Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KOMUNIKASI ORGANISASI

“Kepemimpinan dan Gaya Komunikasi dalam Organisasi”

Dosen Pembimbing : Budi, M.Pd.I

DISUSUN OLEH KELOMPOK 7:

1. RIZKA RAMADANI SAM


2. AHMAD TARMIZI
3. JUNAIDI
4. NANDA SAHARA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kami sampaikan kepada Allah SWT atas limpahan Rahmat
serta hidayah nya kepada kami,sehingga kami dapat menyelessaikan makalah
tentang sumber dan kitab-kitab hadis.Shalawat dan salam smoga dilimpahkan Allah
kepada Nabi Muhammad SAW,keluarga, sahabat serta seluruh pengikutnya.

Makalah mengenai “Kepemimpinan dan Gaya Komunikasi dalam


Organisasi” ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.Akhir kata kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi bagi pembaca.

Medan, 30 Oktober 2019

Tim Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2

C. Tujuan Masalah ......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3

A. Kepemimpinan .......................................................................................... 3

1. Pengertian Kepemimpinan ..................................................................... 3

2. Kepemimpinan Dilahirkan atau Diciptakan? .......................................... 4

3. Indikator Kepemimpinan ....................................................................... 5

4. Etika Kepemimpinan ............................................................................. 7

5. Gaya Kepemimpinan ............................................................................. 8

B. Pengertian Komunikasi ............................................................................. 9

C. Gaya Komunikasi dalam Organisasi ........................................................ 10

D. Gaya Klasik Komunikasi Antarpersonal Dalam Organisasi ..................... 11

BAB III PENUTUP .......................................................................................... 14

A Kesimpulan ............................................................................................. 14

B Saran ....................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 15

LAMPIRAN ..................................................................................................... 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Dalam suatu organisasi maupun lembaga tentu harus adanya suatu proses
kepemimpinan. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri.
Dalam hidup manusia selalu berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan.
Manusia hidup berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok
kecil. Hidup dalam kelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi
yang kehidupan yang harmonis anggota kelompok haruslah saling menghormati
dan menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu dijaga. Hidup yang teratur adalah
impian setiap insan.

Manusia dianugerahi kemampuan untuk berfikir, kemampuan untuk


memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan kelebihan
itulah manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik. Tidak hanya
lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan social manusia pun perlu
dikelola dengan baik. Untuk irulah dibutuhkan sumber daya manusia yang
berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin
dirinya sendiri.

Seiring perkembangan zaman, kepemimpinan secara ilmiah mulai


berkembang secara bersamaan dengan pertumbuhan manajemen ilmiah yang lebih
dikenal dengan ilmu tentang memimpin. Hal ini terlihat dari banyaknya litertaur
yang mengkaji tentang kepemimpinan dengan berbagai sudut pandang atau
perspektifnya. Kepemimpinan tidak hanya dilihat dari baik saja, akan tetapi dapat
dilihat dari penyiapan sesuatu secara berencana dan dapat melatih calon-calon
pemimpin.

Kepemimpinan atau leadership merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu


social, sebab prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan dapat mendatangkan

1
manfaat bagi kesejahteraan manusia (Moejiono, 2002). Ada banyak definisi
kepemimpinan yang dikemukakan oleh para pakar menurut sudut pandang masing-
masing, definisi-definisi tersebut menunjukkan adanya beberapa kesamaan.

Dalam proses kepemimpinan dibutuhkan komunikasi yang baik antara


atasan dan bawahan. Dalam memimpin suatu organisasi tentunya ada pro kontak
antara atasan dan bawahan yang menciptakan suatu konflik di dalam suatu
organisasi. Maka dalam hal ini akan dikaji mengenai gaya komunikasi yang baik
dalam suatu organisasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Kepemimpinan?
2. Apa yang dimaksud dengan Komunikasi?
3. Apa saja Gaya Komunikasi dalam Organisasi?
4. Apa saja Gaya Klasik Komunikasi Antarpersonal Dalam Organisasi?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Kepemimpinan dan Ruang
Lingkupnya.
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Komunikasi.
3. Mengetahui apa saja Gaya Komunikasi dalam Organisasi.
4. Mengetahui apa saja Gaya Klasik Komunikasi Antarpersonal dalam
Organisasi.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan

Setiap organisasi apapun jenisnya pasti memiliki dan memerlukan seorang


pemimpin dan pimpinan tertinggi (pemimpin puncak) atau manajer tertinggi (top
Manager) yang harus menjalankan kegiatan kepemimpinan (leadership action) atau
manajemen (management) bagi keseluruhan organisasi sebagai satu kesatuan.
Maka dalam hal ini, banyak para ahli mendefinisikan pengertian dari
kepemimpinan adalah sebagai berikut:

a. Griffin dan Ebert (1999, h. 228) mengatakan bahwa kepemimpinan


(leadership) adalah proses memotivasi orang lain untuk mau bekerja dalam
rangka mencapai tujuan yang telah di tetapkan.
b. Ivancevich, Konopaske, dan Matteson (2005, h. 492) bahwa kepemimpinan
adalah as the process of influencing others to facilitate the attainment of
organizationally relevants goals. Setiap indiividu tidak diharuskan menjadi
pemimpin formal dalam suatu organisasi, namun dapat juga menjadi
pemimpin informal untuk memimpin orang lain sebagai pengikutnya dalam
suatu kelompok.
c. Mullins (1993) mengatakan bahwa kepemimpinan didasarkan pada sebuah
fungsi dari kepribadian yang dapat dilihat dari perilaku yang dinampakkan
ketika sesorang memimpin kelompok maupun organisasi.
d. Terry dan Robins dalam Wahab (2011: 82) Mengatakan bahwa
kepemimpinan adalah kemmapuan mempengaruhi kelompok kearah
pencapaian tujuan.
e. Menurut Kootz dalam Syaiful Sagala (2012: 145) adalah pengaruh, kiat
(seni), proses mempengaruhi orang-orang sehingga mereka mau berusaha
secara sepenuh ahti untuk mencapai tujuan.

3
Maka dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan merupakan usaha untuk mempengaruhi seseorang atau semua
anggota kelompok dalam suatu organisasi maupun lembaga untuk melakukan suatu
kegiatan yang menimbulkan rasa berusaha pada diri setiap orang serta proses
interaksi antara pihak yang memimpin dengan pihak yang sipimpin untuk mecapai
tujuan bersama secara efektif dan efisien.

2. Kepemimpinan Dilahirkan atau Diciptakan?

Apakah ada pemimpin yang tidak dilahirkan? Tentu jawabannya menjadi


jelas bahwa keduanya adalah benar. Pemimpin pada hakikatnya adalah manusia
maka harus dilahirkan. Jadi proses terciptanya seorang pemimpin bisa karna faktor
heredity (yang diturunkan) atau memang sengaja diciptakan melalui proses dan
pelatihan secara kontinu dan terprogram.

Yang menjadi masalah adalah bagaimana kualitas kepemimpinan yang


dimiliki oleh seseorang. Mutu kepemimpinan seseorang dalam memimpin sebuah
organisasi antara lain terlihat dalam beberapa hal di bawah ini (Siagian, 2003):

a. Memahami sepenuhnya berbagai faktor yang merupakan kekuatan bagi


organisasi
b. Mengenali secara tepat berbagai bentuk kelemahan yang terdapatdalam
organisasi.
c. Memanfaatkan berbagai peluang yang mungkin timbul.
d. Menghilangkan berbagai bentuk ancaman yang dapat menjadi penghalang
bagi keberhasilan organisasi mencapai tujuan dan berbagai sasarannnya.
e. Memiliki sifat yang proaktif dan antisipatif terhadap perubahan yang pasti
selalu terjadi, baik karena faktor-faktor informal maupun karena tuntutan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
f. Mendorong para bawahan sehingga bekerja dengan tingkat efisiensi,
efektivitas, dan produktivitas, yang mendorong keberhasilan usaha.
g. Menciptakan cara dan iklim kerja yang mendukung wawasan kebersamaan
dalam usaha pencapaian tujuan.

4
Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan mengenai dikotomi
kepemimpinan ialah bahwa seseorang hanya akan menjadi pemimpin yang efektif
apabila (Siagian, 2013);

a) Memiliki bakat-bakat kepemimpinan, jadi secara genetika sudah terbentuk


di dalam dirinya.
b) Bakat-bakat atau talenta tersebut dipupuk dan dikembangkan melalui
kesempatan untuk menduduki jabatan tertentu dalam kepemimpinan.
c) Ditopang oleh pengetahuan teoritis yang diperoleh melalui pendidikan dan
latihan, baik yang bersifat umum maupun yang menyangkut teori
kepemimpinan.

3. Indikator Kepemimpinan
Secara garis besar indikator kepemimpinan adalah (Wahjosumidjo:154):
a. Bersikap Adil (Arbitrating)

Dalam kehidupan organisasi apapun, rasa kebersamaan diantara para


anggotanya adalah mutlak, sebab rasa kebersamaan pada hakikatnya merupakan
pencerminan daripada kesepakatan antara para bawahan, dalam menacapai tujuan
organisasi.

b. Memberikan Sugesti (Suggesting)

Sugesti bisa disebut saran atau anjuran. Dalam rangka kepemimpinan


sugesti merupakan pengaruh dan sebagainya yang mampu menggerakkan hati
orang lain. Dan sugesti memiliki peranan yang sangat penting dalam memelihara
dan membina harga diri serta rasa pengabdian partisipasi dan rasa kebersamaan
diantara para bawahan.

c. Mendukung Tercapainya Tujuan (Suppliying Objectives)

Tercapainya tujuan organisasi tidak bisa secara otomatis, melainkan harus


didukung oleh adanya kepemimpinan. Oleh karena itu, agar setiap organisasi dapat
efektif dalam artian mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka setiap tujuan yang

5
ingin dicapai perlu disesuaikan dengan keadaan organisasi serta memungkinkan
para bawahan untuk bekerja sama.

d. Katalisator (Catalisyng)

Secara kimiawi arti kata katalis atau katalisator, adalah cat yang tidak ikut
bereaksi, tetapi mempercepat reaksi kimia. Jadi, dalam dunia kepemimpinan
seorang pemimpin dikatakan berperan sebagai seorang katalisator, apabila
pemimpin itu berperan, yang selalu dapat meningkatkan segala sumber daya
manusia yang ada. Berusaha memberikan reaksi yang menimbulkan semangat dan
daya kerja cepat dan semaksimal mungkin.

e. Menciptakan Rasa Aman

Setiap pemimpin berkewajiban menciptakan menciptakan rasa aman bagi


para bawahannya. Dan ini hanya dapat dilaksanakan apabila setiap pemimpin selalu
mampu memelihara hal-hal yang positif, sikap optimisme dalam menghadapi
segala permasalahan, sehingga dengan demikian, dalam melaksankan tugas-
tugasnya bawahan merasa aman, bebas dari segala peranan gelisah, kekhawatiran,
merasa memperoleh jaminan keamanan dari pimpinan.

f. Sebagai Wakil Organisasi

Setia bawahan yang bekerja pada unit organisasi apapun, selalu memandang
atasan atau pimpinannya mempunyai peranan dalam segala bidang kegiatan, lebih-
lebih kepemimpinan yang menganut prinsip “keteladanan atau panutan”. Seorang
pemimpin adalah segala-galanya, oleh karenanya segala perilaku, perbuatan, dan
kata-katanya akan selalu memberikan kesan tertentu terhadap organisasinya.

g. Sumber Inspirasi

Seorang pemimpin pada hakikatnya adalah sumber semangat bagi para


bawahannya. Oleh karna itu, setiap pimpinan harus selalu dapat membangkitkan
semangat para bawahan, sehingga bawahan menerima dan memahami tujuan
organisasi secara antusia, dan bekerja secara efektif ke arah tercapainya tujuan
organisasi.

6
4. Etika Kepemimpinan

Makmur (2007: 74) mengatakan etika adalah suatu tatanan atau aturan
hidup pada komunitas manusia tertentu. Etika dapat dimaknai sebagai kesusilaan,
watak, atau adat oleh Malcom Brownlee (1991: 1) etika adalah suatu sikap
kesediaan jiwa seseorang senantiasa taat dan patuh pada seperangkat peraturan-
peraturan keesusilaan.

Istilah “etika” dalam Bahasa Indonesia sebenarnya berasal dari bahasa


Yunani: Ethos yang berarti, kebiasaaan atau watak. Etika juga berasal dari bahasa
Perancis: etiquette atau biasa diucapkan dalam bahasa Indonesia dengan kata
“etiket” yang berarti juga kebiasaan atau cara bergaul, berperilaku yang baik. Jadi,
dalam hal ini etika merupakan pola perilaku atau kebiasaan yang baik dan dapat
diterima oleh lingkungan pergaulan seseorang atau sesuatu organisasi tertentu.

Secara umum etika dapat diartikan sebagai nilai-nilai normatif atau pola
perilaku seseorang atau sesuatu badan/lembaga/organisasi sebagai suatu kelaziman
yang dapat diterima umum dalam interaksi dengan lingkungannya.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa etika kepemimpinan lebih


merupakan nilai-nilai perilaku yang ditunjukkan oleh seseorang pemimpin atau
sesuatu organisasi tertentu dalam interaksinya dengan lingkungan.

Etika kepemimpinan tumbuh dan berkembang sejalan dengan


perkembangan organisasi bisnis, pemerintah, organisasi kemasyarakatan, dan
organisasi lainnya. Dari berbagai pandangan para ahli dan praktisi menunjukkan
isu-isu etika kepemimpinan maupun manajer dalam memanajemen suatu
perusahaan bisnis dihadapkan pada banyak topik. Hal ini muncul karena adanya
potensi konflik antara tujuan organisasi dengan tujuan pemimpin dan hak-hak dasar
pemangku kepentingan. Etika yang dibangun dan dipatuhi bersama menurut Hill
dan Mc Shane (2008: 86) adalah hak-hak dasar pemangku kepentingan yang harus
dihormati, misalnya pemegang saham memiliki hak memperoleh informasi akurat
dan tepat waktu mengenai inventasi, laporan akuntansi keuangan, dan informasi
lainnya terkait dengan perusahaan. Etika pemimpin bermoral mampu mencapai

7
tujuan melalui sejumlah program dan kegiatan dilaksankaan bersama dengan penuh
antusiaisme.

5. Gaya Kepemimpinan
1. Gaya Kepemimpina Otokratis

Dalam gaya ini pemimpin bersikap sebagai penguasa dan yang dipimpin
sebagai yang dikuasai. Menurut gaya ini mereka yang dipimpin dibiasakan setia
kepada perintah dan dengan tekun menjalankannya. Gaya kepemimpinan ini hanya
baik untuk situasi-situasi dimana keadaan betuk-betul kritis , dimana keselamatan
mereka yang dipimpin berada dibawah kekuasaan orang yang memimpin. Gaya ini
hanya baik untuk situasi yang kacau demi pulihnya tata kehidupan yang aman.

2. Gaya Kepemimpinan Liberal

Menurut gaya ini pemimpin tidak merumuskaan masalah serta cara


pemecahannya. Dia membiarkan saja mereka yang dipimpinnya menemukan
sendiri masalah yang berhubungan dengan kegiatan bersama dan mencoba mencari
cara pemecahannya. Gaya ini bertolak belakang dengan gaya Otokratis yang
disebut diatas. Dalam gaya ini tugas pemimpin sekedar menjaga agar mereka yang
dipimpinnya berbuat sesuatu. Terserah mereka apa yang mau dikerjakan dan
bagaimana cara mengerjakannnya. Gaya ini hanya baik untuk kelompok orang yang
betul-betul telah dewasa dan betul-betul insyaf akan tujuan dan cita-cita bersama,
sehingga mampu menghidupkan kegiatan bersama. Gaya ini juga baik untuk
kelompok orany yang berkumpul bukan untuk membicarakan hal-hal yang serius,
melainka untuk urusan bersantai bersama, macam malam keakraban atau jam
session, yang tidak meminta tanggung jawab besar.

3. Gaya Kepemimpinan Demokratis

Gaya ini menciptakan suasana yang demokratis. Dalam gaya ini pemimpin
berusaha membawa mereka yang dipimpin menuju ke tujuan cita-cita dengan
memperlakukan mereka sebagai seajjar. Disini batas pemimpin dan bawahan
menjadi kabur. Disini orang diberi tempat yang sederajat. Termasuk dalam gaya

8
kepemimpinan ini, kita jumpai pemimpin-pemimpin yang dalam usaha membawa
mereka yang dipimpin menuju ke tujuan dengan:

a) Menyajika masalah serta cara pemecahannya kepada mereka yang


dipimpinnya.
b) Mengajak mereka yang dipimpinnya untuk bersama merumuskan masalah
dan cara pemecanhannya.

B. Pengertian Komunikasi

Komunikasi berasal dari bahasa latin (comunicare) yang berarti to share


(berbagi) dan merupakan sebuah aktivitas penyampaian informasi melalui
pertukaran pikiran, pesan, atau informasi dengan ucapan visual,sinyal, tulisan, atau
perilaku. Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara
dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.

Mesiono (2012: 105) menyatakan banyak para ahli yang mengemukakan


pengertian komunikasi diantaranya adalah:

a) Fordale (1981) “Comuniccation is the proccess by which a system is


estabilished, mainted, and altered by means of shared signal that operate
according to rules:. Komunikasi adalah suatu proses memberikan sinyal
menurut aturan tertentu, sehingga dengan cara ini suatu sistem dapat
diartikan, dipelihara dan diubah.
b) Menurut Winardi (2004: 120) Komunikasi adalah suatu proses
penyampaian dan penerimaan berita atau informasi dari seseorang ke orang
lain
c) Menurut Fauzan (2007) mengemukakan bahwa komunikasi adalah suatu
tindakan oleh seseorang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan
yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu,
mempunyai pengaruh tertentuu, dan ada kesempatan untuk melakukan
umpan balik.

9
Maka komunikasi adalah sebuah proses sistemik, dimana orang-orang
berinteraksi melalui simbol-simbol untuk mennciptakan dan menginterpetasikan
makna dan bertukar pesan menurut aturan tertentu.

C. Gaya Komunikasi dalam Organisasi


a) Controlling Style

Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini ditandai dengan adanya


satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur (perilaku,
pikiran, atau tanggung jawab orang lain). Orang-orang yang menggunakan gaya
komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one way
communications.

b) Equalitarian Style

Aspek penting gaya komunikasi ini adalah adanya landasan kesamaan. The
equalitarian style of communiccation ini ditandai dengan berlakunya arus
penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah.

c) Structuring Style

Gaya komunikasi ini lebih memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis


maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan
tugas, pekerjaan, struktur organisasi. Pengirim pesan (sender) lebih memberi
perhatian kepada keinginan untuk mempengaruhi orang lain dengan jalan berbi
informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan, dan prosedur yang berlaku
dalam organisasi tersebut.

d) Dynamic Style

Gaya komunikasi yanng dinamis ini memiliki kecenderungan agresif


karena pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya
berorientasi pada tindakan (action oriented). Tujuan utama gaya komunikasi yang
agresif ini adalah menstimulasi atau merangsag pekerja/karyawan untuk bekerja
dengan lebih cepat dan lebih baik.

10
e) Relinguish Style

Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran,


pendapat ataupun gagasan orang lain daripada keinginan untuk mmeberi perintah.
Namun demikian, pengirim pesan (sender) mmepunyai hak untuk memberi perintah
dan mnegontrool orang lain.

D. Gaya Klasik Komunikasi Antarpersonal Dalam Organisasi

Francie M. Dalton dalam Identify ‘Behavior’ Styles to Improve


Communiccation mengemukakan ada delapa gaya klasik komunikasi antarpersonal
dalam organisasi yaitu:

1) Gaya Komando

Orang-orang dengan tipe gaya komando tampil sebagai individu yang penuh
dengan ambisi sehingga jika ambisinya tidak tercapai maka dia tiba-tiba menjadi
kasar. Karena perilaku komandan dimotivasi oleh kebutuhan untuk melakukan
kontrol atau tampil sebagai seseorang pengendali maka bagi seorang komandan
tidak pernah merasa dirinya terancam oleh kehadiran karyawan. Nilai utama dari
nilai komando adalah sangat menghargai proses validasi kemampuan siapa pun
untuk mengatasi rintangan sehingga jenis pekerjaannya pun dapat dikerjakan.

2) Gaya Drifters

Gaya drifters ditandai oleh stereotip orang yang “easy going” selalu suka
pada situasi disorganisasi dan implusif, ada yang menyebutkan sebagai “gaya
gelandang” ibarat gelandang dalam kesebelasan sepak bola. Karna itulah tidak
mengherankan jika orang ini menyimpan banyak waktu agar selalu tampil
“menantang” komandan. Rentang perhatian atau jangkauan wawasan orang ini
sangat pendek sehingga seringkali tidak memperhatikan rincian tugas, pada
umumnya mereka gagal untuk menindaklanjuti tugas, bahkan sering sebagian besar
tugas melewati tanggal waktu. Individu dengan gaya “drifers” mengalami kesulitan
dengan struktur apapun, namun demikian perilaku dan tampilan dia selalu
dibungkus dalam kehangatan pribadi dan keramahan, kadang-kadang dia tampil
sebagai orang yang sangat menjengkelkan rekan-rekan kerja.

11
Gaya ini perlu mendapat suntikan motinasi dari manajemen atas (pimpinan)
sehingga dapat menambah atau berbagai kerja sama dalam kelompok atau
organisasi.

3) Gaya Penantang

Gaya seorang “attackers” adalah pemarah dan suka sekali menantang orang
lain untuk menciptakan permusuhan, sinis, kesal, kadang-kadang dapat
mempengaruhi tampilan mereka yang menmapak sebagai “demoralisasi” di tempat
kerja. Mereka yang bergaya “attackers” dapat menahan kesepian profesional lebih
lama daripada kebnaykan “penganut” gaya lainnya karena mereka bnear-benar
yakin dan tidak peduli apakah orang lain seperti mereka.

Jika anda seorang manajer maka anda harus dapat memastikan bahwa jika
ada staf yang bergaya seperti ini maka lakukan sesuatu untuk mengatasi perilaku
mereka.

4) Gaya Pleasers

Tipe individu dengan gaya “pleasers” antara lain bijaksana, menyenangkan,


bermanfaat, mudah bergaul. Mereka tergolong humanis ditempat kerja karna dapat
memelihara suasana yang menyenangkan dan peduli terhadap orang lain. Dalam
strategi manajemen nya maka manajer perlu menghindari agar tidak disandera oleh
para “pleasers”, namun tetap diperhatikan adalah memberi kesempatan bagi mereka
untuk menyampaikan umpan balik, karena hanya dengan cara ini mereka akan
tumbuh dan berkembang sebagai staf yang baik.

5) Gaya Penampilan

Pada umumnya mereka yang bergaya “performers” merupakan orang-orang


yang flamboyan, pekerja keras, suka riang, dan tampil menghibur. Mereka
mempunyai kemampuan untuk membangun bukan untuk menjaga hubungan
dengan orang lain. Dalam strategi manajemen mereka perlu dimotivasi agar
perilaku mereka dapat diarahkan untuk pemenuhan kebutuhan dan memperoleh
pengakuan dari orang lain.

12
6) Gaya Penghindar

Mereka yang bergaya “avoiders” umumnya tenang dan pendiam, lebih suka
bekerja sendiri, kalau toh bekerja dalam sebuah tim atau komite maka mereka
berbicara hanya dalam hal-hal yang bersifat superfical. Komitmen mereka
melakukan pekerjaan dengan benar meemnag ada, namun untuk pekerjaan yang
pertama saja. Strategi manajemen manajer dalam hal ini hindari untuk mengancam
mereka ketika memberikan umpan balik. Hati-hati untuk memberikan jaminan
kepada mereka untuk tugas-tugas yang anda katakan “tugas ini tidak beresiko”.

7) Gaya Analitis

Mereka yang bergaya “analuticals” tampil sebagai orang yang berhati-hati,


tepat dan rajin, tetapi mereka adalah orang-orang yang suka menunda pekerjaan
hanya karena mau memerikasa kembali prosedur, karea itu mereka sering dijuluki
dengan “overanaliyze”. Mereka mempunyai kemmapuan untuk melihat langkah-
langkah kedepan dan mengantisispasi berbagai potensi resiko.

Strategi manajemen yang harus dilakukan manajer atau pimpinan maka


berikan contoh bagaimana harus mengkritik atau memberikan masukan yang tidak
valid. Demi membangun hubungan kerja yang baik maka tunjukkan rincian
pekerjaan dan katakanlah apa yang akan mereka kerjakan merupakan kehormatan.

8) Gaya Achievers

Mereka yang memiliki gaya ini adalah mereka yang mementingkan konten,
damai, percaya diri, tidak sombong dan secara umum sangat menyenangkan.
Mereka merupakan orang-orang yang humor meskipun ada dalam kekurangan,
mereka selalu berusaha untuk melakukan penyesuaian yang diperlukan, dan secara
positif mempengaruhi orang lain untuk giat bekerja. Maka strategi manajemenn
yang digunakan adalah Manajer dapat mebiarkan mereka untuk fokus secara
konsisten pada apa yang terbaik bagi organisasi.

Dorong mereka untuk bersikap objektif karena prestasi mereka sangat


ditentukan oleh kemampuan mereka untuk berinteraksi secara efektif dengan semua
gaya perilaku lain. (Francie M. Dalton, 2001).

13
BAB III

PENUTUP
A Kesimpulan

Mempelajari tentang kepemimpinan dan gaya komunikasi dalam organisasi


maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Kepemimpinan merupakan usaha untuk mempengaruhi seseorang atau


semua anggota kelompok dalam suatu organisasi maupun lembaga untuk
melakukan suatu kegiatan yang menimbulkan rasa berusaha pada diri setiap
orang serta proses interaksi antara pihak yang memimpin dengan pihak yang
sipimpin untuk mecapai tujuan bersama secara efektif dan efisien.
2. Komunikasi adalah interaksi yang dilakukan oleh seseorang dengan orang
lain melalui media yang berupa lisan maupun tulisan, visual maupun non
visual yang berisikan informasi untuk disampaikan pada orang yang sedang
kita jumpai.
3. Gaya komunikasi dalam organisasi terdiri dari 5 yaitu, Controlling Style,
Equalitarian Style, Structuring Style, Dynamic Style dan Relinguish Style.
4. Gaya Klasik Komunikasi Antarpersonal terdiri dari 8 komponen yaitu, Gaya
komando, Gaya Drivers, Gaya Penantang, Gaya Pleasers, Gaya Penampilan,
Gaya Penghindar, Gaya Analitis, dan Gaya Achievers.
B Saran

Sebagai seorang mahasiswa, perlu sekali mempelajari dan memahami


bagaimana penggunaan diksi yang tepat dan cermat. Karena seorang mahasiswa itu
selalu dibebankan dan berkelut dengan karya tulis dalam setiap tugas mata
kuliahnya. Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk
perbaikan maklah kami kedepannya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Arianto Yohanes dan Budi Nugroho., 2018, Kepemimpinan Untuk Mahasiswa


Teori dan Aplikasi, Jakarta: Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.

Dinata, Arda, dkk., 2010, Kepemimpinan dan Komunikasi Dalam Manajemen


Proyek, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang.

Ginting Desmon., 2015, Komunikasi Cerdas (Panduan Komunikasi di Dunia


Kerja), Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Liliweri Alo, 2017, Komunikasi Antarpersonal, Jakarta: Kencana.

Mangunhardjana, 2002, Kepemimpinan, Yogyakarta: Kanisius.

Novianti Evi., 2019, Teori Komunikasi Umum dan Aplikasinya, Yogyakarta: ANDI
(Anggota IKAPI).

Sagala Syaiful., 2018, Pendekatan dan Model Kepemimpinan, Jakarta:


Prenadamedia Group.

Triningtyas, Diana Ariswanti., 2016, Komunikasi Antar Pribadi, Jawa Timur: CV.
Ae Media Grafika.

Wijaya, Candra., 2017, Perilaku Organisasi, Medan: LPPPI.

Wijono Sutarto., 2018, Kepemimpinan Dalam Perspektiff Organisasi, Jakarta:


Prenadamedia Group.

15
LAMPIRAN

16
17
18
19
20

Anda mungkin juga menyukai