Anda di halaman 1dari 8

PROPOSAL

TERAPI BERMAIN ANAK


COLORING AND DRAWING BODY PARTS

Disusun Oleh:
Aditya Novan P.

J230 123 002

Salma Biratomcia

J230 123 009

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012

A. LATAR BELAKANG
Hospitalisasi pada anak merupakan salah satu masalah yang dapat
menyebabkan trauma atau kecemasan yang efeknya dapat mengganggu tugas
perkembangan anak. Meskipun anak berada di rumah sakit masih tetap
diperlukan stimulasi tumbuh kembang untuk membantu anak tetap mampu
menyelesaiakan tugas perkembangannya sehingga tidak mengganggu proses
tumbuh kembang anak selanjutnya. Bermain adalah cara alamiah bagi anak
mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak disadari. Selama menjalani
masa

perawatan

perkembangan

di rumah
yang

harus

sakit, seorang anak


dia

selesaikan

mempunyai

sesuai

dengan

tugas
usia

perkembangannya. Terapi bermain adalah bagian perawatan pada anak yang


merupakan salah satu intervensi yang efektif bagi anak untuk menurunkan
atau mencegah kecemasan sebelum dan sesudah tindakan operatif. Dengan
demikian dapat dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, terapi
bermain merupakan suatu kegiatan didalam melakukan asuhan keperawatan
yang sangat penting untuk mengurangi efek hospitalisasi bagi pertumbuhan
dan perkembangan anak selanjutnya. (Wong, 2004)
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa
menggunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi,
memberikan kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak
(Anggraini, 2004).
Bermain tidak dapat dipisahkan dari dunia anak, melalui bermain anak
akan belajar tentang dunia dan kehidupannya serta berhubungan dengan orang
lain. Dengan bermain anak akan menemukan kekuatan dan kelemahannya
sendiri, minat dan cara menyelesaikan masalah dalam permainan. Bermain
merupakan unsur yang penting bagi anak untuk perkembangan fisik, mental,
sosial dan emosional.
Usia toddler telah menuju kepada kebebasan dan memiliki ritual
terbatas untuk proses makan, tidur, mandi, toileting, dan bermain. Ketika

rutinitas toddler dipisahkan, sisi negative dan kemunduran banyak berespon.


Normalnya, sebanyak rutinitas toddler yang mungkin dapat membantu
membatasi efek negative dari sebuah penyakit (Denholm & ferguson, 1987).
Egosentrik dan pola piker magis anak-anak preschool membatasi kemampuan
dalam mengartikan suatu kejadian. Kekurangan inforemasi dan ketidak
familiaran setting dan rutinitas dapat menyebabkan anak usia ini berfikir
secara berlebihan dan mengungkapkan fantasinya tentang penyakit dan
hospitalisasinya. Jelas, keterangan yang sederhana dan ilustrasi sangat penting
untuk usia preschool.( LaMontagne,1984).
Pada anak perasaan sering muncul yaitu , cemas, marah, sedih, takut
dan rasa bersalah. Bermain anak dapat mengekspresikan perasaannya dan
menyelesaikan masalahnya sehingga dapat memperkecil trauma karena
hospiotalisasi. Hasil penelitian membuktikan bahwa hospitalisasi anak dapat
dapat menjadi suatu pengalaman yang dapat menimbulkan trauma, baik pada
anak maupun orang tua (Supartini, 2004).
Dalam mencegah dampak pemyakit dan perawatan dirumah sakit
diperlukan stimulus bagi anak agar dampak yang dialami anak dapat
diminimalkan. Stimulus yang dapat diberikan oleh tim kesehatan di Rumah
Sakit salah satunya berupa terapi bermain. Tujuan dari pelaksanaan terapi
bermain yang dilakukan di rumah sakit adalah untuk memampukan anak
beradaptasi dengan lingkungan yang asing baginya, melanjutkan tumbuh
kembang yang dialami walaupun anak harus dirawat dan mengembangkan
krestifitas anak dalam bermain (Hurlock, 1998).
Coloring and Drawing Body Parts yaitu suatu bentuk terapi bermain
dimana anak diberi pengetahuan tentang bagian-bagian tubuh, selanjutnya
anak diberikan kesempatan untuk memilih bagian tubuh mana yang akan di
gambar dan diwarnai, kemudian anak diminta untuk mewarnai gambar
tersebut. Setelah itu menanyakan kepada anak untuk menyebutkan bagian

tubuh yang diwarnai dan fungsinya. Selanjutnya anak dapat menggambarkan


bagian tubuh yang dimilikinya.
Bangsal Edelwis RSUD Pandan Arang Boyolali merupakan bangsal
perawatan anak, dimana pasien yang dirawat merupakan pasien pada usia
anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan dan perkembangan. Hasil
observasi menunjukkan sebagian pasien mengalami nyeri akibat dari prosedur
tindakan medis dan proses penyakit, sehingga anak tidak kooperatif atau
menolak

terhadap

prosedur

tindakan

medis.

Hasil

observasi

juga

menunnjukkan bahwa anak juga kurang bisa mengekspresikan diri secara


langsung dalam mengidentifikasi atau melokalisasi area sakit atau nyeri.
Dalam kondisi seperti ini anak membutuhkan suatu hiburan dalam bentuk
permainan dimana anak dapat menggambarkan bagian tubuh atau lokasi yang
mengalami nyeri. Dimana terapi bermainnya dalam bentuk Coloring and
Drawing Body Parts yang bermanfaat bagi anak selama hospitalisasi di rumah
sakit.
B. JENIS PERMAINAN
Jenis permainannya adalah Coloring and Drawing Body Parts atau
mewarnai dan menggambar bagian tubuh. Bentuk permainan ini yaitu dimana
anak diberi pengetahuan tentang bagian-bagian tubuh, selanjutnya anak
diberikan kesempatan untuk memilih dan mewarnai bagian tubuhnya yang
sakit. Setelah itu menanyakan kepada anak untuk menyebutkan bagian tubuh
yang diwarnai dan fungsinya.
Permainan ini dilakukan pada usia preschool (5-9 th). Dengan rasio
pasien : perawat adalah 5:1. Lama waktunya tidak ditentukan. Waktunya
sesuai dengan kemampuan anak dalam mewarnai bagian tubuh yang dia pilih.

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi daerah atau bagian tubuh yang sakit atau nyeri.
2. Tujuan khusus
- Menyalurkan energi anak.
- Melanjutkan perkembangan ketrampilan motorik halus (koordinasi mata
dengan tangan).
D. KARAKTERISTIK PESERTA
Kegiatan bermain ini diikuti peserta dengan criteria sebagai berikut
1. Kriteria inklusi
a. Anak usia 5-9 th
b. Suhu tubuh 36 C 37 C
c. Tidak terpasang alat-alat invasive seperti NGT, kateter dll
d. Tidak bedres
e. Pasien tidak dalam masa inkubasi
2. Kriteria eksklusi
a. Suhu tubuh 38 C
b. Terpasang alat-alat invasive seperti NGT, kateter dll
c. Bedrest total
d. Pasien infeksi
e. Pasien dalam masa inkubasi
E. MEDIA
- Sketsa gambar
- Crayon
- Kertas gambar
F. METODE PERMAINAN
Metode yang dilakiukan adalah demontrasi secara langsung yang dilakukan
oleh anak sesuai dengan instruksi yang diberikan.
G. PENGORGANISASIAN
1. Melakukan kontrak dengan anak dan orang tua
2. Mengumpulkan anak pada ruangan terapi bermain
3. Menyiapkan alat yang diperlukan

4. Kegiatan dipimpin oleh leader, dibantu dengan observer merangkap

H.

sebagai fasilitator
5. Mengobservasi kondisi pasien selama terapi bermain berlangsung
Leader: Aditya Novan Pinandita
Tugas:
1. Membuka acara
2. Membaca peraturan bermain
3. Memimpin jalannya permainan
4. Memberi semangat kepada peserta
5. Menciptakan suasana menjadi meriah
6. Mengambil keputusan
7. Memberikan reward
Fasilitator : Salma Biratomcia
Tugas:
1. Memfasilitasi peserta selama permainan berlangsung
2. Mendampingi anak selama bermain
3. Memberikan semangat dan motivasi
Observer: Salma Biratomcia
1. Mengamati dan mengevaluasi permainan
2. Mengamati tingkah laku anak, laeder
3. Memberikan kritik dan saran
RENCANA PELAKSANAAN

No.
Kegiatan
1.
Persiapan:
- Menyiapkan ruangan
- Menyiapkan alat
- Menyiapkan anak dengan keluarga
2.

Proses:
- Membuka
dengan

proses

terapi

salam,

5 menit
Memperhatikan

anak

dan

keluarga tentang tujuan dan manfaat


bermain
- Menjelaskan cara bermain
- Mengajak anak bermain
- Mengevaluasi respon anak
keluarga

Subyek Terapi

Menjawab salam
Memperkenalkan diri

bermain

mengucap

memperkenalkan diri
- Menjelaskan kepada

Waktu
5 menit

Mengajak
5 menit

bermain

anak
bersama

dengan antusias dan


dan

mengungkapka

3.

10 menit
20 menit
Penutup:

5 menit

- Menyimpulkan
- Mengucapkan salam

perasaanya
Memperhatikan
menjawab salam

5 menit

I. SETTING TEMPAT

MEJA

Keterangan :
: Leader
: Peserta
: Observer
a. Hari/ tanggal : Jumat, 04 Mei 2012
b. Waktu : 10.00 selesai
c. Tempat
: Ruang terapi bermain anak
J. KRITERIA EVALUASI
1. Anak bersedia mengikuti terapi bermain
2. Anak mengikuti kegiatan sampai selesai
3. Anak dapat mengikuti dan melakukan apa yang diharapkan dari leader.
4. Kebutuhan bermain anak terpenuhi

dan

5. Anak bersosialisasi dengan temannya


6. Anak mengikuti instruksi yang diberikan
7. Anak berperan aktif dalam permainan
8. Anak bisa melakukan permainan dengan mandiri
9. Anak dapat menyelesaikan permainan sampai selesai
10. Anak merasa senang mengikuti terapi bermain
K. DAFTAR PUSTAKA
Narendra, Sularso, dkk, Tumbuh Kembang Anak Dan Remaja, Sagung Seto,
Jakarta, 2002.
Anggani, Sudono, Sumber Belajar Dan Alat Permainan Untuk Pendidikan
Usia Dini,
Grafindo, Jakarta, 2004.
Soettjiningsih, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta, 1995
Pusdiknakes, Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga, Depkes RI,
Jakarta, 1993.
Donna L. Wong, Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, EGC, Jakarta,
2004.
http://forbetterhealth.wordpress.com/2009/01/19/bermain-bagi-pasien-anakdi-rumah-sakit

Anda mungkin juga menyukai