Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

FILUM PORIFERA
( Calcarea, Demospongiae, Hexatinellida dan Sclerospongiae )

Disusun oleh :
AGUSTINUS S
F1D219008

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI

2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semua makhluk fosil, dan dunia lenyap yang mereka tinggali membantu kita
memahami tempat kita dalam ruang dan waktu. Mereka juga dapat bertindak
sebagai tolok ukur penting untuk apresiasi kita terhadap Bumi seperti saat ini
dan mungkin memberikan petunjuk untuk masa depannya. Museum Nasional
Sejarah Alam penuh dengan petunjuk fosil tentang masa lalu Bumi, dan dibantu
oleh koleksi-koleksi - dan beberapa penelitian mutakhir di Departemen
Paleobiologi - kursus ini akan mengeksplorasi sejarah kehidupan dari hari-hari
awal Bumi ke yang lebih baru kali dalam sejarah planet kita. Pada praktikum kali
ini membahas mengenai filum porifera. Kata porifera berasal dari bahasa Latin
porus (lubang kecil) dan ferre (membawa). Jadi Porifera berarti hewan yang
mempunyai tubuh berpori, dikenal juga sebagai hewan sponge atau spons.
Porifera ini hidup menetap (sessil) pada dasar perairan. Sebagian besar hewan ini
hidup di laut dan sebagian kecil yang hidup di air tawar. Bentuk tubuhnya
beraneka ragam, menyerupai tumbuhan, warnanya juga sangat bervariasi
dan dapat berubah-ubah. Dimana dalam filum Porifera akan terdapat empat
kelas.
Perkembangan zaman yang semakin berkembang tidak terlepas disertai oleh
perkembangan ilmu pengetahuan berkat peran teknologi sekarang ini yang amat
kompleks. Alat-alat yang semakin canggih menjadikan sebuah hal yang mustahil
dapat diketahui walaupun masih ada batasan-batasan. Pada abad 19
perkembangan Geologi modern semakin menarik perhatian para ilmuwan untuk
menjawab kejadian-kejadian yang ada sekarang ini bahkan masa lampau. Untuk
mengetahui kondisi kejadian masa lalu diperlukan rekam jejak atau sebagian
bahan bukti mengenai hal tersebut. Namun, secara ilmiah masa lampau yang
berjuta-juta tahun tidak mudah menemukan jejak atau bukti sebagia alat bantu
untuk menjelaskan kejadian yang sudah lama demi keperluan di masa sekarang.
Paleontologi hadir sebagai ilmu cabang dari salah ilmu kebumian yang
terkhusus mempelejari kehidupan yang pernah terjadi dimuka bumi ini.
Paleontologi yang berisikan kajian serta perjelasan mengenai perjalanan
kehidupan mahluk hidup yang pernah ada di muka bumi ini hingga perubahan
sampai saat ini. Paleontologi mengakses masa lampau menggunakan sisa
peninggalan mahluk pada hidup pada masa berupa fosil dengan informasi
tersebut banyak manfaat yang akan didapat.

Laporan Praktikum Paleontologi Filum Porifera 1


1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Filum Porifera
2. Memahami pembagian kelas dari Filum Porifera
3. Dapat dekskripsi pada setiap kelas dari maket yang telah dibuat
1.3 Alat dan Bahan
1. Modul
2. Laptop
3. Alat tulis
4. Maket Filum Porifera ( Calcarea, Demospongiae, Hexatinellida dan
Sclerospongiae )

Laporan Praktikum Paleontologi Filum Porifera 2


BAB II
DASAR TEORI

Kata porifera berasal dari bahasa Latin porus (lubang kecil) dan ferre
(membawa). Jadi Porifera berarti hewan yang mempunyai tubuh berpori, dikenal
juga sebagai hewan sponge atau spons. Porifera ini hidup menetap (sessil) pada
dasar perairan. Sebagian besar hewan ini hidup di laut dan sebagian kecil yang
hidup di air tawar. Bentuk tubuhnya beraneka ragam, menyerupai tumbuhan,
warnanya juga sangat bervariasi dan dapat berubah-ubah. Porifera memiliki
beberapa karakteristik. Tubuhnya bersel banyak, simetri radial, atau asimetris.
Sel-sel tersebut menyusun tubuh Porifera dalam dalam 2 lapis (dipoblastik),
membentuk jaringan yang belum sempurna dan di antaranya terdapat gelatin
yang disebut mesenkim. Tubuhnya mempunyai banyak pori, saluran-saluran,
dan rongga sebagai tempat air mengalir. Sebagian atau seluruh permukaan dalam
tubuhnya tersusun dari sel-sel yang berleher yang berflagelum, disebut
koanosit. Porifera melakukan pencernaan makanan di dalam sel atau secara
intrasel. Porifera mempunyai rangka dalam. Hewan berkembangbiak secara
kawin dan tak kawin. Secara kawin dilakukan dengan sel telur dan sel
spermatozoid. Larvanya berbulu getar dan dapat berenang. Sedangkan secara
tidak kawin dengan bertunas (Soetoto,2015)
Hewan spons atau disebut juga sebagai kelompok porifera merupakan hewan
multiseluler yang primitif. Tubuhnya tidak memiliki jaringan ataupun organ
sesungguhnya. Semua hewan dewasa anggota dari filum porifera bersifat
menempel atau menetap pada suatu dasar dan hanya menunjukkan sedikit
gerakan. Kata porifera berasal dari bahasa latin, ponus berarti lubang kecil,
sedangkan ferra berarti mengandung atau mengembang. Kata tersebut untuk
menunjukkan akan kekhususan hewan yang bersangkutan, yaitu hewan yang
memiliki banyak lubang-lubang kecil dan bila disingkat cukup disebut hewan
berpori (Suhardi, 2002).
Struktur tubuh Porifera kecuali berpori-pori dengan macam-macam bentuk,
dibagi atas tiga tipe yaitu Ascon, Sycon atau Scypha dan Rhagon. Dari tipe Ascon
yang berbentuk jambangan bunga yang merupakan tipe paling sederhana yang
dilihat suatu rongga sentral yang disebut Spongocoel atau paragaster. Ujung atas
dari jambangan terdapat lubang besar yang disebut osculum. Pada dinding
tubuh hewan ini terdapat lubang-lubang kecil yang disebut porosofil atau pori dan
sering juga disebut ostium. Dalam tubuh Porifera ditemukan sistem saluran air
yang dimulai dari pori-pori atau porosofil dan diakhiri pada lubang keluar utama
yang disebut oscolum. Sebelum air

Laporan Praktikum Paleontologi Filum Porifera 3


dikeluarkan melalui oskulum, maka air dari segala jurusan tubuh itu lebih
dahulu ditampung di alam rongga sentral atau spongocoel. Pola saluran air dari
berbagai jenis Porifera itu tidak sama, namun mempunyai fungsi pokok yang
sama yaitu mengalirkan air dari daerah eksternal ke dalam daerah internal dan
dikeluarkan kembali ke daerah eksternal (Maskoeri, 1992).
Ciri-ciri khusus tubuh porifera, yaitu tubuhnya memiliki banyak pori yang
merupakan awal dari system kanal (saluran air) yang menghubungkan
lingkungan eksternal dengan lingkungan internal. Tubuh porifera tidak
dilengkapi dengan apa yang disebut apendiks dan bagian tubuh yang dapat
digerakkan. Tubuh porifera belum memiliki saluran pencernaan makanan,
adapun pencernannya berlangsung secara intraseluler. Tubuh porifera dilengkapi
dengan kerangka dalam yang tersusun atas bentuk Kristal dari spikula atau
bahan fiber yang terbuat dari bahan organic. Lapisan terluar terdiri dari sel -sel
pipih, disebut ectoderm (epidermis), berfungsi melindungi bagian yang ada
dibawahnya atau didalamnya. Diseluruh permukaan ecetoderm terdapat pori -
poriyang disebut ostia, merupakan lobang bagi keluar masuknya air yang
kemudian melalui saluran atau kanal. Lapisan terdalam (endoderm) melapisi dan
membatasi ruang tengah (spongocoel) dengan kamar - kamar serta bagian
saluran. Pada kanal terdapat flagel - flagel yang berungsi untuk membawa masuk
makanan melalui ostia, kanal dan sampai akhirnya pada spongocoel. Setelah
makanan diserap kemudian sisanya dibuang melalui lobang pada ujungnya yang
disebut osculuna. Bagian yang menyerap makanan adalah sel - sel endoderm
pada spongocoel (Mukayat, 1989).
Adapun ciri-ciri filum porifera yaitu porifera sudah merupakan Metazoa
(hewan bersel banyak), sebab walaupun tubuhnya sudah berdiri dari banyak sel
tetapi jaringan tubuhnya masih sederhana karena belum mempunyai organ
tubuh yang khusus, belum mempunyai sistem saraf yang menanggapi rangsang
adalah sel-sel individual, dan belum mempunyai saluran pencernaan makanan
yang khusus, pencernaan makanan secara intra seluler (pencernaan makanan
dalam sel) karena masih intraseluler maka disebut Parazoa. Dinding tubuhnya
berpori-pori dan sudah mempunyai sistem canol. Dinding tubuhnya terdiri dari
dua lapis yaitu lapisan luar atau epidermis yang tersusun dan dermal-dermal
epitelium, dan lapisan dalam yang tersusun dari Choanocyte (deretan sel leher)
yang mana masing-masing Choanocyte dilengkapi dengan Flogellum diantara dua
lapisan (lapisan dalam dan luar) terhadap zat antara berupa gelotin yang disebut
Mesoglea atau Mesenchym. Tubuh dilengkapi kerangka yang berupa Spicula-
spicula yang berasal dari Kapur, Silicat, Campuran kapur dan silikat, kerangka
tersebut terdapat didalam lapisan Mesogles (Suwignyo, 2005).

Laporan Praktikum Paleontologi Filum Porifera 4


Laporan Praktikum Paleontologi Filum Porifera 5
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2020
NAMA : AGUSTINUS SITANGGANG
NIM : F1D219008
JUDUL PRAKTIKUM : filum Forifera
Proses Pemfosilan : Termineralisasi
Jenis : calcera

Umur : Jura atas (+- 180 juta -135 juta tahun yang lalu).

GAMBAR

TAMPAK ATAS TAMPAK DEPAN

FOTO TAMPAK BAWAH TAMPAK SAMPING

KETERANGAN Klasifikasi
Lingkungan pengendapan laut dangkal dan berumur Jura atas (+- 180 juta Kingdom : Animalia
-135 juta tahun yang lalu). Kingdom animalia, filum Porifera, kelas Filum : Porifera
calcarea, ordo leucosolenida, dan famili sycettidae. Dan hidup berkoloni. Kelas : Calcarea
Ordo : Leucosolenida
Famili : Sycettidae
Cara hidup : Koloni Genus : Sycon
Lingkungan hidup : laut Spesies : Sycon Ciliatum

Lingkungan pengendapan : laut sublitolal


Catatan : Tanggal Paraf / ACC

18 April 2020
PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2020
NAMA : AGUSTINUS SITANGGANG
NIM : F1D219008
JUDUL PRAKTIKUM : filum porifera
Proses Pemfosilan : Termineralisasi
Jenis : sclerospongiae

Umur : Jura atas (+- 180 juta -135 juta tahun yang lalu).

GAMBAR

TAMPAK ATAS TAMPAK DEPAN

FOTO TAMPAK BAWAH TAMPAK SAMPING

KETERANGAN
Klasifikasi
Hidup di kawasan laut dangkal, proses pemfosilan termineralisasi. Kingdom : Animalia
Kingdom animalia, filum Porifera, klas sclerospongiae, ordo agelasida, Filum : Porifera
dan family astroscleridae. Dan hidup berkoloni
Kelas :Demospongiae
Ordo : agelasida
Famili : astroscleridae.
Cara hidup : Koloni
Genus : Stormstospongia
Lingkungan hidup : laut dangkal Spesies : Stormstospongia
Lingkungan pengendapan : laut sublitolal Vermincola

Catatan : Tanggal Paraf / ACC

18 April 2020
PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2020
NAMA : AGUSTINUS SITANGGANG
NIM : F1D219008
JUDUL PRAKTIKUM : Filum Porifera
Proses Pemfosilan : Permineralisasi
Jenis : Porifera (Hexatinellida)
Umur : Jura atas (180-135 juta tahun yang lalu)

GAMBAR

TAMPAK ATAS TAMPAK DEPAN

FOTO TAMPAK BAWAH TAMPAK SAMPING

KETERANGAN Klasifikasi :
Euplectella aspergillum merupakan salah satu spesies dari filum Porifera Kingdom : Animalia
yang mengalami proses pemfosilan permineralisasi. Fosil ini berumur Filum : Porifera
Jura atas (180-135 jt tahun yang lalu). Hidup secara heterotroph Kelas : Hexatinellida
dikedalaman 90cm-5000 m. bercirikan rangka spikula sisik dan tubuh
Ordo : Hexasterophora
biasanya bewarna pucat serta bentuk seperti vas bunga.
Famili : Euplectellidae
Cara hidup : Heterotrof Genus : Euplectella
Spesies : Euplectella
Lingkungan hidup : Laut kedalaman 90cm-5000 m
aspergillum
Lingkungan pengendapan : Laut dalam

Catatan : Tanggal Paraf / ACC

18 April 2020
PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2019
NAMA : AGUSTINUS SITANGGANG
NIM : F1D219008
JUDUL PRAKTIKUM : Filum Porifera
Proses Pemfosilan : Cast
Jenis : Porifera (Demospongidae)(spongea)
Umur : Paleozoikum-resen (570 jt tahun lalu-sekarang)

GAMBAR

TAMPAK ATAS TAMPAK DEPAN

FOTO TAMPAK BAWAH TAMPAK SAMPING

KETERANGAN Klasifikasi :
Demospongidae biasanya tidak berangka, sebagian terdiri dari Kingdom : Animalia
kresik, sponging serta campuran antara keduanya, ada beberapa Filum : Porifera
spesies yang tidak bergerak. Hidup di laut dangkal, bentuk
Kelas : Demospongidae
tubuhnya tidak beraturan serta bercabang dan tubuh berwarna
cerah. Ordo : Haplospongiae
Famili : Niphatidae
Genus : Niphates
Spesies : Niphateserecta

Cara hidup : hidup dilaut, beberapa diair tawar


Lingkungan hidup : hidup ditepi pantai pada kedalaman 45 m
Lingkungan pengendapan : laut dangkal
Catatan : Tanggal Paraf / ACC

18 April 2020
PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2020
NAMA : AGUSTINUS SITANGGANG
NIM : F1D219008
JUDUL PRAKTIKUM : Filum Porifera
Proses Pemfosilan : Permineralisasi
Jenis : Porifera (Calcarea)
Umur : Kapur – Eosen (100-44 juta tahun yang lalu)

GAMBAR

TAMPAK ATAS TAMPAK DEPAN

FOTO TAMPAK BAWAH TAMPAK SAMPING

KETERANGAN
Porifera ini merupakan salah satu hewan yang menyusun terumbu karang, Klasifikasi
hewan ini banyak terdapat di air laut ada yang hidup sendiri (soliter) dan ada juga Kingdom : Animalia
yang berkoloni. Sebagian besar jenis hewan “ Porifera ” ini hidup di laut, namun
Filum : Porifera
hanya sebagian saja yang hidup di air tawar. Porifera termasuk hewan yang
hermafrodit ( berkelamin ganda ) Kelas : Calcarea
Ordo : Calcaronea
Cara hidup : Hidup sendiri (soliter) dan sessi Famili : Sycettidea
Lingkungan hidup : Dasar laut atau air tawar yang dangkal
Genus : Sycon
Lingkungan pengendapan : Sub-litoral Spesies : S. raphanus
Catatan : Tanggal Paraf / ACC

18 April 2020
PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2020
NAMA : AGUSTINUS SITANGGANG
NIM : F1D219008
JUDUL PRAKTIKUM : Filum Porifera
Proses Pemfosilan : Permineralisasi
Jenis : Porifera (Demospongiae)
Umur : Jura atas (180-135 juta tahun yang lalu)

GAMBAR

TAMPAK DEPAN
TAMPAK ATAS

FOTO TAMPAK BAWAH TAMPAK SAMPING

KETERANGAN
Klasifikasi
Demospongiae adalah kelas dari anggota hewan tak bertulang belakang Kingdom : Animalia
yang termasuk dalam filum Porifera. Golongan ini bertulang lunak karena tidak
Filum : Porifera
memiliki rangka. Ada beberapa yang memiliki rangka yang tersusun dari
Kelas : Demospongiae
serabut-serabut spongin dengan spikula dari zat kersik.
Cara hidup : Hidup sendiri (soliter) dan tidak berpindah tempat Ordo : Dictyoceratida
(sessil) Famili : Spongiidae
Lingkungan hidup : Dasar laut dangkal Genus : Spongia
Lingkungan pengendapan : Litoral Spesies : Spongi Officinalis

18 April 2020
Tanggal Paraf / ACC
Catatan :

18 April 2020
PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2020
NAMA : AGUSTINUS SITANGGANG
NIM : F1D219008
JUDUL PRAKTIKUM : Filum Porifera
Proses Pemfosilan : Permineralisasi
Jenis : Porifera (Hexactillenida)
Umur : Jura atas (±180-135 jt tahun)

GAMBAR

TAMPAK ATAS TAMPAK DEPAN

FOTO TAMPAK BAWAH TAMPAK SAMPING

KETERANGAN Klasifikasi
Hexactinellida atau Hyalospongiae (Yunani, hexa = Kingdom : Animalia
enam, hyalo transparan atau kaca, spongia = spons). Kerangka tubuh Filum : Porifera
Hexactinellida tersusun atas silika (kaca) dengan bentuk tubuh silindris, Kelas : Hexactinellida
datar atau bertangkai. Tinggi tubuh mencapai 90 cm. Hexactinellida Ordo : lychniscosa
hidup di laut dengan kedalaman 90 cm – 5.000 m. Famili : Pachyteichismanidae
Cara hidup : Hidup secara soliter Genus : Pachyteichisma
Spesies : Pachyteichisma
Lingkungan hidup : Di laut
lopas
Lingkungan pengendapan : Laut dangkal
Catatan : Tanggal Paraf / ACC

18 April 2020
PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2020
NAMA : AGUSTINUS SITANGGANG
NIM : F1D219008
JUDUL PRAKTIKUM : Filum Porifera
Proses Pemfosilan : Termineralisasi
Jenis : Porifera (Demospongiae)
Umur : Jura atas (±180-135 jt tahun)

GAMBAR

TAMPAK ATAS TAMPAK DEPAN

FOTO TAMPAK BAWAH TAMPAK SAMPING

KETERANGAN
Klasifikasi
Spesies Spongilla lacustris memiliki tubuh yang lembut dan rapuh Kingdom : Animalia
dengan warna umumnya kehijauan. Permukaan tidak rata dan tertutup Filum : Porifera
spikula kasar (paku). Spongilla lacustris termasuk ke dalam kelas Kelas : Demospongiae
Demospongiae yang memiliki ciri khas yaitu tubuh yang tidak beraturan Ordo : Dictioceractida
dan bercabang-cabang dengan rangka yang tersusun dari serabut Famili : Dicticeractidaceae
spongin.
Genus : Spongilla
Cara hidup : Hidup secara sesil Spesies : Spongilla
Lingkungan hidup : Dilaut lacustris

Lingkungan pengendapan : Laut dangkal

Catatan : Tanggal Paraf / ACC

18 April 2020
PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2020
NAMA : AGUSTINUS SITANGGANG
NIM : F1D219008
JUDUL PRAKTIKUM : Filum Porifera
Proses Pemfosilan : Cast
Jenis : Porifera (Sclerospongiae)

Umur : Kambrium (570-100 juta tahun yang lalu) – Recent (0,01 juta tahun)

GAMBAR

TAMPAK ATAS TAMPAK DEPAN

FOTO TAMPAK BAWAH TAMPAK SAMPING

KETERANGAN
Klasifikasi
Ceratoporella nicholsoni adalah spesies spons yang tergolong
dalam kelas Sclerospongiae. Spesies ini juga merupakan bagian dari Kingdom : Animalia
genus Ceratoporella. Selain itu spesies ini dapat menyerap oksigen Filum : Porifera
dari air melalui proses difusi. Kelas : Sclerospongiae
. Ordo : Agelasida
Famili : Astrocleridae
Cara hidup : tertambat Genus : Ceratoporella
Lingkungan hidup : Laut dangkal Spesies : Ceratoporella
nicholsoni
Lingkungan pengendapan : Litoral

18 April 2020
Tanggal Paraf / ACC
Catatan :

18 April 2020
PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2020
NAMA : AGUSTINUS SITANGGANG
NIM : F1D219008
JUDUL PRAKTIKUM : Filum Porifera
Proses Pemfosilan : Cast
Jenis : Calcarea (Scypha)
Umur : Kambrium (570-100 juta tahun yang lalu) – Recent (0,01 juta tahun)

GAMBAR

TAMPAK ATAS TAMPAK DEPAN

FOTO TAMPAK BAWAH TAMPAK SAMPING

KETERANGAN
Klasifikasi
Memiliki tubuh yang sederhana dengan tipe saluran yang kompleks.
Kingdom : Animalia
Biasanya ditemukan di laut dangkal.
Filum : Porifera
Kelas : Calcarea
Ordo : Syconosa
Famili : Sycettidae
Cara hidup : tetambat (sesil) Genus : Scypha
Lingkungan hidup : Dasar laut yang dangkal Spesies : Scypha sp.
Lingkungan pengendapan : Sub-litoral

Catatan : Tanggal Paraf / ACC

18 April 2020
Pembahasan
Porifera (Latin: porus = pori,fer = membawa) atau spons adalah hewan
multiseluler yang paling sederhana. Binatang bersel banyak (multiselluler) yang
sederhana. Hidup dengan menambatkan diri (sessile) pada benda - benda
dilingkungan aquatik. Terutama hidup di laut, dengan cara berkoloni yang besar.
Hanya sedikit yang hidup di air tawar. Makanannya adalah bakteri dan plankton.
Makanan yang masuk ke tubuhnya dalam bentuk cairan sehingga porifera
disebut juga sebagai pemakan cairan. Habitat porifera umumnya di laut.
Kelas Calcarea anggota kelas ini mempunyai rangka yang tersusun dari zat
kapur (kalsium karbonat) dengan tipe monoakson, triakson, atau tetrakson.
Koanositnya besar dan biasa hidup di lautan dangkal. Tipe saluran airnya
bermacam-macam. Hidup soliter atau berkoloni. Mereka memiliki ciri
khusus berupa spikula yang terbuat dari kalsium karbonat dalam bentuk kalsit
atau aragonit. Beberapa spesies memiliki tiga ujung spikula, sedangkan pada
beberapa spesies lainnya memiliki 2 atau empat spikula. Sponge Calcarea
pertama kali muncul pada masa Cambrian dan memiliki keanekaragaman paling
tinggi pada periode Cretaceous. Analisis molekuler terbaru menunjukkan bahwa,
kelas Calcarea seharusnya dimasukkan sebagai filum, khususnya untuk kelas
calcacea yang pertama kali menyimpang dari kingdom Animalia. Jenis sponge
lainnya termasuk dalam filum siliceria. Diversitas (Keanekaragaman) Calcarea
ada sekitar 400 spesies sponge pada kelas Calcarea. Sponge Calcarea dapat
ditemukan di seluruh daerah lautan, khususnya pada daerah laut yang memiliki
suhu yang hangat.
Habitat sponge Calcarea sebagian besar pada laut yang bersuhu hangat, sponge
Calcarea biasanya ditemukan di perairan dangkal yang terlindung dan memiliki
kedalaman kurang dari 1000 m. Pada daerah tropis calcarea berasosisasi dengan
terumbu karang. Kebanyakan sponge bereproduksi secara aseksual dengan
regenerasi jaringan. Sponge juga dapat bereproduksi secara seksual dengan
menjadi hermaprodit, sperma dan telur dapat direproduksi secara berurutan atau
pada waktu yang sama. Sel sperma dan telur dilepaskan di dalam air dan dibuahi
antar spesies. Telur yang dibuahi akan berkembang menjadi larva yang berenang
bebas.
Perkembangan Calcarea sponge ini memiliki sel amoeboid yang berbeda di
dalam mesohil (lapisan gelatin yang tersusun atas sel-sel amoebosit yang dapat
bergerak mengambil makanan dari sel koanosit dan mendistribusikannya ke
seluruh bagiann tubuh porifera.). Di dalam mesohil, sponge memiliki bentuk sel
sepeti amoeba yang berbeda-beda. Acheochytes adalah sel berukuran besar

Laporan Praktikum Paleontologi Filum Porifera 5


dengan ukuran inti sel yang besar. Sel-sel ini bersifat totipoten, yang artinya sel
ini dapat berkembang menjadi berbagai macam jenis sel. Sklerosit, mampu
mengakumulasi kalsium di dalam mesohil untuk memproduksi spikula, tiga
sklerosit akan melebur menjadi satu untuk membentuk spikula pada ruang antar
sel. Sklerosit adalah sel khusus yang mensekresi struktur termineralisasi pada
dinding tubuh beberapa invertebrata. Pada sponge, sklerosit mensekresikan
spikula kalkareus atau silikeus yang terdapat pada lapisan mesohil. Contoh jenis
yang menjadi anggota kelas ini adalah Leucosolenia sp., Scypha sp., Cerantia sp.,
dan Sycon gelatinosum. Perhatikan Gambar di bawah ini

Sycon Ciliatum (Sumber: museum.wa.gov.au) dan Sketsa Maket Calcarea Kelas


Hexatinellida pada anggota Kelas Hexatinellida, spikula tubuh yang
tersusun dari zat kersik dengan 6 cabang. Kelas ini sering disebut sponge gelas
atau porifera kaca (Hyalospongiae), karena bentuknya yang seperti tabung atau
gelas piala. Tubuh berbentuk silinder atau corong, tidak memiliki permukaan
epitel. Contoh anggota kelas ini adalah Hyalonema sp., Pheronema sp., dan
Euplectella suberea. Perhatikan Gambar ini.

Euplectella Aspergillum ( wikimedia Commons ) dan Sketsa Maket Hexatinellida


Deskripsi Hexactinellida atau sering disebut sponge kaca tersebar di seluruh
dunia, terutama pada kedalaman antara 200 dan 1000 m. Kelompok sponge ini
jumlahnya sangat melimpah di Antartika. Semua sponge kaca berdiri tegak, dan

Laporan Praktikum Paleontologi Filum Porifera 6


memiliki struktur khusus di pangkalnya untuk melekat kuat pada dasar laut.
Secara morfologi bentuknya radial simetris, biasanya silinder, tetapi ada juga
yang berbentuk cangkir, guci, atau bercabang. Ketinggian rata-rata hexactinellida
adalah antara 10 dan 30 cm, tetapi beberapa dapat tumbuh menjadi cukup besar.
Hexactinellida memiliki rongga sentral yang luas (atrium) dimana air melewati
rongga tersebut, spikula yang berbentuk seperti anyaman topi yang rapat
melapisi osculum pada beberapa spesies. Hexactinellida kebanyakan memiliki
warna yang pucat. Sponge kaca paling mirip dengan sponge syconoid, tetapi
sponge kaca terlalu banyak berbeda secara internal dibandingkan dengan
syconoid. Sponge kaca dapat dengan mudah dibedakan dengan sponge lainnya
dengan pemeriksaan secara internal. Kerangka hexactinellida seluruhnya terbuat
dari silika. Spikula yang mengandung silika ini umumnya terdiri dari tiga duri
perpendicular (oleh karena itu mereka memiliki enam titik, sehingga mereka
disebut sebagai hexactine), yang pada umumnya menyatu, sehingga membuat
hexactinellids memiliki kekakuan struktural yang berbeda dari sponge lainnya.
Bagian yang tegang di antara spikula jaringan syncytial yang besar dari sel-sel
tubuh yang lembut. Air memasuki tubuh melalui ruang di dalam untaian
syncytial. Di dalam syncytia terdapat unit fungsional mirip dengan koanosit yang
ditemukan pada sponge lainnya, tetapi unit-unit ini sangatlah kekurangan inti
sel, sehingga lebih sering disebut sebagai collar bodies daripada collar cells.
Hexactinellida berflagella, pergerakan dari flagela merekalah yang menyebabkan
aliran air melewati sponge ini. Di dalam syncytia ada sel fungsional sebanding
dengan archaeocytes yang ada pada sponge lainnya, tetapi sel-sel ini tampaknya
memiliiki mobilitas yang terbatas. Hexactinellida kekurangan miosit, sehingga
tidak mampu berkontraksi. Sementara Hexactinellid tidak memiliki struktur
saraf, mereka mengirimkan sinyal-sinyal listrik di seluruh tubuh melalui jaringan
lunak syncytial.
Reproduksi hanya sedikit yang diketahui tentang reproduksi hexactinellid
dan perkembangannya. Sperma ditransfer ke organisme lain melalui air, dan
kemudian harus membuat jalan sendiri menuju ke sel telur. Setelah pembuahan,
larva diinkubasi selama waktu yang relatif lama, sehingga mereka bahkan
membentuk spikula dasar sebelum dilepaskan sebagai larva parenchymella. Hal
ini berbeda dari larva sponge lainnya yang jarang memiliki flagela atau alat gerak
lainnya. Setelah larva menempel di dasar laut, larva bermetamorfosis, dan sponge
dewasa mulai tumbuh. Hexactinellids merupakan sponge yang mudah
berkembangbiak. Perkembangan dan Pola Makan sponge kaca murni filter feeder.
Sponge hidup pada material detritus makroskopik,

Laporan Praktikum Paleontologi Filum Porifera 7


mengkonsumsi bahan selular, bakteri, dan partikel abiotik yang sangat kecil.
Partikel kecil diambil ke dalam melalui arus yang diciptakan oleh collar bodies,
partikel tersebut diserap pada saat melalui saluran di dalam sponge. Collar bodies
dilapisi dengan microvili yang menjebak makanan, dan kemudian melewati
vakuola melalui collar bodies menuju ke dalam syncytia. Archaeocytes di antara
helai syncytial bertanggung jawab untuk distribusi dan penyimpanan makanan.
Archaeocytes kemungkinan juga bertanggung jawab pada beberapa hal untuk
menangkap makanan. Hexactinellida tampaknya kurang selektif terhadap
makanan yang mereka telan (setiap makanan yang cukup kecil untuk menembus
syncytium dicerna oleh mereka). Karena mereka meiliki sedikit membaran luar
dan kurangya ostia, hexactinellida tidak dapat mengkontrol seberapa banyak air
yang melewati tubuh mereka. Diyakini bahwa stabilitas lingkungan perairan
dalam memungkinkan hexactinellids untuk bertahan meskipun kekurangan
dalam hal ini. Hexactinellida hidup secara sessile / menetap. Bahkan larvanya
pun tampaknya tidak menunjukkan gerakan, tidak seperti spons lainnya,
hexactinellida tidak berkontraksi ketika dirangsang. Seperti sponge lainnya,
hexactinellida bisa menjadi sumber obat-obatan, meskipun potensi mereka
sebagian besar belum dieksploitasi. Berikut ini adalah ordo dari Kelas
Hexatinellida, yaitu Amphidiscosa, Ordo Aulocalycoida,
Ordo Hexactinosida, Ordo Lychniscosida, Ordo Lyssacinosida
Kelas Demospongia kelas ini memiliki tubuh yang terdiri atas serabut atau
benangbenang spongin tanpa skeleton. Kadang-kadang dengan spikula dari
bahan zat kersik. Tipe aliran airnya adalah leukon. Demospongia merupakan
kelas dari Porifera yang memiliki jumlah anggota terbesar. Sebagian besar
anggota Desmospongia berwarna cerah, karena mengandung banyak pigmen
granula dibagian sel amoebositnya. Contoh kelas ini antara lain Suberit sp.,
Cliona sp., Microciona sp., Spongilla lacustris, Chondrilla sp., dan
Callyspongia sp. Perhatikan Gambar dibawah ini.

Laporan Praktikum Paleontologi Filum Porifera 8


Habitat dari Kelas Demospongiae memiliki sekitar 4.750 spesies yang berada
di dalam 10 ordo. Distribusi geografis mereka berada di lingkungan laut dari
daerah intertidal ke zona abyssal, dan beberapa spesies menghuni air tawar.
Anggota dari Demospongiae berbentuk asimetris. Demospongians tumbuh pada
berbagai ukuran dari beberapa milimeter sampai lebih dari 2 meter. Mereka dapat
berbentuk krusta tipis, benjolan, pertumbuhan seperti jari, atau bentuk guci.
Butiran pigmen pada sel amoebocytes sering membuat anggota kelas ini berwarna
cerah, seperti warna: kuning terang, oranye, merah, ungu, atau hijau. Pada
demospongia, di dalam mesohil kemungkinan terdapat dua jenis spikula;
megascleres dan microscleres dengan 1-4 duri, serat kolagen (spongin). Anggota
Demospongiae mudah dibedakan dari Hexactinellida karena tidak memiliki enam
duri spikula. Mereka memiliki struktur leukonoid, dengan choanoderm yang
terlipat. Lapisan pinacoderm ada pada seluruh bagian tubu, dan menebal pada
bagian mesohil. Semakin tebal mesohil, semakin beragam bentuk Demospongiae.
Demospongiae dapat bereproduksi secara seksual dan aseksual. Pada
reproduksi seksual, spermatosit berkembang dari transformasi koanosit, dan
oosit timbul dari archeocytes. Pembelahan sel telur zigot terjadi di mesohil dan
membentuk larva parenchymula dengan massa sel internal berukuran besar yang
dikelilingi oleh sel flagella eksternal yang lebih kecil. Larva yang dihasilkan
berenang memasuki kanal rongga pusat dan dikeluarkan dengan arus exhalant.
Metode reproduksi aseksual mencakup pertunasan dan pembentukan gemmules.
Pada pertunasan, agregat sel berdiferensiasi menjadi sponge kecil yang
dikeluarkan melalui oscula. Gemmules ditemukan pada famili Spongellidae yang
hidup di air tawar. Mereka diproduksi dalam mesohyl berupa gumpalan dari
archeocytes yang dikelilingi oleh lapisan keras yang dikeluarkan oleh
amoebocytes lainnya. Gemmules dilepaskan ketika tubuh induk rusak, dan
gemmules ini mampu bertahan dalam kondisi yang keras. Dalam situasi yang
menguntungkan, sebuah lubang yang disebut micropyle muncul dan melepaskan
amoebocytes, yang berdiferensiasi menjadi berbagai macam jenis sel.
Demospongiae bersifat sessile (menetap) dan merupakan organisme bentik.
Namun, larvanya memiliki flagela dan mampu berenang bebas. Semua sponge
dari kelas ini adalah filter feeder, hidup dari bakteri dan organisme kecil lainnya.
Air mengantarkan partikel-partikel makanan masuk melalui pori-pori luar.
Koanosit menangkap sebagian besar makanan yang masuk, namun pinocytes
dan amoebocytes juga dapat mencerna makanan. Partikel makanan juga dapat
dicerna langsung oleh sel-sel mesohil. Sponge dari kelas ini sangat

Laporan Praktikum Paleontologi Filum Porifera 9


jarang dimakan oleh hewan lain karena rasanya yang tidak enak. Namun,
beberapa organisme dapat hidup pada sponge, dan tinggal bersama mereka
sebagai simbion. Beberapa sponge pada kelas ini merupakan “pelabuhan” bagi
bakteri fotosintetik, sementara beberapa jenis lainnya berfungsi sebagai
perlindungan bagi organisme lain.
Sclerospongiae adalah golongan calcareous berbentuk seperti gelas, sebagai
organisme seperti sponge yang muncul pertama kali dalam Kambrium Awal dan
musnah pada Kambrium Tengah, dan mempunyai penyebaran di dunia yang
luas.Sclerospongiae juga disebut Archaeos, Archaeocyatha, Archaeocyathacea,
Archaeocyathinue dan Cyathospongia. Nature of skeleton (Sifat kerangka),
Kerangka Sclerospongiae ini khususnya mempunyai satu atau dua dinding
berbentuk cylindrical atau conical. Ruang antara dinding luar dan dinding dalam
disebut intervallum, yang dibatasi oleh banyak sekat - sekat vertikal dan radial
yang disebut parieties.
Sekat horisontal disebut synapticula yang menghubungkan parieties satu
dengan yang lainnya, dan lapisan tipis yang tidak beraturan (dissipiments) meluas
dari parieties satu ke parieties lainnya. Horisontal tabular plate (tabula)
merupakan sekat tambahan. Kedua dinding berlubang, dinding luar umumnya
mempunyai lubang yang lebih kecil dibanding dinding dalam, dan bagian dalam
dari cup-nya membuka pada dasar. Sebagian besar dari intervallum strukturnya
juga berlubang - lubang.

( Sketsa Maket Sclerospongiae Ceratoporella nicholsoni )


Ceratoporella nicholsoni adalah spesies spons yang tergolong dalam kelas
Sclerospongiae. Proses pemfosilan yaitu termineralisasi dengan umur yaitu
Kambrium (570-100 juta tahun yang lalu) – Recent (0,01 juta tahun). Hewan ini
berlingkungan hidup di laut dangkal atau peralihan darat dan berlingkungan
pengendapan di zona litoral serta cara hidupnya tertambat.

Laporan Praktikum Paleontologi Filum Porifera 10


BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Setelah dilakukan praktikum dapat disimpulkan sebagai berikut
1. Porifera berarti hewan yang mempunyai tubuh berpori, dikenal juga
sebagai hewan sponge atau spons. Porifera ini hidup menetap (sessil) pada
dasar perairan. Sebagian besar hewan ini hidup di laut dan sebagian kecil
yang hidup di air tawar.
2. Pada filum Porifera terdapat empat kelas yaitu Calcarea, Demospongiae,
Hexatinellida dan Sclerospongiae.
3. Pada pendeksripsian yaitu melakukan analisa pada maket hasil yang di
dapat yaitu pengkalsifikasian secara biologi serta cara atau pun
hubunganya dengan keterbentukannya menjadi fosil .
Saran
Diharapkan pada praktikum selanjutnya dapata berjalan lebih
baik dan lebih kondusif.

Laporan Praktikum Paleontologi Filum Porifera 11


DAFTAR PUSTAKA

Maskoeri.1992. Zoologi Invertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya.


Mukayat Djarubito. 1989. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.
Suhardi. 2002. Buku Evolusi Avertebrata. Universitas Indonesia : Jakarta. S,
Soetoto. (2015). geologi dasar. Yogyakarta: ombak.
Suwignyo,Sugiarti. 2005. Avetebrata Air Jilid I1. Jakarta: Penebar Swadaya.

Laporan Praktikum Paleontologi Filum Porifera 12

Anda mungkin juga menyukai