Anda di halaman 1dari 21

NILAI TANGGAL PENGUMPULAN

(19 Mei 2023)


(…………..)

LAPORAN PRAKTIKUM
PENGINDRAAN JAUH DASAR

ACARA : INTERPRETASI PENUTUP LAHAN DAN PENGGUNAAN LAHAN


MENGGUNAKAN CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI

Oleh :

Nama : Ashkia Janar Raihana


NIM : 3211422036
Nama Dosen : 1. Dr. Tjaturahono Budi Sanjoto M.Si.
2. Vina Nurul Husna S.Si.,M.Si
Nama Asisten : 1. Mohammad Bilal Suryadi
2. Wirdha Alifah

LABORATORIUM GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2023
A. JUDUL

INTERPRETASI PENUTUP DAN PENGGUNAAN LAHAN MENGGUNAKAN


CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI
B. TUJUAN

1. Mahasiswa dapat mengetahui interpretasi citra

2. Mahasiswa dapat mengetahui macam-macam unsur interpretasi citra

3. Mahasiswa dapat mengidentifikasi penutup/Penggunaan lahan pada citra satelit

4. Mahasiswa dapat mendeliniasi untuk membuat peta tentative penutup/ Penggunaan


lahan

5. Mahasiswa dapat mengetahui unsur interpretasi citra

C. ALAT DAN BAHAN

a. Alat

1. Laptop

2. Microsoft office

3. Drawing pen OPF (hitam, biru, coklat, hijau, orange)

4. Pensil

5. Penggaris

6. Penghapus

b. Bahan

1. Cover

2. Foto udara monoskopis

3. Kertas kalkir
D. DASAR TEORI

1. Definisi Penginderaan Jauh

Penginderaan jauh adalah proses pengambilan informasi tentang objek,


daerah atau fenomena di bumi atau di permukaan lainnya, dengan menggunakan
sensor yang dipasang pada pesawat udara atau satelit. Teknologi ini memanfaatkan
cahaya atau energi elektromagnetik yang dipancarkan atau dipantulkan oleh objek
atau permukaan tersebut, dan kemudian ditangkap oleh sensor untuk diolah menjadi
citra atau informasi yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti
pemetaan, analisis lingkungan, pemantauan bencana alam, dan lain sebagainya.
Penginderaan jauh merupakan salah satu aplikasi penting dari ilmu geospasial dan
juga teknologi informasi. Ada pula pengertian penginderaan jauh menurut para ahli
yaitu sebagai berikut:

a. Menurut Lillesand dan Kiefer (2007), penginderaan jauh adalah proses


mendapatkan informasi tentang objek atau fenomena di permukaan bumi dengan cara
merekam, mengukur, dan menganalisis cahaya dan radiasi elektromagnetik yang
dipantulkan atau dipancarkan oleh objek atau fenomena tersebut.

b. Menurut Jensen (2016), penginderaan jauh adalah suatu teknologi yang


memungkinkan untuk mengukur, merekam, dan memproses data radiasi
elektromagnetik yang dipancarkan atau dipantulkan oleh objek atau fenomena di
permukaan bumi, dengan menggunakan sensor yang terpasang pada pesawat atau
satelit.

c. Menurut Sabins (1997), penginderaan jauh adalah proses mendapatkan informasi


tentang objek atau fenomena di permukaan bumi dengan cara merekam dan
menganalisis energi elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan oleh objek
atau fenomena tersebut, dengan menggunakan sensor yang terpasang pada pesawat
atau satelit.

d. Menurut Richards dan Jia (2014), pengindraan jauh adalah suatu teknologi yang
digunakan untuk mendapatkan informasi tentang objek atau fenomena di permukaan
bumi dengan cara merekam dan menganalisis sinyal elektromagnetik yang
dipancarkan atau dipantulkan oleh objek atau fenomena tersebut. Teknologi ini dapat
digunakan untuk berbagai tujuan, seperti pemetaan, pemantauan lingkungan, dan
analisis geospasial.

2. Definisi Interpretasi Citra


Interpretasi citra adalah proses menganalisis dan menafsirkan informasi yang
terdapat dalam citra penginderaan jauh dengan tujuan untuk mengidentifikasi objek,
fenomena, atau kondisi yang ada di permukaan bumi. Interpretasi citra dilakukan
dengan mengamati dan membandingkan pola-pola, warna, tekstur, bentuk, dan ukuran
obyek atau fenomena yang terlihat pada citra dengan menggunakan pengetahuan
tentang lingkungan, geologi, hidrologi, vegetasi, dan faktor lain yang dapat
mempengaruhi kondisi permukaan bumi. Interpretasi citra digunakan dalam berbagai
bidang seperti pemetaan, pengelolaan sumber daya alam, pemantauan lingkungan, dan
penelitian ilmiah.
Adapun definisi interpretasi citra menurut para ahli yaitu sebagai berikut:
1. Este dan Simonett (1975), Interpretasi citra dapat didefinisikan sebagai perbuatan
mengkaji foto udara atau citra dengan tujuan untuk mengidentifikasi obyek dan
menilai arti pentingnya obyek tersebut.
2. Umali 1983 berpendapat bahwa interpretasi citra adalah kegiatan permukaan bumi
yang melalui 3 tahapan yaitu Tahap analisis, citra Tahap interpretasi citra, Tahap
interpretasi disipliner terinci dan melihat dari warna serta ronanya.
3. Menurut Jensen (2005) interpretasi citra adalah proses mengubah data citra
menjadi informasi yang berguna dengan mengidentifikasi, menafsirkan, dan
mengklasifikasikan objek atau fenomena yang terlihat pada citra. Proses ini
melibatkan penggunaan perangkat lunak komputer untuk analisis citra.
4. Menurut Lu and Weng (2007) interpretasi citra adalah proses mengidentifikasi,
mengklasifikasikan, dan memperoleh informasi dari citra pengindraan jauh. Proses
ini melibatkan pengamatan visual dan analisis citra, serta penggunaan teknologi
seperti sistem informasi geografis (GIS) dan analisis spasial untuk memperoleh
informasi yang lebih detail dan akurat

Sehingga dapat disimpulkan bahwa interpretasi citra adalah sebuah proses


menganalisis dan memahami sebuah citra atau gambar yang diambil dari satelit atau
pesawat udara yang melintas pada area yang diamati sehingga mendapatkan
informasi dari citra tersebut yang dapat berguna dalam keberlangsungan pemetaan
dan lain-lain.

3. Macam-macam unsur interpretasi citra

1) Rona dan Warna


Rona dan warna adalah konsep yang berbeda dalam penginderaan jauh dan
pemrosesan citra. Rona mengacu pada variasi kecerahan atau kegelapan pada
citra, sedangkan warna mengacu pada kualitas yang dirasakan dari cahaya
yang dipantulkan atau dipancarkan oleh objek yang diamati. Dalam
penginderaan jauh, rona umumnya diukur dalam satuan intensitas atau
kecerahan seperti level keabuan atau indeks reflektansi, sementara warna
diwakili oleh spektrum warna yang terlihat pada citra. Pada citra grayscale
atau citra hitam putih, hanya terdapat variasi rona atau kecerahan dari yang
paling gelap hingga yang paling terang. Sementara pada citra berwarna,
informasi warna dapat memberikan informasi tambahan tentang objek atau
fenomena yang diamati, seperti jenis tanaman, kedalaman air, atau kepadatan
urban.Untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap dari citra,
interpretator citra sering kali menggunakan kedua konsep ini bersama-sama
dalam proses analisis dan interpretasi citra.
2) Bentuk
Bentuk adalah salah satu unsur interpretasi citra yang mengacu pada siluet
atau kontur suatu objek yang diamati. Dalam citra, bentuk dapat diartikan
sebagai bagian dari objek yang memiliki bentuk, ukuran, dan orientasi yang
konsisten. Pengenalan bentuk sangat penting dalam penginderaan jauh karena
bentuk dapat memberikan informasi tentang identitas objek, ukuran, dan
posisinya dalam ruang. Contoh bentuk dalam citra termasuk bentuk
bangunan, bentuk objek alam seperti gunung atau sungai, dan bentuk pola
seperti jalur jalan atau pola sawah. Untuk mengidentifikasi dan memahami
bentuk dalam citra, interpretator citra dapat menggunakan algoritma
segmentasi citra atau metode analisis bentuk seperti pengenalan bentuk dan
pemrosesan kontur. Selain itu, interpretator citra juga dapat memanfaatkan
konteks atau informasi spasial tambahan untuk membantu dalam mengenali
bentuk objek dalam citra. Contohnya, bentuk bangunan yang memiliki pola
atau lokasi yang teratur dapat diartikan sebagai area perkotaan atau industri,
sedangkan bentuk yang berbentuk melengkung atau tidak teratur dapat
diartikan sebagai area alami seperti hutan atau sungai.
3) Ukuran
Ukuran adalah salah satu unsur interpretasi citra yang mengacu pada dimensi
suatu objek atau area yang diamati pada citra. Pengukuran ukuran pada citra
dapat dilakukan dengan menggunakan skala atau unit pengukuran yang telah
ditentukan dan diketahui. Ukuran dapat diukur dalam satuan panjang seperti
meter, kilometer, atau piksel. Pengukuran ukuran pada citra dapat
memberikan informasi penting tentang objek yang diamati, seperti ukuran
bangunan, area lahan, dan jarak antara dua objek. Interpretator citra dapat
menggunakan alat pengukuran pada perangkat lunak pengolahan citra untuk
mengukur dimensi dan jarak pada citra, dan kemudian mengkonversi ukuran
piksel menjadi satuan fisik. Selain itu, ukuran pada citra juga dapat diukur
dengan menggunakan metode fotogrametri, yaitu teknik pengukuran dengan
menggunakan citra yang telah diambil dari dua atau lebih sudut pandang yang
berbeda. Metode ini dapat digunakan untuk mengukur ketinggian, kedalaman,
dan topografi permukaan bumi. Pengukuran ukuran pada citra dapat menjadi
bagian penting dari analisis dan interpretasi citra dalam berbagai aplikasi,
seperti pemetaan lahan, pengawasan lingkungan, pemantauan bencana alam,
dan banyak lagi.
4) Bayangan
Bayangan adalah unsur interpretasi citra yang terbentuk akibat perbedaan
intensitas cahaya yang dipantulkan oleh permukaan objek yang diamati dalam
citra. Bayangan biasanya terbentuk di sebelah objek yang memiliki ketinggian
atau relief yang lebih tinggi, dan dapat memberikan informasi tentang bentuk
dan dimensi objek, serta orientasi dan posisinya dalam citra. Bayangan dalam
citra dapat diinterpretasikan dengan memperhatikan intensitas, panjang, dan
arah bayangan yang terbentuk. Bayangan yang terlihat pada citra dapat
memberikan informasi tentang kemiringan, elevasi, dan bentuk permukaan
bumi atau objek seperti bangunan, pepohonan, atau gunung. Pengenalan
bayangan pada citra sangat penting dalam pemetaan dan pemantauan
lingkungan. Contohnya, bayangan yang terlihat pada citra satelit dapat
membantu dalam mengetahui tingkat kerapatan hutan atau lahan pertanian,
atau dapat digunakan untuk memprediksi lokasi yang berpotensi terkena
bencana alam seperti longsor atau banjir. Selain itu, bayangan juga dapat
digunakan sebagai pengendali kualitas pada citra, dimana interpretator citra
dapat memperhatikan kemunculan bayangan dalam citra untuk
mengidentifikasi area yang mungkin terdistorsi atau mengandung noise.
5) Tekstur
Tekstur adalah salah satu unsur interpretasi citra yang merujuk pada pola atau
keadaan permukaan yang dapat terlihat pada citra. Tekstur seringkali
berkaitan dengan perbedaan reflektansi dan geometri permukaan objek yang
diamati, dan dapat memberikan informasi penting tentang sifat fisik dan
kualitas permukaan tersebut. Tekstur dapat diinterpretasikan dengan
memperhatikan pola atau keadaan permukaan pada citra. Objek yang
memiliki tekstur halus biasanya terlihat lebih homogen dan memiliki
intensitas cahaya yang seragam, sedangkan objek yang memiliki tekstur kasar
seringkali memiliki perbedaan intensitas cahaya yang lebih besar dan pola
permukaan yang lebih kompleks.
6) Pola
Pola adalah salah satu unsur interpretasi citra yang merujuk pada tata letak
atau susunan objek pada citra. Pola dapat terlihat pada citra karena adanya
perbedaan geometri, tekstur, atau warna antara objek yang diamati.
Interpretasi pola pada citra dapat memberikan informasi tentang distribusi,
persebaran, dan susunan objek pada permukaan bumi. Misalnya, pola yang
terlihat pada citra permukaan laut dapat memberikan informasi tentang arus
laut, ombak, dan pola aliran yang terjadi di permukaan laut. Pola juga dapat
digunakan untuk mengidentifikasi susunan bangunan, jalan raya, dan
infrastruktur lainnya pada citra permukiman atau perkotaan.
7) Situs
Situs adalah letak suatu objek terhadap objek lainnya di sekitarnya. Dalam
interpretasi citra, situs dapat memberikan informasi tentang hubungan antara
objek atau elemen visual dalam citra.Misalnya, situs dapat memberikan
informasi tentang ukuran dan jarak antara objek atau elemen visual dalam
citra. Situs juga dapat memberikan konteks spasial yang membantu dalam
memahami posisi objek atau elemen visual dalam citra.Selain itu, situs juga
dapat memberikan informasi tentang konteks sosial dan budaya di mana citra
diambil
8) Asosiasi
Asosiasi atau keterkaitan merupakan unsur interpretasi citra yang mengacu
pada hubungan antara objek atau fitur dalam citra satelit atau penginderaan
jauh dengan objek atau fitur lainnya di sekitarnya. Misalnya, pada citra satelit
atau penginderaan jauh yang menampilkan wilayah perkotaan, dapat
ditemukan asosiasi antara jalan raya dengan bangunan-bangunan gedung
perkantoran, pusat perbelanjaan, atau fasilitas umum lainnya seperti stasiun,
bandara, dan sebagainya. Begitu pula dengan asosiasi antara aliran sungai
dengan hutan atau lahan pertanian di sekitarnya. Dengan memahami
keterkaitan atau asosiasi antar objek atau fitur dalam citra satelit atau
penginderaan jauh, maka interpretasi dapat dilakukan dengan lebih baik dan
akurat. Hal ini dapat membantu dalam berbagai aplikasi seperti pemetaan
wilayah, pengelolaan sumber daya alam, pemantauan lingkungan, atau
pemantauan keamanan dan pertahanan.

4. Pengertian Fotogrametri

Fotogrametri adalah ilmu atau teknik yang di gunakan untuk mengukur


dan memetakan suatu objek permukaan bumi dari foto yang diambil oleh satelit.
Kemudian, foto-foto tersebut dianalisis untuk menentukan posisi dan orientasi relatif
antara kamera dan objek yang difoto. Selanjutnya, foto-foto tersebut diproses secara
komputer untuk menghasilkan data yang berguna seperti peta, model 3D, atau data
lainnya. Fotogrametri sering digunakan dalam pemetaan lahan, pemantauan
perubahan permukaan bumi, pemetaan bangunan dan infrastruktur, serta dalam
bidang-bidang lain seperti arkeologi, pemetaan hutan, dan survei geologi. Metode ini
dapat memberikan informasi yang akurat dan detail tentang objek atau area yang
diukur dengan biaya yang relatif lebih rendah dibandingkan metode pengukuran
konvensional.Dalam perkembangannya, teknologi fotogrametri semakin didukung
oleh perangkat lunak dan peralatan yang canggih, termasuk penggunaan drone untuk
pengambilan foto udara. Hal ini telah memungkinkan fotogrametri menjadi metode
yang lebih cepat, efisien, dan akurat dalam pemetaan dan pengukuran. Fotogrametri
adalah metode pengukuran dan pemetaan yang menggunakan fotografi sebagai dasar
untuk menentukan posisi, bentuk, dan ukuran objek di permukaan bumi. Sedangkan
Interpretasi citra adalah proses mengidentifikasi, menganalisis, dan memberikan
makna pada informasi yang terkandung dalam citra atau data citra.

5. Pengertian Citra Resolusi Tinggi

Citra resolusi tinggi adalah citra yang pada umumnya memiliki tingkat
kejelasan, detail, dan ketajaman yang tinggi yang ditentukan oleh jumlah piksel atau
titik gambar per unit area dalam citra. Semakin tinggi jumlah piksel, semakin tinggi
pula resolusi citra. Citra resolusi tinggi dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti
kamera digital profesional, drone, satelit penginderaan jauh, atau kamera dengan
sensor yang lebih besar. Resolusi citra umumnya diukur dalam piksel per inci (pixel
per inch, PPI) atau dot per inci (dots per inch, DPI). Citra resolusi tinggi memiliki
jumlah piksel yang besar per unit area, yang menghasilkan tingkat detail yang lebih
tinggi, ketajaman gambar yang lebih baik, dan kemampuan untuk memperbesar
gambar tanpa kehilangan kualitas atau kejelasan. Penting untuk memahami bahwa
resolusi tinggi tidak hanya tergantung pada jumlah piksel, tetapi juga terkait dengan
kualitas optik, ukuran sensor, dan faktor lainnya yang mempengaruhi reproduksi
gambar yang jelas dan tajam.

6. Contoh Citra Resolusi tinggi

1. Super View-1

Satelit SuperView-1 atau yang disebut GaoJing-1, satelit ini merupakan satelit
konstelasi penginderaan jarak jauh komersial tiongkok yang di operasikan pada
ketinggian 530 km dan sudut fase 90°. Satelit ini menghasilkan citra dengan
resolusi spasial pankromatik 0,5 meter dan multispectral 2 meter. Untuk resolusi
spectral satelit ini yaitu Pankromatik 450-890 µm Multispektral (blue) 450-520
µm, Multispektral (green) 520-590 µm, Multispektral (red) 630-690 µm,
Multispectral Near Infrared 770-890 µm dengan resolusi temporal 2 hari.

2. Spot-6

Satelit Spot-6 yang diluncurkan pada tanggal 9 September 2012. Satelit Spot-6 ini
dirancang oleh AIRBUS Defence & Space, satelit ini memiliki resolusi hingga 1,5
meter untuk pankromatik dan 6 meter untuk multispectral. Data yang dihasilkan
dari satelit Spot-6 ini banyak dipakai untuk bidang pertahanan,
pertanian,Pemantauan tutupan lahan dan hutan, pantai, teknik, minyak, gas, dan
industry pertambangan. Satelit ini memiliki resolusi spectral pankromatik yaitu
450-745 µm dan 4 band multispectral yaitu blue 455-525 µm, green 510-580 µm,
red 655-690 µm, dan infrared 780-920 µm. Untuk sistem kontrol perilaku satelit,
wahana menggunakan sistem kendali 3 sumbu (3–axis stablilized), sedangkan
untuk pengukuran sikap satelit menggunakan pelacak bintang (star tracker), serta
menggunakan GPS untuk informasi lokasi.

3. WorldView-1
Satelit WorldView -1 yang diluncurkan pada tanggal 18 September 2007, di
Pangkalan Angkatan Udara Vandenberg di California, Amerika Serikat.
WorldView-1 merupakan satelit observasi bumi komersial yang dimiliki oleh
perusahaan Maxar Technologies yang dahulunya bernama DigitalGlobe. Satelit
WorldView-1 ini merupakan satelit satu satunya milik perusahaan Maxar
Technologies yang hanya menghasilkan citra dalam moda pankromatik sehingga
tampilan datanya hanya hitam putih seperti pada tabel pembahasan dengan
resolusi spasialnya yaitu 0,5 meter.
4. Spot-7

Satelit Spot-7 yang diluncurkan pada 30 Juni 2014. Satelit Spot-7 memiliki
spesifikasi yang sama dengan Satelit Spot-6 dikarenakan satelit kembar dari
generasi SPOT. Satelit Spot-6 maupun Spot-7 memiliki resolusi spectral yang
sama dengan sensor NAOMI ( New AstroSat Optical Modular Instrumen) yang
lebih tinggi di bandingkan dengan satelit spot sebelumnya yaitu 1,5 meter. Satelit
spot-7

5. Ikonos

Satelit ikonos yang merupakan satelit pertama yang digolongkan satelit dengan
resolusi spasial sangat tinggi mencapai 0,8 meter dengan pankromatik 1 band dan
resolusi spasial mencapai 3,28 m. Pada multispectral terdiri dari 4 band yaitu
multispectral blue 445-516µm, green 506-595 µm, red 632-698 µm dan infrared
757-853 µm. Satelit ikonos mulai meluncur ke angkasa pada tanggal 24
September 1999.

E. LANGKAH KERJA

1. Mahasiswa menyiapkan alat dan bahan untuk praktikum

2. Mahasiswa mendengarkan penjelasan asisten praktikum

3. Mahasiswa menanyakan kepada asisten praktikum bagian yang tidak dimengerti

4. Mahasiswa melakukan pengamatan pada foto udara monoskopis

5. Mahasiswa melakukan identifikasi penutup/penggunaan lahan

6. Mahasiswa melakukan delineasi pada foto udara berdasar penutup/penggunaan


lahan yang teridentifikasi
7. Mahasiswa melayout hasil delineasi untuk menjadi peta tentative
penutup/penggunaan lahan
8. Mahasiswa mengisi tabel unsur interpretasi dan tabel kunci interpretasi

9. Mahasiswa mencari referensi melalui web, buku maupun jurnal

10. Mahasiswa Menyusun laporan praktikum secara sistematis

11. Mahasiswa mengumpulkan laporan praktikum kepada asisten praktikum tepat waktu
F. PEMBAHASAN

1. Hasil Pengamatan

a. Hasil layout delineasi (terlampir)

b. Tabel pengisian unsur interpretasi (terlampir)


2. Analisis

Penginderaan jauh adalah suatu proses dalam mengambil suatu informasi


dari kenampakan bumi atau objek di permukaan bumi melalui foto udara yang diambil
menggunakan pesawat udara, drone, balon udara, dan lain lain. Pada praktikum
Penginderaan Jauh ke 4 kali ini kita melakukan interpretasi penutup dan penggunaan
lahan menggunakan citra satelit resolusi tinggi yang diberikan oleh asisten praktikum
yang kemudian di jiplak pada kertas kalkir lalu di deliniasi dan di identifikasi penutup
lahan apa saja yang ada dan bagaimana penggunaannya.

Pada praktikum kali ini citra resolusi tinggi yang saya dapatkan yaitu citra
yang berlokasi di Pantai Marina. Pantai Marina terletak di jalan Yos Sudarso, komplek
PRPP, Tawangsari, Semarang. Pada deliniasi citra resolusi tinggi yang ada pada kertas
kalkir id temukan 9 penutup lahan yang ada pada citra foto daerah Pantai Marina. Yaitu
diantaranya adalah penutup lahan berupa pemukiman yang ditandai dengan simbol P
dengan garis miring tegak berwarna orange. Permukiman tersebut adalah permukiman
yang terletak di pusat Kota Semarang, permukiman tersebut merupakan pusat kegiatan
segala aktivitas masyarakat di Kota Semarang karena di dalamnya juga terdapat Gedung
Gedung dan juga beberapa objek untuk aktivitas manusia seperti gereja, stasiun,
lapangan, sekolah, masjid, kantor dan lain lain. Lalu selanjutnya terdapat penutup lahan
berupa Pantai Marina yang berada di Utara Kota Semarang, dan juga terdapat Laut Jawa.
Pantai Marina atau Laut Jawa di gambarkan dengan simbol L dengan garis deliniasi
berwarna biru tua bergaris miring ke kiri. Laut Jawa adalah perairan dangkal dengan luas
kira-kira 310.000 km2 yang memisahkan antara Pulau Kalimantan, Jawa, Sumatra, dan
Sulawesi di gugusan kepulauan Indonesia. Sedangkan Pantai Marina adalah pantai yang
digunakan sebagai objek wisata masyarakan Kota Semarang maupun luar Semarang
dikarenakan pantai tersebut menyajikan pemandangan yang khas Semarang, di dalam
lokasi pantai tersebut juga terdapat fasilitas penunjang berupa mushola, kamar mandi
maupun warung makan yang nantinya dapat di gunakan pengunjung. Lalu objek lainya
yaitu terdapat Pelabuhan di pesisir Pantai Marina yaitu Pelabuhan Tanjung Emas,
Pelabuhan ini terletak di tepi Kota Semarang, Jawa Tengah, Pelabuhan Tanjung Emas
merupakan satu-satunya pelabuhan di Kota Semarang. Pelabuhan ini memiliki fasilitas
antara lain: pemecah gelombang, alur pelayaran, kolam pelabuhan,dermaga, fender,
gudang, dan terminal seluas 3000 m². Pelabuhan Tanjung Emas di gambarkan dengan
simbol Pl berwarna orange dan bergaris miring ke kanan. Lalu penutup lahan yang
lainnya yaitu terdapat bandara yaitu Bandara Udara Internasional Jandral Ahmad Yani,
Bandar Udara Internasional Ahmad Yani adalah sebuah bandar udara yang terletak di
Kota Semarang, Jawa Tengah, Indonesia. Nama bandara ini diambil dari salah satu nama
pahlawan revolusi Indonesia, Jenderal TNI Ahmad Yani. Dalam kertas deliniasi penutup
lahan Bandara tersebut di gambarkan dengan simbol B dan berwarna orange bergaris
miring ke kanan, di gambarkan dengan garis berwarna orange dikarenakan bandara
masih termasuk ke dalam bangunan yang memiliki rona warna berwarna orange cerah.
Lalu penutup lahan selanjutnya terdapat lahan kosong yang di gambarkan dengan garis
miring ke kanan berwarna coklat, lahan kosong tersebut tidak memiliki vegetasi
sedikitpun sehingga dalam citra terlihat seperti lapangan kosong yang luas berwarna
coklat. Lalu penutup lahan yang lainnya terdapat jalan tol yang menghubungkan
Semarang dengan Batang, tol ini adalah jalan tol yang terbentang sepanjang 75 kilometer
yang menghubungkan antara Kota Semarang dengan Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
Jalan tol ini merupakan bagian dari Jalan Tol Trans Jawa yang menghubungkan Merak,
Banten hingga Banyuwangi, Jawa Timur. Digambarkan dengan garis berkelok kelok
berwarna hitam karena pada citra resolusi tinggi jalan raya atau jalan tol berwarna hitam
dengan rona gelap. Lalu bentuk penutup lahan lainnya adalah terdapat vegetasi sedang
berwarna hijau dengan rona sedikit lebih gelap, vegetasi tersebut sangatlah luas oleh
karena itu pada kertas deliniasi di gambarkan lebih besar dibandingakn objek lainnya.
Lalu terdapat bentuk penutup lahan berupa tambak yang digambarkan dengan garis
hitam dan arsiran biru dan juga simbol T. tambak tersebut merupakan tambak bandeng
yang berlokasi di Tugurejo Kecamatan Tugu Kota Semarang. Lalu yang terakhir terdapat
dua sungai yang berhulu menuju Laut Jawa, di gambarkan dengan gars biru berkelok
kelok mengikuti alirannya.
G. KESIMPULAN
Penginderaan jauh adalah suatu proses dalam mengambil suatu informasi dari
kenampakan bumi atau objek di permukaan bumi melalui foto udara yang diambil
menggunakan pesawat udara, drone, balon udara, dan lain lain. Interpretasi citra adalah
proses menganalisis dan mendeskripsikan fenomena yang ada pada citra penginderaan
jauh agar nantinya dapat diidentifikasi objek, kenampakan dan penutup lahan yang ada
pada permukaan bumi. Fotogrametri adalah suatu teknik yang digunakan dalam
pengukuran atau pemetaan suatu objek yang ada di permukaan bumi melalui sebuah foto
yang diambil dari satelit.
Pada praktikum ke 4 ini kita menginterpretasi penutup lahan pada citra resolusi
tinggi yang diberikan lalu di deliniasi pada kertas kalkir dan di identifikasi objeknya.
Citra resolusi tinggi yang dianalisis yaitu citra yang berlokasi di daerah utara Kota
Semarang yaitu di dekat Laut Jawa dan sekitarnya Pantai Marina. Penutup lahan yang
teridentifikasi yaitu Pemukiman yang berada di selatan Pantai Marina, pemukiman
tersebut terlihat cukup padat den berwara orange bergaris lurus. Lalu terdapat Pelabuhan
yaitu Pelabuhan Tanjung Emas, Pelabuhan Tanjung Emas di gambarkan dengan garis
miring ke kanan berwarna orange dan bersimbol Pl. lalu selanjutnya terdapat penutup
lahan berupa Bandara yaitu Bandara Ahmad Yani yang di gambarkan dengan garis miring
ke kanan berwarna orange dan bersimbol B. lalu penutup lahan lainnya terdapat Laut
Jawa di Utara Semarang yang di gambarkan dengan garis miring ke kiri berwarna biru tua
karena rona dari laut itu sendiri gelap dengan simbol L. Lalu selanjutnya terdapat peutup
lahan berupa vegetasi yang luas berwarna hijau tua dengan garis miring ke kanan
bersimbol V. Lalu selanutnya terdapat jalan tol Semarang-Batang, jalan tol tersebut
memiliki pola berkelok dan memanjang berwarna hitam bergaris-garis miring yang
bersimbol Jt. Lalu selanjutnya terdapat bentuk penutup lahan berupa tambak bandeng
yang berlokasi di Tugurejo Kecamatan Tugu Kota Semarang, tambak tersebut memiliki
rona agak gelap sehingga pada garis deliniasi di gambarkan dengan garis luar berwarna
hitam dan garis di dalamnya berwarna biru tua miring ke kanan dan bersimbol T. Lalu
bentuk lahan yang lainnya yaitu terdapat lahan kosong pada lahan kosong tersebut tidak
terdapat vegetasi sehingga di gambarkan dengan rona semu berwarna coklat bergaris
coklat miring dan bersimbol Lk. Lalu penutup lahan yang terakhir terdapat dua sungai
yang sungai tersebut di gambarkan dengan garis berkelok kelok dengan rona agak gelap
berwarna biru tua.
DAFTAR PUSTAKA

Ainurrohmah, Diah. (2022), “10 Unsur Interpretasi Citra dan Penjelasannya”.


https://dosengeografi.com/unsur-interpretasi-citra/ (diakses pada Senin 15 Mei 2023
pukul 18.24 WIB)

ANDI Yogyakarta Diah Ainurrohmah (2022). "10 Unsur Interpretasi Citra dan Penjelasannya:"
https://dosengeografi.com/unsur-interpretasi-citra/ (di akses pada tanggal Senin 15 Mei
2023 pukul 14.12 WIB)

Basuki, A. (2007) ‘Pengantar Pengolahan Citra’, PENS-ITS Surabaya.

Bitar. (2023). “Pengertisn dan Jenis Sungai Beserta Fungsinya”.


https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-sungai/ (diakses pada Senin 15 Mei 2023
pukul 17.45 WIB)

Gularso, H., dkk. (2015). Penggunaan Foto Udara Format Kecil Menggunakan Wahana Udara
NIR-AWAK dalam pemetaan Skala Besar. Jurnal Ilmiah Geomatika Vol. 21(1): 37-44

Hidayatullah, A., & Wibowo, A. (2017). Analisis Citra Satelit Resolusi Tinggi untuk Interpretasi
Penutup dan Penggunaan Lahan di Kabupaten Sleman, DIY. Jurnal Penginderaan Jauh
dan Citra Digital, 14(1), 59- 66.

Jaya, I. N. (2014). Analisis Citra Digital . Bogor: PT. Penerbit IPB Pres
LAMPIRAN

a. Hasil layout delineasi


b. Tabel pengisian unsur interpretasi

N Obyek Fo Kunci Interpretasi


o to
1 Pemukiman rona : agak gelap

warna : orange

bentuk : petak
berkelompok tekstur :
kasar
pola : teratur

2 Laut rona : gelap

warna : biru tua

bentuk : luas melebar

tekstur : halus
pola : teratur

3 Pelabuhan rona : agak gelap

warna : orange

bentuk : persegi panjang

tekstur : halus
pola : teratur
4 Bandara rona : agak gelap

warna : orange

bentuk : gabungan persegi


dan persegi panjang

tekstur : halus
pola : teratur

5 Lahan rona : semu


kosong
warna : coklat

bentuk : persegi

tekstur : halus
pola : teratur

6 Jalan tol rona : gelap

warna : hitam

bentuk : memanjang

tekstur : halus
pola : teratur

7 Vegetasi rona : agak gelap

warna : hijau tua

bentuk : acak

tekstur : sedang
pola : tidak teratur
8 Tambak rona : agak gelap

warna : biru tua

bentuk : melebar

tekstur : halus
pola : teratur

9 Sungai rona : agak gelap

warna : biru tua

bentuk : memanjang

tekstur : halus
pola : teratur

Anda mungkin juga menyukai