran Reproduksi

69
Adalah ukuran yang berkenaan dengan kemampuan seorang
perempuan untuk menggantikan dirinya dan hanya bayi perempuan
saja yang diikutsertakan di dalam perhitungan ini.
 Gross Reproduction Rate (GRR)
Adalah jumlah kelahiran bayi perempuan oleh 1000 (seribu)
wanita sepanjang masa reproduksinya dengan catatan tidak ada
seorang wanita yang meninggal sebelum mengakhiri masa
reproduksinya. Atau banyaknya bayi perempuan yang dilahirkan
oleh suatu kohor/sekelompok wanita.
GRR = Proporsi perempuan × ( 5 ∑ ASFRi

 Net Reproduction Rate (NRR)


NRR adalah jumlah kelahiran bayi perempuan oleh 1000 (seribu)
wanita yg telah memperhitungkan kemungkinan si bayi wanita
tersebut meninggal sebelum mengakhiri masa reproduksinya.
NRR = 5 × bayi yang diharapkan tetap hidup / 1000

5. Faktor yang Mempengaruhi Fertilitas


Faktor sosial akan mempengaruhi fertilitas melalui variabel antara,
yang dapat dibedakan menjadi:
 Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan hubungan kelamin
pada usia reproduksi
o Umur memulai hubungan kelamin
o Selibat permanen, yaitu proporsi perempuan yang tidak
pernah mengadakan hubungan kelamin
o Lamanya masa reproduksi yang hilang karena: perceraian,
perpisahan, atau ditinggal pergi oleh suami, suami meninggal
dunia
o Abstinensi sukarela
o Abstenensi karena terpaksa
o Frekuensi hubungan seks (tidak temasuk abstinensi)

70
 Faktor yang mempengaruhi kemungkinan konsepsi
o Kesuburan dan kemandulan biologis
o Menggunakan atau tidak menggunakan alat kontrasepsi baik
dengan cara kimiawi dan cara mekanis atau cara-cara lain
o Kesuburan atau kemandulan yang dipengaruhi oleh faktor-
faktor yang disengaja, misalnya sterilisasi.

 Faktor-faktor yang mempengaruhi selama kehamilan dan kelahiran


o Kematian janin karena faktor yang tidak disengaja
o Kematian janin karena faktor yang yang disengaja

B. Mortalitas Penduduk
1. Pengertian Mortalitas
Mortalitas atau kematian merupakan salah satu di antara tiga
komponen demografi yang dapat mempengaruhi perubahan penduduk.
Dua komponen demografi lainnya adalah fertilitas (kelahiran) dan
migrasi. Informasi tentang kematian penting, tidak saja bagi
pemerintah melainkan juga bagi pihak swasta, yang terutama
berkecimpung dalam bidang ekonomi dan kesehatan.

Data kematian sangat di perlukan antara lain untuk proyeksi penduduk


guna perencanaan pembangunan. Misalnya, perencanaan fasilitas
perumahan, fasilitas pendidikan, dan jasa-jasa lainnya untuk
kepentingan masyarakat. Data kematian juga diperlukan untuk
kepentingan evaluasi terhadap programprogram kebijaksanaan
penduduk.

Konsep mati perlu diketahui guna mendapatkan data kematian yang


benar. Dengan kemajuan ilmu kedokteran, kadang-kadang sulit untuk
membedakan keadaan mati dan keadaan hidup secara klinik. Apabila
pengertian mati tidak dikonsepkan, dikhawatirkan bisa terjadi

71
perbedaan penafsiran antara berbagai orang tentang kapan seseorang
dikatakan mati.

Menurut konsepnya, terdapat 3 keadaan vital, yang masing-masing


saling bersifat mutually exclusive, artinya keadaan yang satu tidak
mungkin terjadi bersama dengan salah satu keadaan lainnya.

2. Sumber data mortalitas


 Registrasi,
Apabila sistem registrasi ini bekerja dengan baik, maka
registrasi merupakan sumber data kematian yang ideal. Dalam
registrasi kejadian kematian dilaporkan dan dicatat segera setelah
peristiwa kematian tersebut terjadi. Namun di Indonesia data hasil
registrasi penduduk masih jauh dari memuaskan (banyak peristiwa
kematian yang belum tercatat dan kualitas datanya rendah) atau
underestimate. Banyak data atau peristiwa yang menyangkut
peristiwa vital penduduk seperti kelahiran, kematian, maupun
migrasi penduduk tidak dilaporkan oleh penduduk ke tingkat yang
paling bawah misalnya lurah atau desa, sehingga jumlah yang
dilaporkan akan menjadi jauh lebih sedikit daripada yang
sebenarnya terjadi. Jika itu digunakan untuk menghitung peristiwa-
peristiwa demografi tertentu, maka nilainya akan rendah yang tidak
mencerminkan kondisi yang sebenarnya. Dengan demikian
pengambilan kebijakan atau pembuatan keputusan untuk
program-program tertentu jika menggunakan data yang berasal dari
registrasi penduduk akan menghasilkan informasi yang kurang
valid.

 Sensus/survai
Selain data kematian atau mortalitas yang berasal dari data
registrasi penduduk, juga terdapat sumber data lainnya yang dapat
digunakan sebagai sumber untuk menghitung atau mengetahui

72
kondisi mortalitas penduduk. Dalam data Sensus Penduduk
meskipun dilakukan melalui sensus, namun data tentang mortalitas
dikumpulkan juga melalui survai atau sensus sampel yang hasilnya
diberlakukan terhadap seluruh populasinya. Tingkat mortalitas
yang dihitung berdasarkan data sensus penduduk adalah dengan
menggunakan indirect method atau metode tidak langsung dengan
menggunakan data rata-rata anak masih hidup dan rata-rata anak
yang dilahirkan hidup.

3. Pola Mortalitas
Dengan berbagai perbaikan di bidang kesehatan masyarakat yang telah
dilakukan oleh pemerintah maupun oleh pihak swasta, demikian pula
perbaikan di bidang kondisi sosial ekonomi masyarakat, menghasilkan
sebuah kondisi pola atau tren mortalitas yang telah terus menerus
mengalami penurunan, baik pada tingkat kematian bayi, tingkat
kematian kasar, maupun tingkat kematian anak balita dsbnya. Data di
seluruh provinsi di Indonesia menunjukkan pola mortalitas atau
perkembangan mortalitas yang sama, artinya terus mengalami
penurunan, meskipun besaran penurunannya akan berbeda antara satu
provinsi dengan provinsi lainnya, namun dengan pola secara umum
yang sama.

Jika diperhatikan pola kematian menurut umur yang disebut sebagai


ASDR (Age Specific Death Rate) yang menunjukkan kematian
menurut kelompok umur penduduk yang biasanya diukur dari jumlah
kematian per 1000 penduduk di masing-masing kelompok umur.
Sebuah contoh pola ASDR disampaikan dalam Tabel 7.1. Data pola
ASDR dalam Tabel 7.1 menunjukkan bahwa awal kelompok umur
yaitu umr 0-4 tahun (bayi dan balita) memiliki tingkat kematian yang
tinggi yang kemudian terus mengalami penurunan sampai kelompok
umur 15-19 tahun mengalami tingkat kematian yang paling rendah.
Kematian 0-4 tahun yang didalamnya terdapat tingkat kematian bayi

73
seringkali dijadikan ukuran untuk melihat kondisi sosial ekonomi
masyarakat

SOAL LATIHAN
1. Jelaskan pengertian fertilitas!
2. Jelaskan apa saja sumber data yang paling banyak digunakan dalam analisis
demografi!
3. Pada tahun 2020 di Desa Lunik terjadi kelahiran sebanyak 10 bayi. Jumlah
penduduk Desa Lunik pada tahun yang sama adalah 127 jiwa. Berapakah
angka kelahiran kasar Desa Lunik tahun 2020?
4. Jelaskan Pengertian mortalitas!
5. Apa saja yang menjadi sumber data pada mortalitas?

74
BAB V

MOBILITAS PENDUDUK

C. Pola Keruangan Mobilitas Penduduk


Mobilitas penduduk adalah gerakan penduduk dari satu posisi ke posisi
lainnya. Gerak posisi memiliki arti horisontal dan vertikal. Apabila
gerakan penduduk tersebut merupakan gerak posisi ruang dari ruang atau
wilayah satu ke ruang atau wilayah lainnya secara horisontal disebut
dengan gerak penduduk geografis. Gerak pososi penduduk tersebut ke arah
vertikal, dari status satu ke status lain yang lebih baik disebut dengan
gerak atau mobilitas sosial atau perubahan status.

Gerak atau mobilitas penduduk antar ruang atau horisontal atau geografis
merupakan suatu gerak penduduk dari ruang satu ke ruang lainnya dalam
kurun waktu tertentu. Ruang dalam hal ini sangat tidak terbatas, dan belum
ada kesepakatan yang pasti di antara para ahli untuk dikatakan melakukan
gerakan penduduk. Demikian juga halnya dengan gerakan vertikal,
merupakan gerakan dari posisi status yang seperti apa juga belum ada
kepastian, yang pasti adalah bergerak dari satu posisi status ke posisi atau
status lainnya di suatu kurun waktu tertentu. Mobilitas penduduk adalah
perpindahan penduduk dari daerah satu ke daerah lain pada waktu tertentu
atau gerak horizontal atau geografi.

D. Model Analisis Mobilitas Penduduk


Mobilitas penduduk dianalisis dengan pendekatan kuantitatif dan
kualitatif. Analisis kuantitatif menggunakan statistik deskriptif, dengan
berbagai rumus. Jenis rumus yang digunakan tergantung pada jenis
mobilitas penduduknya (mobilitas vertikal, mobilitas horisontal). Hasil
analisis mobilitas penduduk di suatu daerah tidak dapat secara langsung
dibandingkan dengan analisis mobilitas penduduk di daerah lain. Hal
tersbut dikarenakan lingkup kajian, batasan waktu yang digunakan dalam

75
setiap analisis bervariasi dan tidak ada keharusan sama, tergantung dari
peneliti. Ukuran mobilitas penduduk yang sangat umum adalah tingkat
mobilitas penduduk, tingkat mobilitas penduduk non permanen, tingkat
mobilitas penduduk nglaju, tingkat mobilitas penduduk sirkulasi, tingkat
mobilitas penduduk permanen atau tingkat migrasi, tingkat migrasi masuk,
tingkat migrasi keluar, tingkat migrasi masuk, tingkat migrasi bruto,
tingkat migrasi neto. Analisis migrasi dapat dilakukan dengan cara yang
lain, seperti yang dilakukan oleh beberapa pakar. Migrasidapat dinalisis
dengan tingkat migrasi neto, sebagai berikut (Weeks, 1944).

CNMR = total in-migrans – total out-migrans : total medyear population x


1000

E. Pola Mobilitas Penduduk Global


Mobilitas penduduk global merupakan gerakan penduduk antar negara di
benua yang ada di dunia. Negaranegara di dunia, yang tersebar di 5 benua,
yaitu Benua Afrika, Amerika, Asia, Eropa dan Oceania. Setiap benua
terdiri dari Negara-negara yang jumlah berbeda-beda. Benua Afrika
memiliki jumlah Negara paling banyak, yaitu mencapai 26 persen, benua
dengan penduduk paling banyak urutan kedua adalah afrika, dan yang
paling sedikit jumlah 76 negaranya adalah benua oceania, hanya 8 persen
dari jumlah Negara yang ada di dnuia. Jumlah penduduknya sangat
timpang, di Benua oceania, jumlah Negara paling sedikit dengan jumlah
penduduk juga paling sedikit, hanya 0,5 persen dari jumlah penduduk
dunia.

Benua Asia yang jumlah penduduk paling banyak, yaitu mencapai 41,1
persen, dengan jumlah Negara hanya 25 persennya. Negara-negara di
Benua Asia rata-rata memiliki jumlah penduduk lebih banyak
dibandingkan dengan Negaranegara di empat benua lainnya. Benua Afrika
yang jumlah negaranya hampir sama dengan jumlah Negara di benua Asia,
jumlah penduduknya hanya 15,9 persen. Fakta geografis tersebut menjadi

76
salah satu dari berbagai variabel yang mendorong terjadinya mobilitas
penduduk. Keberagaman wilayah sangat tergantung dari kondisi alam fisik
dan manusianya
Benua Negara (Persen) Pemduduk (Persen)
Afrika 26 15,9
Amerika 19 13,4
Asia 25 41,1
Eropa 22 10,1
Oceania 8 0,5
Jumlah 100 100

Mobilitas penduduk, terdiri dari mobiltas penduduk permanen atau migrasi


dan mobilitas penduduk nonpermanen, yaitu komuter dan musiman,
seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya. Mobilitas penduudk
permanen atau Migrasi adalah perpindahan penduduk secara permanen
yang melintasi batas wilayah administrasi. Batas admnistrasi tersebut
dapat berupa batas Negara disebut migrasi internasional dan batas wilayah
administrasi yang lebih kecil di dalam lingkup Negara yang disebut
dengan migrasi internal atau nasional.

F. Pola Mobilitas Penduduk Nasional


Pola mobilitas penduduk internal merupakan pergerakan penduduk dari
wilayah satu ke wilayah lain dalam lingkup suatu Negara dengan tujuan
untuk menetap di daerah tujuan. Mobilitas penduduk internal disebut
dengan mobilitas penduduk nasional. Mobilitas Penduduk nasional atau
mobilita penduduk internal dengan tujuan menetap di daerah tujuan
disebut dengan migrasi nasional atau migrasi internal, lingkup wilayah
secara nasional. Di Indonesia, informasi tentang mobilitas penduduk
sangat terbatas. Hal ini dikarenakan peristiwa mobilitas penduduk tidak
semua dilaporkan oleh para pelaku mobilitas. Oleh karena itu, proses
migrasi sulit diamati. Walaupun demikina, pemerintah melalui Badan

77
Pusat Statistik (BPS), mengumpulkan data mobilitas permanen dengan
sangat terbatas. Gambaran mobilitas penduduk di Indonesia dapat diamati
dari hasil sensus penduduk. Data sensus penduduk tidak banyak informasi
mengenai mobilitas penduduk. Batas waktu yang digunakan pada sensus
penduduk adalah berbeda pada setiap pelaksanaan sensus penduduk, tetapi
batas waktu selalu sama yaitu 6 bulan.

Sensus 1961, tidak ada infomasi migrasi, sedangkan pada sensus


penduduk 1971, 1980, 1990, 2000 dan 2010 ada informasi tentang migrasi,
batas wilayah berbeda. Pada sensus penduduk 1971, 1980, 1990, batas
wilayah provinsi, sehingga seseorang dikatakan bermigrasi apabila
melintasi batas wilayah provisi. Sensus 2000 dan 2010, menggunakan
konsep batas wilayah kabupaten, sehingga seseorang dikatakan migran
apabila pada waktu sensus melintasi batas wilayah kabupaten. Pola
mobilitas penduduk lokal, dapat diamati melalui pengamatan langsung
secara terbatas yang dilakukan dengan penelitian.

Keterbatasan dapat bersifat keluasan wilyah dan kedalaman kajian. Hal


tersebut disebabkan oleh jenis penelitian yang sifatnya sangat spesifik dan
terbatas. Selian itu juga sangat tergantung dari biaya tanaga dan waktu
dilaksanakan penelitian, yang pada umumnya sangat terbatas dari berbagai
aspek tersebut. Beberapa pertanyaan mobilitas dapat dkaji dari beebrapa
hasil sensus penduduk yang pernah dilaksanakan di Indonesia, sebagai
berikut. Mobilitas penduduk di Indonesia, tidak secara langsung dapat
dibandingkan antara satu periode waktu ke periode waktu berikutnya,
seperti yang terjadi pada hasil sensus penduduk 1961 dan 1971, 1980,
1990, 2000 dan 2010, hal ini disebabkan karena konsep batas wilayah
yang ditentukan tidak sama, sehingga harus berhati-hati dalam
menganalisis.

Survai Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015, digunakan empat


pertanyaan, yaitu provinsi dan kabupaten/kota tempat tinggal sekarang;

78
provinsi dan kabupaten/kota tempat lahir; provinsi dan kabupaten/kota
tempat tinggal terkahir sebelum tempat tinggal sekarang; dan provinsi dan
kabupaten/kota tempat tinggal lima tahun yang lalu (BPS, 2016). Beberapa
konsep penting pada saat dilaksanakan sensus adalah tempat lahir, tempat
tinggal terakhir sebelum tempat tinggal sekarang, dan tempat tinggal lima
tahun yang lalu.

Tempat lahir adalah provinsi, kabupaten/kota atau Negara tempat tinggal


ibu pada saat melahirkan bayinya. Tempat tinggal terakhir sebelum tempat
tinggal sekarang adalahprovinsi, kabupaten/kota atau Negara sebelum
tempat tinggal sekarang. Tempat tinggal lima tahun yang lalu adalah
provinsi, kabupaten/kota atau Negara tempat tinggal lima tahun yang lalu.
Rumah tangga adalah sekelompok orang yang mendiami sebagian atau
seluruh bangunan fisik atau sensus dan biasanya tinggal bersama serta
makan bersama dari satu dapur. Kepala rumah tangga adalah salah seorang
dari anggota rumah tangga yang bertanggung jawab atas pemenuhan
kebutuhan sehari-hari di rumah tangga atau orang yang dianggap/ditunjuk
sebagai kepala rumah tangga, minimal berumur 10 tahun, atau yang
dituakan. Anggota rumah tangga adalah semua orang yang biasanya
bertempat tinggal di suatu rumah tangga, baik yang sedang berada di
rumah pada saat pemutakhiran maupun yang sementara tidak berada di
rumah (BPS, 2016).

G. Pola Mobilitas Penduduk Lokal


Mobilitas lokal yang dimaksud adalah pergerakan atau perpindahan
penduduk dari dan ke kabupaten/kota lain di wilayah provinsi di
Indonesia. Berarti gerakan penduduk antar wilayah kabupaten. Provinsi
Jawa Tengah memiliki wilayah 35 kabupaten/kota, terdiri dari 6 kota,
yaitu Kota Semarang, Surakarta, Magelang, Salatiga, Pekalongan, dan
Tegal, dan 29 kabupaten. Di Jawa Tengah, memiliki jumlah penduduk
33,73 juta jiwa, tersebar tidak merata. Jumlah penduduk tersebut, tidak
semua lahir di propinsi Jawa Tengah dan tidak semua sudah menetap lima

79
tahun sebelum dilaksanakan SUPAS. Jumlah migran dan bukan migran
dapat dikaji melalui tiga jenis, yaitu berdasarkan migran seumur hidup,
migran risen, dan migran total. Berdasarkan tempat kelahirannya, Jumlah
migran seumur hidup ada 9,43 persen, sedangkan migran risen ada2,77
persen, dan jumlah migran total 13,40 persen. Pola mobilitas penduduk
permanen atau migrasi yang terjadi di Jawa Tengah, arus migrasi seumur
hidup paling tinggi di Kabupaten Brebes, yaitu 5,21 persen, demikian juga
arus migrasi risen dan migrasi total, yaitu 4,7 persen, dan 5,03 persen. Hal
ini disebabkan karena wilayah tersebut memiliki jumlah penduduk paling
banyak di antara kabupaten/kota lain di Provinsi Jawa Tengah.

Komuter adalah gerakan atau mobilitas penduduk geografis atau


horizontal antar wilayah dengan tujuan tidak menetap di daerah tujuan,
dengan waktu kurang dari 24 jam berangkat dan pulang pada hari yang
sama. Komuter merupakan bentuk interaksi antara wilayah satu dengan
linnya, yang memiliki perbedaan karakter. Pergerakan penduduk komuter
atau disebut dengan nglaju (Mantra, 2003). Jumlah penduduk Indonesia
yang melakukan komuter sebanyak 3,17 persen, dengan persebaran yang
tidak merata, sangat beragam di berbagai provinsi. Provinsi dengan
penduduk > 5 tahun terbanyak melakukan mobilitas non permanen
komuter adalah DKI Jakarta, mencapai 12,09 persen, dan paling sedikit
adalah di provinsi Kalimantan Utara, hanya sekitar 0,04 persen.

Pergerakan komuter tertinggi terjadi pada wilayah yang menjadi pusat


kegiatan penduduk, seperti pusat kegiatan pemerintahan, pusat kegiatan
ekonomi, pusat kegiatan industri dan jasa. Daerah Khusus Ibukota Jakarta,
merupakan ibukota Negara Indonesia. DIY merupakan kota pendidikan
dan kota budaya, semikian juga Bali merupakan salah satu destinasi
pariwisata dunia. Ulang-alik merupakan bentuk mobilitas non-permanen
dengan waktu kurang dari 24 jam atau sehari. Pagi berangkat dan
sore/malam hari pulang. Mobilitas ulang-alik menjadi pilihan, karena
setiap hari bisa ketemu dengan keluarga.

80
SOAL LATIHAN
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya fertilitas dibedakan
menjadi dua, jelaskan!
2. Uraikan bagaimana tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia yang selama
20 tahun terakhir!
3. Mengapa Still birth dan keguguran tidak termasuk dalam pengertian
kematian? Jelaskan!
4. Apa yang dimaksud dengan gerak penduduk geografis?
5. Hasil analisis mobilitas penduduk di suatu daerah tidak dapat secara
langsung dibandingkan dengan analisis mobilitas penduduk di daerah lain,
mengapa? Jelaskan!

81
BAB VI

PENGONTROLAN DINAMIKA KERUANGAN

A. Dinamika Keruangan
Ruang merupakan suatu unsur lingkungan, wadah bagi manusia dan
mahkluk hidup dalam melakukan aktivitas untuk kelangsungan hidup, dan
benda tidak hidup yang menyertainya menjadi satu kesatuan wilayah.
Wadah meliputi ruang darat, ruang laut, ruang udara, termasuk ruang di
dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah tempat manusia dan mahkluk
hidup, melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya
(Anonim, 2007). Mempelajari ruang dapat membantu meningkatkan
kecerdasan keruangan, karena kecerdasan keruangan merupakan satu dari
9 keserdasan yang harus dimiliki oleh setiap orang, yang diperlukan untuk
dapat mendudukan aspek keruangan secara tepat dalam berbagai
pengambilan keputusan (Rijanta, 2013). Kecerdasan keruangan adalah
kemampuan memahami gambar dan bentuk 2 dan 3 dimensional,
kemampuan melakukan analisis dan abstraksi lebih dari sekedar melihat
gambar atau bentuk secara visual, mengenali obyek dan hubungannya
dengan obyek yang lain, serta menyampaikan pemikiran secara terstruktur
dengan visual thinking dan mental map (Rijanta, 2013).

Ruang dalam bahasa inggris place berarti tempat, yaitu seluruh muka bumi
yang merupakan tempat hidup manusia, 4 heman dan tumbuh-tumbuhan
serta mahkluk hidup dan tidak hidup lainnya. Ruang yang berarti tempat
mengandung pengertian lokasi berarti posisi suatu wilayah di permukaan
bumi. Pemahaman ini, lokasi dibedakan menjadi dua, yaitu lokasi absolut
dan lokasi relatif. Lokasi absolut merupakan posisi suatu benda atau
wilayah yang dikaitkan dengan letak lintang dan bjur, atau disebut dengan
lokasi absolut atau lokasi astronomis. Sedangkan lokasi relatif merupakan
posisi suatu tempat dengan lingkungan sekitar, yang selalu berubah sesuai
dengan perkembangan kebudayaan, sehingga lokasi relatif, berubah-ubah,

82
atau disebut dengan lokasi geografis. Goodal (1987) menjelaskan ruang
dikaitkan dengan site dan situasi. Site menjelaskan ruang, lokasi, tempat,
yang berkaitan dengan kondisi internal, gambaran wilayah tersebut,
sedangkan situasi menjelaskan ruang, tempat, lokasi, wilayah berkenaan
dengan kondisi erksternal atau sekelilingknya. Kondisi suatu ruang,
tempat, wilayah, sangat bervariai, sehingga menjadi potensi terjadinya
proses mobilitas penduduk. Ruang dan variasi ruang tempat wilayah muka
bumi sangat bervariasi, dan variasi fenemona wilayah memiliki sifat
penyebaran sangat beranekaragam, tidak sama, merupakan salah satu
prinsip geografi, dan karenanya, akan terjadi interelasi wilayah yang
merupakan prinsip ke dua dari geografi. Prinsip geografi ada empat,
(Sumaadmadja, 1981) yaitu penyebaran, interelasi, deskripsi, dan korologi.

Interaksi dalam bahasa inggris interaction artinya hubungan. Interaksi


merupakan suatu proses yang mempunyai sifat timbal balik dan
berpengaruh terhadap perilaku dari pihak-pihak yang melakukannya,
melalui kontak langsung. Interaksi dalam wilayah, merupakan suatu
kontak hubungan antar dua wilayah atau lebih yang dapat menimbulkan
gejala, fakta baru atau berbeda dengan sebelumnya. Bentuk interaksi
antara dua wilayah atau lebih dapat dikaji melalui mobilitas penduduk. Di
Setiap wilayah memiliki unsur atau komponen manusia dengan berbagai
variasi struktur penduduk yang menjadi komponen- komponennya, baik
komponen alam, fisik, sehingga di dalam suatu wilayah dapat terjadi
hubungan yang saling berpengaruh antara dua atau lebih gejala atau
disebut dengan interelasi atau interelation. Interelasi dapat terjadi antara
komponen fisik dengan fisik, alam dengan alam, manusia dengan mansuia,
fisik dengan alam, fisik dengan mansuia, alam dengan manusia dan
komponen lainnya di dalam suatu wilayah. Masing-masing gejala, fakta,
komponen, individu, yang terdapat di suatu ruang atau wilayah tersebut
saling berhubungan dan saling berpengaruh atau relationship. Mengkaji
interelasi wilayah, selanjutnya dapat diketahui karakteristik gejala atau
fakta geografi di suatu tempat atau wilayah tertentu. Dinamika wilayah

83
beserta komponennya yang sangat bervariasi sehingga memungkinkan
suatu gerakan atau movement. Geografi suatu ilmu yang mempelajari
perbedaan dan persamaan fenomena geosfer, yang meliputi antroposfer,
biosfer, litosfer, hidrosfer, atmosfer, dengan sudut pandang keruangan,
kelingkungan dan kompleks wilayah. Antroposfer merupakan salah satu
spera yang diharapkan dapat memobilisasi spera lainnya, sehingga terjadi
hubungan yang serasi seimbang dan selaras, berkelanjutan. Analisis
geografi selalu menggunakan prinsip geografi, sehingga kajian mobilitas
penduduk merupakan salah satu aspek dari geosfer yang menjadi obyek
material ilmu geografi.

B. Pendekatan Keruangan
Pendekatan Keruangan merupakan salah satu dari tiga pendekatan yang
utama dalam Geografi, yaitu pendekatan kelingkungan dan pendekatan
kompleks wilayah. Pendekatan adalah suatu cara mendekati, cara
mengkaji dan cara menganalisis. Keruangan, berasal dari kata ruang,
mendapatkan awalan ke dan akhiran an, sesuatu yang bersifat ruang.
Ruang adalah suatu bentukan buka bumi yang dibatasi oleh sisi-sisinya.
Ruang berdimensi dua dan tiga, ruang berdimensi dua merupakan satuan
panjang dan lebar dan mendapatkan luasan, dan ruang berdimensi tiga
merupakan suatu volum dan mendapatkan isi. Pendekatan keruangan
adalah suatu kajian terhadap fenomena geosfer dengan menekankan pada
eksistensi utama pada ruang. Pendekatan keruangan dibedakan menjadi 9
tema (Yunus, 2010), yaitu pola keruangan, struktur keruangan, proses
keruangan, interaksi keruangan, asosiasi keruangan, sinergisme keruangan,
organisasi keruangan, komparasi keruangan, kecenderungan keruangan.
Pendekatan keruangan menurut Sumaadmadja (19871) didalamnya
termasuk pendekatan aktivitas manusia, pendekatan topic, dan pendekatan
regional. Sedangkan Goodall (1987) menjelaskan bahwa pendekatan
keruangan sangat terkait dengan pencatatan dan deskripsi fenomena
geografi yang terdiri dari fenomena alam dan manusia di permukaan bumi,
dan variabel ruang menjadi perhatian khusus. Geografi dalam setiap kajian

84
yang dilakukan, tidak harus ketiga pendekatan digunakan dalam suatu
kajian sekaligus, tetapi dapat dilakukan satu, dua dari tiga pendekatan.
Salah satu contoh dalam pendekatan keruangan adalah persebaran
keruangan atau spatial distribution. Persebaran merupakan salah satu dari
empat prinsip geografi yaitu distribusi, interelasi, deskripsi dan korologi.
Persebaran atau distribution mengandung arti penyaluran, pembagian,
distribusi. Dalam hal ini persebaran mengandung makna tersebarnya
fenomena muka bumi. Nursid (1991), memberikan penjelasan bahwa
penyebaran menjadi kunci utama dalam kajian geografi dan studi geografi,
karena dengan prinsip penyebaran dapat dijelaskan prinsip lainnya. Hal ini
mengingat bahwa gejala dan fakta, baik yang bersifat alam, manusia
maupun buatan manusia, tersebarnya di permukaan bumi tidak merata di
wilayah satu dengan wilayah lainnya.

Geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari kenampakan


fenomena geosfer di permukaan bumi. Fenomena geosfer yang menjadi
obyek material geografi tersebut, dikaji dimulai dari melihat lokasi dimana
(where), kemudian dilanjutkan dengan tahapan analisis mengapa (why)
fenomena tersebut terjadi, dan selanjutnya dikaji bagaimana (how),
keterkaitannya dengan gejala lain. Setiap daerah memiliki karakteristik
alam, fisik, manusia, dan sosial budaya yang bervariasi, masing-masing
keunikan yang mengacu pada potensi daerah tersebut. sehingga memahami
geografi akan dapat mengasah kecerdasan keruangan (spatial intellegent)
seseorang (Rijanta, 2013)

C. Dinamika Penduduk
Penduduk dalam satu wilayah menjadi faktor penting dalam pelaksanaan
pembangunan. Penduduk dapat menjadi modal pembangunan juga menjadi
target pembangunan. Pengambilan kebijakan di suatu daerah akan sangat
dipengaruhi oleh jumlah penduduk, pertumbuhan, persebaran, serta
kepadatan penduduk di wilayah tersebut. Penduduk suatu wilayah

85
didefinisikan sebagai orang yang biasa (sehari-hari) tinggal di wilayah itu.
Cara ini disebut juga menggunakan konsep usual residence.

Persebaran penduduk, konsentrasi penduduk di setiap, permukaan bumi


tidaklah sama. Manusia hidup tersebar di setiap penjuru dunia secara tidak
merata. Bahkan di setiap negara dari hasil sensus yang dilakukan, setelah
dipetakan tampak bahwa tempat tinggal penduduk tersebar secara tidak
merata. Tugas geografi kemudian adalah melakukan analisis mengapa
persebaran itu tidak merata, membandingkan kharakteristik geografis
wilayah yang padat dan yang jarang penduduknya, serta menggali faktor-
faktor geografis manakah yang mempengaruhi persebaran penduduk tak
merata.

Perubahan penduduk, setiap wilayah di muka bumi ini tidak pernah


mengalami peristiwa-peristiwa kependudukan yang tetap untuk jangka
waktu tertentu. Senantiasa terjadi perubahan-perubahan karena di setiap
wilayah pasti terjadi kelahiran, kematian, atau berpindah tempat. Oleh
karena itu kajian fenomena penduduk tidak berhenti pada suatu dekade
saja, tetapi senantiasa dilakukan secara terus-menerus.

 Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan hasil SP2010 adalah
sebesar 237.641.326jiwa. Jika dibandingkan dengan sensus
penduduk terdahulu maka dapat dilihat bahwa jumlah penduduk
Indonesia terus mengalami peningkatan. Gambar 1 menunjukkan
jumlah penduduk hasil sensus dari tahun 1930 sampai tahun 2010.
Sensus Penduduk 1930 diselenggarakan oleh pemerintah Hindia
Belanda. Sensus Penduduk 1961 adalah sensus pertama setelah RI
merdeka. Jumlah penduduk hasil Sensus Penduduk tahun 2020 oleh
Badan Pusat Statistik (BPS) sebesar 270,20 juta jiwa. Bertambah
32,56 juta jiwa dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010.

86
Berdasarkan data BPS, selama 2010-2020 rata-rata laju
pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 1,25 persen per tahun,
yang dipengaruhi oleh faktor kelahiran, kematian, dan juga migrasi.
Laju pertumbuhan penduduk Indonesia dari periode ke periode
memiliki kecenderungan menurun, salah satu penyebabnya adalah
kebijakan pemerintah untuk menekan laju pertumbuhan penduduk
lewat program Keluarga Berencana yang diluncurkan sejak tahun
1980. SP 2020 adalah sensus penduduk yang ke-7 dengan tema
besar yang diusung adalah mencatat Indonesia menuju Satu Data
Kependudukan menuju Indonesia Maju. Data sensus penduduk
tidak hanya bermanfaat untuk membuat perencanaan di masa kini
tetapi juga mengantisipasi apa yang akan terjadi di masa depan
dengan cara membuat proyeksi penduduk sampai dengan tahun
2050. Berdasarkan Data Kependudukan Dunia tahun 2015,
Indonesia berada pada urutan ke-empat dengan jumlah penduduk
yang mencapai 256 juta jiwa setelah Cina (1.372 juta jiwa), India
(1.314 juta jiwa), dan Amerika Serikat (321 juta jiwa).

 Persebaran Penduduk
Persebaran penduduk di Indonesia tidak merata baik persebaran
antarpulau, provinsi, kabupaten maupun antara perkotaan dan
pedesaan. Akibat dari tidak meratanya penduduk, yaitu luas lahan
pertanian di Jawa semakin sempit. Lahan bagi petani sebagian
dijadikan permukiman dan industri. Sebaliknya banyak lahan di luar
Jawa belum dimanfaatkan secara optimal karena kurangnya sumber
daya manusia.

Persebaran penduduk sangat terkait dengan kepadatan penduduk,


karena penduduk yang tersebar tidak merata menunjukkan ada
daerah yang merupakan tempat akumulasi penduduk karena
kesuburan atau fasilitas lainnya sehingga menjadi tempat yang

87
menarik untuk menjadi tempat tinggal dan tempat mencari nafkah.
Demikian juga sebaliknya.

 Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk kasar atau crude population density (CPD),
adalah ukuran yang menggambarkan jumlah penduduk untuk setiap
kilometer persegi luas wilayah. Luas wilayah yang dimaksud adalah
luas seluruh daratan pada suatu wilayah administrasi. Kepadatan
penduduk Indonesia berdasarkan hasil SP2010 adalah sebesar 124
jiwa/km2. Dibandingkan dengan hasil sensus sebelumnya angka ini
meningkat, karena tahun 2000 angka kepadatan penduduk Indonesia
adalah 107 jiwa/km2. Hasil SP 2020 menunjukkan, dengan luas
daratan Indonesia sebesar 1,9 juta kilometer persegi, maka
kepadatan penduduk Indonesia pada tahun 2020 adalah sebanyak
141 jiwa per kilometer persegi. Dengan luas sekitar 7 persen dari
total wilayah Indonesia, Pulau Jawa dihuni oleh 151,6 juta jiwa atau
56,10 persen penduduk Indonesia, diikuti Sumatra (21,68 persen),
Sulawesi (7,36 persen), Kalimantan (6,15 persen), Bali-Nusa
Tenggara (5,54 persen), dan Maluku-Papua (3,17 persen).

Kepadatan penduduk Indonesia antara pulau yang satu dan pulau


yang lain tidak seimbang. Selain itu, kepadatan penduduk antara
provinsi yang satu dengan provinsi yang lain juga tidak seimbang.
Hal itu disebabkan karena persebaran penduduk yang tidak merata.
Kepadatan penduduk erat kaitannya dengan kemampuan wilayah
dalam mendukung kehidupan penduduknya. Daya dukung
lingkungan dari berbagai daerah di Indonesia tidak sama. Daya
dukung lingkungan di Pulau Jawa lebih tinggi dibandingkan dengan
di pulau-pulau lain, sehingga setiap satuan luas di Pulau Jawa dapat
mendukung kehidupan yang lebih tinggi dibandingkan dengan,
misalnya, di Kalimantan, Papua, Sulawesi, dan Sumatera.

88
D. Pengontrolan Dinamika Penduduk
Dalam usaha mengatasi tingginya fertilitas, Ke!uarga Berencana (KB)
berusaha menjarangkan kelahiran anak / menyetop ke!ahiran. Dalam hal
ini usia muda merupakan usia yang mempunyai tingkat produksi tinggi
antara usia 24-29 tahun (usia subur bagi wanita). Sehingga para ahli
kependudukan biasa rnengatakan bahwa rata-rata ibu di Jawa siap
menghasilkan enam orang anak selama usia produktif rnereka 15-49 tahun
(Sudiono, 1980). Bagi pasangan usia subur (PUS) perlu memperhatikan
jarak kelahiran dan jumlah anak. Dengan demikian perlu diperhatikan
beberapa altematif faktor pengendali dalam mengatasi permasalahan
tersebut eli atas, antara lain:

 Penduduk Umur Muda


Sudah barang tentu peranan umur dalam perkawinan amat
menentukan, yaitu yang berkaitan dengan program Keluarga
Berencana dalam hal memperlambat atau mempertinggi usia kawin.
Berbicara mengenai umur, apabila dikaji lebih lanjut dalam hubungan
nya dengan segi fisiologik, psikologis dan sosial dalam kaitannya
dengan masalah pe'rkawinan. Aspek-aspek tersebut berpengaruh
terhadap tingkat kelahiran anak. Sering terjadi atau berlaku bagi orang-
orang di desa (orang tua) melakukan perkawinan pacta anaknya yang
hanya cukup dilihat dari segi fisiologiknya saja. Dimana sekiranya
anak dilihat dari segi fisiologiknya besar dan tinggi (dalam
BahasaJawa Longgor) yang sebenamya anak tersebut mungkin baru
lulus SD, SLTP atau SLTA.
Dengan demikian apabila seseorang melakukan perkawinan di bawah
umur, pasangan tersebut dalam berumah tangga akan dihadapkan pada
beberapa hambatan, misalnya perawatan dan pengasuhan anak. Sesuai
dengan program Keluarga Berencana (KB) generasi muda yang hendak
melangsungkan perkawinan akan lebih baik apabila menunda atau
mengundurkan usia kawin hingga ma"tang (moral restraint). Dengan
memperlambat usia perkawinan b e rakibat menurunnya jangka waktu

89
reproduksi. Dalam masa penurulaan perkawinan tersebut kepada para
generasi muda harus diberikan waktu untuk benar-benar siap segalanya
baik dari segi fisik maupun segi berfikir akan lebih mampu.

 Masalah Kesehatan
Pada perkawinan usia muda umumnya pengetahuan tentang kesehatian
dirinya dan lingkungan relatif masih kurang. Padahal masalah
kesehatan adalah merupakan faktor penunjang kehidupan keluarga.
Sekelompok keluarga besar yang hidup daJam suasana tidak sehat dan
selalu dihadapkan pada penyakit menul ar maka rumah tangga tersebut
mempunyai resiko kematian balita yang tinggi. Untuk itu, setiap
generasi yang melangkahkan ke jenjang perkawinan hendak lah
memperhatikan terhadap bidang kesehatan dimana perlunya makanan
sehat, air bersih, lingkungan yang bersih dan sebagainya. Dengan
sendirinya setiap generasi muda apabila usia sudah saatnya untuk
melakukan perkawinan dengan ketentuan usia sudah memadai. Maka
hendaklah bagi caJon suami atau istri bisa mengatur jarak dan jumlah
fertilitas anak yang sesuai dengan ani keschatan yang sebenarnya.

 Pendidikan Moral
Menciptakan kondisi kehidupan beragama bagi para remaja sangat
penting. Tuntunan agama yang bisa membawa perbaikan moral, adalah
mengingat generasi muda merupakan masa yang penuh sifat egois, dan
gejolak emosional yang tinggi yang menyebabkan jiwa para remaja
bersifat Jabil mudah tergoda oleh pengaruh luar yang negatif/ bujukan
setan. Apabila kita sebagai seorang dewasa atau orang tua membiarkan
mereka tanpa anjuran-anjuran untuk mengendalikan perbuatan seksual
yang belum saatnya (dibawah umur) tanpa lewat pendidikan moral
tersebut, maka mereka biasanya banyak yang terjerumus ke lembar
kemaksiatan seksual. Untuk itu suatu tindakan efektif yang dapat
membantu para pemuda diperlukan lewat tuntunan agama yang bisa
menyadarkan kepada mereka agar mereka tidak melakukan tindakan

90
seksual yang membuahkan fertilitas di luar ketentuan hukum. Maka
faktor agama sebagai faktor kendali yang senantiasa bisa mengerem
hal-hal tersebut di atas.

SOAL LATIHAN
1. Apa yang dimaksud dengan penduduk?
2. Apa yang dimaksud dengan dinamika penduduk?
3. Seperti apa keterkaitan antara tingginya jumlah penduduk dan
permasalahannya lingkungan?
4. Apa yang dimaksud dengan mobilitas penduduk?
5. Seperti apa pengaruh tingginya kepadatan penduduk dengan
permasalahan kesehatan penduduk?

91
BAB VII

PENGELOLAAN DINAMIKA KERUANGAN PENDUDUK

A. Pengelolaan Dinamika Keruangan Penduduk


Pengelolaan berasal dari kata kelola, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
berarti memimpin, mengendalikan, mengatur, dan mengusahakan agar lebih
baik, lebih maju, serta bertanggung jawab atas pekerjaan tertentu. Pengelolaan
adalah proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan dan tujuan
memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan dan
pencapaian tujuan. Pengelolaan bisa diartikan sebagai manajemen, yaitu suatu
proses kegiatan yang dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan-
penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi
yang telah ditentukan.

Menurut Terry, mengartikan fungsi pengelolaan sebagai usaha untuk


mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya melalui usaha orang lain.
Pengelolaan tidak akan terlepas dari kegiatan sumber daya manusia yang ada
dalam suatu kantor, instansi, maupun organisasi. Manajer yang baik selalu
bekerja dengan langkah-langkah manajemen yang fungsional, yaitu
merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengontrol.

Dinamika penduduk berasal dari dua kata yaitu dinamika dan penduduk.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dinamika adalah gerak (dari
dalam) atau tenaga yang menggerakkan atau semangat. Sedangkan penduduk
menurut KBBI berarti orang atau orang-orang yang mendiami suatu tempat
(kampung, negeri, pulau, dan sebagainya).

Berdasarkan pengertian dua kata dinamika dan penduduk, maka Dinamika


penduduk adalah suatu pergerakan dan pertumbuhan orang atau orang-orang

92
yang dipengaruhi berbagai macam hal yang terjadi di suatu wilayah dan terjadi
dari waktu ke waktu.

Pendekatan keruangan adalah upaya dalam mengkaji rangkaian persamaan


dari perbedaan fenomena geosfer dalam ruang. Analisis keruangan merupakan
pendekatan yang khas dalam geografi, sebab merupakan studi tentang
keanekaragaman ruang muka bumi dengan membahas masing masing aspek-
aspek keruangannya.

Dalam pertumbuhannya, penduduk di suatu wilayah akan berbeda dengan


wilayah lainnya. Ada wilayah yang mengalami pertumbuhan penduduk
dengan cepat, sehingga menyebabkan kepadatan penduduk dan ada juga
wilayah yang pertumbuhan penduduknya tidak begitu cepat, sehingga bisa
menyebabkan kekurangan penduduk.

Kepadatan penduduk atau kekurangan penduduk akan sangat memengaruhi


pertumbuhan suatu wilayah, baik itu dari segi kesehatan, segi ekonomi, segi
pendidikan, segi pendapatan, dan lain-lain. Oleh karena itu, setiap wilayah
sudah seharusnya memiliki data kependudukan yang baik dan jelas agar
pertumbuhan suatu wilayah bisa berjalan dengan optimal dan mudah untuk
menemukan solusi dari permasalahan yang sedang terjadi.

Kegiatan pembangunan, baik di sektor ekonomi, sosial, budaya, politik


maupun sektor lainnya, selalu terjadi hubungan atau interaksi antara manusia
dengan lingkungan sekitarnya (Colby, 1990). Interaksi manusia dengan
lingkungan memiliki pengaruh terhadap sumber daya alam.

B. Dampak Dinamika Penduduk Terhadap Keruangan Penduduk


Tak bisa dipungkiri bahwa semakin banyaknya jumlah penduduk pada suatu
wilayah, maka akan semakin banyak dampak yang akan muncul. Dampak-
dampak dinamika penduduk sebagai berikut.

93
1. Rendahnya Tingkat Pendidikan
Pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin cepat dan angka
kematian bergerak lambat menyebabkan penduduk kesulitan untuk
mendapatkan pendidikan yang pantas. Tingkat pendidikan yang rendah
bisa mengakibatkan terjadinya keterlambatan dalam pembangunan
terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Tingkat
pendidikan yang rendah menandakan bahwa kualitas pendidikan
penduduk pada suatu wilayah sangat rendah. Banyaknya jumlah
penduduk anak-anak membuat fasilitas pendidikan di suatu wilayah tak
mampu menampungnya, sehingga banyak anak-anak yang terpaksa
tidak menempuh pendidikan. Selain itu, rendahnya tingkat pendidikan
bisa disebabkan karena kemampuan ekonomi masyarakat rendah,
sehingga harus membantu orang tua bekerja.

2. Rendahnya Tingkat Kesehatan
Kesehatan masyarakat sudah menjadi kebutuhan hidup yang harus
dimiliki oleh setiap penduduk. Banyaknya penduduk yang sehat di
suatu wilayah membuktikan bahwa kesejahteraan penduduk tersebut
terjamin. Akan tetapi, dengan adanya dinamika penduduk pada suatu
wilayah mengakibatkan tingkat kesehatan penduduk semakin rendah.
Hal ini terjadi karena fasilitas kesehatan belum memadai untuk
menampung banyaknya pasien yang sakit. Selain itu, lingkungan yang
semakin kotor dan air bersih sulit didapatkan membuat kesehatan
penduduk menurun.

3. Kesejahteraan Penduduk Semakin Rendah


Setiap penduduk yang tinggal di suatu negara seharusnya mendapatkan
kesejahteraan. Kesejahteraan yang dimiliki oleh setiap penduduk,
maka roda perekonomian akan berjalan dengan baik. Akan tetapi,
pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin cepat dan angka
kematian bergerak lambat menandakan bahwa tingkat kesejahteraan
masyarakat menjadi rendah. Tingkat kesejahteraan penduduk yang

94
menurun bisa dapat dilihat melalui pendapatan penduduk yang sangat
kecil. Rendahnya kesejahteraan penduduk disebabkan karena adanya
dinamika penduduk, sehingga banyak penduduk yang mengalami
kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan. Dengan kata lain, dinamika
penduduk bisa menyebabkan angka pengangguran meningkat.
Penduduk yang tidak mendapatkan pekerjaan akan kesulitan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.

4. Kondisi Alam yang Semakin Rusak


Manusia sangat bergantung pada kondisi alam yang ada karena kondisi
alam yang sehat dan baik akan memberikan kesehatan pada manusia.
Selain itu, kondisi alam yang baik bisa dijadikan sebagai sumber
penghasilan bagi setiap penduduk. Namun, penduduk yang sering
menggunakan sumber daya alam bisa menyebabkan kondisi alam
terganggu. Kondisi alam yang terganggu bisa membuat kesejahteraan
penduduk menurun dan kesehatan penduduk juga menurun. Bukan
hanya itu, pertumbuhan penduduk yang semakin cepat bisa membuat
tempat untuk bercocok tanam semakin sedikit karena banyaknya lahan
yang dijadikan perumahan. Hal seperti ini bisa membuat penyerapan
air semakin berkurang, tetapi penggunaan air tanah semakin
bertambah.

5. Persebaran Penduduk Tidak Merata


Dalam suatu wilayah pasti memiliki keterbatasan atau kemampuan
dalam menampung penduduk yang menetap di wilayah tersebut. Oleh
sebab itu, penduduk akan mencari tempat yang lebih layak untuk
bertahan hidup, maka terjadilah peresebaran penduduk itu. Persebaran
penduduk yang tidak merata membuat pertumbuhan ekonomi pada
suatu wilayah menjadi tidak merata. Bukan hanya pertumbuhan
ekonomi saja, tetapi fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan juga tidak
merata, sehingga terjadi kesenjangan sosial antar wilayah. Terjadinya
dinamika penduduk pada suatu wilayah terjadi karena disebabkan oleh

95
tiga hal, yaitu kelahiran, kematian, dan migrasi. Dinamika penduduk
banyak sekali memunculkan persamalahan-permasalahan baru yang
berkaitan dengan kehidupan manusia. Oleh karena itu, pemerintahan
harus bergerak dengan cepat supaya permasalahan yang muncul dari
dinamika penduduk dapat diselesaikan.

C. Cara Mengatasi Dinamika Penduduk


1 Program Keluarga Berencana (KB)
Seperti yang kita tahu bahwa pertumbuhan penduduk yang terus
meningkat disebabkan karena banyaknya angka kelahiran dalam satu
tahun. Angka kelahiran yang terus bertambah tanpa dibarengi dengan
berbagai macam pembangunan dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang
baik akan berdampak buruk bagi penduduk dan wilayah itu sendiri. Oleh
sebab itu, supaya angka kelahiran tidak terus menerus mengalami
peningkatan, salah satunya dengan menyebarkan informasi terhadap
masyarakat luas terhadap program Keluarga Berencana (KB). Dengan
informasi program KB disebarluaskan dengan baik, maka masyarakat akan
sadar bahwa program ini memiliki banyak manfaat untuk keluarga dan
lingkungan. Lingkungan akan menjadi terkendali dan tidak mudah
tercemar karena pertumbuhan penduduk bisa dikendalikan dengan baik.

2 Meningkatkan Kualitas Pendidikan


Cara berikutnya yang dapat digunakan untuk mengatasi tingginya
pertumbuhan penduduk adalah meningkatkan kualitas pendidikan.
Semakin banyak penduduk yang mendapatkan pendidikan dengan kualitas
dengan baik, maka kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) semakin baik
juga. Semakin baik kualitas SDM, maka peluang untuk memiliki
keterampilan dan pengetahuan akan semakin besar, sehingga akan lebih
mudah untuk mendapatkan pekerjaan. Selain itu, meningkatkan kualitas
pendidikan akan menyadarkan banyak penduduk bahwa laju pertumbuhan
penduduk yang terus menerus dibiarkan meningkat akan memberikan
dampak negatif bagi penduduk atau lingkungan masyarakat itu sendiri.

96
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, sebaiknya dilakukan dengan
memperbanyak sekolah-sekolah dan guru-guru yang berkompeten,
sehingga para siswa bisa memperoleh pengetahuan dan keterampilan
dengan maksimal.

3 Menciptakan Lapangan Pekerjaan


Cara mengatasi tingginya pertumbuhan penduduk yang ketiga adalah
menciptakan lapangan pekerjaan. Banyaknya lapangan pekerjaan, maka
akan mengurangi angka pengangguran, sehingga masyarakat memiliki
penghasilan tetap yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari. Selain itu, di sisi lainnya dengan menciptakan lapangan
pekerjaan diharapkan dapat meningkatkan tingkat pendidikan semakin
tinggi. Selain itu, dengan banyaknya lapangan pekerjaan, pola hidup
masyarakat diharapkan bisa berubah terutama dalam hal pertumbuhan
penduduk. Pertumbuhan penduduk yang bisa dikendalikan akan membuat
sistem kependudukan pada suatu wilayah menjadi terkendali, sehingga
masyarakat bisa hidup lebih layak atau lebih sejahtera. Jika, masyarakat
sudah hidup sejahtera, maka tingkat kesehatan masyarakat juga semakin
meningkat.

4 Melakukan Pemerataan Pembangunan


Pemerataan bangunan merupakan salah satu cara mengatasi tingginya
pertumbuhan penduduk. Hal ini dikarenakan pemerataan pembangunan
bisa membuat masyarakat tidak perlu pindah atau bermigrasi pada wilayah
tertentu saja, sehingga kepadatan penduduk bisa dihindari. Selain itu,
pemerataan pembangunan juga diharapkan bisa mengurangi angka
pengangguran, sehingga banyak masyarakat yang mendapatkan pekerjaan.
Pembangunan yang semakin merata ini perlu dilakukan oleh pemerintah
karena bisa memengaruhi kepadatan penduduk dan membangun
perekonomian menjadi lebih baik. Ekonomi yang baik ini bisa
memberikan manfaat bagi penduduk, lingkungan, hingga negara. Oleh

97
sebab itu, jangan terlalu lama menunda-nunda melakukan pemerataan
pembangunan.

5 Meningkatkan Fasilitas Kesehatan


“Bangsa yang sehat adalah bangsa yang cerdas” mungkin pepatah itu
masih berlaku hingga sekarang karena tanpa masyarakat yang sehat suatu
pembangunan akan tidak berjalan dengan maksimal. Oleh sebab itu, sudah
seharusnya bagi pemerintah untuk meningkatkan fasilitas kesehatan
terutama pada wilayah-wilayah yang sulit terjangkau. Terlebih lagi,
fasilitas kesehatan yang terus ditingkatkan akan memudahkan penyebaran
informasi program KB kepada masyarakat. Jika, program KB semakin
tersebar dengan cepat, maka pertumbuhan penduduk juga bisa
dikendalikan, sehingga tidak terjadi kepadatan penduduk. Alangkah
baiknya, fasilitas kesehatan ini dimulai dari pembangunan Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).

SOAL LATIHAN

1) Mengapa penduduk dapat digolongkan menjadi 2 jenis? Berdasarkan apa


penduduk terbagi menjadi 2 golongan? Lalu apakah warga negara asing
yang berdomisisili di Indonesia dapat dikatakan sebagai penduduk?
Jelaskan secara terperinci!
2) Apakah yang dimaksud dengan warga negara dan warga negara Indonesia
jelaskan perbedaannya dengan penduduk? Lalu Apa perbedaan warga
negara dan penduduk serta bagaimana kedudukannya di dalam suatu
negara?
3) Mengapa penduduk dalam suatu wilayah menjadi faktor penting dalam
pelaksanaan pembangunan?
4) Ruang merupakan suatu unsur lingkungan, wadah bagi manusia dan
mahkluk hidup dalam melakukan aktivitas untuk kelangsungan hidup, dan
benda tidak hidup yang menyertainya menjadi satu kesatuan wilayah. Lalu
bagaimana proses keruangan itu sebenarnya?

98
5) Mengapa dinamika keruangan penduduk dapat mempengaruhi tingkat
pendidikan dan kesehatan yang ada ? Dan Bagaimana peranan pemerintah
dalam menekan laju pertumbuhan dinamika penduduk yang tidak
terkendali?

DAFTAR PUSTAKA

Supriatna, N., & Mamat Ruhimat, K. (2006). IPS Terpadu (Sosiologi, Geografi,


Ekonomi, Sejarah). PT Grafindo Media Pratama.

Suasti, Y. (2015). Perubahan Komposisi Penduduk Kabupaten di Sumatera


Barat. Jurnal Geografi, 4(1), 1-15.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2021. “Potret Sensus Penduduk 2020”. Katalog BPS
2102041, diakes dari http://www.bps.go.id/
Bayu, Dimas. (2022, 16 Februari). “Sebanyak 86,9% Penduduk Indonesia
Beragama Islam”. Diakses pada 19 Mei 2022, dari
https://dataindonesia.id/ragam/detail/sebanyak-869-penduduk-indonesia-
beragama-islam.

Ainy, H., Nurrochmah, S., & Katmawanti, S. (2019). Hubungan Antara Fertilitas,
Mortalitas, Dan Migrasi Dengan Laju Pertumbuhan Penduduk. Preventia:
The Indonesian Journal of Public Health, 4(1), 15-22.

Heri Sunaryanto. 2015. Dampak Fertilitas Terhadap Kebutuhan Dasar Keluarga.


Vol. 1 (1): 48.

Marhaeni, Agung. 2018. Pengantar Kependudukan Jilid 1. Denpasar: CV. Sastra


Utama.

Munir, R. Budiarto. 1986. Teori-teori Kependudukan. Jakarta: Bina Aksara

Sunaryanto, H. (2012). Analisis Fertilitas Penduduk: Provinsi Bengkulu. Jurnal


Kependudukan Indonesia, 7(1), 19-38.

Istiyani, Yunita Nia Muji. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi


Fertilitas di Desa Piasa Wetan dan Gumelem Kulon Kecamatan Susukan

99
Kabupaten Banjarnegara. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Muhammad Arif Fahrudin Alfana, Widha Ayu Nur Permata Hanif dan Maulida
Iffani. 2015. Mortalitas di Indonesia (Sejarah Masa Lalu dan Proyeksi ke
Depan).
Sumber: Pupulation Reference Bureau, 2015
Sukim, Rudi Salam. 2018. Pola Fertilitas Wanita Usia Subur di Indonesia:
Perbandingan Tiga Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (2002,
2007 dan 2012). Jurnal Aplikasi Statistika & Komputasi Statistik V.10

Goodall, Brian. 1987. Human Geography. Dictionary.London. Penguin


Group.

Abdul Rachman Saleh, Pendidikan Kependudukan Unit Pelaksana Keperdudukan


dan Keluarga Benncana, Depanemen Agama, jakarta, 1982.

Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling Perkawinan, Penerbit Fakultas


Psikologi UGM, Yogyakarta, 1984.

BSE. Dinamika Penduduk. Bab 2. http://www.crayonpedia.org/mw/BSE:


Dinamika_Penduduk_8.1_BAB_2 [15:06, 27 Agustus 2009].

Chapter 4. Prentice-Hall, Inc. Englewood Cliffs, New Jersey 07362.


http://akuinginhijau.org/2008/05/04/pertumbuhan_penduduk/. [4 Mei,
2008] Pertumbuhan Penduduk: Ancaman Terbesar MasalahLingkungan,
2008

Daldjoeni, N. 1987. Geografi Desa dan Kota. Bandung. Penerbit Alumni.

de Sherbinin, Alex. 1996. Introduction: Water and Population Dynamics: Local


Approaches to a Global Challenge, IUCN-The World Conservation Union,
http://www.aaas.org/international/ehn/ waterpop/desherb.htm

Departement Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan 2015. Jakarta.


Depkes RI.

Department for International Development (DFID). 1999. Sutainable Livelihoods


Building on Strengths. London SWIE 5JL UK.

100
Goodman, Alvin S., 1984. Principles of Water Resources Planning: Estimates of
Population and Water Needs.

Junaidi Hardiani. 2009. Dasar-Dasar Teori Ekonomi Kependudukan.

Junaidi, J. and Hardiani, H., 2009. Dasar--Dasar Teori Ekonomi Kependudukan.

Kesatria Damanik, R. & Aprilia Sidauruk, S. (2020) Pengaruh Jumlah Penduduk


dan PDRB Terhadap Kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara. Jurnal
Darma Agung. 28(3), 358-368
Pujiwati, L.A., Dinamika Penduduk dan Pembangunan.

Wardhana, A., Kharisma, B. and Noven, S.A., 2020. Dinamika Penduduk Dan
Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia. Buletin Studi Ekonomi. Vol, 25(1).

Warlina, L., 2019. Materi: Dinamika Penduduk.

Yunus, Hadi Sabari. 2010. Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer.


Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

101

Anda mungkin juga menyukai