Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH GEOMORFOLOGI

“Bentuklahan Denudasional”

Dosen Pengampu :

Drs. Nahor Manahat Simanungkalit, M.Si

Disusun Oleh :

Nama : Husnul Khotimah 3211131008


M. Rizky Pratama Ginting 3213131039
Sri Arfina Sari 3212331001
Sri Rezeki Napitupulu 3213331016
Yenni Lestari Sitompul 3213131054
Kelas : Geografi E 2021

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt tuhan yang maha esa atas segala rahmatnya
sehingga Makalah ini dapat tersusun hingga selesai, didalam menyelesaikan salah satu
tugas pada mata kuliah Geomorfologi. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
Bapak Drs. Nahor Manahat Simanungkalit, M.Si selaku dosen pengampu yang telah
menugaskan dan memberikan prosedur penyelesaian makalah ini. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan, baik materi maupun pemikiranya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya semoga kami dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, Kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 4 November
Penulis

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3

BAB I............................................................................................................................................................4

PENDAHULUAN............................................................................................................................................4

A. Latar Belakang...................................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah.............................................................................................................................5

C. Tujuan................................................................................................................................................5

D. Manfaat.............................................................................................................................................5

E. Metode Pembuatan Makalah............................................................................................................6

BAB II...........................................................................................................................................................6

PEMBAHASAN..............................................................................................................................................6

BAB III........................................................................................................................................................15

PENUTUP...................................................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Geomorfologi ( geomorphology ) adalah ilmu tentang roman muka bumi
beserta aspek-aspek yang mempengaruhinya.Geomorfologi bisa juga
merupakan salah satu  b a g i a n d a r i g e o g r a f i . D i m a n a g e o m o r f o l o g i
y a n g m e r u p a k a n c a b a n g d a r i i l m u geografi, mempelajari tentang bentuk
muka bumi, yang meliputi pandangan luas sebagai cakupan satu
kenampakan sebagai bentang alam (landscape) sampai pada satuan terkecil
sebagai bentuk lahan (landform).
Hubungan geomorfologi dengan kehidupan manusia adalah
d e n g a n a d a n y a  pegunungan-pegunungan, lembah, bukit, baik yang ada didarat
maupun di dasar laut.Dan juga dengan adanya bencana alam seperti gunung
berapi, gempa bumi, tanah longsor dan sebagainya yang berhubungan dengan lahan
yang ada di bumi yang juga mendorong manusia untuk melakukan pengamatan
dan mempelajari bentuk-bentuk g e o m o r f o l o g i y a n g a d a d i b u m i . B a i k
yang dapat berpotensi berbahaya maupun aman. Sehingga dilakukan
pengamatan dan identifikasi bentuk lahan.

Bentuk lahan asal denudasional adalah bagian dari


p e r m u k a a n b u m i y a n g m e m i l i k i b e n t u k   topografis khas, akibat
pengaruh kuat dari proses alam sebagai suatu bentuk lahan yang terjadi akibat
proses-proses pelapukan, erosi, gerak masa batuan (mass wating) dan proses
pengendapan yang terjadi karena agradasi atau degradasi (Herlambang, Sudarno.
2004:42).

B. Rumusan Masalah
Dari penjelasan di atas maka dapat di rumuskan masalah, yaitu :
1 . Apa yang dimaksud dengan bentuk lahan asal denudasional ?
2 . Apa saja jenis-jenis bentuk lahan asal denudasional ?
3. Bagaimana proses terbentuknya bentuklahan denudasional?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini, yaitu :
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan bentuk lahan asal denudasional
2. Mengetahui jenis-jenis bentuk lahan asal denudasional dan
3. Bagaimana proses terbentuknya bentuklahan denudasional

D. Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah :

1. Bagi Mahasiswa dan kami sendiri dapat meningkatkan pengetahuan secara khusus,
pemahaman dan berusaha untuk mempelajari lebih, kemudian mengimplikasikannya

2. Bagi Dosen dan tenaga pengajar, sebagai bahan informasi tambahan terhadap
matakuliah yang bersangkutan dan materi yang diajarkan.

E. Metode Pembuatan Makalah


Metode yang digunakan pembuatan makalah ini adalah metode sekunder, yaitu
metode berdasarkan data dari buku, internet atau artikel-artikel.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi Bentuk Lahan Asal Denudasional

Denudasional berasal dari kata dasar nude yang berarti telanjang, sehingga
denudasional berarti proses penelanjangan permukaan bumi. Bentuk lahan asal denudasional
dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk lahan yang terjadi akibat proses-proses pelapukan,
erosi, gerak masa batuan (mass wating) dan proses pengendapan yang terjadi karena agradasi
atau degradasi (Herlambang, Sudarno. 2004:42). Proses degradasi cenderung menyebabkan
penurunan permukaan bumi, sedangkan agradasi menyebabkan kenaikan permukaan bumi. .
Denudasi meliputi dua proses utama yaitu Pelapukan dan perpindahan material dari bagian
lereng atas ke lereng bawah oleh proses erosi dan gerak massa batuan (masswashting).

Pelapukan adalah proses berubahnya sifat fisik dan kimia batuan di permukaan dan
atau dekat permukaan bumi tanpa di sertai perpindahan material. Pelapukan dapat dibagi
manjadi pelpukan fisik, dan pelapukan biotic. Pelapukan fisik merupakan proses pecahnya
batuan menjadi ukuran yang lebih kecil tanpa diikuti oleh perubahan komposisi kimia batuan.
Perubahan kimia merupakan proses berubahnya komposisi kimia batuan sehingga
menghasilkan mineral sekunder. Factor pengontrol pelapukan adalah batuan induk, aktivitas
organism, topografi, dan iklim. Didalam evolusi bentanglahan yang menghasilkan
bentuklahan dedasuonal M. W. Davis mengemukakan adanya3 faktor yang mempengaruhi
perkembangan bentuklahan struktur geologi, proses geomorfologi, waktu. Dengan adanya
factor tersebut maka dalam evolusinya, bentuklahan melewati beberapa stadium ; stadium
muda, stadium dewasa, stadium tua.

Proses denudasional merupakan proses yang cenderung mengubah bentuk permukaan


bumi yang disebut dengan proses penelanjangan. Proses yang utama adalah degradasi berupa
pelapukan yang memproduksi regolit dan saprolit serta proses erosi, pengangkutan dan
gerakan massa. Proses ini lebih sering terjadi pada satuan perbukitan dengan material mudah
lapuk dan tak berstruktur. Proses degradasi menyebabkan agradasi pada lerengkaki
perbukitan menghasilkan endapan koluvial dengan material tercampur. Kadang proses
denudasional terjadi pula pada perbukitan struktur dengan tingkat pelapukan tinggi, sehingga
disebut satuan struktural denudasional.

Proses denudasional sangat dipengaruhi oleh tipe material (mudah lapuk), kemiringan
lereng, curah hujan dan suhu udara serta sinar matahari, dan aliran-aliran yang relatif tidak
kontinyu. Karakteristik yang terlihat di foto udara, umumnya topografi agak kasar sampai
kasar tergantung tingkat dedudasinya, relief agak miring sampai miring, pola tidak teratur,
banyak lembah-lembah kering dan erosi lereng/back erosion, penggunaan lahan tegalan atau
kebun campuran dan proses geomorfologi selalu meninggalkan bekas di lereng-lereng bukit
dan terjadi akumulasi di kaki lereng, serta kenampakan longsor lahan lebih sering dijumpai.

Umumnya bentuk lahan ini terdapat pada daerah dengan topografi perbukitan atau
gunung dengan batuan yang lunak (akibat proses pelapikan) dan beriklim basah, sehingga
bentuk strukturnya tidak nampak lagikarena adanya gerakan massa batuan. Pembagian
bentuk lahan denudasional dapat dilakukan dengan lebih rinci dengan mempertimbangkan :
batuan, proses gerak massa yang terjadi dan morfometri.
Ciri-Ciri Bentuk Lahan Asal Denudasional

 Relief sangat jelas: lembah, lereng, pola aliran sungai.


 Tidak ada gejala struktural, batuan massif, dep/strike tertutup.
 Dapat dibedakan dengan jelas terhadap bentuk lain.
 Relief lokal, pola aliran dan kerapatan aliran menjadi dasar utama untuk merinci
satuan bentuk lahan.
 Litologi menjadi dasar pembeda kedua untuk merinci satuan bentuk lahan.
Litologi terasosiasi dengan bukit, kerapatan aliran,dan tipe proses.

2. Proses Terbentuknya Bentuk Lahan Asal Denudasional.

Denudasi meliputi proses pelapukan, erosi, gerak masa batuan (mass wating) dan
proses pengendapan/sedimentasi.

A. Pelapukan

Pelapukan (weathering) dari perkataan weather dalam bahasa Inggris yang berarti
cuaca, sehingga pelapukan batuan adalah proses yang berhubungan dengan perubahan sifat
(fisis dan kimia) batuan di permukaan bumi oleh pengaruh cuaca. Secara umum, pelapukan
diartikan sebagai proses hancurnya massa batuan oleh tenaga Eksogen, menurut
Olliver(1963) pelapukan adalah proses penyesaian kimia, mineral dan sifat fisik batuan
terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya.

Akibat dari proses ini pada batuan terjadi perubahan warna, misalnya kuning-coklat
pada bagian luar dari suatu bongkah batuan. Meskipun proses pelapukan ini berlangsung
lambat, karena telah berjalandalam jangka waktu yang sangat lama maka di beberapa tempat
telah terjadi pelapukan sangat tebal. Ada juga daerah-daerah yang hasil pelapukannya sangat
tipis, bahkan tidak tampak sama sekali, hal ini terjadi sebagai akibat dari pemindahan hasil
pelapukan pada tempat yang bersangkutan ke tempat lain. Tanah yang kita kenal ini adalah
merupakan hasil pelapukan batuan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelapukan adalah:

a. Jenis batuan (kandungan mineral, retakan, bidang pelapisan, patahan dan


retakan). Batuan yang resisten lebih lambat terkena proses eksternal sehingga
tidak mudah lapuk, sedangkan batuan yang tidak resisten sebaliknya. Contoh :

- Limestone, resisten pada iklim kering tetapi tidak resisten pada iklim basah

- Granit, resisten pada iklim basah tetapi tidak resisten pada iklim kering.

b. Iklim, terutama tenperatur dan curah hujan sangat mempengaruhi


pelapukan.Contoh :

- Iklim kering, jenis pelapukannya fisis

- Iklim basah, jenis pelapukannya kimia

- Iklim dingin, jenis pelapukannya mekanik.


c. Vegetasi, atau tumbuh-tumbuhan mempunyai peran yang cukup besar terhadap
proses pelapukan batuan. Hal ini dapat terjadi karena:

- Secara mekanis akar tumbuh-tumbuhan itu menembus batuan, bertambah


panjang dan membesar menyebabkan batuan pecah.

- Secara kimiawi tumbuh-tumbuhan melalui akarnya mengeluarkan zat-zat


kimia yang dapat mempercepat proses pelapukan batuan. Akar, batang, daun
yang membusuk dapat pula membantu proses pelapukan, karena pada bagian
tumbuhan yang membusuk akan mengeluarkan zat kimia yang mungkin dapat
membantu menguraikan susunan kimia pada batuan. Oleh karena itu, jenis
dan jumlah tumbuhan yang ada di suatu daerah sangat besar pengaruhnya
terhadap pelapukan. Sebenarnya antara tumbuh-tumbuhan dan proses
pelapukan terdapat hubungan yang timbal balik.

d. Topografi

Topografi yang kemiringannya besar dan menghadap arah datangnya sinar


matahari atau arah hujan, maka akan mempercepat proses pelapukan.

 Jenis-jenis pelapukan

 Pelapukan fisik (mekanis), yaitu pelapukan yang disebabkan oleh perubahan


volume batuan, dapat ditimbulkan oleh perubahan kondisi lingkungan
(berkurangnya tekanan, insolasi, hidrasi, akar tanaman, binatang, hujan dan petir),
atau karena interupsi kedalam pori-pori atau patahan batuan.
 Pelapukan kimiawi, yaitu pelapukan yang ditimbulkan oleh reaksi kimia terhadap
massa batuan. Air, oksigen dan gas asam arang mudah bereaksi dengan mineral,
sehingga membentuk mineral baru yang menyebabkan batuan cepat pecah.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas pelapukan kimiawi yaitu:

 Komposisi batuan

Ada mineral yang mudah bereaksi dengan air, oksigen dana gas asam arang, ada juga yang
sulit. Bagi mineral yang mudah bereaksi dengan air, oksigen dan gas asam arang akan cepat
lapuk daripada mineral yang sulit bereaksi dengan air, oksigen dan asam arang.

 Iklim

Daerah yang mempunyai iklim basah adan panas misalnya ilim hujan tropis akan
mempercepat proses reaksi kimia, sehingga batuan menjadi cepat lapuk.

 Ukuran batuan

Makin kecil ukuran batuan makin intensif reaksi kimia pada batuan tersebut berarti makin
cepat pelapukannya.
 Ukuran batuan

Makin kecil ukuran batuan makin intensif reaksi kimia pada batuan tersebut berarti makin
cepat pelapukannya.

B. Gerakan massa batuan (mass wasting)

yaitu perpindahan atau gerakan massa batuan atau tanah yang ada di lereng oleh
pengaruh gaya berat atau gravitasi atau kejenuhan massa air. Ada yang menganggap
masswasting itu sebagai bagian dari pada erosi dan ada pula yang memisahkannya. Hal ini
mudah difahami karena memang sukar untuk dipisahkan secara tegas, karena dalam erosi
juga gaya berat batuan itu turut bekerja.

Pada batuan yang mengandung air, gerakan massa batuan itu lebih lancar dari pada
batuan yang kering. Perbedaannya ialah bahwa pada masswasting, air hanya berjumlah
sedikit dan fungsinya bukan sebagai pengangkut, melalinkan hanya sekedar membantu
memperlancar gerakan saja. Sedang dalam erosi diperlukan adanya tenaga pengangkut.
Gerakan massa batuan pada dasarnya disebabkan oleh adanya gayaberat/gravitasi atau gaya
tarik bumi. Faktor-faktor pengontrol mass wasting antara lain:

a. Kemiringan lereng.

Makin besar sudut kemiringan lereng dari suatu bentuk lahan semakin besar peluang
terjadinya Mass Wasting, karena gaya berat semakin berat pula.

b. Relief lokal,

Terutama yang mempunyai kemiringan lereng cukup besar, misal kubah, perbukitan
mempunyai peluang yang besar untuk terjadinya Mass Wasting.

c. Ketebalan hancuran batuan(debris) diatas batuan dasar,

Ketebalan hancuran batuan atau Debris diatas batuan dasar makin tebal hancuran batuan
yang berada diatas batuan dasar, makin besar pula peluang untuk terjadinya Mass Wasting,
karena permukaan yang labil makin besar pula.

d. Orientasi bidang lemah dalam batuan

Pada umumnya Mass wasting akan mengikuti alur bidang lemah dalam batuan, karena
orientasi bidang lemah tersebut akan lapuk lebih dahulu kemudian materi yang lapuk akan
bergerak.

e. Iklim

Kondisi iklim disuatu daerah akan mempengaruhi cepat atau lambatnya Mass wasting.
3. Satuan Bentuk Lahan Asal Denudasioal

1. Pegunungan Denudasional

Karakteristik umum unit mempunyai topografi bergunung dengan lereng sangat


curam (55>140%), perbedaan tinggi antara tempat terendah dan tertinggi (relief) > 500
m.Mempunyai lembah yang dalam, berdinding terjal berbentuk V karena proses yng dominan
adalah proses pendalaman lembah (valley deepening).

Gambar 1. Bentuk Pegunungan Denudasional

2. Perbukitan Denudasional

Mempunyai topografi berbukit dan bergelombang dengan lereng berkisar antara


15 > 55%, perbedaan tinggi (relief lokal) antara 50 -> 500 m.Terkikis sedang hingga kecil
tergantung pada kondisi litologi, iklim, vegetasi penutup daik alami maupun tata guna lahan.
Salah satu contoh adalah pulau Berhala, hamper 72,54 persen pulau tersebut merupakan
perbukitan dengan luas 38,19 ha. Perbukitan yang berada di pulau tersebut adalah perbukitan
denudasional terkikis sedang yang disebabkan oleh gelombang air laut serta erosi sehingga
terbentuk lereng-lereng yang sangat curam.

Gambar 2. Perbukitan Denudasional

3. Dataran Nyaris (Peneplain)

Akibat proses denudasional yang bekerja pada pegunungan secara terus menerus,
maka permukaan lahan pada daerah tersebut menurun ketinggiannya dan membentuk
permukaan yang hamper datar yang disebut dataran nyaris (peneplain). Dataran nyaris
dikontrol oleh batuan penyusunan yang mempunyai struktur berlapis (layer). Apabila batuan
penyusun tersebut masih dan mempunyai permukaan yang datar akibat erosi, maka disebut
permukaan planasi.

Gambar 3. Dataran Nyaris

4. Perbukitan Sisa Terpisah (inselberg)

Apabila bagian depan (dinding) pegunungan/perbukitan mundur akibat proses


denudasi dan lereng kaki bertambah lebar secara terus menerus akan meninggalkan bentuk
sisa dengan lereng dinding yang curam. Bukit sisah terpisah atau inselberg tersebut berbatu
tanpa penutup lahan (barerock) dan banyak singkapan batuan (outcrop(. Kenampakan ini
dapat terjadi pada pegunungan/perbukitan terpisah maupun pada sekelompok
pegunungan/perbukitan, dan mempunyai bentuk membulat. Apabila bentuknya relative
memanjang dengan dinding curam tersebut monadnock.

Gambar 4. Perbukitan Sisa Terpisah

5. Kerucut Talus (Talus cones) atau kipas koluvial (coluvial van)

Mempunyai topografi berbentuk kerucut/kipas dengan lereng curam (350). Secara


individu fragmen batuan bervariasi dari ukuran pasir hingga blok, tergantung pada besarnya
cliff dan batuan yang hancur. Fragmen berukuran kecil terendapkan pada bagian atas kerucut
(apex) sedangkan fragmen yang kasar meluncur ke bawah dan terendapkan di bagian bawah
kerucut talus.
Gambar 5. Talus Cones atau Coluvial Van

6. Lereng Kaki (Foot slope)

Mempunyai daerah memanjang dan relatif sermpit terletak di suatu


pegunungan/perbukitan dengan topografi landai hingga sedikit terkikis. Lereng kaki terjadi
pada kaki pegunungan dan lembah atau dasar cekungan (basin). Permukaan lereng kaki
langsung berada pada batuan induk (bed rok). Dipermukaan lereng kaki terdapat fragmen
batuan hasil pelapukan daerah di atasnya yang diangkut oleh tenaga air ke daerah yang lebih
rendah.

Gambar 6. Lereng Kaki

7. Lahan Rusak (Bad land)

Merupakan daerah yang mempunyai topografi dengan lereng curam hingga sangat
curam dan terkikis sangat kuat sehingga mempunyai bentuk lembah-lembah yang dalam dan
berdinding curam serta berigir tajam (knife-like) dan membulat. Proses erosi parit (gully
erosion) sangat aktif sehingga banyak singkapan batuan muncul ke permukaan (rock
outcrops).
8. Rombakan Kaki Lereng

Rombakan kaki lereng meurpakan debris batuan yang terkumpul di kaki


jurang/tebing lereng.

Gambar 8. Rombakan Kaki Lereng

4. Dampak Proses Bentuk Lahan Asal Denudasional


Proses bentuk lahan denudasional adalah erosi, mass wasting, dan juga pelapukan.
Ketiga proses tersebut memberikan dampak atau pengaruh bagi lahan di permukaan bumi.
Selain, menyebabkan terbentuknya lahan baru seperti yang telah dijelaskan di atas (contoh
satuan bentuk lahan asal denudasional), ketiga proses tersebut juga membawa dampak lain.

5. Cara Mengatasi Dampak Proses Bentuk Lahan Asal Denudasional


a. Upaya Pengendalian Erosi
Erosi tidak dapat dicegah secara sempurna karena merupakan proses alam.
Pencegahan erosi merupakan usaha pengendalian terjadinya erosi yang berlebihan
sehingga dapat menimbulkan bencana. Ada banyak cara untuk mengendalikan
erosi antara lain :
•    Pengolahan Tanah.
Areal tanah yang diolah dengan baik dengan penanaman tanaman, penataan
tanaman yang teratur akan mengurangi tingkat erosi
•    Pemasangan Tembok Batu Rangka Besi
Dengan membuat tembok batu dengan kerangka kawat besi di pinggir sungai
dapat mengurangi erosi air sungai.
 Penghutanan Kembali
Yaitu mengembalikan suatu wilayah hutan pada kondisi semula dari keadaan
yang sudah rusak
•    Penempatan Batu Batu Kasar sepanjang Pinggir Pantai untuk mengurangi erosi
akibat air laut.
•    Pembuatan Pemecah Angin atau Gelombang
Pohon pohonan yang ditanam beberapa garis untuk mengurangi kekuatan angin
atau gelombang.
•    Pembuatan Teras Tanah Lereng
Teras tanah berfungsi untuk memperkuat daya tahan tanah terhadap gaya erosi
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Proses denudasional merupakan proses yang cenderung mengubah bentuk permukaan
bumi yang disebut dengan proses penelanjangan. Proses yang utama adalah degradasi berupa
pelapukan yang memproduksi regolit dan saprolit serta proses erosi, pengangkutan dan
gerakan massa. Proses ini lebih sering terjadi pada satuan perbukitan dengan material mudah
lapuk dan tak berstruktur. Proses degradasi menyebabkan agradasi pada lerengkaki
perbukitan menghasilkan endapan koluvial dengan material tercampur. Kadang proses
denudasional terjadi pula pada perbukitan struktur dengan tingkat pelapukan tinggi, sehingga
disebut satuan struktural denudasional.

Proses denudasional sangat dipengaruhi oleh tipe material (mudah lapuk), kemiringan
lereng, curah hujan dan suhu udara serta sinar matahari, dan aliran-aliran yang relatif tidak
kontinyu. Karakteristik yang terlihat di foto udara, umumnya topografi agak kasar sampai
kasar tergantung tingkat dedudasinya, relief agak miring sampai miring, pola tidak teratur,
banyak lembah-lembah kering dan erosi lereng/back erosion, penggunaan lahan tegalan atau
kebun campuran dan proses geomorfologi selalu meninggalkan bekas di lereng-lereng bukit
dan terjadi akumulasi di kaki lereng, serta kenampakan longsor lahan lebih sering dijumpai. 
DAFTAR PUSTAKA

http://lutfiardiansyahsaputra.wordpress.com/2013/04/03/bentuk-lahan-asal-
denudasional/

https://www.google.com/search?q=lereng+kaki&ie=utf-8&oe=utf

https://www.google.com/search?q=pegunungan+denudasional&ie

https://www.google.com/ =1&q=dataran+nyaris&btnG=

https://www.google.com/search?q=kerusakan+lahan&

https://www.google.com/search?q=perbukitan+sisa+terpisah

https://www.google.com/search?q=kerucut+talus

Anda mungkin juga menyukai