Oleh:
Audi Medianegara (2165101014)
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Kepemimpinan Pemerintahan Daerah
ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Dr. Deni
Nurcahya, M.Si. pada mata kuliah Kepemimpinan Pemerintahan Daerah. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Kepemimpinan bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Deni Nurcahya, M.Si. selaku dosen mata
kuliah Kepemimpinan Pemerintahan Daerah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi Sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Audi Medianegara
BAB I
PENDAHULUAN
2. PENGERTIAN PEMIMPIN
Pemimpin adalah pelaku utama sebuah proses organisasi. Sebuah organisasi memiliki
pemimpin, entah ketua umum, ketua bidang/seksi dll. Kepemimpinan hanya dapat
diterapkan oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah seseorang yang
mempunyai keahlian memimpin, mempunyai pengaruh.
c. Gaya kebebasan
merupakan gaya dan irama seorang pemimpin pemerintahan dalam menghadapi
bawahan dan masyarakatnya dengan memakai metode pemberian keleluasaan pada
bawahan seluas-luasnya, metode ini dikenal juga dengan Laissez faire atau libelarism.
Dalam gaya ini setiap bawahan bebas bersaing dalam berbagai strategi ekonomi,
politik, hukum dan administrasi.
d. Gaya otokratis
adalah cara dan irama seorang pemimpin dalam menghadapi bawahan dan
masyaraktnya dengan metode paksaan kekuasaan (coercive power).
Prof. Dr. Sondang P. Siagian, MPA dengan bukunya “Teori & Praktek
Kepemimpinan” mengatakan bahwa gaya kepemimpinan seseorang tidak bisa
berubah menghadapi situasi bagaimanapun. Jika seorang pemimpin memiliki ciri-ciri
kepemimpinan yang otokratik, gaya kepemimpinannya pun akan otokratik pula,
terlepas dari situasi yang dihadapinya. Sebaliknya, seseorang yang pada dasarnya
berpandangan demokratik akan secara konsisten menggunakan gaya
kepemimpinannya yang partisipatif meskipun situasi organisasional yang dihadapinya
sesungguhnya menuntut gaya kepemimpinan yang lain. Menurut teori situasional,
seorang pemimpin yang paling otokratik sekalipun akan mengubah gaya
kepemimpinannya yang otokratik itu dengan gaya lain, misalnya agak demokratistik
tergantung situasi. Sebaliknya seseorang yang menggunakan gaya kepemimpinan
yang demokratik mungkin saja bertindak otoriter apabila situasi menghendakinya.
Prof. Sondang Siagian berpendapat bahwa teori yang sangat dominan tentang
kepemimpinan yang efektif dewasa ini adalah teori kepemimpinan yang situasional
atau teori kontingesi “contingency theory”
Sedangkan menurut Drs. Pamudji, nampaknya telah terjadi pencampur-adukan antara
gaya kepemimpian dengan tipe kepemimpinan. Misalnya gaya otokratis, oleh Drs.
Pamudji dimasukkan ke salah satu tipe, yaitu tipe otokratis, sedangkan gaya
partisipatif dan gaya kebebasan dimasukkan ke dalam tipe demokratis. Di samping
tipe-tipe otokratis dan demokratis, masih dijumpai tipe-tipe lain seperti tipe
militeristik, paternalistik, karismatis, tradisional, rasional/birokratis dan lain-lain.
Dalam bahasan gaya kepemimpinan, sering dibedakan antara gaya motivasi
(motivation style), gaya kekuasaan (power style), dan gaya pengawasan (supervisory
style). Jadi menurut Drs. Pamudji, gaya kepemimpinan dapat dibedakan menjadi gaya
motivasi, kekuasaan, dan pengawasan.
Presiden Soeharto
Soeharto berkuasa di Indonesia selama 32 tahun. Gaya kepemimpinan beliau
dianggap otokratis karena selama kepemimpiannya banyak sekali manipulasi,
pengebirian DPR, korupsi dan semua perintah dan keinginannya selalu terpenuhi.
Semua elemen dan lembaga negara tunduk dibawah kekuasaan beliau. Tidak ada yang
berani mengkritik atau melawan karena bisa dihukum. Pada tiga dasawarsa,
pembangunan yang dirancang beliau dinilai berhasil namun ada sebagian pihak yang
mengatakan bahwa keberhasilan pembangunan itu bersifat semu dan kamuflase. Di
dua tahun akhir kepemimpinannya mulai terjadi pergolakan yang menuntut beliau
mundur. Akhirnya Soeharto berhasil dilengserkan pada tanggal Mei 1998.
Presiden Habibie
Habibie menjadi presiden menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri. Namun di
masa kepemimpinan beliau, belum mampu membawa perubahan ke arah lebih baik.
Pemerintahan Habibie memang tidak sama dengan Soeharto. Akan tetapi beliau
mengucapkan bahwa beliau merupakan murid Soeharto. Karena ucapan tersebut,
timbul pergolakan yang mengakibatkan Habibie tidak lama memerintah Indonesia
3.2 Saran
Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar
biasa. Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin,
pengikut mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya
adalah pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung
kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang
dipimpin.
Daftar Pustaka
http://greensirius.blogspot.com/2008/04/kepemimpinan-pemerintahan.html
http://oandy-green.blogspot.com/2011/10/tteori-kepemimpinan-pemerintahan.html
http://tulisantangankudi.blogspot.com/2013/08/teori-kepemimpinan-pemerintahan-
di_1336.html
http://catatanpamong.blogspot.com/2012/11/kepemimpinan-pemerintahan_12.html
http://dhenykurniawansstp.blogspot.com/2011/12/makalah-kepemimpinan-dan-
etika.html