Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENDEKATAN DAN MODEL ANALISIS

KEBIJAKAN PENDIDIKAN
Makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Kebijakan Pendidikan

Dosen pengampu :
TAKMURI, S.Pd., M.Pd
Disusun Oleh:
Muhammad Mursyidin (0101201115)

SEMESTER VII
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA CIREBON
KBM BREBES T.A: 2022/2023

i
KATA PENGANTA
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang mana telah memberi kita taufiq dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul Pendekatan dan model
analisis kebijakan pendidikan Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebijakan Pendidikan (UNU)
Universitas Nahdhotul Ulama.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta
keluarga dan para sahabatnya yang telah membimbing kita dari jalan kegelapan menuju jalan
yang terang benderang.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi kami khususnya, dan
segenap pembaca umumnya. Kami menyadari bahwa paper ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak sangat kami harapkan untuk menuju
kesempurnaan makalah ini.
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah bersusah payah membantu hingga terselesaikannya penulisan makalah ini. Semoga semua
bantuan dicatat sebagai amal sholeh di hadapan Allah SWT. Amin

Penulis

.....................

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
DAFTAR ISI. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
B. Rumusan Masalah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .2
C. Tujuan Penulisan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .2

BAB II KEBIJAKAN PENDIDIKAN


A. Konsep Kebijakan dan Kebijaksanaan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .3
1. Arti Kebijakan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
2. Arti Kebijaksanaan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
B. Pendekatan Kebijakan dalam Pendidikan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
1. Pendekatan Empirik (Empirical). . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
2. Pendekatan Evaluatif. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
C. Model-model Kebijakan dalam Pendidikan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
7
1. Model Deskriptif. .. . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
2. Model Normatif. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .8
3. Model Verbal. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
4. Model Simbolis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
5. Model Prosedural. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . …… . . . . . . .. . . . . . . . 10
6. Model Sebagai Pengganti dan Perspektif. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12
B. Saran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk dibicarakan sebab
biasanya kecerdasan manusia dilihat dari seberapa tinggi seseorang tersebut
mengenyam pendidikan. Dengan adanya pendidikan, manusia juga dapat mencapai
kebutuhan hidupnya dengan berbagai cara. Dalam hal ini pemerintah juga tidak serius
dalam menggalakkan pendidikan, terbukti dengan adanya salah satu peraturan yang
mengatur pendidikan yang tertuang dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1,2 an 3 (Iskandar,
2019; Suhono & Sari, 2020; Irianisyah, 2020). Dalam hal ini jelas terlihat bahwa
pendidikan dipengaruhi oleh hasil dari suatu kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Kebijakan adalah aturan tertulis yang merupakan keputusan formal organisasi, yang
bersifat mengikat, yang mengatur perilaku dengan tujuan untuk menciptakan tata
nilai baru dalam masyarakat (Costantina, 2018).
Dalam hal ini, kebijakan akan menjadi rujukan utama para anggota organisasi
atau anggota masyarakat dalam berprilaku (Dunn 2003). Kebijakan pada umumnya
bersifat problem solving dan proaktif. Berbeda dengan Hukum (Law) dan Peraturan
(Regulation), kebijakan lebih adaptif dan interpratatif, meskipun kebijakan juga
mengatur “apa yang boleh, dan apa yang tidak boleh”. Kebijakan juga diharapkan dapat
bersifat umum tetapi tanpa menghilangkan ciri lokal yang spesifik (Darwis 2013).
Kebijakan harus memberi peluang diinterpretasikan sesuai kondisi spesifik yang ada.
Kebijakan sering dipergunakan dalam konteks tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan
yang dilakukan oleh para aktor dan institusi-institusi pemerintah serta perilaku pada
umumnya.

B.RUMUSAN MASALAH
1.Apa itu kebijakan ?
2 .Apa itu kebijakan pendidikan ?
3.Apa saja pendekatan kebijakan dalam pendidikan ?
4.Apa saja model kebijakan dalam pendidikan. ?
C.TUJUAN PENULISAN
1.Untuk mengatahui arti kebijakan
2 .Pengertian kebijakan pendidikan.
3.Pendekatan kebijakan dalam pendidikan.
4.Model ' model kebijakan dalam pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. KEBIJAKAN PENDIDIKAN

Menurut Kamus Besar Bahas Indonesia kebijakan berarti kepandaian, kemahiran,


kebijkasanaan, rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam
pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak (tt pemerintahan, organisasi,
dsb); pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip, atau maksud sebagai garis pedoman untuk
manajemen dalam usaha mencapai sasaran; garis haluan. Menurut Kamus Oxford, kebijakan
berarti “rencana kegiatan” atau pernyataan-pernyataan tujuan ideal.
Menurut Nichols, bahwa : “kebijakan adalah suatu keputusan yang dipikirkan secara
matang dan hati-hati oleh pengambilan keputusan puncak dan bukan kegiatan-kegiatan
berulang dan rutin yang terpogram atau terkait dengan aturan-aturan keputusan”. Pendapat
lain dikemukakan oleh Klein dan Murphy, bahwa : “kebijakan berarti seperangkat tujuan-
tujuan, prinsip-prinsip serta peraturan-peraturan yang membimbing sesuatu organisasi,
kebijakan dengan demikian mencakup keseluruhan petunjuk organisasi”.
Hough (1984) juga menegaskan sejumlah arti kebijakan. Kebijakan bisa menunjuk
pada seperangkan tujuan, rencana atau usulan, program-program, keputusan-keputusan,
menghadirkan sejumlah pengaruh, serta undang-undang atau peraturan-peraturan. Duke dan
Canady mengelaborasikan konsep kebijakan dengan delapan arah pemaknaan kebijakan,
yaitu: (1) kebijakan sebagai penegasan maksud dan tujuan, (2) kebijakan sebagai sekumpulan
keputusan lembaga yang digunakan untuk mengatur, mengendalikan, mempromosikan,
melayani, dan lain-lain pengaruh dalam lingkup kewenangannya, (3) kebijakan sebagai
panduan tindakan diskresional, (4) kebijakan sebagai strategi yang diambil untuk
memecahkan masalah, (5) kebijakan sebagai perilaku yang bersanksi, (6) kebijakan sebagai
norma perilaku dengan ciri konsistensi, dan keteraturan dalam beberapa bidang tindakan
substantive, (7) kebijakan sebagai keluaran sistem pembuatan kebijakan, dan (8) kebijakan
sebagai pengaruh pembuatan kebijakan, yang menunjuk pada pemahaman khalayak sasaran
terhadap implementasi sistem.
Dari beberapa pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa kebijakan adalah serangkaian
tujuan, rencana, program-program yang dibuat untuk menjadi pedoman ketika melakukan
kegiatan atau mengambil keputusan di mana kebijakan tersebut memiliki sanksi jika tidak
dilaksanakan. Sementara, kebijakan pendidikan merupakan rumusan dari berbagai cara untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional dijabarkan di dalam berbagai kebijakan pendidikan.
B. PENDEKATAN KEBIJAKAN DALAM PENDIDIKAN

1. Pendekatan Empirik (Empirical)


Pendekatan empiris ditekankan pada penjelasan berbagai sebab dan akibat dari suatu
kebijakan tertentu dalam bidang pendidikan yang bersifat faktual atau fakta macam informasi
yang dihasilkan bersifat deskriptif dan prediktif.
Penelitian kebijakan publik bersifat empiris dan kuantitatif pada suatu organisasi dilakukan
seperti masalah-masalah kemiskinan, pemberantasan buta huruf, gelandangan di kota,
penyakit masyarakat, dan control politik berlawanan dengan tradisi yang lebih tua seperti
spekulasi filosofis, mistik, takhayul, dan otoritas agama terutama (tidak sepenuhnya)
mengandalkan observasi yang didasarkan pada pengalaman inderawi (spekulatif) untuk
membenarkan pernyataan dan pengetahuan. Kebijaksanaan merupakan proses rasional
dimana analisis menghasilkan informasi dan argument yang masuk akal mengenai
pemecahan-pemecahan potensial atas masalah kebijaksanaan. Dengan demikian informasi
kebijakan dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pendekatan empiris akan menghasilkan
informasi penyelenggaraan pembelajaran yang aktual yang dibutuhkan di lapangan pada
akhirnya dapat mengarah ke pernyataan kebijakan yang bisa saja sama sekali berbeda dengan
kondisi objektif di lapangan.

2. Pendekatan Evaluatif
Pendekatan evaluatif ditekankan pada penentuan bobot atau manfaatnya (nilai)
beberapa kebijakan menghasilkan informasi yang bersifat evaluatif. Evaluasi terhadap
kebijakan membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan evaluative yaitu bagaimana nilai
suatu kebijakan dan menurut nilai yang mana kebijakan itu ditentukan. Dengan demikian
dapat ditegaskan bahwa evaluasi kebijakan organisasi adalah suatu aktivitas untuk
mengetahui seberapa jauh kebijakan benar-benar dapat diterapkan dan dilaksanakan serta
seberapa besar dapat memberikan dampak nyata memenuhi harapan terhadap khalayak sesuai
direncanakan.
Model evaluasi kebijakan terdiri dari : (1) evaluasi proses, yaitu samapai dimana kebijakan
telah dilaksanakan oleh pihak-pihak yang terkait dengan kebijakan sesuai dengan garis-garis
yang telah ditetapkan dan (2) evaluasi dampak yaitu seberapa besar kebijakan ini telah
menyebabkan perubahan pada tujuan yang harus dicapai. Sedangkan Dunn menegaskan
bahwa evaluasi kebijakan organisasi digolongkan menjadi tiga, yaitu : (1) evaluasi semu
(pseudo evaluation) yang sekedar mempersoalkan alat-alat evaluasinya, umumnya sekadar
mempersoalkan apakah alt-alat evaluasi yang dipergunakan telah memenuhi persyaratan
sebagai alat evaluasi yang baik seperti sahih (valid), punya ketetapan dapat dipercaya
(reliable), layak praktis (feasible), dan sebagainya. (2) evaluasi resmi (formal evaluation)
disamping mempersoalkan validitas, realibilitas, dan feasibilitas alat-alat evaluasi, juga
sekaligus melihat substansi yang dievaluasi. Informasi-informasi yang didapatkan dalam
evaluasi formal ini dilihat kesahihan dan keadaannya, dan substansi-substansi yang dievaluasi
juga dilihat apakah telah sesuai dengan target-target yang telah ditetapkan atau belum, dan (3)
evaluasi berdasarkan teori keputusan (decision theoretic evaluation) didasarkan atas banyak
kompromi dan bahkan consensus, maka evauasi kebijakan berdasarkan teori keputusan ini
selain memperhatikan kesahihan dan keandalan juga mempertimbangkan harga atau nilainya,
bagi mereka yang terlibat dalam proses pembuatan keputusan. Dengan demikian evaluasi
kebijakan adalah suatu aktivitas yang didesain untuk menilai sejauh mana kebijkan-kebijakan
yang telah dibuat telah berhasil sesuai seperti yang diharapkan atau tidak.

C. Model-model Kebijakan dalam Pendidikan

Menurut Stokey dan Zeckhuaser “A model is simplified representation of some aspect


of the real world. Sometimes of an object, sometimes of a situation or a process. It may be an
acyual physical representation, a globe, for instance or a diagram, a concept, oe even a set a
question”. Jadi, model adalah representasi dari sebuah aspek dalam dunia nyata yang
disederhanakan. Kadang-kadang model berupa objek, sebuah situasi atau proses. Namun,
yang jelas model itu represntasi fisik yang nyata. Seperti globe (bole dunia), diagram, sebuah
konsep dan bahkan sederet pertanyaan.
Istilah tipe-tipe model kebijakan menurut Dunn terdiri dari enam model, yaitu model
deskriptif, model normatif, model verbal, model simbolis, model procedural, model sebagai
pengganti dan perspektif.
1. Model Deskriptif
Model deskriptif menurut Suryadi dan Tilaar adalah suatu prosedur atau cara yang
digunakan untuk penelitian dalam ilmu pengetahuan baik murni maupun terapan untuk
menerangkan suatu gejala yang terjadi dalam masyarakat. Sedangkan menurut Cohn model
deskriptif adalah pendekatan positif yang diwujudakan dalam bentuk upaya ilmu pengetahuan
menyajikan suatu “state of the art” atau keadaan apa adanya dari suatu gejalayang sedang
diteliti dan perlu diketahui para pemakai. Tujuan model deskriptif oleh Dunn
memprediksikan atau menjelaskan sebab-sebab dan konsekuensi-konsekuensi dari pilihan-
pilihan kebijakan. diperlukan sebagai bahan masukan bagi pengambilan keputusan. Misalnya,
untuk meramalkan kinerja pendidikan dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional,
bersama konsorsium pendidikan pada tataran makro nasional mempersiapkan ramalan yang
berkaitan dengan kualitas lulusan dan eliminasi angka drop out sebagai laporan bidang
pendidikan oleh Presiden.
2. Model Normatif
Pendekatan normatif menurut Suryadi dan Tilaar disebut juga pendekatan perspektif
yang merupakan upaya ilmu pengetahuan menawarkan suatu norma, kaidah, atau resep yang
dapat digunakan oleh pemakai untuk memecahkan suatu masalah. Model ini bertujuan bukan
hanya untuk menjelaskan dan atau memprediksi, tetapi juga memberikan dalil dan
rekomendasi untuk mengoptimalkan pencapaian beberapa utilitas (nilai). Di antara beberapa
jenis model normatif yang digunakan oleh para analis kebijakan adalah model normative
yang membantu menentukan tingkat kapasitas pelayanan yang optimum.
Model normatif tidak hanya memungkinkan analis atau pengambil kebijakan
memperkirakan masa lalu, masa kini, dan masa dating. Pendekatan normative dalam analisis
kebijakan dimaksudkan untuk membantu para pengambil keputusan (Menteri, Gubernur,
Bupati/Walikota, dan Kepala Sekolah) memberikan gagasan hasil pemikiran agar para
pengambil keputusandapat memecahkan suatu masalah kebijakan. Pendekatan normative
ditekankan pada rekomendasi serangkaian tindakan yang akan dating (aksi) yang dapat
menyelesaikan masalah-masalah pendidikan yang dibutuhkan oleh masyarakat pada semua
jenjang dan jenis pendidikan.
3. Model Verbal
Dalam menggunakan model verbal, analisis bersandar pada penilaian nalar untuk
membuat prediksi dan menawarkan rekomendasi. Penilaian nalar menghasilkan argumen
kebijakan, bukan berbentuk nilai-nilai angka pasti. Model verbal secara relative mudah
dikomunikasikan diantara para ahli dan orang awam, dan biayanya murah. Keterbatasan
model verbal adalah masalah-masalah yang dipakai untuk memberikan prediksi dan
rekomendasi bersifat implicit atau bersembunyi, sehingga sulit untuk memahami dan
memeriksa secara kritis argument-argumen tersebut sebagai keseluruhan, karena tidak
didukung informasi atau fakta yang mendasarinya.
4. Model Simbolis
Model simbolis menggunakan simbol-simbol matematis untuk menerangkan
hubungan antara variabel-variabel kunci yang dipercaya menciri suatu masalah. Prediksi atau
solusi yang optimal dari suatu masalah kebijkan diperoleh dari model-model simbolis dengan
meminjam dan menggunakan metode-metode matematika, statistika, dan logika. Model-
model simbolis dapat memperbaiki keputusan kebijakan, tetapi hanya jika premis-premis
sebagai pijakan penyusun model dibuat eksplisit dan jelas. Tanpa verifikasi empiris hanya ada
sedikit jaminan bahwa hasil praktik semacam itu dapat diandalkan untuk tujuan kebijakan
normative. Karena itu penentuan kebijakan atas dasar angka-angka kuantitatif tidak cukup
memadai untuk melakukan prediksi, masih perlu data kualitatif atau fakta-fakta yang riel
sebagai pertimbangan prediksi dan juga penentuan kebijakan.
5. Model Prosedural
Model prosedural menampilkan hubungan yang dinamis antara variabel-variabel yang
diyakini menjadi ciri suatu masalah kebijakan. Prosedur simulasi dan penelitian pada
umumnya (meskipun tidak harus) diperoleh dengan bantuan komputer, yang diprogram untuk
menghasilkan prediksi-prediksi alternatif di bawah serangkaian asumsi yang berbeda-beda.
Model prosedural dicatat dengan memanfaatkan model ekspresi yang simbolis dalam
penentuan kebijakan. Perbedaannya, simbolis menggunakan data aktual untuk
memperkirakan hubungan antara variabel-variabel kebijakan dan hasil, sedangkan model
prosedural adalah mensimulasikan hubungan antara variabel tersebut. Model prosedural
dalam ditulis dalam bahasa nonteknis yang terfahami. Kelebihannya memungkinkan simulasi
dan penelitian yang kreatif, kelemahannya sering mengalami kesulitan mencari data atau
argument yang dapat memperkuat asumsi-asumsinya, dan biaya model procedural ini relative
tinggi disbanding model verbal simbolis.
6. Model Sebagai Pengganti dan Perspektif
Pendekatan preskriptif menurut Suyadi dan Tilaar merupakan upaya ilmu
pengetahuan menawarkan suatu norma, kaidah, atau resep yang dapat digunakan
olehpemakai memecahkan suatu masalah khususnya masalah kebijakan. Preskripsi atau
rekomendasi diidentikkan dengan advokasi kebijakan, yang acapkali dipandang sebagai cara
membuat keputusan idiologis atau untuk menghasilkan informasi kebijakan yang relevan dan
argument-argumen yang masuk akal mengenai solusi-solusi yang memungkinkan bagi
masalah publik. Jadi pengambilan kebijakan bukan atas kemauan atau kehendak para penentu
kebijakan, tetapi memiliki alasan-alasan yang kuat dan kebijakan tersebut memang menjadi
kebutuhan publik. Bentuk ekspressi dari model kebijakan lepas dari tujuan, menurut Dunn
dapat dipandang sebagai pengganti (surrogates) atau sebagai perspektif (perspective).
Model pengganti (surrogate model) diamsusikan sebagai pengganti masalah-masalah
substantif. Model pengganti mulai disadari atau tidak dari asumsi bahwa maslah formal
adalah representasi yang sah dari masalah yang substantif. Model perspektif didasarkan pada
asumsi bahwa masalah formal tidak pernah sepenuhnya mewakili secara sah masalah
substantif, sebaliknya model perspektif dipandang sebagai satu dari banyak cara lain yang
dapat digunakan untuk merumuskan masalah substantif. Perbedaan antara model pengganti
dan perspektif adalah penting dalam analisis kebijakan publik.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kebijakan adalah serangkaian tujuan, rencana, program-program yang dibuat untuk
menjadi pedoman ketika melakukan kegiatan atau mengambil keputusan di mana kebijakan
tersebut memiliki sanksi jika tidak dilaksanakan. Sementara, kebijakan pendidikan
merupakan rumusan dari berbagai cara untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional
dijabarkan di dalam berbagai kebijakan pendidikan.
Kebijaksanaan adalah serangkaian tindakan yang diarahkan untuk mencapai suatu
tujuan dan dilakukan oleh seorang atau sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah
tertentu.

Pendekatan kebijakan dalam pendidikan terbagi dua, yaitu :

1. Pendekatan Empirik (Empirical).


2. Pendekatan Evaliatif.

Model-model kebijakan dalam pendidikan menurut Dunn terbagi menjadi enam, yaitu :

1. Model Deskriptif.
2. Model Normatif.
3. Model Verbal.
4. Model Simbolis.
5. Model Prosedural.
6. Model Sebagai Pengganti dan Perspektif.
B. SARAN
Sebagai calon-calon pengambil keputusan hendaknya kita memahami apa itu
kebijakan, kebijaksanaan, serta pendekatan dan model-model yang dapat memudahkan kita
dalam mengambil keputusan untuk memecahkan suatu masalah.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.researchgate.net/publication/
347426540_Model_Analisis_Kebijakan_Pendidikan
Burhanuddin, Yusak. 1998. Administrasi Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia.
Fachruddin, dkk. 2010. Administrasi Pendidikan : Menata Pendidikan untuk Kependidikan
Islam. Bandung : Citapustaka Media Perintis.
Fattah, Nanang. 2012. Analisis Kebijakan Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Islamy, Irfan. 1988. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Jakarta : Bina Aksara.
2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed. 3, cet.1 . Jakarta : Balai Pustaka.
Rahardjo, Mudjia. 2010. Pemikiran Kebijakan Pendidikan Kontemporer. Malang : UIN-
Maliki Press.Sagala, Syaiful. 2006. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung :
Alfabeta.
Tilaar. 2009. Kekuasaan Pendidikan : Manajemen Pendidikan Nasional Dalam Pusaran
Kekuasaan. Jakarta : Rineka Cipta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 3.

Anda mungkin juga menyukai