Oleh :
ELZA EKA LESTARI ( 22124072 )
NIVETIKEN (221240….)
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Nurhizrah Gistituati, M.Ed
Prof. Dr. Hadiyanto, M.Ed.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................1
A. Latar Belakang........................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................2
C. Tujuan.....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..............................................................3
A. Model-model Implementasi
A. Kesimpulan...........................................................................11
B. Saran......................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA. 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu kebijakan dibuat secara sengaja dan ada tujuan yanghendak diwujudkan.
Kebijakan memiliki unsur-unsur yang dengannya dapat dimengerti mengapa kebijakan
tersebut perlu ada. Abidin dalam Handoyo, 2012 mencatat ada empat unsur penting dari
kebijakan, yaitu (1) tujuan kebijakan, (2) masalah, (3) tuntutan (demand), dan (4)
dampak atau outcomes (Handoyo et al., 2012). Pada dasarnya aspek kebijakan publik
sangat kompleks. Pertama, dalam pelaksanaannya yang menyangkut pada strukturnya.
Struktur yang ada dalam sistem pemerintahan seringkali menimbulkan konflik dalam
implementasi kebijakan karena adanya perbedaan kepentingan pada masing-masing
jenjang pemerintahan. Kedua, bahwa tidak semua kebijakan pemerintah dilaksanakan
oleh badan-badan pemerintah sendiri, seringkali kebijakan pemerintah dilaksanakan
oleh organisasi swasta dan individu. Ketiga, bahwa kebijakan yang diambil pemerintah
akan selalu menimbulkan akibat terhadap kehidupan warga negara (Sutapa, 2005).
Untuk dapat melaksanakan berbagai kebijakan yang telah dibuat pemerintah, maka
sangat diperlukan memahami teori-teori yang terkait dengan kebijakan public untuk
mempengaruhi tingkat keberhasilan pelaksanaan berbagai kebijakan baik dalam
pembuatan kebijakan dan pengelolaan pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah terkait pembahasa ini adalah sebagai
berikut ;
1. Latar Belakang Pengertian Implementasi kebijakan
2. Analisis Kebijakan
3. Agenda setting kebijakan
4. Model-model Implementasi
C. Tujuan Penulisajnhn
BAB II
PEMBAHASAN
Model-model Implementasi
A. Model Implementasi kebijakan George Edward III :
Informasi merupakan sumberdaya penting bagi pelaksanaan kebijakan. Ada dua bentuk
informasi yaitu informasi mengenahi bagaimana cara menyelesaikan kebijakan/program serta
bagi pelaksana harus mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan dan informasi tentang data
pendukung kepetuhan kepada peraturan pemerintah dan undang-undang. Kenyataan dilapangan
bahwa tingkat pusat tidak tahu kebutuhan yang diperlukan para pelaksana dilapangan.
Kekurangan informasi/pengetahuan bagaimana melaksanakan kebijakan memiliki konsekuensi
langsung seperti pelaksana tidak bertanggungjawab, atau pelaksana tidak ada di tempat kerja
sehingga menimbulkan inefisien. Implementasi kebijakan membutuhkan kepatuhan organisasi
dan individu terhadap peraturan pemerintah yang ada. Sumberdaya lain yang juga penting adalah
kewenangan untuk menentukan bagaimana program dilakukan, kewenangan untuk
membelanjakan/mengatur keuangan, baik penyediaan uang, pengadaan staf, maupun pengadaan
supervisor.
Fasilitas yang diperlukan untuk melaksanakan kebijakan/program harus terpenuhi seperti kantor,
peralatan, serta dana yang mencukupi. Tanpa fasilitas ini mustahil program dapat berjalan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi efektifitas implementasi kebijakan adalah sikap
implementor. Jika implemetor setuju dengan bagian-bagian isi dari kebijakan maka mereka akan
melaksanakan dengan senang hati tetapi jika pandangan mereka berbeda dengan pembuat
kebijakan maka proses implementasi akan mengalami banyak masalah.
d. Struktur Birokrasi
Membahas badan pelaksana suatu kebijakan, tidak dapat dilepaskan dari struktur birokrasi.
Struktur birokrasi adalah karakteristik, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi
berulang-ulang dalam badan-badan eksekutif yang mempunyai hubungan baik potensial maupun
nyata dengan apa yang mereka miliki dalam menjalankan kebijakan.
Van Horn dan Van Meter menunjukkan beberapa unsur yang mungkin berpengaruh terhadap
suatu organisasi dalam implementasi kebijakan, yaitu:
2. Tingkat pengawasan hirarkhis terhadap keputusan-keputusan sub unit dan proses-proses dalam
badan pelaksana;
3. Sumber-sumber politik suatu organisasi (misalnya dukungan di antara anggota legislatif dan
eksekutif);
5. Tingkat komunikasi “terbuka”, yaitu jaringan kerja komunikasi horizontal maupun vertikal
secara bebas serta tingkat kebebasan yang secara relatif tinggi dalam komunikasi dengan
individu-individu di luar organisasi;
6. Kaitan formal dan informal suatu badan dengan badan pembuat keputusan atau pelaksana
keputusan.
Bila sumberdaya cukup untuk melaksanakan suatu kebijakan dan para implementor
mengetahui apa yang harus dilakukan , implementasi masih gagal apabila struktur birokrasi yang
ada menghalangi koordinasi yang diperlukan dalam melaksanakan kebijakan. Kebijakan yang
komplek membutuhkan kerjasama banyak orang, serta pemborosan sumberdaya akan
mempengaruhi hasil implementasi. Perubahan yang dilakukan tentunya akan mempengaruhi
individu dan secara umum akan mempengaruhi sistem dalam birokrasi
C. Model Grindle
Menurut Grindle (1980) “ Implementasi kebijakan ditentukan oleh isi dari kebijakan dan
konteks implementasi nya.”
Ide utama dari model ini adalah bahwa setelah kebijakan ditransformasikan, barulah
implementasi kebijakan dilakukan dan tingkat keberhasilannya ditentukan derajat
implementability dari kebijakan tersebut.
Dalam proses implementasi sebuah kebijakan, para ahli mengidentifikasi berbagai faktor yang
mempengaruhi keberhasilan implementasi sebuah kebijakan. Dari kumpulan faktor tersebut bisa
kita tarik benang merah faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan publik.
Faktor-faktor tersebut adalah:
1. Isi atau content kebijakan tersebut. Kebijakan yang baik dari sisi content setidaknya
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: jelas, tidak distorsif, didukung oleh dasar teori yang teruji,
mudah dikomunikasikan ke kelompok target, didukung oleh sumberdaya baik manusia maupun
finansial yang baik.
2. target yang merupakan bagian besar dari populasi juga akan lebih mempersulit keberhasilan
implementasi kebijakan.
3. Lingkungan. Keadaan sosial-ekonomi, politik, dukungan publik maupun kultur populasi
tempat sebuah kebijakan diimplementasikan juga akan mempengaruhi keberhasilan kebijakan
publik. Kondisi sosial-ekonomi sebuah masyarakat yang maju, sistem politik yang stabil dan
demokratis, dukungan baik dari konstituen maupun elit penguasa, dan budaya keseharian
masyarakat yang mendukung akan mempermudah implementasi sebuah kebijakan.
PENGERTIAN ANALISIKEBIJAKAN
Analisis kebijakan adalah suatu teknik yang digunakan dalam administrasi publik untuk
memeriksa dan mengevaluasi pegawai dalam mencapai tujuan. Hal ini telah didefinisikan
sebagai proses "menentukan berbagai kebijakan dalam mencapai suatu tujuan."[1] analisis
Kebijakan dapat dibagi[oleh siapa?] menjadi dua bidang utama:[2]
1. Analisis kebijakan yang ada, suatu analisis deskriptif yaitu, bagaimana menjelaskan
kebijakan dan perkembangannya.
2. Analisis untuk kebijakan baru, yang bersifat preskriptif yaitu, suatu analisis yang
melibatkan perumusan kebijakan dan proposal (misalnya: memperbaiki kesejahteraan
sosial)
Bidang minat dan tujuan analisis menentukan apa jenis analisis yang dilakukan. suatu kombinasi
dari dua jenis kebijakan analisis secara bersama-sama dengan evaluasi program akan
didefinisikan sebagai studi kebijakan.[3] analisis Kebijakan adalah sering digunakan[oleh siapa?] di
sektor publik, tetapi juga berlaku untuk jenis lain dalam suatu organisasi, seperti organisasi
nirlaba dan organisasi non-pemerintah. Analisis kebijakan memiliki akar dalam analisis sistem,
pendekatan yang digunakan oleh Amerika Serikat Menteri Pertahanan Robert McNamara[4] pada
tahun 1960-an.
Dalam mengkritisi kebijakan, terdapat dua pendekatan yaitu: (1) Analisis proses kebijakan
(analysis of policy process), dimana dalam pendekatan ini, analisis dilakukan atas proses
perumusan, penentuan agenda, pengambilan keputusan, adopsi, implementasi dan evaluasi dalam
proses kebijakan. Jika dilihat dari item analisisnya, pendekatan ini lebih melihat kandungan
(content) sebuah proses kebijakan. (2) Analisis dalam dan untuk proses kebijakan (analysis in
and for policy process), dimana dalam pendekatan ini, analisis dilakukan atas teknik analisis,
riset, advokasi dalam sebuah proses kebijakan. Nampaknya, pendekatan ini cenderung melihat
prosedur proses kebijakan. Hasil analisis kebijakan adalah informasi yang relevan bagi pihak-
pihak yang akan melaksanakan kebijakan. Analisis bisa dilakukan pada semua tahap proses
kebijakan. Pada tahap agenda setting, analisis dilakukan untuk mengidentifikasi masalah publik
dan memobilisasi dukungan agar masalah publik tersebut menjadi kebijakan publik. Hasil
analisis tahap ini adalah daftar masalah publik yang menjadi agenda pemerintah. Analisis pada
tahap selanjutnya dilakukan untuk menemukan alternatif kebijakan publik dengan menentukan
tujuan, sasaran, program dan kegiatan. Hasil analisis tahap ini adalah pernyataan kebijakan
(policy statement) yang biasanya berupa peraturan perundangan. Analisis pada tahap selanjutnya
mencakup interpretasi dan sosialisasi kebijakan, merencanakan serta menyusun kegiatan
implementasi kebijakan. Hasil analisis pada tahap ini adalah aksi kebijakan (policy action).
Analisis berikutnya adalah evaluasi implementasi kebijakan dengan memperhatikan tingkat
kinerja dan dampak sebuah implementasi kebijakan. Hasil analisisnya berupa informasi kinerja
yang akan menjadi dasar tindakan apakah kebijakan tersebut akan diteruskan atau sebaliknya.
Kegagalan sebuah kebijakan publik disebabkan oleh beberapa kesalahan antara lain kesalahan
dalam perumusan masalah publik menjadi masalah kebijakan, kesalahan dalam formulasi
alternatif kebijakan, kesalahan dalam implementasi atau kesalahan dalam evaluasi kebijakan.
Oleh karena itu analisis kebijakan dalam tiap tahap merupakan satu hal yang krusial untuk
mencegah kegagalan sebuah kebijakan.
1.Program dirancang dengan landasan yang jelas, dengan kelompok sasaran, perubahan perilaku,
dan tujuan yang jelas.
2.Pendukung kebijakan memuat arahan dan struktur organisasi yang tepat sehingga
memaksimalkan proses pelaksanaan.
3.Pemimpin lembaga punya keterampilan manajerial dan politik yang memadai.
4.Program didukung oleh kelompok konstituen yang terorganisasi dengan dukungan legislatif
yang kuat.
5.Prioritas kebijakan tidak diganggu oleh konflik diantara perumus kebijakan dan perubahan
kondisi sosial-ekonomi.
BAB III
PENUTUP
Model dalam kebijakan merupakan artenativ pilihan dalam menentukan kebijakan apa yang
paling tepat yang akan di putuskan dan dilaksanakan.
Ketika suatu kebijakan diputuskan maka seluruh komonen harus saling kerja sama membantu
dan meranalisikannya,pilihan salah satu model kebijakan, merupakan suatu upaya untuk arah
kedepan nya yang lebih baik, orientasi kebijakan tidak hanyan menyenangkan dan merumuskan
satu golongan tertentu saja melain kan bersifst unversal dan menyeluruh.
Daftar Pustaka
Ndut_ozy@yahoo.co.id
http://Organisasi.org.
http://www.wikipedia.com/Kebijakan.
http://e-course.usu.ac.id/content/Implementasi/manajemen0/textbook.pdf
http://elearning.unej.ac..id/courses/penempatan_tenaga_kerja/text.1.
http://www.fe.unpad.ac..id/elearning_fe/dosen/ernie/pengantar_/20manajemen/b
ersepuluh.ppt
http://upb.ac.id/download/proposal.pdf.
DAFTAR PUSTAKA