Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) jika telah ditetapkan, maka
langkah berikutnya yaitu implementasi JKN itu sendiri. Analisis Implementasi Kebijakan Model Mazmania dan Sabatier, terdapat 4 variabel yang memepengaruhi tercapainya tujuan dari keseluruhan proses implementasi kebijakan menurut (Wahab, 2008), (Mulyono, 2009): 1. Mudah tidaknya masalah dikendalikan Implementasi program pemerintah terkadang terdapat sejumlah masalah- masalah sosial sehingga terkadang menjadi kendala dalam implementasi suatu program. Hal hal ynag dapat mempengaruhi program tersebut antara lain: a. Kesukaran-kesukaran teknis Terlaksana atau tidak suatu kebijakan sangat tergantung kepada sejumlah persyaratan teknis, diantaranya masalah biaya. Setiapprogram jelas akan menyangkut masalah biaya yang biasanya akan dikumpulkan dari wajib pajak. Biaya yang digunakan tidak sebanding dengan tindaka-tindakan perbaikan terhadap masalah yang dihadapi. b. Keragaman perilaku yang akan diatur Semakin beragam perilaku yang diatur atau semain beragam pelayanan yang diberikan, semakin sulit pula langkah yang ditempuh untuk membuat peraturan yang tegas dan jelas. Dengan demikian, terdapat kemungkinan perbedaan pendapat terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam membuat keputusan kebijakan. c. Tingkat dan ruang lingkup perubahan perilaku yang dikehendaki. Semakin besar perubahan perilaku yang dikehendaki, semakin sulit memperoleh impelementasi yang berhasil.
2. Kemampuan kebijakan menstrukturkan proses kebijakan
Suatu kebijakan diharapkan dapat menstrukturkan proses implementasi dengan menjelaskan tujuan-tujun formal yang akan dicapai dengan cara menseleksi lembaga-lembaga yang tepat untuk dapat mengimplementasikannya dengan memberikan dukungan dan kewenangan sumber financial pada lembaga tesebut. Para pembuat kebijakan dapat memainkan peran dalam rangka pencapaian tujuan kebijakan dengan cara: a. Kecermatan dan kejelasan penjenjangan tujuan-tujuan resmi yang akan dicapai. Suatu peraturan yang mampumemberikan petunjuk-petunjuk yang cermat dan disusun menurut urutan kepentingannya bagi para pejabat pelaksana maka semakin bsar pila kemungkinan bahwa output kebijakan dari badan badan pelaksana. b. Keterandalan teori kausalitas yang digunakan Suatu analisis kebijakan sangant erat kaitannya dengan teori meneyeluruh mengenai bagaimana cara mencapai perubahan- perubahan yang dikehendaki. Hubungan yang baik suatu teori kausal mensyaratkan bahwa hubungan-hubungan timbal balik antara campur tangan pemerintah disatu pihak dan tercapainya tujuan tujuan program dapat dipahami dengan jelas. c. Ketepatan alokasi sumber-sumber dana. Faktor penentu daam program pelayanan yaitu sumber dana. Dalam suatu program dana diperlukan untuk memebrikan gaji atau menyewa tenaga untuk membuat peraturan tersebut.secara umum tersedianya sumber daan sangat diperlukan agar dapat memebrikan peluang untuk mencapai tujuan tujuan fomal. d. Keterpaduan hierarki didalam llingkungan dan diantara lembaga- lembaga/instansi pelaksana. banyak ahli menyatakan bahwa kesukaran-kesukaran dalam mewujudkan tindakan yang terkoordinasi dilingkungan badan/instansi tertentu dan diantara sejumlah badan yang ikut terlibat didalamnya. e. Aturan-aturan pembuatan keputusan dari badan-badan pelaksana. Aturan aturan yang dibuat dimaksudkan untuk memebrikan kejelasan konsistensi tujuan, mengurangi hambatan. Selain itu, aturan tersebut juga dapat memepengaruhi lebih lanjut proses implementasi. f. Kesepakatan para pejabat terhadap tujuan yang terdapat dalam peraturan Para pejabat pelaksana memiliki kesepakatan yang diisyaratkan demi tercapainya suatu tujuan. g. Akses formal pihak-pihak luar Terdapatnya peluang untuk ikut berpartisipasi bagi pelaku diluar badan pelaksana yang mau dan mampu berpartisipasi untuk mendukung program dapat mempengaruhi tercapainya tujuan. 3. Variabel diluar undang-undang yang mempengaruhi implementasi, terdiri dari: a. Kondisi sosial ekonomi dan teknologi b. Dukungan politik c. Sikap dan sumber-sumber yang dimilki kelompok-kelompok sasaran d. Dukungan dari badan-badan/lembaga atasan yang berwenang e. Kesepakatan dan kemampuan kepemimpinan para pejabat pelaksana 4. Tahap dalam proses implementasi, meliputi: a. Output kebijaksanan badan-badan pelasana b. Kesediaan kelompok sasaran memenuhi output kebijaksanaan c. Dampak nyata output kebijaksanaan d. Persepsi dampak output kebijaksanaan e. Perbaikan dasar dalam undang-undang
Adapun mekanisme pelaksanaan program JKN, yaitu pelayanan
kesehatan dalam program ini menerapkan pelayanan berjenjang berdasarkan rujukan. Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dasar di puskesmas dan jaringannya, peserta harus menunjukkan kartu JKN. Peserta JKN yang memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjut Rawat Jalan Tingkat Lanjut (RJTL) ataupun Rawat Inap Tingkat Lanjut (RITL), dirujuk dari puskesmas ke PPK tinkat lanjut dengan membawa kartu JKN / identitas kepesertaan laiinya dan surat rujukan yang ditunjukkan sejak awal. Pada kasus emergency tidak memerlukan surat rujukan. Kartu peserta kepesertaan dan surat rujukan dibawa ke loket pusat pelayanan administrasi terpadu rumah sakit (PPATRS) untuk di verifikasi kebenaran dan kelengkapannya, selanjutnya dikeluarkan suart Keabsahan Peserta (SKP) oleh petugas PT.ASKES (persero), dan selanjutnya peserta memperoleh pelayanan kesehatan (Purwanto & Sulistyastuti, 2012). Dalam pelaksanaan imlementasi tersebut, terkadang terdapat kendala atau dampak yang mungkin muncul misalnya pendataan yang dilakuan pemerintah dengan menggunakan data terpusat memungkinkan terjadinya kesalahan terjadinya mis-database yaitu terjadinya kesalahan pendataan seperti warga yang tidak terdaftar. Selain itu, terdapat banyak warga yang ikut terdaftar misalnya pemegang kartu JAMKESMAS meskipun tidak tergolong warga miskin (Purwanto & Sulistyastuti, 2012). Untuk mengatasi kendala tersebut, pemerintah memberikan kesempatan bagi warga miskin yang belum didata untuk mendaftarkan diri menjadi peserta. Warga yang belum terdata dapat mengajukan permohonan melalui RT?RW, selanjutnya ketingkat kelurahan, sampai kecamatan dan terakhhir ke Dinas Sosial setempat. Sehingga diharapkan semua warga miskin dapat mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai. Pemerintah juga seharusnya melakukan survey secara langsung untuk mengantisipasi kesalahan pendataan bagi warga yang tidak masuk kategori miskin (Purwanto & Sulistyastuti, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
Mulyono. (2009). Model Kerangka Impelementasi.
http://mulyono.staff.uns.ac.id/2009/05/31/model-kerangka-analisis-implementasi- daniel-mazmanian-dan-paul-a-sabatier/ .Diakses tanggal 1 Maret 2017
Purwanto, E. A., & Sulistyastuti, D. R. (2012). Implementasi Kebijakan Publik:
Konsep dan aplikasinya di Indonesia. Yokyarta: Gava Media.
Wahab, S. A. (2008). Analisis Kebijakan: dari Formulasi ke Implementasi