Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KEPEMIMPINAN ETIS
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah:
Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi
Dosen :

Dr. H. Dahman Darjat, M.Pd

Disusun oleh :
Dwi Roro Wulan (072116034)
Erick Yohanes Hetharia (072116036)
M. Andika Irmansyah (072116043)

Kelas : AP A.III.2

UNIVERSITAS PAKUAN
PROGRAM PASCA SARJANA
JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN
BOGOR
2017
KATA PENGANTAR

Alhamdulilllah, kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan


hidayahnya, makalah ini dapat kami selesaikan. Salawat dan salam kepada Nabi
Muhammad SAW, pembimbing umat menuju cahaya kebenaran illahi.
Adapun pembuatan makalah ini dimaksudkan untuk diajukan sebagai syarat
dalam diskusi kelompok pada mata kuliah Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi di
Universitas Pakuan Bogor dan atas dasar itulah maka kami mengharapkan semoga
makalah ini bisa digunakan sebagai bahan diskusi kelompok sebagaimana mestinya.
Mengingat isinya sangat penting sebagai bahan pembelajaran agar tercapainya
tujuan dalam menghadapi dan memecahkan masalah, baik masalah individu ataupun
masalah kelompok.
Mudah-mudahan makalah ini besar manfaatnya bagi para pembaca dan
khususnya bagi penulis menjadi amal yang sholeh yang bisa menghantarkan
kesuksesan dalam belajar.

Bogor, Oktober 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 2
C. Tujuan .......................................................................................... 2
D. Manfaat ........................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 4
A. Konsep Umum Kepemimpinan ................................................... 4
B. Konsep Umum Kepemimpinan Etis ............................................ 5
C. Pentingnya Kepemimpinan Etis .................................................. 9
D. Prinsip Kepemimpinan Etis ......................................................... 10
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 14
A. Kesimpulan .................................................................................. 14
B. Saran ............................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemimpin merupakan sosok yang dibutuhkan dalam terbentuknya suatu
organisasi, pemimpin merupakan pusat dari sebuah organasasi. Sebagaimana yang
telah dikemukakan oleh Greetz bahwa pemimpin adalah examply center, pemimpin
memegang peran sentral dalam menentukan arah, corak dan dinamika yang terjadi
dalam suatu organisasi. Sederhananya kita dapat mengibaratkan pemerintahan yang
merupakan institusi netral sebagai gandum, ia berbentuk nyata, tetapi masih netral tidak
berasa, dan pemimpin sebagai koki yang memiliki keluasaan untuk memberikan perasa
tambahan pahit ataupun manis, pemimpin berpeluang untuk berbuat baik atau
sebaliknya.
Pada zaman yang serba materialistis, tolak ukur hanya diukur dari faktor materi
semata selama periode kepemimpinannya. Semangat membangun yang lebih
diorientasikan pada pencapaian target fisik ini akhirnya menumbuhkan sikap mental
yang lebih menghargai dan membanggakan materi, secara kuantitatif, dengan
mengabaikan etika dan moral dalam proses pencapaiannya.
Melihat situasi dan kondisi dewasa ini,maka etika pada zaman sekarang semakin
perlu dipertahankan. Karena tanpa etika maka manusia yang satu dapat dianggap
saingan terhadap sesama manusia lainnya. Saingan dalam arti lawan yang harus
dijatuhkan sebagai akibat timbulnya nafsu keserakahan manusia akan materi. Jika
tidak ada etika lagi yang mengekang dan ditopang oleh hukum, maka pihak yang satu
tidak segan-segan menjatuhkan lawannya segala cara. Berbagai cara ditempuh dan
dihalalkan hanya sekedar untuk dapat mencapai tujuannya. Salah satu respon untuk
menghadapi krisis etika pada zaman sekarang ini adalah kepemimpinan etis.
Pada pengertian yang paling dasar, etika adalah sistem nilai pribadi yang
digunakan memutuskan apa yang benar, atau apa yang paling tepat, dalam suatu situasi
tertentu; memutuskan apa yang konsisten dengan sistem nilai yang ada dalam
organisasi dan diri pribadi.
Kepemimpinan etis menggabungkan antara pengambilan keputusan etik dan
perilaku etik; dan ini tampak dalam konteks individu dan organisasi. Tanggung jawab
utama dari seorang pemimpin adalah membuat keputusan etik dan berperilaku secara
etik, serta mengupayakan agar organisasi memahami dan menerapkannya dalam kode-
kode etik. Pentingnya pembahasan mengenai kepemimpinan etis adalah membantu
untuk memahami tentang nilai-nilai pribadi dan organisasi, dan kemudian
menyarankan bagaimana ini mungkin diperluas ke konteks yang lebih luas dari
masyarakat.
Disinilah setiap para pemimpin harus menjunjung tinggi etika kepemimpinan,
karena para pemimpin menghadapi berbagai dilemma yang mengharuskan mereka
pilih antara serangkaian nilai dan prioritas yang saling bertolak belakang, dan
pemimpin yang baik mampu mengenali dan menghadapinya dengan komitmen untuk
melakukan hal yang benar, bukan hanya hal yang diperlukan. Para pemimpin
menghadapi tantangan kompleks yang tidak memiliki jawaban hitam-putih. Apapun
kasusnya, pemimpin menciptakan teladan moral yang menjadi teladan bagi seluruh
anggota kelompok atau organisasi (masyarakat). Pemimpin harus memiliki
serangkaian etika yang teguh serta prinsip-prinsip tindakan yang benar atau suatu
sistem nilai moral.

B. Rumusan Masalah
Masalah pokok makalah ini terungkap dari pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Apa arti dari kepemimpinan?
2. Apa arti dari kepemimpinan etis (ethical leadership)?
3. Apa pentingnya kepemimpinan etis?
4. Apa Prinsip Kepemimpinan Etis

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Mendapatkan pemahaman mengenai kepemimpinan.
2. Mendapatkan pemahaman mengenai kepemimpinan etis.
3. Mengemukakan pentingnya kepemimpinan etis.
4. Membahas prinsip kepemimpinan etis.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini adalah:
1. Bagi Program Studi Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas
Pakuan dapat mengembangkan pengkajian mengenai kepemimpinan etis.
2. Bagi penyusun dapat melatih penyusun dalam mengkonstruksi pemahaman
mengenai konsep kepemimpinan etis.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Umum dari Kepemimpinan


Kepemimpinan berasal dari kata pemimpin. Menurut Rukmana (2007)
mengungkapkan pemimpin adalah orang yang melakukan atau menjalankan
kepemimpinan atau leadership. Hughes (2012) mengungkapkan kepemimpinan
sebagai proses mempengaruhi sebuah kelompok yang terorganisasi untuk mencapai
tujuan kelompok. Istilah pemimpin dan pimpinan sering kali disamakan arti, dan
sering terjadi kerancuan atau ,mencampuradukkan pengertian pemimpin dan
pimpinan. Istilah pimpinan mencerminkan kedudukan seseorang atau sekelompok
orang pada hierarki tertentu dalam suatu organisasi formal mapupun nonformal.
Kepemimpinan bersifat lebih luas dibandingkan pimpinan. Pemimpin dapat
diaplikasikan dalam kontek organisasi maupun non organisasi, karena seorang
pemimpin dapat berpengaruh tanpa harus diberi kewenangan formal (influence without
authority). Perbedaan lain antara pemimpin dan pimpinan adalah, seorang pemimpin
(leader) akan sangat terkait dengan kepercayaan dari orang lain, sedangkan pimpinan
(manajer) sangat terkait dengan system, pengendalian, prosedur, kebijakan dan
struktur.
Perdedaan lain yang antara pemimpin (leader) dengan pimpinan sebagai berikut:
Tabel 2.1 Perbedaan Manager dan Leader
Pimpinan (manager) Pemimpin (leader)
Focus pada system dan struktur Focus pada manusia atau orang
Focus pada kondisi saat ini Orientasi ke depan
Memanage staf memberi pengarahan pada staf
Memotivasi staf untuk Memotivasi orang lain untuk melakukan
mengoperasikan standar/SOP perubahan
Memanfaatkan kewenangan Mempengaruhi orang lain
Mendelegasikan Memberdayakan
Kurang berani mengambil resiko Berani mengambil resiko
(diadaptasi dari Rukmana, 2007, h. 41)
Syarat utama yang harus dimiliki agar menjadi seorang pemimpin yaitu harus
memiliki kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan
spiritual (SQ).
Sedangkan menurut Sweeney dan McFarlin (dikutip oleh Wibowo, 2011)
kepemimpinan diartikan bahwa kepemimpinan melibatkan seperangkat proses
pengaruh antar orang. Proses tersebut bertujuan memotivasi bawahan, menciptakan
visi masa depan, dan mengembangkan strategi untuk mencapai tujuan.
Selain itu, menurut Hasibuan (dalam Agustina, 2009) kepemimpinan dapat dirumuskan
sebagai berikut :
1. Kepemimpinan menekankan adanya hubungan dua pihak, yaitu pemimpin dan
yang dipimpin atau pengikut.
2. Terjadi pola interaksi di antara pemimpin dengan pengikut.
3. Dalam pola interaksi yang terjadi di antara pemimpin dengan pengikut, pemimpin
mempengaruhi perilaku para pengikut.
4. Proses pemimpin mempengaruhi pengikutnya ini dilakukan agar para pengikut
melakukan tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh
pemimpin atau tujuan yang telah disepakati bersama oleh pemimpin dan
pengikutnya.
5. Tujuan yang ingin dicapai oleh peimpin dan pengikutnya ialah tujuan organisasi.
Keberhasilan seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya sangat
dipengaruhi oleh tipe atau gaya yang digunakan. Tidak ada tipe kepemimpinan yang
paling tepat, sehingga sebaiknya seorang pemimpin memiliki dan memahami berbagai
tipe kepemimpinan. Tipe kepemimpinan tersebut dapat diterapkan sesuai kondisi yang
dihadapi oleh pemimpin yang bersangkutan pada suatu saat.

B. Konsep Umum dari Kepemimpinan Etis (Ethical Leadership)


Etika adalah penyelidikan filosofi mengenai kewajiban-kewajiban manusia, dan
tentang hal-hal yang baik dan buruk jadi penyelidikan tentang bidang moral. Maka
etika juga didefinisikan sebagai filsafat tentang bidang moral. Etika tidak membahas
kondisi atau keadaan manusia melainkan tentang bagaimana manusia itu seharusnya
bertingkah laku. Karena itu pula etika adalah filsafat mengenai praktis manusia yang
harus berbuat menurut aturan dan norma tertentu (Veithzal Rivai, 2007, h. 96).
Kepemimpinan etis (ethical leadership) berasal dari dua suku kata, yaitu
kepemimpinan dan etis. Etis merupakan bentuk kata sifat dari etika .Secara
umum etika diartikan sebagai seperangkat nilai yang dijadikan acuan dalam menilai
kualitas moral. Menurut Catalano (dalam Rukmana, 2007) menyebutkan bahwa etika
sebagai suatu sistem penilaian perilaku serta keyakinan untuk menentukan perbuatan
yang pantas guna menjamin adanya perlindungan hak-hak individu, mencakup cara-
cara dalam pengambilan keputusan untuk membantu membedakan hal-hal yang baik
dan yang buruk serta mengarahkan apa yang sebenarnya dilakukan sesuai nilai-nilai
yang dianut.
Websters Student Dictionary merumuskan pengertian Etika sebagai The
study and philosophy of human conduct, with emphasis on the determination of right
and wrong. The basic principles of right action. A work or treatise on morals (Etika
adalah studi dan filsafat tentang tingkah laku manusia, dengan penekanan pada
determinasi benar dan salah. Prinsip dasar dari tindakan yang benar. Suatu tindakan
atau risalah moral). Pendapat senada juga diungkapkan oleh Gene Blocker dalam
(Rukmana, 2007) etika merupakan cabang filsafat moral yang mencoba mencari
jawaban untuk menentukan serta mempertahankan secara rasional teori yang berlaku
secara umum tentang benar dan salah serta baik dan buruk.
Menurut teoritis kepemimpinan, kepemimpinan etis adalah kepemimpinan yang
mendemonstrasikan perilaku yang secara normative tepat melalui tindakan-tindakan
personal dan hubungan interpersonal, dan promosi perbuatan seperti itu kepada para
pengikut melalui komunikasi dua arah, penguatan, dan pembuatan keputusan
(Wirawan, 2013, h. 102).
Kepemimpinan etis merupakan jenis perilaku kepemimpinan. Sementara
pemimpin yang etis menunjuk pada kualitas pribadi pemimpin itu sendiri. Keduanya
saling terintegrasi. Kepemimpinan etis menunjukkan pemimpin yang etis. Sebaliknya
pemimpin yang etis menunjukkan model kepemimpinan etis. Standar pengukuran atau
evaluasi kepemimpinan etis terdapat dalam diri pemimpin itu sendiri. Yukl (2001, h.
481) menyebutkan contoh standar moral yang digunakan untuk mengevaluasi meliputi
batasan di mana perilaku pemimpin melanggar UU dasar masyarakat, menyangkal
hak orang lain, membahayakan kesehatan dan kehidupan dari orang lain, atau
melibatkan upaya untuk menipu dan mengeksploitasi orang lain demi keuntungan
pribadi.
Pandangan para pakar tentang kepemimpin etis datang dari Burns, Heifets,
Greenleaf dan Bush (dalam Husaini Usman, 2011, h. 374). Intisari pandangan mereka
adalah sebagai berikut:
Burns
Burns tidak memberikan definisi eksplisit tentang kepemimpinan etis. Tetapi ia
meunjukkan pentingnya suatu fungsi kepemimpinan dalam meningkatkan kesadaran
mengenai masalah etis dan membantu orang menyelesaikan nilai-nilai yang berkonflik.
Menurutnya kepemimpinan adalah suatu saling meninggikan tingkat moralitas dan
motivasi di antara para pemimpin dan pengikutnya. Di pihak pemimpin, idealisme dan
nilai moral seperti kebebasan, keadilan, kesetaraan, kedamaian, humanitarisme, harus
terus-menerus ditingkatkan sehingga ketakutan, kerakusan, kecemburuan atau
kebencian perlahan-lahan dapat disingkirkan. Sementara di pihak para pengikut,
mereka dikembangkan dari keadaan dirinya sehari-hari menjadi diri mereka yang lebih
baik.
Heifetz
Heifetz menekankan peran utama pemimpin. Menurutnya pemimpin berperan
untuk membantu orang-orang yang dipimpinnya untuk mampu menghadapi konflik
dan menemukan cara-cara yang produktif untuk menghadapinya. Seorang pemimpin
harus mampu melibatkan pengikutnya dalam menghadapi tantangan, perspektif yang
berubah, dan belajar mengenai cara-cara baru untuk bekerja bersama secara efektif.
Greenleaf
Greenleaf menambahkan unsur baru dalam pengertian tentang kepemimpinan
etis. Menurutnya salah satu esensi dari kepemimpinan etis adalah pelayanan.
Pendapatnya ini dilatarbelakangi oleh konsep kepemimpinan pelayan yang
diusulkannya. Pemimpin pada intinya adalah pelayan yang bertanggungjawab
memberikan pelayanan kepada para pengikutnya. Pemimpin membantu para
pengikutnya agar menjadi lebih sehat, bijaksana dan lebih bersedia untuk menerima
tanggungjawab.
Bush
Konsep senada tentang kepemimpinan etis dikemukakan pula oleh Bush. Ia
menggunakan istilah kepemimpinan moral. Bush berpendapat bahwa kepemimpinan
moral adalah suatu model kepemimpinan yang berfokus pada nilai-nilai, kepercayaan-
kepercayaan dan etika. Kepemimpinan moral berdasarkan rasional normatif, yakni
berdasarkan pertimbangan benar atau salah atas suatu tindakan yang akan atau telah
diambil.
Etika adalah perilaku berstandar normatif berupa nilai-nilai moral, norma-norma,
dan hal-hal yang baik-baik. Etika difungsikan sebagai penuntun dalam bersikap dan
bertindak menjalankan kehidupan menuju ke tingkat keadaan yang lebih baik.
Kepemimpinan beretika akan membuat suasana hubungan kerja dalam organisasi lebih
nyaman dan terhindar dari konflik vertikal maupun konflik horisontal. Sebab, pelaku-
pelaku organisasi menyadari keberadaan pedoman dan penuntun berupa prinsip-prinsip
etika yang membatasi gerak bersikap dan bertindak. Adapun etika dalam
kepemimpinan yakni :
Menjaga perasaan orang lain,
Memecahan masalah dengan rendah hati,
Menghindari pemaksaan kehendak tetapi menghargai pendapat orang lain,
Mengutamakan proses dialogis dalam memecahkan masalah,
Menanggapi suatu masalah dengan cepat, dan sesuai dengan keahlian
(competence),
Menyadari kesalahan dan berusaha untuk memperbaiki (improving value),
Mengedepankan sikap jujur, disiplin, dan dapat dipercaya.
Berdasarkan pengertian tersebut maka kepemimpinan etis dapat berarti
kemampuan dan kesiapan seseorang untuk mempengaruhi dan menuntun seorang atau
sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama dengan menekankan pentingnya
nilai-nilai moral. Kepemimpinan etis merupakan jenis perilaku kepemimpinan.
Sementara pemimpin yang etis menunjuk pada kualitas pribadi pemimpin itu sendiri.
Keduanya saling terintegrasi. Kepemimpinan yang etis dipengaruhi nilai-nilai
(values), sehingga diperlukan penguasaan kemampuan personal atau (personal quality,
personality ethics), dan memiliki karakter yang baik (character ethics) dan memiliki
kemampuan sosial. Standar pengukuran atau evaluasi kepemimpinan etis terdapat
dalam diri pemimpin itu sendiri.

C. Pentingnya Kepemimpinan Etis


Kepemimpinan yang berlandaskan etika sangat dibutuhkan dalam pemimpin
suatu kelompok atau organisasi. Kepemimpinan etis mampu menciptakan perwujudan
tujuan yang dirancang bersama tanpa mendahulukan kepentingan individu. Dengan
kepemimpinan etis seorang pemimpin mampu menentukan keputusan yang benar dan
salah bagi kelompoknya sesuai dengan tatanan norma dan nilai yang dianut.
Kepemimpinan yang etis dapat menjadikan landasan bagi pemimpin untuk memainkan
peranannya dalam melaksanakan amanah yang diembannya, menjadikannya lebih
bertanggung jawab, adil dan tidak memanfaatkan wewenang untuk kepentingan
sendiri. Kepemimpinan etis dapat menciptakan kepercayaan yang tinggi pada diri
anggota kepada pimpinannya. Kepemimpinan etis tidaklah datang dengan sendirinya,
namun perlu diupayakan oleh pemimpin dalam setiap peranan yang dijalaninya.
Berikut merupakan cara yang dapat dilakukan oleh seorang pemimpin untuk
menciptakan kepemimpinan etis (Hughes, 2012)
1. Kebijakan dan prosedur formal yang beretika. Usaha ini termasuk membuat
pernyataan formal mengenai standard dan kebijakan etis, bagaimana menyusun
mekanisme pelaporan, prosedur serta hukuman bagi setiap pelanggaran etika.
2. Ideology inti. Ideologi inti merupakan jantung bagi setiap organisasi atau
kelompok. Ideologi inti yang dapat dikembangkan agar terciptanya kepemimpinan
etis mencakup rasa saling menghormati dan menghargai rekan kerja, merangkul
perbedaan, mengembangkan kepuasan bersama, berkontribusi positif terhadap
komunikasi di lingkungannya, serta menjaga keharmonisan bersama.
3. Integritas. Pemimpin harus mampu menunjukkan integritas pribadi yang mampu
menggambarkan individu berperilaku dan bermoral.
4. Penguatan struktural. Membentuk struktur dan system yang dapat mendorong
kinerja etis. Mendorong terbentuknya perilaku jujur, adil, santun dan berperilaku
positif.
Selain upaya yang harus terus dilakukan oleh seorang pemimpin, ada beberapa
elemen penting yang perlu dikembangkan agar terwujudnya kepemimpinan etis.
Elemen tersebut sebagai berikut:
1. Pengetahuan tentang kepemimpinan dan etika untuk menyediakan kerangkan
konseptual demi memahami praktek kepemimpinan etis.
2. Kesempatan mempraktekan peran kepemimpinan yang membutuhkan tindakan
bersama.
3. Kesempatan mempelajari, mengamati, berinteraksi dengan para pemimpin di
organisasi lain, terutama yang telah menunjukkan keberanian moral.
4. Penilaian atas kinerja kepemimpinan.
5. Umpan balik dari bawahan sehingga pemimpin dapat merenungi umpan balik
tersebut.
6. Penguatan etika pribadi dan nilai-nilai inti pada diri pemimpin.

D. Prinsip Kepemimpinan Etis


Setiap pemimpin harus memiliki etika yang baik, yang tercermin dalam tutur
kata, sikap, perilaku, dan tindakannya yang mana selalu konsisten dengan aturan-aturan
yang berlaku serta sesuai dengan norma dan agama. Selain hal tersebut pemimpin juga
hendaknya memiliki prinsip yang diyakini dalam mewujudkan kepemimpinan etis.
Prinsip dalam mewujudkan kepemimpinan etis sebagai berikut:
1. Pemimpin sebagai pelayan
Esensi pemimpin sebagai pelayan adalah tugas pemimpin untuk dapat melayani
orang lain yakni pelayanan kepada masyarakat, pelanggan, dan karyawannya sendiri.
Hal ini sejalan dengan statemen alam alinea keempat penjelasan pembukaan UUD
1945 yang menyatakan bahwa pemerintah dibentuk untuk melayani rakyat di bidang
keamanan (melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia), dibidang sosial-ekonomi (memajukan kesejahteraan umum), sosial-budaya
( mencerdaskan kehidupan bangsa), hubungan dengan Negara lain ( ikut melaksanakan
ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial).
Pemimpin harus lebih berpihak pada pelayanan public bukan pada pelayanan
perseorangan. Pemimpin harus mampu membaca aspirasi masyarakat dan harus rela
dikontrol oleh masyarakat.
2. Pemimpin harus professional
Profesionalitas merupakan persyaratan yang tidak bisa ditawar-tawar. David H
Maister (Rukmana, 2007, h. 65) menegaskan bahwa profesionalisme bukan hanya
sekedar pengetahuan teknologi dan manajemen, tetapi profesionalisme lebih
merupakan suatu sikap. Lebih jauh Tilaar (Rukmana, 2007, h. 65) mengungkapkan
karakteristis dari seorang professional yaitu dia merasa bangga dengan pekerjaannya,
dan menunjukkan komitmen personal terhadap kualitas. Dia mempunyai tanggung
jawab yang besar, dapat mengantisipasi sehingga dia sangat berinisiatif. Dia ingin
menyelesaikan pekerjaannya dengan tuntas dan ikut terlibat dalam berbagai tugas di
peranan yang ditugaskan kepadanya. Dia ingin terus belajar untuk meningkatkan
kemampuannya dan memingkatkan kemampuan untuk melayani. Dia itu mendengar
kepada kebutuhan para pelanggannya serta dia adalah pemain dalam suatu tim. Dia
dapat dipercaya, jujur, terus terang, dan loyal. Selanjutnya dia terbuka terhadap kritik
yang konstruktif dan mau meningkatkan dan menyempurnakan dirinya.
Uraian tersebut menggambarkan bahwa profesionalisme mutlak dimiliki oleh
seorang pemimpin. Tanpa profesionalisme tidak akan tercipta sebuah kepemimpinan
yang etis.
3. Menegakkan keadilan dalam kepemimpinan
Menegakkan keadilan berarti upaya menempatkan segala sesuatu tepat pada
tempatnya secara proporsional, memberikan sesuatu tepat kepada orang yang berhak
menerimanya. Seorang pemimpin harus dapat memberikan reward dan
punishment secara proporsional sehingga mampu memotivasi orang untuk bekerja
dengan baik. Keadilan merupakan syarat yang harus dimiliki seorang pemimpin.
Seorang pemimpin juga tidak boleh mudah terproporkasi atau terpengaruh sehingga
mengambil tindakan yang tidak benar.
4. Pemimpin harus pemaaf
Seorang pemimpin harus dapat menciptakan suasana di bawah kepemimpinannya
yang akrab, bisa saling memaafkan antara satu staf dengan staf yang lainnya, maupun
staf dengan pemimpinnya.
5. Siap mundur dan siap menerima koreksi
Seorang pemimpin harus memiliki kesiapan untuk mundur dari jabatannya jika
merasa tidak mampu memegang jabatan yang diamanahkan kepadanya. Seorang
pemimpin harus dapat menerima setiap saran dan koreksi yang diberikan oleh
bawahannya dengan hati lapang.
6. Pemimpin mampu memotivasi dan membimbing
Seorang pemimpin harus mampu membimbing dan mengingatkan anggota yang
dipimpinnya agar bersatu untuk mewujudkan tujuan dan cita-cita yang telah
dirumuskan bersama.
7. Memiliki disiplin dan loyalitas yang tinggi
Kedisiplinan merupakan kunci sukses dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
Pemimpin harus memiliki kedisiplinan tinggi dalam menjalankan peranan dan amanah
yang diembannya. Selain itu pemimpin harus memiliki loyalitas tinggi terhadap segala
kepentingan kelompok atau organisasi yang dipimpinnya.
Etika adalah sebuah cabang filsafat mngenai nilai dan norma moral yang
menentukan perilaku manusia dalam hidunya (Awatara, 2011). Etika dalam
kepemimpinan dikaitkan dengan bagaimana cara pemimpin dapat memimpin
pengikutnya dengan tetap mengindahkan kaidah, nilai, dan norma yang berlaku di
masyarakat. Di dalam hal ini, etika akan menjadi salah satu faktor kunci keberhasilan
dalam suatu organisasi. Kepemimpinan seorang manajer dapat dikatakan baik jika
manajer tersebut dapat menjalankan etika. Etika kepemimpinan dapat terwujud jika:
1. Pemimpin memiliki sifat jujur kepada pengikutnya.
2. Pemimpin dapat dipercaya oleh para pengikutnya sehingga pengikutnya akan
merasa aman didekat si pemimpin.
3. Memiliki hubungan yang positif kepada pengikutnya.
4. Dapat menerima saran dan kritik yang diberikan oleh pengikutnya.
5. Dapat menilai dan memahami kinerja para pengikutnya.
6. Dapat bertanggung jawab terhadap semua tugas yang dibebankan dengan cara
menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
7. Memiliki sifat adil, kritis, rendah hati, dan hormat kepada diri sendiri dan orang
lain.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kepemimpinan etis adalah kepemimpinan yang menekankan pada penghayatan
nilai-nilai moral. Kepemimpinan etis adalah perwujudan nilai-nilai, kepercayaan-
kepercayaan dan moral oleh pemimpin itu sendiri. Kepemimpinan etis menuntun,
mengarahkan dan mengamalkan nilai-nilai moral bersama orang-orang yang dipimpin.
Untuk itu dibutuhkan integritas pribadi yang kokoh dan karakter yang kuat dari seorang
pemimpin, agar dapat menjadi teladan, sehingga darinya orang dipengaruhi dan
didorong untuk menginternalisasi dan mewujudkan karakter pribadi yang tidak mudah
diombang-ambingkan oleh situasi dan mampu untuk mengambil keputusan sendiri atas
hidup yang dijalaninya.

B. Saran
Di tengah-tengah maraknya krisis kepercayaan terhadap kredibilitas dan
keteladanan pemimpin di kalangan masyarakat, kebijakan Pendidikan Karakter
diangkat sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya moralitas
hidup suatu bangsa. Kepemimpinan etis menantang pemimpin itu sendiri untuk
memberi contoh yang benar kepada masyarakat yang dipimpinnya. Banyak orang bisa
berbicara tentang pentingnya nilai-nilai moral, pentingnya karakter dan sebagainya,
tetapi sedikit yang mampu melaksanakannya. Untuk itu karakter pemimpin perlu
dibina, dibentuk agar dapat mempengaruhi, mengarahkan dan menuntun masyarakat
ke arah yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Awatara, I. G. 2011. Peran Etika Lingkungan dalam Memoderasi Pengaruh


Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Berwawasan Lingkungan terhadap
Kinerja Karyawan Berwawasan Lingkungan. Jurnal Ekosains.

Hughes, Ginnett. 2012. Leadership, Memperkaya Pelajaran dari Pengalaman. Jakarta:


Salemba Humanika.

Husaini Usman. 2011. Manajemen Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, edisi 3.Jakarta:
Bumi Aksara.

Purnama, N. 2005. Kepemimpinan Organisasi Masa Depan Konsep dan Strategi Keefektifan.
Edisi Khusus JSB On Human Resources ,

Robbins, S. P. 2006. Perilaku Organisasi. Jakarta: salemba empat.

Rukmana, Nana. 2007. Etika Kepemimpinan Perspektif Agama dan Moral. Bandung: Alfabeta

Veithzal Rivai. 2007. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Wibowo, U. B. (2011). Retrieved from http://staff.uny.ac.id:


http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/C%202011-
13%20Teori%20Kepemimpinan.pdf

Wirawan. 2013. Kepemimpinan: Teori, Psikologi, Perilaku Organisasi, Aplikasi dan Penelitian.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Yukl, Gary. 2001. Kepemimpinan Dalam Organisasi, edisi kelima,. Jakarta: Indeks.

Anda mungkin juga menyukai