Anda di halaman 1dari 18

KONSEP DAN NILAI - NILAI KEPEMIMPINAN

BERDASARKAN
KEARIFAN LOKAL

Dosen Pengampu Mata Kuliah Kepemimpinan:


Drs. Ali Nurman , M.Si.

Disusun Oleh:Kelompok 6
Adellia 3213131066
Ferdinansius Sembiring 3213131031
Sri Rezeki Napitupulu 3213331016
Yenni Lestari Sitompul 3213131054
PENDIDIKAN GEOGRAFI E 2021

Perguruan Tinggi Universitas Negeri Medan


Jurusan Pendidikan Geografi
TA 2021/2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................................................2
BAB I..............................................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..........................................................................................................................................................3
BAB II.............................................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................................4
BAB III.........................................................................................................................................................................16
PENUTUP.....................................................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................................................17

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga Makalah
ini dapat tersusun hingga selesai didalam meyelesaikan salah satu tugas pada mata kuliah
Kepemimpinan. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak Ali Nurman selaku
dosen pengampu yang telah menugaskan dan memberikan prosedur penyelesaian makalah ini.
Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang berkontribusi dengan
memberikan sumbangan, baik materi maupun pemikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan pengalaman bagi
para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam masalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 10 September 2021

Penulis

Kelompok 6

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpinkepada


pengik utnya dalam mencapai tujuan org anisasi.Pengertian itu mengandung dua pengertian inti
yang sangat penting tentang kepemimpinan, yaitu Mempengaruhi perilaku orang lain. Kepe-
mimpinan dalam organisasi diarahkan untuk mempengaruhiorang-orang yang dipimpinnya, agar
mau berbuat seperti yang diharapkan ataupundiarahkan oleh orang yang memimpinnya.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Konsep kepemimpinan
2. Nilai – nilai kepemipinan berdasarkan kearifan lokal

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui apa itu kepemimpinan


2. Untuk mengetahui nilai kepemimpinan berdasarkan kearifan lokal  

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KONSEP KEPEMIMPINAN

Teori kepemimpinan terus berkembang, banyak teori yang lahir tentang kepemimpinan.
Nilai-nilai kepemimpinan masih sangat banyak, ada yang bersumber dari barat, maupun dari
timur. Ada yang disebut sebagai teori kepemimpinan modern, ada pula yang tradisional, yang
jika kita mau lihat lebih jauh dari teori-teori itu sebenarnya mempunyai tujuan yang sama,
mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan bersama.
Kebanyakan dari kita sering menganut pola kepemimpinan barat yang tentunya tidak
selalu tepat digunakan di Indonesia. Kearifan lokal dalam memimpin banyak ditemui di
Indonesia. Namun belum banyak di aplikasikan pada keterampilan dan seni memimpin saat ini,
kajian tentang hal tersebut masih sangat minim. Masalahnya adalah mengapa nilai-nilai
kepemimpinan perlu dikembangkan. Adakah nilai-nilai kepemimpinan yang sudah dimiliki di
Indonesia, yang mampu menjawab tantangan global.
Banyak definisi kepemimpinan yang menggambarkan asumsi bahwa kepemimpinan
dengan proses mempengaruhi baik individu maupun masyarakat, yaitu dengan sengaja
mempengaruhi orang lain dalam susunan aktivitasnya dan hubungan dalam kelompok atau
organisasi.

4
John C. Maxwell mengatakan bahwa inti ke pemimpin adalah mempengaruhi atau
mendapatkan pengikut.Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan
langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu
(Tannebaum,Weschler dan Nassarik, 1961, 24).
Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur
untuk mencapai tujuan bersama (Rauch & Behling, 1984, 46).

2.2 NILAI NILAI KEPEMIMPINAN BERDASARKAN KEARIFAN LOKAL


Nilai-nilai kearifan lokal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai-nilai utama
dalam masyarakat Bugis yang dijadikan pegangan dalam menjalani aktivitas kehidupan. Nilai-
nilai tersebut yaitu:

(1) Alempureng, pada perkataan Bugis, jujur disebut lempu’. Menurut arti logatnya lempu’ sama
dengan lurus sebagai lawan dari bengkok. Dalam berbagai konteks, adakalanya kata ini juga
berarti ikhlas, benar, baik atau adil.

(2) Amaccang, Rahim (2011: 126) cenderung mengartikan acca bukan pandai atau pintar tetapi
cendekia atau intelek;

(3) Asitinajang, kepatutan, kepantasan, kelayakan adalah terjemahan dari kata Bugis asitinajang.
Kata ini berasal dari kata sitinaja yang berarti cocok, sesuai, pantas atau patut (Matthes dalam
Rahim, 2011: 129);

(4) Agettengeng keteguhan yang dimaksud di sini adalah getteng dalam bahasa Bugis. Selain
berarti teguh, kata inipun berarti tetap asas atau setia pada keyakinan, kuat dan tangguh dalam
pendirian, erat memegang sesuatu

(5) Reso, Rahim (2011: 135- 136) menyatakan bahwa nilai reso (usaha) adalah nilai kunci bagi
pelaksanaan nilai-nilai kejujuran, kecendekiaan, kepatutan dan keteguhan.

5
Kearifan Lokal dan Kepemimpinan Jawa Budaya Jawa dari zaman dahulu terkenal
sebagai budaya adiluhung yang menyimpan banyak nilai yang sangat luhur mulai dari etika dan
sopan santun di dalam rumah sampai sopan santun di ranah publik. Bagaimana mengeluarkan
pendapat, berbicara kepada orang tua, berpakaian, makan, memperlakukan orang lain dan
sebagainya semuanya telah ada dalam budaya Jawa. Bahasa dijadikan sebagai alat untuk
memahami budaya, baik yang sekarang ada maupun yang telah diawetkan dan yang akan datang
(dengan cara mewariskannya). Tanpa bahasa tidak akan ada budaya. Setiap masyarakat budaya
mempertahankan konsepnya melalui nilai budaya dan sistem budaya dengan mempertahankan
fungsi, satuan, batas, bentuk, lingkungan, hubungan, proses, masukan, keluaran, dan pertukaran
(Purwadi, 2012).

Menurut Sartini (2009), salah satu wujud kearifan lokal yang banyak dikenal adalah
peribahasa. Peribahasa adalah perkataan atau pernyataan yang dikenal luas dan sering dipakai.
Peribahasa menggambarkan kebenaran yang berbasis pada akal sehat dan pengalaman praktis
yang bersifat manusiawi. Salah satunya adalah mengkaji dan memahami ungkapan seperti
paribasa, bebasan, dan saloka yang terdapat dalam bahasa daerah dan budaya tersebut seperti
dalam bahasa dan budaya Jawa. Mentransformasikan nilai, pemikiran atau ajaran di masa lalu
untuk ditarik ke masa kini, memang sulit, tapi bukan berarti tidak bisa. Hal tersebut dikarenakan
kearifan lokal menjadi diskursus. Ketika menjadi pemimpin, orang Jawa memiliki beberapa
semboyan dan pandangan hidup yang selalu harus dilaksanakan agar kepemimpinannya dapat
berjalan dengan baik karena diiringi dengan sikap-sikap yang arif dan bijaksana. Sikap dan
pandangan itu antara lain ialah seorang pemimpin harus dapat hamangku, hamengku,
hamengkoni. Hamangku diartikan sebagai sikap dan pandangan yang harus berani bertanggung
jawab terhadap kewajibannya, hamengku diartikan sebagai sikap dan pandangan yang harus
berani ngrengkuh (mengaku) sebagai kewajibannya dan hamengkoni dalam arti selalu bersikap
berani melindungi dalam segala situasi. Jadi, seorang pemimpin dalam pandangan masyarakat
Jawa itu harus selalu berani bertanggung jawab, mengakui rakyatnya sebagai bagian dari
hidupnya dan setiap saat harus selalu melindungi dalam segala kondisi dan situasi (Wahyudi,
2011).

6
Ungkapan yang paling populer dalam dunia pendidikan adalah ing ngarsa sung tuladha, ing
madya mangun karsa, tut wuri handayani. Ungkapan ini juga berasal dari bahasa Jawa dan
mengandung nilai-nilai yang sangat baik untuk panutan seorang pemimpin. Apabila seseorang
benar-benar ingin disebut sebagai seorang pemimpin, dia harus selalu berada di depan untuk
memberikan contoh yang baik dalam bentuk sikap, ucapan, dan tindakan yang selalu konsisten.
Manakala seorang pemimpin berada di tengah tengah rakyatnya, dia harus mangun karsa
(memberi semangat) agar rakyat tidak mudah putus asa jika menghadapi segala macam cobaan.
Ketika dia ada di belakang dia harus selalu tut wuri handayani (mau mendorong) agar rakyatnya
selalu maju. Ketika seorang pemimpin memiliki sikap dan pandangan hidup yang baik rakyat
akan selalu melu handarbeni, melu hangrungkebi, mulat sarira hangrasa wani dalam arti segala
prestasi yang dicapai dalam suatu tempat atau negara akan selalu dijaga oleh rakyatnya dengan
baik karena rakyat merasa ikut memiliki melu handarbeni, dan jika ada orang lain yang akan
merusak tatanan yang sudah mapan, rakyat juga akan ikut membela melu hangrungkebi. Namun,
semua itu dilakukan setelah mengetahui secara pasti duduk persoalan mana yang benar dan mana
yang salah dengan mulat sarira hangrasa wani yang berarti mawas diri (Wahyudi, 2011).

Berdasarkan pandangan di atas, seorang pemimpin akan semakin berwibawa dan dapat
menyelesaikan segala persoalan tanpa menimbulkan persoalan baru. Karena kewibaannya itulah
seorang pemimpin memiliki kekuatan sehingga akan berani nglurug tanpa bala, menang tanpa
ngasorake, artinya segala persoalan dapat diselesaikan sendiri dengan baik tanpa harus
merendahkan martabat orang lain yang bermasalah dengan dirinya. Karena kewibaan itu pulalah.
Seorang pemimpin harus selalu bersikap dermawan kepada orang lain yang kekurangan. Seorang
pemimpin sejati memiliki sikap dan pandangan weweh tanpa kelangan (memberi tanpa harus
kehilangan sesuatu) karena seorang pemimpin sugih tanpa bandha (kaya tanpa harta). Itulah
beberapa ungkapan yang merupakan kearifan lokal dalam budaya Jawa yang penuh dengan nilai-
nilai luhur untuk seorang pemimpin. Kepemimpinan Hasta Brata Kepemimpinan merupakan
hasil budidaya masyarakatnya (Koentjaraningrat, 2000).
Dalam kebudayaan atau dalam hal ini disebut ajaran Jawa pengertian kekuasaan berbeda
dengan paparan teori-teori Barat dan Modern. Dalam masyarakat Jawa kekuasaan merupakan
suatu yang agung dan keramat yang bersumber dari Sang Mahakuasa. Kekuasaan dapat
diperoleh manusia terpilih yang memiliki daya kekuatan sehingga mampu menyandang atau

7
duduk di posisi pemimpin (Yasasusastra, 2011). Hasta Brata merupakan watak atau sifat utama
yang diambil dari sifat alam. Hasta mempunyai arti delapan sedangkan Brata mempunyai arti
laku. Dapat diartikan juga bahwa Hasta Brata adalah delapan laku, watak atau sifat utama yang
harus dipegang teguh dan dilaksanakan oleh seorang pemimpin atau siapa saja yang terpilih
menjadi pemimpin (Yasasusastra, 2011). Berdasarkan konsep tersebut maka seorang pemimpin
harus memiliki delapan sifat alam yaitu :
1. Bumi Sebagai tempat kehidupan, bumi menyediakan semua kebutuhan dasar makhluk hidup.
Bumi merupakan tempat yang kokoh dan senantiasa memberi pada semua makhluk. Seperti
bumi, pemimpin harus mampu untuk memberi dan kokoh. Memberi tanpa pamrih pada
masyarakat yang ia ayomi dan menjadi tempat pertama yang bisa diandalkan.
2. Matahari Lewat cahaya matahari makhluk di bumi mampu hidup dan beraktivitas. Senantiasa
mendapat energi dari matahari, memungkinkan makhluk hidup untuk tumbuh dan berkembang.
Pemimpin memberi energi berupa visi, tujuan, dan alasan untuk setiap tindak keputusan.
Memberi seperti matahari adalah memberi dengan terus menerus, hingga ia tidak menyadari
bahwa telah berbuat banyak untuk orang lain.
3. Api
Api memiliki hukum yang jelas, ia membakar apa saja yang menyentuhnya. Walaupun bersifat
merusak, ia merupakan unsur alam paling adil di antara yang lain. Sifat api yang spontan namun
stabil mencerminkan keberanian dan keyakinan kuat. Berani dan yakin untuk ‘menghancurkan’
masalah-masalah yang timbul di kemudian hari. Selain itu, sifat api yang muncul ketika
menghadapi masalah juga merepresentasikan ketegasan dalam pengelolaan serta keberanian
mengambil keputusan.
4. Samudra Hilir untuk semua sungai. Padahal tidak semua sungai membawa air yang bersih.
Walaupun begitu, samudra menerima air dari sungai manapun, entah itu kotor atau bersih.
Seperti samudra, pemimpin adalah sosok yang membuka mata dan pikiran secara luas. Menerima
pendapat dari sekitar sebagai tanda respek seorang pemimpin pada orang lain. Samudra juga
mengolah semua konten air sungai di kedalaman airnya. Begitu juga dengan pemimpin. Ia tidak
menelan mentah-mentah masukan yang datang. Dengan memikirkan baik-baik semua pendapat
yang ada, pemimpin mampu mendapatkan pengetahuan baru dari sekitarnya.
5. Langit Berbeda dengan horison atau kaki langit, karena horison hanya ilusi optik dari
keterbatasan organ sensoris manusia. Langit merupakan sebenar-benarnya atap bagi bumi. Langit

8
adalah cakrawala. Ia adalah simbol bagi luasnya ilmu pengetahuan. Sosok yang menyimbolkan
langit memiliki kompetensi, kemampuan, dan kecakapan yang dapat diajarkan pada orang lain.
6. Angin Angin dapat berhembus di mana saja. Ia terbentuk ketika ada perbedaan tekanan udara.
Pemimpin yaitu seseorang keberadaan dan pengaruhnya bisa dirasakan oleh sekitarnya.
Keberadaan pemimpin bukan sebagai simpol dari kekuasaan. Ia adalah orang yang terjun
menghadapi masalah dan peduli pada kondisi yang dihadapi.
7. Bulan Bulan hanya bisa dipandang di malam hari. Ketika memandang bulan, ada rasa damai
dalam gelap. Pemimpin harus menjadi sosok yang memberikan kedamaian pada sekitarnya. Rasa
damai yang nyaman dan membuat hati gembira.Juga memberikan harapan pada sekitar ketika
semua kondisi memberikan keputusasaan.
8. Bintang Satu unsur alam paling indah yang dapat dilihat ketika malam. Tidak hanya indah, ia
memberikan arah mata angin pada mereka yang membutuhkan. Pemimpin menjadi pengarah dan
pedoman bagi lingkungannya. Menjadi pengarah artinya menjadi sebuah inspirasi bagi yang lain.
Menjadi inspirasi artinya pemimpin memiliki satu prinsip dasar yang menjadi ruh
kepemimpinannya. Model Kepemimpinan Hasta Brata sebagai Sifat Kepemimpinan yang Efektif
Berdasarkan hasil analisis terhadap literatur diketahui bahwa kepemimpinan merupakan konsep
relasional.

Kepemimpinan menekankan adanya hubungan dua pihak, yaitu pemimpin dan pengikut.
Terjadi pola interaksi diantara pemimpin dan pengikut. Dalam pola interaksi yang terjadi antara
pemimpin dan pengikut, pemimpin mempengaruhi perilaku para pengikut; dan Proses pemimpin
mempengaruhi pengikutnya dilakukan agar pengikut melakukan tindakan-tindakan untuk
mencapai tujuan yang telah disepakati bersama oleh pemimpin dan pengikutnya sehingga
menjadi tujuan organisasi. Salah satu pendekatan yang dilakukan untuk melakukan identifikasi
kepemimpinan Hasta Brata adalah dengan teori sifat (trait theory) dimana pendekatan yang
dilakukan fokus pada pelaku kepemimpinan yaitu pemimpin itu sendiri. Pendekatan ini
mendasarkan pada kesesuaian sifat pemimpin dengan konsep Kepemimpinan Hasta Brata.

Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari proses


perubahan karakter atau transformasi internal dalam diri seseorang.

9
Kearifan  local yaitu spirit local genius yang disepadankan maknanya dengan pengetahuan,
kecerdikan, kepandaian, keberilmuan, dan kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan dan
berkenaan dengan penyelesaian masalah yang relatif pelik dan rumit,
Di dalam suatu daerah tentunya selalu diharapkan kehidupan yang selaras, serasi dan
seimbang atau bisa dikatakan harmonis. Kehidupan yang penuh kedamaian dan suka cita.
Kehidupan yang dipimpin oleh pimpinan yang dihormati bawahannya. Kehidupan yang teratur
dan terarah yang dipimpin oleh pimpinan yang mampu menciptakan suasana kondusif.
Jelas sekali bahwa Kehidupan manusia tidak lepas dari masalah. Serangkai masalah
tidaklah boleh didiamkan. Setiap masalah yang muncul haruslah diselesaikan. Dengan memiliki
jiwa kepemimpinan, seseorang akan mampu menanggulangi setiap masalah yang muncul.
Masalah harus segera di selesaikan, agar kepercayaan masyarakat  di dalam suatu
lingkungan akan lebih meningkat dengan demikian terdapat menciptakan suatu keharmonisan,
keharmonisan terkadang tidak terdapat pada materi saja tetapi gaya kepemimpinan, atau cara
menyelesaikan masalah itu akan menimbulkan suatu keseimbangan di dalam sebuah lingkungan.
Untuk itu perlu dijelaskan bahwa suatu kepemimpinan akan dipandang ada jika suatu pemimpin
dapat menyelesaikan masalah dengan teratur dan tepat sasaran. 
Kepemimpinan adalah proses peneladanan oleh individu yang dapat mempengaruhi suatu
kelompok untuk mengikuti semua arahan dari pemimpin kepada anggota kelompok (Gardner,
1990 dalam Marquis dan Huston, 2010).
Kepemimpinan adalah sebuah pihak dimana seseorang memiliki kemampuan yang lebih
besar untuk mempengaruhi perilaku orang lain yang didasarkan pada perbedaan kekuasaan
diantara orang-orang tersebut (Gillies, 1996 dalam Mugianti, 2016).
Menurut Bennis, 2001 dalam Marquis dan Huston, 2010, menyatakan bahwa seorang
pemimpin harus mempunyai suatu visi dan misi yang jelas dan menarik orang lain untuk
mengikutinya.Kearifan lokal merupakan dasar pengambilan kebijakan pada tingkat lokal
dibidang kesehatan, pertanian, pendidikan, pengelolaan sumber daya alam dan kegiatan
masyarakat perdesaan.
Dalam kearifan lokal terdapat juga kearifan budaya lokal, yaitu pengetahuan lokal yang
sudah menyatu dengan sistem kepercayaan, norma, adat dan budaya serta diekspresikan dalam
tradisi dan mitos yang dianut oleh masyarakat tertentu dalam waktu yang lama (Frislidia, 2014
dalam Aditama, Fauzi dan Renaldi, 2014).

10
Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi setiap manusia dan masyarakat.
Manusia tidak dapat dipisahkan dari agama dan budaya. Salah satu bagian dari budaya adalah
kearifan local (local wisdom) yang dapat diartikan sebagai pandangan atau ajaran hidup, petuah-
petuah, pepatah-pepatah, dan nilai-nilai tradisi yang dihormati dan diamalkan oleh semua
masyarakat baik yang memiliki sanksi adat istiadat maupun yang tidak memiliki sanksi adat
(Sanusi, 2005 dalam Kasim dan Nurdin,2016).
Peranan budaya ikut mempengaruhi terjadinya sebuah perilaku. Terkait peran pemimpin
perawat berdasarkan kearifan lokal terhadap satu budaya seperti yang diungkapkan dalam teori
Transcultural Nursing. Dimana wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek
keperawatan yang fokus memandang perbedaaan dan kesamaan diantara budaya dengan
menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan
tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau
keutuhan budaya kepada manusia (Leininnger, 2002 dalam Kurniawan, 2018).

Di Era saat ini manusia sudah semakin maju terbukti dari budaya-budaya
modern yang muncul telah mengisi kehidupan manusia sekarang terutama pada
kemajuan teknologi industry dan informasi.Berbagai perubahan yang terjadi di
Indonesia tidak hanya menyangkut tatanan kehidupan social ekonomi, juga politik,
bahasa dan kebudayaan.Ditengah kemajuan zaman seperti ini tentu kita tidak boleh
melupakan akar budaya yang telah ada karena budaya-budaya itu mengandung
nilai-nilai yang sangat luhur yang perlu di lestarikan (Sartini, 2009).

Dalam pola kepemimpinan diperlukan usaha-usaha untuk menemukan nilainilai budaya yang
beranekaragam tersebut dengan memahami perbedaan dan
persamaan diantara mereka dalam semangat kebhinekaan. Cara pemimpin dalam
ragam budaya memahami organisasi antara lain dapat mengenali hal-hal bahasa dan
budaya, dengan membentuk tim kerja yang serasi dan padu diperlukan informasi
tentang sejarah dasar daerah tersebut dengan ciri-ciri kebudayaannya dam
mempelajari bahasa daerah dalam membangun tim yang kuat dalam organisasi,
(Hidayat, 2008).

11
Seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang yang dengan kekuasannya
ammapu menggugah pengikutnya untuk mencapai kinerja yang memuaskan.
Seorang pemimpin yang efektif akan berusaha memberdayakan seluruh karyawan
dalam organisasi/perusahaan agar mereka bersedia bekerja dengana sukarela, ikut
merasa memiliki organisasi, dan mampu melakukan aktivitas –aktivitas menuju
tercapainya tujuan organisasi (Nurhayati, 2014).

System kepemimpinan saat ini selalu mengacu pada system orang luar
Negara Indonesia (Sistem orang bagian Barat), kita lupa bahwa masih banyak
sumber atau tokoh daerah yang kita miliki yang patut kita contoh.Kearifan local
adalah identitas atau keperibadian budaya sebuah bangsa yang menyebabkan bangsa
tersebut mampu menyerap, bahkan mengolah kebudayaan yang berasal dari luar bangsa lain
menjadi watak dan kemampuan sendiri (Wibowo, 2015).

Kearifan lokal adalah sikap, pandangan, dan kemampuan suatu komunitas di dalam mengelola
lingkungan rohani dan jasmaninya, yang memberikan kepada komunitas itu daya-tahan dan
daya-tumbuh di dalam wilayah di mana komunitas itu berada. Dengan kata lain, kearifan lokal
adalah jawaban kreatif terhadap situasi geografis-geopolitis, historis, dan situasional yang
bersifat lokal.

Salah satu cara memetakan kearifan lokal dapat dilakukan dengan mengidentifikasi tiga ranah
(domain) tempat kearifan lokal itu berlaku. Ranah pertama adalah hubungan antara manusia
dengan manusia; kedua, hubungan manusia dengan alam; dan ketiga hubungan manusia dengan
Tuhan atau Sang Pencipta.
Contoh-contoh kearifan local yang dimiliki Indonesia yang dapat memperkaya nilai-nilai
kepemimpinan kita adalah
a.    Ajaran Ki Hajar Dewantara yang terkenal, yakni: Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun
karsa, tut wuri handayani (yang bermakna: yang di depan memberi teladan, yang di tengah
memberi semangat, dan yang di belakang memberi dorongan)
b.  Ajaran dalam Pustaka Hasta Dasa Parateming Prabu, yang berisi ajaran 18 prinsip
kepemimpinan.  menurut beberapa sumber  prinsip kepemimpinan ini diduga kuat pernah

12
diterapkan oleh Mahapatih Gajah Mada dari Kerajaan Majapahit tempo dulu. 18 prinsip
kepemimpinan itu meliputi :
1.   ‘Wijaya’. Artinya pemimpin harus mempunyai jiwa tenang, sabar dan bijaksana serta tidak lekas
panik dalam menghadapi berbagai macam persoalan. Hanya dengan jiwa yang tenang masalah
akan dapat dipecahkan.
2.  ‘Mantriwira’; Artinya pemimpin harus berani membela dan menegakkan kebenaran dan keadilan
tanpa terpengaruh tekanan dari pihak manapun.
3.   ‘Natangguan’; Artinya pemimpin harus mendapat kepercayaan dari masyarakat dan berusaha
menjaga kepercayaan yang diberikan tersebut sebagai tanggung jawab dan kehormatan.
4.  ‘Satya Bhakti Prabhu’; Pemimpin harus memiliki loyalitas kepada kepentingan yang lebih tinggi
dan bertindak dengan penuh kesetiaan demi nusa dan bangsa.
5.   ‘Wagmiwak’; Pemimpin harus mempunyai kemampuan mengutarakan pendapatnya, pandai
berbicara dengan tutur kata yang tertib dan sopan serta mampu menggugah semangat
masyarakatnya.
6.   ‘Wicaksaneng Naya’; Artinya pemimpin harus pandai berdiplomasi dan pandai mengatur strategi
dan siasat.
7.   ‘Sarjawa Upasama’; Artinya seorang pemimpin harus rendah hati, tidak boleh sombong,
congkak, mentang-mentang jadi pemimpin dan tidak sok berkuasa.
8.   ‘Dhirotsaha’ ; Artinya pemimpin harus rajin dan tekun bekerja, memusatkan rasa, cipta, karsa
dan karyanya untuk mengabdi kepada kepentingan umum
9.   ‘Tan Satrsna’; Maksudnya seorang pemimpin tidak boleh pilih kasih terhadap salah satu
golongan, tetapi harus mampu mengatasi segala paham golongan, sehingga dengan demikian
akan mampu mempersatukan seluruh potensi masyarakatnya untuk menyukseskan cita-cita
bersama.
10. ‘Masihi Samasta Bhuwana’; Maksudnya seorang pemimpin mencintai alam semesta dengan
melestarikan lingkungan hidup sebagai karunia Tuhan dan mengelola sumber daya alam dengan
sebaik-baiknya demi kesejahteraan rakyat.
11. ‘Sih Samasta Bhuwana’; Maksudnya seorang pemimpin dicintai oleh segenap lapisan
masyarakat dan sebaliknya pemimpin mencintai rakyatnya.
12. ‘Negara Gineng Pratijna’; Maksudnya seorang pemimpin senantiasa mengutamakan kepentingan
negara dari pada kepentingan pribadi ataupun golongan, maupun keluarganya.

13
13. ‘Dibyacitta’ ; Maksudnya seorang pemimpin harus lapang dada dan bersedia menerima pendapat
orang lain atau bawahannya (akomodatif dan aspiratif).
14.  ‘Sumantri’ ; Maksudnya seorang pemimpin harus tegas, jujur, bersih dan berwibawa.
15.  ‘Nayaken Musuh’; Maksudnya dapat menguasai musuh-musuh, baik yang datang dari dalam
maupun dari luar, termasuk juga yang ada di dalam dirinya sendiri.
16.  ‘Ambek Parama Artha’; Maksudnya pemimpin harus pandai menentukan prioritas atau
mengutamakan hal-hal yang lebih penting bagi kesejahteraan dan kepentingan umum.
17.  ‘Waspada Purwa Artha’; pemimpin selalu waspada dan mau melakukan mawas diri
(introspeksi) untuk melakukan perbaikan.
18.  ‘Prasaja’: Artinya seorang pemimpin supaya berpola hidup sederhana (Aparigraha), tidak
berfoya-foya atau serba gemerlap.

c.  Ajaran dalam Serat Wedhatama, yang ditulis oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya
Mangkunegara IV (1811-1881). Inti dari ini  adalah bahwa untuk memiliki martabat di tengah
kehidupan, orang harus mampu meraih tiga hal, yakni: kedudukan (wirya), kekayaan (arta), dan
kepandaian (winasis). Konon, Mangkunegara IV merumuskan nilai-nilai ini berdasarkan
pengalaman hidup Panembahan Senopati (1587), pendiri Kerajaan Mataram, yang dikenal
bersikap ksatria dan andap asor (rendah hati).

d.      Ajaran dalam Hasta Brata.Menurut ajaran ini, seorang pemimpin harus bias melakoni 8
perilaku (yang disimbolkan dengan unsur alam), yakni:
1.      Bumi (sifat murah hati),
2.      Dahana/api (berani dan berwibawa)
3.      Samudra (adil dan bijaksana)
4.      Maruta/angin (ada di mana-mana, dekat dengan rakyat)
5.      Angkasa (punya hati dan pikiran yang luas)
6.      Surya/matahari (memberi energi kehidupan)
7.      Candra/bulan (lembut)
8.      Kartika/bintang (menjadi teladan dan pedoman)

14
e.  Ajaran dari etnis Minang yaitu berupa konsep kepemimpinan “ditinggikan satu ranting,
didahulukan satu langkah”, artinya seorang pemimpin dihormati bukan karena bisa bertindak
semaunya. Sebab, kalau sampai bertindak salah, ia akan dihujat habis-habisan.Namun nilai-nilai
kepemimpinan lokal yang berdasarkan pada kearifan lokal seperti contoh di atas di popular di
kalangan masayarakat. Hal ini menurt Tjahjono Soejodibroto disebabkan karena Indonesia tidak
mempopulerkan nilai-nilai kearifan lokal sejak dini. Hal ini juga didukung karena tidak ada
pihak yang menjabarkan secara serius dan mendalami istilah-istilah itu untuk kemudian
dikaitkan dengan realitas yang ada. Faktor pendukung lainnya adalah pemerintah yang tidak
pernah serius memberi insentif untuk mengembangkan potensi nilai kearifan lokal ini hingga
semua dibiarkan berjalan sendiri tanpa bantuan negara, dan nilai lokal tersebut tenggelam oleh
nilai global yang bersifat kapitalis.

15
BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Kepemimpinan adalah kegiatan yang mempengaruhi perilaku orang-orang lain agar mau tertuju
untuk mencapai tujuan tertentu.Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang dapat memahami
orang yang dipimpinnya sehingga mereka dapat bekerja dengan baik sesuai dengan kemampuan
dan potensinya. Ing ngarso dinyanyikan tulodho, ing madya mangun karsa, tutwuri
handayani.Moto tersebut terjemahan langsungnya adalah didepan memberikan teladan, di tengah
menggerakkan, di belakang dorongan dorongan.Konsep kepimpinan Ki Hajar Dewantara ini
lebih pada aspek peran seseorang dalam suatu organisasi.

16
DAFTAR PUSTAKA

http://tikalecturer.blogspot.com/2011/12/makalah-kepemimpinan.html?m=1
http://www.bintan-s.web.id/2011/04/kepemimpinan-dan-kearifan-lokal.html?m=1
http://tikalecturer.blogspot.com/2011/12/makalah-kepemimpinan.html?m=1
https://core.ac.uk/download/pdf/267947383.pdf
http://tikalecturer.blogspot.com/2011/12/makalah-kepemimpinan.html
https://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi/article/download/694/652

17

Anda mungkin juga menyukai