“Bentuklahan Denudasional”
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Puji syukur kehadirat Allah Swt tuhan yang maha esa atas segala rahmatnya
sehingga Makalah ini dapat tersusun hingga selesai, didalam menyelesaikan salah satu
tugas pada mata kuliah Geomorfologi. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
Bapak Drs. Nahor Manahat Simanungkalit, M.Si selaku dosen pengampu yang telah
menugaskan dan memberikan prosedur penyelesaian makalah ini. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan, baik materi maupun pemikiranya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya semoga kami dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, Kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Medan, 4 November
Penulis
Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3
BAB I............................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN............................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................................5
C. Tujuan................................................................................................................................................5
D. Manfaat.............................................................................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..............................................................................................................................................6
BAB III........................................................................................................................................................15
PENUTUP...................................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Geomorfologi ( geomorphology ) adalah ilmu tentang roman muka bumi
beserta aspek-aspek yang mempengaruhinya.Geomorfologi bisa juga
merupakan salah satu b a g i a n d a r i g e o g r a f i . D i m a n a g e o m o r f o l o g i
y a n g m e r u p a k a n c a b a n g d a r i i l m u geografi, mempelajari tentang bentuk
muka bumi, yang meliputi pandangan luas sebagai cakupan satu
kenampakan sebagai bentang alam (landscape) sampai pada satuan terkecil
sebagai bentuk lahan (landform).
Hubungan geomorfologi dengan kehidupan manusia adalah
d e n g a n a d a n y a pegunungan-pegunungan, lembah, bukit, baik yang ada didarat
maupun di dasar laut.Dan juga dengan adanya bencana alam seperti gunung
berapi, gempa bumi, tanah longsor dan sebagainya yang berhubungan dengan lahan
yang ada di bumi yang juga mendorong manusia untuk melakukan pengamatan
dan mempelajari bentuk-bentuk g e o m o r f o l o g i y a n g a d a d i b u m i . B a i k
yang dapat berpotensi berbahaya maupun aman. Sehingga dilakukan
pengamatan dan identifikasi bentuk lahan.
B. Rumusan Masalah
Dari penjelasan di atas maka dapat di rumuskan masalah, yaitu :
1 . Apa yang dimaksud dengan bentuk lahan asal denudasional ?
2 . Apa saja jenis-jenis bentuk lahan asal denudasional ?
3. Bagaimana proses terbentuknya bentuklahan denudasional?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini, yaitu :
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan bentuk lahan asal denudasional
2. Mengetahui jenis-jenis bentuk lahan asal denudasional dan
3. Bagaimana proses terbentuknya bentuklahan denudasional
D. Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah :
1. Bagi Mahasiswa dan kami sendiri dapat meningkatkan pengetahuan secara khusus,
pemahaman dan berusaha untuk mempelajari lebih, kemudian mengimplikasikannya
2. Bagi Dosen dan tenaga pengajar, sebagai bahan informasi tambahan terhadap
matakuliah yang bersangkutan dan materi yang diajarkan.
PEMBAHASAN
Denudasional berasal dari kata dasar nude yang berarti telanjang, sehingga
denudasional berarti proses penelanjangan permukaan bumi. Bentuk lahan asal denudasional
dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk lahan yang terjadi akibat proses-proses pelapukan,
erosi, gerak masa batuan (mass wating) dan proses pengendapan yang terjadi karena agradasi
atau degradasi (Herlambang, Sudarno. 2004:42). Proses degradasi cenderung menyebabkan
penurunan permukaan bumi, sedangkan agradasi menyebabkan kenaikan permukaan bumi. .
Denudasi meliputi dua proses utama yaitu Pelapukan dan perpindahan material dari bagian
lereng atas ke lereng bawah oleh proses erosi dan gerak massa batuan (masswashting).
Pelapukan adalah proses berubahnya sifat fisik dan kimia batuan di permukaan dan
atau dekat permukaan bumi tanpa di sertai perpindahan material. Pelapukan dapat dibagi
manjadi pelpukan fisik, dan pelapukan biotic. Pelapukan fisik merupakan proses pecahnya
batuan menjadi ukuran yang lebih kecil tanpa diikuti oleh perubahan komposisi kimia batuan.
Perubahan kimia merupakan proses berubahnya komposisi kimia batuan sehingga
menghasilkan mineral sekunder. Factor pengontrol pelapukan adalah batuan induk, aktivitas
organism, topografi, dan iklim. Didalam evolusi bentanglahan yang menghasilkan
bentuklahan dedasuonal M. W. Davis mengemukakan adanya3 faktor yang mempengaruhi
perkembangan bentuklahan struktur geologi, proses geomorfologi, waktu. Dengan adanya
factor tersebut maka dalam evolusinya, bentuklahan melewati beberapa stadium ; stadium
muda, stadium dewasa, stadium tua.
Proses denudasional sangat dipengaruhi oleh tipe material (mudah lapuk), kemiringan
lereng, curah hujan dan suhu udara serta sinar matahari, dan aliran-aliran yang relatif tidak
kontinyu. Karakteristik yang terlihat di foto udara, umumnya topografi agak kasar sampai
kasar tergantung tingkat dedudasinya, relief agak miring sampai miring, pola tidak teratur,
banyak lembah-lembah kering dan erosi lereng/back erosion, penggunaan lahan tegalan atau
kebun campuran dan proses geomorfologi selalu meninggalkan bekas di lereng-lereng bukit
dan terjadi akumulasi di kaki lereng, serta kenampakan longsor lahan lebih sering dijumpai.
Umumnya bentuk lahan ini terdapat pada daerah dengan topografi perbukitan atau
gunung dengan batuan yang lunak (akibat proses pelapikan) dan beriklim basah, sehingga
bentuk strukturnya tidak nampak lagikarena adanya gerakan massa batuan. Pembagian
bentuk lahan denudasional dapat dilakukan dengan lebih rinci dengan mempertimbangkan :
batuan, proses gerak massa yang terjadi dan morfometri.
Ciri-Ciri Bentuk Lahan Asal Denudasional
Denudasi meliputi proses pelapukan, erosi, gerak masa batuan (mass wating) dan
proses pengendapan/sedimentasi.
A. Pelapukan
Pelapukan (weathering) dari perkataan weather dalam bahasa Inggris yang berarti
cuaca, sehingga pelapukan batuan adalah proses yang berhubungan dengan perubahan sifat
(fisis dan kimia) batuan di permukaan bumi oleh pengaruh cuaca. Secara umum, pelapukan
diartikan sebagai proses hancurnya massa batuan oleh tenaga Eksogen, menurut
Olliver(1963) pelapukan adalah proses penyesaian kimia, mineral dan sifat fisik batuan
terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya.
Akibat dari proses ini pada batuan terjadi perubahan warna, misalnya kuning-coklat
pada bagian luar dari suatu bongkah batuan. Meskipun proses pelapukan ini berlangsung
lambat, karena telah berjalandalam jangka waktu yang sangat lama maka di beberapa tempat
telah terjadi pelapukan sangat tebal. Ada juga daerah-daerah yang hasil pelapukannya sangat
tipis, bahkan tidak tampak sama sekali, hal ini terjadi sebagai akibat dari pemindahan hasil
pelapukan pada tempat yang bersangkutan ke tempat lain. Tanah yang kita kenal ini adalah
merupakan hasil pelapukan batuan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelapukan adalah:
- Limestone, resisten pada iklim kering tetapi tidak resisten pada iklim basah
- Granit, resisten pada iklim basah tetapi tidak resisten pada iklim kering.
d. Topografi
Jenis-jenis pelapukan
Komposisi batuan
Ada mineral yang mudah bereaksi dengan air, oksigen dana gas asam arang, ada juga yang
sulit. Bagi mineral yang mudah bereaksi dengan air, oksigen dan gas asam arang akan cepat
lapuk daripada mineral yang sulit bereaksi dengan air, oksigen dan asam arang.
Iklim
Daerah yang mempunyai iklim basah adan panas misalnya ilim hujan tropis akan
mempercepat proses reaksi kimia, sehingga batuan menjadi cepat lapuk.
Ukuran batuan
Makin kecil ukuran batuan makin intensif reaksi kimia pada batuan tersebut berarti makin
cepat pelapukannya.
Ukuran batuan
Makin kecil ukuran batuan makin intensif reaksi kimia pada batuan tersebut berarti makin
cepat pelapukannya.
yaitu perpindahan atau gerakan massa batuan atau tanah yang ada di lereng oleh
pengaruh gaya berat atau gravitasi atau kejenuhan massa air. Ada yang menganggap
masswasting itu sebagai bagian dari pada erosi dan ada pula yang memisahkannya. Hal ini
mudah difahami karena memang sukar untuk dipisahkan secara tegas, karena dalam erosi
juga gaya berat batuan itu turut bekerja.
Pada batuan yang mengandung air, gerakan massa batuan itu lebih lancar dari pada
batuan yang kering. Perbedaannya ialah bahwa pada masswasting, air hanya berjumlah
sedikit dan fungsinya bukan sebagai pengangkut, melalinkan hanya sekedar membantu
memperlancar gerakan saja. Sedang dalam erosi diperlukan adanya tenaga pengangkut.
Gerakan massa batuan pada dasarnya disebabkan oleh adanya gayaberat/gravitasi atau gaya
tarik bumi. Faktor-faktor pengontrol mass wasting antara lain:
a. Kemiringan lereng.
Makin besar sudut kemiringan lereng dari suatu bentuk lahan semakin besar peluang
terjadinya Mass Wasting, karena gaya berat semakin berat pula.
b. Relief lokal,
Terutama yang mempunyai kemiringan lereng cukup besar, misal kubah, perbukitan
mempunyai peluang yang besar untuk terjadinya Mass Wasting.
Ketebalan hancuran batuan atau Debris diatas batuan dasar makin tebal hancuran batuan
yang berada diatas batuan dasar, makin besar pula peluang untuk terjadinya Mass Wasting,
karena permukaan yang labil makin besar pula.
Pada umumnya Mass wasting akan mengikuti alur bidang lemah dalam batuan, karena
orientasi bidang lemah tersebut akan lapuk lebih dahulu kemudian materi yang lapuk akan
bergerak.
e. Iklim
Kondisi iklim disuatu daerah akan mempengaruhi cepat atau lambatnya Mass wasting.
3. Satuan Bentuk Lahan Asal Denudasioal
1. Pegunungan Denudasional
2. Perbukitan Denudasional
Akibat proses denudasional yang bekerja pada pegunungan secara terus menerus,
maka permukaan lahan pada daerah tersebut menurun ketinggiannya dan membentuk
permukaan yang hamper datar yang disebut dataran nyaris (peneplain). Dataran nyaris
dikontrol oleh batuan penyusunan yang mempunyai struktur berlapis (layer). Apabila batuan
penyusun tersebut masih dan mempunyai permukaan yang datar akibat erosi, maka disebut
permukaan planasi.
Merupakan daerah yang mempunyai topografi dengan lereng curam hingga sangat
curam dan terkikis sangat kuat sehingga mempunyai bentuk lembah-lembah yang dalam dan
berdinding curam serta berigir tajam (knife-like) dan membulat. Proses erosi parit (gully
erosion) sangat aktif sehingga banyak singkapan batuan muncul ke permukaan (rock
outcrops).
8. Rombakan Kaki Lereng
PENUTUP
A. Kesimpulan
Proses denudasional merupakan proses yang cenderung mengubah bentuk permukaan
bumi yang disebut dengan proses penelanjangan. Proses yang utama adalah degradasi berupa
pelapukan yang memproduksi regolit dan saprolit serta proses erosi, pengangkutan dan
gerakan massa. Proses ini lebih sering terjadi pada satuan perbukitan dengan material mudah
lapuk dan tak berstruktur. Proses degradasi menyebabkan agradasi pada lerengkaki
perbukitan menghasilkan endapan koluvial dengan material tercampur. Kadang proses
denudasional terjadi pula pada perbukitan struktur dengan tingkat pelapukan tinggi, sehingga
disebut satuan struktural denudasional.
Proses denudasional sangat dipengaruhi oleh tipe material (mudah lapuk), kemiringan
lereng, curah hujan dan suhu udara serta sinar matahari, dan aliran-aliran yang relatif tidak
kontinyu. Karakteristik yang terlihat di foto udara, umumnya topografi agak kasar sampai
kasar tergantung tingkat dedudasinya, relief agak miring sampai miring, pola tidak teratur,
banyak lembah-lembah kering dan erosi lereng/back erosion, penggunaan lahan tegalan atau
kebun campuran dan proses geomorfologi selalu meninggalkan bekas di lereng-lereng bukit
dan terjadi akumulasi di kaki lereng, serta kenampakan longsor lahan lebih sering dijumpai.
DAFTAR PUSTAKA
http://lutfiardiansyahsaputra.wordpress.com/2013/04/03/bentuk-lahan-asal-
denudasional/
https://www.google.com/search?q=lereng+kaki&ie=utf-8&oe=utf
https://www.google.com/search?q=pegunungan+denudasional&ie
https://www.google.com/ =1&q=dataran+nyaris&btnG=
https://www.google.com/search?q=kerusakan+lahan&
https://www.google.com/search?q=perbukitan+sisa+terpisah
https://www.google.com/search?q=kerucut+talus