Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Permukaan bumi selalu mengalami perubahan sebagai akibat terus menerus
berlangsungnya proses-proses baik yang bekerja dari dalam bumi (proses endogen)
dan proses yang berasal dari luar permukaan bumi (proses eksogen). Proses-proses
tersebut dapat mengakibatkan terjadinya berbagai bentuklahan (landforms) di
permukaan bumi ini. Bentuklahan (landforms) adalah salah satu dari aspek utama
obyek kajian geomorfologi. Bentuklahan merupakan kenampakan medan yang
dibentuk oleh proses-proses alam dan mempunyai komposisi serangkaian, karateristik
fisik dan visual tertentu di manapun bentuklahan ditemui. Bentuklahan mengalami
proses perubahan secara dinamis selama proses geomorfologi bekerja pada
bentuklahan tersebut.
Geomorfologi itu sendiri merupakan bidang keilmuan yang berkembang sangat
pesat dan mengalami penyempurnaan serta pemantapan. Geomorfologi adalah ilmu
yang mendeskripsi secara genetis bentuklahan dan proses-proses yang mengakibatkan
terbentuknya bentuklahan tersebut serta mencari hubungan antara bentuklahan
dengan proses-proses dalam susunan keruangannya. Penyebab proses geomorfologi
adalah benda-benda alam yang dikenal dengan benda-benda alam berupa angin dan
air. Proses geomorfologi meninggalkan bekas tertentu pada bentuk lahan dan setiap
proses geomorfologi yang bekerja meninggalkan karakteristik tertentu pada masing-
masing perkembangannya.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam laporan ini ada beberapa masalah yang akan dibahas, antara lain :
1.      Pengertian geomorfologi
2.      Klasifikasi geomorfologi menurut Van Zuidam dan Verstappen
3.      Perbandingan klasifikasi geomorfologi menurut Van Zuidam dan Verstappen

1.3 Tujuan
Adapun tujuan laporan ini adalah :
1.      Untuk mengetahui pengertian geomorfologi
2.      Untuk mengetahui klasifikasi geomorfologi menurut Van Zuidam dan
Verstappen
3.      Untuk mengetahui perbandingan dari klasifikasi geomorfologi menurut Van
Zuidam dan Verstappen
1.4 Manfaat
Manfaat makalah ini adalah memberikan informasi tentang klasifikasi
geomorfologi dalam mata kuliah praktikum geomorfologi
BAB II
DASAR TEORI

Pada hakekatnya geomorfologi dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang roman


muka bumi beserta aspek aspek yang mempengaruhinya termasuk deskripsi,
klasifikasi, genesa, perkembangan dan sejarah permukaan bumi. Kata geomorfologi
berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari tiga kata, yaitu geos (earth/bumi),
morphos (shape/bentuk), logos (pengetahuan). Berdasarkan kata kata tersebut, maka
pengertian geomorfologi merupakan pengetahuan tentang bentuk bentuk permukaan
bumi (Noor, 2014).
Istilah yang luas digunakan di Eropa sebelum digunakan di Amerika Serikat
adalah fisiografi dianggap sebagai cabang dari geologi. Secara tegas, geomorfologi
mempelajari hal yang berhubungan dengan bentuk bumi (termasuk geodesi, struktur
dan geologi dinamik). Pemakaian istilah ini sangat umum digunakan di Eropa, karena
istilah ini digunakan secara luas pada ilmu kebumian. Pernyataan tersebut
mencerminkan bahwa peran geomorfologi untuk analisis dan rekonstruksi geologi
menjadi sangat penting untuk dipahami oleh para ahli geologi (Bermana, 2006).
Geomorfologi adalah ilmu tentang bentuk lahan pada permukaan bumi, baik
diatas maupun dibawah permukaan air laut, dan menekankan pada asal mula
terbentuknya (genesis) serta perkembangan yang akan datang, dan hubungan dengan
lingkungannya. Geomorfologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuklahan yang
menyusun permukaan bumi, baik diatas maupun dibawah permukaan air laut dan
menekankan pada asal mula terjadinya serta perkembangan yang akan datang dan
hubungan dengan kelingkungan (Verstappen, 1983).
Bentuklahan adalah bentukan pada permukaan bumi sebagai hasil perubahan
bentuk permukaan bumi oleh proses-proses geomorfologis yang beroperasi pada
permukaan bumi. Proses geomorfologi tersebut menyangkut semua perubahan baik
fisik maupun kimia yang terjadi dipermukaan bumi oleh tenaga-tenaga
geomorfologis. Tenaga geomorfologis adalah semua tenaga yang ditimbulkan oleh
medium alami yang berada dipermukaan bumi (Dibyosaputro, 1999).
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Geomorfologi


Geomorfologi adalah ilmu yang mendiskripsikan secara genetis bentuklahan dan
poses-proses yang mengakibatkan terbentuknya bentuklahan tersebut serta mencari
hubungan antara bentuklahan dengan proses-proses dalam susunan keruangan.
Geomorfologi merupakan merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari
bentuklahan dan pembentukan permukaan bumi dan pembentukan permukaan bumi
oleh proses geomorologi baik oleh tenaga yang berasal dari dalam bumi (endogen)
maupun dari luar bumi (eksogen). Faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya
proses geomorfologi yang bekerja dialamnya seperti aktivitas manusia, topografi,
geologi dan iklim. Proses geomorfologi akan meninggalkan bekas yang menonjol
pada setiap bentuklahan dan proses geomorfologi berkembang sesuai dengan
karakteristik bentuklahannya. Proses geomorfologi adalah perubahan baik secara fisik
maupun kimia yang mengakibatkan modifikasi bentuk permukaan bumi.
Bentuklahan adalah fenomena geologi yang telah banyak dikembangkan dan
direnungkan oleh para akhli filsafat kuno dan tidak hanya membuat pernyataan "saat
ini menjadi kunci masa lalu", tetapi proses geomorfologi saat ini memilki arti yang
sangat penting, karena perbincangan tentang sistematika evolusi geomorfologi tidak
hanya terjadi pada awal abad ke 19, tetapi berlangsung sampai sekarang.
Terdapat empat aspek utama geomorfologi sebagai berikut: (1) morfologi
mencakup morfografi dan morfometri, (2) morfogenesa mencakup morfostruktur
aktif, morfostruktur pasif dan morfodinamik, (3) morfokronologi dan (4)
morfoarangement. Aspek morfologi terdiri dari morfografi dan morfometri.
Morfografi yang mendeskripsikan bentuklahan secara geomorfologis suatu daerah
seperti teras sungai, beting pantai, kipas aluvial dan plato. Sedangkan morfometri
yakni aspek-aspek kuantitatif dari suatu daerah seperti kemiringan lereng, bentuk
lereng, ketinggian, beda tinggi, kekasaran medan, bentuk lembah, tingkat pengikisan
dan pola aliran.
3.2 Klasifikasi Geomorfologi
1. Klasifikasi Satuan Geomorfologi menurut Van Zuidam (1983)
Klasifikasi unit geomorfologi bentuklahan asal vulkanik
(van Zuidam,1983)
Kod Warna
Unit Karakteristik
e
Dasar depresi cekung datar hingga
curam dengan dinding yang curam
V1 Kawah gunungapi
hingga sangat curam. Tersayat
menengah.
Perbukitan tebing yang sangat
curam hingga curam. Sangat
Kerucut gunungapi (abu, curam, lereng atas gunung api dan
V2
atau kerucut berhamburan) curam, tengah dan lereng bawah
gunung api. Tersayat lemah hingga
menengah.
Perbukitan tebing yang sangat
curam hingga curam. Lereng atas
V3 Lereng gunungapi gunung api sangat curam dan
tengah curam dan lereng bawah
gunung api. Tersayat kuat.
Kerucut strato-vulkano / Perbukitan tebing yang sangat
V4 kemiringan lereng atas dan curam hingga curam. Tersayat
tengan gunungapi lemah hingga menengah.
Kerucut strato-vulkano /
Perbukitan tebing yang sangat
V5 kemiringan lereng atas dan
curam hingga curam. Tersayat kuat.
tengan gunungapi
Kaki Lereng Fluvial
Lereng curam menengah hingga
Gunung Api Atas / Lereng
V6 lemah. Tersayat lemah hingga
Bawah Gunung Api tersayat
menengah.
lemah hingga menengah
V7 Kaki Lereng Fluvial Lereng curam menengah hingga
Gunung Api Atas / Lereng
lemah. Tersayat kuat. (Bagian
Bawah Gunung Api tersayat
Teras & Non-Teras)
kuat
Lereng landai-curam. Tersayat
lemah, Biasanya terbentuk oleh
Dataran & Kaki Lereng
V8 lahar dan deposit tuff. Agak miring,
Fluvial Gunung Api Atas
topografi perbukitan hingga landai.
Tidak atau tersayat lemah.
Kaki Lereng Fluvial Biasanya terbentuk oleh banjir dan
Gunung Api Bawah, deposit tuff. Agak miring, topografi
V9 Dataran Antara Gunung Api bergelombang. Tidak atau tersayat
& Dataran Fluvial Gunung lemah; jika masih aktif, tergenang
Api hingga banjir.
Padang Furmarol Lereng curam, topografi
V10
& atau Solfatara bergelombang sampai berputar
Padang Lava / Aliran / Lereng curam menengah hingga
V11 Dataran Tinggi / Titik lemah. Topografi landai hingga
Letusan Lava bergelombang.
Lereng curam menengah hingga
Debu, Tuff & atau
V12 lemah. Topografi landai hingga
Dataran / Padang Lapilli
bergelombang. Tersayat menengah.
Lereng curam-sangat cuuram mirip
V13 Panezes dengan flat-irons, tersayat sangat
kuat oleh jurang atau barrancos
Pebukitan Denudasional
V14 Gunung Api (Gunung Tebing landai-curam, tersayat kuat
Berapi Terkikis & Kaldera)
Lereng landai-sangat curam, bukit
V15 Leher gunungapi
terisolasi, tersayat kuat

Klasifikasi unit geomorfologi bentuklahan asal karst


(van Zuidam,1983)
Kod Warna Unit Karakteristik
e
Topografi bergelombang –
Karst Plateaus bergelombang kuat dengan sedikit
K1
(Dataran Tinggi Kar)st depresi hasil pelarutan dan lembah
mengikuti kekar.
Karst/Denudation Slope Topografi dengan lereng menengah
and Hills – curam, bergelombang kuat –
(Lereng Karst Denudasional berbukit, permukaan tak teratur
K2
, lereng kastified pada dengan kemungkinan dijumpai
batugamping yang relatif lapis, depresi hasil pelarutan dan
keras) sedikit lembah kering.
Karstic/Denudational Hills Topografi dengan lereng menengah
and Mountains sangat curam, berbukit,
K3
(Perbukitan & Lereng Karst pegunungan, lapis, depresi hasil
Denudasional) pelarutan,cliff, permukaan berbatu.
Topografi dengan lereng curam –
Labyrint or Starkarst Zone sangat curam, permukaan sangat
K4
(Labirin atau star kars) kasar dan tajam dan depresi hasil
pelarutan yang tak teratur.
Topografi dengan lereng menengah
– sangat curam, bergelombang kuat
K5 Conical Karst Zone – berbukit, perbukitan membundar
bentuk conic & pepino & depresi
polygonal (cockpits & glades).
Perbukitan terisolir dengan lereng
Tower Karst Hills or Hills
sangat curam – amat sangat curam
K6 Zone/Isolated Limestone
(towers, hums, mogots atau
Remnant
haystacks).
K7 Karst Aluvium Plains Topografi datar – hampir datar
mengelilingi sisa batugamping
terisolasi / zona perbukitan menara
karst atau perbukitan normal atau
terajam lemah.
Lereng hampir datar – landai,
Karst Border/Marginal
K8 terajam dan jarang atau sangat
Plain (Tepian Kars)
jarang banjir.
Sering ditamukan depresi polygonal
atau hasil pelarutan dengan tepi
K9 Major Uvala/Glades
lereng curam menengah – curam,
jarang banjir.
Bentuk depresi memanjang dan
luas, sering berkembang pada sesar
K10 Poljes dan kontak litologi, sering banjir
oleh air sungai, air hujan & mata air
karst.
Lembah dengan lereng landai
curam – menengah, sering dijumpai
K11 Dry Valleys (Major) sisi lembah yang curam – sangat
curam, depresi hasil pelarutan
(ponors) dapat muncul.
Lembah berlereng landai curam –
menengah dengan sisi lembah
Karst Canyons/Collapsed
K12 sangat curam – teramat curam,
Valleys
dasar lembah tak teratur dan
jembatan dapat terbentuk.

Klasifikasi unit geomorfologi bentuklahan asal Aeolian


(van Zuidam,1983)

Kode Warna Unit Karakteristik


Topografi bergelombang-melingkar
dengan bukit- berbukit rendah
A1 Sateurated dune fields
berbagai bentuk, berkembang
dicover pasir kontinyu
A2 Non-satureted dune fields Topografi bergelombang-melingkar
dengan bukit rendah- berbukit
rendah dari berbagai bentuk,
berkembang dicover pasir non-
kontinyu
Relative kecil,daerah terisolasi
Terpencil, bukit pasir minor dengan topografi bergelombang-
A3 kompleks gundukan kecil melingkar, bukir rendah ke bukit
atau bukit besar terisolasi rendah berbagai bentuk atau besar,
gumuk terisolasi
Topografi hampir datar-
bergelombang dengan benjolan
A4 Lembar pasir
rendah berbentuk kubah dan
depresi dangkal
Hampir datar untuk topografi
A5 Reg/serir bergelombang ditutupi oleh trotoar
gurun

Klasifikasi unit geomorfologi bentuklahan asal Denudasional


(van Zuidam,1983)
Kode Warna Unit Karakteristik Umum
Perbukitan & Lereng Lereng landai – curam menengah
D1 Denudasional dengan erosi (topografi bergelombang kuat),
kecil tersayat lemah – menengah.
Perbukitan & Lereng Lereng curam menengah - curam
D2 Denudasional dengan erosi (topografi bergelombang kuat –
sedang sampai parah berbukit), tersayat menengah tajam.
D3 Pegunungan & Perbukitan Lereng berbukit curam – sangat
Denudasional curam hingga topografi
pegunungan, tersayat menengah
tajam.
Lereng yang berbukit curam –
sangat curam, tersayat menengah.
(Borhardts: membundar, curam,
D4 Bukit Sisa Terisolasi
halus; Monadnocks: memanjang,
curam; Bentuk yang tidak rata
dengan atau tanpa blok penutup.)

Hampir datar, topografi landai


D5 Dataran (Peneplains) sampai bergelombang. Elevasi
rendah.
Dataran yang Terangkat / Hampir datar, topografi landai
D6 Dataran Tinggi (Raized sampai bergelombang. Elevasi
Peneplains / Plateaus) tinggi.
Relatif rendah, lereng hampir
horizontal sampai rendah. Hampir
D7 Kaki Lereng
datar, topografi bergelombang
dalam tahap aktif.
Tebing yang rendah sampai cukup
bergelombang ke topografi landai
D8 Piedmonts
di kaki bukit dan dataran tinggi
pegunungan.
Lereng yang curam sampai sangat
D9 Gawir (Scarp)
curam.
D10 Kipas Rombakan Lereng Lereng agak curam sampai rendah.
Tidak rata, tebing landai sampai
Daerah dengan Gerakan
D11 sedang ke topografi perbukitan.
Massa Batuan yang Kuat
(Slides, Slumps, dan Flows)
Curam hingga topografi miring
Lahan Rusak / Daerah
yang sangat curam. (Ujung runcing,
D12 dengan erosi parit aktif dan
puncak membulat dan tipe
parah
castellite)
Klasifikasi unit geomorfologi bentuklahan asal marin
(van Zuidam,1983)

Kode Warna Unit Karakteristik

Hamper datar, lereng landai, banjir


M1 Marine wave cut platforms saat air pasang, sering terlihat
morfologi tidak teratur

Tebing dan zona kedudukan Lereng curam-sangat curam,


M2
laut topografi tidak teratur

Hampir datar, lereng landau,


terkena banjir saat pasang,
topografi tidak teratur karena garis
M3 beaches pantai, bars, swales and sand
deposits reworked by wind. Pasir,
shingle, kerikil, brangkal, dan
batuan pantai

Pematang pantai, spits and Topografi landi-cukup curam,


M4 tombolo bars, possibly bentuk memanjang dengan
slightly reworked by wind cekungan deflasi dan bukit pasir

Depresi memanjang amper rata


antara pematang pantai, yang
M5 swales
sekarang sering banjir dan yang
lampau jarang banjir

Lereng landau-curam dengan


Active coastal dunes (bukit topografi memanjang (fore dunes),
M6
pasir pesisir aktif) seperti bulan sabi (barchans dunes
dan parabolic dunes), non-vegetasi

Inactive or dormant coastal Lereng landau-curam dengan


M7
dunes (bukit pasir pesisir topografi memanjang (fore dunes),
seperti bulan sabit (parabolic
tidak aktif)
dunes), sering padat vegetasi

Topografi hamper datar tersyat oleh


pasang surut air laut yang
Non-vegetated tidal flats /
M8 berbatasan dengan tanggul kecil
mud flats
dan cekungan dangkal, secara
teratur banjir

Topografi hamper datar tersyat oleh


pasang surut air laut yang
berbatasan dengan tanggul dengan
baik dan cekungan dangkal, secara
M9 vegetated tidal flats
teratur banjir

(swampy tidal flats : mangroves,


marshy tidal flats : grasses and
shrubs)

Marine flood plains (dataran Topografi Lereng datar-landai,


M10
banjir laut) tersayat lemah

Topografi lereng hamper datar-


landai, tersayat lemah oleh aktivitas
M11 Marine terraces
fluvial, pada dasarnya tidak
dibanjiri lagi oleh air laut

Tempat hiduo koral disekitar zona


Lithothamnium ridges/reef pantai dengan topografi tidak
M12
rings/atolls teratur, permanen ttertutup oleh air
laut
M13 Coral reefs (batu karang) Tempat hidup koral di zona pasang
surut dengan topografi tidak teratur
Datar, topografi yang tidak teratur
V14 Reef flats karang terutama mati, pada
dasarnya di atas zona pasang surut

Datar, berteras, topografi sedikit


miring atau bergelombang dimana
M15 Reef caps/uplifted reefs
tempat karang mati, biasanya
terkena banjir

Hamper datar, topografi


M16 Ramparts and cays bergelombang, dengan endapan
linear
M17 lagoons Water filled depression

Klasifikasi unit geomorfologi bentuklahan asal glasial


(van Zuidam,1983)

Kode Warna Unit Karakteristik

G1 Salju abadi dan es gletser salju atau es tertutup permukaan

Lereng landau-curam dengan


depresi melingkar, sebagian
G2 Nivation dan glacial cirques
berbatasan curam-dinding sangat
curam
Lereng sangat curam, bukit dan
gunung dengan sharply crested
G3 Es dan tersebar lereng bukit
water devides (acretes and horns),
tersayat kuat
G4 Lereng bermotif garis-garis Lereng landai-curam, permukaan
dan gelifluction stripes, lobes halus-tidak teratur, tersayat kuat
dan teras
Lereng cukup curam-sangat curam,
G5 Ereng scree dan bidaang blok
permukaan kasar

Lereng curam-ekstim dengan sisi


Glasial melalui lembah /
G6 lembah relative landau dan bawah
lembah menggantung
lembah
Zona dengan tanah, lateral Lereng landau-curam, topografi
G7 menengah / bawah moraine bergelombang-melingkar, kadang-
terminal kadang bentuk memanjang
Outwash dataran / bawah
G8 Lereng cukup curam, tersayat kuat
lembah fluvio-glasial

Klasifikasi unit geomorfologi bentuklahan asal struktural


(Van Zuidam, 1983).
Kode Warna Unit Karakteristik Umum
Topografi bergelombang
sedang hingga bergelombang
Rendah sampai cukup miring.
S1 kuat dengan pola aliran
Tersayat menengah.
berhubungan dengan kekar,
dan patahan
Topografi bergelombang
Rendah sampai topografi tebing
sedang hingga bergelombang
yang cukup miring dengan
S2 kuat dengan pola aliran
berbentuk linear. Tersayat
berkaitan dengan singkapan
menengah – kuat.
batuan berlapis
Topografi bergelombang
kuat hingga perbukitan Sedang sampai topografi tebing
S3
dengan pola aliran berkaitan yang cukup miring. Tersayat kuat.
dengan kekar dan patahan
S4 Topografi perbukitan hingga Cukup curam sampai topografi
pegunungan dengan pola tebing yang sangat miring curam
aliran berkaitan dengan dengan berbentuk linear. Tersayat
singkapan batuan berlapis menengah sampai kuat.
Topografi datar hingga
Mesas / Dataran Tinggi yang
S5 bergelombang lemah di atas plateau
Dikontrol Struktur
dan perbukitan di bagian tebing.
Bergelombang lemah di bagian
S6 Cuestas lereng belakang dan perbukitan
pada lereng depan. Tersayat lemah.
Tinggian berupa topografi
S7 Hogbacks & Flatirons
perbukitan tersayat.
Topografi bergelombang lemah
Teras Denudasional
S8 hingga perbukitan. Tersayat
Struktural
menengah.
Perbukitan Antiklin & Topografi bergelombang kuat
S9
Sinklin hingga perbukitan.
Lereng yang cukup curam hingga
rendah / topografi landai sampai
S10 Depresi Sinklin & Combes
bergelombang. Tersayat lemah –
menengah.
Topografi bergelombang kuat
S11 Kubah / Perbukitan Sisa
hingga perbukitan.
Topografi bergelombang kuat
S12 Dykes hingga perbukitan. Tersayat
menengah.
Gawir Sesar & Topografi bergelombang kuat
S13 Gawir Garis Sesar hingga perbukitan. Tersayat
(Tebing yang Curam) menengah sampai kuat.
Topografi bergelombang lemah
S14 Depresi Graben
hingga kuat.
Topografi bergelombang kuat
S15 Tinggian Horst
hingga perbukitan.

2. Klasifikasi Satuan Geomorfologi menurut Verstappen (1985)


Klasifikasi unit geomorfologi bentuklahan asal vulkanik
(Verstappen, 1985).
Kode Warna Unit
V1 Kepundan
V2 Kerucut Vulkanik
V3 Lereng Vulkanik Atas
V4 Lereng Vulkanik Tengah
V5 Lereng Vulkanik Bawah
V6 Kaki Vulkanik
V7 Dataran Kaki Vulkanik
V8 Dataran Fluvial Vulkanik
V9 Padang Lava
V10 Padang Lahar
V11 Lelehan Lava
V12 Aliran Lahar
V13 Dataran Antara Vulkanik
V14 Dataran Tinggi Lava
V15 Planezee
V16 Padang Abu, Tuff, Lapilli
V17 Solfatara
V18 Fumaroles
V19 Bukit Vulkanik Terdenudasi
V20 Leher Vulkanik
V21 Sumbat Vulkanik
V22 Kerucut Parasiter
V23 Boca

Klasifikasi unit geomorfologi bentuklahan asal kars


(Verstappen, 1985).
Kode Warna Unit
K1 Dataran Tinggi Karst
K2 Lereng & Perbukitan Karst Terkikis
K3 Kubah Karst
K4 Bukit Sisa Karst
K5 Dataran Alluvial Karst
K6 Uvala, Doline
K7 Polje
K8 Lembah Karst
K9 Ngarai
Klasifikasi unit geomorfologi bentuklahan asal aeolian
(Verstappen, 1985).
Kode Warna Unit
A1 Bukit Gumuk Pasir memanjang longitudinal
A2 Dataran Gurun

Klasifikasi unit geomorfologi bentuklahan asal denudasional


(Verstappen, 1985).

Kode Warna Unit


D1 Perbukitan Terkikis
D2 Pegunungan Terkikis
D3 Bukit Sisa
D4 Bukit Terisoloasi
D5 Dataran Nyaris
D6 Dataran Nyaris Terangkat
D7 Lereng Kaki
D8 Pediment
D9 Piedmen
D10 Lereng Terjal
D11 Kipas Rombakan Lereng
D12 Daerah dengan Gerakan Massa Kuat
D13 Lahan Rusak

Klasifikasi unit geomorfologi bentuklahan asal struktural


(Verstappen, 1985).
Kode Warna Unit
S1 Blok Sesar
S2 Gawir Sesar
S3 Gawir Garis Sesar
S4 Pegunungan Antiklin
S5 Perbukitan Antiklin
S6 Pegunungan Sinklinal
S7 Perbukitan Sinklinal
S8 Pegunungan Monoklinal
S9 Perbukitan Monoklinal
S10 Pegunungan Dome atau Kubah
S11 Perbukitan Dome atau kubah
S12 Dataran Tinggi Plato
S13 Cuesta
S14 Hogback
S15 Bentuk seterika Flatiron
S16 Lembah Antiklin
S17 Lembah Sinklin
S18 Lembah Subsekuen
S19 Tanah Sembul
S20 Tanah Terban
S21 Perbukitan lipatan kompleks

Klasifikasi unit geomorfologi bentuklahan asal fluvial


(Verstappen, 1985).
Kode Warna Unit
F1 Dataran Aluvial
F2 Dasar Sungai
F3 Danau
F4 Rawa
F5 Rawa Belakang
F6 Saluran Sungai Mati
F7 Dataran Banjir
F8 Tanggul Alam
F9 Ledok Fluvial
F10 Bekas Dasar Danau
F11 Hamparan celah atau tonjolan fluvial (crevasse splays)
F12 Gosong Lengkung Dalam
F13 Gosong Sungai
F14 Teras Fluvial
F15 Kipas Aluvial Aktif
F16 Kipas Alluvial Tidak Aktif
F17 Delta
F18 Igir Delta
F19 Ledok Delta
F20 Pantai Delta
F21 Rataan Delta

Klasifikasi unit geomorfologi bentuklahan asal glasial


(Verstappen, 1985).
Kode Warna Unit
G1 Perbukitan / Dataran Morena
G2 Dataran Teras Glasial
G3 Lembah Cirques
G4 Lembah Aliran Glasial
G5 Pegunungan Glasial

Klasifikasi unit geomorfologi bentuklahan asal marin


(Verstappen, 1985).
Kode Warna Unit
M1 Pelataran Pengikisan Gelombang
M2 Tebing Terjal & Tarik Pantai
M3 Gesik
M4 Beting Gesik Bura
M5 Tombolo
M6 Depresi Antar Beting
M7 Gumuk Pantai Aktif
M8 Gumuk Pantai Tidak Aktif
M9 Rataan Pasang Surut Bervegetasi
M10 Rataan Pasang Surut Tidak Bervegetasi

3.3 Perbandingan Klasifikasi Geomorfologi


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Bermana, I. 2006. Klasifikasi Geomorfologi untuk Pemetaan Geologi yang Telah


dibekukan. Bulletin of Scientific Contribution. Vol 4, No. 2
Dibyosaputro, S. 1999. Geomorfologi Dasar. Yogyakarta : UGM Press.
Noor, D. 2014. Geomorfologi. Yogyakarta : Deepublis
Verstappen, H. 1983. Applied Geomorphology. Amsterdam : Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai