Anda di halaman 1dari 19

NILAI Tanggal Pengumpulan

(..................................) ( 2 Juni 2023 )

LAPORAN PRAKTIKUM
PENGINDERAAN JAUH

ACARA : INTERPRETASI FISIOGRAFI MENGGUNAKAN


CITRA HASIL FUSI TIGA DIMENSI

Oleh :
Nama : Hafizh Hanindita
Nim : 3211422057
Nama Dosen : 1. Dr.Tjaturahono Budi Sanjoto M.Si
: 2. Vina Nurul Husna S.Si., M.Si.
Nama Asprak : 1. Moh. Bilal Suryadi (3211420039)
: 2. Wirdha Alifah (3211421064)

LABORATORIUM GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2023
A. JUDUL

INTERPRETASI FISIOGRAFI MENGGUNAKAN CITRA HASIL


FUSI TIGADIMENSI

B. TUJUAN

1. Mahasiswa dapat melakukan delineasi satuan-satuan fisiografi.

2. Mahasiswa dapat mengetahui definisi foto udara.

3. Mahasiswa dapat mengetahui definisi fotogrametri.

4. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian fusi citra dan metode fusi citra.

5. Mahasiswa dapat mengetahui cara memakai stereoskop.

C. ALAT DAN BAHAN

1. Alat

a. Laptop

b. Microsoft Word

c. ArcGIS

d. Handphone

2. Bahan

a. Cover praktikum

b. Internet
D. DASAR TEORI

1. Definisi Foto Udara

Foto udara adalah gambar yang diambil dari udara menggunakan pesawat
atau drone yang dilengkapi dengan kamera. Foto-foto ini memberikan perspektif yang
unik dan luas dari suatu area atau wilayah tertentu. Foto udara biasanya digunakan
dalam berbagai bidang, termasuk pemetaan, survei, penginderaan jauh, pemantauan
lingkungan, penelitian geografis, perencanaan perkotaan, pemantauan pertanian, dan
bidang lainnya. Dengan menggunakan pesawat terbang atau drone, foto udara dapat
menangkap gambar dari ketinggian yang berbeda-beda, mulai dari ketinggian rendah
hingga ketinggian yang sangat tinggi. Hal ini memungkinkan pemotretan wilayah yang
luas, termasuk pemotretan area perkotaan, lahan pertanian, pegunungan, sungai, dan
objek lainnya.

Foto udara memberikan keuntungan dalam menyajikan visualisasi yang


komprehensif dan obyektif dari suatu wilayah, yang dapat membantu dalam analisis
dan pemahaman tentang kondisi geografis, perkembangan wilayah, serta perencanaan
dan pengambilan keputusan. Dalam penggunaan yang lebih canggih, teknologi
pemetaan dengan foto udara dapat digabungkan dengan pemrosesan citra digital dan
pemodelan 3D untuk menghasilkan pemetaan yang lebih rinci dan akurat, serta analisis
spasial yang lebih mendalam.

Berikut definisi foto udara menurut ahli :

• Arthur H. Robinson

Foto udara adalah gambar yang diambil dari udara dengan menggunakan pesawat
terbang atau drone, yang memberikan perspektif yang luas dan berbeda dari suatu
area atau wilayah. Foto-foto ini dapat digunakan untuk pemetaan, pemantauan
lingkungan, perencanaan perkotaan, dan aplikasi lainnya.

• Erwin Raisz

Foto udara adalah gambar yang diambil dari udara dengan tujuan untuk
mendokumentasikan dan memvisualisasikan fitur-fitur geografis dan lingkungan.
Foto-foto ini memberikan informasi visual yang lebih jelas dan luas daripada foto
yang diambil dari permukaan tanah.

• Jon Kimerlin

Foto udara adalah gambar yang diambil dari udara menggunakan pesawat terbang
atau drone, yang memberikan perspektif vertikal atau miring dari suatu area atau
wilayah. Foto-foto ini digunakan dalam pemetaan, pemantauan perubahan lahan,
dan analisis geospasial.
• Karl Kraus

Foto udara adalah gambar yang diambil dari udara dengan menggunakan pesawat
terbang atau drone, yang digunakan untuk mendokumentasikan dan menganalisis
fenomena geografis, struktur fisik, dan perubahan wilayah. Foto-foto ini
memberikan data visual yang berguna dalam pemetaan, pemantauan lingkungan,
dan penelitian geografis.

• Roger Tomlinson

Foto udara adalah metode pengambilan gambar dari udara yang menggunakan
pesawat terbang atau drone, yang memungkinkan pengumpulan data geografis
secara cepat dan efisien. Foto-foto udara ini memberikan informasi visual yang
penting dalam pemetaan, analisis lingkungan, dan pengambilan keputusan ruang.

Jadi dapat disimpulkan bahwa foto udara adalah gambar yang diambil
dari udara menggunakan pesawat terbang atau drone. Perspektif yang luas
dan berbeda yang diberikan oleh foto udara memungkinkan dokumentasi,
pemetaan, pemantauan perubahan lingkungan, dan analisis geografis. Ahli
seperti Arthur H. Robinson, Erwin Raisz, A. Jon Kimerling, Karl Kraus, dan
Roger Tomlinson mengakui pentingnya foto udara dalam memberikan
informasi visual yang jelas dan luas tentang fitur-fitur geografis, struktur
fisik, perubahan wilayah, dan fenomena lingkungan. Dengan menggunakan
teknologi pesawat terbang atau drone, foto udara menjadi metode yang
efisien dan cepat dalam mengumpulkan data geografis, memungkinkan
pemetaan yang akurat, analisis lingkungan yang mendalam, serta
pengambilan keputusan yang berdasarkan data spasial yang lebih baik.

Bagian-bagian penting dalam foto udara adalah sebagai berikut:


a. Nadir,

Titik tepat di bawah pesawat atau drone saat foto diambil. Nadir adalah
titik yang berada di tengah-tengah gambar dan merupakan referensi utama
dalam interpretasi dan analisis foto udara.
b. Cakrawala,

Garis yang memisahkan langit dan permukaan bumi dalam gambar.


Cakrawala membantu menentukan elevasi dan kemiringan permukaan
bumi serta memberikan konteks visual.
c. Citra,

Bagian utama dari foto udara yang menunjukkan gambaran permukaan


bumi. Citra ini dapat berupa pemandangan alam, bangunan, jalan, sungai,
dan objek lainnya yang terlihat dari udara.
d. Skala,

Skala diberikan dalam foto udara untuk membantu mengukur jarak dan
ukuran objek dalam gambar. Skala ini dapat berupa garis-garis yang
ditempatkan di foto atau informasi numerik yang tercetak pada gambar.
e. Legenda,

Legenda memberikan informasi tambahan tentang foto udara, seperti


tanggal pengambilan, jenis kamera yang digunakan, tinggi terbang, dan
informasi lain yang relevan.
f. Indeks fotografi,

Indeks fotografi adalah sistem warna atau pola yang digunakan untuk
mengidentifikasi fitur atau sifat tertentu dalam gambar udara. Contoh
umum dari indeks fotografi adalah citra termal, citra inframerah, atau citra
NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) yang digunakan untuk
analisis vegetasi.
g. Tumpang tindih (overlap),

Tumpang tindih adalah area yang sama yang terdapat dalam beberapa foto
udara yang saling bersebelahan. Tumpang tindih ini diperlukan untuk
proses pemetaan dan pemrosesan foto udara agar dapat menghasilkan data
yang akuratdan berkelanjutan.

2. Definisi Interpretasi Citra


Interpretasi citra merupakan suatu kegiatan untuk menentukan bentuk dan
sifat obyek yang tampak pada citra, berikut deskripsinya. Interpretasi citra dan
fotogrametri berhubungan erat, meskipun keduanya tidak sama. Bedanya,
fotogrametri berkepentingan dengan geometri obyek, sedangkan interpretasi citra
berurusan dengan manfaat, penggunaan, asal-usul, ataupun identitas obyek yang
bersangkutan (Glossary of the Mapping Science, 1994). Interpretasi citra sangat
penting dalam penginderaan jauh, karena citra dan data yang diperoleh tidak memiliki
makna secara langsung dan memerlukan interpretasi untuk dijadikan informasi yang
berguna. Interpretasi citra melibatkan kegiatan mengenali dan memahami bentuk,
ukuran, pola, dan distribusi obyek di dalam citra, serta menghubungkan citra tersebut
dengan kondisi di permukaan bumi yang sebenarnya.
Beberapa teknik dan metode yang digunakan dalam interpretasi citra antara
lain visual interpretation, digital image processing, dan penggunaan SIG. Visual
interpretation melibatkan pengamatan dan analisis visual secara langsung pada citra
yang dihasilkan, sedangkan digital image processing menggunakan komputer untuk
memperbaiki dan memproses citra secara digital. Penggunaan SIG memungkinkan
pengintegrasian citra dengan informasi spasial lainnya, seperti peta dan data
geografis. Interpretasi citra dapat dilakukan untuk berbagai aplikasi, seperti
pemetaan, pemantauan lingkungan, pengelolaan sumber daya alam, dan pemantauan
bencana alam. Interpretasi citra juga dapat memberikan informasi tambahan yang
tidak dapat diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan, seperti klasifikasi
jenis tanaman, deteksi perubahan lahan, dan pemetaan permukaan laut.
Namun, interpretasi citra juga memiliki beberapa tantangan dan kesulitan,
seperti variasi pencahayaan, bayangan, refleksi, dan interpretasi subjektif. Oleh
karena itu, interpretasi citra harus dilakukan dengan hati-hati dan dilengkapi dengan
data dan informasi tambahan untuk memastikan akurasi dan keandalannya.

3. Pengertian Fotogrametri
Fotogrametri adalah sebuah disiplin ilmu dan teknik yang
berkaitan dengan pengukuran dan pemetaan objek di permukaan Bumi
menggunakan foto udara atau gambar satelit. Metode ini melibatkan
pengambilan foto dari sudut pandang yang berbeda dan pengolahan data
gambar untuk menghasilkan informasi spasial yang akurat. Dalam
fotogrametri, gambar yang diambil dari udara atau satelit dianalisis dan
diproses secara matematis untuk mengukur posisi, ukuran, dan bentuk objek
yang terlihat di dalam gambar tersebut.
Proses fotogrametri melibatkan triangulasi, yang merupakan
metode untuk mengukur posisi objek berdasarkan perbedaan sudut pandang
antara beberapa gambar. Data ini kemudian digunakan untuk membuat
pemodelan 3D dari objek dan lingkungan di permukaan Bumi. Fotogrametri
digunakan dalam berbagai bidang, seperti pemetaan, perencanaan kota,
pemantauan perubahan lahan, analisis geospasial, rekayasa, dan arkeologi.
Teknologi fotogrametri terus berkembang dengan adanya
kemajuan dalam pengolahan citra digital, penginderaan jarak jauh, dan
pemodelan 3D. Metode ini memainkan peran penting dalam mendapatkan
informasi spasial yang akurat dan detail, serta memberikan pemahaman yang
lebih baik tentang lingkungan dan objek di permukaan Bumi

4. Pengertian dan Satuan Fisiografi

Pengenalan kenampakan relief permukaan bumi atau fisiografi


merupakan landasan penting dalam kajian-kajian yang terkait dengan
sumberdaya lahan. Pemahaman tentang aspek fisiografi menempati posisi
penting dalam kajian kajian geografi fisik (hidrologi, geomorfologi), geologi
dan pertanian (tanah), salah satu satuan fisiografi adalah gunung Merapi.
Fisiografi adalah studi tentang fitur fisik atau tampilan permukaan bumi,
termasuk bentuk lahan, topografi, dan elemen-elemen yang terkait. Ini
melibatkan analisis dan deskripsi terhadap fitur-fitur tersebut dalam konteks
geografi dan geologi.
Satuan dalam fisiografi adalah cara untuk mengklasifikasikan dan
menggambarkan karakteristik fisik dari wilayah atau daerah tertentu.
Beberapa satuan fisiografi yang umum digunakan adalah:
a. Pegunungan: Ini adalah wilayah yang terdiri dari rangkaian pegunungan,
punggungan, dan gunung-gunung yang tinggi. Satuan ini mencakup
fitur-fitur seperti lembah curam, puncak gunung, dan goa-goa.
b. Dataran Tinggi: Dataran tinggi adalah wilayah yang berada di ketinggian
yang lebih tinggi daripada dataran rendah di sekitarnya. Wilayah ini
umumnya memiliki lereng curam, jurang, dan sungai yang mengalir
dengan kecepatan tinggi.
c. Dataran Rendah: Dataran rendah adalah wilayah yang secara relatif datar
dengan ketinggian yang rendah. Wilayah ini dapat terdiri dari dataran
banjir, hamparan rumput, rawa-rawa, dan sungai-sungai yang
meandering.
d. Plateau: Plateau adalah wilayah datar atau landai yang terangkat secara
signifikan di atas dataran sekitarnya. Wilayah ini umumnya memiliki
lereng curam di tepinyadan lereng yang lebih landai di bagian tengah.
e. Lembah: Lembah adalah wilayah yang terbentuk oleh sungai atau erosi
lainnya, biasanya berbentuk cekungan dengan lereng yang curam di
kedua sisinya. Lembahdapat terbentuk melalui proses alami seperti erosi
sungai atau proses geologi sepertitektonik lempeng.
f. Tanjung: Tanjung adalah satuan fisiografi yang merujuk pada jajaran
tanah yang menonjol ke laut atau perairan lainnya. Tanjung dapat
terbentuk melalui erosi pantai atau aktivitas vulkanik.
Satuan fisiografi dapat beragam tergantung pada konteks
regional atau geologis tertentu. Penentuan satuan ini melibatkan
pengamatan visual, pengukuran topografi, dan analisis geologis untuk
memahami dan menggambarkan karakteristik fisik dari suatu daerah.

5. Pengertian Fusi Citra dan metode fusi citra


Fusi Citra adalah proses menggabungkan dua atau lebih citra dari
sumber yang berbeda menjadi satu citra yang lebih informatif dan
komprehensif. Tujuan dari fusi citra adalah untuk meningkatkan kualitas,
kejelasan, dan detail informasi yang terkandung dalam citra tersebut. Dalam
fusi citra, informasi yang berasal dari sumber-sumber citra yang berbeda
digabungkan secara sinergis untuk menghasilkan citra baru yang lebih
bermanfaat dalam berbagai aplikasi.
Metode Fusi Citra melibatkan teknik pemrosesan citra yang
kompleks dan algoritma khusus untuk menggabungkan informasi dari citra-
citra asli. Beberapa metode fusi citra yang umum digunakan adalah sebagai
berikut:
• Fusi Citra Berbasis Transformasi
Metode ini melibatkan transformasi citra asli ke dalam domain lain,
seperti transformasi Fourier, transformasi wavelet, atau transformasi
multispektral. Setelah transformasi, informasi yang relevan diekstraksi
dari setiap domain dan digabungkan untuk menghasilkan citra yang difusi.
• Fusi Citra Berbasis Piksel
Metode ini melibatkan penggabungan piksel-piksel citra asli dengan
mengambil nilai piksel tertentu dari satu citra dan menggabungkannya
dengan piksel yang sesuai dari citra lainnya. Metode ini sering digunakan
dalam fusi citra warna atau citra multi-spektral.
• Fusi Citra Berbasis Fitur
Metode ini melibatkan ekstraksi fitur-fitur dari citra asli, seperti tepian,
tekstur, atau pola, dan kemudian menggabungkan fitur-fitur tersebut untuk
menghasilkan citra yang difusi. Metode ini sering digunakan dalam fusi
citra untuk pengenalan objek atau analisis citra.
• Fusi Citra Berbasis Model
Metode ini melibatkan pembangunan model matematis yang mewakili
karakteristik citra asli, seperti distribusi intensitas atau tekstur, dan
kemudian menggunakan model tersebut untuk menggabungkan informasi
dari citra-citra asli.
• Fusi Citra Berbasis Aturan
Metode ini melibatkan penggunaan aturan atau logika tertentu untuk
menggabungkan citra-citra asli. Contohnya adalah aturan minimum,
maksimum, rata-rata, atau aturan berbasis logika fuzzy.
Setiap metode fusi citra memiliki kelebihan dan kelemahan
tertentu tergantung pada konteks aplikasi dan jenis citra yang akan difusi.
Pemilihan metode yang tepat penting untuk mencapai hasil fusi citra yang
optimal dan sesuai dengan tujuan aplikasi yang diinginkan.aplikasi spesifik
dan karakteristik citra yang akan digunakan.

6. Stereoskop
Stereoskop adalah alat optik yang memungkinkan pengamat melihat
gambar-gambar dengan efek tiga dimensi. Dengan meletakkan mata di belakang lensa-
lensa stereoskop, pengamat dapat mengalami kesan kedalaman dan dimensi tambahan
dalam gambar-gambar tersebut. Stereoskop menciptakan ilusi ini melalui perbedaan
sudut pandang yang dihasilkan oleh lensa-lensa, sehingga menciptakan pengalaman
visual yang lebih mendalam. Alat stereoskop banyak digunakan dalam berbagai
bidang seperti fotografi 3D, pemetaan topografi, bidang medis, hiburan, dan
penglihatan komputer. Dengan stereoskop, gambar-gambar dapat dinikmati dengan
nuansa tiga dimensi yang lebih nyata, mirip dengan pengalaman penglihatan manusia
secara alami.
Fungsi dari stereoskop adalah memberikan pengalaman visual tiga dimensi
kepada pengamat, membantu dalam penglihatan dan pemahaman spasial, serta
menyajikan data dan visualisasi secara lebih efektif. Stereoskop menciptakan ilusi tiga
dimensi, memungkinkan pengamat melihat kedalaman dan jarak antara objek-objek
dalam gambar. Hal ini sangat berguna dalam pemetaan, penglihatan medis, survei,
geologi, arsitektur, dan bidang lainnya. Dengan menggunakan citra stereoskopik,
pengamat dapat melihat objek-objek dengan sudut pandang yang berbeda,
memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang struktur dan fitur, serta menyajikan
data secara lebih efektif dalam berbagai aplikasi.
Kelebihan dari stereoskop adalah memberikan efek 3D yang realistis,
memungkinkan pemahaman yang lebih baik tentang kedalaman spasial, dan
meningkatkan pemahaman objek dengan sudut pandang yang berbeda. Stereoskop
memberikan pengalaman visual yang lebih nyata, membantu pengamat memperoleh
pemahaman yang lebih baik tentang ruang dan struktur objek, serta memberikan
gambar yang lebih realistis.
Namun, ada beberapa kekurangan dalam penggunaan stereoskop.
Ketergantungan pada citra stereoskopik yang sesuai adalah salah satu kekurangan
utama, karena citra yang tidak memenuhi persyaratan tidak akan memberikan
pengalaman 3D yang optimal. Selain itu, penggunaan stereoskop memerlukan
perangkat fisik tambahan, yang mungkin tidak praktis dalam beberapa situasi atau
lingkungan. Terakhir, beberapa individu mungkin mengalami ketidaknyamanan visual
seperti mata lelah atau sakit kepala setelah penggunaan yang berlebihan. Sensitivitas
individu dapat memainkan peran penting dalam hal ini.
E. LANGKAH KERJA

1. Mahasiswa dan asisten praktikum menyiapkan alat dan bahan.

2. Mahasiswa mendengarkan penjelasan dari asisten praktikum.

3. Mahasiswa mendengarkan penjelasan asisten praktikum.

4. Mahasiswa melakukan identifikasi satuan fisiografis pada citra tersebut.

5. Mahasiswa melakukan identifikasi satuan fisiografis yang terindetifikasi.

6. Mahasiswa membuat garis layout pada jiplakan.

7. Mahasiswa menjiplak dan membuat keterangan seperti judul peta, legenda,


dan skala.
8. Mahasiswa mengisi tabel sesuai objek yang ditemukan.

9. Mahasiswa menganalisis tabel yang telah diisi.

10. Mahasiswa mencari referensi pada jurnal, buku, dan web.

11. Mahasiswa menyusun laporan praktikum secara sistematis.

12. Mahasiswa mengumpulkan laporan praktikum sesuai waktu yang telah


ditentukan kepada asisten praktikum.
F. PEMBAHASAN

1. Hasil Pengamatan

a. Peta Fisiografis Hasil Identifikasi (Terlampir)

b. Tabel Interpretasi Fisiografis (Terlampir)


2. Analisis

Kerucut gunung api merupakan bentuk lahan yang khas dari erupsi gunung
api. Kerucut gunung api terbentuk ketika material vulkanik terakumulasi di sekitar
lubang erupsi. Bentuknya cenderung simetris dengan puncak yang tajam dan lereng
yang curam.memiliki tekstur kasar karena terdiri dari material vulkanik yang keras
seperti batuan dan kerikil. Bentuknya berupa kerucut karena material vulkanik
terakumulasi di sekitar lubang erupsi gunung api. Ukurannya besar melebar karena
erupsi yang berlangsung dalam skala besar. Polanya teratur karena material
terakumulasi secara simetris mengikuti bentuk kerucut. Rona cerah dan warna coklat
muda karena permukaan terdiri dari material vulkanik yang belum banyak tererosi.
Situsnya adalah tanah dan batuan di sekitar kerucut gunung api. Asosiasinya dengan
medan lava karena material lava yang keluar dari gunung api membentuk medan yang
kasar.

Kepunden cekungan yang terbentuk akibat erupsi gunung api yang


mengakibatkan runtuhnya puncak gunung dan terbentuknya kaldera. Kepunden dapat
memiliki bentuk elips atau lingkaran dengan dinding yang curam. Memiliki tekstur
sedang karena terdiri dari material vulkanik yang lebih halus dibandingkan kerucut
gunung api. Bentuknya oval karena merupakan cekungan yang terbentuk akibat
runtuhnya puncak gunung api dan terbentuknya kaldera. Ukurannya kecil karena
biasanya lebih kecil daripada kerucut gunung api. Polanya teratur karena mengikuti
bentuk oval cekungan. Rona cerah dan warna coklat muda karena material vulkanik
yang terakumulasi di dalam kaldera. Situsnya adalah kawah di dalam kaldera.
Asosiasinya dengan kerucut gunung api karena terbentuk dari erupsi gunung api.

Medan lava merujuk pada daerah yang ditutupi oleh aliran lava dari erupsi
gunung api. Medan lava dapat memiliki topografi yang kasar dan bergelombang
dengan permukaan yang keras dan berbatu. Memiliki tekstur sedang karena terdiri dari
material lava yang cair. Bentuknya memanjang karena aliran lava yang mengalir di
lereng gunung api membentuk saluran yang panjang. Ukurannya besar karena medan
lava bisa menyebar dalam area yang luas. Rona cerah dan warna coklat muda karena
permukaan medan lava yang masih baru. Situsnya adalah aliran lava yang membentuk
medan yang kasar. Asosiasinya dengan kerucut gunung api karena medan lava
terbentuk dari aliran lava yang keluar dari gunung api.

Sungai vulkanik sungai yang terbentuk dari aliran lava yang keluar dari
gunung api. Aliran lava cair ini mengalir dari puncak gunung dan dapat membentuk
saluran-saluran yang panjang dan sempit di lereng gunung. Memiliki tekstur halus
karena terbentuk dari material vulkanik yang halus seperti abu vulkanik dan pasir.
Bentuknya memanjang karena mengikuti aliran lahar yang terbentuk dari gunung api.
Ukurannya kecil karena biasanya memiliki lebar yang lebih kecil dibandingkan sungai
biasa. Rona cerah dan warna putih ke abu-abuan karena material vulkanik yang
terbawa oleh aliran lahar. Situsnya adalah aliran lahar yang membentuk sungai
vulkanik. Asosiasinya dengan vegetasi tinggi dan sedang karena sungai vulkanik
menyediakan nutrisi yang baik untuk pertumbuhan tumbuhan.

Bukit dapat terbentuk dari material vulkanik yang terakumulasi secara


bertahap selama erupsi gunung api. Material ini bisa berupa abu vulkanik, pasir,
kerikil, atau batuan vulkanik lainnya. Bukit memiliki ketinggian yang lebih rendah
daripada kerucut gunung api dan lerengnya bisa lebih landai. Memiliki tekstur kasar
karena terdiri dari material vulkanik yang keras seperti batuan dan kerikil. Bentuknya
berbukit dengan kemiringan yang bervariasi. Ukurannya sedang, lebih rendah daripada
kerucut gunung api. Rona gelap dan warna hijau tua karena ditutupi oleh vegetasi yang
tumbuh di atasnya. Situsnya adalah tanah di permukaan bukit. Asosiasinya dengan
vegetasi karena bukit menyediakan kondisi yang baik untuk pertumbuhan tumbuhan.

Vegetasi memiliki tekstur sedang karena terdiri dari berbagai jenis


tumbuhan. Bentuknya melebar dengan tinggi yang bervariasi. Ukurannya besar karena
mencakup area yang luas. Rona gelap dan warna hijau tua karena warna daun
tumbuhan. Situsnya adalah tanah di mana tumbuhan tumbuh. Asosiasinya dengan
sungai vulkanik karena tumbuhan sering tumbuh di sekitar sungai vulkanik yang
menyediakan nutrisi yang cukup.

Bentuk, ukuran, rona, warna, situs, dan asosiasi yang dinyatakan pada
masing-masing bentuk lahan tersebut terbentuk sesuai dengan karakteristik material
vulkanik, proses vulkanik, dan pengaruh lingkungan setempat. Hal ini menjadikan
setiap bentuk lahan memiliki ciri khas yang membedakannya dalam geomorfologi.
G. KESIMPULAN
Foto udara adalah gambar yang diambil dari udara menggunakan pesawat terbang
atau drone. Ini memberikan perspektif luas dan berbeda yang digunakan untuk dokumentasi,
pemetaan, pemantauan perubahan lingkungan, dan analisis geografis. Interpretasi citra melibatkan
penentuan bentuk dan sifat objek yang terlihat dalam citra, sedangkan fotogrametri berfokus pada
pengukuran objek menggunakan foto udara atau gambar satelit. Fusi citra menggabungkan citra
dari sumber yang berbeda untuk meningkatkan kualitas informasi, sementara stereoskop adalah
alat optik yang menciptakan efek tiga dimensi dalam gambar-gambar. Semua ini penting dalam
pengumpulan data geografis, pemetaan akurat, dan pemahaman lingkungan.
Bentuk lahan vulkanik termasuk kerucut gunung api, kepunden, medan lava, sungai
vulkanik, bukit, dan vegetasi. Setiap bentuk lahan memiliki karakteristik yang khas tergantung
pada proses vulkanik dan pengaruh lingkungan setempat. Kerucut gunung api terbentuk dari
material vulkanik yang terakumulasi di sekitar lubang erupsi gunung api. Bentuknya simetris
dengan puncak yang tajam dan lereng yang curam. Memiliki tekstur kasar karena terdiri dari
material vulkanik yang keras seperti batuan dan kerikil. Kepunden merupakan cekungan yang
terbentuk akibat erupsi gunung api yang menyebabkan runtuhnya puncak gunung dan terbentuknya
kaldera. Kepunden memiliki bentuk elips atau lingkaran dengan dinding yang curam. Memiliki
tekstur sedang karena terdiri dari material vulkanik yang lebih halus dibandingkan kerucut gunung
api. Medan lava adalah daerah yang ditutupi oleh aliran lava dari erupsi gunung api. Medan lava
memiliki topografi yang kasar dan bergelombang dengan permukaan yang keras dan berbatu.
Memiliki tekstur sedang karena terdiri dari material lava yang cair. Sungai vulkanik terbentuk dari
aliran lava yang keluar dari gunung api. Aliran lava ini membentuk saluran-saluran yang panjang
dan sempit di lereng gunung. Sungai vulkanik memiliki tekstur halus karena terdiri dari material
vulkanik yang halus seperti abu vulkanik dan pasir. Bukit terbentuk dari material vulkanik yang
terakumulasi selama erupsi gunung api. Lereng bukit bisa lebih landai daripada kerucut gunung
api. Memiliki tekstur kasar karena terdiri dari material vulkanik yang keras seperti batuan dan
kerikil. Vegetasi mencakup berbagai jenis tumbuhan dan memiliki tekstur sedang. Bentuknya
melebar dengan tinggi yang bervariasi. Vegetasi mencakup area yang luas dan ditandai dengan
rona gelap dan warna hijau tua.
Kesimpulan ini menunjukkan bahwa setiap bentuk lahan vulkanik memiliki ciri khasnya
sendiri, terbentuk melalui proses vulkanik yang berbeda, dan memiliki pengaruh lingkungan yang
unik.
DAFTAR PUSTAKA

Anna. (2020), “Citra satelite adalah”. https://mapvisionindo.com/citra-satelit


adalah/#Citra_Satelit_dari_Satelit_Observasi_Bumi_dengan_Se
nsor_Pasif.(Diakses 26 Mei 2023, pukul 18.20 WIB.)
Brown, A. B., & Lee, C. H. (2020). “Analisis dan Peningkatan Kualitas Citra
Resolusi Tinggi Menggunakan Algoritma Pemulihan”. Jakarta:
Penerbit ABC.
Dienelly, U. (2016). Pengaruh perubahan tutupan hutan dan lahan terhadap produk
domestik regional bruto (PDRB) di sektor pertanian, kehutanan dan
industri: Studi di
Provinsi

Lampung.

Insyani. (2020). “Dasar-dasar Penginderaan jauh”. Jakarta. Alprin

Mushoni. F. F. (2015). “Penginderaan Jauh (RemoteSensing)”. Madura UTMPRESS


Sunandar, I.% Syarifudin, D. 2014. “Lidar: Penginderaan Jauh Sensor
Aktif dan Aplikasinya dibidang Kehutanan. Jurnal Planologi Unpas.
Vol.1. Hal: 145-154.
Pramono, H. (2007). Fisiografi Parangtritis dan Sekitarnya. Geo Media: Majalah
Ilmiah danInformasi Kegeografian, 5(1).
Rahmadya Trias Handayanto (2006). Pengertian dan Jenis-Jenis Stereoskop.
https://guntara.com.(Diakses 26 Mei 2023, pukul 18.54 WIB.)
Peta Fisiografis Hasil Identifikasi
Tabel Interpretasi Fisiografis

NO Klasifikasi Fisiografi Keterangan


1. Kerucut Gunung Api Tekstur : Kasar

Bentuk : kerucut

Ukuran : Besar melebar


Pola : Teratur

Rona : Cerah
Warna : Coklat muda
Situs : tanah dan batuan
Asosiasi : medan lava
2. Kepunden Tekstur : sedang

Bentuk : oval

Ukuran : kecil
Pola : teratur
Rona : Cerah
Warna : coklat muda
Situs : kawah
Asosiasi : kerucut gunung
api
3. Medan Lava Tekstur : sedang
Bentuk : memanjang
Ukuran : besar
Rona : Cerah
Warna : Coklat muda
Situs : aliran lava
Asosiasi : Kerucut gunung api
4. Sungai Vulkanik Tekstur : halus
Bentuk : memanjang
Ukuran : kecil
Rona : cerah
Warna : putih ke abu-abuan
Situs : aliran lahar
Asosiasi : Vegetasi Tinggi dan
sedang
5. Bukit Tekstur : kasar
Bentuk : Berbukit
Ukuran : Sedang
Rona : gelap
Warna : Hijau tua
Situs : Tanah
Asosiasi : Vegatasi
6. Vegetasi Tekstur : Sedang
Bentuk : Melebar
Ukuran : Besar
Rona : galap
Warna : hijau tua
Situs : tanah
Asosiasi : sungai vulkanik

Anda mungkin juga menyukai