Menurut Leo Agustino (2008: 144-147) menjelaskan bahwa model Implementasi kebijakan
publik yang ditawarkan oleh Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier disebut dengan A Framework for policy
implementation analisys. Kedua ahli ini berpendapat bahwa peran penting dari implementasi kebijakan
publik adalah kemampuannya dalam mengidentifikasikan variabel-variabel yang mempengaruhi
tercapainya tujuan-tujuan formal pada keseluruhan proses implementasi.
Duet Mazmanian dan Sabatier mengkalsifikasikan proses implementasi kebijakan dalam tiga
variabel. Pertama, variabel independen, yaitu mudah tidaknya masalah dikendalikan yang berkenaan denga
indikator masalah teori dan teknis pelaksanaan, keragaman objek, dan perubahan seperti apa yang
dikehendaki.
1
Kedua, variabel intervening, yaitu variabel kemampuan kebijakan untuk menstrukturkan
proses implementasi dengan indikator kejelasan dan konsistensi tujuan, dipergunakannya teori
kausal, ketepatan alokasi anggaran, aturan pelaksana dari lembaga pelaksana, perekrutan pejabat
pelaksana, dan keterbukaan kepada pihak luar, dan variabel di luar kebijakan yang mempengaruhi proses
implementasi yang berkenaan dengan indikator kondisi sosial ekonomi dan teknologi, dukungan publik, sikap
dan resources dari konstituen, dukungan pejabat yang lebih tinggi, serta komitmen dan kualitas
kepemimpinan dari pejabat pelaksana.
Ketiga, variabel Independen, yaitu tahapan dalam proses implementasi dengan lima
tahapan, yaitu pemahaman dari lembaga/badan pelaksana dalam bentuk disusunnya kebijakan pelaksanaan,
kepatuhan objek, hasil nyata, penerimaan atau hasil nyata tersebut dan akhirnya mengarah pada revisi atas
kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan tersebut atau keseluruhan kebijakan yang bersifat
mendasar.
Berikut ini adalah penjabaran variabel-variabel yang dimaksud dapat diklasifikasikan dalam
tiga kategori besar, yaitu :
a. Kesukaran-kesukaran teknis
Tercapai atau tidaknya tujuan suatu kebijakan akan tergantung pada jumlah persyaratan
teknis. Termasuk diantaranya, pemahaman mengenai prinsip-prinsip hubungan kausal yang
mempengaruhi masalah, disamping itu tingkat keberhasilan suatu kebijakan dipengaruhi juga
oleh tersedianya atau telah dikembangkannya teknik-teknik tertentu.
2
c. Persentase totalitas penduduk yang tercakup dalam kelompok sasaran
Semakin kecil dan semakin jelas kelompok sasaran yang perilakunya akan diubah (melalui
implementasi kebijakan), maka semakin besar peluang untuk memobilisasikan dukungan politik
terhadap sebuah kebijakan dan dengannya akan lebih terbuka peluang bagi pencapaian tujuan kebijakan.
3
d. Keterpaduan hirarki di dalam lingkungan dan diantara lemabaga-lembaga atau instansi-
instansi pelaksana
Salah satu ciri penting yang perlu dimiliki oleh setiap peraturan perundangan yang baik ialah
kemampuannya untuk memadukan hirarki badan-badan pelaksana. Ketika kemampuan
untuk menyatu padukan dinas, badan dan lembaga pelaksananya, maka koordinasi antar
instansi akan mempermudah jalannya implementasi kebijakan.
5
untuk bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya tak langsung berupa daya listrik, air, jasa
telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak,
asuransi, dan lain-lain. Namun demikian, ada beberapa jenis pembiayaan investasi dan personalia yang
diperbolehkan dibiayai dengan dana BOS.
Secara khusus program BOS bertujuan untuk:
1. Membebaskan pungutan bagi seluruh siswa SD/SDLB negeri dan SMP/SMPLB negeri
terhadap biaya operasi sekolah, kecuali pada rintisan sekolah bertaraf internasional
(RSBI) dan sekolah bertaraf internasional (SBI). Sumbangan/pungutan bagi sekolah
RSBI dan SBI harus tetap mempertimbangkan fungsi pendidikan sebagai kegiatan nirlaba,
sehingga sumbangan/pungutan tidak boleh berlebih;
2. Membebaskan pungutan seluruh siswa miskin dari seluruh pungutan dalam bentuk apapun,
baik di sekolah negeri;
3. Meringankan beban biaya operasi sekolah bagi siswa di sekolah swasta.
Dalam implementasi kebijakan program dana BOS dengan mengacu pada model implementasi dari
Mazmanian dan Paul Sabatier berikut, dari hasil analisis kami akan diuraikan poin-poin
implementasi dari kebijakan dana BOS di Indonesia yang telah dilaksanakan :
6
c. Presentase kelompok sasaran dibanding jumlah populasi
Dengan melihat jumlah peserta didik untuk tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama
dari keseluruhan jumlah penduduk di Indonesia, maka mengacu pada Angka Partisipasi Kasar (APK)
SD dan SMP, untuk data pada tahun 2005 APK SD telah mencapai 115%, sedangkan SMP pada
tahun 2009 telah mencapai 98,11%, disimpulkan bahwa jumlah peserta didik sebagai target group dalam
implementasi kebijakan program pemberian dana BOS dapat terpenuhi.
7
honorarium dan tenaga pendidikan honorarium, pengembangan profesi guru, membantu siswa
miskin, pembiayaan pengelolaan dana BOS, pembelian alat komputer dan pembiayaan lain dalam
rangka kegiatan pendidikan di sekolah.
8
a. Gubernur
b. Wakil Gubernur.
Dan untuk tingkat Kabupaten/Kota yakni :
a. Bupati/Walikota;
b. Wakil Bupati/Walikota
Selain itu Dinas pendidikan dan sekolah sebagai lembaga langsung dalam pelaksanaan dana BOS.
9
g. Melakukan pembinaan terhadap sekolah dalam pengelolaan danpelaporan dana BOS;
h. Merencanakan dan melaksanakan monitoring dan evaluasi;
i. Mengusulkan revisi SK alokasi dana BOS tiap sekolah melalui TimManajemen
BOS Tingkat Provinsi kepada Tim Manajemen BOS Pusatapabila terjadi
kesalahan/ketidaktepatan/perubahan data;
j. Mengumpulkan dan merekapitulasi laporan realisasi penggunaan danaBOS dari
sekolah, selanjutnya melaporkan kepada Kepala SKPD PendidikanProvinsi paling lambat
tanggal 10 Januari tahun berikutnya (Formulir BOSK7);
k. Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat (FormulirBOS-06A dan
Formulir BOS-06B).
10
Variabel di luar kebijakan yang mempengaruhi proses implementasi
a. Kondisi Sosio ekonomi dan Teknologi Pada Program Dana BOS
Tentunya implementasi kebijakan dana BOS untuk tiap daerah sudah pasti
berbeda untuk tahap realisasinya. Ditinjau dari faktor sosial bahwa tingkat keberagaman
masyarakat dalam suatu wilayah sangat menentukan, ketika kebijakan program dana
BOS dilaksanakan untuk daerah yang berada pada wilayah perkotaan kebijakan ini akan segera
terealisasi dengan baik dikarenakan tingkat pemahaman masyarakat akan pentingnya
kebijakan ini dapat segera dipahami, sebaliknya untuk wilayah terpencil kebijakan ini
memerlukan sosialisasi yang baik agar masyarakat dapat memahami betuk maksud dan tujuan dari
dana BOS itu sendiri. Yang terjadi ialah beberapa wilayah yang melaksanakan program
dana BOS ini kurang mensosialisasikan dengan baik akan kebijakan program ini.
Begitupun dengan faktor ekonomi di mana masyarakat yang berada wilayah terpencil
yang akan menyekolahkan anaknya akan sangat terbantu sehingga kebijakan BOS akan
sangat diterima dan dapat direalisasikan. Dan yang terakhir faktor tekhnologi, yang
dimaksudkan di sini ialah bagaimana ketersediaan system tekhnologi yang baik
khususnya untuk sekolah-sekolah akan sangat menentukan realisasi dari kebijakan ini.
c. Sikap dan sumber-sumber yang dimiliki kelompok masyarakat pada program dana BOS
kebijakan dana BOS sangat membantu warga masyarakat dalam meningkatkan
kesejahtraan hidupnya. Yang menjadi catatan kemudian ialah bahwa kebijakan yang telah
dilaksanakan selama 12 tahun masih memiliki beberapa kelemahan khususnya dalam pemanfaatan
penggunaan dana BOS itu sendiri, belum lagi masalah-masalah dalam penyimpangan
dana BOS dan kurang cepatnya pencairan dana BOS sehingga berdampak pada
keberlangsungan operasional sekolah-sekolah. Selain itu masih ditemukannya pembayaran
ataupun pungutan-pungutan dibeberapa sekolah menjadi bukti bahwa implementasi kebijakan
dana BOS masih belum maksimal.
11
d. Kesepakatan dan kemampuan kepemimpinan para pejabat pelaksana program dana BOS
Di luar dari tanggung jawab para aparat dan lembaga pelaksana yang melaksanakan
program dana BOS ini, tentunya di luar itu para pejabat-pejabat ataupun instansi memiliki
peran penting dalam upaya mendukung program dana BOS ini, seperti dalam hal koordinasi ketika
kebijakan ini megalami masalah dalam pelaksanannya.
Kesimpulan:
Implementasi program dana BOS sudah berjalan selama 12 tahun sejak digulirkan pada tahun
2005. BOS sendiri adalah program pemerintah yang bertujuan untuk membebaskan para siswa dan
siswi seluruh Indonesia untuk tingkat sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) dari biaya
pendidikan. Dari data yang dikeluarkan oleh kementrian pendidikan Nasional bahwa sejak dana BOS
dikucurkanpada tahun 2005, APK SD telah mencapai 115%, sedangkan SMP pada tahun 2009 telah
mencapai 98,11%, disimpulkan bahwa jumlah peserta didik sebagai target group dalam
implementasi kebijakan program pemberian dana BOS dapat terpenuhi.
Ditinjau dari teori implementasi yang dikembangkan oleh Mazmanian dan Sabatier, kami
menyimpulkan bahwa untuk implementasi kebijakan BOS di Indonesia masih belum terealisasikan secara
maksimal, dengan melihat beberapa permasalahan dalam implementasi pemberian BOS itu
sendiri, seperti masalah keterlambatan pencairan dana BOS, penyimpangan dana BOS oleh oknum yang
tidak bertanggung jawab, hingga pemanfaatan dana BOS yang tidak sesuai dengan apa yang ada
dalam buku petunjuk teknis BOS.
Peran pemerintah dalam pengawasan penyaluran dana BOS menjadi hal penting dalam realisasi
kebijakan BOS ini, hal ini untuk meminimalisir terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam anggaran
BOS, selain itu tim pengawas yang akan memonitor, ataupun yang akan mengawasi adalah yang memiliki
tingkat profesionalisme dan independensi yang tinggi sehingga proses transparansi dapat diterima oleh
masyarakat. Upaya sosialisasi maupun bimbingan teknis kepada para aktor atau aparat yang
berperan dalam proses penyaluran dana BOS harus ditingkatkan dikarenakan masalah-masalah yang timbul
dalam penggunaan dana BOS akibat kurang pahamnya para implementator dalam merealisasikan poin-poin
program dalam BOS secara baik. Pada akhirnya dana BOS ditinjau dari segi benefit sangat
membantu masyarakat khususnya bagi mereka yang akan menyekolahkan anaknya dengan
keterbatasan ekonomi, olehnya itu hendaknya kebijakan ini dapat terus berlanjut dan anggarannya dapat
terus ditambah.
12