METODOLOGI PENELITIAN
Dosen Pengajar :
Meilitha Carolina, Ns., M. Kep
Putria Carolina, Ners., M. Kep
Agustina Nugrahini, S.Kep., Ners, M. Kep
DISUSUN OLEH :
Friska amelia (2017.C.09a.0888)
KATA PENGANTAR
Puji syukur khadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat-Nya
sehingg kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini. Di makalah ini
memaparkan beberapa hal terkait “Metodologi Penelitian”. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak telah memberikan
motivasi baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan
makalah ini ke depannya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................4
1.3 Tujuan Masalah ..................................................................................................6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Berpikir Logis .....................................................................................8
2.1.1 Tujuan Berpikir Logis .............................................................................8
2.2 Kajian Tentang Sciences (Ilmu) Dan Metode Ilmiah .......................................9
2.2.1 Ilmu (Science) .........................................................................................9
2.2.2 Penggolongan Ilmu ................................................................................10
2.2.3 Syarat Sebagai Ilmu ...............................................................................10
2.2.4 Stimuli ....................................................................................................12
2.2.5 Logika ....................................................................................................12
2.3.6 Respons..................................................................................................16
2.3 Pengantar Filsafat ilmu Keperawatan .............................................................17
2.4 Paradigma keperawatan dan kaitanya dengan penelitian ................................20
2.5 Definisi Metodologi .........................................................................................27
2.5.1 Tujuan Penelitian ..................................................................................29
2.5.2 Jenis-Jenis Penelitian .............................................................................29
2.6 Pendekatan dalam Penelitian............................................................................32
2.7 Cara Berpikir dalam Penelitian .......................................................................34
2.8 Definisi Penelitian ..........................................................................................35
2.9 Latar Belakang Penelitian ..............................................................................35
2.9.1 Menyusun Rumusan Masalah Dan Tujuan Penelitian ...........................35
2.9.2 Masalah Penelitian ................................................................................37
2.9.3 Menyeleksi Masalah Riset Keperawatan ..............................................37
2.9.4 Lingkup Masalah Penelitian Keperawatan Menurut Nursalam (2008:8)
ii
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
Dalam rangka menghadirkan suatu karya ilmiah yang memiliki bobot tinggi,
khususnya yang terkait dengan penelitian, maka disinilah pentingnya landasan
teori sebagai rujukan dalam melakukan sebuah penelitian. Seorang peneliti akan
merasa terbantukan dengan adanya teori, karena hal tersebut akan menjadi titik
acuan dalam proses penelitiannya. Sehingga dengan adanya referensi tersebut
maka penelitian yang dilakukan bukan hal coba-coba yang pada ujungnya
menghasilkan kekeliruan atau lazimnya lebih dikenal dengan istilah trial and
error. Karena hal tersebut merupakan inti sari dari teori yang telah dikembangkan
yang dapat mendasari perumusan hipotesis.
Penelitian kuantitatif merupakan suatu penelitian yang analisisnya secara
umum memakai analisis statistik. Penelitian kuantitatif dikembangkan oleh
penganut positivisme yang dipelopori oleh Auguste Conte. Aliran ini berpendapat
bahwa untuk memacu perkembangan ilmu-ilmu sosial, maka metode-metode IPA
harus diadopsi ke dalam riset-riset ilmu sosial (Harahap, 1992).
Karenanya dalam penelitian kuantitatif pengukuran terhadap gejala yang
diamati menjadi penting, sehingga pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan daftar pertanyaan berstruktur (angket) yang disusun berdasarkan
pengukuran terhadap variabel yang diteliti yang kemudian menghasilkan data
kuantitatif.
Berbeda dengan penelitian kualitatif yang menekankan pada studi kasus,
penelitian kuantitatif bermuara pada survey.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud berpikir logis?
2. Apa yang di maksud dengan konsep berpikir logis dan metode ilmiah?
3. Apa peranan berfikir logis dalam penelitian ilmiah?
4. Apa yang dimaksud penggolongan ilmu?
5. Apa yang di maksud dengan Pengantar Filsafat Ilmu Keperawatan ?
6. Apa yang di maksud dengan Paradigma Keperawatan dan kaitannya
dengan Penelitian ?
7. Apa pengertian konsep dasar penelitian Metodologi ?
8. Apa Tujuan konsep dasar penelitian Metodologi ?
9. Apa Jenis-Jenis Penelitian ?
35
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud berpikir logis.
2. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan konsep berpikir logis dan
metode ilmiah.
3. Untuk mengetahui apa peranan berfikir logis dalam penilitian ilmiah.
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud penggolongan ilmu.
5. Untuk Mengetahui Yang Di Maksud Dengan Pengantar Filsafat Ilmu
Keperawatan.
6. Untuk Mengetahui Yang Maksud Dengan Paradigma Keperawatan Dan
Kaitannya Dengan Penelitian
7. Untuk mengetahui konsep dasar penelitian Metodologi
8. Untuk mengetahui konsep dasar penelitian Metodologi
9. Untuk mengetahui Jenis-Jenis Penelitian
10. Untuk mengetahui Pendekatan dalam Penelitian
11. Untuk mengetahui Cara Berpikir dalam Penelitian
12. Untuk mengetahui definisi Penelitian
13. Untuk mengetahui Latar Belakang Penelitian
14.Untuk mengetahui Menyusun Rumusan Masalah Dan Tujuan Penelitian
15. Untuk mengetahui lingkup masalah penelitian ilmu keperawatan dasar
16. Untuk mengetahui lingkup masalah penelitian ilmu keperawatan anak
17. Untuk mengetahui lingkup masalah penelitian ilmu keperawatan
maternitas
18. Untuk mengetahui lingkup masalah penelitian ilmu KMB
19. Untuk mengetahui lingkup masalah penelitian ilmu keperawatan gawat
darurat
20. Untuk mengetahui lingkup masalah penelitian ilmu keperawatan jiwa
21. Untuk mengetahui lingkup masalah penelitian ilmu keperawatan
komunitas
22. Untuk Mengetahui pengertian Teori.
23. Untuk Mengetahui tugas fungsi dan peranan Teori dalam penelitian.
24. Untuk Mengetahui cara penyusunan kerangka teori.
25. Untuk Mengetahui Pengertian hipotesis.
3
TEORI ADAPTASI
HUKUM,
PRINSIP:
HUMANISTIK
HOLISTIK
HIPOTESIS
FAKTA EMPIRIS:
Belum diterapkannya
Penjelasan
1. Teori Adaptasi terdiri dari Komponen – komponen sains, yaitu terbentuk dari
beberapa konsep:
1) Konsep Stres akibat MRS (stress hospitalisasi)
2) Konsep Koping (regulator & cognator)
3) Konsep Manusia
12
4) Konsep Perawat
5) Konsep sakit
2.Adanya sekelompok pengetahuan yang dirangkai dengan penambahan
pernyataan lain sehingga terbentuk suatu informasi tentang hubungan antar
pengetahuan. Minimal pada penelitin ini akan menghasilkan suatu proposisi-
proposisi
3. Memenuhi Metode Sains: Mekanisme Stimulus-Respons
STIMULUS
LOGIKA RESPONS
2.2.4 Stimuli
1. Masalah
Fakta/empiris yang dapat diamati dan diukur berdasarkan hasil suatu
pengamatan yang cermat dan teliti
2. Perumusan Masalah Penelitian
Masalah yang sudah ditemukan kemudian dirumuskan dalam suatu
masalah penelitian. Didalam penelitian dituliskan sebagai pertanyaan
penelitian.
2.2.5 Logika
1. Kajian Toeritik/Konseptual
Misalnya, dalam ilmu keperawatan dimana tejadinya suatu sakit pada
3
2.2.6 Respons
Respons dalam kajian ilmiah dapat digolongkan seperti di bawah ini,
yaitu:
1. Penyusunan Instrumen Penelitian (validitas dan reliabilitas) 17
4. Konsep lingkungan
Lingkungan adalah faktor eksternal yang berpengaruh terhadap
perkembangan menusia dan mencakup antara lain lingkungan sosial, status
ekonomi dan kesehatan. Fokus lingkungan yaitu lingkungan fisik, psikologi,
sosial, budaya dan spiritual. Lingkungan dibagi 2 yaitu :
a. Lingkungan dalam terdiri dari:
1) Lingkungan fisik (physical enviroment)
Merupakan lingkungan dasar/alami yang berhubungan dengan
ventilasi dan udara. Faktor tersebut mempunyai efek terhadap
lingkungan fisik yang bersih yang selalu akan mempengaruhi pasien
dimanapun dia berada didalam ruangan harus bebas dari debu, asap,
bau-bauan. Tempat tidur pasien harus bersih, ruangan hangat, udara
bersih, tidak lembab, bebas dari bau-bauan. Lingkungan dibuat
sedemikian rupa sehingga memudahkan perawatan baik bagi orang
lain maupun dirinya sendiri. Luas, tinggi penempatan tempat tidur
harus memberikan memberikan keleluasaan pasien untuk beraktifitas.
Tempat tidur harus mendapatkan penerangan yang cukup, jauh dari
kebisingan dan bau limbah. Posisi pasien ditempat tidur harus diatur
sedemikian rupa supaya mendapat ventilasi.
2) Lingkungan psikologi (psychologi environment)
Florence Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang negatif
dapat menyebabkan stress fisik dan berpengaruh buruk terhadap emosi
pasien. Oleh karena itu ditekankan kepada pasien menjaga rangsangan
fisiknya. Mendapatkan sinar matahari, makanan yang menarik dan
aktivitas manual dapat merangsanag semua faktor untuk membantu
pasien dalam mempertahankan emosinya. Komunikasi dengan pasien
26
9. Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan adalah penelitian yang diarahkan pada pemecahan
masalah atau perbaikan. Penelitian ini difokuskan kepada perbaikan
proses maupun peningkatan hasil kegiatan. Contohnya guru mengadakan
pemecahan masalah terhadap masalah-masalah yang ada dalam kelas.
10. Penelitian Dasar
Penelitian ini dilakukan untuk memverifikasi teori yang sudah ada atau
mengetahui lebih lanjut tentang sebuah konsep.
Penelitian dasar dibedakan atas pendekatan yang digunakan dalam
pengembangan teori yaitu :
a. Penelitian deduktif, yaitu penelitian yang bertujuan menguji teori
pada keadaan tertentu. Contoh: Karena penurunan beras besar,
maka harga beras akan turun.
b. Penelitian induktif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk
mengembangkan teori atau hipotesis melalui pengungkapan fakta.
Contohnya: Jika dipanaskan besi memuai, jika ada udara makhluk
hidup akan hidup dan sebagainya.
11. Penelitian Terapan
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan tentang
permasalahan yang khusus atau untuk membuat keputusan tentang suatu
tindakan. Contoh: berkaitan dengan peningkatan kualitas
strategi, teknik, dan model pembelajaran, atau peningkatan minat dan
motivasi belajar siswa.
2.6 Pendekatan dalam Penelitian
Scott W. Vanderstoep and Deirdre D. Johnston menyatakan, kendati bervariasi,
pendekatan penelitian dapat dikelompokkan ke dalam 2 bagian besar, yaitu:
3
33
1) Pendekatan Kuantitatif
Pendekatan ini menekankan pada penilaian numerik atas fenomena yang
dipelajari. Pendekatan penelitian kuantitatif didasari oleh filsafat
positivisme yang memandang setiap realitas/gejala/fenomena itu dapat
diklasifikasikan, relative tetap, konkrit, teramati, terukur, dan hubungan
gejala bersifat sebab akibat. Karena itu, sebelum dilakukan penelitian
dapat disusun dan dirancang secara detail dan tidak akan berubah-ubah
selama penelitian berlangsung. Penelitian ini cenderung dilakukan secara
terpisah antara peneliti dengan obyek yang diteliti.
2) Pendekatan Kualitatif
Pendekatan ini menekankan pada pembangunan naratif atau deskripsi
tekstual atas fenomena yang diteliti. Pendekatan penelitian kualitatif
adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme.
Filsafat ini sering juga disebut sebagai paradigma interpretif dan
konstruktif, yang memandang realitas social sebagai sesuatu yang
holistic/utuh, kompleks, dinamis, penuh makna, dan hubungan gejala
bersifat interaktif. Pendekatakan penelitian kualitatif disebut juga dengan
pendekatan penelitian naturalistic karena penelitiannya dilakukan pada
obyek yang alamiah yaitu obyek yang berkembang apa adanya, tidak
dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak mempengaruhi
dinamika tersebut. Istilah naturalistik menunjukkan bahwa pelaksanaan
penelitian terjadi secara alamiah, apa adanya dalam situasi normal dan
menekankan pada deskripsi secara alami.
Sedangkan menurut Muri Yusuf (2007:13) kebenaran keilmuan itu dapat
didekati melalui pengalaman, penalaran dan penyelidikan ilmiah. Sehubungan
dengan itu, ada dua pendekatan dalam mencari kebenarannya, yaitu:
1) Pendekatan Non-Ilmiah
Dalam pendekatan non-ilmah ini ada beberapa bentuk yang dapat
digunakan, yaitu:
1. Akal sehat
Akal sehat merupakan serangkaian konsep dan bagan konseptual yang
memuaskan untuk penggunaan praktis bagi kemanusiaan. Menurut
James Drever dikutip oleh Muri Yusuf (2007:15) menyatakan akal
sehat sebagai intelegensi praktis yang didasarkan pengalaman. Pendapat
otoritas ilmiah
2. Otoritas 34
Kebenaran yang didapat dari otoritas ilmiah ini bukanlah sesuatu yang
benar sepanjang zaman karena mereka yang memiliki otoritas dari
pendidikan dengan pikirian yang logis saja dan bukan dari penyelidikan
ilmiah, bisa saja jika sudah di teliti otoritas itu salah.
3. Intuisi
Cara ini seling digunakan oleh seseorang dalam memecahkan suatu
masalah yang sulit, dengan cara menentukan suatu pendapat atau
keputusan berdasarkan sesuatu yang didapat dari proses yang tidak
disadari atau sesuatu yang tidak dipikirkan terlebih dahulu.
4. Coba dan salah
Cara ini sering digunakan oleh seseorang meskipun tidak efesien.
Apabila ingin memecahkan masalah maka orang itu langsung mencoba-
coba dan pada akhirnya menemukan sesuatu. Apabila gagal maka
cobalagi dan begitu seterusnya.
2) Pendekatan ilmiah
Pengetahuan dan kebenaran yang didapat melalui pendekatan ilmiah
dengan menggunakan penelitian atau penyelidikan sebagai wahana, serta
berpijak pada teori-teori tertentu yang berkembang berdasarkan
penelitian secara empiris sebelumnya akan mempunyai kekuatan yang
sangat berarti dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Frankel dan
Wallen dalam Muri Yusuf (2007:17) mengatakan bahwa ada lima
langkah umum dalam berfikir secara ilmiah, yaitu: identifikasi masalah,
merumuskan asalah, mem-formulasikan hipotesisi, dan memproyeksikan
konsekuen/ akibat-akibat yang akan terjadi dan mengajukan pengujian
hipotesis.
2.7 Cara Berpikir dalam Penelitian
Cara berpikir kelilmuan adalah cara berpikir induktif-deduktif atau deduktif-
induktif, kebenaran yang telah adaditinjau kembali untuk selanjutnya diuji secara
3
1. Berfikir spektif
Seorang harus selalu mempertanyakan bukti atau fakta yang dapat
mendukung suatu pernyataan (tidak mudah percaya)
2. Berfikir analisi
Peneliti harus selalu menganalisa setiap pernyataan atau persoalan yang
dihadapi
3. Berfikir kritis
Mulai dari awal hingga akhir kegiatan, penelitian dilakukan berdasarkan
cara-cara yang sudah ditentukan, yaitu prinsip memperoleh ilmu
pengetahuan.
2.8 Definisi Penelitian
Penelitian adalah terjemahan dari kata inggris research. Berasal dari kata
“Re” yange berarti kembali dan “to search” yang berarti mencari. Dengan
demikian, arti research adalah mencari kembali. Menurut Whitney, yang dikutip
oleh M.Nazir (1999), penelitian adalah pencarian atas sesuatu (inquiry) secara
sistematis dengan penekanan bahwa pencarian ini dilakukan terhadap masalah
yang dapat dipecahkan.
Menurut Hidayat, Aziz Alimul (2010) mengungkapkan bahwa, Penelitian
adalah suatu kegiatan yang menghasilkan suatu karya yang ditulis berdasarkan
kenyataan ilmiah, diperoleh sebagai hasil kajian kepustakaan maupun penelitian
lapangan (klinik dan laboratorium), yang dilakukan dari penemuan masalah untuk
dianalisis atau diolah sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan.
2.9 Latar Belakang Penelitian
Latar belakang masalah dalam penelitian menyajikan gambaran yang dapat
menjelaskan mengapa suatu penelitian menarik untuk diteliti. Biasanya diuraikan
dalam bentuk deduksi, dimulai dengan hal-hal yang umum dan diakhiri dengan
pembatasan masalah. Ada dua model yang dapat digunakan di dalam membuat
latar belakang masalah, yaitu :
1) Menguraikan adanya kesenjangan anatara kondisi objektif dengan
36
kondisi normatif / asumsi-asumsi tertentu.
Jika penelitian menggunakan model pertama, kondsi objektif dapat
digambarkan melalui data sekunder yang ada, sedangkan kondisi
normatif dapat berbentuk teori, nilai, atau norma yang berlaku secara
umum
2) Menggambarkan perkembangan teori atau suatu kondisi objektif tanpa
membandingkannya dengan kondisi normatif.
jika peneliti menggunakan model kedua, peneliti hanya menggambarkan
karakteristik suatu gejala secara lebih rinci. Pada bagian ini, peneliti
dapat memberikan gambaran kondisi objektif dengan alat bantu 5W +
1H, dimana penggunaan alat bantu ini tidak dapat terpisahkan dengan
model yang digunakan dalam pembuatan latar belkang masalah, tetapi
berupa satu kesatuan yang saling melengkapi.
Penulisan Latar Belakang harus memuat beberapa poin penting dengan
alur sebagai berikut:
3) Fenomena / Issue terbaru
Mengemukakan berbagai keadaan di masyarakat atau di kalangan tertentu
yang berhubungan dengan masalah yang akan di teliti. misalnya berbagai
kebijakan pemerintah, issue pendidikan, kenakalan remaja, prestasi siswa
dll
4) Kondisi Ideal didukung Teori-teori terbaru
Mengemukakan kondisi yang diharapkan oleh siswa, masyarakat atau
pemerintah didukung oleh pemaparan berbagai kajian teori yang merujuk
kondisi yang diinginkan atau kondisi yang seharusnya.
5) Kondisi Empiris
Mengemukakan kondisi yang terjadi terhadap obyek yang akan di teliti
disertai berbagai bukti yang mendukung terhadap pengungkapan kondisi
tersebut.
3
6) Penemuan Masalah
Berdasarkan pengungkapan kondisi ideal dan kondisi empiris (No. 2 dan
No. 3) di atas maka akan muncul ketimpangan antara keduanya yang
37
kemudian akan di analisis dan di teliti.
7) Alasan Penelitian
Pada bagian akhir penulisan Latar Belakang kemukakan pentingnya
penulisan dan pentingnya pemilihan permasalahan yang di teliti.
2.10 Menyusun Rumusan Masalah Dan Tujuan Penelitian
2.10.1 Masalah Penelitian
Masalah penelitian merupakan langkah awal yang harus dipikirkan dan
disusun berdasarkan suatu fakta empiris di lapangan. Pada tahap awal pelaksanaan
penelitian, kegiatan yang perlu dilakukan adalah memahami konsep masalah
berdasarkan kajian kepustakaan yang dapat dipercaya. Kegiatan tersebut meliputi
berpikir, membaca teori, dan revieuw dengan teman sejawat dan pembimbing.
Selama tahap ini, seorang peneliti perlu memahami pelaksanaan deductive
reasoning dan memilih topik yang diminati dari hasil riset yang telah
dilaksanakan orang lain.
TOPIK
TUJUAN
PENELITIAN
MANFAAT 38
MASALAH DAN
RUMUSAN
MASALAH
Pengembangan kerangka
konseptual(teori/ilmu
keperawatan
:ROY;OREM;KING
DLL)
3
Keterangan :
Alur perumusan masalah penelitian keperawatan tersebut berdasar pada
masalah-masalah keperawatan yang berasal dari diagnosis keperawatan,yang
terdiri dari rumus PES. P (problem) adalah respons/masalah yang dirasakan oleh
klien, baik fisik, psikis, maupun sosio-spiritual. Dalam menentukan P, merujuklah
pada masalah keperawatan yang dikemukakan oleh North American Nurses
Diagnosis (NANDA), sebagai acuan penentuan masalah keperawatan di dunia. E
(Etilology) adalah penyebab dari masalah, dapat berupa patofisiologi suatu
penyakitm situasi lingkungan atau tempat tinggal. S (Sign & symptoms) adalah
tanda dan gejalan yang biasanya memberikan kontribusi terhadap timbulnya
masalah. Keterangan tersebut dapat dianalogikan, bahwa PES dipergunakan
sebagai suatu variabel penelitian, yaitu P sebagai variabel dependen; E sebagai
variabel independen; dan S dapat berperan sebagai variabel independen,
dependen, moderator, atau variabel lainnya.
Sedangkan syarat masalah riset keperawatan, menurut Sastroasmoro dan
Ismail (1995,hal 11), harus mengandung unsur = FINER
F : Bisa dijalankan (FEASIBLE)
1) Tersedia subjek penelitian
2) Tersedia dana
3) Tersedia waktu, alat, dan keahlian.
E : Menarik (INTERESTING)
1) Masalah hendaknya menarik untuk diteliti
N : hal baru (NOVEL)
1) Membantah dan mengonfirmasikan penemuan terdahulu
2) Melengkapi dan mengembangkan hasil penelitian terdahulu
3) Menemukan sesuatu yang baru
E : Etika ( ETHICAL)
1) Tidak bertentanngan dengan etika,khususnya etika keperawatan
R : Relevan (RELEVANT)
1) Bermanfaat bagi perkembangan IPTEK
2) Dapat digunakan untuk meningkatkan asuhan keperawatan dan
kebijaksanaan kesehatan
3) Sebagai dasar penelitian selanjutnya
Contoh lingkup riset keperawatan terlampir (dianmil dari hasil riset peneliti
40
dan mahasiswa PSIK UNAIR 2001/2001)
2.10.3 Lingkup Masalah Penelitian Keperawatan Menurut Nursalam
(2008:8)
Prioritas /lingkup riset keperawatan berdasarkan kelompok ilmu
keperawatn di kembangkan menjadi:
1) Prioritas kesehatan dan pencegahan penyakit pada masyarakat
2) Pencegahan perilaku dan lingkungan yang berakibat buruk pada
masalah kesehatan
3) Menguji model praktik keperawatan di komunitas
4) Menentukan efektivitas intervensi keperawatan pada infeksi HIV-
AIDS.
5) Mengkaji pendekatan yang efektif pada gangguan perilaku.
6) Evaluasi intervensi keperawatan yang efektif pada penyakit kronis.
7) Identifikasi faktor-faktor bioperilaku yang berhubungan dengan
kemampuan koping.
8) Mendokumentasikan efektivitas pelayanan kesehatan /keperawatan
9) Mengembangkan masalah dan metodologi riset pelayanan kesehatan
/keperawatan .
10) Menentukan efektivitas boaya perawatan klien.
2.10.4 Kajian Masalah / Sumber Masalah Penelitian Keperawatan
Masalah riset bisa di dapatkan dari berbagai sumber.akan tetapi pemilihan
sumber harus selektif.aktif,dan imajinatif dalam penggunaan nya.Moody
dkk,(1989) meneliti tentang sumber-sumber permasalahan dan ternyata didaatkan
87% dari pengalaman praktik klinik ; 57 b% dari literatur (kepustakaan) ; 46%
dari interaksi dan diskusi denga teman sejawat ; 28 % dari interaksi dengan murid
; dan 9 % dari prioritas dana.
2.10.5 Praktik Keperawatan
3
41
Seleksi kasus : G, E,
1
natal, dll
Masalah
2 keperawatan
3 P- E
Ide ( masalah – empiris)
Brainstorming 44
Kecemasan
Kekuatan mengejan
Usia ibu
Paritas (melahirkan dengan selamat)
Status social ekonomi
Tipe dukungan keluarga-suami
Stess psikologis
Waktu masuk rumah sakit
Rumusan masalah :
4
Judul
5
Tujuan
6
Menjelaskan pengaruh pendampingan suami terhadap
percepatan perubahan KALA I persalinan
2) Dana
Perumusan masalah dan tujuan yang dipilih sangat dipengaruhi oleh
alokasi dana yang tersedia. Potensial sumber dana harus dipertimbangkan pada
ssat penyusunan masalah atau tujuan. Untuk memperkirakan dana yang
diperlukan, beberapa pertanyaan berikut ini perlu dipertimbangkan :
1) Literature: apakah akan diperlukan computer, fotokopi artikel, atau
pembelian buku?
2) Subjek : apakah subjek atau responden perlu diberi biaya dalam
partisipasinya?
3) Peralatan : alat –alat apakah yang diperlukan untuk penelitian? Apakah alat-
alat tersebut bisa diperoleh dengan cara meminjam, menyewa, membeli,
ataukah disediakan oleh donator? Apakah bisa menggunakan alat-alat yang
tersedia, ataukah perlu membangun membuat sendiri? Berapakah biaya
untuk pengukuran instrumen?
4) Personel : apakah asisten / konsultan perlu diberikan biaya pengetikan dan
analisis data?
5) Computer : apakah pemakaian computer diperlukan saat menganalisis data?
Jika ya, berapa biayayang diperlukan?
6) Transportasi : Berapa biaya transportasi untuk melakukan penelitian dan
menyajikan hasil?
3
4) Ketersediaan Responden
Dalam menentukan suatu tujuan penelitian, yang perlu dipertimbangkan
adalah tipe dan juumlah responden yang diperlukan. Sampel biasanya sulit jika
peneliitian meliputi populasi yang unik dan jarang. Misalnya quadriplegic yang
hidup sendirian. Semakin spesifik suatu populasi, semakin sulit mendapatkannya.
Dana dan waktu yang tersedia akan berakibat terhadap responden yang dipilih.
Dengan keterbatasan waktu dan dana, seorang peneliti perlu menentukan
responden yang tersedia yang tidak memerlukan biaya (upah).
5) Ketersediaan fasilitas dan peralatan
Peneliti perlu mempertimbangkan apakah riset memerlukan fasilitas tertentu.
Apakah ruangan khusus diperlukan untuk program pendidikan, wawancara, atau
observasi? Jika risett dilaksanakan di rumah sakit, klinik, atau sekolah perawat,
apakah diperlukan seorang perawat agen? Tindakan atau les di laboratorium akan
sangat mahal dan mungkiin membutuhkan dana dari sumber lain. Riset perawatan
biasanya dilaksanakan di rumah sakit, klinik, rumah klien, dan tempat lainnya.
6) Kerja sama dengan tim
Suatu penelitian tidak akan dapat berjalan dengan lancar tanpa kerja sama
dengan tim yang lain. Hampir semua riset keperawatan melibatkan subjek
manusia dan dilaksanakan di rumah sakit, klinik, sekolah perawat, kantor atau
rumah. Adanya hubungan yang baik dengan individu di tempat penelitian akan
sangat membantu. Orang sering berharap dapat terlibat dalam suatu penelitian jika
permasalah dan tujuan penelitian ada hubungannya dengan permasalahan yang
ada atau mereka tertrik secara individu terhadap permasalahannya. Misalnya
seorang perawat di rumah sakit tertarik dengan penelitian yang ada hubungannya
dengan effektifitas penggunaan biaya institusi terhadap program kesejahteraan
perawat.
7) Pertimbangan etika
Tujuan suatu penelitian harus etis, dalam arti hakresponden dan yang
lainnya dilindungi (Lemo-Kilpi & Tuomaala, 1989). Jika suatu tujuan penelitian
akan berakibat jelek terhadap hak responden, maka penelitian tersebut harus
dievaluasi ulang dan mungkin harus dihindari.
48
2.10.10 Menyusun Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian diperoleh dari rumusan masalah penelitian yang telah
ditetapkan sebagai indikator terhadap hasil yang dih.arapkan. Tujuan dari
penelitian berguna untuk mengidentifikasi, menjelaskan, mempelajari,
membuktikan, mengkaji dan memprediksi alternatif pemecahan masalah
terhadapmasalah penelitian. Tujuan tersebut biasanya menandakan tipe dari riset,
misalnya deskriptif : studi kasus, cross sectional, kohort, case control dab
experiment : trust-experiment, quasy-experimant, dab preaexperiment. Dengan
dengan adanya tujuan tersebut akan mempermudah untuk mencapai hasil yang
diharapkan.
Tujuan penelitian, pertanyaan penelitian (rumusan masalah), dan hipotesis
disusun untuk menjebatani kesenjangan anatara permasalahan penelitian yang
masih abstrak. Kejelasan dari objekvitas biasanya difokuskan pada satu atau dua
variabel.kadang-kadang fokusnya untuk mengidentifikasi suatu hubungan diantara
duaatau lebih variabel atau untuk menentukan perbedaan diantara dua kelompok
dari suatu variabel (Burns & Grove, 1991; Polit & Hungler, 1993; dan LoBiondo
& Wood, 1994).
Tujuan penelitian harus jelas, ringkas dan berupa pernyataan yang
deklaratif, yang biasanya dituliskan dalam bentuk kalimat aktif. Agar tujuan
menjadi jelas, biasanya tujuan perlu dijabarkan lebih lanjut. Fokus tersebut bisa
dalam bentuk identifikasi hubungan atauasosiasi diantara variabel atau
menentukan perbedaan diantara dua kelompok dengan variabel. Misalnya, tujuan
penelitian adalah untuk:
3
preventif yang berfokus pada : pendekatan anak dan keluarga, pemberian asuhan
keperawatan
2.12.3 Filosofi Keperawatan Anak
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada anak harus
memahami bahwa semua asuhan Keperawatan anak harus berpusat pada keluarga
( family center care ) dan mencegah terjadinya trauma ( atraumatik care ).
Family center care ( perawatan berfokus pada keluarga ) merupakan unsur
penting dalam perawatan anak karena anak merupakan bagian dari anggota
keluarga, sehingga kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan keluarga.,
Untuk itu keperawatan anak harus mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau
53
sebagai konstanta tetap dalam kehidupan anak yang dapat mempengaruhi status
kesehatan anak.
Sedangkan maksud dari atraumatic care adalah semua tindakan
keperawatan yang ditujukan kepada anak tidak menimbulkan trauma pada anak
dan keluarga dengan memperhatikan dampak dari setiap tindakan yg diberikan.
Prinsip dari atraumatic care adalah menurunkan dan mencegah dampak
perpisahan dari keluarga, meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol
perawatan pada anak, mencegah dan mengurangi cedera ( injury ) dan nyeri
(dampak psikologis ), tidak melakukan kekerasan pada anak dan modifikasi
lingkungan fisik
2.12.4 Prinsip Keperawatan Anak
Dalam keperawatan anak, perawat harus mengetahui bahwa prinsip
keperawatan anak adalah :
1. Anak bukan miniatur orang dewasa
2. Anak sebagai individu unik & mempunyai kebutuhan sesuai tahap
perkembangan
3. Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada pencegahan &
peningkatan derajat kesehatan, bukan mengobati anak sakit
4. Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus
pada
5. Kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab secara
komprehensif dalam memberikan askep anak
6. Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak & keluarga
untuk mencegah, mengkaji, mengintervensi & meningkatkan
kesejahteran dengan menggunakan proses keperawatan yang sesuai
dengan moral ( etik ) & aspek hukum ( legal )
7. Tujuan keperawatan anak & remaja adalah untuk meningkatkan
maturasi / kematangan
8. Berfokus pada pertumbuhan & perkembangan
2.12.5 Paradigma Keperawatan Anak
1. Manusia ( Anak )
Anak baik sebagai individu maupun bagian dari keluarga merupakan
salah satu sasaran dalam pelayanan keperawatan. Untuk dapat
memberikan pelayanan keperawatan yang tepat sesuai dengan masa
tumbuh kembangnya, anak di kelompokkan berdasarkan masa tumbuh
kembangnya yaitu
1) Bayi : 0 – 1 th
2) Toddler : 1 – 2,5 th
3) Pra Sekolah : 2,5 – 5 th
54
4) Sekolah : 5 – 11 th
5) Remaja : 11 – 18 th
Terdapat perbedaan dalam memberikan pelayanan keperawatan antara
orang dewasa dan anak sebagai sasarannya. Perbedaan itu dapat dilihat
dari struktur fisik, dimana secara fisik anak memiliki organ yang belum
matur sepenuhnya. Sebagai contoh bahwa komposisi tulang pada anak
lebih banyak berupa tulang rawan, sedangkan pada orang dewasa sudah
berupa tulang keras.
Proses fisiologis juga mengalami perbedaan, kemampuan anak dalam
membentuk zat penangkal anti peradarangan belum sempurna sehingga
daya tahan tubuhnya masih rentan dan mudah terserang penyakit. Pada
aspek kognitif, kemampuan berfikir anak serta tanggapan terhadap
pengalaman masa lalu sangat berbeda dari orang dewasa, pengalaman
yang tidak menyenangkan selama di rawat akan di rekam sebagai suatu
3
4. Keperawatan
Merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang komprehensif
meliputi biologi, psikologis, social dan spiritual yang ditujukan pada
individu, keluarga, masyarakat dan kelompok khusus yang
mengutamakan pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
yang diberikan dalam kondisi sehat maupun sakit. Anak sebagai
individu maupun salah satu anggota keluarga merupakan sasaran dalam
pelayanan keperawatan Sehingga perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan harus memandang anak sebagai individu yang unik yang
memiliki kebutuhan tersendiri sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangannya.
2.12.6 Peran Perawat Dalam Keperawatan Anak
1. Pemberi Perawatan ( peran utama, untuk memenuhi kebutuhan dasar
anak seperti asah, asih, asuh)
2. Sebagai Advocat Keluarga (sebagai pembela keluarga dalam
menentukan haknya pasien). Perawat membantu anak dan keluarga dlm
menentukan berbagai pilihan yg diberitahukan dan bertindak dlm
memberikan yg terbaik kepada anak.
3. Pencegahan penyakit /Promosi Kesehatan
Tren pelayanan kesehatan masa depan berfokus pada pencegahan
penyakit dan pemeliharaan kesehatan, bukan perawatan penyakit atau
ketidakmampuan. Setiap bentuk pelayanan mengutamakan tindakan
pencegahan timbulnya masalah baru sebagai dampak penyakit yang
diderita)
4. Pendidikan (dalam asuhan keperawatan mampu sebagai pendidik, untuk
merubah perilaku pada anak dan keluarga)
5. Konseling (memberikan waktu untuk berkonsultasi terhadap masalah
anak maupun keluarga)
6. Kolaborasi (bekerjasama dengan TIM kesehatan lain, mengingat anak
merupakan individu yang kompleks yang membutuhkan perhatian
56
dalam perkembangan)
7. Pengambil keputusan etik (mengingat perawat selalu berhubungan dengan
anak kurang lebih 24 jam, peran perawat dalam pengambil keputusan etik
dalam tindakan pelayanan keperawatan)
8. Peneliti (melakukan kajian-kajian keperawatan anak, yang dapat
dikembangkan untuk perkembangan teknologi keperawatan, untuk
meningkatkan mutu pelayanan anak)
2.13 Definisi Ilmu Keperawatan Maternitas
Keperawatan maternitas merupakan salah satu bentuk pelayanan profesional
keperawatan yang ditujukan kepada wanita pada masa usia subur (WUS)
berkaitan dengan system reproduksi, kehamilan, melahirkan, nifas, antara dua
kehamilan dan bayi baru lahir sampai umur 40 hari, beserta keluarganya, berfokus
pada pemenuhan kebutuhan dasar dalam beradaptasi secara fisik dan psikososial
untuk mencapai kesejahteraan keluarga dengan menggunakan pendekatan proses
3
keperawatan. Setiap individu mempunyai hak untuk lahir sehat maka setiap
individu berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Keperawatan
ibu menyakini bahwa peristiwa kelahiran merupakan proses fisik dan psikis yang
normal serta membutuhkan adaptasi fisik dan psikososial dari idividu dan
keluarga. Keluarga perlu didukung untuk memandang kehamilannya sebagai
pengalaman yang positif dan menyenangkan. Upaya mempertahankan kesehatan
ibu dan bayinya sangat membutuhkan partisipasi aktif dari keluarganya.
2.13.1 Paradigma Keperawatan Maternitas
57
Paradigma keperawatan pada keperawatan maternitas meliputi manusia,
lingkungan, sehat dan keperawatan.
1. Manusia
Terdiri dari wanita usia subur wanita pada masa usia subur (WUS)
berkaitan dengan system reproduksi, kehamilan, melahirkan, nifas, antara
dua kehamilan dan bayi baru lahir sampai umur 40 hari, beserta
keluarganya adalah anggota keluarga yang unik dan utuh, merupakan
mahluk bio-psikososial dan spiritual yang memiliki sifat berbeda secara
individual dan dipengaruhi oleh usia dan tumbuh kembangnya. Salah satu
tugas perkembangan wanita adalah pengalaman melahirkan danak yang
dapat merupakan krisis situasi dalam keluarga tersebut apabila tidak
mampu beradaptasi dengan baik.
2. Lingkungan
Sikap, nilai dan prerilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan
budaya dan social disamping pengaruh fisik Proses kehamilan
danpersalinan serta nifas akan melibatkan semua anggota keluarga dan
masyarakat. Proses kelahiran merupakan permulaan suatu bentuk
hubungan baru dalam keluarga yang sangat penting, sehingga pelayanan
maternitas akan mendorong interaksi yang positif dari orang tua, bayi dan
angota keluarga lainnya dengan menggunakan sumber-sumber dalam
keluarga.
3. Sehat
Sehat adalah suatu keadaan terpenuhinya kebutuhan dasar, bersifat
dinamis dimana perubahan-perubahan fisik dan psikososial mempengaruhi
kesehatan seseorang.setiap indivisu memeiliki hak untuk lahir sehat
sehingga WUS dan ibu memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan yang berkualitas.
4. KeperawatanIbu
Keperawatan ibu merupakan pelayanan keperawatan professional yang
ditujukan kepada wanita usia subur wanita pada masa usia subur (WUS)
berkaitan dengan system reproduksi, kehamilan, melahirkan, nifas, antara
dua kehamilan dan bayi baru lahir sampai umur 40 hari, beserta
keluarganya yang berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar dalam
melakukan adaptasi fisik dan psikososial dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan. Keperawatan ibu memberikan asuhan
keperawatan holistik dengan selalu menghargai klien dan keluarganya
serta menyadari bahwa klien dan keluarganya berhak menentukan
perawatan yang sesuai untuk dirinya.
2.13.2 Peranan Perawat Dalam Keperawatan Maternitas
Suatu perilaku yang diharapkan, yang dikaitkan dengan standar,
merefleksikan tujuan dan nilai yang dilaksanakan pada situasi tertentu. Peranan
atau tingkah laku perawatan yang diharapkan dan dinilai oleh masyarakat dalm
memberikan pelayanan ibu dan bayi baru lahir:
1. Sebagai pelaksana keperawatan (caregiver) 58
2. Sebagai pendidik (teacher)
3. Sebagai communicator
4. Sebagai penasehat (counselor)
5. Sebagai researcher
6. Sebagai pembela (advocate)
7. Sebagai manajer
2.14 Definisi Ilmu Keperawatan Medikal Bedah
Keperawatan Medikal Bedah adalah pelayanan profesional yang
berdasarkan pada ilmu keperawatan medikal bedah dan teknik keperawatan
medikal bedah berbentuk pelayanan Bio-psiko-sosio-spiritual, peran utama
perawat adalah memeberikan asuhan keperawatan kepada manusia (sebagai objek
utama pengkajian filsafat ilmu keperawatan: ontologis). (Nursalam, 2008: hal 14).
3
1) Trauma/cedera
2) Infeksi
3) Keracunan (poisoning)
4) Degenerasi (failure)
5) Asfiksia
6) Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar (excessive
loss of wafer and electrolit)
7) Dan lain-lain.
Kegagalan sistem susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernapasan dan
hipoglikemia dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat (4-6 menit),
sedangkan kegagalan sistem/organ yang lain dapat menyebabkan kematian dalam
waktu yang lebih lama.
2.15.3 Standar Keperawatan
Standar keperawatan merupakan tingkat pelaksanaan yang perawatnya
memegang tanggung jawab, dan didefinisikan sebagai cara seorang perawat yang
bijaksana akan memberikan peratawan lingkungan yang sama atau serupa. Pada
tahun 1983, emergency nurses association (ENA) membuat standar keperawatan
untuk semua perawat profesional yang bekerja di lingkungan gawat darurat.
Selanjutnya standar tersebut berfungsi sebagai rujukan untuk menentukan apakah
63
kelalaian perawat gawat darurat menyebabkan atau berperan terhadap hasil pasien
yang merugikan.
2.15.4 Karakteristik Pelayanan Keperawatan Di Unit Gawat Darurat
Keperawatan gawat darurat bersifat cepat dan perlu tindakan yang tepat,
serta memerlukan pemikiran kritis tingkat tinggi. Perawat gawat darurat harus
mengkaji pasien meraka dengan cepat dan merencanakan intervensi sambil
berkolaborasi dengan dokter gawat darurat. Dan harus mengimplementasikan
rencana pengobatan, mengevaluasi efektivitas pengobatan, dan merevisi
perencanaan dalam parameter waktu yang sangat sempit.
2.15.5 Prinsip Umum Asuhan Keperawatan
1. Menerapkan prinsip universal precaution dan asuhan yang aman untuk
klien
2. Cepat dan tepat
3. Tindakan keperawatan diberikan untuk mengatasi masalah fisik dan
psikososial klien.
4. Monitoring kondisi klien
5. Penjelasan dan pendidikan kesehatan
6. Asuhan diberikan menyeluruh (triase, proses resusitasi, stabilisasi,
kematian, dan penanganan bencana)
7. Sistem dokumentasi dapat digunakan secara mudah, cepat dan tepat
8. Aspek etik dan legal keperawatan perlu dijaga
2.15.6 Prinsip Keperawatan Gawat Darurat
Prinsip pada penanganan penderita gawat darurat harus cepat dan tepat serta
harus dilakukan segera oleh setiap orang yang pertama menemukan/mengetahui
(orang awam, perawat, para medis, dokter), baik didalam maupun diluar rumah
sakit karena kejadian ini dapat terjadi setiap saat dan menimpa siapa saja.
Kondisi gawat darurat dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Kumpulan materi
mata kuliah Gadar:2005):
1. Gawat darurat
Suatu kondisi dimana dapat mengancam nyawa apabila tidak
mendapatkan pertolongan secepatnya. Contoh : gawat nafas, gawat
jantung, kejang, koma, trauma kepala dengan penurunan kesadaran
2. Gawat tidak darurat
Suatu keadaan dimana pasien berada dalam kondisi gawat tetapi tidak
64
memerlukan tindakan yang darurat contohnya : kanker stadium lanjut
3. Darurat tidak gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba tetapi tidak mengancam
nyawa atau anggota badannya contohnya : fraktur tulang tertutup.
4. Tidak gawat tidak darurat
Pasien poliklinik yang datang ke UGD
2.15.7 Alur Pelayanan Pasien Di Unit Gawat Darurat
1. Sistem yang terganggu: di triase keluhan utama pasien dikaji, lalu
ditetapkan organ yang mungkin terganggu dan asal gangguannya
(misalnya; bedah, penyakit dalam, kebidanan).
3
d. Unresponsive/tidak bereaksiss
3. Primer ( Basic Life Support)
a. ABC (Airways, Breathing, Circulation) pada pasien tanpa penyakit
jantung maupun kecelakaan.
b. CAB (Circulation, Airways, Breathing) pada pasien yang mengalami
cardiac arrest.
4. Sekunder
a. Drug, Defibrilation
b. EKG dan Exposure
c. Fibrilator (dengan Defibrilation Cirulation Shock)
d. Gaughing (tanyakan penyebab cardiac arrest)
e. Human Mentation (memulihkan fungsi jiwa)
2.15.10 Peran & Fungsi Perawat Gadar
1. Fungsi Independen
2. Fungsi mandiri berkaitan dengan pemberian asuhan (Care)
3. Fungsi Dependen Fungsi yang didelegasikan sepenuhnya atau sebagian
dari profesi lain
4. Fungsi Kolaboratif Kerjasama saling membantu dalam program
kesehatan. (Perawat sebagai anggota Tim Kesehatan)
5. Merawat & menjaga keutuhan alat agar siap pakai
6. Sebagai operator untuk alat kedokteran : ekg, defibrilator, respirator,
nebulizer, monitor jantung, air viva dll.
67
keberagaman individul dan rerata frekuensi kejadian, tetapi juga konteks, esensi,
indikasi pragmatik, fungsional, atau yang lainnya.
Oleh karena itu suatu teori tampil sebagai abstraksi, simplifikasi atau
idealitas dari fenomena, mungkin merupakan eksplanasi dan mungkin pula
merupakan penafsiran atas empiri. Pada dasarnya teori mengandung beberapa hal
antara lain: asumsi, postulat, tesis, hipotesis, proposisi dan sejumlah konsep.
Dalam teori juga terdapat idealisasi tentang tata hidup kemasyarakatan atau tata
hidup alam semesta. Validasi suatu teori diuji atas kemampuannya memberikan
evidensi empirik.
2.18.1 Kerangka Konsep (pertama)
Kerangka konsep merupakan fokus penelitian yang aka di teliti, kerangka
konsep ini terdiri dari variabel bebas (independen) dan variabel terikat
(dependen). Adapun kerangka konsep dari penelitian ini alah sebagai berikut:
Variabel bebas Variabel Terikat
Kebiasaan
Mengkonsumsi
makanan siap saji
Hormon
Usia Manarche
Genetik
Remaja
Pornografi
Gaya Hidup
77
Keterangan :
a. Umur
b. Reaksi kusta Kejadian cacat pada
c. Keteraturan pengobatan kusta
d. Pendidikan
Keterangan :
78
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
: Garis penghubung variabel yang diteliti
penelitian yang telah terbukti atau tidak terbukti berdasarkan data sampel itu dapat
diberlakukan pada populasi atau tidak.
2.19.1 Hipotesis Penelitian (pertama)
Saryono (2013) mengartikan hipotesis penelitian merupakan hubungan
yang diharapkan antar variabel yang dipelajari. Jadi hipotesis penelitian
menterjemahkan tujuan penelitian ke dalam dugaan yang jelas dari hasil penelitian
yang diharapkan. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah
1. Hipoteseis alternatif ( Ha ):
Ada Hubungan Kebiasaan Mengkonsumsi makanan siap saji dengan Usia
Manarche pada Remaja
2.19.2 Hipotesis penelitian (kedua)
1. Ha : Ada hubungan antara umur pasien dengan kejadian cacat pada
kusta
2. Ha : Ada hubungan antara reaksi kusta dengan kejadian cacat pada
kusta
3. Ha : Ada hubungan antara keteraturan pengobatan dengan kejadian
cacat pada kusta
2.19.3 Kegunaan Hipotesis
Walaupun hipotesis penting sebagai arah dan pedoman kerja dalam
penelitian, tidak semua penelitian mutlak harus memiliki hipotesis. Penggunaan
hipotesis dalam suatu penelitian didasarkan pada masalah atau tujuan penelitian.
Dalam masalah atau tujuan penelitian tampak apakah penelitian menggunakan
hipotesis atau tidak. Contohnya yaitu Penelitian eksplorasi yang tujuannya untuk
menggali dan mengumpulkan sebanyak mungkin data atau informasi tidak
menggunakan hipotesis. Hal ini sama dengan penelitian deskriptif, ada yang
berpendapat tidak menggunakan hipotesis sebab hanya membuat deskripsi atau
mengukur secara cermat tentang fenomena yang diteliti, tetapi ada juga yang
menganggap penelitian deskriptif dapat menggunakan hipotesis. Sedangkan,
81
dalam penelitian penjelasan yang bertujuan menjelaskan hubungan antar-variabel
adalah keharusan untuk menggunakan hipotesis.
Perumusan yang kita lakukan sebenarnya sudah memiliki jawaban dari
pertanyaan yang dibuat di perumusan masalah. Namun jawaban tersebut belum
disertai data dilapangan sehingga harus diverivikasi dilapangan ketika melakukan
penelitian. Dari perumusan masalah tersebut maka akan muncul hipotesis yang
memberikan jawaban sementara yang cepat dengan berpatokan pada fakta-fakta,
teori, dan penelitian-penelitian sebelumnya di landasan teori. Kegunaan hipotesis
antara lain :
1. Hipotesis memberikan penjelasan sementara tentang gejala-gejala serta
memudahkan perluasan pengetahuan dalam suatu bidang.
2. Hipotesis memberikan suatu pernyataan hubungan yang langsung dapat
diuji dalam penelitian.
3. Hipotesis memberikan arah kepada penelitian.
4. Hipotesis memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan
penyelidikan.
2.19.4 Macam Macam Hipotesis
Macam macam hipotesis dalam penelitian, sebagai berikut :
1. Hipotesis Deskriptif
Pengertian Hipotesis Deskriptif adalah dugaan terhadap nilai satu variabel
dalam satu sampel walaupun di dalamnya bisa terdapat beberapa kategori.
Hipotesis deskriptif ini merupakan salah satu dari macam macam hipotesis.
Contoh :
Ho : Kecenderungan masyarakat memilih warna mobil gelap.
Ha : Kecenderungan masyarakat memilih warna mobil bukan warna gelap.
2. Hipotesis Komparatif
Pengertian Hipotesis Komparatif adalah dugaan terhadap perbandingan nilai
dua sampel atau lebih. Hipotesis komparatif merupakan salah satu dari macam
macam hipotesis. Dalam hal komparasi ini terdapat beberapa macam, yaitu :
(1) Komparasi berpasangan (related) dalam dua sampel dan lebih dari dua sampel
(k sampel).
(2) Komparasi independen dalam dua sampel dan lebih dari dua sampel (k
sampel).
Contoh :
82
Sampel Berpasangan, komparatif dua sampel
Ho : Tidak terdapat perbedaan nilai penjualan sebelum dan sesudah ada iklan.
3
Bilamana usaha itu tidak berhasil, maka hipotesa tidak terbantah oleh fakta yang
dinamakan koroborasi (corroboration). Hipotesa yang sering mendapat konfirmasi
atau koroborasi dapat disebut teori.
6. Aplikasi/penerapan.
Apabila hipotesa itu benar dan dapat diadakan menjadi ramalan (dalam istilah
ilmiah disebut prediksi), dan ramalan itu harus terbukti cocok dengan fakta.
Kemudian harus dapat diverifikasikan/koroborasikan dengan fakta.
Awal terbentuknya hipotesis dalam sebuah penelitian biasanya diawali atas
dasar terkaan atau conjecture peneliti. Meskipun hipotesis berasal dari terkaan,
namun sebuah hipotesis tetap harus dibuat berdasarkan paca sebuah acuan, yakni
teori dan fakta ilmiah.
2.20 Rancangan Penelitian
Proposal penelitian merupakan puncak akumulasi kegelisahan dan
permasalahan akademik yang dicari pemcahannya oleh si peneliti. Tanpa
kegelisahan akademik yang mendalam, proposal yang baik sulit tersusun. Karena
itu, penyusunan proposal penelitian tidak dapat disusun secara mendadak.Sebab
dalam proposal yang baik, diperlukan kejelasan dan urgensi suatu masalah yang
akan diteliti, memiliki kegelisahan akademik, diperlukan ”kerangka teori harus
dibangun terlebih dahulu dengan baik oleh peneliti, diperlukan alat untuk
membedah dan menganalisis problem akademik yang sedang dihadapi dan ingin
dipecahkan”.
Dalam menyusun proposal penelitian, biasanya peneliti menggunakan
model atau stantar tertentu. Mengenai isi proposal penelitian, belum ada aturan
atau stándar baku tertentu tentang unsur-unsur yang harus ada dalam suatu
proposal penelitian.Biasanya tergantung pada institusi
(PT), sponsor, pemberi dana, atau penggunapenelitian. Tapi paling tidak, dalam
menyusun proposal penelitian, ada 3 unsur yang harus ada dalam suatu proposal
penelitian, yaitu: (a) Latar belakang masalah yaitu pemahaman peneliti tentang
peta permasalahan yang akan diteliti. (b) Kerangka teori dan telaah pustaka
berupa pemahaman peneliti terhadap penelitian terdahulu dan peta teori dan posisi
kerangka pikir dalam penelitiannya. (c) Metodologi yaitu
pemahamanpeneliti tentang cara untuk mencapai tujuan penelitiannya.
85
[c] Belum banyak diteliti dan dikaji orang lain. Apabila sudah ada
penelitian, maka harus mengambil sisi lain atau sisi tertentu dari
88
hasil tersebut.
[d] Formulasi judul dalam kalimat simpel dan mampu menunjukkan
denganjelas atau terlihat secara jelas konsep yang
berfungsi sebagai predictor [independent variable] dan konsep yang
berfungsi sebagai kriterianya [dependen variable].
[e] Judul dapat menunjukkan problematik yang terkandung di dalam
tema yang akan diteliti.
[f] Dapat dibuat judul dengan kalimat ganda kalimat pertama bersifat
umum, diikuti dengan ungkapan yang menunjukkan
fokus persoalan yang dikaji dan hindari kalimat bersifat bombastis.
[g] Judul, hendaknya ekspressif, menyatakan secara tepat, padat tentang
permasalahan, lingkup penelitian, dan
terlihat konsep yang bakal dikaji secara emperis.
[h] Bahasanya seekonomis mungkin, tetapi tidak
mengaburkan maknaspisifik dari konsep yang akn diteliti.
[i] Judul, dibuat seringkas mungkin, tanpa mengaburkan esensi.
Jika perlumenggunakan anak judul.
[j] Judul, menggambarkan secara spesifik penelitian yang
dilakukan baik objek, lokasi maupun metodenya.
[k] Judul, merupakan rangkaian kata-kata kunci, dan sebaiknya
tidak lebihdari 6 - 10 kata.
[l] Judul, tidak menimbulkan interpretasi ganda dan hindari penggunaan
kata-kata yang kabur, terlalu politik, bombastis, bertele-tele, dan
tidak runtut.
[m] Judul, jangan lebih dari satu kalimat.
[3] Beberapa Contoh Judul Penelitian
[a] Pengaruh Kelengkapan Sarana dan Prasarana Terhadap Pencapaian
Tujuan Kurikulum Pendidikan Keguruan Ditinjau dari Kemampuan
Lulusan
[b] Perbedaan Antara Orientasi Guru Kelas dan Orientasi Bidang
89
StudiDalam Kurikulum SPG Terhadap Sikap Calon Guru
Mengenai Profesi Mengajar
[c] Efisiensi Program Pendidikan Guru Teknik Titinjau
dari Hasil BelajarMahasiswa pada pembiayaan proyek dan MR
rutin
[d] Kosep Kepercayaan Diri Untuk Menumbuhkan Kreativitas Anak
Pada Proses Belajar Mengajar ditinjau dari Pendidikan Islam
[e] Dampak Program Siaran Televisi Terhadap Motivasi Belajar Siswa
MTsBabadan Baru Dayu Sinduadi Ngaglik Sleman Yogyakarta
[f] Sosok Anak Dalam Buku Totto Chan, Gadis Cilik di Jendela Karya
Tetsuko Kuroyanagi Ditinjau Dari Aspek Psikologi Perkembangan
Anak [Usia Sekolah Dasar].
[g] Studi Kompetensi Guru Sebelum dan Sesudah Mengikuti Program
Diploma Dua [D-2] Dengan Kemampuan Mengajar Di Madrasah
Ibtidaiyah [MI] Se Kecamatan Sirampog Kabupaten Brebes.
[h] Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Kisah Nabi Yusuf AS
[i] Academics Underground [Studi Terhadap Layanan Biro-biro
Bimbingan Skripsi di Daerah Istimewa
Yogyakarta [Penelitian Individual Hujair AH.Sanaky, tahun 2007 ].
b] Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah, memuat pemikiran atau alasan yang jelas dan
meyakinkan tentang mengapa penelitian itu mesti dilakukan. Dalam penulisan
latar belakang peneltian mengungkapkan adanya kesenjangan yang terjadi antara
problema dengan teori. Taufik Abdullah, mengatakan bahwa terjadi kesenjangan
antara “apa yang seharusnya secara normative harus terjadi” [das sollen]
dengan“apa yang tampak dalam kenyataan” [das sein]. Artinya, ada perbedaan
antara apa yang seharusnya dan apa yang tersedia, antara harapan dan
kenyataan.Selain itu, peneliti dapat mengungkapkan apa hendak diteliti,
kegelisahan penelitian, indikator-indikator penelitian, dan bagaimana masalah
itu dipecahkan.
3
90
(6) Populasi dan Sampel penelitian, yaitu menentukan populasi, sampel, dan
kemudian tentik penentuan sampel (secara khusus akan dijelaskan pada
bagian populasi dan sampel).
(7) Variabel penelitian (akan dijelaskan pada bagian variable penelitian).
(8) Teknik analisis data, dapat dilakukan dengan analisis kuantitatif dan atau
100
analisis kualitatif, tergantung sifat dan jenis penelitian.
Metode mana yang akan dipakai dan dinilai paling tepat, sangat tergantung
pada macam dan tujuan penelitian yang ingin cipai. Misalnya saja, kita kenal
penelitian yang bersifat eksploratif-menjelajah yang bertujuan untuk
memperdalam pengetahuan mengenai suatu gejala tertentu atau mendapatkan
ide-ide baru mengenai gejala itu dengan maksud untuk merumuskan
masalahnya secara terperinci atau untuk mengembangkan hipotesis. Penelitian
diskriptif yang bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu
individu, keadaan, gejala, kelompok tertentu, menentukan frekuensi,
penyebaran suatu gejala tertentu. Penelitian explanatory (menerangkan) yang
bertujuan menguji hipotesis-hipotesis tentang adanya hubungan sebab akibat
antara berbagai variabel yang diteliti.
Setelah mengetahui macam-macam penelitian tersebut. Pertanyaannya,
bagaimana cara mengumpulkan data, katakan saja untuk ketiga macam
penelitian tersebut, bagaimana cara mengolah data-data tersebut, bagaimana
cara mendeskripsikannya, menganalisisnya, dan menyimpulkannya. Untuk
penelitian yang bersifat eksploratif misalnya, teknik pengumpulan data melalui
wawancara terbuka yang memberikan keleluasan bagi penjawab untuk
memberi pandangan secara bebas. Untuk penelitian yang bersifat deskriptif
dapat menggunakan data kualitatif. Penelitian yang
bersifat explanatory [menerangkan] dapat menempuh cara eksperimen seperti
keadaan dalam laboratorium ilmu eksakta dan dapat pula berbentuk
perbandingan sistematis atau dapat disebut dengan studi komporatif.
Setelah itu menentukan teknik analisis. Peneliti harus menentukan kerangka
dan pola analisis mana yang akan digunakan, apakah analisis statistik atau
analisis nonstatistik. Pemilihan teknik analaisis sangat tergantung pada jenis
data yang dikumpulkan. Analisis statistik dengan data kuantitatif atau data
yang dikuantifikasikan, yaitu data dalam bentuk bilangan. Sedangkan analisis
nonstatistik sesuai untuk data deskriptif atau data textuar. Untuk data yang
bersifat deskriptif sering hanya dianalisis menurut isinya dan karena itu disebut
juga analisis isi (content analysis).
i) Sistimatika Pembahasan
Dalam penyusunan sistematika pembahasan biasa tidak dapat dibedakan
dengan daftar isi. Penyususn sistematika pembahasan, memuat atau menjelaskan
hal-hal sebagai berikut :
(1) Memuat alasan atau rasionalisasi penyusunan bab dan isi bab.
(2) Keterkaitan antara bab yang satu dengan bab yang lain.
(3) Penulisan sistematika pembahasan, tidak seperti menampilkan atau
101
memindahkan daftar isi. Hal ini sering ditemui dalam penulisan
sistimatika pembahasan pada skripsi maupun tesis mahasiswa.
(4) Penulisan sistimatika pembahasan adalah semacam ulasan terhadap bab
per-bab, sehingga memudahkan orang memahami arah penulisan.
Jadi, dalam penulisan sistematika pembahasan, ”yang terpokok adalah logical
sequence (urut-urutan logik) dari penulisan dan bentuk urut-urutan logik bisa
bermacam-macam”.
j) Daftar Pustaka dan Kutipan
Daftar pustaka adalah referensi yang digunakan berupa buku-buku, jurnal, hasil
penelitian, internet, surat kabar, majalah, dan lain-lain, yang digunakan dalam
penulisan. Daftar pustaka yang memuat semua acuan/buku/referensi yang telah
digunakan.
Kutipan adalah sumber pengambilan dari buku, jurnal, hasil-hasil penelitian,
internet, surat kabar, majalah, pidato, dan lain-lain.
1] Penulisan Kutipan
Teknik penulisan kutipan, ada yang menggunakan [1] catatan kaki[footnotes],
dan Ibid, Op.Cit, Loc.Cit, [2] bodynotes, dan [3] in-notes.
a] Penulisan Catatan Kaki [Footnotes]
Teknik penulisan catatan kaki terdapat berbagai versi, sesuai dengan
standar yang ditentukan oleh suatu instituti perguruan tinggi maupun
lembaga-lembaga penelitian. Penjelasan tentang stantar penulisan catatan
3
kaki disini, yaitu standar yang dipahami dan digunakan penulis dalam
penulisan buku maupun penelitian.
[1] Rujukan Berupa Kitab Suci
[a] Al-Qur’an
Apabila mengutip ayat-ayat al-Qur’an, penulisan catatan kakinya,
adalah : [1] Nama surat, yang didahului singkatan QS [al-Qur’an Surat],
[2] nomor surat, diletakkan dalam tanda kurung, [3] nomor ayat sesudah
titik dua, dan [4] titik.
Contoh :
1QS. Al-Baqarah (2):5.
[b] Bibel
Apabila mengutip ayat-ayat Bibel, penulisan catatan kaknya adalah : [1]
102
Nama kitab atau pengarang kitab, [2] Nomor pasal sesudah tanda koma,
[3] Nomor ayat sesudah titik dua, dan [4] Titik.
Contoh :
2Matius, 24:3.
[2] Rujukan Berupa Buku
Nama lengkap [tanpa gelar dan tanpa dibalik], judul buku, [tempat
terbit, nama penerbit, tahun terbit], halaman. Contoh:
3Hujair AH. Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam:
MembangunMasyarakat Madani Indonesia, (Yogyakarta
: Safiria Insania Press dan MSI, 2003), hal. 200.
[3] Rujukan dari Internet
Nama lengkap [tanpa gelar], judul tulisan, dikutip dari
[from]:http://202.159.18.49/ isipekerti1. htm, acses, 20/ 10/ 2003].
Contoh:
4Muhammad, “Ekonomi Islam: Redefinisi Sistem, Ilmu dan
Metodologi”, dikutip dari http://www.msi-uii.net/-artikel1108/acses
29 Oktober 2004.
[4] Penyusun adalah Penghimpun
Apabila penyusun adalah penghimpun, maka dalam penulisan
catatan kaki ditulis pengh. Dalam tanda kurung dan jika sealigus
penterjemah, ditambah pen. Contoh:
5Chaidir Ali, (pengh], Yurisprudensi Hukum Perdata Islam di
Indonesia, Cet.I (Bandung: P.T. Al-Ma’arif), hlm. 6.
[5] Penyusun lebih dari seorang
Apabila penyusun ada dua orang, mana nema kedua penyusun tetap
ditulis dengan diberi kata penghubungan ”dan”. Apabila penulis
lebih dari dua orang, cukup menulis nama penyusun pertama saja
dan nama lain diganti dengan dkk [singkatan dari dan kawan-
kawan].Contoh :
6Amir Mu’allim dan Ysdani, Ijtihad Suatu Kontroversi antara
Teori dan Fungsi, cet.I (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997),
hlm.10.
103
7Hujair AH. Sanaky dkk, Academics Underground, (Yogyakarta:
DPPM UII, 2008), hlm. 25.
[6] Sumber Pidato
Apabila mengutip pidato, harus disebutkan dalam catatan kaki
acara dan tanggal pidatonya. Contoh: Dalam teks tesis ditulis:
Menurut Mentri Agama, pengiriman dosen IAIN ke luar negeri itu
tujuannya untuk memperdalam metodologi ilmiah8 Penulisan
catatan kaki :
8Pidato disampaikan dalam acara Briefing dengan Jajaran Kanwil
Depag DIY dan IAIN, tanggal 1 Februari 1988.
[7] Penulisan : Ibid, Op.Cit, Loc.Cit
Dalam penulisan catatan kaki juga dikenal dan
digunakan ibid, op.cit, dan loc.cit. Ada juga tidak
menggunakan op.cit dan loc.cit, tetapi langsung menulis nama
pengarang, judul buku, dan halaman.
[a] Penulisan Ibid,
Ibid, kependekan dari ibidem = “pada tempat yang sama”,
dipakai apabila suatu kutipan diambil dari sumber yang sama
3
besar
kesa-
lahan
kecil
kecil besarnya sampel besar
Di samping sampling frame, peneliti juga harus mempunyai alat yang bisa
dijadikan penentu sampel. Dari sekian elemen populasi, elemen mana saja yang
bisa dipilih menjadi sampel?. Alat yang umumnya digunakan adalah Tabel Angka
Random, kalkulator, atau undian. Pemilihan sampel secara acak bisa dilakukan
melalui sistem undian jika elemen populasinya tidak begitu banyak. Tetapi jika
sudah ratusan, cara undian bisa mengganggu konsep “acak” atau “random” itu
sendiri.
2.22.2 Simple Random Sampling atau Sampel Acak Sederhana
Cara atau teknik ini dapat dilakukan jika analisis penelitiannya cenderung
deskriptif dan bersifat umum. Perbedaan karakter yang mungkin ada pada setiap
unsur atau elemen populasi tidak merupakan hal yang penting bagi rencana
analisisnya. Misalnya, dalam populasi ada wanita dan pria, atau ada yang kaya
dan yang miskin, ada manajer dan bukan manajer, dan perbedaan-perbedaan
lainnya. Selama perbedaan gender, status kemakmuran, dan kedudukan dalam
organisasi, serta perbedaan-perbedaan lain tersebut bukan merupakan sesuatu hal
yang penting dan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil penelitian,
maka peneliti dapat mengambil sampel secara acak sederhana. Dengan demikian
setiap unsur populasi harus mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih
menjadi sampel. Prosedurnya :
1. Susun “sampling frame”
2. Tetapkan jumlah sampel yang akan diambil
3. Tentukan alat pemilihan sampel
4. Pilih sampel sampai dengan jumlah terpenuhi 115
Jumlah dalam setiap stratum tidak proposional. Hal ini terjadi jika jumlah
unsur atau elemen di salah satu atau beberapa stratum sangat sedikit. Misalnya
saja, kalau dalam stratum manajer kelas atas (I) hanya ada 4 manajer, maka
peneliti bisa mengambil semua manajer dalam stratum tersebut , dan untuk
manajer tingkat menengah (II) ditambah 5, sedangkan manajer tingat bawah (III),
tetap 63 orang.
116
2.22.4 Cluster Sampling atau Sampel Gugus
Teknik ini biasa juga diterjemahkan dengan cara pengambilan sampel
berdasarkan gugus. Berbeda dengan teknik pengambilan sampel acak yang
distratifikasikan, di mana setiap unsur dalam satu stratum memiliki karakteristik
yang homogen (stratum A : laki-laki semua, stratum B : perempuan semua), maka
dalam sampel gugus, setiap gugus boleh mengandung unsur yang karakteristiknya
berbeda-beda atau heterogen. Misalnya, dalam satu organisasi terdapat 100
departemen. Dalam setiap departemen terdapat banyak pegawai dengan
karakteristik berbeda pula. Beda jenis kelaminnya, beda tingkat pendidikannya,
beda tingkat pendapatnya, beda tingat manajerialnnya, dan perbedaan-perbedaan
lainnya. Jika peneliti bermaksud mengetahui tingkat penerimaan para pegawai
terhadap suatu strategi yang segera diterapkan perusahaan, maka peneliti dapat
menggunakan cluster sampling untuk mencegah terpilihnya sampel hanya dari
satu atau dua departemen saja. Prosedur :
1) Susun sampling frame berdasarkan gugus – Dalam kasus di atas,
elemennya ada 100 departemen.
2) Tentukan berapa gugus yang akan diambil sebagai sampel
3) Pilih gugus sebagai sampel dengan cara acak
4) Teliti setiap pegawai yang ada dalam gugus sample
2.22.5 Systematic Sampling atau Sampel Sistematis
Jika peneliti dihadapkan pada ukuran populasi yang banyak dan tidak
memiliki alat pengambil data secara random, cara pengambilan sampel sistematis
dapat digunakan. Cara ini menuntut kepada peneliti untuk memilih unsur populasi
secara sistematis, yaitu unsur populasi yang bisa dijadikan sampel adalah yang
“keberapa”. Misalnya, setiap unsur populasi yang keenam, yang bisa dijadikan
sampel. Soal “keberapa”-nya satu unsur populasi bisa dijadikan sampel tergantung
pada ukuran populasi dan ukuran sampel. Misalnya, dalam satu populasi terdapat
5000 rumah. Sampel yang akan diambil adalah 250 rumah dengan demikian
interval di antara sampel kesatu, kedua, dan seterusnya adalah 25. Prosedurnya :
1) Susun sampling frame
2) Tetapkan jumlah sampel yang ingin diambil
3) Tentukan K (kelas interval)
4) Tentukan angka atau nomor awal di antara kelas interval tersebut secara
acak atau random – biasanya melalui cara undian saja.
5) Mulailah mengambil sampel dimulai dari angka atau nomor awal yang
terpilih.
6) Pilihlah sebagai sampel angka atau nomor interval berikutnya
2.22. 6 Area Sampling atau Sampel Wilayah
Teknik ini dipakai ketika peneliti dihadapkan pada situasi bahwa populasi
penelitiannya tersebar di berbagai wilayah. Misalnya, seorang marketing manajer
sebuah stasiun TV ingin mengetahui tingkat penerimaan masyarakat Jawa Barat
117
atas sebuah mata tayangan, teknik pengambilan sampel dengan area sampling
sangat tepat. Prosedurnya :
1) Susun sampling frame yang menggambarkan peta wilayah (Jawa
Barat) – Kabupaten, Kotamadya, Kecamatan, Desa.
2) Tentukan wilayah yang akan dijadikan sampel (Kabupaten ?,
Kotamadya?, Kecamatan?, Desa?)
3) Tentukan berapa wilayah yang akan dijadikan sampel
penelitiannya.
4) Pilih beberapa wilayah untuk dijadikan sampel dengan cara acak
atau random.
2.23 Kalau ternyata masih terlampau banyak responden yang harus diambil
datanya, bagi lagi wilayah yang terpilih ke dalam sub wilayah.
2.22.7 Nonprobability/Nonrandom Sampling atau Sampel Tidak Acak
Seperti telah diuraikan sebelumnya, jenis sampel ini tidak dipilih secara
acak. Tidak semua unsur atau elemen populasi mempunyai kesempatan sama
untuk bisa dipilih menjadi sampel. Unsur populasi yang terpilih menjadi sampel
3
bisa disebabkan karena kebetulan atau karena faktor lain yang sebelumnya sudah
direncanakan oleh peneliti.
1. Convenience Sampling atau sampel yang dipilih dengan
pertimbangan kemudahan.
Dalam memilih sampel, peneliti tidak mempunyai pertimbangan lain
kecuali berdasarkan kemudahan saja. Seseorang diambil sebagai
sampel karena kebetulan orang tadi ada di situ atau kebetulan dia
mengenal orang tersebut. Oleh karena itu ada beberapa penulis
menggunakan istilah accidental sampling – tidak disengaja – atau juga
captive sample (man-on-the-street) Jenis sampel ini sangat baik jika
dimanfaatkan untuk penelitian penjajagan, yang kemudian diikuti oleh
penelitian lanjutan yang sampelnya diambil secara acak (random).
Beberapa kasus penelitian yang menggunakan jenis sampel ini,
hasilnya ternyata kurang obyektif.
2. Purposive Sampling 118
Sesuai dengan namanya, sampel diambil dengan maksud atau tujuan
tertentu. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti
menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki
informasi yang diperlukan bagi penelitiannya. Dua jenis sampel ini
dikenal dengan nama judgement dan quota sampling.
Judgment Sampling
Sampel dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah pihak
yang paling baik untuk dijadikan sampel penelitiannya.. Misalnya
untuk memperoleh data tentang bagaimana satu proses produksi
direncanakan oleh suatu perusahaan, maka manajer produksi
merupakan orang yang terbaik untuk bisa memberikan informasi. Jadi,
judment sampling umumnya memilih sesuatu atau seseorang menjadi
sampel karena mereka mempunyai “information rich”.
Dalam program pengembangan produk (product development),
biasanya yang dijadikan sampel adalah karyawannya sendiri, dengan
pertimbangan bahwa kalau karyawan sendiri tidak puas terhadap
produk baru yang akan dipasarkan, maka jangan terlalu berharap pasar
akan menerima produk itu dengan baik. (Cooper dan Emory, 1992).
Quota Sampling
Teknik sampel ini adalah bentuk dari sampel distratifikasikan secara
proposional, namun tidak dipilih secara acak melainkan secara
kebetulan saja.
Misalnya, di sebuah kantor terdapat pegawai laki-laki 60% dan
perempuan 40% . Jika seorang peneliti ingin mewawancari 30 orang
pegawai dari kedua jenis kelamin tadi maka dia harus mengambil
sampel pegawai laki-laki sebanyak 18 orang sedangkan pegawai
perempuan 12 orang. Sekali lagi, teknik pengambilan ketiga puluh
sampel tadi tidak dilakukan secara acak, melainkan secara kebetulan
saja. 119
lain. Contoh, pengaruh zikir terhadap mental siswa. Variable dzikir bebas
mempengaruhi mental
Kedua: Variabel Dependen. Sering disebut sebagai Variabel Out Put, Kriteria,
Konsekuen, Variabel Efek, Variabel Terpengaruh, Variabel Terikat, Variabel
Tergantung, dan Variabel Indogen. Variabel Dependen merupakan Variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Disebut
Variabel Terikat karena variabel ini dipengaruhi oleh variabel bebas/variabel
independent. Contoh : pengaruh zdikir terhadap mental siswa. Mental siswa
adalah variable dependen
Ketiga: Variabi Moderator. Variabel Moderator adalah variabel yang
mempengaruhi (Memperkuat dan Memperlemah) hubungan antara Variabel Bebas
dan Variabel Terikat. Contoh: Hubungan motivasi dan prestasi belajar akan
semakin kuat bila peranan dosen dalam menciptakan iklim/ lingkungan belajar
sangat baik, dan hubungan semakin rendah bila peranan dosen kurang baik dalam
menciptakan iklim belajar. Variable moderatornya adalah kuat dan rendah
Keempat: Variabel Kontrol. Variabel Kontrol adalah Variabel yang
dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan variabel bebas terhadap
variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel
Kontrol sering dipakai oleh peneliti dalam penelitian yang bersifat
membandingkan, melalui penelitian eksperimental. Variable ini sefatnya sebagai
penengah
126
Pernah
1. Bangun sebelum jam 5
pagi
2. Menyiapkan makan pagi
3. Membersihkan rumah
4. Mencuci pakaian sendiri
5. Mencuci perabot rumah
tangga... dan seterusnya
Skala banyak digunakan untuk mengukur aspek-aspek kepribadian atau aspek
kejiwaan yang lain. Selain skala, penelitian yang berhubungan dengdn aspek-
aspek kejiwaan memerlukan jenis instrumen-instrumen pengumpul data lain, baik
yang berupa tes, inventori untuk hal-hal umum (general
inventories, misalnya Minnesota Multiphasic Personality Inventory - MMPI, dan
inventori untuk aspek-aspek khusus (Specific Inventories seperti: Rokeach
Dogmatism Scala, Fundamental Interpersonal Relations Orientation - Behavior -
FIRO - B, Study of Values, dan lain-lain). Untuk penelitian pendidikan, walaupun
dapat dikatakan tidak terlalu sering menggunakan instrumen-instrumen seperti
disebutkan, tetapi bagi penelitinya perlu juga mengenal ragam alat pengumpul
136
data aspek-aspek psikologi tersebut.
Problematika pendidikan seperti kerancuan dalam mengikuti pelajaran,
lambatnya siswa menyelesaikan studi serta masalah-masalah yang berhubungan
dengan proses belajar, menjadi topik yang tetap aktual di kalangan pendidikan
sekolah formal. Selain penelitian yang tidak terlalu menyangkut aspek-aspek
kejiwaan secara langsung, masih banyak problem pendidikan yang terkait dengan
aspek kejiwaan tersebut, misalnya rendahnya prestasi disebabkan rendahnya harga
diri siswa. Lemahnya semangat belajar dikarenakan adanya lesu kreativitas dan
seterusnya. Itulah sebabnya dalam bagian ini akan disajikan pula beberapa contoh
instrumen untuk mengungkap aspek-aspek kejiwaan agar para peneliti pendidikan
dapat terperinci menggali penyebab timbulnya masalah pendidikan melalui aspek
kejiwaan siswa dan guru yang terlibat di dalam kegiatan pendidikan tersebut.
Namun demikian untuk dapat menggunakan alat-alat pengungkap gejala kejiwaan
seperti tes, inventori khusus dan lain-lain, diperlukan suatu kemampuan khusus.
Pada umumnya mahasiswa lulusan faktultas Psikologi dapat diminta untuk
membantu melaksanakan pengumpulan data yang diungkap melalui instrumen-
instrumen tersebut.
Skala seperti dicontohkan di atas merupakan skala bentuk gradasi dari satu
jenis kualitas. Dalam contoh di atas, alternatifnya ada empat sehingga terdapat
empat tingkatan kualitas kes eringan. Skala yang berasal dari ide yang
dikemukakan oleh Likert dan dikenal dengan skala Likert ini biasanya
menggunakan lima tingkatan. Tentu saja peneneliti dapat membuat variabel
dengan menyingkat menjadi tiga tingkatan:
Selalu - Kadang-kadang - Tidak Pernah
Baik - Cukup - Jelek
Besar - Sedang - Kecil
Jauh - Cukup - Dekat
dan dapat pula memperbesar rentangan menjadi lima tingkatan:
Selalu - Sering Sekali - Sering - Jarang - Jarang Sekali
Selalu - sering sekali - Sering - Jarang - Tidak Pernah
Baik Sekali - Baik - Cukup - Jelek - Jelek Sekali
Besar Sekali - Besar - Cukup - Kecil - Kecil Sekali
Misalnya:
Sangat setuju Setuju Abstain Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
(SS) (S) (A) (TS) (STS)
Pemilihan alternatif diserahkan pada keinginan dan kepentingan peneliti yang
menciptaka instrumen tersebut. Ada Jenis lain yang telah dikembangkan oleh
Inkels, bukan menyajikan alternative jenjang kualitas untuk sesuatu predikat,
tetapi jenjang dari kualitas mini suatu perbuatan. Bentuk skala model. indeks ini
menyerupai tes objektif bentuk pilihan ganda, tetapi alternatifnya menunjuk pada
137
gradasi.
lain-lain. Demikian pula dengan orang pemeluk agama lainnya, apakah dia
mengerjakan hal-hal yang serupa.
4) Experiential Involvement, yaitu dimensi yang berisikan pengalaman-
pengalaman unik dan spektakuler yang merupakan keajaiban yang datang
dari Tuhan. Misalnya, apakah seseorang pernah merasakan bahwa doanya
dikabulkan Tuhan; apakah di apernah merasakan bahwa jiwanya selamat
dari bahaya karena pertolongan Tuhan, dan lain-lain.
5) Consequential Involvement, yaitu dimensi yang mengukur sejauh mana
perilaku seseorang dimotifikasikan oleh ajaran agamanya. Misalkan
apakah dia menerapkan ajaran agamanya di dalam kehidupan sosial.
misalnya, apakah dia pergi mengunjungi tetangganya yang sakit,
mendermakan sebagian kekayaannya untuk kepentingan fakir miskin.
Menyumbangkan uangnya untuk pendirian rumah yatim piatu, dan lain-
lain.
Dimensi-dimensi yang disebut di atas kemudian diperinci dalam aspek yang
lebih kecil dalam bentuk pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian
dijadikan komponen alat pengukur yang terhadap dimensi tingkat religiusitas.
2.28.8 Validitas dan Reliabiltas Instrumen
Pertanyaan-pertanyaan untuk mengukur variabel yang kita teliti
sebelumnya harus dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Bila instrumen/alat ukur
tersebut tidak valid maupun reliabel, maka tidak akan diperoleh hasil penelitian
yang baik.
Validitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur betul-betul mengukur apa yang akan diukur.
Ada beberapa jenis validitas, namun yang paling banyak dibahas adalah
validitas konstruk. Konstruk atau kerangka konsep adalah istilah dan definisi
yang digunakan untuk menggabarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok
atau individu yang menjadi pusat perhatian penelitian. Konsep itu kemudian
seringkali masih harus diubah menjadi definisi yang operasional, yang
menggambarkan bagaimana mengukur suatu gejala. Langkah selanjutnya adalah
menyusun pertanyaan-pertanyaan/ pernyataan-pernyataan yang sesuai dengan
definisi itu.
3
144
Untuk mencari definisi konsep tersebut dapat ditempuh dengan berbagai
cara sebagai berikut :
1) Mencari definisi konsep yang dikemukakan para ahli. Untuk ini perlu
dipelajari buku-buku referensi yang relevan.
2) Kalau dalam literatur tidak dapat diperoleh definisi konsep-konsep
penelitian, maka peneliti harus mendefinisikan sendiri konsep tersebut.
Untuk tujuan ini peneliti dapat mendiskusikan dengan ahli-ahli yang
kompeten dibidang konsep yang akan diukur.
3) Menanyakan definisi konsep yang akan diukur kepada calon responden
atau orang-orang yang memiliki karakteristik yang sama dengan
responden (Ancok: 1989). Misalnya peneliti ingin mengukur konsep
“religiusitas”. Dalam mendefinisikan konsep ini peneliti dapat langsung
menanyakan kepada beberapa calon responden tetnang ciri-ciri orang
yang religius. Berdasar jawaban calon responden, kemudian disusun
kerangka suatu konsep. Apabila terdapat konsistensi antra komponen-
komponen konstruk yang satu dengna lainnya, maka konstruk itu
memiliki validitas.
Cara yang paling banyak dipakai untuk mengetahui validitas konstruk
suatu instrumen/alat pengukur ialah dengan mengkorelasikan skor/nilai yang
diperoleh pada masing-masing pertanyaan/pernyataan dari semua responden
dengan skor/nilai total semua pertanyaan/pernyataan dari semua responden.
Korelasi antara skor/nilai setiap pertanyaan/pernyataan dan skor/nilai total
haruslah signifikan berdasarkan ukuran statistik tertentu misalnya dengan
menggunakan teknik korelasi product moment.
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengkur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Reliabilitas menunjukkan
kemantapan/konsistensi hasil pengukuran. Suatu alat pengukur dikatakan mantap
atau konsisten, apabila untuk mengukur sesuatu berulang kali, alat pengukur itu
menunjukkan hasil yang sama, dalam kondisi yang sama.
Setiap alat pengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan
hasil pengukuran yang mantap atau konsisten. Pada alat pengukur fenomena fisik
seperti berat dan panjang suatu benda, kemantapan atau konsistensi hasil
145
3.1 Kesimpulan
Metode berpikir logis dan metode ilmiah adalah cara dan tekhnik
memperoleh pengetahuan, serta untuk membuktikan benar salahnya suatu
hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya. Metode ilmiah digunakan untuk
mengungkap dan mengembangkan ilmu, melalui cara kerja penelitian. Penelitian
ilmiah dengan menggunakan metode ilmiah, memegang peranan penting dalam
membantu manusia untuk memecahkan setiap masalah yang dihadapinya.
Filsafat keperawatan merupakan pandangan dasar tentang hakekat manusia dan
esensi keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalam praktek keperawatan.
Ilmu keperawatan jika dilihat dari sudut pandang filsafat akan dapat muncul
pertanyaan-pertanyaan antara lain pertanyaan ontologi ( apa ilmu keperawatan ),
pertanyaan epistemologi ( bagaimana lahirnya ilmu keperawatan ) dan pertanyaan
aksiologi ( untuk apa ilmu keperawatan itu digunakan).
Paradigma dalam keperawatan membuat kontribusi yang signifikan terhadap
pengetahuan dan praktik disiplin ilmu. Paradigma Empiris menyediakan
struktur untuk pengujian teori, dan perbandingan intervensi. Paradigma interpretif
memfasilitasi pemahaman dari pengalaman manusia. Paradigma Kritis panggilan
untuk pengakuan dan perubahan struktur kekuasaan yang menindas dalam
masyarakat. Peran unik, keuntungan, dan kerugian dari masing-masing paradigma
memberi contoh peran masing-masing paradigma dalam praktek keperawatan.
Paradigma tidak merupakan konsep statis; mereka adalah alat yang nyata
digunakan dalam praktek sehari-hari keperawatan. Masing-masing
paradigma tersebut membuat dampak yang sama berlaku pada praktik
keperawatan dan penelitian, membentuk profesi dan disiplin keperawatan.
Riset keperawatan adalah penerapan penyelidikan secara ilmiah terhadap
fenomena mengenai perhatian keperawatan klien,individu,keluarga,masyarakat
dan pengalaman kesehatan.
147
3
148
Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu mengatasi
tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta
mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain.
3.2 Saran
Dalam melakukan sebuah penelitian, sebaiknya digunakan metode yang tepat.
Salah satu metode yang sering digunakan adalah metode ilmiah. Dengan metode
ini dapat mengungkapkan dan mengembangkan ilmu.
kami menyarankan agar pembaca dapat menambah referensi dari literatur
lainnya. Karena kami menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan baik
dari isi makalah maupun pemaparannya. Dan kami harap pembaca dapat
menerapkan dalam melakukan penelitian
3
DAFTAR PUSTAKA
Babbie, E. 1999. The Basics of Social Research. Belmont: Wadsworth Pub. Co.
Moh. Nazir,Ph.D. 2010. Metode Penelitian Ghalia Indonesia : Bogor
Nursalam. 2002. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Sagung
Seto: Jakarta
Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Meteodologi Penilitian Ilmu
Keperawatan Pedoman Skripsi. Jakarta : Salemba Medika
Polit, D.E. & Hungler, B.P. 1993. Essential of Nursing Research. Methods,
Appraisal, and Utilization. 3rd.edn. Philadelphia: JB Lippincott Co.
Sastroasmoro S & Ismail S. 1995. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis.
Jakarta: Binarupa Aksara.
Soekidjo Notoat Modjo. 2010. Metode Penilitian Jakarta : Salemba Medika
Soeparto O, Putra ST, Haryanto. 2000. Filsafat Ilmu Kedokteran. Surabaya:
GRAMIK & RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Wasis. 2002. Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Jakarta : EGC
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika
Hidayat, Aziz Alimul. 2010. Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif.
Surabaya :
Health Books Publishing
Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. 2012. Metode Penelitian
Kuantitatif. Jakarta :
Raja Grafindo Persada
Gulo, W. 2000. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo.
Endraswara, Suwardi. 2009. Metodolgi Penelitian Folklor Konsep, Teori dan
Aplikasi. Yogyakartsa: Media Pressindo.