Anda di halaman 1dari 16

KONSEP DAN STRUKTUR KEPEMIMPINAN DALAM MASYARAKAT

D
I
S
U
S
U
N
OLEH
NAMA KELOMPOK : RIZSAR PAHOTAN SINAGA (3213331031
RONASAN SIMARMATA (3213331026)
FISKA AGUS WIDAR GULO (3212431008)
HENNI TAMBUNAN (3213331011)
FANNI GRACELLA PURBA (3213131061)
DOSEN PENGAMPU : ALI NURMAN
MATA KULIAH : KEPEMIMPINAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha EsaAllah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini dengan tepat pada waktunya yang berjudul Peran dan Struktur Kepemimpian
Dalam Masyarakat.
 
Makalah ini berisikan tentang informasi Peran dan Struktur Kepemimpian Dalam
Masyarakat.
atau yang lebih khususnya membahas penerapan Peran dan Struktur Kepemimpian Dalam
Masyarakat, Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang
Peran dan Struktur Kepemimpian Dalam Masyarakat. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
 
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
senantiasa memberikan berkat segala usaha kita. Amin.

Medan, ……… September 2021


Penulis

Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam suatu organisasi, kelompok atau masyarakat pada umumnya pasti ada
pemimpinnya. Bahkan, suatu masyarakat yang ingin berkembang membutuhkan tidak saja
adanya pemimpin namun juga bentuk dan tipe kepemimpinan yang mampu mengarahkan dan
memfasilitasi kebutuhan dan kepentingan masyarakat, sekaligus menegakkan aturan main
yang telah disepakati oleh kelompok masyarakat tersebut.
Ada korelasi antara tipe kepemimpinan yang berkembang di suatu masyarakat dengan sistem 
kepemerintahan dalam masyarakat tersebut. Sebagai contoh, sistem kepemerintahan
monarkhi akan mengembangkan tipe kepemimpinan yang menempatkan raja sebagai
pemimpin tunggal yang bisa jadi memiliki kecenderungan otoriter.
Secara konseptual Kepemimpinan (leadership) dibedakan dengan Kekepalaan
(Headship). Kepemimpinan merupakan  proses interaksi antara seseorang (pemimpin) dengan
sekelompok orang yang menyebabkan orang seorang atau kelompok berbuat yang sesuai
dengan kehendak pemimpin (Nawawi,1993:72).
Kepemimpinan yang efektif adalah yang mampu menyesuaikan diri dengan situasi yang
ada. Efektivitas seorang pemimpin mensyaratkan agar pemimpin tersebut memperlakukan
orang lain dengan baik, sementara memberikan motivasi agar mereka menunjukkan performa
yang tinggi dalam melaksanakan tugas (Gordon,1986:8). Headship lebih mengacu pada
hirarkhi pada suatu organisasi yang menyangkut tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang
telah ditentukan secara formal. Seorang kepala belum tentu leader, sedangkan
seorang leader belum tentu memiliki kedudukan sebagai kepala.
Kajian tentang kepemimpinan ini tetap menarik untuk didiskusikan karena persoalan ini
tidak lepas dari perjalanan kehidupan manusia. Bagi kaum muda, persoalan kepemimpinan
juga patut menjadi perhatian serius karena pemuda merupakan generasi penerus bangsa, dan
dipundaknya harapan kemajuan bangsa in digantungkan. Ini merupakan posisi strategis
pemuda dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Adhyaksa Dault menyatakan bahwa
ibarat mata rantai yang tergerai panjang, posisi generasi muda dalam masyarakat menempati
posisi mata rantai yang paling sentral dalam artian bahwa pemuda berperan sebagai pelestari
budaya, perjuanngan, pelopor, perintis pembaharuan melalui karsa, karya, dan dedikasi.
Bagi manusia secara umum,persolalan kepemimpinan juga menjadi sangat penting karena
diharapkan mampu mengatur pola sosialisasi dan interaksi diantara mereka dan yang lebih
pentinng lagi, manusia dapat berharap dengan kepemimpina agar mampu mengatur
kehidupannya dengan lebih baik. Kita bisa melihat jangankan manusia, makhluk-makhluk
lainpun memiliki kepemimpinan seperti binatang dan lain sebagainya. Pendek kata, ketika
ada suatu komunitas, maka diperlukan kepemimpinan bahkan dalam posisi dua orangpun
tetap dibutuhkan seorang pemimpin diantara mereka.
Dalam berbagai literature ditemukan  berbagai definisi tentang kepemimpinan yang
dikemukakan oleh beberapa tokoh dan ahli. Setiap definisi tentu tidak lepas dari berbagai
kelemahan dan kebaikan masing-masing, akan tetapi yang perlu diketehui bahwa masing-
masing definisi tersebut memiliki latar belakang dana argumentasi serta berbijak pada latar
belakang dan bidang ilmu yang digeluti.
Dengan banyaknya definisi tersebut, maki banyak alternatif bagi kita untuk dijadikan
perbandingan dalam rangka melaksanakan proses kepemimpinan. Secara umum, definisi-
definisi yang di kemukakan oleh para ahli tersebut bertentangan, akan tetepi pada pada
prinsipnya definifi-definisi tersebut saling saling melengkapi bahkan saling menguatkan.
Dalam hal ini, beragamnya definisi tersebut semakain menambah khazanah wawasan tentang
kepemimpinan. Berbagai definisi kepemimpinan yang dikemukakan berikut ini pada
dasarnya lebih ditujukan untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang
konsep kepemimpinan secara lebih utuh dan komprehensif, disamping itu, untuk memberikan
berbagai alternatif dan perbandingan.
1.1. Identifikasi Masalah
1. Kemampuan memahami pengertian kepemimpinan
2. Kemampuan mengidentifikasi kepimpinan
3. Kemampuan mengetahui fungsi kepimpinan dalam masyarakat
4. Kemampuan mengetahui karakteristik kepemimpinan.
5. Kemampuan mengetahui tipe – tipe kepemimpinan.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah tersebut adalah :
1. Memaparkan sejauh mana pemahaman pengertian kepemimpinan.
2. Mengkaji identifikasi kepimimpinan.
3. Mengkaji fungsi kepemimpinan dalam masyarakat.
4. Mengkaji karakteristik kepemimpinan.
5. Mengkaji tipe – tipe kepemimpinan.
1.3. Tujuan Masalah
      Tujuan dari makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui kepemimpinan dalam masyarakat
2. Untuk identifikasi kepemimpinan
3. Untuk mengetahui fungsi kepemimpinan dalam masyarakat
4. Untuk mengetahui karakterisitik pemimpin
5. Untuk mengetahui tipe – tipe kepemimpinan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1   KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan merupakan suatu konsep abstrak, akan tetapi hasilnya nyata,
kadangkala kepemimpinan mengarah kepada seni, akan tetapi sering pula berkaitan dengan
ilmu. Pada kenyataannya kepemimpinan merupak seni dan sekaligus ilmu. Pada kejian
tentang kepemimpinan ini, paling tidak ada tiga definisi, yaitu pemimpin,
kepemimpinan, dan memimpin. Pada dasarnya tiga istilah tersebut berasal dari kata dasar
yang sama yaitu pimpin. Akan tetapi ketiganya digunakan dalam konteks yang berbeda.
Pemimpin adalah suatu peran dalam system tertentu. Oleh karena itu, seseorang dalam peran
normal belum tentu memiliki keterampilan kepemimpinan dan belum tentu mampu
memimpin. Pemimpin juga pada hakekatnya seoarang yang mempunyai kemampuan untuk
mempengaruhi orang lain didalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Kekuasaan itu
tersendiri berarti kemampuan untuk mengarahkan dan mepengaruhi bawahan sehubungan
dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakannya.
Istilah kepemimpinan pada dasarnya berhubungan dengan keterampilan, kecakapan,
dan tingkat pengaruh yang dimiliki seseorang. Oleh sebaba itu, kepemimpinan bisa dmiliki
oleh orang yang bukan pemimpin. Sementara itu, istilah pemimpin digunakan dalam konteks
hasil penggunaan peran seseorang berkaitan dengan kemampuannya untuk memengaruhi
orang lain dengan berbagai cara.
Ordway Tead mengatakan bahwa “Leadership is the activity influencing people to
cooperate towards some goal which they come to find desirable”. Kepemimpinan adalah
suatu kegiatan mempengaruhi orang lain untuk bekerja sama guna mencapai tujuan tertenttu
ynag diinginkan. Singkatnya, dalam pengertian yang sederhana bahwa kepemimpinan adalah
mempengaruhi orang lain atau seni mempengaruhi orang lain untuk mencapai suatu tujuan.
Sejalan dengan definisi diatas, Sofyan bahri harahap mengatakan bahwa kepemimpinan
mempengaruhi orang lain yang dimaksudkan membentuk prilaku sesuai dengan kehendak
kita. Oleh karena itu, sebagai seorang leader biasanya mempengaruhi orang lain dengan gaya
dan keahliannya memimpin tanpa mengandalkan kekuasaan.
Dari definisi-definisi diatas maka dapat dikatakan bahwa kepemimpinan merupakan
proses mempengaruhi orang lain untuk mengerjakan hal-hal yang kita inginkan dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam hal ini seorang pemimpin beruaha
semaksimal mungkin dengan berbagai upaya agar orang lain mengikuti apa yang
diinginkannya. Oleh karena itu, kemampuan mempengaruhi ini merupakan kemampuan
tersendiri bagi seorang pemimpin yang tidak dimiliki oleh orang lain. Bahkan kemampuan ini
harus dimiliki oleh seseorang jika mau menjadi seorang pemimpin.
Secara lebih rinci, Ralph m. stogdill seperti yang dikutip oleh anasom mengungkapkan bahwa
dalam member arti kepemimpinan ini, dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu :
 Kepemimpinan sebagai titik pusat proses kelompok
 Kepemimpinan adalah sebagai suatu bentuk kepribadian yang mepunyai pengaruh
 Kepemimpinan adalah seni untuk menciptakan kesesuaian paham atau kesepakatan
 Kepemimpinan adalah suatu pelaksanaan pengaruh
 Kepemimpinan dalam tindakan atau perilaku
 Kepemimpinan adalah suatu bentuk persuasi
 Kepemimpinan adalah suatu suatu hubungan kekuatan atau kekuasaan
 Kepemimpinan adalah sarana pencapaian tujuan
 Kepemimpinan adalah suatu hasil dari interaksi
 Kepemimpinan sebagai inisiasi (permulaan) dan struktur
Sedangkan Fillmore H.Sanford mengungkapkan bahwa suatu kepemimpinan yang
komprehensif harus meliputi tiga fakta, yaitu :
 Pemimpin dengan karakter psikologisnya
 Para pengikut dengan masalah, sikap, dan kebutuhannya
 Situasi kelompok yang mana pemimpin dan pengikut saling berinteraksi. Jelasnya,
bahwa kepemimpinan itu tidak selalu diarahkan pada pencapaian tujuan organisasi
Sesuai dengan formasi kumpulan manusia tersebut, beberapa anggotanya terlihat berperanan
lebih aktif apabila dibandingkan dengan anggota lainnya, lebih disukai, lebih didengar
dengan rasa hormat, lebih berpengaruh terhadap yang lainnya. Hal ini merupakan permulaan
anggota-anggota kelompok ke dalam penggolongan para “pemimpin” dan para pengikut. Jika
kelompok tersebut berkembang dan makin stabil, akan makin terlihat batasan
hirarki “pemimpin”-pengikut.
2.2    IDENTIFIKASI DAN DEFINISI “PEMIMPIN”.
Dalam melakukan identifikasi “pemimpin” suatu kelompok, dapat menggunakan cara
sebagai berikut:
 Bertanya kepada anggota-anggota kelompok, siapakah menurut mereka yang paling
berpengaruh di dalam mengarahkan kelompok.
 Bertanya kepada pengamat kelompok untuk menyebutkan anggota-anggota kelompok
yang terlihat berpengaruh terhadap anggota-anggota lainnya. Atau mencatat banyaknya
perbuatan-perbuatan yang mempunyai konotasi mempengaruhi anggota-anggota
kelompok.
Dari cara-cara di atas dapat diakui bahwa kriteria identifikasi “pemimpin” adalah pengaruh
individu terhadap individu lain. Jadi secara sederhana dapat didefinisikan
bahwa “pemimpin” adalah anggota kelompok yang dapat mempengaruhi aktivitas-aktivitas
kelompok.
Berdasarkan pada definisi tadi dapat diambil kesimpulan, bahwa:
 Setiap anggota kelompok, pada tingkatan tertentu adalah “pemimpin”. Hal ini dengan
mudah dapat dimengerti karena setiap anggota kelompok pada saat tertentu dituntut
untuk mempengaruhi aktivitas anggota-anggota lain di dalam kelompok.
 Perbuatan-perbuatan yang mencerminkan “kepemimpinan” merupakan kejadian yang
dapat digolongkan ke dalam ‘interpersonal-behaviour’, misalnya interaksi. Semua
interaksi bersifat dua arah dalam hal ini “pemimpin” mempengaruhi pengikut dan
sebaliknya pengikut mempengaruhi “pemimpin”. Menurut Haythorn, bahwa tingkah
laku “pemimpin” pada tingkatan tertentu merupakan fungsi sikap anggota-anggota
kelompok.
 Perlu dibedakan antara “pemimpin” sebagai individu yang mempunyai sejumlah
pengaruh yang berarti dengan “pemimpin” formal dari suatu kelompok yang mungkin
mempunyai pengaruh yang sangat kecil. Disini dapat dikatakan bahwa tidak
semua “pemimpin” formal adalah  “pemimpin” yang benar-benar “pemimpin”.
Struktur, situasi dan tugas-tugas kelompok, akan menentukan “kepemimpinan” yang
tumbuh dan berfungsi di dalam suatu kelompok. “Pemimpin” yang merupakan pusat posisi
di dalam kelompok memainkan peranan penting di dalam pencapaian tujuan kelompok,
ideologi kelompok, struktur kelompok dan di dalam pencapaian aktivitas-aktivitas yang
disetujui oleh anggota-anggota kelompok. Disini nampak adanya hubungan timbal-balik
antara munculnya “kepemimpinan” dan fungsi-fungsi yang terbentuk dengan struktur, situasi
dan tugas-tugas kelompok.
Pada umumnya pengaruh di dalam kelompok lebih diarahkan pada satu atau beberapa
orang saja, jarang yang diarahkan pada semua anggota kelompok. Secara alamiah perubahan
konsentrasi “kepemimpinan” dapat beraneka ragam sesuai dengan pertumbuhan dan
berfungsinya kelompok.
Hierarkhi “kepemimpinan” berkembang di dalam kelompok yang tumbuh menjadi besar dan
kompleks karena tuntutan dan fungsi “pemimpin” kelompok serta pelengkap tujuan
kelompok meningkat. Pada tingkat tertinggi dari hierarkhi “kepemimpinan” dipegang
oleh “pemimpin” utama, satu tingkat lebih rendah dipegang oleh “pemimpin” kedua, satu
tingkat lebih rendah dipegang oleh “pemimpin” ketiga, dan seterusnya. Pada tingkat yang
paling rendah terdapat pengikut.
Di dalam hierarkhi “kepemimpinan” yang membentuk struktur kelompok ada
pendelegasian atau penyebaran “kepemimpinan”. Sering diduga
bahwa “kepemimpinan” yang hierarkhis adalah “kepemimpinan” yang mempunyai
konsentrasi “kepemimpinan” di satu tangan manusia. Dugaan seperti ini tidak benar !
Mengapa? —- Karena makin besar dan makin kompleks suatu kelompok atau organisasi,
makin dibutuhkan banyak “pemimpin”, karena makin banyak memberikan kondisi untuk
munculnya “pemimpin-pemimpin”.
“Kepemimpinan” akan muncul pula pada situasi dimana usaha-usaha pencapaian
tujuan kelompok mengalami hambatan atau pada saat kelompok menderita tekanan-tekanan
dari luar yang mengancam keselamatan kelompok. Situasi kelompok yang demikian
menuntut adanya pengertian yang dapat melangkahkan kelompok mencapai tujuannya atau
mengatasi bahaya yang dihadapinya. Pengertian tersebut dapat muncul pada individu di
dalam kelompok yang diterima oleh kelompok karena karakteristik pribadinya yang berani,
terampil, berpengetahuan, percaya diri sendiri dan karakteristik lainnya, sehingga diakui
kelompok sebagai seorang “pemimpin”. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa situasi
kelompok yang mengalami krisis dapat mengarahkan munculnya “kepemimpinan”. Analisa
historis terhadap munculnya kediktatoran terbukti karena adanya situasi krisis yang menuntut
perubahan-perubahan segera di dalam pencapaian tujuan kelompok.
Apabila masalah dalam kelompok tersebut sangat rumit,
fungsi “kepemimpinan” didistribusikan diantara sejumlah anggota sehingga
muncul “pemimpin-pemimpin” baru. Dengan berkurangnya tugas yang dilakukan karena
sebagian tugas didelegasikan kepada anggota lain, maka “kepemimpinan” dapat
dilaksanakan dengan lebih berkonsentrasi lagi. Pembagian tugas yang mewujudkan tugas-
tugas semudah mungkin sehingga setiap orang dapat melaksanakan pekerjaannya merupakan
kunci kesuksesan di dalam pencapaian tujuan kelompok.
“Pemimpin-pemimpin” baru juga dapat muncul seandainya “pemimpin” formal kelompok
tersebut tidak menjalankan fungsinya sebagai seorang “pemimpin”.
Namun Walaupun situasi dan kondisi kelompok memungkinkan
munculnya “kepemimpinan”, tetapi tidak ada anggota kelompok yang mempunyai
potensi “pemimpin”, maka tidak akan muncul seorang pemimpin pun di dalam kelompok
tersebut. Jadi ….. Selain kesempatan, potensi psikologis “pemimpin” dibutuhkan untuk
muncul “kepemimpinan”. “Pemimpin” yang muncul adalah “pemimpin-pemimpin” yang
mempunyai keinginan-keinginan terutama keinginan untuk meningkatkan kekuasaan, prestasi
dan materi.
2.3    FUNGSI-FUNGSI “PEMIMPIN”.
Bagaimanapun alam dan situasi kelompok. semua “pemimpin” harus dapat menjalankan
fungsi-fungsi “pemimpin” sesuai dengan tujuan kelompok. Fungsi-fungsi tersebut adalah:
 “Pemimpin” sebagai orang yang menjalankan “kepemimpinan”nya.
Peranan “pemimpin” yang paling jelas di dalam setiap kelompok adalah sebagai
koordinator tertinggi di dalam mengelola aktivitas-aktivitas
kelompok. “Pemimpin” dituntut berperan langsung di dalam pemutusan kebijaksanaan
atau penentuan tujuan-tujuan kelompok. Namun…. “pemimpin” tidak diharuskan
untuk melakukan sendiri semua aktivitas kelompok.
 “Pemimpin” sebagai perencana.
 “Pemimpin” sebagai pembuat kebijaksanaan.
 “Pemimpin” sebagai seorang ahli.
 “Pemimpin” sebagai wakil kelompok.
 “Pemimpin” sebagai pengawas hubungan di dalam kelompok.
 “Pemimpin” sebagai orang yang mampu memberikan hadiah dan hukuman (reward
and punishmant).
 “Pemimpin” sebagai pelerai dan penengah.
 “Pemimpin” sebagai contoh.
 “Pemimpin” sebagai simbol kelompok.
 “Pemimpin” sebagai pengganti tanggung jawab individu.
 “Pemimpin” sebagai orang yang mempunyai ideologi.
 “Pemimpin” sebagai tokoh ayah.
 “Pemimpin” sebagai orang yang selalu dipersalahkan.
Dari semua fungsi yang disebutkan tadi dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu:
 Fungsi utama.
 Fungsi pelengkap.
Yang termasuk dalam fungsi utama adalah: fungsi sebagai orang yang
menjalankan “kepemimpinan”, sebagai perencana, sebagai pembuat keputusan, sebagai ahli,
sebagai wakil kelompok, sebagai pengawas hubungan dalam kelompok, sebagai orang yang
mampu memberikan hadiah dan hukuman, sebagai penengah dan pendamai.
Sedangkan fungsi pelengkap adalah: Fungsi sebagai model atau contoh, sebagai simbol
kelompok, sebagai pengganti tanggung jawab individu, sebagai orang yang mempunyai
ideologi, sebagai tokoh ayah, sebagai orang yang selalu dipersalahkan.
2.4    KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN “PEMIMPIN”.
Pada umumnya seorang “pemimpin” memiliki intelegensi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan intelegensi para pengikutnya. Disamping itu seorang “pemimpin” juga
memperlihatkan karakteristik penyesuaian diri yang lebih baik, lebih dominan, lebih
ekstrovert, lebih jantan, tidak konservatif dan lebih sensitif di dalam hubungan antar manusia
bila dibandingkan dengan anggota kelompok lainnya.

Karakteristik “pemimpin” akan berkembang apabila berperanan sebagai “pemimpin”,


artinya apabila bergumul dengan masalah-masalah yang menuntut usaha mengarahkan
kelompok. Dengan demikian pola  “pemimpin” pada seseorang adalah hasil dari proses
belajar.
Penampilan yang terus menerus dalam waktu yang cukup lama di dalam melakukan suatu
pekerjaan akan membentuk kepribadian tertentu. Misalnya seseorang yang bekerja sebagai
pedagang akan memperlihatkan kepribadian yang berbeda dengan kepribadian seorang yang
mempunyai pekerjaan sebagai guru atau pegawai negeri, dan seterusnya. Jadi dapat dikatakan
bahwa kantor atau pekerjaan dapat membentuk pribadi manusia. Demikian pula dengan
kedudukan “pemimpin” dengan hak dan kewajiban yang harus dilaksanakannya dapat
mempengaruhi dan membentuk pribadi tertentu pada seorang “pemimpin”.
Mengenai sifat “kepemimpinan” ada dua pendapat. Pendapat pertama menyatakan
bahwa “kepemimpinan” itu bersifat umum, artinya seseorang yang menjadi “pemimpin” di
dalam suatu situasi akan menjadi “pemimpin” di dalam situasi-situasi lainnya. Pendapat
kedua, menyatakan bahwa “kepemimpinan” itu bersifat khusus, artinya
seorang “pemimpin” dari suatu kelompok dengan tugas dan karakteristik tertentu belum
tentu dapat menjadi “pemimpin” dari kelompok dengan tugas dan karakteristik yang lain.
Perubahan tugas dan karakteristik kelompok dapat menyebabkan timbulnya perubahan di
dalam cara memimpinnya.
Menurut Carter dan Nixon, ada tiga macam tugas dalam kelompok, yaitu:
 Tugas yang menuntut pemikiran.
 Tugas yang menuntut keahlian mekanis.
 Tugas yang ada kaitannya dengan keagamaan.
Dari ketiga macam tugas tadi dihitung korelasinya sehingga dihasilkan adanya dua
macam “kepemimpinan”, yaitu:
 “Kepemimpinan” Intelektual.
 “Kepemimpinan” mekanik (tehnik).
Di dalam studi lebih lanjut lagi, Carter menyimpulkan hanya ada dua macam tugas yaitu
tugas yang menuntut pemikiran dan tugas yang menuntut penggunaan obyek.

2.5    TIPE-TIPE KEPEMIMPINAN
Tipe kepemimpinan dalam suatu organisasi atau kelompok masyarakat dapat digolongkan
dalam lima tipe sebagai berikut :
1)      Tipe otokratis.
Seorang pemimpin yang otokratis memiliki ciri-ciri dalam kepemimpinannya sebagai berikut
 Menganggap organisasi sebagai milik pribadi;
 Mengindentikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi;
 Mengangap bawahan sebagai alat semata-mata;
 Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat;
 Terlalu tergantung kepada kekuasaan formilnya;
 Dalam tindakan penggerakannya sering mempergunakan pendekatan yang
mengandung unsur pemaksaan dan punitif (bersifat menghukum).
2)      Tipe militeristis.
Seorang pemimpin dengan tipe militeristis tidak berarti selalu seorang pemimpin dari
organisasi militer. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis adalah seorang pemimpin yang
memiliki ciri-ciri dalam kepemimpinannya sebagai berikut :
 Dalam menggerakan bawahannya lebih sering mepergunakan sistem perintah;
 Dalam menggerakan bawahan senang bergantung pada pangkat dan jabatannya;
 Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan;
 Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan;
 Sukar menerima kritik dari bawahannya;
 Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
3)      Tipe paternalistis.
Seorang pemimpin bertipe paternalistis memiliki ciri-ciri dalam kepemimpinannya sebagai
berikut :
 Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa;
 Bersikap terlalu melindungi (over protective);
 Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk ikut mengambil keputusan;
 Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif;
 Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya
kreasi dan fantasinya;
 Sering bersikap maha tahu.

4)      Tipe kharismatis.
Seorang pemimpin yang kharismatis mempunyai daya penarik yang amat besar dan oleh
karena itu pada umumnya memiliki pengikut dalam jumlah besar, meskipun para pengikut
tersebut sering tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin
tersebut.
Sulit untuk mengetahui mengapa seseorang menjadi pemimpin yang kharismatis, karena dari
mana asalnya kharismanya memang sulit untuk ditelusuri. Sering disebutkan bahwa
pemimpin yang kharismatis diberkahi kekuatan gaib. Kekayaan, profil, kesehatan tidak dapat
dipergunakan sebagai kriteria untuk kharisma. Sebagai contoh : Gandhi bukanlah orang kaya
yang ataupun mememiliki wajah yang tampan.
5)      Tipe demokratis.
Seorang pemimpin yang demokratis memiliki ciri-ciri dalam kepemimpinannya sebagai
berikut :
 Dalam proses penggerakan bawahan melalui kritik tolak dari pendapat bahwa manusia
adlah makhluk yang termulia;
 Selalu berusaha menyelaraskan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan
dan tujuan pribadi dari para bawahannya;
 Senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritik dari bawahannya;
 Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan kerja tim dalam usaha mencapai tujuan;
 Dengan ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk
berbuat kesalahan yang kemudian dibandingkan dan diperbaiki agar bawahan itu tidak
lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi tetap berani untuk berbuat kesalahan yang
lain;
 Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses dari pada dia sendiri;
 Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai seorang pemimpin.
Variasi yang baik dari tipe-tipe kepemimpin ini adalah tipe kepemimpinan yang demokratis
sekaligus kharismatis.. Dengan demikian keberadaan pemimpin memiliki legitimasi ganda
karena dipilih dan menerpakan pola kepemimpinan yang demokratis sekaligus memiliki
kharisma di hadapan masyarakatnya.
Tetapi, ada pendapat lain yang menyatakan bahwa seorang pemimpin yang baik adalah
pemimpin yang dapat menerapkan berbagai macam tipe memimpin di atas sesuai dengan
kondisi dan situasi. Ada kalanya dia bertipe demokratis, tapi dalam kondisi dan situasi yang
menuntut dia harus tegas maka sah-sah saja apabila dia bertipe militeristis.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
            Kajian tentang kepemimpinan ini tetap menarik untuk didiskusikan karena persoalan
ini tidak lepas dari perjalanan kehidupan manusia. Bagi kaum muda, persoalan
kepemimpinan juga patut menjadi perhatian serius karena pemuda merupakan generasi
penerus bangsa, dan dipundaknya harapan kemajuan bangsa in digantungkan. Ini merupakan
posisi strategis pemuda dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pembahasan ini
menyatakan bahwa ibarat mata rantai yang tergerai panjang, posisi generasi muda dalam
masyarakat menempati posisi mata rantai yang paling sentral dalam artian bahwa pemuda
berperan sebagai pelestari budaya, perjuanngan, pelopor, perintis pembaharuan melalui karsa,
karya, dan dedikasi.
Kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan
ataukelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok,
memilikikemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya,
untukmencapai tujuan organisasi atau kelompok.Kepemimpinan adalah kemampuan
seseorang mempengaruhi dan memotivasi oranglain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan
bersama.

3.2 Saran
  Mengingat keterbatasan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh
penulis,maka untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendasar lagi, disarankan kepada pembacauntuk
membaca literatur-literatur yang telah dilampirkan pada daftar rujukan. Kepemimpinan
meliputi prosesmempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku
pengikut untukmencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan
budayanya.Seorang pemimpin yang baik harus memiliki integritas (kepribadian),
intelektual(pengetahuan), intelegensi (spiritual), skill atau kemampuan/keahlian, memiliki
power ataudapat mempengaruhi orang lain, mau belajar, mendengar dan siap dikritik.
Apabila ketujuhisi dari esensi/hakikat kepemimpinan tersebut telah dimiliki oleh seorang
pemimpin makapemimpin tersebut akan arif dan bijaksana.
DAFTAR PUSTAKA

Burns, j. M. (1987). Leadership. Usa: harper colophon.


Gordon, t. Kepemimpinan yang efektif. Jakarta: rajawali.
Kellerman, b. (1986). Political leadership ; a source book. Usa: university of pittsburg.
Mar’at. (1983). Pemimpin dan kepemimpinan. Jakarta: ghalia indonesia.
Millet, j. D. (1954). Management in the public service. New york – usa: hill book company.
Nawawi, h. (1993). Kepemimpinan yang efektif. Yogyakarta: gadjah mada university press.
Sondang, s. (1988). Teori dan praktek kepmimpinan. Jakarta: pt. Bina aksara.
Sondang, s. (1990). Teori dan praktek pengambilan keputusan. Jakarta: pt. Inti idayu press.
Sutarto. (1991). Dasar-dasar kepemimpinan administrasi. Yogyakarta: gadjah mada
university press.
Sutarto. (1995). Kepemimpinan. Jakarta: lembaga administrasi negara republik indonesia.

Anda mungkin juga menyukai