Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN DAERAH


Dibuat untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah: Kepemimpinan Pemerintahan Daerah
Dosen Pengampu: Dr. Deni Nurcahya, M.Si.

Oleh:
Audi Medianegara (2165101014)

SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


TASIKMALAYA
Jl. Gunung Pongpok III No. 29 Tasikmalaya
PO.BOX 110 Telp. (0265) 341748 Fax. (0265) 343940
e-mail: stisip.tasikmlaya@gmail.com
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Kepemimpinan Pemerintahan Daerah
ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Dr. Deni
Nurcahya, M.Si. pada mata kuliah Kepemimpinan Pemerintahan Daerah. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Kepemimpinan bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Deni Nurcahya, M.Si. selaku dosen mata
kuliah Kepemimpinan Pemerintahan Daerah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi Sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Ciamis, 18 Februari 2022

Audi Medianegara
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kepemimpinan berasal dari kata “Pimpin” yang berarti tuntun, bina atau bimbing.
Dalam kepemimpinan ini terdapat hubungan antar manusia. Yaitu hubungan
mempengaruhi (dari pemimpin) dan hubungan kepatuhan-ketaatan para pengikut atau
bawahan karena di pengaruhi oleh kewibawaan pemimpin. Para pengikut terkena
pengaruh kekuatan dari pemimpinnya dan bangkitlah secara spontan rasa ketaatan pada
pemimpin. Kepemimpinan pada dasarnya berarti kemempuan untuk memimpin,
kemampuan untuk menentukan secara benar apa yang harus dikerjakan. Sehingga,
kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, yang dilakukan
melalui hubungan interpersonal dan proses komunikasi untuk mencapai tujuan.
Pemerintahan sebagai salah satu unsur yang penting dari Negara mempunyai posisi
yang diterminan dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan baik keluar
maupun kedalam karena posisinya yang demikian strategis itu maka keberadaan Negara
dan khususnya pemerintahan Negara menjadi sangat ditentukan oleh keberhasilan
pemerintahan dan pemerintah dalam menyelenggarakan pemreintahan dalam kerangka
mencapai tujuan Negara. Atas dasar ini tanpa adanya pemerintah dan pemerintahan tujuan
Negara tidak akan tercapai dan jika kondisi ini terjadi maka kerugian besar akan
ditanggung oleh masyarakat pada umumnya, mengingat salah satu tujuan membentuk
pemerintah adalah untuk meningkat kesesejahteraan masyarakat. Lebih penting dari itu
bahwa keberadaan satu Negara dalam hubungannya dengan Negara lain, pengakuan suatu
Negara yang merdeka itu di dasarkan atas adanya pemerintahan yang berdaulat.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui pengertian kepemimpinan dan kepemimpinan pemerintahan.
2. Dapat mengetahui kepemimpinan pemerintahan di Indonesia.

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun maksud dan tujuan saya dalam pembuatan makalah ini adalah agar kita dapat
mengetahui apa yang dimaksud dengan kepemimpinan pemerintahan sehingga dapat
mempengaruhi perkembangan bangsa ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kepemimpinan
1. DEFINISI KEPEMIMPINAN
Ada beberapa definisi/pengertian kepemimpinan, antara lain:
a. Tannebaum, Weschler and Nassarik
Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung
melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu.
b. Shared Goal, Hemhiel & Coons
Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
c. Rauch & Behling
Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang
diatur untuk mencapai tujuan bersama.

Banyak kesimpulan bahwa kepemimpinan ada persolaan pengaruh terhadap orang


lain atau kelompok, jadi pemimpin yang tidak mempunyai pengaruh, bukan pemimpin
yang punya gaya kepemimpinan.

2. PENGERTIAN PEMIMPIN
Pemimpin adalah pelaku utama sebuah proses organisasi. Sebuah organisasi memiliki
pemimpin, entah ketua umum, ketua bidang/seksi dll. Kepemimpinan hanya dapat
diterapkan oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah seseorang yang
mempunyai keahlian memimpin, mempunyai pengaruh.

3. TUGAS DAN PERAN PEMIMPIN


Menurut James A.F Stonen, tugas utama seorang pemimpin adalah:
a. Pemimpin bekerja dengan orang lain
Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk bekerja dengan orang lain, salah satu
dengan atasannya, staf, teman sekerja atau atasan lain dalam organisasi sebaik orang
di luar organisasi.
b. Pemimpin adalah tanggung jawab dan mempertanggungjawabkan (akuntabilitas).
Seorang pemimpin bertanggungjawab untuk menyusun tugas, menjalankan tugas,
mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin bertanggung
jawab untuk kesuksesan stafnya tanpa kegagalan.
c. Pemimpin menyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas
Proses kepemimpinan dibatasi sumber, jadi pemimpin harus dapat menyusun tugas
dengan mendahulukan prioritas. Dalam upaya pencapaian tujuan pemimpin harus
dapat mendelegasikan tugas-tugasnya kepada staf/anggota/seksi. Kemudian pemimpin
harus dapat mengatur waktu secara efektif,dan menyelesaikan masalah secara efektif.
d. Pemimpin harus berpikir secara analitis dan konseptual
Seorang pemimpin harus menjadi seorang pemikir yang analitis dan konseptual.
Selanjutnya dapat mengidentifikasi masalah dengan akurat. Pemimpin harus dapat
menguraikan seluruh pekerjaan menjadi lebih jelas dan kaitannya dengan pekerjaan
lain.
e. Pemimpin adalah seorang mediator
Konflik selalu terjadi pada setiap tim dan organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus
dapat menjadi seorang mediator (penengah). Dan yang perlu diperhatikan pemipin
sebisa mungkin tidak berada di salah satu blok konflik untuk membuat seorang
pemimpin dapat melihat situasi secara objektif sehingga mudah menyelesaikan
masalah.
f. Pemimpin adalah politisi dan diplomat
Seorang pemimpin harus mampu mengajak dan melakukan kompromi. Sebagai
seorang diplomat, seorang pemimpin harus dapat mewakili tim atau organisasinya.
g. Pemimpin membuat keputusan yang sulit
Seorang pemimpin harus dapat memecahkan masalah dan berani mengambil resiko
bila harus memutuskan persoalan yang sulit.

2.2 Gaya Kepemimpinan Pemerintahan


a. Gaya demokratis
adalah cara dan irama seseorang pemimpin dalam menghadapi bawahan dan
masyarakatnya dengan memakai metode pembagian tugas secara merata dan adil,
kemudian pemilihan tugas tersebut dilakukan secara terbuka, antar bawahan
dianjurkan berdiskusi tentang keberadaannya untuk membahas tugasnya, baik
bawahan yang teredah sekalipun boleh meyampaikan saran serta diakui haknya,
dengan demikian dimiliki persetujuan dan konsensus atas kesepakatan bersama.
b. Gaya birokratis dalam kepemimpinan pemeritahan
gaya birokratis adalah cara dan irama seorang pemimpin dalam menghadapi bawahan
dan masyarakatnya dengan memakai metode tanpa pandang bulu, artinya setiap
bawahan harus diperlakukan sama disiplinnya, spesialisasi tugas yang khusus, kerja
yang ketat pada aturan (rule), sehingga kemudian bawahan menjadi kaku tetapi
sederhana (zakelijk).

c. Gaya kebebasan
merupakan gaya dan irama seorang pemimpin pemerintahan dalam menghadapi
bawahan dan masyarakatnya dengan memakai metode pemberian keleluasaan pada
bawahan seluas-luasnya, metode ini dikenal juga dengan Laissez faire atau libelarism.
Dalam gaya ini setiap bawahan bebas bersaing dalam berbagai strategi ekonomi,
politik, hukum dan administrasi.

d. Gaya otokratis
adalah cara dan irama seorang pemimpin dalam menghadapi bawahan dan
masyaraktnya dengan metode paksaan kekuasaan (coercive power).
Prof. Dr. Sondang P. Siagian, MPA dengan bukunya “Teori & Praktek
Kepemimpinan” mengatakan bahwa gaya kepemimpinan seseorang tidak bisa
berubah menghadapi situasi bagaimanapun. Jika seorang pemimpin memiliki ciri-ciri
kepemimpinan yang otokratik, gaya kepemimpinannya pun akan otokratik pula,
terlepas dari situasi yang dihadapinya. Sebaliknya, seseorang yang pada dasarnya
berpandangan demokratik akan secara konsisten menggunakan gaya
kepemimpinannya yang partisipatif meskipun situasi organisasional yang dihadapinya
sesungguhnya menuntut gaya kepemimpinan yang lain. Menurut teori situasional,
seorang pemimpin yang paling otokratik sekalipun akan mengubah gaya
kepemimpinannya yang otokratik itu dengan gaya lain, misalnya agak demokratistik
tergantung situasi. Sebaliknya seseorang yang menggunakan gaya kepemimpinan
yang demokratik mungkin saja bertindak otoriter apabila situasi menghendakinya.
Prof. Sondang Siagian berpendapat bahwa teori yang sangat dominan tentang
kepemimpinan yang efektif dewasa ini adalah teori kepemimpinan yang situasional
atau teori kontingesi “contingency theory”
Sedangkan menurut Drs. Pamudji, nampaknya telah terjadi pencampur-adukan antara
gaya kepemimpian dengan tipe kepemimpinan. Misalnya gaya otokratis, oleh Drs.
Pamudji dimasukkan ke salah satu tipe, yaitu tipe otokratis, sedangkan gaya
partisipatif dan gaya kebebasan dimasukkan ke dalam tipe demokratis. Di samping
tipe-tipe otokratis dan demokratis, masih dijumpai tipe-tipe lain seperti tipe
militeristik, paternalistik, karismatis, tradisional, rasional/birokratis dan lain-lain.
Dalam bahasan gaya kepemimpinan, sering dibedakan antara gaya motivasi
(motivation style), gaya kekuasaan (power style), dan gaya pengawasan (supervisory
style). Jadi menurut Drs. Pamudji, gaya kepemimpinan dapat dibedakan menjadi gaya
motivasi, kekuasaan, dan pengawasan.

2.3 Teknik Kepemimpinan Pemerintahan


a. Teknik persuasif dalam kepemimpinan pemerintahan
adalah strategi dalam pimpinan pemerintahan camat, bupati, gubernur, ataupu
walikota membujuk bawahannya untuk bekerja lebih rajin. Bujukan dilakukan degan
lunak dan lemah lembut.

b. Teknik komunikatif dalam kepemimpian pemerintahan


adalah strategi pemimpin dalam memperlancar pekerjaannya mencapai tujuan
melakukan hubungan sesuai dengan kaidah ilmu komunikasi yaitu apa yang diiginkan
oleh pemerintah sebagai jalan pemberi pesan sama dengan apa yang diterima
bawahan dan masyarakat.

c. Teknik fasilitas dalam kepemimpina pemerintahan


adalah strategi pemimpin dalam memberikan fasilitas pada bawahan atau
masyarakatnya untuk memperlancar pekerjaan karena bawahan dan masyarakat
tersebut terikat oleh pemberian tersebut.

d. Teknik motivasi dalam kepemimpinan pemerintahan


adalah strategi pemimpin mendorong bawahan dan masyarakatnya bekerja serta
membangun lebih rajin.

e. Teknik keteladanan dalam kepemimpian pemerintahan


adalah strategi pemimpin pemerintahan untuk memberikan contoh atau teladan yang
baik kepada bawahannya maupun masyarakatnya sendiri. Menurut Drs. Pamudji,
teknik kepemimpinan adalah suatu cara yang merupakan pola tetap utuk
mempengaruhi orang-orang agar bergerak ke arah yang diinginkan oleh pemimpin.

2.4 Etika Kepemimpinan Pemerintahan


Etika kepemimpinan pemerintahan dapat dimaknai sebagai implementasi
kepemimpinan pemerintahan yang mempedomani nilai-nilai etika pemerintahan.
Sebagaimana dipahami bahwa di dalam organisasi pemerintahan, peran pemimpin
sangat sentral artinya dinamika bergeraknya organisasi pemerintahan sangat
dipengaruhi oleh perilaku pemimpinnya, oleh karena itu baik buruknya
penyelenggaraan pemerintahan sangat ditentukan oleh pemimpinnya. Pemerintahan
merupakan institusi netral, dimana di dalamnya terbuka peluang bagi pemimpinnya
untuk berbuat baik atau sebaliknya. Apabila pemerintahan dikelola oleh pemimpin
yang memegang etika kepemimpinan pemerintahan, maka rakyat akan menerimanya
sebagai rahmat (Rasyid, 2001:422).
Peran terbesar yang harus dijalani oleh seorang pemimpin pemerintahan
adalah bagaimana bagaimana memberikan pencerahan bagi masa depan organisasi
yang dipimpinnya, dengan menciptakan situasi dan kondisi kondusif serta
memungkinkan berlangsungnya proses-proses manajemen secara optimal. Pemimpin
pemerintahan dalam melaksanakan tugas, fungsi dan dalam berperilaku, perlu
memahami dan mengimplementasikan makna dari etika. Pemahaman akan etika
kepemimpinan pemerintahan merupakan landasan berpijak penting dalam
melaksanakan pola-pola kerja, baik yang bersifat hirarkhis formal maupun hubungan
yang sifatnya non formal. Dengan demikian maka pemimpin dan yang dipimpin, akan
bekerjasama dalam koridor yang sifatnya saling melengkapi, tidak sekedar pada pola
hubungan atasan dan bawahan. Dengan menyadari etika kepemimpinan pemerintahan
maka pemimpin pemerintahan perlu menumbuhkan dinamika yang fair dalam
organisasi,yang dapat menciptakan suasana kondusif bagi semua pihak, untuk
menjalani dan menikmati pekerjaan, sebagai bagian dari tanggung jawab, tanpa
merasa terbebani apalagi mersa tertekan. Pekerjaan itu harus dipahami sebagai
panggilan, rahmat, amanah, seni dan bagian dari ibadah, sehingga komitmen
pengabdian harus ditempatkan sebagi prioritas. Bagi seorang pemimpin pemerintahan,
siapapun dia dan dalam bentangan lahan pengabdian apapun, harus memahami bahwa
ia mengemban amanah dari orang yang dipimpinnya, dan tidak sekedar menjadikan
posisi itu sebagai lambing kebanggaan dan kemegahan (Kaloh, 2009:8).
Bagi seorang pemimpin organisasi yang dipimpinnya ibarat pohon yang harus
terus hidup dan tumbuh untuk kepentingan diri dan lingkungannya, bagi setiap
cabang, bagi setiap ranting, buah sampai tunasnya. Demikian pula bagi organisasi
semua anggota ingin merasakan sebagai tempat bernaung.

2.5 Pemerintahan Indonesia


Sebelum Kemerdekaan
Di masa penjajaha/sebelum merdeka, perlawanan bagsa Indonesia selalu gagal
meskipun berkali-kali melakukan perlawanan. Hal yang menyebabkan gagalnya usaha
Idonesia adalah pemimpin peperangan bergerak sendiri-sendiri, tidak bersatu dengan
pemimpin dari berbagai kerajaan. Pemimpin lebih suka bergerak sendiri dan atas
nama daerahnya. Kebanyakan pemimpin kerajaan mudah diadu domba satu sama lain.
setelah merdeka

Masa Pemerintahan Presiden Soekarno


Dalam kepemimpinannya, Indonesia telah beberapa kali terjadi perubahan
konstituante. Sistem pemerintahan juga berubah-ubah. Demokrasi liberal, demokrasi
terpimpin, dicoba tapi semua gagal. Bahkan Pacasila sebagai dasar negara diringkas
menjadi Tri Sila, dan akhirnya menjadi Eka Sila. Ada semboyan yang digembar-
gemborkan masa itu untuk menggantikan pancasila yaitu Nasakom (nasioal, agama,
komunis). Campur tangan Belanda masih sangat kental. Pada masa ini banyak sekali
penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh Presiden. Presiden Soekarno
cenderung ke komunis yang akhirnya menyebabkan pergolakan besar di negeri ini.
Puncaknya adalah pemberontakan G30 SPKI.

Presiden Soeharto
Soeharto berkuasa di Indonesia selama 32 tahun. Gaya kepemimpinan beliau
dianggap otokratis karena selama kepemimpiannya banyak sekali manipulasi,
pengebirian DPR, korupsi dan semua perintah dan keinginannya selalu terpenuhi.
Semua elemen dan lembaga negara tunduk dibawah kekuasaan beliau. Tidak ada yang
berani mengkritik atau melawan karena bisa dihukum. Pada tiga dasawarsa,
pembangunan yang dirancang beliau dinilai berhasil namun ada sebagian pihak yang
mengatakan bahwa keberhasilan pembangunan itu bersifat semu dan kamuflase. Di
dua tahun akhir kepemimpinannya mulai terjadi pergolakan yang menuntut beliau
mundur. Akhirnya Soeharto berhasil dilengserkan pada tanggal Mei 1998.

Presiden Habibie
Habibie menjadi presiden menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri. Namun di
masa kepemimpinan beliau, belum mampu membawa perubahan ke arah lebih baik.
Pemerintahan Habibie memang tidak sama dengan Soeharto. Akan tetapi beliau
mengucapkan bahwa beliau merupakan murid Soeharto. Karena ucapan tersebut,
timbul pergolakan yang mengakibatkan Habibie tidak lama memerintah Indonesia

Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarno Putri, dan susilo Bambang


Yudhoyono
Ketiga tokoh itu adalah pemimpin yang mengemban tugas untuk meneruskan cita-cita
reformasi. Masing-masing pemimpin memiliki kelebihan dan kekurangan masing-
masing. Tetapi ketiga pemimpin tersebut belum mampu mewujudkan cita-cita
reformasi. Bahkan pada masa Megawati Soekarno Putri, Indonesia kehilangan dua
pulau yang berharga bagi Indonesia yaitu Sipadan dan Ligitan. Susilo Bambang
Yudhoyono dipandang juga belum mampu mengubah kondisi bangsa Indonesia yang
sudah terpuruk ini. Beliau dipandang tidak kompak dengan wakilnya Jusuf Kalla.
Bahkan kepemimpinan beliau amat bertolak belakang dengan wakilnya tersebut. SBY
dipandang cukup hati-hati dalam memutuskan sesuatu, bertele-tele, kurang tegas dan
greget. Sedangkan Jussuf Kalla tegas, langsung ke tujuan tanpa basa-basi, cepat
mengambil keputusan dan tegas. Ini dikarenakan SBY berasal dari suku Jawa
sedangkan Jussuf Kalla berasal dari Makassar dimana orang-orangnya terkenal tegas.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kepemimpinan pemerintahan bukanlah urusan kompetensi dan kewenangan
semata, tetapi merupakan sumber aktivitas kelompok yang prima. Jika seorang
pemimpin tahu bagaimana memasuki suatu masalah, maka ia pun harus menemukan
strategi untuk keluar dari masalah itu, sesempit apapun jalan keluarnya.
Kepemimpinan pemerintahan bukan hadir untuk membetangkan beban kepada yang
dipimpinnya, tetapi hadir di tengah-tengah masyarakat untuk membawa harapan,
kesejahteraan, rasa aman dan penghargaan. Kondisi saat ini telah mengalami
perubahan jika dibandingkan sebelumnya, pemimpin pemerintahan tidak lagi
merupakan sosok yang hanya dapat member perintah saja, tetapi mereka dituntut
untuk tanpil sebagai pemeberi suri teladan, menjadi panutan dan pemberi arah,
menjadi fasilitator, sebagai mitra kerja, sebagai penanggung resiko yang mempunyai
visi untuk mendorong organisasi dan orang-orang yang dipimpinnya berkembang,
belajar, serta mampu mengembangkan seluruh potensi dirinya secara optimal.

3.2 Saran
Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar
biasa. Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin,
pengikut mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya
adalah pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung
kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang
dipimpin.
Daftar Pustaka

http://greensirius.blogspot.com/2008/04/kepemimpinan-pemerintahan.html
http://oandy-green.blogspot.com/2011/10/tteori-kepemimpinan-pemerintahan.html
http://tulisantangankudi.blogspot.com/2013/08/teori-kepemimpinan-pemerintahan-
di_1336.html
http://catatanpamong.blogspot.com/2012/11/kepemimpinan-pemerintahan_12.html
http://dhenykurniawansstp.blogspot.com/2011/12/makalah-kepemimpinan-dan-
etika.html

Anda mungkin juga menyukai