Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASI

Dosen pengampu Mata Kuliah


Yoan Santosa Putra , SE , M.M.

Disusun Oleh Kelompok 10

1.YULIANA YASINTA JEHIDA (160404010089)


2.MARIA SELVIANA W.A (160404010116)
3.MARIA SUSANTI BARE WELA (1604040220)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG

2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan hyang maha Esa , karena tanpa rahmat,
taufik dan hidayanya kami semua tidak dapat menyelesaikan perbuatan makalah ini walaupun
dalam bentuk maupun isi yang sedethana .
Harapan kami semoga makalah ini dapat digunakan sebagai acuan, pedoman maupun
petunjuk bagi para pembaca, namun yang paling utama semoga makalah ini dapat menambah
wawasan para pembaca mengenai materi yang kami bahas dalam makalah ini.
Kami menyadari bahwa penulis makalah ini masih jauh dari kata sempurnah dan masih
membutukan banyak perbaikan . oleh lkarena itu kritik dan saran yang membangun untuk
menyrempurnakan makalah kami yang akan datangg akhir kata, penulis sampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaiakan
pembuatan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan yang maha kuasa membalas
jasa- jasanya dan senangtiasa membantu kita semua.

Malang, 27 desember 2018


Penulis

DAFTAR ISI

Kata pengantar
Daftar isi
BAB 1 : PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
BAB 2 : PEMBAHASAN.....................................................................................3
2.1 Pengertian kepemimpinan..............................................................................3
2.2 Pengertian budaya organisasi.........................................................................5
2.3 Dimensi budaya organisasi.............................................................................7
2.4 Jenis jenis budaya organisasi.........................................................................10
2.5 Nilai-Nilai budaya organisasai......................................................................11
BAB 3: PENUTUP...............................................................................................14
3.1 Kesimpulan....................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup sendirian. Tidak ada satupun
manusia di dunia ini yang dapat hidup tanpa tergantung ataupun memerlukan bantuan orang
lain. Manusia selalu hidup berkelompok, bersuku-suku hingga berbangsa-bangsa. Oleh
karena itu konsekuensinya setiap individu harus dapat beradaptasi dengan kelompok, agar
dapat diterima dan merasa aman serta nyaman didalamnya. Untuk menjadi orang yang
diterima orang lain, diperlukan usaha-usaha tertentu untuk mencuri hati orang lain tersebut.
Hal ini merupakan arah seseorang untuk menjadi pemimpin dari kelompoknya. Diharapkan
nantinya kepemimpinan seseorang dapat menyentuh berbagai segi kehidupan manusia seperti
cara hidup, kesempatan berkarya, bertetangga, bermasyarakat bahkan bernegara.
Antara kepemimpinan dengan budaya organisasi memiliki hubungan yang sangat erat.
Kepemimpinan dan budaya organisasi merupakan fenomena yang sangat bergantung, sebab
setiap aspek dari kepemimpinan akhirnya membentuk budaya organisasi. Bila kita memasuki
ruang perkantoran suatu organisasi akan berbeda dengan kantor organisasi lain yang memiliki
pemimpin yang berbeda. Fenomena yang kita dapatkan pada suatu organisasi, seperti : etos
kerja karyawan, team work, kesejukan, ketenangan, sikap, keramah tamahan, integritas, dll,
yang kesemuanya menggambarkan kepemimpinan yang ada dalam organisasi tersebut dan
juga menggambarkan budaya yang ada dalam organisasi. Sehingga dikatakan bahwa melihat
kepemimpinan suatu organisasi itu sama dengan melihat budaya yang ada dalam organisasi
tersebut, perumpamaannya bagaikan dua sisi mata uang yang memiliki nilai yan
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu kepemimpinan ?
2. Apa itu budaya Organisasi ?
3. Apa saja dimensi-dimensi budaya organisasi ?
4. Apa saja jenis-jenis budaya organisasi ?
5. Apa saja nilai-nilai yang terkandung dalam budaya organisasi ?
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN KEPEMIMPINAN


Masalah kepemimpinan mendapat perhatian dari berbagai ahli, karena gejala ini
menunjukkan peranannya yang seringkali menentukan di dalam hidup bernegara dan
bermasyarakat. Kepemimpinan tidak hanya berarti memimpin terhadap manusia, tetapi juga
mempimpin terhadap perubahan. Seorang pemimpin tidak hanya mempengaruhi bawahan,
tetapi juga sebagai sumber inspirasi dan motivasi bawahannya. Oleh karena itu, pandangan
berbagai penapsiran kepemimpinan semakin beragam dalam perkembangannya.
Terry (dalam Kartono, 1994;49) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah aktivitas
mempengaruhi orang lain agar mereka mau bekerjasama untuk mencapai tujuan kelompok.
Sedangkan R. Tannenbaum (dalam Harsey dan Balnchard, 1984:9) mengemukakan bahwa
kepemimpinan sebagai pengaruh antarpribadi yang dilakukan dalam suatu situasi dan
diarahkan melalui proses komunikasi pada pencapaian tujuan tertentu.
Pandangan lain yang dikemukakan oleh Stonner (1989:459) mengemukakan bahwa
kepemimpinan adalah sebagai proses mengarahkan dana mempengaruhi aktivitas yang
berkaitan dengan tugas dari para anggota kelompok. Sedangkan Koontz at.al. (1984:506)
memberikan pengertian kepemimpinan sebagai mempengaruhi orang lain agar ikut serta
dalam mencapai tujuan umum. Definisi yang hampir sama dengan Koontz, dikemukakan
oleh Hosmer (dalam Timpe,1999:21), yang mengatakan bahwa pemimpin adalah individu
dalam suatu organisasi yang mampu mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain dalam
organisasi.
Usaha mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain dalam organisasi bertujuan
tercapai usaha kelompok yang terkoordinasi dan terpadu.
Dari berbagai pandangan mengenai kepemimpinan tersebut, maka pemimpin dalam
kehidupan organisasi mempunyai kedudukan yang strategis dan merupakan gejala sosial yang
selalu diperlukan dalam kehidupan kelompok. Di samping kedudukannya yang strategis,
kepemimpinan mutlak diperlukan, di mana terjadi interaksi kerjasama antara dua orang atau
lebih dalam mencapai tujuan organisasi.
Dari berbagai definisi kepemimpinan yang telah diuraikan di atas, maka ada beberapa
perbedaan dan persamaan penekanannya. Sebagian menekankan kepada kemampuan
seseorang untuk mempengaruhi orang lain dalam mencapai tujuan pada situasi tertentu.
Sedangkan yang lainnya menekankan pada bagaimana kemampuan seorang pemimpin
mengarahkan orang lain untuk bekerjasama dalam mencapai suatu tujuan
tertentu. Stogdill (1974:7-16) secara rinci mengemukakan implikasi dari definisi tersebut
yaitu:
1. Kepemimpinan merupakan titik sentral proses kegiatan kelompok (leadership as a
focus of group processes).
2. Kepemimpinan adalah suatu kepribadian yang memiliki pengaruh (leadership as
personality and its effects).
3. Kepemimpinan sebagai suatu seni untuk menciptakan kesesuaian paham (leadership as
the art of induling compliance).
4. Kepemimpinan adalah pelaksana pengaruh (leadership as the exercise of influence).
5. Kepemimpinan adalah tindakan dan perilaku (leadership as act and behavior)
6. Kepemimpinan sebagai suatu bentuk persuasi dan inspirasi (leadership as a from of
persuation and inspiration).
7. Kepemimpinan merupakan hubungan kekuatan dan kekuasaan (leadership as a
power relation).
8. Kepemimpinan sebagai sarana pencapaian tujuan (leadership as an instrument of goal
attainment).
9. Kepemimpinan merupakan hasil dari interaksi (leadership as an effect of interaction).
10. Kepemimpinan adalah peranan yang dibedakan (leadership as a differentiated role).
11. Kepemimpinan adalah sebagai inisiasi struktur (leadership as the initiation of structure).
Dari berbagai pendapat tersebut memberikan gambaran bahwa kepemimpinan dilihat dari
sudut pendekatan apapun mempunyai sifat universal dan merupakan gejala sosial.
2.2 PENGERTIAN BUDAYA ORGANISASI
Kebudayaan dalam bahasa inggris adalah “Culture” dalam bahasa Latin adalah
“Colere” dan dalam bahasa Indonesia juga diistilahkan dengan peradaban atau budi yang
dalam Bahasa Arab disebut dengan “Akhlaq”. Di Indonesia kebudayaan secara etimologi
berasal dari kata Sansakerta yaitu “Buddhayah”, bentuk jamak dari kata “Buddhi” (akal)
sehingga dikembangkan menjadi budi-daya, yaitu kemampuan akal budi seseorang atau
sekelompok manusia.
Budaya adalah perilaku konvensional masyarakatnya, dan ia mempengaruhi semua
tindakan. Budaya adalah kesatuan nilai dan asumsi yang dipegang oleh kesatuan sumber daya
manusia. Budaya juga merupakan sebuah sistem progresif yang terus berkembang. Budaya
organisasi adalah satu wujud anggapan yang dimiliki, diterima secara implisit oleh kelompok
tersebut rasakan, pikirkan, dan bereaksi terhadap lingkungannya yang beraneka ragam.
Budaya merupakan pola asumsi yang diciptakan, atau dikembangkan agar orang dapat
menyesuaikan diri dengan kehidupan organisasi. Budaya organisasi merupakan sebuah
konsep yang sulit didiagnosis. Definisi ini menyoroti tiga karakteristik budaya organisasi
yang penting. Pertama, budaya organisasi diberikan kepada para karyawan baru melalui
proses sosialisasi. Kedua, budaya organisasi mempengaruhi perilaku kita ditempat kerja.
Ketiga, budaya organisasi berlaku pada dua tingkat yang berbeda. Masing-masing tingkat
bervariasi dalam kaitannya dengan pandangan keluar dan kemampuan bertahan terhadap
perubahan.
Menurut Robbins, budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama yang dianut oleh
anggota suatu organisasi. Cara berpikir dan melakukan sesuatu yang mentradisi yang dianut
bersama oleh semua anggota organisasi, dan para anggota baru harus mempelajari atau paling
sedikit menerimanya sebagian agar mereka diterima sebagai bagian dari organisasi (Eliott
Jaeques).
Menurut Wheelen dan Hunger budaya organisasi adalah himpunan dari kepercayaan,
harapan dan nilai yang dianut bersama oleh anggota organisasi dan diwariskan dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Budaya organisasi adalah sistem makna dan keyakinan
bersama yang dianut oleh para anggota organisasi yang menentukan, sebagian besar, cara
mereka bertindak.
Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan
dan hasil karya manusia, dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari
manusia dengan belajar. Disamping itu, Mohammad Hatta memberi definisi kebudayaan
adalah ciptaan hidup dari suatu bangsa. Sedangkan Zoetmulder memberi definisi kebudayaan
adalah perkembangan terpimpin oleh manusia budayawan dari kemungkinan-kemungkinan
dan tenaga-tenaga alam terutama alam manusia, sehingga ia merupakan sutau kesatuan yang
harmonis.
Kebudayaan dekat kaitannya dengan berbagai disiplin ilmu pengetahuan, baik ilmu-
ilmu ekstra maupun ilmu-ilmu sosial sebagaimana telah diuraikan dimuka terutama karena
membicarakan tentang fenomena masyarakat. Budaya dapat meliputi antara lain:
 Sistem Mata Pencaharian
 Sistem Pendidikan
 Sistem Persembahan
 Sistem Seni
 Sistem Moral
 Sistem Hukum
 Sistem Olahraga.
Budaya merupakan sistem nilai dan keyakinan yang dimiliki bersama oleh
masyarakat, namun setiap unsur masyarakat berbeda pula budayanya, seperti antara
masyarakat umum dengan para elitenya. Menurut Benedict R. O’G Anderson, kebudayaan
Indonesia cenderung membagi secara tajam antara kelompok elite dengan kelompok massa.
Budaya organisasi dapat diperkuat dengan mewariskan nilai inti dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Organisasi dapat mencapai efektivitas hanya ketika karyawan-
karyawannya berbagi nilai. Nilai dari tenaga kerja yang semakin beragam dibentuk jauh
sebelum seseorang memasuki organisasi. Oleh karena itu merekrut, memilih, dan
mempertahankan karyawan yang nilainya paling cocok dengan nilai perusahaan merupakan
hal yang penting.
Pada hakikatnya budaya adalah kesatuan nilai dan asumsi yang dipegang oleh
kesatuan sumber daya manusia. Budaya juga merupakan sebuah sistem progresif yang terus
berkembang. Berbeda dengan peraturan yang bersifat kognitif, budaya pada umumnya lebih
mengakar dan lebih berpengaruh pada tingkah laku karyawan. Mengingat bahwa organisasi
adalah kesatuan sebagai suborganisasi, maka selalu ada kemungkinan bahwa budaya yang
dominan di bagian-bagian tertentu bisa berbeda dengan budaya yang dominan di bagian
lainnya.
2.3 DIMENSI BUDAYA ORGANISASI
Terdapat banyak dimensi yang membedakan budaya. Dimensi ini mempengaruhi
perilaku yang mengakibatkan kekeliruan pemahaman, ketidaksepakatan atau bahkan konflik.
Gibson (1996) menyebutkan 7 dimensi budaya, yaitu hubungan manusia dengan alam,
individualisme versus kolektivisme, orientasi waktu, orientasi aktivitas, informalitas, bahasa
dan kepercayaan.

Sedangkan dimensi-dimensi yang digunakan untuk membedakan budaya organisasi,


menurut Robbins (1996) ada tujuh karakteristik primer yang secara bersama-sama
menangkap hakikat budaya organisasi, yaitu:

a. Inovasi dan pengambilan resiko sejauh mana para karyawan didorong untuk inovatif
dan berani mengambil resiko.
b. Perhatian ke hal yang rinci sejauh mana para karyawan diharapkan mau
memperlihatkan kecermatan, anaisis dan perhatian kepada rincian.
c. Orientasi hasil sejauh mana manajemen fokus pada hasil, bukan pada teknik dan
proses yang digunakan untuk mendapatkan hasil itu.
d. Orientasi orang sejauh mana keputusan manajemen memperhitungkan efek hasil dari
orang-orang di dalam organisasi itu.
e. Orientasi tim sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan dalam tim-tim kerja,
bukannya individu-individu.
f. Keagresifan sejauh mana orang-orang itu agresif dan kompetitif, bukan bersantai.
g. Kemantapan sejauh mana kegiatan organisasi menekankan dipertahankanya status quo
sebagai lawan dari pertumbuhan atau inovasi.

Hofsede (dalam Gibson, 1996) mengemukakan empat dimensi budaya, yaitu


 Penghindaran atas ketidakpastian
Tingkat dimana anggota masyarakat merasa tidak nyaman dengan
ketidakpastian dan ambiguitas. Perasaan ini mengarahkan mereka untuk
mempercayai kepastian yang menjanjikan dan untuk memelihara lembaga- lembaga
yang melindungi penyesuaian.
 Maskulin vs feminitas
Tingkat maskulinitas adalah kecenderungan dalam masyarakat akan prestasi,
kepahlawanan, ketegasan, dan keberhasilan materiil. Feminitas berarti kecenderungan
akan kesederhanaan, perhatian pada yang lemah, dan kualitas hidup.
 Individu vs kebersamaan
Individualisme adalah kecenderungan dalam kerangka sosial dimana individu
dianjurkan untuk menjaga diri sendiri dan keluarganya. Kolektivisme berarti
kecenderungan dimana individu dapat mengharapkan kerabat, suku, atau kelompok
lainnya melindungi mereka sebagai ganti atas loyalitas mutlak yang mereka berikan.
 Jarak kekuasaan
Ukuran dimana anggota suatu masyarakat menerima bahwa kekuasaan dalam
lembaga atau organisasi tidak didistribusikan secara merata.
Berbagai pola asumsi dasar yang telah dipelajari kelompok dalam memecahkan
berbagai persoalan yang dihadapi (masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal)
kepada anggota/generasi baru sebagai arah yang benar untuk menduga, berfikir dan
merasa dalam menghadapi masalah itu. Hal ini penting dilakukan agar organisasi
(perusahaan) dapat terus berjalan sebagaimana yang diharapkan.

Untuk itu perlu diketahui pengembangan tahap-tahap budaya, yang oleh Indrapradja (1992)
disebut dimensi budaya dalam organisasi, yaitu:
a) Dimensi Pertama: Artifak-Artifak (Artifacts)

Artifacts adalah “benda-benda” hasil buatan manusia. Kita dapat mengamati suatu
budaya dalam artifak yang diciptakannya berupa kata-kata yang digunakan,
tindakan para anggota organisasi dan objek yang ada dalam organisasi. Yang
dimaksudkan dengan “kata-kata budaya” di sini termasuk bahasa khusus
atau jargon yang digunakan oleh orang-orang dalam organisasi, kisah-kisah yang
diceritakan oleh mereka dan mitos-mitos yang dilestarikan oleh mereka.

Yang dimaksudkan dengan “tindakan-tindakan budaya” adalah upacara ritual


(ritual and ceremonies) yang diselengarakan dan diikuti oleh mereka, misalnya
upacara bendera, rapan rutin harian, expose dan bentuk penyajian lain, pemberian
persetujuan rapat pimpinan secara berkala, rapat kerja pimpinan cabang, rapat
direksi, upacara pemberian penghargaan, malam silaturahmi, perayaan hari besar,
karyawan, dan sebagainya.

“ Objek budaya” di sini termasuk busana yang dikenakan para anggota


organisasi, meubel yang digunakan dalam kantor, karya seni yang dipilih dan
digunakan oleh para warga organisasi.
b) Dimensi Kedua: Perspectives.

Perspektif, berada satu lapisan di bawah permukaan yang kelihatan (artifak-


artifak), tetapi masih mudah untuk melihatnya. Yang termasuk ke dalam perspektif
adalah berbagai norma sosial dan peraturan yang mengatur bagaimana para warga
organisasi harus berperilaku dalam situasi khusus. Dengan adanya bergagai
peraturan dan norma tersebut, para anggota organisasi tidak perlu memecahkan
permasalahan sosial organisasi secara baru setiap timbul permasalahan.

c) Dimensi Ketiga: Nilai-nilai (Values)

Nilai-nilai (Values) berada setingkat lebih dekat dengan inti suatu budaya
organisasi. Values mencerminkan falsafah dan misi organisasi, cita-cita organisasi,
tujuan, dan standar organisasi. Para anggota organisasi menggunakan nilai-nilai
ini untuk menilai (judging) orang-orang, tindakan, dan peluang serta mengambil
keputusan atas nama organisasi.

d) Dimensi Keempat: Asumsi-Asumsi (Assumptions)

Pada lapisan terdalam, yaitu inti budaya organisasi, terdapatlah kepercayaan


para anggota organisasi yang tidak diucapkan tentang mereka sendiri dan
mengenai orang lain. Asumsi budaya bersifat take for granted, sehingga pada
dasarnya kita harus menjadi bagian dari budaya itu kalau kita mau mengerti. Akan
tetapi kesulitannya adalah, sekali kita menjadi bagian dari budaya itu, kita tidak
mengenalinya lagi karena unsur budaya organisasi sudah menjadi bagian dari
pandangan dunia kita secara otomatis.

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa budaya organisasi merupakan sesuatu yang
sungguh kompleks. Akan tetapi, kita harus memiliki kemampuan mengalisis budaya
organisasi secara akurat apabila kita sungguh-sungguh mau mengerti mengapa organisasi
melakukan hal-hal tertentu dan mengapa para pemimpin organisasi itu dapat menghadapi
kesulitan dalam menjalankan fungsi kepemimpinannya.

2.4 JENIS-JENIS BUDAYA ORGANISASI


1. Berdasarkan Proses informasi
Robert E. Quinn dan Michael R. McGrath (dalam buku Arie Indra Chandra)
membagi budaya organisasi berdasarkan proses informasi sebagai berikut
 Budaya Rasional
Dalam budaya ini, proses informasi individual (kalrifikasi sasaran
pertimbangan logika, perangkat pengarahan) diasumsikan sebagai sarana abagi tujuan
kinerja yang ditunjukkan (efisiensi, produktifitas dan keuntungan atau dampak).
 Budaya Ideologis
Dalam budaya ini, pemrosesan informasi intuitif (dari pengetahuan yang
dalam, pendapat dan inovasi) diasumsikan sebagai sarana bagi tujuan revitalisasi
(dukungan datri luar, perolehan sumber daya dan pertumbuhan).

 Budaya Konsensus
Dalam budaya ini, pemrosesan informasi kolektif (diskusi, partisipatif dan
konsensus) diasumsikan untuk menjadi sarana bagi tujuan kohesi (iklim, moral dan
kerjasama kelompok).
 Budaya Hierark
Dalam budaya ini, pemrosesan informasi formal (dokumetasi, komputasi dan
evaluasi) diasumsikan sebagai sarana bagi tujuan kesinambungan (stabilitas, kontrol
dan koordinasi).

2. Berdasarkan Tujuan
Talidzuduhu Ndraha membagi budaya organisasi berdasarkan tujuannya, yaitu
 Budaya organisasi Perusahaan
 Budaya organisasi Publik
 Budaya organisasi Sosial

2.5 NILAI-NILAI BUDAYA ORGANISASI


Nilai-nilai dan dan keyakinan organisasi merupakan dasar budaya organisasi.
Keduanya juga memainkan peranan penting dalam mempengaruhi etika berperilaku. Nilai
memiliki lima komponen kunci, Nilai (1) adalah konsep kepercayaan, (2) mengenai perilaku
yang dihendaki, (3) keadaan yang amat penting, (4) pedoman menyeleksi atau mengevaluasi
kejadian dan perilaku, (5) urut dari yang relative penting. Adalah penting untuk membedakan
antara nilai pendukung dengan yang diperankan.
 Nilai Pendukung
Menunjukkan nilai-nilai yang dinyatakan secara eksplisit yang dipilih oleh
organisasi. Nilai-nilai pendukung tersebut merupakan aspirasi yang akan
dikomunikasikan secara eksplisit kepada para karyawan, para manejer seperti Levin
berharap bahwa nilai-nilai pendukung tersebut akan mempengaruhi perilaku para
karyawan secara langsung.

 Nilai-nilai yang diperankan


Merupakan nilai dan norma yang sebenarnya ditunjukkan atau dimasukkan
kedalam perilaku karyawan. Sistem nilai organisasi menggambarkan pola yang
bertentangan dan yang cocok diantara nilai-nilai, bukan diantara nilai yang relative
penting. Definisi ini menekankan poin bahwa organisasi menggunakan sekumpulan
nilai yang terdiri dari nilai-nilai yang cocok atau yang bertentangan.
 Tipologi Nilai-nilai organisasi
Norma penghargaan organisasi menunjukkan keyakinan fundamental
perusahaan mengenai bagaimana penghargaan harus dialokasikan. Menurut norma
penghargaan yang setara, penghargaan harus sebanding dengan kontribusi. Struktur
kekuasaan organisasi mencerminkan keyakinan dasar perusahaan mengenai
bagaimana kekuasaan dan wewenang harus dibagikan dan di distribusikan.
 Riset Aplikasi Praktis
Organisasi menganut konstelasi bukannya hanya satu nilai saja dan dapat
ditampilkan berdasarkan nilai mereka. Hal ini pada gilirannya, akan membuat manejer
mampu untuk menentukan apakah nilai-nilai organisasi konsisten dan mendukung
inisiatif dari tujuan perusahaan.

Saskhein dan Kisher (dalam buku Jeny Eoh, 2001) mengemukakan bahwa budaya organisasi
terdiri dari dua komponen, yaitu:
 Nilai (value), yaitu sesuatu yang diyakini oleh warga organisasi untuk mengetahui apa
yang benar dan apa yang salah.
 Keyakinan (belief), yaitu sikap tentang cara bagaimana seharusnya bekerja dalam
organisasi.
Sedangkan Davis (dalam buku Jeny Eoh, 2001) mengemukakan bahwa dalam budaya
perusahaan terdapat dua macam keyakinan, yaitu
 Keyakinan bimbingan (guiding belief), yaitu menentukan visi, misi dan nilai-nilai dasar
organisasi.
 Keyakianan harian, yaitu mencirikan cara kegiatan dalam organisasi harus dilakukan:
cara berkomunikasi, pengambilan keputusan dan cara kotrol dilakukan.
Nilai dasar budaya organisasi
Nilai yang dianut seseorang mempengaruhi tingkah lakunya. Dan dalam sebuah
organisasi, nilai yang dianut seorang anggota akan mempengaruhi tingkah lakunya
dalam berinteraksi dengan anggota lain maupun dalam melaksanakan tugas.

Miller (1987) dalam bukunya Manajemen era baru: Beberapa pandangan mengenai budaya
perusahaan, menyatakan bahwa dalam perusahaan terdapat dua nilai, yaitu:
 Nilai Utama (primer)
Nilai utama ini berkaitan dengan dengan inovasi besar, ketaatan dan produktifitas. Nilai
utama terdiri atas delapan unsur:
 Asas tujuan
 Asas consensus
 Asas Keunggulan
 Asas Kesatuan
 Asas prestasi
 Asas Empirisme
 Asas keakraban
 Asas integritas

 Nilai Sekunder
Miller menyebut nilai sekunder sebagai sifat-sifat variabel bisnis dan membaginya
menjadi enam unsur sebagai berikut:
 Terfokus pada pelanggan/terfokus pada produk
 Pengendalian yang disiplin/pengendalian yang hilang
 Kewiraswastaan yang telah terbukti benar
 Pengambilan keputusan yang cepat/pengambilan keputusan yang lambat
 Fokus jangka pendek/fokus jangka panjang
 Teknologi canggih/sederhana
BAB 3
PENUTUP

KESIMPULAN
Pada hakikatnya budaya adalah kesatuan nilai dan asumsi yang dipegang oleh
kesatuan sumber daya manusia. Budaya juga merupakan sebuah sistem progresif yang terus
berkembang. Berbeda dengan peraturan yang bersifat kognitif, budaya pada umumnya lebih
mengakar dan lebih berpengaruh pada tingkah laku karyawan. Mengingat bahwa organisasi
adalah kesatuan sebagai suborganisasi, maka selalu ada kemungkinan bahwa budaya yang
dominan di bagian-bagian tertentu bisa berbeda dengan budaya yang dominan di bagian
lainnya.
Budaya organisasi dapat diperkuat dengan mewariskan nilai inti dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Organisasi dapat mencapai efektivitas hanya ketika karyawan-
karyawannya berbagi nilai. Nilai dari tenaga kerja yang semakin beragam dibentuk jauh
sebelum seseorang memasuki organisasi. Oleh karena itu merekrut, memilih, dan
mempertahankan karyawan yang nilainya paling cocok dengan nilai perusahaan merupakan
hal yang penting.
Ditingkat berikutnya, budaya organisasi terdiri dari kepercayaan, dan nilai-nilai.
Ditingkatan yang paling dalam, budaya organisasi tentang segala sesuatu yang berkaitan
dengan permasalahan dalam organisasi. Asumsi dasar ini biasanya mendasari kepercayaan
dan niali-nilai anggota organisasi.
DAFTAR PUSTAKA

http://aroxx.blogspot.co.id/2013/10/dimensi-budaya-organisasi.html
https://dansite.wordpress.com/2011/03/22/hubungan-antara-kepemimpinan-dengan-budaya-
organisasi/
http://imeldablogadress.blogspot.co.id/2016/01/kepemimpinan-dan-budaya-organisasi.html
http://makalahpsikologi.blogspot.co.id/2010/07/nilai-nilai-budaya-organisasi.html
http://www.geocities.ws/endang.komara/Pemimpin_dan_Pembentukan_Budaya_Organisasi.htm

Anda mungkin juga menyukai