Oleh :
Dewi Ulandari
NPM: 2011010295
KELAS G
1443 H / 2022 M
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT atas berkat
dan pertolongan-Nya lah, saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya ucapkan
terima kasih kepada dosen pengampu Bapak Yoga Anjas Pratama, M.Pd.Yang
turut dalam membimbing saya sehingga bisa menyelesaikan makalah ini sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan. Terimakasih juga kepada teman-teman yang
turut andil dalam terselesainya makalah ini.
Makalah ini saya buat dalam rangka untuk memperdalam pengetahuan dan
pemahaman mengenai “Implementasi Kebijakan Pendidikan”. Yang bertujuan
agar para mahasiswa yang hendak menjadi seorang pendidik dapat terbantu
dengan adanya makalah ini. Dengan segala keterbatasan penulis yang ada, penulis
telah berusaha dengan segala daya dan upaya guna menyelesaikan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Implementasi Kebijakan Pendidikan ......................................... 3
B. Hal-Hal yang harus Diperhatikan dalamImplementasi Kebijakan
Pendidikan ................................................................................................. 6
C. Tahapan Implementasi Kebijakan Pendidikan............................................. 7
D. Pendekatan Implementasi Kebijakan Pendidikan ........................................ 10
E. Model Implementasi Kebijakan Pendidikan ................................................ 12
F. Pengukuran Implementasi Kebijakan Pendidikan ....................................... 14
G. Faktor-faktor Penentu Implementasi Kebijakan Pendidikan ........................ 17
H. Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Pendidikan ......................................... 22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Implementasi Kebijakan Pendidikan?
2. Apa Hal-Hal yang harus Diperhatikan dalam Implementasi Kebijakan
Pendidikan?
3. Bagaimana Tahapan Implementasi Kebijakan Pendidikan?
4. Apa Saja Pendekatan Implementasi Kebijakan Pendidikan?
5. Bagaimana Model Implementasi Kebijakan Pendidikan?
6. Bagaimana Cara Pengukuran Implementasi Kebijakan Pendidikan?
7. Apa Saja Faktor-faktor Penentu Implementasi Kebijakan Pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pengertian Implementasi Kebijakan Pendidikan.
2. Memahami Hal-Hal yang harus Diperhatikan dalam Implementasi
Kebijakan Pendidikan.
3. Mengetahui Tahapan Implementasi Kebijakan Pendidikan.
4. Memahami Pendekatan Implementasi Kebijakan Pendidikan.
5. Mengetahui Model Implementasi Kebijakan Pendidikan.
6. Mengetahui Pengukuran Implementasi Kebijakan Pendidikan.
7. Memahami Faktor-faktor Penentu Implementasi Kebijakan Pendidikan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Implementasi Kebijakan Pendidikan
Secara etimologis, kata implementasi jika dirujuk dari Kamus Webster,
yakni to implement (mengimplementasikan) berarti melaksanakan sesuatu).
Begitu juga implementasi kebijakan merupakan tahapan bersifat praktis berbeda
dengan formulasi rumusan masalah atau perumusan kebijakan sebagai tahapan
yang bersifat teoretis.1Berkaitan dengan definisi implementasi kebijakan, bisa
merujuk pendapat para ahli, diantaranya Anderson mengemukakan bahwa policy
implementation is the application by government`s administrative machinery to
the problems. 2 Pelaksanaan kebijakan oleh pemerintah, biasanya sebagai proses
politik dan administratif dimulai bila tujuan, sasaran sudah ditetapkan, program
kegiatan telah disepakati dan dana sudah siap serta disalurkan untuk mencapai
tujuan dan sasaran. Implementasi kebijakan sebagai tindakan yang dilakukan
organisasi pemerintah maupun swasta, baik secara individu maupun kelompok
untuk mencapai tujuan dan sasaran yang sudah ditetapkan.
1
Muhammad Jumhadi dan Warijo, Implementasi Penyediaan dana Daerah Urusan
Bersama (DDUB) untuk Pembiayaan PNPM Mandiri Perkotaan di Kota Medan Tahun Anggaran
2009-2011, Jurnal Administrasi Publik (Public Administration Journal) JAP Vol. 1 No.2
Desember 2013.
2
James E Anderson, Public Policy Making, Holt Rinehart & Winston, (New York, 2006),
hlm. 25.
3
Dr. H. A. Rusdiana, Kebijakan Pendidikan dari Filosofi Ke Implementasi, (Bandung:
Pustaka Setia, 2015) hlm. 132-133
3
Dalam perspektif lain, Solichin Mujianto menyatakan implementasi
kebijakan sebagai proses panjang penyelesaian masalah, bagaimana para pelaku
kebijakan menjalankan keputusan kebijakan. Dimana keseluruhan tindakan
pemangku kepentingan (stakeholder) diarahkan pada pencapaian tujuan
kebijakan. 4Implementasi kebijakan merupakan cara yang dilaksanakan agar
sebuah kebijakan organisasi dapat mencapai tujuan dan sasaran yang sudah
ditetapkan dengan cara langsung menerapkannya dalam bentuk program kegiatan
atau melalui formulasi kebijakan derivat (turunan) dari kebijakan itu sendiri
sebagai kebijakan penjelas atau sering disebut dengan peraturan pelaksanaan.
Proses mencapai tujuan itu dilakukan dengan serangkaian aktivitas program dan
keputusan kebijakan yang memudahkan terwujud kedalam praktik organisasi.
Implementasi kebijakan terdiri dari berbagai aspek antara lain:
1. Idealized policy; pola interaksi digagas oleh para perumus kebijakan,
tujuannya untuk mendorong, mempengaruhi dan merangsang target group
untuk melaksanakannya,
2. Target groups; Bagian dari kebijakan pihak terkait (policy stakeholders)
diharapkan dapat mengadopsi pola interaksi oleh perumus kebijakan.
Karena kelompok ini menjadi sasaran dari implementasi kebijakan,
diharapkan dapat menyesuaikan pola perilaku dengan kebijakan yang telah
dirumuskan,
3. Implementing organization; badan pelaksana kebijakan yang bertanggung
jawab dalam implementasi kebijakan dan environmental factors; unsur-
unsure yang berada di dalam lingkungan sekitarntya turut serta
mempengaruhi implementasi kebijakan seperti aspek tradisi budaya,
realitas sosial, stabilitas ekonomi dan politik.
4
Solichin Mujianto, Implementasi Kebijakan Pendidikan dan Peran Birokrasi, (Religi:
Jurnal Studi Islam, 2015) hlm. 151.
4
faktor-faktor hukum, politik, ekonomi, sosial yang secara langsung ataupun tidak
langsung berpengaruh terhadap perilaku dari berbagai pihak yang terlibat dalam
program pendidikan.
Hal senada, dijelaskan ada dua hal menjadi fokus implementasi kebijakan
pendidikan, yakni kepatuhan (compliance) para pelaksana terhadap prosedur dan
standar operasional yang sudah disepkati, dan apa yang terjadi (what’s
happening)? Menyangkut proses implementasi itu dikerjakan, apa hambatan dan
apakah sudah berhasil.
5
Tachjan, Implementasi Kebijakan Publik, (Bandung: Lemlit UNPAD, 2006), hlm. 25.
5
dengan prosedur dan policy outcomes (menikmati hasil kebijakan) yang dapat
dinikmati bagi seluruh stakeholder pendidikan, untuk meningkatkan kepatuhan
dan ketertiban administrasi. Implementasi kebijakan pendidikan merupkan
kegiatan yang penting setelah suatu kebijakan dirumuskan. Tanpa suatu
implementasi maka kebijakan pendidikan yang telah dirumuskan akan mubazir
alias sia-sia. Oleh karena itu, implementasi kebijakan pendidikan mempunyai
peran dan kedudukan yang sangat strategis (penting) dalam kebijakan publik pada
umumnya.
6
2. Karakteristik lembaga dan rezim yang sedang berkuasa sebagai
lingkungan implementasi kebijakan dijalankan (institution an regime
charahteristic),
3. Tingkat kepatuhan dan respon pelaksana menanggapi implementasi
kebijakan (compliance and responsiveness).
7
dalam tahapan dan formulasi kebijakan dilakukan dengan baik, tetapi jika pada
tahapan implementasinya tidak diperhatikan optimalisasinya, maka tentu tidak
jelas apa yang diharapkan dari sebuah produk kebijakan itu. Pada akhir tahapan
evaluasi kebijakan, menghasilkan penilaian antara lain bahwa formulasi dan
implementasi kebijakan tidak seiring sejalan. Jika demikian, bisa dikatakan
implementasi kebijakan pendidikan itu tidak sesuai dengan yang diharapkan.
8
kebijakan pendidikan diawali dengan pengorganisasian (organization) sebagai
upaya menetapkan dan menata sumber daya (resources), unit (units), dan metode
(methods) mengarah pada upaya mewujudkan atau merealisasikan kebijakan
pendidikan menjadi hasil (outcome) sesuai dengan tujuan dan sasaran kebijakan
pendidikan. Ada beberapa pengorganisasi dilakukan, yaitu;
9
sering juga disebut sebagai tahapan penerapan rencana implementasi kebijakan
pendidikan ke kelompok target atau sasaran kebijakan pendidikan.
10
Pendekatan ini menekankan pada faktor-faktor politik yang berkuasa
dalam memperlancar dan menghambat proses implementasi kebijakan pendidikan.
Implementasi kebijakan pendidikan harus mempertimbangkan realitas-realitas
politik.6
Selain itu juga ada beberapa pendekatan yang biasa digunakan analis
mengimplementasikan kebijakan, pendekatan top-down dan Bottom up.
Pendekatan top-down yaitu pendekatan penurunan alternatif kebijakan yang
abstrak atau makro menjadi tindakan konkrit atau mikro. Dalam proses
implementasinya peran pemerintah sangat besar. Pada pendekatan ini asumsi yang
memungkinkan para pengambil keputusan merupakan aktor kunci dalam
keberhasilan implementasi. Kebijakan yang bersifat top-down merupakan
kebijakan yang bersifat strategis dan berhubungan dengan keselamatan negara,
seperti kebijakan anti terorisme, radikalisme, kurikulum pendidikan, pembiayaan
pendidikan nasional dan lainnya.
6
Indah Mayangsari, Analisis Implementasi Kebijakan Pendidikan UU NO. 20 TAHUN
2003 Terhadap Pendidikan Nasional di Indonesia Vol 2 No. 2, Tahun 2019. hlm 103.
11
E. Model Implementasi Kebijakan Pendidikan
Model adalah contoh ideal dari situasi-situasi dan harapan dari dunia
nyata. Model bisa juga dalam bentuk menyederhanakan dari realitas fakta yang
diwakili. Fungsi utama model disini untuk mempermudah menerangkan konsep.
Dalam beberapa contoh, model didasarkan suatu teori. Model dipakai juga untuk
menguji atau menjelaskan hipotesis sebagai bagian dari perumusan teori. Untuk
mempermudah dalam menjelaskan, partisipasi orang tua siswa dan masyarakar
dalam pembiayaan pendidikan tentunya diperlukan model konsep memungkinkan
kita memahaminya.
7
Baedhowi, Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah Bidang Pendidikan: Studi Kasus
di Kabupaten Kendal dan Kota Surakarta, Disertasi Departemen Ilmu Administrasi FISIP
Universitas Indonesia, Jakarta, 2004), hlm. 47.
12
Sedangkan model interaktif implementasi kebijakan dipandang sebagai
proses dinamis, karena setiap pihak terlibat dalam implementasi kebijakan bisa
mengusulkan perubahan dalam berbagai tahapan pelaksanaan. Misalnya ketika
kebijakan pendidikan tentang Full Daya School (FDS) dianggap masyarakat
kurang memenuhi harapan stakeholders. Ini berarti bahwa berbagai tahapan
implementasi kebijakan FDS akan dianalisis, dievaluasi oleh para pihak. Sehingga
potensi, kekuatan dan kelemahan setiap fase pelaksanaan dapat diketahui dan
segera dilakukan perbaikan untuk mencapai tujuan. Adapun gambaran
implementasi kebijakan pendidikan model interaktif, bisa dilihat pada gambar
berikut ini.
13
Selain model implementasi kebijakan di atas, Van Meter dan Van Horn
juga mengembangkan model dalam proses implementasi kebijakan. 8 Keduanya
meneguhkan pendirian bahwa kontrol perubahan dan kepatuhan dalam bertindak
merupakan konsep penting dalam prosedur implementasi kebijakan. Begitu juga,
keduanya mengembangkan tipologi kebijakan menurut jumlah perubahan yang
dihasilkan, dan jangkauan dan ruang lingkup kesepakatan mengenai tujuan oleh
para pihak yang terkait dalam implementasi kebijakan. Kata kunci yakni
perubahan yang dimaksudnya model proses ini adalah kontrol dan kepatuhan
masuk dalam dimensi isi kebijakan dan implementasi kebijakan. Tipologi
kebijakan yang dibuatoleh keduanya masuk dalam elemen isi kebijakan dan
konteks implementasi kebijakan. Tipologi jumlah perubahan yang dihasilkan
dalam elemen isi kebijakan masuk dalam konteks implementasi kebijakan.
8
Antonius Tarigan, Implementasi Kebijakan Jaring Pengaman Sosial, Studi Kasus
Program Pengembangan Kecamatan di Kabupaten Dati II Lebak, Jawa Barat, Tesis Masigter,
(Administrasi Publik UGM Yogyakarta, 2000), hlm. 20.
9
Ibid, hlm. 19.
14
Kebijakan pada hakekatnya berkenaan dengan gagasan pengaturan
organisasi menggunakan pola formal yang samasama diterima
pemerintah/lembaga terkait sehingga semua pihak berusaha mengejar tercapainya
tujuan yang ditetapkan.10
10
Syafaruddin, Efektivitas Kebijakan Pendidikan. Konsep, Strategi dan Alikasi Kebijakan
Menuju Organisasi Sekolah Efektif. (Penerbit Rineka Cipta, 2008), hlm. 75.
11
Joko Widodo, Good Governance, telaah dari dimensi Akuntabilitas dan Kontrol
Birokrasi, pada era Desentralisasi dan Otonomi daerah, (Surabaya: Insan Cendekia, 2001), hlm.
12.
15
5. Sikap para pelaksana,
6. Lingkungan ekonomi, sosial dan politik.12
12
Merilee S Grindle, Politics and Policy Implementation in The Third World, (Princnton
University Press, New Jersey, 1980), hlm. 6.
16
Edwards III: “If implementation is to proceed effectively, not only must
implementers know what to do it, but they must also desire to carry out a
policy”.13Implementor memegang peran penting dalam keberhasilan dan
kegagalan implementasi kebijakan (some say attitude is everything and, when
considering program implementation, the disposition of implementers provides
the lightning rod for success or failure).
1. Komunikasi,
13
Edward III, George C, Implementation Public Policy, (Washington DC: Congresional
Quarter Press, 1980), hlm. 11.
14
Purwanto, dan Sulistyastuti,Implementasi Kebijakan Publik: Konsep dan Aplikasinya di
Indonesia,(Yogyakarta: Gava Media, 2012), hlm. 89.
15
Brian Wagner, The Principal’s Perception of Character Education Implementation in
California Middle Schools Based on The Eleven Principles of Character Education, (USA:
Proquest LLC, 2008), hlm. 14.
16
Ibid, hlm. 14.
17
2. Sumber daya,
3. Disposisi,
4. Struktur birokrasi.
18
pada tataran yang lain maka hal tersebut justru akan menyelewengkan tujuan
yang hendak dicapai oleh kebijakan yang telah ditetapkan.
c) Konsistensi informasi yang disampaikan, yaitu perintah ataupun informasi
yang diberikan dalam pelaksanaan suatu komunikasi haruslah jelas dan
konsisten untuk dapat diterapkan dan dijalankan. Apabila perintah yang
diberikan seringkali berubah-ubah, maka dapat menimbulkan kebingungan
bagi pelaksana di lapangan.17
Begitu juga setiap kebijakan pendidikan harus didukung sumber daya yang
memadai (SDM), baik sumber daya manusia, maupun sumber daya financial.
Sumber daya manusia adalah kecukupan kualitas pengetahuan, karakter, dan
keterampilan maupun kuantitas implementor dapat juga melingkupi seluruh
kelompok sasaran. Kecukupan sumber daya financial juga memperlihatkan
kecukupan modal investasi atas kebijakan yang diambil. Keduanya harus saling
mendukung dan menjadi perhatian dalam implementasi/kebijakan pemerintah
dalam bidang pendidikan. Misalnya kebijakan menjadi guru professional minimal
pendidikan S1, didukung dengan tunjangan sertfikasi. Sangat riskan dan beresiko
jika kebijakan tanpa kehandalan implementor akan menghasilkan kebijakan yang
kurang enerjik, berjalan lambat dan seadanya. Sedangkan sumber daya financial
berkontribusi menjamin keberlangsungan program atau kebijakan. Tanpa
dukungan sumber daya financial mustahil program akan berjalan efektif dan cepat
dalam mencapai tujuan dan sasaran.
19
dalam melaksanakan tahapan kebijakan secara konsisten. Sikap yang demokratis
akan meningkatkan kesan baik implementor dan analis kebijakan dihadapan
anggota kelompok sasaran. Sikap ini akan menurunkan resistensi dari masyarakat
dan menumbuhkan rasa percaya serta kepedulian kelompok sasaran terhadap
implementor dalam program dan kebijakan pendidikan itu sendiri. 18
18
Arwildayanto, Analisis Kebijakan Pendidikan: Kajian Teoretis, Eksploratif, dan
Aplikatif, (Bandung: Cv Cendekia Press, 2018), hlm. 113.
20
1. Logika yang digunakan dalam suatu kebijakan, yakni sampai berapa benar
teori yang menjadi landasan kebijakan, bagaimana hubungan logika antara
kegiatan yang dilakukan dengan tujuan, sasaran yang ditetapkan;
2. Hakikat kerjasama yang dibutuhkan, apakah semua pihak terlibat dalam
kerja suatu assembling produktif
3. Ketersediaan sumberdaya manusia yang memiliki kemampuan dan
komitmen untuk mengelola pelaksanaannya.
21
pada hubungan yang terkadang kompleks. Dalam implementasi kebijakan ada dua
penting yang perlu diperhatikan, yaitu:
22
Monitoring kebijakan pendidikan adalah suatu proses pemantauan untuk
mendapatkan informasi tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan. Dengan
demikian fokus monitoring adalah pada pelaksanaan kebijakan pendidikan bukan
pada hasilnya. Dalam hal ini ini menyangkut komponen proses kebijakan
pendidikan baik menyangkut proses pengambilan keputusan pengelolaan
kelembagaan pengolahan program maupun pengolahan proses belajar mengajar.
Jadi monitoring merupakan usaha terus menerus untuk memahami perkembangan
pelaksanaan kebijakan pendidikan mulai dari program proyek maupun kegiatan
yang sedang dilaksanakan.
23
dan indikator. Oleh sebab itu, evaluasi kebijakan pendidikan secara umum
dilakukan untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut
24
e. Objek monitoring adalah proses dan sebagian dari koridor implementasi,
misalnya penyerapan anggaran, kesesuaian aspek, dan sebagainya,
sedangkan objek evaluasi menyeluruh dan luas, nilai dan perumusan;
implementasi, kinerja (hasil dan dampak), serta lingkungan kebijakan
pendidikan;
f. Format dan sistem monitoring dan evaluasi berbeda, baik secara substantif
maupun secara fisik.
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
26
menunjang keberhasilan implementasinya; Kesatuan antar pelaksana; Penetapan
sarana dan prasarana. Keberhasilan implementasi kebijakan BOS harus didukung
sarana dan prasarana yang memadai, misalnya untuk sekretariat pengelola.
Beberapa pendekatan yang biasa digunakan analis mengimplementasikan
kebijakan, pendekatan top-down dan Bottom up. Pendekatan top-down yaitu
pendekatan penurunan alternatif kebijakan yang abstrak atau makro menjadi
tindakan konkrit atau mikro. Dalam proses implementasinya peran pemerintah
sangat besar. Pada pendekatan ini asumsi yang memungkinkan para pengambil
keputusan merupakan aktor kunci dalam keberhasilan implementasi. Kebijakan
yang bersifat top-down merupakan kebijakan yang bersifat strategis dan
berhubungan dengan keselamatan negara, seperti kebijakan anti terorisme,
radikalisme, kurikulum pendidikan, pembiayaan pendidikan nasional dan lainnya.
Model implementasi kebijakan pendidikan dapat berupa konsep, diagram,
grafik atau persamaan matematika, yang digunakan untuk menjelaskan,
menerangkan, dan memprediksikan elemen suatu kondisi dari masalah pendidikan
guna memperbaiki dengan cara menyampaikan rekomendasi dan serangkain
tindakan untuk memecahkan masalah kontroversi, dan menyita perhatian publik.
B. Saran
Penulis berharap agar pemerintah mampu membuat suatu kebijakan-
kebijakan yang lebih baik untuk perubahan dibidang pendidikan. Selain itu harus
mampu merangsang masyarakat agar turut serta berpartisipasi dalam sebuah
27
inovasi dibidang pendidikan agar pendidikan di Indonesia dapat bersaing dengan
negara lain.
28
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, James E. Public Policy Making, Holt Rinehart & Winston, New York.
2006.
Bardach, E. Policy dynamics. New York: The Oxford handbook of public policy.
2006.
Gaffar, Afan. Publik Policy: State Of The Disipline, Model and Proses.
Yogyakarta: Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada. 1997.
Grindle, Merilee S. Politics and Policy Implementation in The Third World. New
Jersey: Princnton University Press. 1980.
29
Jumhadi Muhammad dan Warijo. Implementasi Penyediaan dana Daerah Urusan
Bersama (DDUB) untuk Pembiayaan PNPM Mandiri Perkotaan di
Kota Medan Tahun Anggaran 2009-2011, Jurnal Administrasi Publik
(Public Administration Journal) JAP Vol. 1 No.2 Desember 2013. 2018.
Putt, Allen J and J Fred Springer. Policy Research. New Jersey: Prentice Hall.
1989.
Quade, E.S. Analysis for Public decision. Elsevier Science Publishing. New York.
1984.
30
Ripley, Rendal B. and Grace A. Franklin. Policy Implementation and
Bureaucracy, second edition, the Dorsey Press, Chicago-Illionis. 1986.
Weimer, David, and Aidan Vining. Policy Analysis: Concepts and Practice.
Upper Saddle River. New York: Princeton University Press. 1999.
Widodo, Joko. Good Governance, telaah dari dimensi Akuntabilitas dan Kontrol
Birokrasi, pada era Desentralisasi dan Otonomi daerah. Surabaya:
Insan Cendeki. 2001.
31