Anda di halaman 1dari 17

KISI KISI SOAL UTS KEWIRAUSAHAAN

1. KONSEP MANAJEMEN
Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno mnagement, yang artinya seni melaksanakan
dan mengatur. Menurut Mary Parker Follet, manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan
melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan
orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut Ricky W. Griffin : sebuah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran
(goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan
perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar,
terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
Istilah manajemen mengandung tiga pengertian yaitu :
a. Manajemen sebagai suatu proses
b. Manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen
c. Manajemen sebagai suatu seni (Art) dan sebagai suatu ilmu pengetahuan (Science)

Manajemen sebagai suatu proses, dikemukakan tiga buah definisi:


a. Dalam Encylopedia of the Social Sience dikatakan bahwa manajemen adalah suatu proses
dengan mana pelaksanaan suatu tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi.
b. Selanjutnya, Hilman mengatakan bahwa manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu
melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan yang
sama. Manajemen adalah kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen. Jadi
dengan kata lain, segenap orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen dalam suatu badan
tertentu disebut manajemen.
c. Menurut pengertian yang ketiga, manajemen adalah seni (Art) atau suatu ilmu pnegetahuan.
Mengenai inipun sesungguhnya belum ada keseragaman pendapat, segolongan mengatakan
bahwa manajemen adalah seni dan segolongan yang lain mengatakan bahwa manajemen
adalah ilmu. Sesungguhnya kedua pendapat itu sama mengandung kebenarannya.

Menurut G.R. Terry manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan
bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau
maksud-maksud yang nyata.

Menurut Mary Parker Follet manajemen adalah suatu seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan
melalui orang lain. Definisi dari mary ini mengandung perhatian pada kenyataan bahwa para manajer
mencapai suatu tujuan organisasi dengan cara mengatur orang-orang lain untuk melaksanakan apa
saja yang pelu dalam pekerjaan itu, bukan dengan cara melaksanakan pekerjaan itu oleh dirinya
sendiri.

KONSEP DASAR MANAJEMEN


a. Manajemen Sebagai ILMU
Suatu bidang Ilmu Pengetahuan (science) yang berusaha secara sistematis untuk memahami
mengapa dan bagaimana manusia bekerja bersama untuk mencapai tujuan dan membuat sistem
kerjasama ini bermanfaat bagi kemanusiaan.
b. Manajemen Sebagai SENI
Management adalah seni untuk mencapai hasil yang maksimal dengan usaha yang minimal,
demikian pula mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan maksimal bagi pimpinan maupun
pekerja serta memberikan pelayanan yang sebagaik mungkin kepada masyarakat.
c. Manajemen sebagai PROFESI
Manajemen sebagai Profesi merupakan suatu bidang pekerjaan yang dilakukan oleh orang-orang
yang memiliki keahlian dan ketrampilan sebagai kader, pemimpin atau manajer pada suatu
organisasi atau perusahaan tertentu.
d. Manajemen sebagai PROSES
Management adalah proses yang khas terdiri dari tindakan perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengendalian dimana dalam masing2 bidang tersebut digunakan ilmu
pengetahuan & keahlian yang diikuti secara berurutan dalam usaha mencapai sasaran & tujuan
yang telah ditetapkan.
FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN (MANAGEMENT FUNCTIONS)
Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam
proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk
mencapai tujuan. Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis
Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi
manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan.
a. Planning
Berbagai batasan tentang planning dari yang sangat sederhana sampai dengan yang sangat
rumit. Misalnya yang sederhana saja merumuskan bahwa perencanaan adalah penentuan
serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. Pembatasan yang terakhir
merumuskan perencaan merupakan penetapan jawaban kepada enam pertanyaan berikut:
1. Tindakan apa yang harus dikerjakan?
2. Apakah sebabnya tindakan itu harus dikerjakan?
3. Di manakah tindakan itu harus dikerjakan?
4. Kapankah tindakan itu harus dikerjakan?
5. Siapakah yang akan mengerjakan tindakan itu?
6. Bagaimanakah caranya melaksanakan tindakan itu?
Menurut Stoner Planning adalah proses menetapkan sasaran dan tindakan yang perlu untuk
mencapai sasaran tadi.
b. Organizing
Organizing (organisasi) adalah dua orang atau lebih yang bekerja sama dalam cara yang
terstruktur untuk mencapai sasaran spesifik atau sejumlah sasaran.
c. Leading
Pekerjaan leading meliputi lima kegiatan yaitu :
1. Mengambil keputusan
2. Mengadakan komunikasi agar ada saling pengertian antara manajer dan bawahan.
3. Memberi semangat, inspirasi, dan dorongan kepada bawahan supaya mereka bertindak.
4. Memeilih orang-orang yang menjadi anggota kelompoknya
5. Memperbaiki pengetahuan dan sikap-sikap bawahan agar mereka terampil dalam usaha
mencapai tujuan yang ditetapkan.
d. Directing/Commanding
Directing atau Commanding adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan usaha
memberi bimbingan, saran, perintah-perintah atau instruksi kepada bawahan dalam
melaksanakan tugas masing-masing, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-
benar tertuju pada tujuan yang telah ditetapkan semula.
e. Motivating
Motivating atau pemotivasian kegiatan merupakan salah satu fungsi manajemen berupa
pemberian inspirasi, semangat dan dorongan kepada bawahan, agar bawahan melakukan
kegiatan secara suka rela sesuai apa yang diinginkan oleh atasan.
f. Coordinating
Coordinating atau pengkoordinasian merupakan salah satu fungsi manajemen untuk
melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, percekcokan, kekosongan
kegiatan, dengan jalan menghubungkan, menyatukan dan menyelaraskan pekerjaan
bawahan sehingga terdapat kerja sama yang terarahdalam upaya mencapai tujuan
organisasi.
g. Controlling
Controlling atau pengawasan, sering juga disebut pengendalian adalah salah satu fungsi
manajemen yang berupa mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan koreksi sehingga
apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud dengan
tujuan yang telah digariskan semula.
h. Reporting
Adalah salah satu fungsi manajemen berupa penyampaian perkembangan atau hasil
kegiatan atau pemberian keterangan mengenai segala hal yang bertalian dengan tugas dan
fungsi-fungsi kepada pejabat yang lebih tinggi.
i. Staffing
Staffing merupakan salah satu fungsi manajemen berupa penyusunan personalia pada suatu
organisasi sejak dari merekrut tenaga kerja, pengembangannya sampai dengan usaha agar
setiap tenaga memberi daya guna maksimal kepada organisasi.
j. Forecasting
Forecasting adalah meramalkan, memproyrksikan, atau mengadakan taksiran terhadap
berbagai kemungkinan yang akan terjadi sebelum suatu rancana yang lebih pasti dapat
dilakukan.

2. INTI MANAJEMEN (LIHAT CATATAN)


3. DEFERENSIASI
Diferensiasi produk adalah upaya dari sebuah perusahaan untuk membedakan produknya dari
produk pesaing dalam suatu sifat yang membuatnya lebih diinginkan atau spesial. Beberapa produk
dibedakan dan produk pesaing oleh kualitasnya. Misalnya Starbucks menjadi sebuah kedai kopi yang
lebih disukai di seluruh negara karena kopi spesialnya, meskipun harganya tinggi. Kay-Bee Toys
menggunakan straregi pemasaran yang mengkhususkan pada seleksi sedikit mainan yang
berkualitas tingi dari pada bersaing dengan Wal-Mart yang memiliki semua lini mainan.
Pada dasarnya diferensiasi adalah tindakan merancang satu set perbedaaan yang berarti untuk
membedakan penawaran perusahaan dari penawaran pesaing (Kotler, 1997). Diferensiasi dapat
dilakukan melalui lima dimensi berikut ini :
a. Diferensiasi Produk, membedakan produk utama berdasarkan keistimewaan, kinerja,
kesesuaian, daya tahan, keandalan, kemudahan untuk diperbaiki, gaya dan rancangan produk.
b. Diferensiasi Pelayanan, membedakan pelayanan utama berdasarkan kemudahan pemesanan,
pengiriman, pemasangan, pelatihan pelanggan, konsultasi pelanggan, pemeliharaan dan
perbaikan.
c. Diferensiasi Personil, membedakan personil perusahaan berdasarkan kemampuan, kesopanan,
kredibilitas, dapat diandalkan, cepat tanggap dan komunikasi yang baik.
d. Diferensiasi Saluran, langkah pembedaan melalui cara membentuk saluran distribusi, jangkauan,
keahlian dan kinerja saluran-saluran tersebut.
e. Diferensiasi Citra, membedakan citra perusahaan berdasarkan perbedaan identitas melalui
penetapan posisi, perbedaan lambang dan perbedaan iklan.

Perbedaan ini diciptakan melalui 3 aspek, yaitu :


a. sisi kontennya atau apa yang ditawarkan (What to offer),
b. sisi konteksnya atau bagaimana cara menawarkannya (How to offer)
c. sisi infrastrukturnya yaitu faktor kemungkinannya (Enabler),
Dalam memilih pasar yang dituju (target pasar), perusahaan dapat menempuh tiga alternatif strategi,
yaitu:
a. Undifferenciated Marketing
1. Meninjau pasar secara keseluruhan.
2. Memusatkan perhatian pada kesamaan kebutuhan konsumen.
3. Menghasilkan dan memasarkan satu macam produk.
4. Menarik semua konsumen dan memenuhi kebutuhan semua konsumen
5. Pasar yang dituju dan teknik pemasarannya bersifat massal.
6. Ditujukan kepada segmen terbesar yang ada dalam pasar.
b. Differentiated Marketing
1. Melayani 2 atau lebih kelompok konsumen tertentu dengan jenis produk tertentu pula.
2. Menghasilkan dan memasarkan produk yang berbeda-beda melalui program pemasaran
yang berbeda-beda untuk tiap kelompok konsumen tertentu tersebut.
3. Mengarahkan usahanya pada keinginan konsumen.
4. Memperoleh loyalitas, kepercayaan, serta pembelian ulang dari kelompok konsumen tertentu
tersebut.
c. Concentrated Marketing
1. Memilih segmen pasar tertentu.
2. Memusatkan segala kegiatan pemasarannya pada satu atau lebih segmen pasar yang akan
memberikan keuntungan terbesar.
3. Mengembangkan produk yang lebih ideal dan spesifik bagi kelompok konsumen tersebut.
4. Memperoleh kedudukan/posisi yang kuat di dalam segmen pasar tertentu yang dipilih.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi strategi target pasar, antara lain :


1. Sumber-sumber perusahaan. Bila sumber daya yang dimiliki sangat terbatas maka strategi
target pasar yang tepat adalah concentrated marketing.
2. Homogenitas produk. Untuk produk yang homogen, maka strategi yang tepat untuk target
pasarnya adalah undifferentiated.
3. Tahap-tahap dalam siklus kehidupan produk. Strategi yang tepat bagi produk baru adalah
undifferentiated marketing. Untuk produk-produk yang banyak variasinya dapat digunakan
juga concentrated marketing. Pada tahap kedewasaan produk digunakan strategi
differenciated marketing.
4. Homogenitas pasar. Undifferentiated marketing cocok digunakan karena pembeli punya cita
rasa yang sama, jumlah pembelian yang sama dan memiliki reaksi yang sama terhadap
usaha pemasaran perusahaan.
5. Strategi pemasaran pesaing. Bila menghadapi pesaing yang menempuh strategi sama
dengan strategi perusahaan, maka perusahaan harus lebih aktif mengadakan segmentasi
untuk mendapat keberhasilan.

4. LOYALITAS PELANGGAN
Menurut Oliver loyalitas pelanggan adalah sebagai berikut :
Customer Loyalty is deeply held commitment to rebuy or repatronize a preferred product or service
consistently in the future, despite situational influences and marketing efforts having the potential to
cause switching behaviour.
Kalimat diatas memiliki arti: Loyalitas pelanggan adalah komitmen yang kuat dari pelanggan untuk
berlangganan kembali atau melakukan pembelian ulang produk/jasa yang disukai secara konsisten di
masa yang akan datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran mempunyai
potensi untuk menimbulkan perilaku untuk berpindah.
Berdasarkan kesimpulan diatas dapat disimpulkan bahwa loyalitas pelanggan sebagai bagian dari
kegiatan manusia yang selalu berubah sesuai dengan pengaruh lingkungan dan sosial di mana dia
berada. Namun perilaku konsumen yang diharapkan tetap terus ada bagi perusahaan adalah
loyalitas. Loyalitas berarti pelanggan terus melakukan pembelian secara berkala.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LOYALITAS PELANGGAN
a. Kepuasan Pelanggan
Kepuasan pelanggan merupakan pengukuran gap antara harapan pelanggan dengan kenyataan
yang mereka terima atau rasakan.
b. Kualitas Pelayanan
Kualitas pelayanan adalah tingkat keunnggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat
keunggulan tersebut dalam memenuhi keinginan pelanggan (Wyckof dalam Tjiptono,1996).
CIRI-CIRI PELANGGAN YANG MEMILIKI RASA LOYAL SEBAGAI BERIKUT
a. Makes regular repeat purchase (melakukan pembelian ulang secara teratur).
b. Purchases across product and service lines (melakukan pembelian lini produk yang lainnya dari
perusahaan Anda)
c. Refers others; and (memberikan referensi pada orang lain)
d. Demonstrates in immunity to the pull of the competition (menunjukkan kekebalan terhadap
tarikan dari pesaing/ tidak mudah terpengaruh oleh bujukan pesaing)
MANFAAT LOYALITAS PELANGGAN
Menurut Kotler, Hayes, dan Bloom (dalam Buchari Alma 2002:275) ada enam alasan mengapa
perusahaan harus menjaga dan mempertahankan konsumennya:
a. Pelanggan yang sudah ada memiliki prospek yang lebih besar untuk memberikan keuntungan
kepada perusahaan.
b. Biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam menjaga dan memperthankan pelanggan yang sudah
ada, jauh lebih kecil daripada mencari pelanggan baru.
c. Pelanggan yang percaya kepada suatu lembaga dalam suatu urusan bisnis, cenderung akan
percaya juga pada urusan bisnis yang lain.
d. Jika sebuah perusahaan lama memiliki banyak pelanggan lama, maka perusahaan tersebut akan
mendapatkan keuntungan karena adanya efisiensi. Pelanggan lama sudah barang tentu tidak
akan banyak lagi tuntutan, perusahaan cukup menjaga dan mempertahankan mereka. Untuk
melayani merekabisa digunakan karyawan-karyawan baru dalam rangka melatih mereka,
sehingga biaya pelayanan lebih murah
e. Pelanggan lama tentunya telah banyak memiliki pengalaman positifyang berhubungan dengan
perusahaan, sehingga mengurangi biaya psikologis dan sosialisasi.
f. Pelanggan lama akan berusaha membela perusahaan, dan mereferensikan perusahaan tersebut
kepada teman-teman maupun lingkungannya.
INDIKATOR LOYALITAS PELANGGAN
Indikator dari loyalitas pelanggan menurut Kotler & Keller (2006 ; 57) adalah Repeat Purchase
(kesetiaan terhadap pembelian produk); Retention (Ketahanan terhadap pengaruh yang negatif
mengenai perusahaan); referalls (mereferensikan secara total esistensi perusahaan). Hill (1996 ;332)
menjelaskan bahwa tingkatan loyal terbagi atas 6 tingkat, yaitu
a. Suspect
Bagian ini termasuk semua pembeli produk atau jasa dalam pemasaran, jadi suspects adalah
menyadari akan produk atau jasa perusahaan atau tidak mempunyai kecenderungan terhadap
pembelian.
b. Prospects
Prospects adalah pelanggan potensial yang mempunyai daya tarik terhadap perusahaan tetapi
belum mengambil langkah untuk melakukan bisnis dengan perusahaan.
c. Customers
Suatu tipe pembelian produk (walaupun dalam kategori ini termasuk beberapa pembelian ulang)
yang tidak memiliki loyalitas pada perusahaan.
d. Client
Pembelian ulang yang menunjukkan loyalitas pada perusahaan tetapi lebih memiliki dorongan
pasif daripada aktif terhadap perusahaan.
e. Advocates
Client yang memberikan dorongan yang positif pada perusahaan dengan merekomendasikannya
kepada orang lain.
f. Partners
Partners adalah hubungan yang sangat erat antara konsumen dengan supplier yang keduanya
saling memperlihatkan keuntungan.
g. Iklan

5. RISIKO USAHA
Berdasarkan kerugian yang dapat diakibatkan, Resiko Usaha dikategorikan menjadi Resiko
Spekulatif dan Resiko Murni (Pure Risk)
a. Resiko Spekulatif
Resiko spekulatif adalah resiko yang memiliki kemungkinan terjadinya dua peluang. Peluang
terjadinya kerugian dan peluang terjadinya keuntungan. Contoh dari resiko spekulatif adalah:
pembelian saham di bursa efek. Pembelian saham di bursa efek memiliki resiko spekulatif,
karena akan ada dua peluang kemungkinan yang terjadi. Peluang pertama adalah peluang
keuntungan, keuntungan yang akan didapat oleh pemegang saham dikarenakan telah
mendapatkan pembagian keuntungan dari perusahaan yang menerbitkan saham
tersebut(dividen). Dan peluang kedua adalah peluang kerugian, kerugian yang akan didapat oleh
pemegang saham, dikarenakan perusahaan yang menerbitkan saham yang Anda beli telah
mengalami kerugian yang besar, sehingga perusahaan tersebut mengalami kebangkrutan.
b. Resiko Murni
Resiko murni adalah resiko yang bilamana terjadi, pasti akan memberikan kerugian. Namun
apabila resiko ini tidak terjadi, juga tidak akan menimbulkan kerugian ataupun suatu keuntungan.
Ada dua macam akibat yang muncul dari terjadinya resiko ini, terjadinya kebangkrutan yang
disebabkan oleh kerugian atau terjadinya break event. Macam-macam contoh dari resiko murni
adalah seperti : pencurian, bencana alam, kebakaran atau kecelakaan. Contoh lain dari resiko
murni adalah: terjadinya suatu resiko murni pada sebuah rumah makan yang diakibatkan dari
kebakaran, rumah makan tersebut dapat dipastikan mengalami banyak kerugian, dikarenakan
seluruh asetnya telah habis terbakar. Hanya akan ada dua macam akibat yang terjadi dari
kebakaran tersebut. Akibat yang pertama adalah tutupnya rumah makan tersebut karena seluruh
asetnya telah habis karena hangus terbakar atau ditutupnya sementara rumah makan tersebut
dikarenakan pembangunan ulang dari rumah makan itu.

Berdasarkan kontrol, Resiko Usaha dapat dikategorikan menjadi berikut:

a. Resiko yang dapat dikendalikan


Suatu perusahaan mengeluarkan sebuah produk baru untuk siap dipasarkan. Setelah berbulan-
bulan produk tersebut berada dipasaran, perusahaan tak kunjung memperoleh keuntungan atau
pengembalian atas modal dari produk tersebut. Sudah dapat dibayangkan resiko yang muncul
dari kejadiaan tersebut, pasti adalah sebuah kerugian yang cukup besar. Tetapi, resiko dari
kejadian tersebut masih dapat diatasi dan dikendalikan sebelum kerugian yang didapat oleh
perusahaan semakin membengkak. Perusahaan dapat mencari tau apa yang menjadi penyebab
produk tersebut tidak laku dipasaran, kemudian perusahaan dapat merevisi produk tersebut, atau
jika kemungkinan untuk merevisi tidak dapat dilakukan, kemungkinan selanjutnya yang dapat
dilakukan adalah berhenti untuk memasarkan produk tersebut dan mengganti produk tersebut
dengan produk yang baru.
b. Resiko yang tidak dapat dikendalikan
Kebakaran, penipuan atau bencana alam adalah kejadian-kejadian yang tentu tidak ada
seorangpun dari kita yang menginginkan hal tersebut untuk terjadi. kejadian-kejadian tersebut
merupakan kejadian yang tidak dapat diprediksi dan diduga sebelumnya, serta resiko dari
terjadinya kejadian tersebut merupakan resiko-resiko yang tidak dapat dikendalikan oleh
manusia. sehingga resiko ini sangat jauh berbeda dengan resiko yang dapat dikendalikan, yang
masih memiliki solusi untuk mengatasi resiko tersebut.

JENIS RESIKO USAHA MENURUT PARA AHLI

Telah banyak tokoh-tokoh terkemuka yang membahas mengenai resiko usaha, tidak jarang pula yang
telah menyebutkan mengenai apa saja jenis-jenis resiko usaha tersebut. Berikut akan dibahas satu per
satu mengenai jenis-jenis resiko usaha. Jenis-jenis resiko usaha tersebut antara lain adalah sebagai
berikut:

a. Resiko Produksi
Ketika Anda memiliki jenis usaha tertentu, misalnya saja di bidang industri clothing atau fashion
yang memproduksi baju, untuk menghasilkan jumlah produk yang banyak untuk memenuhi
permintaan pasar, maka perusahaan haruslah memiliki otomatisasi pengerjaan untuk
menghasilkan produk yang lebih banyak. Namun dikarenakan prosesnya yang otomatisasi dan
menggunakan mesin, biasanya dalam prosesnya sering menjadi tidak teliti. Sehingga produk
yang dihasilkan tidak dapat diteliti satu-persatu sebelum dijual kepada konsumen. Dampaknya
adalah ketika telah sampai di tangan konsumen dan kebetulan barang atau produk tersebut ada
yang cacat, maka akan merugikan perusahaan. Karena satu complain dari pelanggan dapat
berakibat fatal bagi perusahaan jika satu pelanggan tersebut membicarakannya kepada calon
pembeli yang lain. Maka dari itu akan menimbulkan resiko usaha. Selain faktor non-human dalam
proses produksi, faktor SDM nya juga berpengaruh. Misal untuk tanggung jawab, etos kerja,
ketelitian, ketekunan, dan lain sebagainya.
b. Resiko Pemasaran
Resiko pemasaran berkaitan erat dengan proses marketing dan pemasaran produk. Yang perlu
Anda kuasai adalah bagaimana teknik memasarkan produk dengan efektif agar produk yang
Anda hasilkan dapat diterima dengan baik oleh pembeli. Masalah yang sering dihadapi adalah
kita sering kesulitan untuk mengusai teknik marketing yang baik. Cara yang dapat dilakukan
antara lain adalah lebuh sering mengikuti smeinar atau workshop mengenai teknik-teknik
marketing, sering membaca buku, serta belajar langsung dari mentor atau seseorang yang telah
sukses. Intinya adalah Anda harus lebih memperluas ilmu pengetahuan dan wawasan.
c. Resiko Sumber Daya Manusia
Seringkali ketika memiliki bisnis yang telah berkembang dengan baik, Anda memerlukan bantuan
untuk menjalankan usaha tersebut. Hal yang selalu dilakukan adalah merekrut karyawan atau
pegawai. Namun seringkali masalah yang kerap terjadi adalah masalah dengan sumber daya
manusia itu sendiri. Misalnya sifat pekerja yang kurang baik sehingga menimbulkan dampak
negatif bagi perusahaan. Yaitu misalnya sifat dan sikap seperti malas bekerja, kurang
bertanggung jawab, tidak jujur, dan lain sebagainya. Pada intinya hal-hal tersebut akan
merugikan perusahaan. Hal yang dapat dilakukan adalah lebih cermatd an teliti dalam menerima
karyawan. Anda dapat menerapkan misalnya beberapa test seperti test psikologi, wawancara,
dan persyaratan lain yang dilakukan terlebih dahulu sebelum menerima karyawan tersebut untuk
bekerja di perusahaan Anda.
d. Resiko Finansial
Memiliki usaha dan bisnis berarti siap dengan resiko ketidakpastian income atau pendapatan
usaha. Tidak selamanya perusahaan akan memiliki keuntungan dalam jumlah besar. Perlu
diketahui bahwa resiko kerugian juga amatlah besar. Yang perlu Anda lakukan adalah
mempersiapkan diri dengan lebih baik bila kendala tersebut muncul. Kemudian Anda harus
menyiapkan langkah penyelesaiannya agar Anda tidak terus mengalami kerugian yang signifikan
dan yang akan berakibat buruk bagi perusahaan.
e. Resiko Lingkungan
Tidak jarang resiko lingkungan juga muncul bagi usaha Anda. Misalnya Anda memiliki jenis
usaha perusahaan yang bergerak di bidang makanan, maka Anda harus memikirkan limbah
pabrik yang dihasilkan dari perusahaan Anda. Buatlah sebisa mungkin agar lebih ramah
lingkungan dan tidak merugikan lingkungan sekitar. Contoh yang lain adalah usaha bengkel
mobil atau motor. Kerugian yang sering dialami misalnya adalah tentang polusi suara yang
dihasilkan. Anda harus dapat meminimalisir dampak yang ditimbulkan, misalnya dengan dengan
mengusahakan membangun usaha bengkel tersebut tidak dekat pemukiman padat penduduk,
dan alternatif upaya pencegahan lainnya.
f. Resiko Teknologi
Resiko yang sering muncul lainnya adalah mengenai resiko teknologi yang sering digunakan.
Usaha yang dijalankan biasanya selain dibantu dengan tenaga karyawan, namun juga
menggunakan bantuan mesin atau teknologi. Masalah yang sering muncul adalah waktu
pemakaian alat yang harus selalu dipantau. Jika pemakaian alat terlalu lama dan tidak dilakukan
service secara berkala, maka kemungkinan alat akan rusak dan tidak dapat dipergunakan. Hal ini
merupakan kerugian bagi perusahaan Anda, maka dari itu perawatan alat, mesin dan teknologi
benar-benar harus diperhatikan.
g. Resiko Permintaan Pasar
Kesuksesan tidak lantas membuat usaha Anda memiliki jaminan akan berhasil dalam jangka
waktu yang lama. Anda harus memperhatikan kebutuhan pasar untuk tahun-tahun kedepan.
Mungkin pada saat ini permintaan pasar pada prosuk yang Anda hasilkan cukup besar, namun
apakah ada jaminan bahwa 5 atau 10 tahun ke depan pasar masih menginginkan produk Anda?
Maka dari itu Anda harus selalu memikirkan inovasi-inovasi produk yang dapat dilakukan dan
melihat peluang apa yang harus Anda pertimbangkan untuk jenis usaha berikutnya.
h. Resiko Perbaikan
Jika Anda ingin melakukan perubahan atau perbaikan bagi bisnis Anda, maka sebaiknya lebih
berhati-hati. Anda harus melihat banyak faktor-faktor seperti kebutuhan pasar, inovasi prosuk
apakah yang akan dilakukan, dan lain sebagainya. Karena bukan tidak mungkin perbaikan yang
ingin Anda lakukan bisa berakibat buruk dan negatif bagi perusahaan Anda. Dengan kata lain
perbaikan tersebut tidak atau kurang sesuai dengan harapan Anda. Maka dari itu, Anda harus
memastikan terlebih dahulu jenis dan prospek ke depan atas perbaikan yang ingin Anda lakukan,
naik terkait sumber daya alam, teknologi, market pasar, dan lain sebagainya.
i. Resiko Kerjasama
Memiliki partner dalam berbisnis tidak selalu bermanfaat baik bagi usaha Anda. Anda harus
memilih partner bisnis Anda secara tepat dan hati-hati. Mulailah dengan tidak langsung
mempercayai orang yang Anda kenal kemudian Anda jadikan mitra bisnis Anda. Anda harus
mengenal terlebih dahulu orang tersebut dengan lebih baik. Hal ini diperlukan agar dikemudian
hari Anda terhindar dari resiko penipuan, dan partner yang kurang baik sehingga berdampak
merugikan perusahaan Anda.
j. Resiko Peraturan Pemerintah
Sebagai warga negara yang baik, sudah seharusnya kita menaati peraturan dan hukum yang
berlaku. Terkait dengan usaha yang dijalankan, kita juga harus mempertimbangkan usaha kita
tersebut aman. Pemerintah biasanya selalu memberikan peraturan yang mana peraturan
tersebut harus kita lakukan sebagai seorang pelaku bisnis. Pastikan jenis usaha yang Anda
jalankan tidak melanggar peraturan pemerintah sehingga Anda akan mendapatkan jaminan
usaha yang baik.
k. Resiko Pengembangan Asset
Ketika telah mencapai kesuksesan awal, pastilah terdapat keinginan untuk scale up. Namun
Anda harus berhati-hati untuk mempertimbangkan jenis pengembangan apa yang akan Anda dan
perusahaan Anda lakukan. Terutama Anda harus berhati-hati jika ingin mengembangkan asset
Anda. Usahakan untuk melihat, memperkirakan, serta menghitung kembali resiko apa saja yang
kemungkinan akan muncul. Sehingga jika Anda telah mengetahui hal tersebut dari awal, Anda
dapat menyipakan langkah yang tepat untuk mengatasinya.

MANAJEMEN RESIKO USAHA

Untuk dapat mengatasi resiko usaha perlu adanya sebuah strategi yang tertata dengan baik. Ilmu Risk
management atau Manajemen Resiko Usaha sudah pasti harus Anda baca sebagai kalangan para
entrepreneur. Jika Anda berani menghadapi resiko tentunya harus punya persiapan matang sebelumnya.
Berikut adalah 4 langkah mudah memanage resiko usaha:

a. Identifikasi Resiko
Dari berbagai jenis resiko usaha yang telah dipaparan sebelumnya, Anda dapat mencoba
identifikasi kira-kira dari jenis resiko tersebut yang dapat muncul dalam usaha Anda adalah yang
mana. Terkadang proses ini terlalu menjemukan karena ternyata resiko yang Anda bayangkan
sebelumnya dapat muncul lebih banyak. Namun ketika resiko ini lebih sedikit dampaknya
daripada keuntungan tentunya Anda tidak akan sia-sia berusaha untuk mengatasi resiko ini. Inti
dari proses ini adalah dibuatnya sebuah daftar dari setiap resiko yang dapat terjadi pada usaha
Anda.
b. Ranking Berdasar Kerugian
Setelah memiliki daftar tentang berbagai resiko usaha, saatnya Anda menganalisa dan
mengurutkannya berdasarkan dampak terburuk. Anda harus fokus pada resiko yang paling besar
akibatnya dan paling sering dialami terutama terhadap jenis usaha Anda yang serupa. Cari apa
saja dampaknya terhadap Anda, terhadap karyawan, terhadap kelangsungan perusahaan dan
bahkan terhadap lingkungan.

CONTROL RESIKO

Daftar dengan berbagai resiko ini tidak akan berarti jika tidak ada rencana aksi yang dapat dilakukan
untuk penganggulangannya. Dalam menyikapi resiko usaha terdapat 5 bentuk sikap:

a. Risk Avoidance (Menghindari Resiko).


Sikap berikut sering kali tidak efektif karena dengan menghindari resiko ini berarti Anda tidak
berani mengambil kesempatan untuk berusaha dan mengatasi resiko, Anda bahkan tidak belajar
akan apapun. Tindakan ini berarti Anda tidak melakukan tindakan yang dapat menyebabkan
resiko tersebut terjadi, termasuk tidak jadi melakukan suatu strategi usaha yang telah disusun.
b. Risk Reduction (Mengurangi Resiko).
Hal ini berarti mencari sebuah tindakan untuk mengurangi kerugian dari sebuah resiko yang
dapat terjadi. Kemungkinan resiko terjadi tetap ada namun dampaknya sebisa mungkin
diminimalisir. Misalnya, sistem alarm pendeteksi kebakaran, kebakaran tetap dapat terjadi namun
resiko kerugian dapat dikurangi dengan sistem ini.
c. Risk Transfer (Memindahkan Resiko).
Selain menghindari dan mengurangi resiko, kita juga bisa mengalihkan resiko. Kita bisa
mengalihkan tanggung jawab kepada pihak lain dengan membayar jasa tersebut. Contoh jika
Anda memiliki perusahaan barang pecah belah dan harus mengirimkannya ke tempat yang
cukup jauh dan jalan yang kurang memadai, daripada Anda sendiri atau karyawan sendiri yang
mengantar lebih baik Anda memilih membayar jasa pengantar yang memiliki asuransi barang
pecah belah. Tentu resikonya akan Anda pindahkan ke pihak pengantar ini.
d. Risk Retention (Menerima Resiko).
Menerima artinya Anda hanya bisa merelakan kerugian tersebut terjadi. Sikap ini tentunya
diambil jika tidak ada cara lain untuk menghadapinya. Contohnya jika Anda salah menghitung
uang atau salah mengirim barang tentunya kerugian mau tidak mau harus Anda terima. Perlu
diingat pula jika dampak kerugiannya terlalu besar maka lebih baik menghindari daripada
menerimanya.
e. Monitoring dan Review
Setelah Anda berhasil mengidentifikasi Resiko dan memilih strategi yang dapat diterapkan untuk
setiap resiko, saatnya Anda untuk selalu waspada akan segala isu yang ada. Sebuah Isu adalah
sebuah gejala dari datangnya sebuah resiko atau bahkan krisis yang akan melanda. Sebuah isu
tentu tidak selalu memiliki gejala tapi setidaknya setelah mengenal jenis-jenis resiko usaha ini
maka Anda akan tahu dimana fokus Anda akan tertuju jika resiko tersebut terjadi. Jika sebuah isu
tersebut telah menjadi resiko yang sebenarnya dan mendatangkan krisis saatnya Anda
meresolusi atau mengevaluasi apakah tindakan Anda terhadap resiko tersebut berhasil sesuai
yang Anda rencanakan atau tidak. Setidaknya setelah Anda berhasil mendapatkan hasil review
ini akan Anda jadikan bahan pembelajaran untuk dapat lebih baik jika menghadapi resiko ini
kembali.

CONTOH USAHA DENGAN RESIKO KECIL

Usaha dengan resiko kecil adalah sebuah usaha yang di bentuk dengan membutuhkan modal yang kecil.
Dengan dikeluarkannya modal yang kecil, otomatis memiliki resiko kerugian yang sangat kecil pula. Lain
halnya dengan usaha yang memerlukan modal yang besar, tentu resiko yang dimiliki juga besar. Bidang
jasa dan usaha rumahan atau yang biasa kita kenal dengan sebutan home industry dapat digolongkan
dalam usaha dengan resiko kecil.

Contoh-contoh usaha dengan resiko kecil antara lain: jasa kurir, bimbingan belajar, jasa cuci pakaian
atau jasa pengetikan. Anda tidak membutuhkan modal yang sangat besar untuk membuka usaha yang
bergerak di bidang jasa, serta sangat kecil kemungkinan untuk merugi, karena modal yang Anda
keluarkan pun tidak terlalu besar. Sebagai sebuah contoh konkret usaha wartel adalah contoh usaha
dengan resiko kecil, modal utama yang diperlukan adalah sebuah telepon dan jaringannya. coba
bayangkan berapa penghasilan yang masuk dalam satu bulan. Sudah dapat ditebak bahwa penghasilan
yang diperoleh tidak terlalu banyak, dikarenkan sudah banyaknya masyarakat yang memiliki telepon
genggam. Semakin besar modal yang Anda keluarkan, semakin besar resiko yang Anda ambil, maka
semakin besar pula keuntungan yang akan Anda peroleh. Semakin kecil modal yang Anda keluarkan,
semakin kecil resiko yang Anda ambil, maka semakin kecil pula keuntungan yang akan Anda peroleh.

6. KATA KUNCI KEWIRAUSAHAAN


a. Kemandirian Inti
b. Berani menghadapi risiko
c. Kreatif dan inovatif dalam pengembangan
7. PANDANGAN KELIRU KEWIRAUSAHAAN
a. Tidak boleh hutang
b. Konsumen lebih suka harga murah
c. Berfikir langsung besar
d. Langsung mendapat untung besar
8. SDM
9. PRINSIP CURAH PENDAPAT

Metode Brainstorming adalah suatu teknik atau mengajar yang dilaksanakan oleh guru di dalam
kelas, yaitu dengan melontarkan suatu masalah ke kelas oleh guru, kemudian siswa menjawab atau
menyatakan pendapat, atau komentar sehingga mungkin masalah tersebut berkembang menjadi
masalah baru, atau dapat diartikan pula sebagai satiu cara untuk mendapatkan banyak ide dari
sekelompok manusia dalam waktu yang singkat (Roestiyah 2001: 73).
LANGKAH-LANGKAH METODE BRAINSTORMING
a. Pemberian informasi dan motivasi
Guru menjelaskan masalah yang dihadapi beserta latar belakangnya dan mengajak peserta didik
aktif untuk menyumbangkan pemikirannya.
b. Identifikasi
Pada tahap ini peserta didik diundang untuk memberikan sumbang saran pemikiran sebanyak-
banyaknya. Semua saran yang masuk ditampung, ditulis dan tidak dikritik. Pimpinan kelompok
dan peserta hanya boleh bertanya untuk meminta penjelasan. Hal ini agar kreativitas peserta
didik tidak terhambat.
c. Klasifikasi
Semua saran dan masukan peserta ditulis. Langkah selanjutnya mengklasifikasikan berdasarkan
kriteria yang dibuat dan disepakati oleh kelompok. Klasifikasi bisa berdasarkan struktur/ faktor-
faktor lain.
d. Verifikasi
Kelompok secara bersama melihat kembali sumbang saran yang telah diklasifikasikan. Setiap
sumbang saran diuji relevansinya dengan permasalahannya. Apabila terdapat sumbang saran
yang sama diambil salah satunya dan sumbang saran yang tidak relevan bisa dicoret. Kepada
pemberi sumbang saran bisa diminta argumentasinnya.
e. Konklusi (Penyepakatan)
Guru/pimpinan kelompok beserta peserta lain mencoba menyimpulkan butir-butir alternatif
pemecahan masalah yang disetujui. Setelah semua puas, maka diambil kesepakatan terakhir
cara pemecahan masalah yang dianggap paling tepat.

KEUNGGULAN METODE BRAINSTORMING


a. Anak-anak berfikir untuk menyatakan pendapat.
b. Melatih siswa berpikir dengan cepat dan tersusun logis.
c. Merangsang siswa untuk selalu siap berpendapat yang berhubungan dengan masalah yang
diberikan oleh guru.
d. Meningkatkan partisipasi siswa dalam menerima pelajaran.
e. Siswa yang kurang aktif mendapat bantuan dari temannya yang sudah pandai atau dari guru.
f. Terjadi persaingan yang sehat.
g. Anak merasa bebas dan gembira.
h. Suasana demokratis dan disiplin dapat ditumbuhkan.
KEKURANGAN METODE BRAINSTORMING
Berbagai kekurangan tersebut dapat diatasi apabila seorang guru atau pimpinan dalam kelas bisa
membaca situasi dan menguasai kelas dengan baik untuk mencari solusi. Guru harus bisa menjadi
penengah dan mengatur situasi dalam kelas sebaik mungkin. Caranya yaitu dengan menguasai betul-
betul materi yang akan disampaikan dan membuat perencanaan proses belajar mengajar dengan
matang.
IMPLIKASI
Metode pembelajaran ini cocok beberapa materi pada mata pelajaran fisika, misalnya materi tentang
energi karena siswa dituntut untuk berpikir misalnya tentang apa yang ditanyakan gurunya itu siswa
mengerti dan mampu menjelaskannya berdasarkan argumen dan pengetahuan siswa, sebelum materi
tersebut dijelaskan oleh guru, jadi siswa dituntut untuk mengemukakan gagasan dari pertanyaan yang
diajukan oleh guru.
ATURAN DASAR / PRINSIP BRAINSTORMING
a. Focus on quantity
Asumsi yang berlaku disini adalah semakin banyak ide yang dihasilkan, semakin besar pula
kesempatan untuk menghasilkan solusi yang radikal dan efektif.
b. Withhold criticism
Dalam Brainstorming, kritikan atas ide yang muncul akan ditunda. Penilaian dilakukan di akhir
sesi, hal ini untuk membuat para siswa merasa bebas untuk memunculkan berbagai macam ide
selama pembelajaran berlangsung.
c. Welcome unusual ideas
Ide yang tak biasa muncul disambut dengan hangat. Bisa jadi, ide yang tak biasa ini merupakan
solusi masalah yang akan memberikan perspektif yang bagus untuk kedepannya.
d. Combine and improve ideas
Ide-ide yang bagus dapat dikombinasikan menjadi satu ide yang lebih baik.

10. PENDEKATAN USAHA MIKRO DAN MAKRO


11. PERENCANAAN SWOT
a. STRENGTH (KEKUATAN) atau disingkat dengan S, yaitu karakteristik organisasi ataupun
proyek yang memberikan kelebihan / keuntungan dibandingkan dengan yang lainnya.
b. WEAKNESS (KELEMAHAN) atau disingkat dengan W, yaitu karakteristik yang berkaitan
dengan kelemahan pada organisasi ataupun proyek dibandingkan dengan yang lainnya.
c. OPPORTUNITIES (PELUANG) atau disingkat dengan O, yaitu Peluang yang dapat
dimanfaatkan bagi organisasi ataupun proyek untuk dapat berkembang di kemudian hari.
d. THREATS (ANCAMAN) atau disingkat dengan T, yaitu Ancaman yang akan dihadapi oleh
organisasi ataupun proyek yang dapat menghambat perkembangannya.

Dari keempat komponen dasar tersebut, Strength (kekuatan) dan Weakness (Kelemahan) adalah
faktor internal organisasi/proyek itu sendiri, sedangkan Oppoturnities (Peluang) dan Threats
(Ancaman) merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan organisasi ataupun
proyek. Oleh karena itu, Analisis SWOT juga sering disebut dengan Analisis Internal-Eksternal
(Internal-External Analisis) dan Matriks SWOT juga sering dikenal dengan Matrix IE (IE Matrix).
CARA MENGGUNAKAN ANALISIS SWOT
Untuk melakukan Analisis SWOT, kita perlu membuat beberapa pertanyaan dan menjawabnya sendiri
seperti contoh-contoh berikut ini :
STRENGTH (KEKUATAN)
1. Kelebihan apa yang dimiliki oleh organsiasi ?
2. Apa yang membuat organisasi lebih baik dari organisasi lainnya?
3. Keunikan apa yang dimiliki oleh organisasi ?
4. Apa yang menyebabkan kita mendapatkan penjualan ?
5. Apa yang dilihat atau dirasakan oleh konsumen kita sebagai suatu kelebihan ?
WEAKNESS (KELEMAHAN)
1. Apa yang dapat ditingkatkan dalam organisasi ?
2. Apa yang harus dihindari oleh organisasi ?
3. Faktorapa yang menyebabkan kehilangan penjualan ?
4. Apa yang dilihat atau dirasakan oleh konsumen kita sebagai suatu kelemahan organisasi kita ?
5. Apa yang dilakukan oleh pesaing sehingga mereka dapat lebih baik dari organisasi kita ?
OPPORTUNITIES (PELUANG)
1. Kesempatan apa yang dapat kita lihat ?
2. Perkembangan tren apa yang sejalan dengan organisasi kita ?
THREATS (ANCAMAN)
1. Hambatan apa yang kita hadapi sekarang ?
2. Apa yang dilakukan oleh pesaing organisasi ?
3. Perkembangan Teknologiapa yang menyebabkan ancaman bagi organisasi ?
4. Adakah perubahan peraturan pemerintah yang akan mengancam perkembangan organisasi ?
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANALISIS SWOT
a. Faktor Internal (Strength dan Weakness)
1. Sumber daya yang dimiliki
2. Keuangan atau Finansial
3. Kelebihan atau kelemahan internal organisasi
4. Pengalaman-pengalaman organisasi sebelumnya (baik yang berhasil maupun yang gagal)
b. Faktor Eksternal (Opportunities dan Threats)
1. Tren
2. Budaya, Sosial Politik, Ideologi, perekonomian
3. Sumber-sumber permodalan
4. Peraturan Pemerintah
5. Perkembangan Teknologi
6. Peristiwa-peristiwa yang terjadi
7. Lingkungan
CONTOH ANALISIS SWOT
a. STRENGTH (KEKUATAN)
1. Kami dapat merespon dengan cepat setiap permintaan pelanggan tanpa harus melalui
birokrasi yang panjang.
2. Kami memiliki biaya overhead yang rendah, sehingga dapat memberikan tawaran harga
yang paling baik bagi pelanggan kami.
3. Kami sangat memperhatikan setiap permintaan dan kebutuhan pelanggan.
4. Kami sangat fleksibel dalam menangani setiap kasus dan permintaan pelanggan.
5. Kami memiliki reputasi yang baik pada market yang tekuni.
b. WEAKNESS (KELEMAHAN)
1. Staff kami masih memiliki kemampuan yang rendah dibidang-bidang tertentu.
2. Perusahaan kami memiliki keterbatasan dalam permodalan.
3. Cash flow kadang-kadang tidak lancar.
4. Lokasi kantor yang letaknya di tempat yang kurang strategis.
c. OPPORTUNITIES (PELUANG)
1. Sektor yang kami tekun ini sedang mengalami kenaikan
2. Pemerintah sangat mendukung perusahaan lokal seperti kami
d. THREATS (ANCAMAN)
1. Perkembangan Teknologi yang cepat di market ini yang berada di luar kemampuan kami
akan menyebabkan kami terlambat dalam mengadopsinya.
2. Perubahan strategi pesaing dapat mengancam posisi kami di market.
3. Kurangnya minat perbankan dalam membiayai pendanaan untuk industri yang kami tekuni
saat ini.

12. FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL


Analisis SWOT digunakan untuk membandingkan faktor eksternal dan faktor internal. Faktor
eksternal terdiri dari peluang dan ancaman, sedangkan faktor internal terdiri dari kekuatan dan
kelemahan (gambar 1.)
Kuadran I :
Ini merupakan situasi yang menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan
sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang diterapkan dalam kondisi ini adalah
mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.
Kuadran II :
Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi
internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar).
Kuadran III :
Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak menghadapi
beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi ini yaitu meminimalkan masalah internal
perusahaan sehingga dapat merebut pasar yang lebih baik (turn around).
Kuadran IV :
Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai
ancaman dan kelemahan internal. Fokus strategi yaitu melakukan tindakan penyelamatan agar
terlepas dari kerugian yang lebih besar (defensive).

Dalam analisis SWOT, dilakukan perbandingan antara faktor-faktor strategis internal maupun
eksternal untuk memperoleh strategi terhadap masing-masing faktor tersebut, kemudian dilakukan
skoring. Berdasarkan hasil yang diperoleh kemudian ditentukan fokus rekomendasi strategi.

MATRIK SWOT

Alat yang digunakan dalam menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah matriks SWOT.
Matriks ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman internal yang dihadapi
dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan internal yang dimiliki. Matrik ini dapat
menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis, seperti pada Tabel 1. berikut :

Tabel 1. Contoh Matrik SWOT

Sumber : Rangkuti, 2006


Berdasarkan Matriks SWOT diatas maka didapatkan 4 langkah strategi yaitu sebagai berikut:
a. Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh
kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Strategi SO
menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal.
b. Strategi ST
Strategi ini menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.
Strategi ST menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk menghindari atau mengurangi
dampak ancaman eksternal.
c. Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan
kelemahan yang ada. Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan
memanfaatkan peluang eksternal.
d. Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan
kelemahan serta menghindari ancaman. Strategi WT bertujuan untuk mengurangi kelemahan
internal dengan menghindari ancaman eksternal.
Matrik SWOT merupakan alat pencocokan yang penting untuk membantu para manajer
mengembangkan empat tipe strategi: Strategi SO (Strengths-Opportunities), Strategi WO
(Weaknesses-Opportunities), Strategi ST (Strengths-Threats), dan Strategi WT (Weaknesses-
Threats). Terdapat 8 langkah dalam menyusun matrik SWOT, yaitu:
1. Tuliskan kekuatan internal perusahaan yang menentukan.
2. Tuliskan kelemahan internal perusahaan yang menentukan.
3. Tuliskan peluang eksternal perusahaan yang menentukan.
4. Tuliskan ancaman eksternal perusahaan yang menentukan.
5. Mencocokan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan mencatat resultan strategi SO
dalam sel yang tepat.
6. Mencocokan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan mencatat resultan strategi WO
dalam sel yang tepat.
7. Mencocokan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat resultan strategi ST
dalam sel yang tepat.
8. Mencocokan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat resultan strategi WT
dalam sel yang tepat.

ANALISIS FAKTOR STRATEGIS EKSTERNAL

Analisis faktor strategis eksternal difokuskan pada kondisi yang ada dan kecenderungan yang
muncul dari luar, tetapi dapat memberi pengaruh kinerja organisasi. Setelah mengetahui faktor-
faktor strategi eksternal, selanjutnya susun tabel faktor-faktor Strategis Eksternal (External Strategic
Factors Analysis Summary/EFAS), dengan langkah sebagai berikut :

1. Menyusun faktor peluang dan ancaman pada kolom 1.


2. Memberikan bobot masing-masing faktor pada kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai
dengan 0,0 (tidak penting). Bobot dari semua faktor strategis yang berupa peluang dan ancaman
ini harus berjumlah 1.
3. Menghitung rating dalam (dalam kolom 3) untuk masing-msing faktor dengan memberi skala
mulai dari 4 (sangat baik/outstanding) sampai dengan 1 (sangat tidak baik/poor) berdasarkan
pengaruh faktor tersebut pada kondisi organisasi. Pemberian nilai rating untuk peluang bersifat
positif, artinya peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil diberi
nilai +1. Sementara untuk rating ancaman bersifat sebaliknya, yaitu jika nilai ancamannya besar,
maka ratingnya -4 dan jika nilai ancamannya kecil, maka nilainya -1.
4. Mengalikan bobot faktor pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3. Hasilnya adalah skor
pembobotan untuk masing-masing faktor.
5. Menghitung jumlah skor pembobotan. Nilai ini adalah untuk memetakan posisi organisasi pada
diagram analisa SWOT.

Tabel 2 Faktor-Faktor Strategis Eksternal (Eksternal Strategic Factors Analysi Summary/EFAS)

Skor
Faktor-faktor Pembobotan
Bobot Rating
Strategis Eksternal (Bobot x
Rating)

Peluang bobot rating


(Opportunities/O) : peluang 1 peluang 1
1. Peluang 1 bobot rating
2. Peluang 2 peluang 2 peluang 2

Jumlah O a b

Ancaman
bobot rating
(Threats/T) : ancaman 1 ancaman 1

1. Ancaman 1 bobot rating


2. Ancaman 2 ancaman 2 ancaman 2

Jumlah T c d

Total (a+c) = 1 (b+d)

Sumber : Rangkuti, 2006

Analisis Faktor Strategis Internal

Analisis faktor strategis internal adalah analisis yang menilai prestasi/kinerja yang merupakan faktor
kekuatan dan kelemahan yang ada untuk mencapai tujuan organisasi. Seperti halnya pada Analisis
Faktor Strategis Eksternal, maka dengan cara yang sama menyusun tabel Faktor-faktor Strategis Internal
(Internal Strategic Factors Analysis Summary/IFAS). Bentuk tabel IFAS adalah sepeti terlihat pada Tabel
3.

Tabel 3 Faktor-Faktor Strategis Internal (Internal Strategic Factors Analysis

Summary/IFAS)

Skor
Pembobotan
Faktor-faktor Strategis
Bobot Rating
Internal
(Bobot x
Rating)

Kekuatan bobot rating


kekuatan 1 kekuatan 1
(Stregths/S) :
bobot rating
1. Kekuatan 1 kekuatan 2 kekuatan 2
2. Kekuatan 2

Jumlah S a b

Kelemahan Bobot rating


(Weaknesses/W): kelemahan 1 kelemahan 1

1. Kelemahan 1 bobot rating


2. Kelemahan 2 kelemahan 2 kelemahan 2

Jumlah W c d

Total (a+c) = 1 (b+d)

13. GAMBAR PETA SWOT


14. VARIABEL MAKRO DAN MIKRO
Ilmu ekonomi makro mempelajari variabel-variabel ekonomi secara agregat (keseluruhan). Variabel-
variabel tersebut antara lain : pendapatan nasional, kesempatan kerja dan atau pengangguran,
jumlah uang beredar, laju inflasi, pertumbuhan ekonomi, maupun neraca pembayaran internasional.
Ilmu ekonomi makro mempelajari masalah-masalah ekonomi utama sebagai berikut :
a. Sejauh mana berbagai sumber daya telah dimanfaatkan di dalam kegiatan ekonomi. Apabila
seluruh sumber daya telah dimanfaatkan keadaan ini disebut full employment. Sebaliknya bila
masih ada sumber daya yang belum dimanfaatkan berarti perekonomian dalam keadaan under
employment atau terdapat pengangguran/belum berada pada posisi kesempatan kerja penuh.
b. Sejauh mana perekonomian dalam keadaan stabil khususnya stabilitas di bidang moneter.
Apabila nilai uang cenderung menurun dalam jangka panjang berarti terjadi inflasi. Sebaliknya
terjadi deflasi.
c. Sejauh mana perekonomian mengalami pertumbuhan dan pertumbuhan tersebut disertai dengan
distribusi pendapatan yang membaik antara pertumbuhan ekonomi dan pemerataan dalam
distribusi pendapatan terdapat trade off maksudnya bila yang satu membaik yang lainnya
cenderung memburuk.

Sementara ilmu ekonomi mikro mempelajari variabel-variabel ekonomi dalam lingkup kecil misalnya
perusahaan, rumah tangga. Dalam ekonomi mikro ini dipelajari tentang bagaimana individu
menggunakan sumber daya yang dimilikinya sehingga tercapai tingkat kepuasan yang optimum.
Secara teori, tiap individu yang melakukan kombinasi konsumsi atau produksi yang optimum
bersama dengan individu-individu lain akan menciptakan keseimbangan dalam skala makro dengan
asumsi ceteris paribus.

Perbedaan ekonomi mikro dan ekonomi makro

Dilihat dari Ekonomi Mikro Ekonomi Makro

Harga Harga ialah nilai dari suatu komoditas Harga adalah nilai dari komoditas
(barang tertentu saja) secara agregat (keseluruhan)

Unit analisis Pembahasan tentang kegiatan ekonomi Pembahasan tentang kegiatan


secara individual. Contohnya ekonomisecara keseluruhan.
permintaan dan dan penawaran, Contohnya pendapatan nasional,
perilaku konsumen, perilaku produsen, pertumbu8han ekonomi, inflasi,
pasar, penerimaan, biaya dan laba atau pengangguran, investasi dan
rugi perusahaan kebijakan ekonomi.

Tujuan Lebih memfokuskan pada analisis Lebih memfokuskan pada analisis


analisis tentang cara mengalokasikan sumber tentang pengaruh kegiatan ekonomi
daya agar dapat dicapai kombinasi terhadap perekonomian secara
yang tepat. keseluruhan

15. CONTOH STRATEGI SDA


16. PERENCANAAN SMART
a. SPECIFIC (SPESIFIK / KHUSUS)
Target suatu Proyek harus ditetapkan secara Spesifik dan Jelas. Suatu Target yang ditentukan
dengan Special akan memiliki kesempatan pencapaian yang lebih tinggi dibandingkan dengan
Target yang ditentukan secara umum dan luas. Contoh :
Target yang Umum : IPQC harus lebih sering Audit Produksi
Target yang Spesifik : IPQC harus melakukan Audit Produksi sebanyak 4 kali sehari.
b. MEASUREABLE (DAPAT DIUKUR)
Target Proyek yang ditentukan harus dapat diukur dengan menggunakan indikator yang tepat
sehinggan dapat melakukan peninjauan ulang, mengevaluasi pencapaiannya serta dapat
melakukan tindakan-tindakan perbaikan yang seperlunya. Pengukuran harus berupa nilai-nilai
kuantitatif yang berbentuk angka-angka berdasarkan fakta-faktanya. Contoh : Target
Produktivitas Line 1 harus mencapai 120%
c. ATTAINABLE (YANG DAPAT DICAPAI )
Target Proyek yang ditentukan harus dapat dicapai melalui usaha-usaha yang menantang dan
harus berdasarkan kemampuan yang dimiliki. Tim harus mengetahui dimana letak
kemampuannya dan mempertimbangkan kinerja sekarang dengan kinerja yang sifatnya
sempurna. Dari Kinerja Sekarang sampai ke Kinerja sempurna harus dilakukan secara bertahap
dan Target yang ingin dicapainya juga harus ditetapkan secara bertahap pula. Pada versi
SMART Goal lainnya, Attainable juga disebut dengan Achievable. Contoh : Cacat Produksi
sekarang ini adalah 5%, maka Target yang disetting (ditentukan) akan sangat sulit tercapai jika
disetting ke 0.5% langsung. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan dengan baik sesuai dengan
kemampuannya atau menetapkannya secara bertahap ke 3% pada bulan ini, 1.5% bulan depan
dan seterusnya.
d. REALISTIC (REALISTIS)
Target Proyek yang ditentukan harus bersifat Realistis, jangan menentukan Target yang terlalu
tinggi dalam waktu yang sangat singkat. Harus mengetahui batas kemampuan dari Tim untuk
mencapai Target Proyek yang ditentukan. Contoh Target yang tidak Realistis : Maintenance
(pemeliharaan) rutin Mesin Solder harus diselesaikan dalam waktu 2 Jam, padahal kemampuan
Teknisi yang berjumlah 2 orang hanya bisa melakukannya dalam waktu 4 Jam. Jadi hampir dapat
dipastikan Target tersebut tidak akan tercapai karena tidak realistis.
e. TIMEBOUND (BATAS WAKTU)
Harus menetapkan Batas waktu dalam mencapai Target Proyek. Tanpa adanya batas waktu, Tim
akan bekerja lambat dan tidak ada perasaan urgensi (mendesak) sehingga sangat sulit untuk
mencapai Target yang diinginkan. Contoh : Batas Waktu untuk menyelesaikan Modifikasi Jig
Produksi adalah Tanggal 28/Juli/2016.

17. CONTOH SOFTSKILL DAN HARDSKILL


HARDSKILL
Hard skill adalah keahlian utama yang dibutuhkan dalam suatu pekerjaan. Biasanya, perusahaan
mencantumkan persyaratan hard skill pada iklan lowongan kerja. Dengan memiliki hard skill yang
sesuai permintaan perusahaan, maka Anda bisa mengerjakan tugas di kantor dengan baik. Anda
mendapat keahlian utama melalui pendidikan formal dan berbagai program pelatihan, misalnya,
universitas, kursus singkat, program sertifikasi, termasuk pelatihan dari kantor itu sendiri.
Hard skill mencakup pengetahuan dan keahlian spesifik yang dibutuhkan seseorang agar bisa
sukses dalam pekerjaan. Beberapa contoh hard skill antara lain pemrograman komputer, desain web,
menulis, akunting, keuangan, matematika, hukum, dan keterampilan lainnya terkait pekerjaan.
Hard skill bisa dipelahari, dievaluasi, dan diukur. Pada saat proses perekrutan dan wawancara kerja,
perusahaan akan membandingkan hard skill satu kendidat dengan calon pegawai lainnya. Di
beberapa industri, bahkan perusahaan melakukan tes hard skil untuk megetahui apakah pelamar
kerja benar-benar punya keahlian seperti yang ditulis di resume. Lalu, pada saat seseorang sudah
masuk kerja, maka atasan akan mengevaluasi hard skill pegawai. Apakah keahlian seseorang sudah
berkembang sehingga bisa mendapat promosi atau justru harus dimutasi?

SOFTSKILL

adalah atribut dan ciri kepribadian seseorang yang memengaruhi hubungan interpersonal di tempat kerja.
Di dunia kerja, soft skill juga sama pentingnya dengan hard skill. Beberapa jenis soft skill yaitu
karakteristikk seperti kepemimpinan, empati komunikasi, hingga etika.

Perusahaan tidak selalu mencantumkan soft skill di iklan lowongan kerja, kecuali untuk pekerjaan
tertentu. Misalnya, untuk pekerjaan terkait hubungan masyarakat, perusahaan akan menuliskan syarat:
bisa berkomunikasi dengan baik. Untuk mencari tahu lebih jauh tentang soft skill yang dibutukan
perusahaan, calon pegawai bisa melakukan penelitian kecil-kecilan misalnya dengan menyelami situs
web perusahaan atau bertanya dengan pegawai yang sudah bekerja.

Seorang pegawai bisa memelajari hard skill dari mentor di kantor. Kemudian, manajemen bisa mengukur
perkembangan keterampilannya berdasarkan hasil pekerjaan. Adapun soft skill tidak bisa dipelajari
dengan hafalan. Kemampuan ini lebih kompleks dan melibatkan kecerdasan emosional dan empati.
Keterampilan tersebut mungkin tidak bisa diajarkan oleh mentor. Tapi, perusahaan bisa saja memanggil
instruktur khusus agar bisa meningkatkan soft skill pegawai.

18. KERJASAMA
a. MERGER
Merger atau fusi adalah suatu penggabungan satu atau beberapa badan usaha sehingga dari
sudut ekonomi merupakan satu kesatuan, tanpa melebur badan usaha yang bergabung. Di
pandang dari segi ekonomi, ada dua jenis merger, yaitu merger horizontal dan merger vertikal.
Merger horizontal adalah penggabungan satu atau beberapa perusahaan yang masing masing
kegiatan bisnis ( produksinya ) berbeda satu sama lain sehingga yang satu dengan yang lain nya
merupakan kelanjutan dari masing masing produk. Contoh PT A mengusahakan kapas,
bergabung dengan PT C yang mengusahakan kain dan seterusnya. Dengan demikian tujuan
kerjasama disini adalah menjamin tersedianya pasokan atau penjualan dan distribusi di mana PT
B akan mempergunakan produk PT A dan PT C akan mempergunakan produk PT B dan
seterusnya. Merger vertikal adalah penggabungan satu atau beberapa perusahaan yang
masing masing kegiatan bisnis berbeda satu sama lain, namun tidak saling mendukung dalam
penggunaan produk. Misal nya badan usaha perhotelan, bergabung dengan badan usaha
perbankan, perasuransian sehingga di sini terlihat adanya diversifikasi usaha dalam suatu
penggabungan badan usaha. Di pandang dari aspek hukum, bentuk kerjasama ini hanya dapat
dilakukan pada badan usaha dengan status badan hukum ( dalam hal ini perseroan terbatas ).
b. KONSOLIDASI
Antara konsolidasi dan merger sering kali dipersamakan sehingga dalam praktik kedua istilah ini
sering di pertukarkan dan dianggap sama artinya, namun sebenarnya terdapat perbedaan
pengertian antara konsolidasi dan merger. Dalam merger penggabungan antara dua atau lebih
badan usaha tidak membuat badan usaha yang bergabung menjadi lenyap, sedangkan
konsolidasi adalah penggabungan antara dua atau lebih badan usaha yang menggabungkan diri
saling melebur menjadi satu dan membentuk satu badan usaha yang baru, oleh kerena itu,
konsolidasi ini sering kali di sebut dengan peleburan.
c. JOINT VENTURE
Joint venture secara umum dapat di artikan sebagai suatu persetujuan di antara dua pihak atau
lebih, untuk melakukan kerjasama dalam suatu kegiatan. Persetujuan di sini adalah kesepakatan
yang di dasari atau suatu perjanjian yang harus tetap berpedoman kepada syarat sahnya suatu
perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Jadi menurut Amirizal joint
venture adalah kerjasama antara pemilik modal asing dengan pemilik modal nasional semata
mata berdasarkan suatu perjanjian belaka ( contractueel). Subjek dari joint venture dapat di bagi
menjadi dua jenis kerjasama yaitu
1. Antara orang atau badan hukum RI dengan orang atau badan hukum RI
2. Antara orang atau badan hukum RI dengan orang atau badan hukum asing/lembaga
internasional.
d. WARALABA
Waralaba yang dulu dikenal dengan istilah franchise sekarang diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba. Waralaba adalah hak khusus yang dimiliki
oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha
dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat
dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba. Kriteria
tertentu yang dimaksudkan adalah syarat mutlak untuk adanya waralaba, kriteria tersebut adalah:
1. Memiliki ciri khas usaha
Artinya suatu usaha yang memiliki keunggulan atau perbedaan yang tidak mudah ditiru
dibandingkan dengan usaha lain yang sejenis dan membuat konsumen selalu mencari ciri
khas di maksud. Misalnya sistem manajemen, cara penjualan dan pelayanan dsb.
2. Terbukti sudah memberikan keuntungan
Maksudnya bahwa usaha tersebut berdasarkan pengalaman pemberi waralaba yang telah
dimiliki kurang lebih 5 ( lima ) tahun dan telah mempunyai kiat kiat bisnis untuk mengatasi
masalah masalah dalam perjalanan usahanya, terbukti masih bertahan dan
berkembangnya usaha tersebut dengan menguntungkan.
3. Memiliki standar atas pelayanan dan barang dan/atau jasa yang ditawarkan yag dibuat
secara tertulis. Dimaksud dengan standar atas pelayanan dan barang dan/atau jasa yang
ditawarkan yang dibuat secara tertulis adalah supaya penerima waralaba dapat
melaksanakan usaha dalam kerangka kerja yang jelas dan sama ( standard operational
procedure).
4. Mudah diajarkan dan di aplikasikan
Maksudnya usaha tersebut mudah dilaksanakan sehingga penerima waralaba yang belum
memiliki pengalaman atau pengetahuan mengenai usaha sejenis dapat melaksanakannya
dengan baik sesuai dengan bimbingan operasional dan manajeman yang berkesinambungan
yang diberikan oleh pemberi waralaba.
5. Adanya dukungan yang berkesinambungan
yaitu dukungan dari pemberi waralaba kepada penerima waralaba secara terus menerus
seperti bimbingan operasional, pelatihan, dan promosi
6. Hak kekayaan intelektual yang telah terdaftar
Adalah HKI yang terkait dengan usaha seperti merek, hak cipta, paten, dan rahasia dagang,
sudah di daftarkan dan mempunyai sertifikat atau sedang dalam proses pendaftaran di
instansi yang berwenang.

19. STRATEGI BISNIS DAN PELAYANAN (lihat handout)

Anda mungkin juga menyukai