Anda di halaman 1dari 18

Bentukan Lahan Asal

Denudasional

Mata Kuliah : Geomorfologi Umum


Disusun Oleh : Kelompok VII
1. Silvia Irmayanti (19136172)
2. Muhammad Irfandi (19136159)

Dosen Pembimbing: Dian Adhetya Arif, S.Pd, M.Sc

Jurusan Geografi
Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Padang
2019
KATA PENGANTAR

Dengan meyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah sehingga kami dapat meyelesaikan makalah geomorfologi tentang
Bentuk Lahan Denudasional.

Makalah geomorfologi ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
informasi dari berbagai sumber, sehingga kami sanagat mengucapkan terima kasih
kepada para penulis yang telah kami jadikan sumber bahan makalah ini.

Terlepas dari itu semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak, dan agar
menjadi inspirasi bagi kita semua.

Padang, 19 November 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................. i


Daftar Isi .......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1
Latar Belakang .................................................................................. 1
Rumusan Masalah ............................................................................. 2
Tujuan ................................................................................................ 2
Manfaat .............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................. 3
Pengertian Denudasional ................................................................... 3
Aspek-aspek yang terkait .................................................................. 4
Aspek Morfologi ............................................................................... 4
Aspek Morfokronologi ...................................................................... 5
Aspek Morfogenesis .......................................................................... 8
BAB III PENUTUP ....................................................................... 14
Kesimpulan...................................................................................... 14
Saran ................................................................................................ 14
Daftar Pustaka ................................................................................. 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Geomorfologi ( geomorphology ) adalah ilmu tentang roman muka bumi


beserta aspek-aspek yang mempengaruhinya. Geomorfologi bisa juga
merupakan salah satu b a g i a n d a r i g e o g r a f i . D i m a n a g e o m o r f o l o g i
y a n g m e r u p a k a n c a b a n g d a r i i l m u geografi, mempelajari tentang
bentuk muka bumi, yang meliputi pandangan luas sebagai cakupan satu
kenampakan sebagai bentang alam (landscape) sampai pada satuan terkecil
sebagai bentuk lahan (landform).
Hubungan geomorfologi dengan kehidupan manusia adalah
d e n g a n a d a n y a pegunungan-pegunungan, lembah, bukit, baik yang ada didarat
maupun di dasar laut.Dan juga dengan adanya bencana alam seperti gunung
berapi, gempa bumi, tanah longsor dan sebagainya yang berhubungan dengan lahan
yang ada di bumi yang juga mendorong manusia untuk melakukan pengamatan
dan mempelajari bentuk-bentuk g e o m o r f o l o g i y a n g a d a d i b u m i . B a i k
y a n g d a p a t b e r p o t e n s i b e r b a h a y a m a u p u n aman. Sehingga dilakukan
pengamatan dan identifikasi bentuk lahan.
Bentuk lahan asal denudasional adalah bagian dari
p e r m u k a a n b u m i y a n g m e m i l i k i b e n t u k topografis khas, akibat
pengaruh kuat dari proses alam sebagai suatu bentuk lahan yang terjadi akibat
proses-proses pelapukan, erosi, gerak masa batuan (mass wating) dan proses
pengendapan yang terjadi karena agradasi atau degradasi (Herlambang, Sudarno.
2004:42).

1
B. Rumusan Masalah
Dari penjelasan di atas maka dapat di rumuskan masalah, yaitu :
1.Pengertian dari bentuk lahan asal denudasional ?
2.Aspek-aspek apa saja yang terkait dengan lahan denudasional?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini, yaitu :
1.Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Geomorfologi

D. Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah :

1.Agar pembaca memahami tentang definisi lahan denudasional


2.Supaya pembaca mengetahui aspek-aspek apa saja yang terkait pada bentuk lahan
denudasional.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Bentuk Lahan Asal Denudasional


Denudasional berasal dari kata dasar nude yang berarti telanjang, sehingga
denudasional berarti proses penelanjangan permukaan bumi. Bentuk lahan asal
denudasional dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk lahan yang terjadi akibat proses-
proses pelapukan, erosi, gerak masa batuan (mass wating) dan proses pengendapan yang
terjadi karena agradasi atau degradasi (Herlambang, Sudarno. 2004:42). Proses
degradasi cenderung menyebabkan penurunan permukaan bumi, sedangkan agradasi
menyebabkan kenaikan permukaan bumi.Denudasional meliputi dua proses utama yaitu
Pelapukan dan perpindahan material dari bagian lereng atas ke lereng bawah oleh proses
erosi dan gerak massa batuan (masswashting).

Pelapukan adalah proses berubahnya sifat fisik dan kimia batuan di permukaan
dan atau dekat permukaan bumi tanpa di sertai perpindahan material. Pelapukan dapat
dibagi manjadi pelpukan fisik, dan pelapukan biotic. Pelapukan fisik merupakan proses
pecahnya batuan menjadi ukuran yang lebih kecil tanpa diikuti oleh perubahan
komposisi kimia batuan. Perubahan kimia merupakan proses berubahnya komposisi
kimia batuan sehingga menghasilkan mineral sekunder. Factor pengontrol pelapukan
adalah batuan induk, aktivitas organism, topografi, dan iklim. Didalam evolusi
bentanglahan yang menghasilkan bentuklahan dedasuonal M. W. Davis mengemukakan
adanya3 faktor yang mempengaruhi perkembangan bentuklahan struktur geologi, proses
geomorfologi, waktu. Dengan adanya factor tersebut maka dalam evolusinya,
bentuklahan melewati beberapa stadium ; stadium muda, stadium dewasa, stadium tua.

Proses denudasional merupakan proses yang cenderung mengubah bentuk


permukaan bumi yang disebut dengan proses penelanjangan. Proses yang utama adalah
degradasi berupa pelapukan yang memproduksi regolit dan saprolit serta proses erosi,
pengangkutan dan gerakan massa. Proses ini lebih sering terjadi pada satuan perbukitan
dengan material mudah lapuk dan tak berstruktur. Proses degradasi menyebabkan
agradasi pada lerengkaki perbukitan menghasilkan endapan koluvial dengan material
tercampur. Kadang proses denudasional terjadi pula pada perbukitan struktur dengan
tingkat pelapukan tinggi, sehingga disebut satuan struktural denudasional.

Proses denudasional sangat dipengaruhi oleh tipe material (mudah lapuk),


kemiringan lereng, curah hujan dan suhu udara serta sinar matahari, dan aliran-aliran
yang relatif tidak kontinyu. Karakteristik yang terlihat di foto udara, umumnya topografi
agak kasar sampai kasar tergantung tingkat dedudasinya, relief agak miring sampai

3
miring, pola tidak teratur, banyak lembah-lembah kering dan erosi lereng/back erosion,
penggunaan lahan tegalan atau kebun campuran dan proses geomorfologi selalu
meninggalkan bekas di lereng-lereng bukit dan terjadi akumulasi di kaki lereng, serta
kenampakan longsor lahan lebih sering dijumpai.

Umumnya bentuk lahan ini terdapat pada daerah dengan topografi perbukitan
atau gunung dengan batuan yang lunak (akibat proses pelapukan) dan beriklim basah,
sehingga bentuk strukturnya tidak nampak lagikarena adanya gerakan massa batuan.
Pembagian bentuk lahan denudasional dapat dilakukan dengan lebih rinci dengan
mempertimbangkan : batuan, proses gerak massa yang terjadi dan morfometri.

Ciri-Ciri Bentuk Lahan Asal Denudasional

 Relief sangat jelas: lembah, lereng, pola aliran sungai.


 Tidak ada gejala struktural, batuan massif, dep/strike tertutup.
 Dapat dibedakan dengan jelas terhadap bentuk lain.
 Relief lokal, pola aliran dan kerapatan aliran menjadi dasar utama untuk
merinci satuan bentuk lahan.
 Litologi menjadi dasar pembeda kedua untuk merinci satuan bentuk lahan.
Litologi terasosiasi dengan bukit, kerapatan aliran,dan tipe proses.

B.Aspek-aspek geomorfologi yang terkait


1.Aspek Morfologi

a. Aspek Morfografi

Aspek ini mengukur bentang alam


berdasarkan pada kualitas, dalam arti kata
aspek ini merujuk pada bentuk yang
terlihat, seperti bentuk gunung, lembah,
perbukitan. Dan jika dikaitkan pada bentuk
lahan denudasional, maka ini akan
membahas tentang bentuk lahan
denudasional itu sendiri. Contohnya
pengikisan pada hasil pengangkatan seperti
pada gambar disamping.

b.Aspek Morfometri

Suatu bentuk lahan yang dinyatakan dalam kuantitatif. Dalam arti kata bahwa aspek ini
mengukur pada aspek sebuah bentuk lahan.Seperti ketinggian gunung, Kemiringan
lereng. Dan jika dikaitkan dengan lahan denudasional maka yang dikaji adalah
Kemiringan lereng,ketinggian perbukitan, besar energi yang mendorong,dan berapa
banyak unsur-unsur yang terkandung disalam sebuah lahan denudasional.

4
2.Aspek Morfokronologi
Proses Terbentuknya Bentuk Lahan Asal Denudasional.

Denudasional meliputi proses pelapukan,erosi, gerak masa batuan (mass wating)


dan proses pengendapan/sedimentasi.

Ø Pelapukan

Pelapukan (weathering) dari perkataan weather dalam bahasa Inggris yang


berarti cuaca, sehingga pelapukan batuan adalah proses yang berhubungan dengan
perubahan sifat (fisis dan kimia) batuan di permukaan bumi oleh pengaruh cuaca.
Secara umum, pelapukan diartikan sebagai proses hancurnya massa batuan oleh tenaga
Eksogen, menurut Olliver(1963) pelapukan adalah proses penyesaian kimia, mineral
dan sifat fisik batuan terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya.

Akibat dari proses ini pada batuan terjadi perubahan warna, misalnya kuning-
coklat pada bagian luar dari suatu bongkah batuan. Meskipun proses pelapukan ini
berlangsung lambat, karena telah berjalandalam jangka waktu yang sangat lama maka di
beberapa tempat telah terjadi pelapukan sangat tebal. Ada juga daerah-daerah yang hasil
pelapukannya sangat tipis, bahkan tidak tampak sama sekali, hal ini terjadi sebagai
akibat dari pemindahan hasil pelapukan pada tempat yang bersangkutan ke tempat lain.
Tanah yang kita kenal ini adalah merupakan hasil pelapukan batuan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pelapukan adalah:

a. Jenis batuan (kandungan mineral, retakan, bidang pelapisan, patahan dan


retakan). Batuan yang resisten lebih lambat terkena proses eksternal
sehingga tidak mudah lapuk, sedangkan batuan yang tidak resisten
sebaliknya. Contoh :

- Limestone, resisten pada iklim kering tetapi tidak resisten pada iklim
basah

- Granit, resisten pada iklim basah tetapi tidak resisten pada iklim
kering.

b. Iklim, terutama tenperatur dan curah hujan sangat mempengaruhi


pelapukan.Contoh :

- Iklim kering, jenis pelapukannya fisis

- Iklim basah, jenis pelapukannya kimia

- Iklim dingin, jenis pelapukannya mekanik.

5
c. Vegetasi, atau tumbuh-tumbuhan mempunyai peran yang cukup besar
terhadap proses pelapukan batuan. Hal ini dapat terjadi karena:

- Secara mekanis akar tumbuh-tumbuhan itu menembus batuan,


bertambah panjang dan membesar menyebabkan batuan pecah.

- Secara kimiawi tumbuh-tumbuhan melalui akarnya mengeluarkan zat-


zat kimia yang dapat mempercepat proses pelapukan batuan. Akar,
batang, daun yang membusuk dapat pula membantu proses pelapukan,
karena pada bagian tumbuhan yang membusuk akan mengeluarkan zat
kimia yang mungkin dapat membantu menguraikan susunan kimia pada
batuan. Oleh karena itu, jenis dan jumlah tumbuhan yang ada di suatu
daerah sangat besar pengaruhnya terhadap pelapukan. Sebenarnya antara
tumbuh-tumbuhan dan proses pelapukan terdapat hubungan yang timbal
balik.

d. Topografi

Topografi yang kemiringannya besar dan menghadap arah datangnya


sinar matahari atau arah hujan, maka akan mempercepat proses
pelapukan.

Jenis-jenis pelapukan

 Pelapukan fisik (mekanis), yaitu pelapukan yang disebabkan oleh perubahan


volume batuan, dapat ditimbulkan oleh perubahan kondisi lingkungan
(berkurangnya tekanan, insolasi, hidrasi, akar tanaman, binatang, hujan dan
petir), atau karena interupsi kedalam pori-pori atau patahan batuan.
 Pelapukan kimiawi, yaitu pelapukan yang ditimbulkan oleh reaksi kimia
terhadap massa batuan. Air, oksigen dan gas asam arang mudah bereaksi
dengan mineral, sehingga membentuk mineral baru yang menyebabkan
batuan cepat pecah. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas
pelapukan kimiawi yaitu:

- Komposisi batuan

Ada mineral yang mudah bereaksi dengan air, oksigen dana gas asam
arang, ada juga yang sulit. Bagi mineral yang mudah bereaksi dengan air,
oksigen dan gas asam arang akan cepat lapuk daripada mineral yang sulit
bereaksi dengan air, oksigen dan asam arang.

- Iklim

Daerah yang mempunyai iklim basah adan panas misalnya ilim hujan
tropis akan mempercepat proses reaksi kimia, sehingga batuan menjadi
cepat lapuk.

6
- Ukuran batuan

Makin kecil ukuran batuan makin intensif reaksi kimia pada batuan
tersebut berarti makin cepat pelapukannya.

 Pelapukan organik yaitu pelapukan yang disebabkan oleh mahkluk hidup,


seperti lumut. Pengaruh yang disebabkan oleh tumbuh tumbuhan ini dapat
bersifat mekanik atau kimiawi. Pengaruh sifat mekanik yaitu
berkembangnya akar tumbuh-tumbuhan di dalam tanah yang dapat merusak
tanah disekitarnya. Pengaruh zat kimiawi yaitu berupa zat asam yang
dikeluarkan oleh akar- akar serat makanan menghisap garam makanan. Zat
asam ini merusak batuan sehingga garam-garaman mudah diserap oleh akar.
Manusia juga berperan dalam pelapukan melalui aktifitas penebangan
pohon, pembangunan maupun penambanga.

Ø Gerakan massa batuan (mass wasting)

yaitu perpindahan atau gerakan massa batuan atau tanah yang ada di lereng oleh
pengaruh gaya berat atau gravitasi atau kejenuhan massa air. Ada yang menganggap
masswasting itu sebagai bagian dari pada erosi dan ada pula yang memisahkannya. Hal
ini mudah difahami karena memang sukar untuk dipisahkan secara tegas, karena dalam
erosi juga gaya berat batuan itu turut bekerja.

Pada batuan yang mengandung air, gerakan massa batuan itu lebih lancar dari
pada batuan yang kering. Perbedaannya ialah bahwa pada masswasting, air hanya
berjumlah sedikit dan fungsinya bukan sebagai pengangkut, melalinkan hanya sekedar
membantu memperlancar gerakan saja. Sedang dalam erosi diperlukan adanya tenaga
pengangkut. Gerakan massa batuan pada dasarnya disebabkan oleh adanya
gayaberat/gravitasi atau gaya tarik bumi. Faktor-faktor pengontrol mass wasting antara
lain:

a. Kemiringan lereng.

Makin besar sudut kemiringan lereng dari suatu bentuk lahan semakin besar
peluang terjadinya Mass Wasting, karena gaya berat semakin berat pula.

b. Relief lokal,

Terutama yang mempunyai kemiringan lereng cukup besar, misal kubah,


perbukitan mempunyai peluang yang besar untuk terjadinya Mass Wasting.

c. Ketebalan hancuran batuan(debris) diatas batuan dasar,

7
Ketebalan hancuran batuan atau Debris diatas batuan dasar makin tebal hancuran
batuan yang berada diatas batuan dasar, makin besar pula peluang untuk
terjadinya Mass Wasting, karena permukaan yang labil makin besar pula.

d. Orientasi bidang lemah dalam batuan

Pada umumnya Mass wasting akan mengikuti alur bidang lemah dalam batuan,
karena orientasi bidang lemah tersebut akan lapuk lebih dahulu kemudian materi
yang lapuk akan bergerak.

e. Iklim

Kondisi iklim disuatu daerah akan mempengaruhi cepat atau lambatnya Mass
wasting.

3.Aspek Morfogenesis
Satuan Bentuk Lahan Asal Denudasioal

1. Pegunungan Denudasional

Karakteristik umum unit mempunyai topografi bergunung dengan lereng


sangat curam (55>140%), perbedaan tinggi antara tempat terendah dan tertinggi (relief)
> 500 m.Mempunyai lembah yang dalam, berdinding terjal berbentuk V karena proses
yng dominan adalah proses pendalaman lembah (valley deepening).

Gambar 1. Bentuk Pegunungan Denudasional

2. Perbukitan Denudasional

Mempunyai topografi berbukit dan bergelombang dengan lereng berkisar


antara 15 > 55%, perbedaan tinggi (relief lokal) antara 50 -> 500 m.Terkikis sedang
hingga kecil tergantung pada kondisi litologi, iklim, vegetasi penutup daik alami
maupun tata guna lahan. Salah satu contoh adalah pulau Berhala, hamper 72,54 persen
pulau tersebut merupakan perbukitan dengan luas 38,19 ha. Perbukitan yang berada di

8
pulau tersebut adalah perbukitan denudasional terkikis sedang yang disebabkan oleh
gelombang air laut serta erosi sehingga terbentuk lereng-lereng yang sangat curam.

Gambar 2. Perbukitan Denudasional

3. Dataran Nyaris (Peneplain)

Akibat proses denudasional yang bekerja pada pegunungan secara terus


menerus, maka permukaan lahan pada daerah tersebut menurun ketinggiannya dan
membentuk permukaan yang hamper datar yang disebut dataran nyaris (peneplain).
Dataran nyaris dikontrol oleh batuan penyusunan yang mempunyai struktur berlapis
(layer). Apabila batuan penyusun tersebut masih dan mempunyai permukaan yang datar
akibat erosi, maka disebut permukaan planasi.

Gambar 3. Dataran Nyaris

4. Perbukitan Sisa Terpisah (inselberg)

Apabila bagian depan (dinding) pegunungan/perbukitan mundur akibat proses


denudasi dan lereng kaki bertambah lebar secara terus menerus akan meninggalkan
bentuk sisa dengan lereng dinding yang curam. Bukit sisah terpisah atau inselberg
tersebut berbatu tanpa penutup lahan (barerock) dan banyak singkapan batuan (outcrop(.
Kenampakan ini dapat terjadi pada pegunungan/perbukitan terpisah maupun pada
sekelompok pegunungan/perbukitan, dan mempunyai bentuk membulat. Apabila
bentuknya relative memanjang dengan dinding curam tersebut monadnock.

9
Gambar 4. Perbukitan Sisa Terpisah

5. Kerucut Talus (Talus cones) atau kipas koluvial (coluvial van)

Mempunyai topografi berbentuk kerucut/kipas dengan lereng curam (350).


Secara individu fragmen batuan bervariasi dari ukuran pasir hingga blok, tergantung
pada besarnya cliff dan batuan yang hancur. Fragmen berukuran kecil terendapkan pada
bagian atas kerucut (apex) sedangkan fragmen yang kasar meluncur ke bawah dan
terendapkan di bagian bawah kerucut talus.

Gambar 5. Talus Cones atau Coluvial Van

6. Lereng Kaki (Foot slope)

Mempunyai daerah memanjang dan relatif sermpit terletak di suatu


pegunungan/perbukitan dengan topografi landai hingga sedikit terkikis. Lereng kaki
terjadi pada kaki pegunungan dan lembah atau dasar cekungan (basin). Permukaan
lereng kaki langsung berada pada batuan induk (bed rok). Dipermukaan lereng kaki
terdapat fragmen batuan hasil pelapukan daerah di atasnya yang diangkut oleh tenaga
air ke daerah yang lebih rendah.

10
Gambar 6. Lereng Kaki

7. Lahan Rusak (Bad land)

Merupakan daerah yang mempunyai topografi dengan lereng curam hingga


sangat curam dan terkikis sangat kuat sehingga mempunyai bentuk lembah-lembah
yang dalam dan berdinding curam serta berigir tajam (knife-like) dan membulat. Proses
erosi parit (gully erosion) sangat aktif sehingga banyak singkapan batuan muncul ke
permukaan (rock outcrops).

Gambar 7. Bad Land

8. Rombakan Kaki Lereng

Rombakan kaki lereng meurpakan debris batuan yang terkumpul di kaki


jurang/tebing lereng.

11
Gambar 8. Rombakan Kaki Lereng

B. Dampak Proses Bentuk Lahan Asal Denudasional


Proses bentuk lahan denudasional adalah erosi, mass wasting, dan juga
pelapukan. Ketiga proses tersebut memberikan dampak atau pengaruh bagi lahan di
permukaan bumi. Selain, menyebabkan terbentuknya lahan baru seperti yang telah
dijelaskan di atas (contoh satuan bentuk lahan asal denudasional), ketiga proses tersebut
juga membawa dampak lain.

C. Cara Mengatasi Dampak Proses Bentuk Lahan Asal Denudasional


a. Upaya Pengendalian Erosi
Erosi tidak dapat dicegah secara sempurna karena merupakan proses alam.
Pencegahan erosi merupakan usaha pengendalian terjadinya erosi yang
berlebihan sehingga dapat menimbulkan bencana. Ada banyak cara untuk
mengendalikan erosi antara lain :
• Pengolahan Tanah.
Areal tanah yang diolah dengan baik dengan penanaman tanaman,
penataan tanaman yang teratur akan mengurangi tingkat erosi
• Pemasangan Tembok Batu Rangka Besi
Dengan membuat tembok batu dengan kerangka kawat besi di pinggir sungai
dapat mengurangi erosi air sungai.
• Penghutanan Kembali
Yaitu mengembalikan suatu wilayah hutan pada kondisi semula dari keadaan
yang sudah rusak
• Penempatan Batu Batu Kasar sepanjang Pinggir Pantai untuk mengurangi
erosi
akibat air laut.
• Pembuatan Pemecah Angin atau Gelombang
Pohon pohonan yang ditanam beberapa garis untuk mengurangi kekuatan
angin

12
atau gelombang.
• Pembuatan Teras Tanah Lereng
Teras tanah berfungsi untuk memperkuat daya tahan tanah terhadap gaya
erosi

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Proses denudasional merupakan proses yang cenderung mengubah bentuk
permukaan bumi yang disebut dengan proses penelanjangan. Proses yang utama adalah
degradasi berupa pelapukan yang memproduksi regolit dan saprolit serta proses erosi,

13
pengangkutan dan gerakan massa. Proses ini lebih sering terjadi pada satuan perbukitan
dengan material mudah lapuk dan tak berstruktur. Proses degradasi menyebabkan
agradasi pada lerengkaki perbukitan menghasilkan endapan koluvial dengan material
tercampur. Kadang proses denudasional terjadi pula pada perbukitan struktur dengan
tingkat pelapukan tinggi, sehingga disebut satuan struktural denudasional.

Proses denudasional sangat dipengaruhi oleh tipe material (mudah lapuk),


kemiringan lereng, curah hujan dan suhu udara serta sinar matahari, dan aliran-aliran
yang relatif tidak kontinyu. Karakteristik yang terlihat di foto udara, umumnya topografi
agak kasar sampai kasar tergantung tingkat dedudasinya, relief agak miring sampai
miring, pola tidak teratur, banyak lembah-lembah kering dan erosi lereng/back erosion,
penggunaan lahan tegalan atau kebun campuran dan proses geomorfologi selalu
meninggalkan bekas di lereng-lereng bukit dan terjadi akumulasi di kaki lereng, serta
kenampakan longsor lahan lebih sering dijumpai.

B. Saran
Makalah ini dibuat untuk menambah pengetahuan dan pemahaman kita semua
terhadap bentuk lahan denudasional. Dan tentu saja makalah ini tidak luput dari
kesalahan. Oleh karena itu kami sebagai penulis memohon saran dan kritiknya agar
makalah ini kedepannya menjadi lebih baik lagi.

Daftar Pustaka

· http://lutfiardiansyahsaputra.wordpress.com/2013/04/03/bentuk-lahan-asal-
denudasional/

· https://www.google.com/search?q=lereng+kaki&ie=utf-8&oe=utf

· https://www.google.com/search?q=pegunungan+denudasional&ie

14
· https://www.google.com/search?q=kerusakan+lahan&

· https://www.google.com/search?q=perbukitan+sisa+terpisah

· https://www.google.com/search?q=kerucut+talus

15

Anda mungkin juga menyukai