PROPOSAL SKRIPSI
OLEH
ISNAMIATI
21010159
Pembimbing
Mengetahui
Ketua Program Studi Ners
STIKes Medika Seramoe Barat
Mengetahui,
Ketua Ketua
Program Studi Profesi Ners
STIKes Medika Seramoe Barat STIKes Medika Seramoe Barat
Siti Damayanti, SST, M.Keb Ns. Alfi Syahri, S.Kep., CH., M.K.M
NIDN. 1324039101 NIDN. 1320019701
KATA PENGANTAR
yang telah melimpahkan rahmat dan kuasa-Nya, kekuatan dan kesehatan, sehingga
Mental Health Literacy dengan Peer Group Stigma pada Mahasiswa STKIP
Muhammadiyah Abdya Tahun 2022” dengan baik. Selanjutnya shalawat dan salam
penulis sanjungkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, penuntun umat manusia
Penulisan proposal skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
agar dapat menyelesaikan studi dan meraih gelar Sarjana Keperawatan. Proses
memberikan bimbingan, motivasi, pelayanan dan kesempatan. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus dan
ikhlas kepada:
1. Bapak Drs. H.T. Syamsul Bahri, selaku Ketua Yayasan Payung Negeri Aceh
Darussalam.
2. Ibu Siti Damayanti, SST, M.Keb., selaku Ketua STIKes Medika Seramoe Barat,
3. Ibu Fitri Apriani, M.Kep., selaku Wakil Ketua I STIKes Medika Seramoe Barat.
4. Ibu Nadia Rizka, S.Tr.Keb, M.Keb, selaku Wakil Ketua II STIKes Medika
Seramoe Barat.
ii
5. Bapak Ns. Alfi Syahri, S.Kep., M.K.M., selaku Ketua Program Studi Sarjana
6. Ibu Erlia Rosita, SKM., M.K.M., sebagai dosen Pembimbing yang telah
7. Bapak Ns. Mahanta Qaribi, M.Kep., selaku penguji 1 pada penyusunan proposal
skripsi ini.
8. Ibu Sry Rizki, SST., M.Kes., selaku penguji II pada penyusunan proposal skripsii
ini.
9. Orang Tua dan Suami dan Anak tercinta dan Keluarga yang telah memberikan
10. Kepada para sahabat dan rekan kerja seperjuangan yang telah banyak memberii
Dan akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik
langsung maupun tidak langsung yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.
Semoga amal kebaikan dan keikhlasan ini mendapat balasan dari Allah SWT. dengan
kebaikan yang berlipat ganda dan mudah-mudahan ini ada manfaatnya. Amin Ya
Rabbal Alamin.
(Isnamiati)
iii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ...................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelian ........................................................................... 5
1.4.1 Penelitian .......................................................................... 5
1.4.2 Tempat Penelitian .............................................................. 5
1.4.3 Institusi STIKes Medika Seramoe Barat ........................... 6
iv
1. Pengertian Peer Group ..................................................... 20
2. Karakteristik Peer Group ................................................. 21
3. Fungsi Peer Group ........................................................... 22
4. Mental Health Literacy VS Peer Group Stigma .............. 23
2.1.6 Kerangka Teori..................................................................... 25
2.1.7 Kerangka Konsep ................................................................. 26
v
3.9.1. Analisa Univeriat ................................................................ 35
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
dengan kesehatan fisik. Kesehatan mental merupakan komponen dasar dari definisi
kesehatan mental sangat penting bagi setiap orang karena berkorelasi positif dengan
status kesehatan mental yang baik (Wong, 2016) terutama di era yang penuh dengan
tuntutan untuk bergerak lebih cepat dan produktif seperti saat ini. Banyaknya tuntutan
Holland & Wheeler, 2016). Menurut Wong (2016) stigma negatif mengenai
1
2
literasi kesehatan mental di lingkungan kampus. Untuk itu, saat ini terdapat urgensi
untuk menyoroti pentingnya literasi kesehatan mental pada mahasiswa yang dapat
meningkatkan kemampuan individu untuk mencari bantuan ahli baik untuk diri
dikenalkan oleh Jorm, Korten, Jacomb, Christensen, Rodgers, dan Pollitt pada Tahun
1997.
Agusno dalam Purnama, Yani, & Sutini, (2016) mengatakan bahwa terdapat
yang terus berkembang di masyarakat mengenai gangguan jiwa dan yang ketiga
diskriminasi dan label negatif disebabkan kurangnya literasi kesehatan mental dalam
Dampak negatif terkait literasi kesahatan mental yang buruk adalah orang -
orang tidak segera mencari bantuan profesional (Novianty et al., 2017). Buruknya
literasi kesehatan mental inilah yang melahirkan stigma terhadap ODGJ. Penderita
jalanan. (Hadi, 2018). Sehingga literasi kesehatan mental penting untuk menurunkan
gangguan mental. Hasil yang diperoleh bahwa stigma rendah terhadap orang dengan
Dijelaskan pula dalam jurnal Perceived stigma toward mental illness among college
mahasiswa memiliki stigma yang tinggi. Hal ini tidak terkait dengan usia, jenis
kelamin, tahun studi, latar belakang tempat tinggal, riwayat penyakit mental, dan
mengenal dengan seseorang dengan penyakit mental (Pokharel & Pokharel, 2017).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hartini, Fardana, Ariana, & Wardana
(2018) tentang stigma terhadap orang dengan masalah kesehatan mental di Indonesia
mendapatkan hasil bahwa pengetahuan yang lebih baik tentang kesehatan mental
Perbedaan signifikan dalam stigma orang dengan gangguan mental juga ditemukan di
seluruh kelompok usia, jenis kelamin, pengalaman kontak, riwayat gangguan jiwa,
gangguan jiawa berat nasional sebesar 1.7 per mil yang arti 1-2 orang dari 1000
emosional secara nasional pada tahun 2013 sebesar 6% ( 37,728 orang dari subjek
yang dianalisis ). Angka bunuh diri di Indonesia juga meningkat hingga mencapai
1.6% - 1.8% tiap 100.000 penduduk. Adapun kejadian bunuh diri tertinggi berada
pada kelompok usia remaja dan dewasa muda ( 15 – 24 tahun ). Fenomena bunuh diri
tekanan psikososial yaitu pengungsi, remaja, dan masyarakat social ekonomi rendah
tersebut tidak mengerti tentang Mental Health Literacy dengan Peer Group Stigma
dan meningkatkan mental health literacy sehingga dapat menurunkan stigma pada
orang dengan gangguan mental. Maka dari itu, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Hubungan Mental Health Literacy dengan Peer Group Stigma
Mental Health Literacy dengan Peer Group Stigma Pada Mahasiswa STKIP
Muhammadiyah Abdya?”
Untuk mengetahui hubungan mental health literacy dengan peer group stigma
1.4.1 Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dan bahan
kajian mahasiswa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teori jiwa tentang
hubungan mental health literacy dengan peer group stigma pada Mahasiswa STKIP
Muhammadiyah Abdya.
mahasiswa dan instansi terkait untuk pencegahan stigma yang sudah melekat pada
2.1.1. Pengertian
(WHO,2003).
suatu disiplin ilmu yang membahas tentang kesehatan jiwa, fokus utamanya
(Wijaya, 2019). sebesar 1,7% meningkat menjadi 7% pada tahun 2018. Hal
yang sama terjadi di Aceh, dimana pada tahun 2013 prevalensi gangguan jiwa
hanya 2,7% meningkat menjadi 8,7% pada tahun 2018. Sedangkan untuk
7
8
tahun 2013 sebesar 6.0% meningkat menjadi 9,8% pada tahun 2018. Hal ini
juga terjadi di Aceh pada tahun 2013 prevalensi gangguan mental emosional
sebesar 6,6% meningkat menjadi 9,6% pada tahun 2018. Menurut Novianty,
Noor, & Hadjam (2017) angka bunuh diri di Indonesia juga terus meningkat
hingga mencapai 1,6-1,8 dari tiap 100.000 penduduk, dan kejadian tertinggi
berada pada kelompok usia remaja dan dewasa muda (15-24 tahun) yang
gangguan mental seringkali disebut gila. Kata “gila” sudah melekat pada
pertolongan atau pengobatan. Tidak jarang, mereka yang telah di labeli “gila”
pemahaman yang berbeda tentang gangguan jiwa (Lestari & Wardhani, 2014).
abnormal dari pikiran, emosi, perilaku dan hubungan dengan orang lain.
Dari segi kesehatan jiwa, ada dua istilah untuk individu dengan
orang yang mempunyai masalah fisik, mental, sosial, tumbuh kembang atau
d. Gangguan depresif.
e. Gangguan kecemasan.
h. Gangguan disosiatif.
k. Gangguan eliminasi .
l. Gangguan tidur-bangun.
m. Disfungsi seksual.
n. Gender dysphoria.
q. Gangguan neurokognitif.
r. Gangguan kepribadian.
s. Gangguan paraphilic.
b. Faktor psikologik (psikogenik), yaitu terkait dengan interaksi ibu dan anak,
perkembangan emosi, konsep diri, dan pola adaptasi juga akan memengaruhi
maka dapat mengakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu dan rasa bersalah
yang berlebihan.
Jorm (1997) Aspek utama dalam literasi kesehatan mental adalah sebagai
berikut:
a. Knowledge
b. Belief
c. Attitude
kesehatan, yaitu :
a. Usia
dalam rentang waktu yang cukup lama sejak pendidikan terakhir dan
b. Bahasa
c. Jenis Kelamin
yang dibangun secara sosial yang dikenal dengan istilah gender (Regitz-
Zagrosek, 2012).
d. Pendidikan
prevalensi dan gejala gangguan mental (Von Dem Knesebeck et al., 2013).
Selain itu, dalam penelitian Lopez, Sanchez, Killian, & Eghaneyan (2018)
1. Pengertian Stigma
orang dengan gangguan jiwa. Stigma adalah label negatif menempel pada
stigma merupakan hasil dari proses dimana individu dan kelompok dianggap
2. Pembagian Stigma
Menurut Aiyub (2018) secara umum stigma dapat dibagi menjadi dua
a. Self stigma
b. Public stigma
3. Aspek stigma
yaitu:
a. Stereotypes
terhadap individu atau kelompok lain yang pada akhirnya pandangan tersebut
secara tidak sadar menjadi ciri terhadap individu atau kelompok (Corrigan &
Shapiro, 2010).
18
b. Prejudice
atau penilaian negatif yang kurang rasional, ditujukan kepada individu atau
suatu kelompok tertentu yang menjadi objek. Prejudice juga bisa dikatakan
sebagai attitude negatif yang ditujukan untuk individu lain dan hal ini dapat
takut, dan marah jika berada disekitar orang dengan gangguan mental
c. Discrimination
memiliki dua pelamar yang memiliki kualifikasi yang sama pelamar yang
berbeda dalam satu carapenyakit mental yang serius. Keputusan untuk tidak
yang lain, oleh karena itu saya tidak akan memperjakannya” (Corrigan &
Shapiro, 2010).
19
4. Dampak Stigma
bermutu.
menjadi negatif.
gangguan jiwa.
20
kelompok teman sebaya yaitu individu yang usianya hampir sama dan terikat
sosial yang terbentuk dari individu dengan usia, pendidikan atau status sosial
yang sama dan terutama mereka yang memiliki status yang sama atau sama
sosial, memberi informasi mengenai diri sendiri, orang lain, yang merupakan
(mutuality) dan keakraban (intimacy). Kualitas peer group terdiri dari kualitas
permusuhan.
21
yang dapat membangun. Dimana terdapat hubungan sosial yang baik dalam
stres. Siswa yang memiliki hubungan peer group yang positif maka akan
individu pada usia relatif sama, yang merupakan kelompok sosial yang
mereka dipandang oleh teman sebaya merupakan aspek yang terpenting dalam
yaitu:
22
independen
et al., 2013).
gangguan mental. Cara untuk memperbaiki stigma pada remaja adalah dengan
mempunyai mental health literacy yang baik sehingga dapat merubah stigma
peer group. Jika aspek dalam mental health literacy yaitu knowledge, belief
dan attitude rendah maka stigma peer group cenderung tinggi dan begitupun
sebaliknya (Jorm,1997).
tinggi maka memerlukan akses mental health literacy yang memadai. Dengan
derajat mental health literacy yaitu faktor yang berpengaruh langsung dan
dan pola hidup yang memperhatikan kesehatan fisik dan psikis. Faktor kedua
pelayanan kesehatan, gaya hidup dan lingkungan sekitar (Mayagh & Wayne,
- Knowledge (pengetahuan)
- Belief (kepercayaan)
- Attitude (sikap)
Muhammadiyah Abdya
BAB 3
METODELOGI PENELITIAN
dua variabel atau lebih serta menentukan jenis dan derajat hubungan ( Gray,
mengetahui hubungan mental health literacy dengan peer group stigma pada
27
28
3.3.1 Populasi
dengan penelitian yang ingin diteliti (Polit & Beck, 2012). Jumlah
Abdya mahasiswa.
3.3.2. Sampel
unit paling dasar tentang data yang dikumpulkan (Polit & Beck, 2012).
No Angkatan Jumlah
1 2020 36
2 2021 80
3 2022 105
Total 221
Variabel Independen
& Beck, 2012). Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
demografi responden yang terdiri dari: NIM, Umur, jenis kelamin, angkatan,
yaitu mental health literacy questionnaire (MHLQ) oleh Dias (2018) yang
terdiri 29 item dengan menggunakan skala likert. MHLQ terdiri dari 4 sub
terdiri dari 8 item. Sub skala ketiga “keterampilan pertolongan pertama dan
perilaku pencarian bantuan” terdiri dari 6 item. Sub skala keempat “self-help
strategi” yang terdiri dari 4 item. Pilihan jawaban menggunakan skala likert,
4. Untuk item pernyataan positif terdiri dari lima poin pilihan jawaban dimana
nilai 1 berarti “sangat tidak setuju” dan nilai 5 berarti “sangat setuju”.
Sedangkan untuk item pernyataan negatif, 1 berarti “sangat setuju” dan nilai
5 berarti “sangat tidak setuju”. PMHSS terdiri dari 3 sub skala, pertama sub
skala “stereotypes”, terdiri dari 12 item. Sub skala kedua “prejudice” terdiri
dari 7 item. dan sub skala ketiga “Discrimination” yang terdiri dari 5 item.
3.6.1. Validitas
ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui apakah
32
kuesioner yang telah disusun mampu mengukur apa yang hendak diukur,
maka perlu diuji korelasi antara skors (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan)
dengan nilai total kuesioner tersebut. Uji validitas dalam penelitian ini
menggunakan uji face validity. Kuesioner penelitian ini telah dilakukan uji
validitas oleh Maulizani Desi (2020) dengan judul hubungan mental health
syiah kuala
kualitas suatu instrumen (Polit & Beck, 2012). Uji reliabilitas akan dianalisa
Jika nilai Alpha Cronbach < 0,7 maka kuesioner dinyatakan tidak reliabel.
2018). Alat ukur Peer Mental Health Stigmatization Scale (PMHSS) memiliki
administrasi yang telah ditetapkan, yaitu dengan mendapatkan izin dari Ketua
STIKes Medika Seramoe Barat dan izin Dari Ketua Kampus STKIP
3.8.1. Editing
mengecek kelengkapan data dan memastikan tidak ada data yang missing
(hilang).
34
3.8.2. Coding
atau coding. Coding adalah pemberian nomor pada setiap item pertanyaan
melakukan entry data. Peneliti memberikan kode dalam bentuk angka. Data
responden terakhir untuk dimasukkan ke dalam table dan data tersebut diolah
sesuai dengan variabel yang diteliti. Pada tahap ini proses data dimulai
software computer.
3.8.4. Tabulating
yang telah dibuat untuk setiap variabel yang diukur dan dimasukkan ke dalam
dilakukan.
35
A. Analisa Data
1. Analisa Univariat
karakteristik setiap variabel (Polit & Beck, 2012). Tujuan analisa univariat
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Mental Health Literacy dan
Peer Group Stigma. Pada umumnya dalam analisa ini hanya menghasilkan
2. Analisis Bivariat
anatara variabel independen dan dependen (Polit & Beck, 2012). Analisa
1. Bila pada tabel kontingensi lebih dari 2x2 , misalnya 3x2, 3x3 dan
2. Apabila dijumpai tabel kontingensi 2x2 dan tidak dijumpai nilai expected
Bayani, I., & Sarwasih, S. (2013). Attachment dan Peer Group dengan
Kemampuan Coping Stress pada Siswa Kelas VII di SMP RSBI AL
AZHAR8 Kemang Pratama. Jurnal Soul, 6(1).
Bekhet, A. K., Murrock, C. J., Bekhet, A. K., Murrock, C. J., Mu, Q., & Singh-
gill, H. (2017). Nursing Students ’ Perception of the Stigma of Mental
Illness SM Gr up SM Journal of Nursing Students ’ Perception of the
Stigma of Mental Illness. 3(2).
Chang, S., Ong, H. L., Seow, E., Chua, B. Y., Abdin, E., Samari, E., …
Subramaniam, M. (2017). Stigma towards mental illness among medical
and nursing students in Singapore: A cross-sectional study. BMJ Open,
7(12), 1– 11. https://doi.org/10.1136/bmjopen-2017-018099
Dias, P., Campos, L., Almeida, H., & Palha, F. (2018). Mental health literacy in
young adults: Adaptation and psychometric properties of the mental health
literacy questionnaire. International Journal of Environmental Research
and Public Health, 15(7). https://doi.org/10.3390/ijerph15071318
Furnham, A., Cook, R., Martin, N., & Batey, M. (2011). Mental Health
Literacy Among University Students. Journal of Public Mental Health,
10(4), 198– 210. https://doi.org/10.1108/17465721111188223
37
Furnham, A., & Swami, V. (2018). Mental Health Literacy: A Review of
What ItIs and Why It Matters. https://doi.org/10.1037/ipp0000094
Girma, E., Tesfaye, M., Froeschi, G., Leimkuhler, anna maria moller, Muller,
N., & Dehning, S. (2013). Public Stigma against People with Mental
Illness in the Gilgel Gibe Field Research Center ( GGFRC ) in Southwest
Ethiopia. 8(12).
Gorczynski, P., Sims-schouten, W., Hill, D., & Wilson, J. . (2017). Examining
Mental Health Literacy, Help Seeking Behaviours, and Mental Health
Outcomes in UK University Students. The Journal of Mental Health
Training, Education and Practice, 12(2).
Gray, J., Grove, S., & Sutherland, S. (2017). Burns and Grove’s the practice of
nursing research: Appraisal, synthesis, and generation of evidence (8th
ed.).
Hartini, N., Fardana, N. A., Ariana, A. D., & Wardana, N. D. (2018). Stigma
toward people with mental health problems in Indonesia. Psychology
Research and Behavior Management, 11, 535–541.
https://doi.org/10.2147/PRBM.S175251
Holland, D., & Wheeler, H. (2016). College students stress and mental health:
examination of stigmatic views on mental health counseling. Michigan
Sociological Review, 30, 16–34.
Idham, A. F., Rahayu, P., & As-Sahih, A. A. (2019). Trend Literasi Kesehatan
Mental Trend of Mental Health Literacy. Analitika. Jurnal Magister
Psikologi UMA, 11(1), 12–20.
Jorm, A. F., Korten, A. E., Jacomb, P. A., Christensen, H., Rodgers, B., &
Pollitt,
P. (1997). “Mental Health Literacy”: a Survey of The Public’s Ability to
Recognize Mental Disorders and Their Beliefs About The Effectiveness of
Treatment.
Lopez, V., Sanchez, K., Killian, M. O., & Eghaneyan, B. H. (2018). Depression
screening and education: An examination of mental health literacy and
38
stigma in a sample of Hispanic women. BMC Public Health, 18(1), 1–8.
https://doi.org/10.1186/s12889-018-5516-4
Mckeague, L., Hennessy, E., O’Driscoll, C., & Heary, C. (2015). Peer Mental
Health Stigmatization Scale: Psychometric properties of a questionnaire
for children and adolescents. Child and Adolescent Mental Health, 20(3),
163– 170. https://doi.org/10.1111/camh.12088
Novianty, A., Noor, M., & Hadjam, R. (2017). Literasi Kesehatan Mental dan
Sikap Komunitas sebagai Prediktor Pencarian Pertolongan Formal. Jurnal
Psikologi, 44(1), 50–65.
Pokharel, B., & Pokharel, A. (2017). Perceived Stigma Towards Mental Illness
Among. Birat Journal of Health Sciences, 2(3), 292–295. Retrieved from
https://www.nepjol.info/index.php/bjhs/article/view/18946/15487
Polit, D. F., & Beck, C. . (2012). Resource Manual for Nursing Research
Generating and Assessing Evidance for Nursing Practice (9th ed.).
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Purnama, G., Yani, D. I., & Sutini, T. (2016). Gambaran Stigma Masyarakat
Terhadap Klien Gangguan Jiwa di RW 09 Desa Cileles Sumedang. Jurnal
Pendidikan Keperawatan Indonesia, 2(1), 29–37.
39
Saida, M. A. (2017). Hubungan antara Peer Relationship dengan Kompetensi
Sosial Siswa SMA. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Samari, E., Seow, E., Chua, B. Y., Ong, H. L., Abdin, E., Chong, S. A., &
Subramaniam, M. (2018). Stigma towards people with mental disorders:
Perspectives of nursing students. Archives of Psychiatric Nursing, 32(6),
802–808. https://doi.org/10.1016/j.apnu.2018.06.003
Santrock, john w. (2003). Adolescence. Jakarta: Erlangga.
Shah, L. C., West, P., Bremmeyr, K., & Savoy-Moore, R. T. (2010). Health
Literacy Instrument in Family Medicine: The “Newest Vital Sign” Ease of
Use and Correlates. 23(2), 195–203.
Von Dem Knesebeck, O., Mnich, E., Daubmann, A., Wegscheider, K.,
Angermeyer, M. C., Lambert, M., … Kofahl, C. (2013). Socioeconomic
status and beliefs about depression, schizophrenia and eating disorders.
Social Psychiatry and Psychiatric Epidemiology, 48(5), 775–782.
https://doi.org/10.1007/s00127-012-0599-1
40
dengan Mental Illness Stigma pada Mahasiswa Keperawatan
41
Lampiran 3
Lampiran 3
Lampiran 3
Nama : Isnamiati
NIM : 21010159
Alamat : Dusun Tenggiri Desa Palak Hulu Kecamatan Susoh
Kab.Abdya
Isnamiati
21010159
Lampiran 4
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan bahwa bersedia untuk
berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Stikes Medika
Seramoe Barat Meulaboh yang bernama Isnamiati, NIM 21010159, yang berjudul
“Hubungan Mental Health Literacy dengan Peer Group Stigma pada
Mahasiswa Stkip Muhammadiyah Abdya”.
Saya mengetahui informasi yang saya berikan ini sangat besar manfaatnya
bagi peningkatan dan pengembangan bidang ilmu keperawatan di masa yang akan
datang.
Saya mengerti bahwa tidak ada resiko yang akan terjadi pada saya.
Apabila ada pertanyaan yang menimbulkan respon emosional yang tidak nyaman
atau berakibat negatif pada saya, saya berhak menghentikan atau mengundurkan
diri dari penelitian ini tanpa adanya sanksi atau kehilangan hak.
Demikian secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, saya
berperan serta dalam penelitian ini.
( )
Lampiran 5
KUESIONER PENELITIAN
A. Data
Demografi
Petunjuk I:
Berikut ini disajikan beberapa pertanyaan tentang data
demografi. Jawablah setiap pertanyaan dan berikan tanda check
list (�) pada jawaban yang anda pilih.
1. NIM :
2. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
3. Umur :
masih hidup
meninggal
meninggal
Bapak
Lampiran 6
meninggal ibu
hidup
7. Penghasilan orang
1.500.00,-
Rumah saudara
Kos-kosan/sewa
Lampiran 7
B. KUESIONER
Pilihan Jawaban
Penjelasan Item Sangat
No. Sangat Tidak
Setuju Netral Tidak
Setuju Setuju
Setuju
1 Latihan fisik berkontribusi
terhadap kesehatan mental
yang baik;
2 Seseorang dengan depresi
merasa sangat sedih;
3 Orang dengan skizofrenia
biasanya memiliki delusi
(mis., Mereka mungkin
percaya bahwa mereka
terus diikuti dan diamati);
4 Jika saya memiliki
gangguan mental saya
akan mencari bantuan
kerabat saya;
5 Jika seseorang yang dekat
dengan saya memiliki
gangguan mental, saya
akan mendorongnya untuk
mencari seorang psikolog;
6 Gangguan mental tidak
memengaruhi perilaku
orang;
7 Tidur nyenyak
berkontribusi terhadap
kesehatan mental yang
baik;
8 Jika saya memiliki
gangguan mental saya
akan mencari bantuan
psikolog;
Lampiran 8
9 Seseorang dengan
gangguan kecemasan
mungkin panik dalam
situasi yang dia takuti;
10 Orang-orang dengan
gangguan mental berasal
dari keluarga
berpenghasilan rendah;
11 Jika seseorang yang dekat
dengan saya memiliki
gangguan mental, saya
akan mendengarkannya
tanpa menghakimi atau
mengkritik;
12 Penggunaan alkohol dapat
menyebabkan gangguan
mental
13 Gangguan mental tidak
memengaruhi perasaan
seseorang;
14 Semakin cepat gangguan
mental diidentifikasi dan
diobati, semakin baik;
15 Hanya orang dewasa yang
memiliki gangguan
mental;
16 Perubahan fungsi otak
dapat menyebabkan
timbulnya gangguan
mental;
17 Jika seseorang yang dekat
dengan saya memiliki
gangguan mental, saya
akan mendorongnya untuk
menemui psikiater;
18 Jika saya memiliki
gangguan mental saya
akan mencari bantuan
teman;
19 Diet seimbang
berkontribusi terhadap
kesehatan mental yang
baik;
20 Salah satu gejala depresi
adalah hilangnya minat
atau kesenangan dalam
Lampiran 9
banyak hal;
21 Jika seseorang yang dekat
dengan saya memiliki
gangguan mental, saya
tidak bisa membantu;
22 Panjangnya waktu gejala
yang muncul adalah salah
satu kriteria penting untuk
diagnosis gangguan
mental.
23 Depresi bukanlah
gangguan mental yang
sebenarnya;
Pilhan Jawaban
Sangat
No. Penjelasan Item Sangat Tidak
Setuju Netral Tidak
Setuju Setuju
Setuju
1 Kebanyakan orang percaya
bahwa anak-anak dengan
masalah emosional atau
perilaku sama cerdasnya
dengan anak-anak lain
2 Kebanyakan orang memandang
rendah anak-anakyang
mengunjungi konselor karena
mereka memiliki masalah
emosional atau perilaku.