Anda di halaman 1dari 6

MODEL INKREMENTAL DALAM KEBIJAKAN PUBLIK

Model inkremental pada hakikatnya memandang kebijakan publik sebagai


kelanjutan dari kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh pemerintah di masa
lampau, dengan hanya melakukan perubahan-perubahan seperlunya. Model
inkremental ini untuk pertama kalinya dikembangkan oleh ekonom, Charles E.
Lindblom, sebagai kritik terhadap model rasional komprehensif dalam pembuatan
kebijakan publik. Pendukung model ini menyatakan bahwa perubahan tambahan
lebih cepat dari perubahan komprehensif bahwa potensi konflik jauh lebih rendah
dibandingkan dengan perubahan radikal dan inkremental adaptasi kontribusi pada
redefinisi kebijakan secara terus menerus. Model ini pada hakikatnya memandang
kebijakan publik sebagai kelanjutan dari kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan
oleh pemerintah dimasa lampau, dengan melakukan perubahan-perubahan
seperlunya.

Uraian mengenai model ini, dicetuskan oleh Charles E. Lindblom dalam


bukunya yang berjudul “The Science of Muddling Through” dikutip dari
(Islamy,1988:4.17) menjelaskan mengenai proses pembuatan keputusan dengan
model yang disebut “disjointed incrementalism” atau disebut dengan model
inkremental. Inkremental sendiri berarti kebijakan yang mengalami perubahan
sedikit-sedikit.Model ini memandang kebijakan publik sebagai suatu kelanjutan
kegiatan-kegiatan pemerintah dimasa lalu dengan hanya menambah atau
merubahnya (modifikasi) sedikit-sedikit.

Menurut penulis model inkremental merupakan analisis sederhana ketika


melihat masalah yang hadir cukup diteliti dipermukaan masalah, lihat kebijakan
yang telah ada berikan sedikit perubahan untuk penyesuaian, maka jadilah sebuah
kebijakan. Hal yang paling mendasar dari model inkramental adalah dari adanya
keterbatasan-keterbatasan yang ada dalam pembuat keputusan, maka model
inkremental hanya memusatkan perhatiannya pada modifikasi atas kebijakan yang
ada sebelumnya.Model pembuatan kebijakan inkremental adalah yang paling
cocok untuk masyarakat yang majemuk (pluralistic society) seperti Amerika
Serikat.

Menurut pandangan kaum inkrementalis, para pembuat keputusan dalam


menunaikan tugasnya berada di bawah keadaan yang tidak pasti yang
berhubungan dengan konsekuensi-konsekuensi dari tindakan mereka di masa
depan, maka keputusan-keputusan inkremental dapat mengurangi risiko atau biaya
ketidakpastian itu. Inkrementalisme juga mempunyai sifat realistis karena didasari
kenyataan bahwa para pembuat keputusan kurang waktu, kecakapan, dan sumber-
sumber lain yang dibutuhkan untuk melakukan analisis yang menyeluruh terhadap
semua penyelesaian alternatif masalah-masalah yang ada. Disamping itu, pada
hakikatnya orang ingin bertindak secara pragmatis, tidak selalu mencari cara
hingga yang paling baik dalam menanggulangi suatu masalah. Singkatnya,
inkrementalisme menghasilkan keputusan-keputusan yang terbatas, dapat
dilakukan dan diterima.

Menurut Lindblom, di satu sisi, model inkremental bisa dianggap sebagai


sebuah model deskriptif dalam pengeritan bahwa kebijakan yang dibuat melalui
apa yang disebut sebuah proses “pemecahan” (a “muddling through”). Di lain sisi,
model ini juga dipandang sebagai sebuah pendekatan yang secara mendasar
konservatif terhadap policy innovation. Sekalipun model ini merupakan
pembenaran yang canggih terhadap kebijakan dan proses pembuatan kebijakan
yang mendasarkan pada “muddling through”, yakni perubahan inkremental
namun sulit untuk membenarkan menurut asumsi bahwa keputusan-keputusan
kebijakan masa lalu adalah selalu benar, khususnya pada saat terjadi perubahan-
perubahan yang sangat cepat, dan masalah atau persoalan yang sedang
didiskusikan tidak mempunyai preseden.

Kelemahan model incremental adalah hanya dapat diambil ketika masalah


yang dihadapi pembuat kebijakan public merupakan masalah rutin dan tidak dapat
dilaksanakan untuk mengatasi masalah krisis (suwirtini,2009:40)
Contoh kasusdari model incremental : kebijakan penyakit sifilis turunan
Bali, pengambilan keputusan incremental akan menjauhkan gagasan kebijakan
keras yang mencobamenghapus keadaan.Sebaliknya, para pengambil keputusan
mungkin pertama‐tama melanjutkan dengan memberi dukungan pemeriksaan
sifilissebelum melahirkan pada pemeriksaan HIV/AIDS rutin yang
diberikansebelummelahirkan. Jika intervensi ini diterima secara luas oleh aktivis
HIV/AIDS, tenaga kesehatan dan wanita‐wanita yang mendatangi klinik‐klinik
sebelum melahirkan;para pengambil keputusankemudian mungkin mengambil
langkah tambahan laindengan melanjutkan kebijakan yangmengalokasikan
beberapa sumber dayatambahan untuk meningkatkan angka ibu‐ibu hamil
yangmendatangi klinik‐kliniksebelum melahirkan. Jika aktivis HIV/AIDS
mencegah usaha untuk membajakpelayanan ‘mereka’, atau tenaga‐tenaga
kesehatan tidak akan menerimatambahan beban kerja,para pengambil keputusan
akan memeriksa kembalikemungkinan untuk mengambil langkahtambahan lain,
seperti memperpanjangprogram khusus pemeriksaan sifilis.
Aktor – Aktor yang Relevan dan Peranannya :

PERAN
NO AKTOR
PERUMUSAN IMPLEMENTASI EVALUASI
1. Walikota Mengajukan Melakukan Efektifitas terhadap
perancangan pembahasan terhadap pemberlakuan peraturan
peraturan daerah perancangan peraturan daerah (bagaimana
tentang penataan daerah yang diajukan penegakkan PERDA
PKL secara bersama sama tersebut, ditaati atau
untuk mendapatkan tidak)
pembahasan dengan
DPRD
2. DPRD Menurut UU No.23 DPRD dengan Walikota senantiasa
tahun 2014 dapat kewenangan yang melakukan penilaian
mengajukan hak dimiliki memiliki peran terhadap monitoring
inisiatif rancangan fungsi legislasi, jadi mengenai apakah
peraturan daerah membuat peraturan PERDA yang dibuat itu
dimana rancangan perundang- undangan efektif sesuai dengan
ini diajukan umtuk pada produk hukum tujuan hokum yaitu
melakukan didaerah sehingga didasarkan atas filosofi
pembahasan agar berkewajiban, DPRD keadilan dan manfaat
menjadi PERDA juga menyampaikan bilamana PERDA kita
bersama walikota gagasan selama pihak tidak sesuai dengan
dan jajaran eksekutif tidak tujuannya tentu
eksekutifnya mengacuhkan dilakukan evaluasi
perancangan PERDA apakah dilakukan
dalam kerangka: pencabutan atau
perubahan
1.Peningkatan
kesejahteraan
masyarakat, 2. Sebagai
putusan poitik hokum
dalam rangka untuk
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat
3. Satpol PP Menertibkan apabila Meninjau kembali
masih ada PKL yang tempat – tempat yang
berjualan diluar lokasi ditempati oleh PKL,
perdagangan atau apakah masih ada PKL
melanggar peraturan yang melanggar atau
yang telah dibuat tidak. Apabila ada, maka
akan dilaporkan dan
ditinjak lanjuti
4. Masyarakat Berkewajiban Dalam rangka Tentu apakah dengan
Pedagang (PKL) membentuk pelaksanaannya adanya PERDA itu tidak
semacam wadah senantiasa apakah yang terjadi konflik diantara
kelembagaan dalam diatur dalam ADART para PKL dan para
rangka atau ketentuan pedagang. Jika terjadi
mengakomodir kesepakatan dan konflik perlu dirumuskan
daripada harapan, PERDA senantiasa lagi
kemauan dan untuk ikut dan patuh
kepentingan para terhadap kesepakatan
anggota PKL. yang telah dibuat
Perumusannya
melalui
pembentukan
ADART yang
mengatur terhadap
hak dan kewajiban
masyarakat daripada
PKL itu sendiri

Anda mungkin juga menyukai