Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

IDENTIFIKASI BAHAYA TEKANAN PANAS


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok
Mata Kuliah : Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Dosen Pengampu:
Muchti Yuda Pratama, S.Psi, M.Kes.

Disusun oleh:
Sem III/IKM-6
Kelompok 10

Dinda Patricia Mireza (0801202181)


Hafizhurrahman Nasution (0801202130)
Indah Khairunnisa (0801201186)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN


MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UIN SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga Makalah ini
dapat terusun hingga selesai, didalam menyelesaikan salah satu tugas pada mata kuliah “Dasar
Kesehatan Dan Keselamatan Kerja”. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak
Muchti Yuda Pratama, S.Psi, M.Kes. selaku dosen pengampu mata kuliah ini yang telah
menugaskan dan memberikan prosedur penyelesaian makalah ini. Tidak lupa pula kami juga
mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontriusi dengan
memberikan sumbangan, baik materi maupun pemikiranya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi penulis dan juga para pembaca. Untuk ke depannya semoga kami dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun dari pembaca demi kesmpurnaan makalah ini.

Stabat, 7 Desember 2021

Penulis
Kelompok
10

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................1
1.3 Tujuan...............................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................2
PEMBAHASAN..............................................................................................................................2
2.1 Definisi Tekanan Panas ( Heat Stress ).............................................................................2
2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Panas....................................................................2
2.3 Mekanisme Tekanan Panas Terhadap Tubuh...................................................................4
2.4 Dampak Paparan Panas Bagi Tubuh.................................................................................5
2.5 Pencegahan Heat Stress....................................................................................................7
BAB III..........................................................................................................................................10
PENUTUP.....................................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................10
3.2 Saran................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tekanan panas merupakan perpaduan dari suhu dan kelembaban udara, kecepatan
aliran udara, suhu radiasi dengan panas yang dihasilkan oleh metabolisme tubuh (Siswanto,
2001), sedangkan menurut Suma’mur (2009) tekanan panas adalah kombinasi antara suhu
udara kelembapan udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi, kombinasi keempat faktor
itu dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh. Suhu tubuh manusia dipertahankan
hampir menetap akibat keseimbangan antara panas yang dihasilkan di dalam tubuh sebagai
akibat metabolisme dan pertukaran panas antara tubuh dengan lingkungan sekitar.
Dengan pengertian yang hampir sama, menurut Fajriah (2018), tekanan panas adalah
kombinasi suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi pada
lingkungan. Selama tubuh beraktivitas maka tubuh secara otomatis akan memelihara dan
menyeimbangkan antara panas lingkungan yang diterima dengan panas dari dalam tubuh
melalui kehilangan panas dalam tubuh. Suhu lingkungan tempat kerja dapat mempunyai
suhu tinggi dan suhu rendah. Suhu ditempat kerja dapat dipengaruhi dari mesin dan factor
lingkungan ditempat kerja

1.2 Rumusan Masalah


Dari materi yang akan dibahas rumusan masalahnya antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan tekanan panas?
2. Faktor Apa saja yang mempengaruhi tekanan panas?
3. Bagaimana mekanisme tekanan panas terhadap tubuh?
4. Apa dampak paparan panas bagi tubuh?
5. Bagaimana cara mencegah heat stress?

1.3 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui serta menambah wawasan
mengenai tekanan panas mulai dari definisi, factor yang mepengaruhi, mekanisme nya,
dampak, serta cara pencegahan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Tekanan Panas ( Heat Stress )


Tekanan panas merupakan perpaduan dari suhu dan kelembaban udara, kecepatan
aliran udara, suhu radiasi dengan panas yang dihasilkan oleh metabolisme tubuh (Siswanto,
2001), sedangkan menurut Suma’mur (2009) tekanan panas adalah kombinasi antara suhu
udara kelembapan udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi, kombinasi keempat faktor
itu dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh. Suhu tubuh manusia dipertahankan
hampir menetap akibat keseimbangan antara panas yang dihasilkan di dalam tubuh sebagai
akibat metabolisme dan pertukaran panas antara tubuh dengan lingkungan sekitar.
Dengan pengertian yang hampir sama, menurut Fajriah (2018), tekanan panas adalah
kombinasi suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi pada
lingkungan. Selama tubuh beraktivitas maka tubuh secara otomatis akan memelihara dan
menyeimbangkan antara panas lingkungan yang diterima dengan panas dari dalam tubuh
melalui kehilangan panas dalam tubuh. Suhu lingkungan tempat kerja dapat mempunyai
suhu tinggi dan suhu rendah. Suhu ditempat kerja dapat dipengaruhi dari mesin dan factor
lingkungan ditempat kerja.
Tekanan panas atau heat stress dapat dikatakan sebagai reaksi fisik dan fisiologis
pekerja terhadap suhu yang berada di luar kenyamanan bekerja. Suhu yang dimaksud
adalah suhu panas yang ekstrem. Seseorang yang mengenakan pakaian pelindung dan
bekerja di lingkungan panas, kelembaban tinggi dan melakukan kerja fisik berat adalah
pekerja yang paling berisiko terkena heat stress. Umumnya heat stress dialami oleh
pekerja konstruksi, pertambangan, pabrik kaca dan pabrik karet, pabrik peleburan logam,
pekerja di ruang boiler (perebusan), dan pekerja yang terpapar panas lainnya.

2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Panas


Metabolisme tubuh merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tekanan panas.
Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi tekanan panas selain metabolisme tubuh
meliputi faktor lingkungan, beban kerja, dan faktor pakaian kerja (Prastyawati, 2018):

2
a. Faktor Lingkungan
1. Suhu Udara
Suhu udara adalah kombinasi dari suhu kering, suhu basah alami, dan suhu radiasi.
Suhu kering merupakan ukuran langsung suhu udara. Suhu basah alami adalah suhu
penguapan air yang pada suhu yang sama menyebabkan terjadinya keseimbangan uap air
di udara, suhu ini diukur dengan termometer basah alami dan suhu basah alami lebih
rendah dari suhu kering. Sedangkan suhu radiasi merupakan ukuran panas radiasi dari
bahan padat di sekitar dan panas udara.
2. Kelembapan Udara
Kelembaban udara merupakan salah satu faktor dari iklim kerja yang mempengaruhi
proses perpindahan panas dari tubuh dengan lingkungan melalui evaporasi (penguapan).
Kelembaban yang tinggi menyebabkan kehilangan panas melalui evaporasi menjadi
rendah.
3. Kecepatan Angin
Angin yang berasal dari pergerakan tubuh maupun pergerakan udara umumnya
dinyatakan dalam feet per minute (fpm) atau meter per second (m/sec). Angin berperan
penting dalam perpindahan panas antara tubuh dengan lingkungan melalui proses konveksi
dan evaporasi (penguapan).
b. Faktor Lingkungan
Beban kerja merupakan beban yang dialami oleh tenaga kerja sebagai akibat
pekerjaan yang dilakukan saat bekerja. Beban kerja merupakan salah satu faktor pekerjaan
yang dapat mempengaruhi tekanan panas. Beban kerja dapat mempengaruhi energi yang
dikeluarkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Energi yang dikeluarkan mempengaruhi
panas yang dihasilkan oleh tubuh. Suhu lingkungan kerja yang ekstrim merupakan beban
kerja tambahan yang dapat memperberat beban kerja dari pekerja.
c. Faktor Lingkungan
Pakaian kerja merupakan alat pelindung diri yang sangat penting jika tenaga kerja
berada di daerah dengan suhu tinggi. Pakaian kerja menjadi penghalang antara kulit dan
lingkungan untuk melindungi kulit dari bahan kimia berbahaya, agen fisik, dan agen
biologis. Pakaian kerja dapat mempengaruhi tingkat dan jumlah pertukaran panas antara
kulit dan udara ambien melalui konveksi, radiasi, dan evaporasi. Pakaian yang cocok

3
digunakan dalam kondisi lingkungan kerja yang panas dan beban kerja yang berat dapat
membantu tubuh untuk mengeluarkan panas. Pakaian yang longgar yang terbuat dari bahan
katun dapat memudahkan udara mengalir melewatinya. Udara yang melewati permukaan
kulit akan membantu untuk mendinginkan tubuh dengan cara evaporasi keringat ke kulit.
Bekerja di luar ruangan yang langsung berhubungan dengan paparan sinar matahari,
sebaiknya memakai pakaian berwarna terang yang dapat merefleksikan panas lebih baik
daripada pakaian dengan berwarna gelap sehingga dapat membantu dalam menjaga suhu
tubuh agar tetap dingin.

2.3 Mekanisme Tekanan Panas Terhadap Tubuh


Heat stress terjadi apabila tubuh pekerja sudah tidak mampu lagi menyeimbangkan
suhu tubuh normal karena besarnya paparan panas dari luar. Sederhananya, heat stress bisa
terjadi ketika tubuh gagal mengendalikan suhu internal.
Jika tubuh terpapar panas, maka sistem yang ada di dalam tubuh akan
mempertahankan suhu tubuh internal agar tetap berada pada suhu normal (36-37,5°C)
dengan cara mengeluarkan keringat dan mengalirkan darah lebih banyak ke kulit.
Dalam kondisi demikian, jantung bekerja keras memompa darah ke kulit bagian luar
(permukaan tubuh) dan kelenjar keringat terus mengeluarkan cairan yang mengandung
elektrolit ke permukaan kulit dan penguapan keringat menjadi cara efektif untuk
mempertahankan suhu tubuh agar tetap normal.
Namun, jika suhu di luar dan kelembaban terlampau tinggi, maka keringat tidak
dapat menguap dan tubuh akan gagal mempertahankan suhu internalnya, dalam kondisi
inilah tubuh mulai terganggu. Kondisi ini mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
bekerja di lingkungan panas.
Dengan banyaknya darah mengalir ke kulit, maka pasokan darah ke otak, otot-otot
aktif dan organ tubuh lainnya menjadi berkurang, sehingga kelelahan dan permasalahan
kesehatan akibat panas pun lebih cepat terjadi. Kegagalan tubuh menyeimbangkan suhu
tubuh internal ini yang pada akhirnya bisa memicu timbulnya heat stress pada pekerja.
Ada beberapa cara pertukaran panas tubuh dengan lingkungan sekitarnya maupun
panas dari lingkungan terhadap tubuh antara lain :
1. Pertukaran Panas Secara Konduksi

4
Pertukaran panas di antara tubuh dan benda-benda sekitar dengan melalui sentuhan
atau kontak langsung. Konduksi dapat menghilangkan panas dari tubuh, apabila benda–
benda sekitar lebih dingin suhunya dan dapat menambah panas kepada tubuh. Manakala
benda-benda sekitar lebih panas dari badan manusia (Ganong, 2002). Pertukaran panas
secara konduksi tergantung pada konduktifitas obyek dan material yang barsentuhan
dengan kulit (Muslimah, 2003).
2. Pertukaran Panas Secara Konveksi
Pertukaran panas dengan badan lingkungan melalui kontak udara dengan tubuh.
Udara adalah penghantar panas yang kurang baik, tetapi dengan kontak dengan tubuh dapat
terjadi pertukaran panas dengan tubuh. Konveksi dapat mengurangi atau menambah panas
terhadap tubuh manusia. Setiap benda termasuk tubuh manusia selalu memancarkan
gelombang panas (Ganong, 2002). Pertukaran panas melalui proses konveksi sepenuhnya
pada perbedaan temperatur antara kulit dan udara di sekeliling dan juga pada aliran gerak
udara pada kondisi yang normal , proses ini terhitung sampai 25-30 % dari total proses
perpindahan panas dalam tubuh manusia (Muslimah, 2003).
3. Pertukaran Panas Secara Radiasi
Panas radiasi adalah tenaga elektromagnetik yang panjang gelombangnya lebih
panjang dari sinar matahari. Gelombang-gelombang demikian dapat melalui udara tanpa di
absorbsi energinya, tetapi menimbulkan panas benda yang dikena. Sumber-sumber dari
panas radiasi adalah permukaan- permukaan yang panas dan sinar matahari (Ganong,
2002).
4. Pertukaran Panas Secara Evaporasi
Pertukaran panas secara evaporasi dapat terjadi melalui kulit dengan pelepasan uap
air, terjadi apabila tekanan uap air pada kulit lebih tinggi dari pada tekanan uap air di
lingkungan sekitar (Ganong, 2002).

2.4 Dampak Paparan Panas Bagi Tubuh


Paparan berlebihan terhadap lingkungan kerja yang panas dapat mengakibatkan
berbagai gangguan terhadap tubuh. Berikut adalah gangguan yang dapat terjadi akibat
panas:
1. Heat Rash

5
Heat Rash merupakan gejala awal dari yang berpotensi menimbulkan penyakit akibat
tekanan panas. Penyakit ini berkaitan dengan panas, kondisi lembab dimana keringat tidak
mampu menguap dari kulit dan pakaian. Penyakit ini mungkin terjadi pada sebagian kecil
area kulit atau bagian tubuh. Heat rash atau biang keringat dapat terjadi pada lingkungan
panas yang lembab, dimana keringat tidak bisa menguap dan menempel dikulit atau kulit
tetap basah, sehingga memuncukan biang keringat.
2. Heat Cramps
Heat cramps atau kram panas adalah terjadinya kram atau kejang pada otot-otot
akibat kehilangan cairan elektrolit, meskipun sudah minum air secukupnya namun tidak
bisa menggantikan garam didalam tubuh, bahkan air yang diminum mengencerkan cairan
elektrolit yang ada didalam tubuh dan semakin mempermudah cairan elektrolit tersebut
keluar dari tubuh sehingga kadar cairan elektrolit makin rendah, dan hal ini menyebabkan
otot mengalami kram yang menyakitkan. Biasanya kram dapat terjadi pada otot kaki,
lengan, atau perut. Biasanya otot-otot yang lelah akan lebih mudah kram. Heat Cramps
juga bisa disebut dengan kekejangan otot yang diikuti penurunan sodium klorida dalam
darah sampai di bawah tingkat kritis. Dapat terjadi sendiri atau bersama dengan kelelahan
panas, kekejangan timbul secara mendadak.
3. Heat Exhaustion
Heat exhaustion atau kelelahan panas dapat mengalami beberapa gangguan klinis
yang dapat menyerupai gejala awal heat stroke. Kelelahan panas diakibatkan oleh
hilangnya sejumlah besar cairan tubuh melalui keringat, kadang-kadang disertai kehilangan
cairan elektrolit yang berlebihan. Kondisi ini terjadi jika jumlah air yang dikeluarkan
seperti keringat melebihi dari air yang diminum selama terkena panas. Gejalanya adalah
keringat sangat banyak, kulit pucat, lemah, pening, mual, pernapasan pendek dan cepat,
pusing dan pingsan. Suhu tubuh antara (37°C – 40°C).
4. Heat Sycope
Heat Syncope merupakan keadaan kolaps atau kehilangan kesadaran selama
penajanan panas dan tanpa kenaikan suhu tubuh atau penghentian keringat.
5. Heat Stroke
Heat stroke atau sengatan panas merupakan kondisi emergensi atau gawat darurat,
dan bentuk paling serius dari serangan panas. Heat stroke dapat menyebabkan kerusakan

6
pada organ penting seperti organ dalam dan otak. Heat stroke juga dapat menyebabkan
kematian. Heat stroke terjadi ketika suhu tubuh mencapai suhu lebih dari 40 derajat
Celsius dan adanya komplikasi yang melibatkan sistem saraf tubuh akibat suhu tinggi
tersebut, seperti detak jantung cepat, kulit kering dan tampak kebiruan atau kemerahan,
tidak ada keringat di tubuh korban, pening, menggigil, mual, pusing, kebingungan mental
dan pingsan.

2.5 Pencegahan Heat Stress


Ada kebanyakan kasus, heat stress dapat dicegah atau setidaknya risiko terkena heat
stress dapat diminimalkan. Berikut rekomendasi pencegahan heat stress menurut
Occupational Safety and Health Administration (OSHA):
a. Membuat Program Pencegahan Heat Stress
Perusahaan harus memilih dan menentukan pekerja yang terlatih dan kompeten
dalam menangani bahaya di tempat kerja, salah satunya bahaya paparan panas.
Selanjutnya, pekerja ini yang akan bertanggung jawab dalam merencanakan,
mengembangkan, melaksanakan dan mengelola program terkait paparan panas di tempat
kerja.
b. Melakukan Identifikasi Bahaya
Perusahaan dan pekerja wajib melakukan identifikasi bahaya paparan panas untuk
meminimalkan kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan penurunan produktivitas kerja.
Kegiatan identifikasi bahaya ini meliputi:
 Mengenali bahaya paparan panas dan risiko penyakit akibat panas bagi pekerja
 Menghitung indeks tekanan panas melalui pengukuran faktor-faktor eksternal
lingkungan yang mempengaruhi tekanan panas, yaitu suhu, kelembaban, kecepatan
angin, suhu kering, suhu basah dan suhu radiasi.
 Melakukan evaluasi terhadap kesehatan pekerja akibat paparan panas, yaitu dengan
mengukur tekanan darah, denyut nadi dan suhu tubuh pekerja
 Menentukan langkah pengendalian dan perbaikan untuk meminimalkan bahaya
paparan panas.
c. Melakukan Pengendalian Teknik

7
Pengendalian teknik yang dapat dilakukan adalah memasang ventilasi umum,
memasang exhaust fan, memasang dust collector, penggunaan penyekat (shielding)
terutama untuk mengurangi panas radiasi serta mengurangi suhu dan kelembaban melalui
pendingin udara.

d. Melindungi Pekerja dari Resiko Terkena Heat Stress


Untuk mencegah pekerja dari heat stress, ada beberapa hal yang bisa dilakukan.
Hindari melakukan aktivitas fisik berat, lingkungan panas yang ekstrem, paparan sinar
matahari, dan lingkungan dengan kelembaban tinggi bila memungkinkan. Jika tidak
memungkinkan, lakukan langkah-langkah pencegahan berikut ini:
 Awali hari dengan minum air putih secukupnya. Hindari alkohol dan minuman yang
mengandung kafein karena dapat menyebabkan dehidrasi
 Gunakan pakaian berwarna cerah, ringan/ tipis, dan menyerap keringat (bahan
katun). Hindari pakaian berbahan sintetis.
 Lakukan diet seimbang. Konsumsi buah, sayuran, protein, serat akan sangat
membantu.
 Konsumsi cairan elektrolit, namun tidak melebihi air minum biasa
 Gunakan pelindung wajah dan leher
 Pastikan di area kerja terdapat stasiun air minum dan mudah diakses
 Lakukan istirahat secara berkala saat melakukan pekerjaan berat di lingkungan
dengan suhu panas dan kelembaban tinggi. Beristirahatlah di tempat sejuk dan teduh.
 Pertimbangkan untuk menyediakan wadah air bertanda khusus yang berisi air dan es
untuk membasahi handuk leher, lengan dan lainnya
e. Aklimatisasi
Aklimatisasi terhadap suhu tinggi merupakan proses penyesuaian diri seseorang
terhadap lingkungannya. Aklimatisasi terhadap panas ditandai dengan penurunan suhu
tubuh dan pengeluaran garam dari dalam tubuh. Proses aklimatisasi ditujukan kepada suatu
pekerjaan dan suhu tinggi untuk beberapa waktu. Aklimatisasi panas biasanya tercapai
setelah dua minggu, tergantung faktor lingkungan kerja dan faktor pribadi individu
(konsumsi obat, kondisi fisik, usia dan berat badan). Setiap pekerja baru dan pekerja lama
yang absen selama dua minggu atau lebih dari pekerjaannya harus dimulai dengan 20%

8
beban kerja di hari pertama, lalu meningkat secara bertahap tidak lebih dari 20% beban
kerja di hari berikutnya.
f. Memberikan Pelatihan Kepada Pekerja
Perusahaan juga wajib memberikan pelatihan kepada pekerja mengenai bahaya dan
efek paparan panas, gejala penyakit akibat panas, bagaimana cara dan kapan harus
merespons bila timbul gejala awal dan bagaimana cara mencegah penyakit akibat panas.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tekanan panas adalah kombinasi suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan
dan suhu radiasi pada lingkungan. Metabolisme tubuh merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi tekanan panas. Heat stress terjadi apabila tubuh pekerja sudah tidak mampu
lagi menyeimbangkan suhu tubuh normal karena besarnya paparan panas dari luar.
Sederhananya, heat stress bisa terjadi ketika tubuh gagal mengendalikan suhu internal.
Paparan berlebihan terhadap lingkungan kerja yang panas dapat mengakibatkan berbagai
gangguan terhadap tubuh Ada kebanyakan kasus, heat stress dapat dicegah atau setidaknya
risiko terkena heat stress dapat diminimalkan.

3.2 Saran
Tekanan panas cukup berbahaya bagi tubuh, jadi sebaiknya kita harus memahami
mengenai tekanan panas dan bagaimana cara pencegahannya demi keselamatan diri

10
DAFTAR PUSTAKA

Agus, Dinar Ramadian. (2011). Pengaruh Tekanan Panas terhadap Kelelahan Tenaga Kerja di
Industri Gamelan Supoyo Desa Wirun Kecamatan Mojolaban Sukoharjo. ( Skripsi,
Universitas Sebelas Maret 2011), diakses dari
https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/24384/NTE3NDk=/Pengaruh-tekanan-panas-
terhadap-kelelahan-tenaga-kerja-di-Industri-Gamelan-Supoyo-Desa-Wirun-Kecamatan-
Mojolaban-Sukoharjo-abstrak.pdf
Febriandani ,Agatha. (2020). Pengaruh Beban Kerja Dengan Tekanan Panas (Heat Stress)
Terhadap Tekanan Darah Pada Pekerja Pabrik Bagian Smelting Pt. Antam Tbk. Ubpn
Sulawesi Tenggara. ( Skripsi, Universitas Hasanuddin, 2020), diakses dari
http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/2175/
Ismail, A. . (2011). Heat Stress. Diakses pada tanggal 7 Desember 2021, dari
https://healthsafetyprotection.com/heat-stress/
Safety Sign Indonesia. (2017). Heat Stress, Penyakit Mematikan Akibat Paparan Panas Ini
Penting Diwaspadai Pekerja! . Diakses pada tanggal 7 Desember 2021, dari
https://www.safetysign.co.id/news/328/Heat-Stress-Penyakit-Mematikan-Akibat-Paparan-
Panas-Ini-Penting-Diwaspadai-Pekerja
Yuli S, Andriani, dkk . (2021). Pengukuran Tekanan Panas dan Risk Assessment pada Pekerja
PT. Maruki Internasional Indonesia, Window of Public Health Journal, Vol. 1 (No. 5), hal.
482-492

11

Anda mungkin juga menyukai