Anda di halaman 1dari 121

MANAJEMEN PELAYANAN KEPERAWATAN DAN ASUHAN

KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER


HIPERTENSI PADA NY.A DI RUANGAN RA1 RUMAH SAKIT UMUM
PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN
Tanggal 23 s/d 25 JULI 2020

Disusun Dalam Rangka Menyelesaikan


Mata Ajar Pengalaman Lapangan Komprehensif

OLEH :

ERLIN KHRISTIANI GEA, S.Kep


19.081.119.037

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS DARMA AGUNG
MEDAN
2020

KATA PENGANTAR

1
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas
segala berkat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas PBLK
ini.
Adapun yang menjadi judul tugas PBLK iniadalah “Manajemen
Pelayanan Keperawatan Dan Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Cardiovaskuler Hipertensi Pada Ny.A Di Ruangan Ra1 Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik Medan”.

Penulis juga menyadari bahwa tugas PBLK ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari segi penulisan maupun isinya. Oleh karena itu, sangat
mengharapkan saran maupun kritikan demi kesempurnaan dari tugas PBLK ini.
Dalam penulisan tugas PBLK ini, penulis telah banyak menerima bantuan
dan dorongan dari semua pihak dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada:
1. Ny. Sariaty P.R. Siregar br, Pardede, Selaku Ketua Umum Yayasan Darma
Agung Medan.
2. Dr. Jaminudin Marbun, M.Hum. Selaku Rektor Universitas Darma Agung.
3. Bapak Zulkarnain Nasution, S.Pd, M.Kes, Selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Darma Agung
4. Ibu Ganda Sigalingging, SKM, Skep, Ns, MKes sebagai pembimbing saya
yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan untuk
kesempurnaan laporan Praktek Belajar Komprehensif (PBLK) ini.
5. dr.Bambang Prabowo MKes, Selaku Di Rektur Rumah Sakit Umum HAM
Medan
6. Ibu Johanna Tarigan, S.Kep, Ns, selaku Kepala keperawatan RA1 rumah
Sakit Umum HAM Medan
7. Ibu Selly Dosriani Sitopu, SKM, S.Kep, Ns, M.Kes, selaku Penguji saya
yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan untuk
kesempurnaan laporan Praktek Belajar Komprehensif (PBLK) ini.
8. Ibu Hetti Marlina, SKM, S.Kep, Ns, M.Kep Sebagai ketua program studi
Ners angkatan 2019
9. Staf dan Dosen Ilmu Keperawatan Universitas Darma Agung Medan
10. Klien dan keluarga yang bersedia untuk bekerjasama dengan saya dalam
menyelesaikan laporan ini.

2
11. Seluruh Teman-teman saya mahasiswa/I Ners yang tidak dapat saya
sebutkan satu-persatu yang telah banyak memberikan semangat dalam
menyelesaikan laporan ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak telah
memberikan dukungan dan semangat kepada penulis selama menyelesaikan tugas
PBLK. Semoga ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 28 Juli 2020


Penulis,

(Erlin Kristiani Gea, S.Kep)

DAFTAR ISI

Halaman

3
KATA PENGANTAR....................................................................................
i
DAFTAR ISI...................................................................................................
ii

BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................
1
1.1. Latar Belakang ............................................................................
1
1.2. Tujuan Pratik BelajarLapanganKomprehensif............................
3
1.2.1. TujuanUmum.....................................................................
3
1.2.2. TujuanKhusus....................................................................
4
1.3. Manfaat........................................................................................

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS ..................................................................


6
2.1. KonsepManajemenKeperawatan.................................................
6
2.1.1. DefenisiManajemen...........................................................
6
2.1.2. FungsiManajemen..............................................................
6
2.1.3. Pendokumentasian Asuhan Keperawatan..........................
14
2.1.4. Model Asuhan Keperawatan..............................................
17
2.1.5. SistemManajemenKasus....................................................
24
2.1.6. Modifikasi : Makp Modular...............................................
26
2.1.7. Model PraktekKeperawatanProfesional.............................
28
2.2. TinjauanTeoritisMedis................................................................
42
2.2.1. Defenisi..............................................................................
42
2.2.2. KlasifikasiHipertensi..........................................................
42
2.2.3. ManisfestasiKlinis..............................................................
44
2.2.4. Factor Yang DapatMenyebabkanHipertensi......................
45
2.2.5. Patofisiologi.......................................................................
49

4
2.2.6. Phatway..............................................................................
51
2.2.7. Komplikasi.........................................................................
52
2.2.8. PemeriksaanPenunjang......................................................
53
2.2.9. Pengobatan.........................................................................
53
2.3. KonsepAsuhanKeperawatanPenyakitHipertensi.........................
58
2.3.1. Pengkajian..........................................................................
58
2.3.2. DiagnosaKeperawatan.......................................................
60
2.3.3. PerencanaanKeperawatan/Intervensi.................................
61

BAB 3 Analisa Situasi Ruangan..................................................................


68
3.1......................................................................AnalisaSituasiRuangan
......................................................................................................68
3.1.1. PengkajianSituasi......................................................................
68
3.1.2. JenisPelayananKesehatan.........................................................
69
3.1.3. StrukturOrganisasiRumah.........................................................
70
3.1.4. Analisis Swot............................................................................
86
3.1.5. PrioritasMasalah.......................................................................
91
3.1.6. Plan Of Action Dan Implementasi............................................
93
3.2. AsuhanKeperawatan......................................................................
97
3.3. PemeriksaanFisik..........................................................................
98
3.4. PolaKebiasaanSehari-Hari............................................................
101
3.5. Terapy............................................................................................
102
3.6. Analisa Data..................................................................................
103
3.7. Diagnose Keperawatan..................................................................
103
3.8. IntervensiKeperawatan..................................................................
104

5
3.9. CatatanPerkembangan...................................................................
107

BAB 4 PEMBAHASAN..................................................................................
120
4.1. Manajemen Dan Kasus...............................................................
120
BAB 5 PENUTUP ..........................................................................................
53
5.1. Kesimpulan..................................................................................
53
5.2. Saran............................................................................................
53

DAFTAR PUSTAKA

6
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Praktik Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) merupakan mata kuliah
yang bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa dalam menghadapi dunia nyata
seperti pada saat bekerja dengan memberikan kesempatan untuk meningkatkan
kemampuan dalam mengaplikasikan semua teori dan konsep yang telah diperoleh
selama proses pendidikan. Kegiatan PBLK ini juga diharapkan secara langsung
dapat memberikan masukan untuk peningkatan pelayanan keperawatan pada
tempat yang menjadi lahan praktik (Nuraidar,2012).
Pelayanan komprehensif merupakan pelayanan klien secara total dan
pelayanan kesehatan holistic berkembang bagi konsep holisme. Kesehatan holistic
melibatkan individu secara total, keseluruhan status kehidupannya dan kualitas
hidupnya dalam berespon terhadap perubahan yang terjadi pada diri dan
lingkungannya (Kozier dan Erb, 2012). Sehingga perawat dapat memberikan
pelayanan secara tepat dan efektif untuk membantu klien dalam beradaptasi
terhadap perubahan yang terjadi disekitarnya.
Perkembangan teknologi dan pengetahuan di masa globalisasi memberikan
dampak positif dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai
kesehatan. Pengetahuan tersebut membuat masyarakat lebih menuntut pelayanan
kesehatan yang bermutu. Pelayanan kesehatan yang bermutu akan tercapai kepada
pasien bila perawat memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
perkembangan ilmu keperawatan. Asuhan keperawatan yang diberikan harus
berlandaskan ilmu pengetahuan, dan teori keperawatan. Dalam mengatasi
berbagai permasalahan yang timbul pada pasien, peran perawat sangat penting,
diantaranya sebagai pelaksana, pendidik, pengelola, peneliti, advocate. Sebagai
pelaksana, perawat berperan dalam memberikan asuhan keperawatan secara
profesional dan komprehensif.
Pada akhir kegiatan PBLK ini diharapkan mahasiswa mampu mensintesa
ilmu pengetahuan, menerapkan proses asuhan keperawatan secara komprehensif
sebagai bentuk pelayanan keperawatan profesional, baik kepada individu,
keluarga maupun masyarakat. Selain pada pengelolaan manajemen asuhan

7
keperawatan, juga mampu melakukan manajemen pelayanan keperawatan melalui
proses pengorganisasian kegiatan-kegiatan keperawatan secara efektif dan efisien
dalam pelayanan keperawatan dengan selalu meningkatkan pengelolaan pelayanan
keperawatan.
Dalam Hal Ini Program Pendidikan Profesi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Darma Agung Medan melakukan suatu upaya pengembangan ilmu
keperawatan dengan penerapan mata kuliah peminatan dan PBLK (Praktek
Belajar Lapangan Komprehensif) yang bertujuan untuk mempersiapkan calon
lulusan keperawatan “Ners” menghadapi dunia nyata dalam mengaplikasikan
asuhan keperawatan serta meningkatkan kemampuan analisa terhadap aplikasi
dengan teori yang sudah didapatkan dalam proses pendidikan.
Hipertensi merupakan salah satu penyakit system kardiovaskuler yang
banyak dijumpai di masyarakat. Hipertensi bukanlah penyakit menular, namun
harus senantiasa diwaspadai. Tekanan Darah tinggi atau Hipertensi dan
arteriosclerosis ( pengerasan arteri ) adalah dua kondisi pokok yang mendasari
banyak bentuk penyakit kardiovaskuler. Lebih jauh, tidak jarang tekanan darah
tinggi juga menyebabkan gangguan ginjal. Sampai saat ini, usaha-usaha baik
mencegah maupun mengobati penyakit hipertensi belum berhasil sepenuhnya,
karena adanya factor-faktor penghambat seperti kurang pengetahuan tentang
hipertensi (pengertian, tanda dan gejala, sebab akibat, komplikasi ) dan juga
perawatannya. Saat ini, angka kematian karena hipertensi di Indonesia sangat
tinggi. Jumlah penderita hipertensi di seluruh dunia diperkirakan 972 juta jiwa
atau setara dengan 26,4 persen populasi orang dewasa. 
Angka prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan riskesdas (riset
kesehatan dasar) 2007 mencapai 30 persen dari populasi. Dari jumlah itu, 60
persen penderita hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya pada jantung,
gagal ginjal, dan kebutaan. Sementara di dunia Barat, hipertensi justru banyak
menimbulkan gagal ginjal, oleh karena perlu di galakkan pada masyarakat
mengenai pengobatan dan perawatan Hipertensi. Data survey dari Tim Kesehatan
Pada tanggal 24 Januari 2005 jumlah pasien 5 rumah sakit di Kota Banda Aceh
Menunjukkan Tingkat Penderita Hipertensi Mencapai 3%. Sisanya ISPA 30%,

8
Gatal-gatal 25%, Nyeri lambung 12%, Kejiwaan 10%, Luka-luka 9%, Malaria
5%, Diare 3%, Radang paru-paru 1%, Sakit kepala 1%, Penyakit lain 1 %.
Diharapkan dengan di buatnya Asuhan Keperawatan keluarga resiko tinggi
hipertensi ini dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian karena hipertensi
dalam masyarakat khususnya dalam keluarga.

1.2. Tujuan Praktek Belajar lapangan Komprehensif (PBLK)


1.2.1. Tujuan Umum
Adapun tujuan dilakukannya PBLK ini adalah untuk meningkatkan
kemampuan mahasiswa dalam menerapkan konsep dan teori yang didapat selama
pendidikan dalam dunia kerja nyata, selain itu meningkatkan kemampuan
mahasiswa dalam mengelola kasus secara mandiri dan profesional berdasarkan
teori dan konsep yang ada.
1.2.2. Tujuan Khusus
Selama berlangsungnya praktek manajemen keperawatan mahasiswa
diharapkan mampu untuk :
a. Melakukan pengumpulan data yang terkait dengan situasi kepemimpinan
dan manajemen keperawatan yang diidentifikasi berdasarkan fungsi
manajemen ruangan di ruangan Kutilang Rumah sakit umum herna
Medan. (4M : Man, Methode, Money, Matherial).
b. Merumuskan analisa situasional dalam bentuk SWOT.
c. Merumuskan masalah berdasarkan fungsi-fungsi manajemen, baik masalah
manjemen pelayanan maupun manajemen asuhan keperawatan di ruangan
Kutilang Rumah sakit umum herna Medan.
d. Menyusun rencana penyelesaian masalah sesuai dengan analisa SWOT
yang disusun secara profesional dalam planing of action (POA).
e. Melakukan tindakan sesuai dengan rencana tindakan dalam POA.
f. Mengevaluasi keberhasilan tindakan yang telah dilaksanakan.
g. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian pada Ny.A dengan
gangguan sistem Kardiovasculer Hipertensi
h. Dapat menegakkan diagnosa keperawatan pada Ny.A dengan gangguan
system cardiovasculer Hipertensi.

9
i. Mampu menyusun perencanaan keperawatan pada Ny.A dengan gangguan
sistem Kardiovasculer Hipertensi.
j. Mampu melaksanakan pelaksanaan keperawatan pada Ny.A dengan
gangguan sistem Kardiovasculer Hipertensi.
k. Mampu melaksanakan evaluasi pada Ny.A dengan gangguan sistem
Kardiovasculer Hipertensi.
1.3. Manfaat Penulisan
Diharapkan praktik manajemen ini akan memberikan manfaat kepada:
1) Mahasiswa:
a. Mahasiswa mampu mengaplikasikan konsep, teari dan prinsip-prinsip
yang didapat di akademik kedalam situasi nyata dilapangan dengan
menggunakan prinsip praktek manajemen keperawatan baik dalam
manajemnen pelayanan maupun dalam manajemen asuhan keperawatan.
b. Meningakatkan kepercayaan diri dalam melaksanakan asuhan keperawatan
baik sebagai kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana
2) Pasien.
Meningkatkan kepuasan terhadap kualitas pelayanan asuhan keperawatan.
Pasien dapat memahmi perbedaan perawat dengan tenaga medis lain yang ada di
rumah sakit.
3) Staf perawat
a. Meningkatkan pengetahuan perawat tentang konsep MAKP pada ruangan
kelolaan manajemen.
b. Menambah pengetahuan perawat tentang manajemen pelayanan dan
manajemen asuhan keperawatan melaliu diskusi penyegaran kembali
konsep terkait.
c. Memberi pedoman kepada perwat tentang metode MAKP (metode asuhan
keperawatan profesional).

10
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1. Konsep Manajemen Keperawatan
2.1.1 Defenisi Manajemen
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam

menjalankan suatu kegiatan di organisasi yang mencakup kegiatan koordinasi dan

suvervisi terhadap staff, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi.

(Nursalam 2002).

Menurut Gillies (1986) manajemen didefenisikan sebagai suatu proses

dalam menyelesaikan pekaryaan melalui orang lain, sedangkan manajemen

keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staff keperawatan secara

profesional. Manajer keperawatan dituntut untuk merencanakan, mengorganisasi,

memimpin, dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat

memberikan asuhan keperawatan yang seefektif dan seefesien mungkin bagi

individu, keluarga, dan masyarakat.

Kepemimpinan adalah kemampuan memberi inspirasi kepada orang lain

untuk bekerjasama sebagai suatu kelompok agar dapat mencapai suatu tujuan

(Suarli, 2009).

2.1.2. Fungsi Manajemen


Pada fungsi manajemen keperawatan terdapat beberapa elemen utama
yaitu Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Staffing
(kepegawaian), Directing (pengarahan), Controlling (pengendalian/evaluasi).
1. Planning (Perencanaan)
Perencanaan merupakan suatu proses berkelanjutan yang diawali dengan
merumuskan tujuan, dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan, menentukan
personal, merancang proses dan kriteria hasil, memberikan umpan balik pada
perencanaan yang sebelumnya dan memodifikasi rencana yang diperlukan
(Swanburg, 1999). Fungsi planning (perencanaan) adalah fungsi terpenting dalam

11
manajemen, oleh karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen
lainnya. Menurut Muninjaya, (1999) fungsi perencanaan merupakan landasan
dasar dari fungsi manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan
tidak mungkin fungsi manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik.
Perencanaan akan memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua
pekerjaan yang akan dijalankan, siapa yang akan melakukan, dan kapan akan
dilakukan. Perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan
secara efektif dan efesien.
Di dalam proses keperawatan perencanaan membantu untuk menjamin
klien atau pasien akan menerima pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan
serta pelayanan ini diberikan oleh pekerja keperawatan agar mendapat hasil yang
memuaskan sesuai tujuan (Swanburg, 1999).
1) Tujuan Perencanaan
a. Tujuan dari perencanaan adalah :
1. Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai keberhasilan dalam
mancapai sasaran dan tujuan
2. Agar penggunaan personel dan fasilitas yang tersedia lebih efektif
3. Membantu dalam koping dengan situasi kritis
4. Meningkatkan efektivitas dalam hal biaya
5. Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan
berdasarkan masa lalu dan akan datang.
6. Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah
7. Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif
b. Tahap dalam perencanaan :
1. Menetapkan tujuan dalam mengumpulkan data dan fakta
2. Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah
3. Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin dicapai.
4. Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam pelaksanaan
program.
5. Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)

12
c. Prasyarat Perencanaan
Sederhana, jelas tujuan, hasil yang akan dicapai, berdasarkan kebijakan
dan prosedur yang berlaku, prioritas, pelibatan aktif, praktis, fleksibel,
berkesinambungan, dan mempunyau kejelasan metode evaluasi.
Langkah-langkah dalam perencanaan
1. Pengumpulan data
2. Analisa lingkungan (SWOT: strength, weakness, opportunities,
threatened)
3. Pengorganisasian data: pilih data yang mendukung dan yang
menghambat
4. Pembuatan rencana: tentukan obyektif, uraian kegiatan, prosedur,
target waktu, penanggung jawab, sasaran, biaya, metode yang
digunakan.
Manfaat Perencanaan
1. Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-
perubahan lingkungan.
2. Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan
3. Memudahkan kordinasi
4. Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran operasional
secara jelas
5. Membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat
6. Membuat tujuan lebih khusus, lebih rinci dan lebih mudah dipahami
7. Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti
8. Menghemat waktu dan dana
Keuntungan Perencanaan
1. Mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak produktif.
2. Dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang dicapai
3. Memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya terutama
fungsikeperawatan
4. Memodifikasi gaya manajemen
5. Fleksibilitas dalam pengambilan keputusan
Kelemahan Perencanaan

13
1. Perencanaan mempunyai keterbatasan dalam hal ketepatan informasi dan
fakta-fakta tentang masa yang akan datang
2. Perencanaan memerlukan biaya yang cukup banyak
3. Perencanaan mempunyai hambatan psikologis
4. Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif
5. Perencanaan menyebabkan terhambatnya tindakan yang perlu diambil
2. Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokan orang-orang, alat-
alat, tugas-tugas, kewenangan dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga
tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kegiatan kesatuan
yang telah ditetapkan (Siagian, 1983 dalam Nurhidayah, 2007). Menurut
Swanburg (2000), pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas-aktivitas
untuk tujuan mencapai objektif, penugasan suatu kelompok manajer dengan
autoritas pengawasan setiap kelompok, dan menentukan cara dari
pengkoordinasian aktivitas yang tepat dengan unit lainya, baik menurut vertikal
maupun horizontal, yang bertanggung jawab untuk mencapai objektif organisasi.
Dari beberapa penjelasan pada pengertian tersebut diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa pengorganisasian disusun dengan tujuan agar pekerjaan yang
dikehendaki dapat tercapai dan dibagi-bagi diantara anggota organisasi degan
rentang tugas, wewenang dan tangggung jawab yang jelas sehingga pekerjaan
dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Manfaat pengorganisasian
Tiga aspek penting dalam pengorganisasian :
Prinsip Pengorganisasian
1. Rantai komando (Chain of comand)
Kepuasaan anggota, efektif dan sukses mancapai tujuan, organisasi
ditetapkan sesuai dengan hubungan hierarki dan kewenangan dari atas
kebawah.
2. Unity of comand
Karyawan mempunyai satu sipervisor dan satu pimpinan dengan satu
perencanaan untuk sekelompok kegiatan dengan tujuan yang sama
3. Span of control / rentang kendali

14
Prinsip pembimbing, dimana seorang supervisor dapat membimbing
secara efektif dalam hal jumlah, fungsi, dan geografi
4. Specialization
Setiap orang masing-masing memiliki keahlian tertentu.
Langkah-langkah Pengorganisasian
1. Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah tertuang
dalam fungsi perencanaan.
2. Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk mencapai
tujuan.
3. Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan kegiatan yang
praktis.
4. Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan
menyediakan fasilitas yang diperlukan.
5. Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas.
6. Mendelegasikan wewenang
3. Staffing (Kepegawaian)
Kepersonalian (staffing) adalah fase ketiga proses manajemen. Dalam
kepersonalian, pemimpin atau manager merekrut, memilih, memberikan orientasi,
dan meningkatkan perkembangan individu untuk mencapai tujuan organisasi.
Kepersonalian adalah fase penting proses menajemen diorganisasi perawatan
kesehatan karna bersifat labor intensive (yaitu, membutuhkan banyak pekerja
untuk mencapai tujuannya). Selain itu, tenaga kerja yang besar ini harus terdiri
dari atas para profesional yang terampil dan kompeten (merquist 2010).
Perencanaan tenaga atau staffing merupakan salah satu fungsi utama
seorang pemimpin organisasi, termasuk organisasi keperawatan. Keberhasilan
suatu organisasi adalah salah satunya ditentukan oleh kualitas sumber daya
manusianya. Hal ini berhubungan erat dengan bagaimana seorang pemimpin
merencanakan ketenagaan di unit kerjanya (Arwani, 2005).

15
A. Fungsi manajemen ketenagaan ada 2 yaitu:
1. Fungsi manajerial, meliputi:
a) Perencanaan: penetapan tujuan, standar, penetapan aturan, prosedur,
penyusunan rencana, perkiraan, prediksi dan proyeksi di masa mendatang
untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
b) Pengorgnisasian: menyusun pengorganisasian, merancang pelaksanaan
tugas, pendelegasian wewenang, dan pengkordiansian pekerjaan
c) Pengarahan: menggerakkan tenaga untuk menyelesaikan tugas,
memotivasi bawahan dn membina moral.
d) Pengawasan: menyusun standar dan pemeriksaan untuk mengkaji prestasi
kerja dibandingkan dengan standar
2. Fungsi operasional, meliputi:
1. Pengadaan tenaga, yaitu usaha untuk mendapatkan jumlah dan jenis tenaga
yang diperlukan, meliputi kegiatan perencanaan kebutuhan tenaga,
rekruitmen dan seleksi, penempatan karyawan dan orientasi karyawan
2. Pengembangan tenaga, yaitu kegiatan peningkatan pengetahuan,
keterampilan melalui program training, penilaian prestasi kerja dan
program kompensasi.
B. Manfaat manajemen ketenagaan:
1. Tercapainya tujuan
2. Dapat meningkatkan efektifitas dan efisien kerja
3. Dapat menambah gairah kerja
4. Dapat diciptakan suasana kerja yang menguntungkan
Langkah- Langkah Tanggung Jawab Staffing
1) Agar dapat memenuhi filosofi, memenuhi tanggungjawab perencanaan

keuangan, dan menjalankan organisasi manjemen manajemen asuhan pasien

yang dipilih, tentukan jumlah dan tipe personal yang dibutuhkan.

2) Terima tenaga baru, wawancara, pilih dan dikerjakan seseorang berdasrkan

standard deskripsi hasil kerja yang telah ditetapkan.

3) Gunakan sumber daya organisasi untuk induksi dan orientasi.

16
4) Pastikan bahwa setiap pegawai cukup tersosialisasi terhadap nilai organisasi

dan norma unit.

5) Kembangkan program pendidikan staf yang akan membantu pegawai

memenuhi tujuan organisasi.

6) Gunakan penjadwalan yang kreatif dan fleksibel berdasarkan kebutuhan

asuham pasien untuk meningkatkan produktifitas dan retensi.

4. Actualing (Pengarahan)
Menurut lewin dalam Swanburg (2000), terdapat beberapa macam gaya

kepemimpinan yaitu :

1. Autokratik

Pemimpin menmbuat keputusan sendiri. Mereka lebih cenderung memikirkan

penyelesaian tugas daripada mempperhatikan karyawan. Kepemimpinan ini

cenderung bmenimbulkan permusuhan dan sifat agresif atau sama sekali apatis

dan menghilangkan inisiatif.

2. Demokratis

Pemimpin melibatkan bawahannya dalam proses pengambilan keputusan.

Mereka berorientasi pada bawahan dan menitikberatkan ada hubungan antara

manusia dengan kerja kelompok. Kepemimpinan demokratis meningkatkan

produktivitas dalam kepuasan kerja.

3. Laissez Faire

Pemimpin memberikan kebebasan dan segala serba boleh, dan pantang

memberikan bimbingan kepada staff.

a. Kontrol kualitas : kepala perawat dihadapkan pada pengukuran kualitas dan

akibat-akibat dari pelayanan keperawatan

17
b. Manfaat pengawasan : manfaat yang diperoleh dari fungsi pengawasaan

dan pengendalian bila dilaksanakan dengan tepat yaitu :

- Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan

sesuai dengan standart atau rencana kerja

- Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan

pengertian staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

- Dapat diketahui apakah waktu apakah waktu dan sumber daya lainnya

telah meencukupi kebutuhan dan telah digunakan seacara benar.

- Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk

promosi dan latihan .

2.1.3. Pendokumentasian Asuhan Keperawatan


a. Defenisi
Dokumentasi adalah tulisan, kata penting dari semua intervensi yang tepat
bagi klien dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi
keperawatan (Taylor, 1993). Menurut Edelstein (1990) mendefenisikan
dokumentasi sebagai segala bentuk tulisan atau hasil cetakan yang dipecayakan
sebagai kata penting (Potter et al, 1993). Dokumentasi merupakan penulisan dan
pencatatan suaatu kejadian/ aktivitas tertentu secara sah/ legal (Carpenito, 1998).
Dokumentasi keperawatan merupakan suatu bukti otentik respon pasien
dan perubahan yang terjadi dari tindakan yang dilakukan oleh perawat baik secara
mandiri maupun kolaborasi yang merupakan bagian permanen dari rekam medis
lain.
b. Tujuan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
a. Komunikasi Efektif
Pendokumentasian merupakan cara yang efektif bagi tim kesehatan untuk
dapat berkomunikasi secara tidak langsung. Komunikasi ini dapat dilakukan
secara lisan oleh tim kesehatan lain pada perawat kemudian dilaporkan
secara verbal oleh perawat melalui timbang terima pada saat pergantian shift

18
yang disertai dengan data tambahan dari pemeriksaan, tes diagnostik yang
dilaporkan secara tertulis (misal : hasil Rontgen, USG, Laboratoium, dll).
b. Perencanaan pelayanan
Pendokumentasian merupakan salah satu aspek yang membantu tim
kesehatan dalam membuat perencanaan Asuhan Keperawatan kepada
pasien melalui dukungan dalam membuat data yang akurat dan tepat.
Melalui pendokumentasian juga diharapkan dapat dilakukan modifikasi
terhadap perencanaan tentang status kesehatan pasien.
c. Penelitian
Pendokumetasian merupakan aspek yang membantu dalam hal penelitian.
Data yang berasal dari status kesehatan pasien adalah sumber informasi
penting bagi para peneliti terhadap proses penelitian mengenai kasus
penyakit, pengobatan serta identifikasi masalah kesehatan lain yang
ditemukan oleh peneliti.
d. Pendidikan
Pendokumentasian merupakan sumber informasi penting yang dapat
digunakan dan dipelajari melalui data tentang status kesehatan pasien
melalui pengkajian sampai evaluasi keperawatan sehingga melalui
informasi ini berbagai pihak khususnya tim kesehatan dapat mempelajari
tentang kesehatan pasien.
e. Monitoring pembiayaan
Pendokumentasian seluruh prosedur tindakan keperawatan terhadap pasien
sebaiknya harus dilakukan untuk memudahkan melakukan rincian
pembiayaan secara tepat.
f. Legalitas pendokumentasian
Pendokumentasian merupakan bukti otentik terhadap segala Asuhan
Keperawatan yang dilakukan pada pasien sehingga tidak terjadi insiden,
perubahan status kesehatan pasien akibat penyakit yang diderita ataupun
pasien injury akibat kelalaian pasien/keluarganya dapat dibuktikan secara
legal.

19
g. Riwayat kesehatan
Pendokumentasian data sangat berguna dalam hal penyimpanan tentang
status riwayat kesehatan pasien di masa lalu serta dapat digunakan di masa
datang bila pasien mengalami masalah kesehatan yang berhubungan
dengan riwayat kesehatan yang lalu.
c. Manfaat dan pentingnya dokumentasi
Dokumentasi keperawatan mempunyai makna yang penting bila dilihat dari
berbagai aspek yaitu :
1. Hukum
Semua catatan informasi tentang pasien merupakan dokumentasi resmi
dan bernilai hukum. Bila terjadi suatu masalah yang berhubungan dengan
profesi keperawatan dimana perawat sebagai pemberi jasa dan pasien
sebagai pengguna jasa, maka dokumentasi diperlukan sewaktu-waktu.
Dokumentasi tersebut dapat digunakan sebagai barang bukti di
pengadilan. Oleh karena itu data-data harus diidentifikasi secara lengkap,
jelas, objektif, dan ditandatangani oleh tenaga kesehatan (perawat),
tanggal dan perlunya dihindari adanya interpretasi yang salah (Nursalam,
2001).
2. Jaminan mutu (Kualitas pelayanan)
Pencatatan data pasien yang lengkap dan akurat akan memberi
kemudahan bagi perawat dalam membantu menyelesaikan masalah
pasien. Dan untuk mengetahui sejauh mana kesehatan pasien dapat
teratasi dan seberapa jauh masalah baru dapat diidentifikasi dan dimonitor
melalui catatan yang akurat. Hal ini membantu meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan (Nursalam, 2001).
2. Komunikasi
Dokumentasi keadaan pasien merupakan alat perekam terhadap masalah
yang berkaitan dengan pasien. Perawat atau tenaga kesehatan lain akan
dapat melihat catatan yang ada dan sebagai alat komunikasi yang
dijadikan pedoman dalam memberikan Asuhan Keperawatan (Nursalam,
2001).

20
3. Keuangan
Dokumentasi dapat bernilai keuangan. Semua tindakan keperawatan yang
belum, sedang, dan telah diberikan dicatat dengan lengkap yang dapat
dipergunakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam biaya keperawatan
bagi pasien (Nursalam,2001).
4. Pendidikan
Dokumentasi mempunyai nilai pendidikan karena isinya menyangkut
kronologis dari kegiatan Asuhan Keperawatan yang dapat dipergunakan
sebagai bahan atau referensi pembelajaran bagi siswa atau profesi
keperawatan (Nursalam,2001).
5. Penelitian
Dokumentasi keperawatan mempunyai nilai penelitian. Data yang
terdapat didalamnya mengandung informasi yang dapat dijadikan sebagai
bahan atau objek riset dan pengembangan profesi keperawatan.
(Nursalam, 2001).
6. Akreditasi
Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana peran
dan fungsi perawat dalam memberikan Asuhan Keperawatan kepada
Pasien. Dengan demikian akan dapat diambil kesimpulan tingkat
keberhasilan pemberian Asuhan Keperawatan yang diberikan, pembinaan
dan pengembangan lebih lanjut. Hal ini selain bermanfaat bagi
peningkatan mutu sendiri, juga bagi individu perawat dalam mencapai
tingkat kepangkatan yang lebih tinggi (Nursalam, 2001).
2.1.4. Model Asuhan Keperawatan
Untuk memberikan Asuhan Keperawatan yang lazim dipakai meliputi
metode kasus, metode fungsional, tim keperawatan, keperawatan primer dan
sistem manajemen kasus (Kozier Erb, 1990 dalam Priharjo, 1995)
1. Metode Kasus
Metode kasus biasa disebut juga sebagai perawatan total (total care) yang
merupakan metode paling awal. Ini merupakan metode “client centered”, dimana
setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas.
Dasar pemikiran metode ini adalah seorang perawat professional paling siap untuk

21
melaksanakan semua asuhan keperawatan yang diperlukan pasien. Perawat
tersebut mengkaji, menyusun diagnosa, membuat rencana, melakukan tindakan
dan evaluasi pada setiap pasien. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda
pada setiap pergantian shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh
orang yang sama pada hari berikutnya.
Metode penugasan kasus ini biasa diterapkan satu pasien satu perawat dan
metode kasus ini digunakan pada unit perawatan yang memerlukan keahlian
keperawatan pada tingkat ahli, seperti pada unit keperawatan kritis atau ruang
pemulihan pasien setelah di anestesi.
Keuntungan metode kasus :
1. Pasien mendapat asuhan keperawatan secara holistik dan terus menerus oleh
ahlinya.
2. Komunikasi antara perawat-pasien dan dokter dengan anggota staf lainnya
berlangsung terus menerus.
3. Perawat mendapat kepuasan karena dapat melakukan semua yang menjadi
wewenangnya.
Kerugian Metode Kasus:
1. Perawat profesional banyak menghabiskan waktu untuk melaksanakan tugas
yang dapat dilakukan orang yang tidak trampil.
2. Perencanaan yang dibuat kemungkinan tidak dapat terlaksana karena
kurangnya waktu.
3. Pengkajian yang dilakukan oleh perawat tidak akurat karena kurangnya
komunikasi.
4. Asuhan keperawatan tidak terkoordinasi dari shift ke shift atau hari ke hari
karena perubahan dalam penugasan.
5. Tidak ada seorangpun perawat yang bertanggung jawab mengkoordinasikan
asuhan selama 24 jam.
Tugas kepala perawat :
1. Membuat penugasan untuk setiap tenaga perawat.
2. Menerima laporan.

22
Tugas perawat klinik :
1. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang menjadi tanggung
jawabnya pada shift tertentu.
2. Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam memberi
asuhan keperawatan pada pasien.

Kepala Ruangan

Kepala Tim Kepala Tim


Kepala Tim

Perawat Perawat Perawat

Pasien/klien Pasien/klien Pasien/klien

Skema 1: sistem pemberian asuhan keperawatan “Client Centered”


2.Metode Fungsional
Sistem tugas disini mengacu pada ilmu manajemen yang diterapkan pada
bidang administrasi bisnis, yang berfokus pada tugas/pekerjaan yang harus
diselesaikan. Dalam pendekatan yang berorientasi pada tugas ini, tenaga dengan
latar belakang pendidikan kurang melakukan tugas yang lebih ringan atau tidak
kompleks dibandingkan dengan perawat profesional. Dalam model ini dibutuhkan
pembagian tugas (job description), prosedur, kebijakan dan alur komunikasi yang
jelas. Metode ini cukup ekonomis dan efisien serta mengarahkan pemusatan
pengendalian. Kelemahan dari metode ini adalah munculnya fragmentasi
keperawatan dimana pasien menerima perawatan dari berbagai kategori tenaga
keperawatan.

23
Kelebihan Fungsional :

1. Manajemen clasik yang menekannkan efesiensi, pemberian yang jelas dan

pengawasan yang baik

2. Sangat baik untuk rumah sakit yang tenaga dengan perbandingan tenaga

perawat profesional ( pelaksana lanjutan atau penyedia) yang lebih sedikit

dibandingkan dengan tenaga perawat pelaksana perawat pembantu

( pemula).

Kekurangan Fungsional :

1. Tidak memberikan kepuasaan pada pasien atau pun perawat

2. Pelayanan keperawatan dilakukan terpisah-pisah sehingga tidak dapat

menerapkan proses keperawatan

3. Perawat cenderung berorientasi pada tindakan yang berkaitan dengan

keterampil saja.

Kepala Ruangan

Perawat Perawat Perawat Perawat


Merawat Luka Merawat Luka
Pengobatan Pengobatan

Pasien/klien

Skema 2: sistem pemberian asuhan keperawatan “Fungsional”


3. Metode Tim
Metode tim merupakan sistem pemberian asuhan keperawatan yang umum
digunakan. Dalam metode ini seorang perawat profesional yang berijazah,
berpengalaman serta memiliki pengetahuan di bidangnya memimpin sekelompok

24
tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok
pasien. Dalam memberikan asuhan kepada sekelompok klien dilakukan melalui
upaya kooperatif dan kolaboratif.
Metode tim dilaksanakan berdasarkan pada konsep berikut :
1. Ketua tim diberikan pada perawat profesional dan harus mampu
menggunakan berbagai teknik kepemimpinan, manajemen dan komunikasi
efektif.
2. Ketua tim harus dapat membuat keputusan tentang prioritas perencanaan,
supervisi, dan evaluasi asuhan keperawatan.
3. Komunikasi yang efektif penting untuk menjamin kontinuitas rencana
perawatan. Komunikasi yang terbuka dapat dilakukan melalui berbagai cara
terutama melalui rencana perawatan tertulis yang merupakan pedoman
pelaksanaan asuhan, supervisi, dan evaluasi.
4. Anggota tim harus menerima dan menghargai kepemimpinan ketua tim.
Ketua tim membentuk anggotanya untuk memahami dan melakukan tugas
sesuai dengan kemampuan mereka.
5. Peran kepala perawat di ruang perawatan penting dalam metode tim.
Tugas dan tanggungjawab kepala perawat di ruang perawatan :
1. Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf.
2. Membantu staf menetapkan sasaran dari unit atau ruangan.
3. Memberikan kesempatan dan bantuan kepada ketua tim untuk pengembangan
kepemimpinan/ manajemen.
4. Menjadi narasumber atau konsultan bagi tim.
5. Mendorong staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset keperawatan.
6. Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka.
Tugas dan tanggung jawab ketua tim :
1. Mengkaji setiap klien dan mempertimbangkan intervensi rencana asuhan
keperawatan yang tepat.
2. Mengkoordinasikan rencana asuhan keperawatan dengan tindakan medis.
3. Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota kelompok
dan memberikan bimbingan melalui konferensi.

25
4. Mengevaluasi kualitas asuhan keperawatan dan hasil yang dicapai serta
mendokumentasikannya.
Tugas dan tanggung jawab anggota tim :
1. Merawat setiap pasien di unit perawatan.
2. Melaksanakan instruksi keperawatan yang tertera dalam rencana keperawatan
secara teliti termasuk program pengobatan.
3. Melaporkan secara tepat dan akurat tentang asuhan yang dilakukan serta respon
pasien.
Keuntungan :
1. Memanfaatkan kekuatan semua anggota tim.
2. Tim mendukung pengembangan dan produktivitas kelompok.
3. Pengambilan keputusan organisasi mendekati ”groos root”.
4. Komunikasi diantara anggota tim baik karena sering diskusi mengenai asuhan
keperawatan.
5. Meningkatnya kepuasan pasien.
6. Biaya efektif.
Kerugian :
1. Diperlukan pengalaman dan keterampilan ketua tim.
2. Diperlukan staf yang adekuat.
3. Diperlukan campuran keterampilan yang tepat.
4. Dapat mengarah dan fragmentasi pelayanan bila konsep tidak
diimplementasikan secara total.
5. Sering mendapat kesulitan dalam menetapkan waktu untuk konferensi dan
membuat rencana keperawatan.

Kepala Ruangan

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

Pasien/klien Pasien/klien Pasien/klien

26
Skema 3: sistem pemberian asuhan keperawatan “Team Nursing”

4. Metode Primer
Metode keperawatan primer merupakan suatu metode pemberian asuhan
$keperawatan, dimana seorang perawat register bertanggung jawab dan
bertanggung gugat untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dalam
24 jam. Dalam metode keperawatan primer ini terdapat hubungan yang dekat dan
berkesinambungan antara klien dan seorang perawat tertentu yang bertanggung
jawab dalam perencanaan, implementasi, evaluasi dan kordinasi asuhan
keperawatan klien sejak masuk unit perawatan sampai keluar dari unit
keperawatan.
Metode keperawatan primer dikenal dengan ciri yaitu, akuntabilitas,
otonomi, otoritas, advokasi, ketegasan, dan 5 K yaitu, kontinuitas, komunikasi,
kolaborasi, koordinasi, dan komitmen. Pada metode keperawatan primer terdapat
kontinuitas keperawatan dan bersifat konfrehensif serat dapat
dipertanggungjawabkan. Setiap PP biasanya merawat 4-6 klien dan
bertanggungjawab selama 24 jam selama klien tersebut dirawat di rumah sakit
atau di suatu unit.
Tugas dan tanggung jawab kepala perawat :
1. Identifikasi siapa perawat yang ingin menjadi perawat primer.
2. Memberikan dukungan dan pendidikan.
3. Menjamin semua staf perawat dan pemberi asuhan lain memahami peran
perawat primer dan asosiet.
4. Menjadi model peran, pembimbing dan konsultan.
5. Menjamin dan mempertahankan mutu asuhan
6. Mengelola aspek fiskal keuangan.
7. Memberikan otonomi pada perawat primer untuk menjalankan pendelegasian
dan pengambilan keputusan yang tepat.
Tugas dan tanggungjawab perawat primer :
1. Memenuhi kebutuhan pasien secara total selama dirawat di rumah sakit.
2. Melakukan pengkajian secara komprehensif dan merencanakan asuhan
keperawatan.

27
3. Mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan
keperawatan dan membuat rencana pulang pasien.
4. Memberikan asuhan keperawatan pasien sesuai rencana dan
mengkoordinasikan dengan tim anggota kesehatan lain: dokter, dietisien,
perawat lain, menginformasikan keadaan pasien kepada kepala ruangan,
dokter dan staf keperawatan.
5. Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial di
masyarakat, membuat jadwal perjanjian klinik, mengadakan knjungan rumah
dan lain-lain.
Tugas dan tanggungjawab perawat asosiet :
Melaksanakan tugas dan tanggung jawab perawat primer bila perawat primer
tidak ada.
Ketenagaan metode primer :
1. Setiap perawat primer adalah pearawat bed side.
2. Beban kasus pasien 4-6 orang perawat atau dengan rasio perawat dan
pasien sebesar 1:4 atau 1:5 disesuaikan dengan jumlah yang ada di
ruangan dan jumlah perawat yang ada.
Keuntungan :
a. Bersifat kontiniunitas dan komprehensif
b. Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri
c. Keutungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah sakit
( Gillies, 1989)
d. Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan karena
terpenuhi kebutuhan secara individu
e. Asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan tercapai pelayanan yang
efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi informasi dan advokasi
f. Pertukaran informasi tentang kondisi pasien selalu di perbaharui dan
komprehensif kekurangan. Hanya dpat dilakukan oleh perawat yang
memiliki pengalama dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria
insertif, sel direction. Kemampuan pengambilan keputusan yang tepat

28
menguasai keperawatan klinik accountable serta mampu berkolaborasi
dan berbagai dispilin.

Dokter Kepala Ruangan Sarana /RS

Perawat Primer

Pasien /Klien

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana

Skema 4 : Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan “ Primary Nursing”

2.1.5. Sistem Manajemen Kasus


Model ini menggunakan pendekatan holistik dan filosofi keperawatan
dimana setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien
selama jam dinasnya pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap
shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada
hari berikutnya. Metode penungasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu
perawat. Dalam hal ini umumnya dilaksanakan oleh perawat private atau untuk
keperawatan khusus seperti isolasi dan Intensive care.
Ini merupakan sistem pelayana keperawatan yang lebih baru dimana para
manager kasus ( Case manager) bertanggung jawab terhadap muatan kasus pasien
selama dirawat. Metode ini mempertahankan filsafat keperawatn primer dan
membutuhan orang sarjana keperawatan ataua perawat dengan pendidikan tingkat
master untuk mengimplementasikan praktek keperawatan dengan budget yang
tinggi
Kelebihan :
a. Perawat lebih memahami kasus perkasus
b. Sistem evaluasi dari managerial lebih mudah
Kekurangan :
a. Belum dapat diidentifikasinya perawat penanggung jawab
b. Perlu tenaga yang cukup banyak dengan kemampuan dasar yang sama

29
Kepala Ruangan

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

Pasien/Klien Pasien/Klien Pasien/Klien

Skema 5 : Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan “Manajamen Kasus”

2.1.6. Modifikasi : MAKP MODULAR


Pada model MAKP Tim digunakan secara kombinasi dari kedua sistem
menurut Rtna S. Sudarsono ( 2000) penetapan sistem model MAKP ini didasarkan
pada bebrapa alasan:
a. Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer
harus mempunyai latar belakang pendidikan S1 keperawatan atau setara
b. Keperawatan Tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab
asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai Tim
c. Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan
keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer.
Disamping itu, karena saat ini perawat yanga ada di RS sebagian besar
adalah lulusan D3 keperawatan, maka akan mendapatkan bimbingan dari
perawat primer/ ketua tim tentang asuhan keperawatan
Untuk ruang model MAKP ini diperlukan 26 perawat. Dengan
mengguanakan model modifikasi keperawatan primer ini diperlukan 4 (empat)
orang perawat primer (PP) dengan kualiifikasi Ners, disamping seorang kepala
perawat asosiasi terdiri atas lulusan S1 keperawatan (3 orang) dan D3 (18 orang).
Pengelompok Tim pada setiap shift jaga terlihat pada gambaran di bawah.

30
Kepala Ruangan

PP1 PP2 PP3 PP4

PA PA PA PA

PA PA PA PA

PA PA PA PA

7-8 Pasien 7-8 Pasien 7-8 Pasien 7-8 Pasien

2.1.7. Model Praktek Keperawatan Profesional


a. Pengertian MPKP
Suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional yang
memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan
termasuk lingkungan, yang dapat menopang pemberian asuhan tersebut (hoffart
and Woods,1996).
b. Lima komponen dalam MPKP (Hoffart&Woods,1996)
1. Nilai – nilai profesional yang merupakan inti dari MPKP
2. Hubungan antar profesional
3. Metode pemberian asuhan keperawatan
4. Pendekatan manajemen terutama dalam perubahan pengambilan keputusan
5. Sistem kompensasi dan penghargaan
c. Nilai – nilai Profesional MPKP
1. Nilai – nilai tentang penghargaan atas otonomi pasien
2. Penghargaan atas harkat dan martabat klien sebagai manusia
3. Melakukan yang baik bagi klien
4. Tidak merugikan klien
5. Komitmen pada pendidikan belajar secara berkelanjutan

31
Nilai – nilai harus ditingkatkan, diperlukan pemahaman dan komitmen
perrawat yang tinggi terhadap tugas dan tanggung jawabnya. Sikap perawat untuk
terus belajar sehingga selalu dapat memberikan asuhan keperawatan sesuai
perkembangan IPTEK.
d. Jenis MPKP
Menurut Ratna Sudarsono (2000), berdasarkan pengalaman,
mengembangkan MPKP dan masukan dari berbagai pihak perlu dipikirkan untuk
mengembangkan suatu MPKP yang disebut MPKP pemula (PKPP).
Ada beberapa jenis MPKP, yaitu :
1. MPKP Tingkat pemula
Merupakan tahap awal untuk menuju MPKP
a. Model ini mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat
pemula.
b. Pada model ini terdapat tiga komponen utama yaitu ketenagaan
keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan dan dokumen asuhan
keperawatan .
2. MPKP Tingkat I
a. Perawat mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat I
b. Diperlukan penataan 3 komponen utama yaitu : ketenagaan keperawatan,
metode pemberian asuhan keperawatan dan dokumentasi asuhan
keperawatan.
c. Metode pemberian asuhan keperawatan adalah kombinasi metode
keperawatan primer dan metode tim disebut tim primer.
3. MPKP Tingkat II
a. Perawat mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat II
b. Pada ketenagaan terdapat perawat kemampuan spesialis keperawatan yang
spesifik untuk cabang ilmu tertentu.
c. Perawat spesialis berfungsi memberikan konsultasi tentang asuhan
keperawatan kepada perawat primer pada area spesialisnya.
d. Melakukan dan memanfaatkan hasil – hasil riset dalam memberikan
asuhan keperawatan

32
4. MPKP Tingkat III
a. Perawat mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat III
b. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat denggan kemamppuan doktor
dalam keperawatan klinik.
c. Berfungsi untuk melakukan riset dan membimbing para perawat
melakukan riset serta memanfaatkan hasil riset dalam memberikan asuhan
keperawatan.
A. Tugas Dan Tanggung Jawab Kepala Ruangan Rawat
1. Memberikan masukan pada diskusi kasus yang dilakukan PP dan PA
2. Mempresentasikan isu-isu baru terkait dengan asuhan keperawatan
3. Mengidnetifikasi fakta dann temuan yang memrlukan pembuktian.
4. Mengidentifikasi masalah penelitian, merancang usulan dan melakukan
penelitian
5. Menerapkan hasil-hasil penelitian dan memberikan asuhan keperawatan
6. Bekerjasama dengan kepala ruangan dalam hal melakukan evaluasi/
penelitian tentang mutu asuhan keperawatan, mengarahkan dan
mengevaluasi tentang implementasi MPKP
7. Mengevaluasi pendidikan kesehatan yang dilakuakan PP dan memberikan
masukan untuk perbaikan
8. Merancang pertemuan ilmiah untuk membahas hasil evaluasi/ penelitian
tentang asuhan keperawatan
9. Mengevaluasi implementasi MPKP dengan menggunakan instrument
evaluasi implementasi MPKP oleh CCM
B. Tugas Dan Tanggung Jawab PP
1. Melakukan kontrak dengan klien/ keluarga pada awal masuk ruangan,
sehingga tercipta hubungan teraupetik. Hubungan ini dibina secara terus
menerus pada saat melakukan pengkajian/ tindakan pada klien/ keluarga.
Panduan orientasi ini sebaiknya dan digantung dikamar klien sehingga
setiap saat klien dapat membaca kembali.
2. melakukan pengkajian yang sudah dilakuakan PP pada sore, malam dan
libur.

33
3. Menetapkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan analisa standart
sesuai dengan pengkajian
4. Menjelaskan instrument yang ditetapkan kepada PA dibawah tanggung
jawabnya sesuai dengan klien yang dirawat
5. Menetapkan PA yang menetapkan bertanggung jawab setiap shift
6. Pembagian klien didasarkan pada jumlah klien, tingkat ketergantungan
klien, dan tempat tidur yang berdekatan
7. Melakukan bimbingan dan evaluasi PA dalam melakuakan tindakan
keperawatan
8. Memonitor dokumentasi yang telah dilakukan oleh PA
9. Melakukan tindakan keperawatan yang bersifat terapi keperawatan dan
tindakan keperawatan yang tidak dapat dilakuakan oleh PA
10. Mengatur pelaksanaan konsul dan pemeriksaan laboratorium
11. Melakukan serah terima klien dibawah tanggung jawabnya bersama dengan
PA
12. Mendampingi dokter visite klien dibawah tanggung jawabnya. Bila PP
tidak ada, visite didampingi oleh PA sesuai dengan timnya.
13. Melakuakan evaluasi asuhan keperawatan dan membuat catatan
perkembangan setiap hari
14. Melakuakan pertemuan dengan klien/keluarga minimal setiap 2 hari untuk
membahas kondisi keperawatan klien (bergantung pada kondisi klien)
15. Bila PP cuti atau libur, tugas-tuga PP didelegasikan kepada PA yang telah
ditunjuk (wakili PP) dengan bimbingan kepala ruang gawat atau CCM
16. Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien/keluarga
17. Membuat perencanaan pulang
18. Bekerjasama dengan clinik care manager (CCM) dalam mengidentifikasi
isu yang memelurkan pembuktian sehingga tercipta evidence based practice
(LBH).
C. Tugas dan Tanggung Jawab PA
1. Membaca renpra yang telah ditetapkan PP
2. Membina hubungan terapeutik dengan klien/keluarga, sebagai lanjutan
kontrak yang sudah dilakukan PP.

34
3. Menerima klien baru (kontrak) dan memberikan informasi berdasarkan
format orintasi klien/keluarga jika PP tidak ada ditempat.
4. Melakukan tindakan keperawatan kepada kliennya berdasarkan renpra
5. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan
mendokumentasikannya pada format yang tersedia.
6. Melakukan visite dokter bila PP tidak ada ditempat
7. Memeriksa kerapian dan kelengkapan status keperawatan
8. Membuat laporan pergantian dinas bbila menemukan masalah yang perlu
diselesaikan
9. Menyiapkan klien untuk pemeriksaan diagnostik, laboratorium,
pengobatan, dan tindakan
10. Berperan serta dalam pemberian kesehtan pada klien sekeluarga yang
diberlakukan oleh PP
11. Melakukan inventarisasi fasilitas yang terkait dengan timnya
12. Membantu tim lain yang membutuhkan
13. Memberikan resep dan menerima obat dari keluarga klien yang menjadi
tanggung jawabnya dan berkoordinasi dengan PP.
D. Klasifikasi Pasien
Sistem klasifikasi pasien yang dibagi dalam tiga kelompok berdasarkan
tingkat ketergantungan klien:
a. Perawatan total : klien memerlukan 7 jam perawatan langsung per 24 jam
Kategori I : Perawatan mandiri (Self care)
1. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
2. Makan dan minum dilakukan sendiri
3. Ambulasi dengan pengawasan
4. Observasi TTV dilakukan setiap sift
5. Pengobatan minimal, status psikologi stabil
b. Perawatan parsial : 4 jam perawatan langsung per 24 jam
1. Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
2. Observasi TTV setiap 4 jam
3. Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
4. Foley chateter, intake output dicatat

35
5. Klien terpasang infus, persiapan pengobatan yang memerlukan prosedur
c. Perawat mandiri : 2 jam perawatan langsung per 24 jam
Kategori III : Perawatan Total (Intensive Care)
1. Semua kebutuhan klien dibantu
2. Pergantian posisi dan observasi TTV setiap 2 jam
3. Makan melalui NGT, terapi intravena
4. Pemakaian suction
5. Gelisah/disorientasi
d. Pedoman Cara Perhitungan kebutuhan Tenaga Perawat
1. Pengelompokan Unit Kerja di Rumah Sakit
Kebutuhan tenaga keperawatan (perawat dan bidan) harus memperhitungkan
unit kerja yang ada di Rumah Sakit. Secara garis besar terdapat pengelompokkan
Unit Kerja Rumah Sakit sebagai berikut :
a. Rawat inap dewasa
b. Rawat inap anak/pernatal
c. Rawat inap intentif
d. Gawat darurat (IGD)
e. Kamar bersalin
f. Kamar operasi
g. Rawat jalan

2. Faktor – faktor yang mempengaruhi Kebutuhan Tenaga Keperawatan


Faktor – faktor yang mempengaruhi Kebutuhan Tenaga Keperawatan,yaitu:
a. Faktor klien
1. Tingkat kompleksitas dan lamanya kebutuhan keperawatan
2. Tipe klien : jenis penyakit usia, faktor spesifik
3. Jumlah klien dan fluktasi (peningkatan dan penurunan)
4. Keadaan sosial dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan
5. Harapan klien dan keluarganya.
b. Faktor tenaga
1. Jumlah dan komposisi tenaga keperawatan
2. Kebijakan pengaturan dinas

36
3. Peran, fungsi dan tanggung jawab perawat
4. Kebijakan personalia
5. Tingkat pendidikan dan pengalaman perawat
6. Kelangkaan tenaga perawat spesialis
7. Sikap etis para profesional
c. Faktor Lingkungan
1. Tipe dan lokasi rumah sakit
2. Lay out ruang keperawatan
3. Fasilitas dan jenis pelayanan yang diberikan
4. Kelengkapan peralatan medik/diagnostic
5. Pelayanan penunjang dan bagian lain
6. Playanan penunjang dan instalasi lain, misalnya PMI
7. Macam kegiatan yang dilaksanakan : penyuluhan, kunjungan rumah
d. Faktor organisasi
1. Mutu playanan
2. Kebijakan pembinaan dan pengembangan
e. Model Pendekatan
Ada beberapa model pendekatan yang dapat digunakan dalam perhitungan
kebutuhan tenaga keperawatan dirumah sakit, utuk rawat inap yaitu:

a. Klasifikasi pasien
Dihitung berdasarkan :
1. Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus
2. Rata – rata pasien/hari
3. Jam perawatan yang dibutuhkan/hari/pasien
4. Jam perawatan yang dibutuhkan/ruangan/hari
5. Jam kerja efektif setiap perawat 7 jam perhari
Contoh Perhitungan Dalam Satu Ruangan Menurut Depkes:
No Prioritas Rata-rata Rata-rata jam Jumlah jam
pasien/hari perawatan/pasien/hari perawatan/pasien
1 Pasien penyakit 10 3,5 35
dalam
2 Pasien bedah 8 4 32
3 Pasien gawat 1 10 10

37
4 Pasien anak 3 4,5 13,5
5 Pasien kebidanan 1 2,5 2,5
Jumlah 23 24,5 93,0
Perhitungan jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan pada ruang rawat
inap, yaitu :
Langkah 1 :
Jumlah jam perawat = 93 = 13 perawat
jam kerja efektif/ shift =7
langkah 2 :
hari libur (loss day):
Jumlah hari minggu dalam setahun + cuti +hari besar X jumlah perawat
Jumlah hari kerja efektif
= 52+12+14 x 13 =3,5

Langkah 3 :
Jumlah tenaga perawat + loss day x 25 = 13+ 3,5x25=4,1
Langkah 4 :
Tenaga yang tersedia + faktor koreksi =13=3,5+4,1 = 20,6 21 orang

Contoh perhitungan tenaga keperawatan menurut douglas


Ʃ Minimal care Partial care Total care
Pasien
Pagi Siang Malam Pag Siang Malam Pagi Siang Malam
i
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,31 0,20 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60
Menurut douglas (1984), tergantung dan derajat ketergantungan klien :
Ʃ pasien = pasien X derajat ketergantungan pasien
Ruang F pada hari ini mempunyai 22 pasien dengan 3 pasien perawatan
minimal, 14 pasien intermediet, 5 total.
a. Tingkat ketergantungan pasien
Pasien diklasifikasikan dalam 4 kategori, yaitu :
1. Asuhan keperawatan minimal
a. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakuakan sendiri
b. Makan dan minum dilakukan sendiri

38
c. Observasi tanda-tanda vital dilakuakan setiap shift
d. Pengobatan minimal, status psikologis stabil
2. Asuhan keperawatan sedang
a. Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu
b. Observasi tanda-tanda vital setiap jam
c. Ambulasi dibantu pengobatan lebih sekali
3. Asuhan keperawatan agak berat
a. Sebagian besar aktivitas dibantu
b. Observasi tanda-tanda vital 2-4 jam sekali
c. Terpasang kateter urine, intake dan output cairan dihitung.
d. Terpasang infus
e. Pengobatan lebih dari sekali
f. Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
4. Asuhan keperawatan maksimal
a. Semua aktivitas pasien dibantu perawat
b. Posisi diatur
c. Observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
d. Makan memerlukan NGT, terapi intra vena
e. Penggunaan suction
f. Gelisah disentralisasi
g. Contoh Kasus :
Rata – rata Jumlah Jam
Rata – rata Jam
No Kategori Jumlah Perawat
Perawat/Hari
Pasien/Hari Ruangan/Pasien
A B C D E
1. Minimal care 10 1,5 15
2. Partial care 8 3,5 28
3. Total care 4 5,5 22
Jumlah 22 10,5 65
Perhitungan :
Langkah I :
Jumlah jam perawat ruangan/hari = 65 = 9,28 Perawat
Jam kerja efektif perawat 7
Langkah 2 : Selanjutnya diperhitungkan faktor koreksi sebagai
berikut :

39
Hari libur (loss day) :
Jumlah hari minggu dalam setahun + cuti + hari besar× jumlah
perawat
Jumlah hari kerja efektif
52 + 12 +14 x 10 = 78 x 10 = 3 orang
286 286
Langkah 3 : Pekerja non keperawatan 25%
Jumlah tenaga perawat + loss day X 25
100
10 + 2,72 X 25 = 3,2
100
Jumlah tenaga :
= Tenaga yang tersedia + faktor koreksi
= 12,72+3,18
= 15,9 ( dibulatkan 16 perawat)
Jadi tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk contoh diatas adalah 16 orang.
Contoh standar Perawatan Keperawatan :

1. Penerapan kegiatan logistik di bangsal sesuai analisa ABC pada ruangan


dengan kapasitas 41 tempat tidur.
Kelompok A Kelompok B Kelompok C
1. Oksigen 1. Termometer 1. Kerbet es
2. Tensimeter 2. Spatel lidah 2. Buli – buli panas
1. Aquabedest 3. Gunting 3. Bengkok
2. Suction 4. Pinset Baskom mandi 4. Mayo tube
3. Senter 5. Baskom mandi 5. Irigator
4. K 6. Pot/ pisau surungan 6. Pot sputum
5. G,HNasopharyn
tube
6. M 7. Urinal 7. Glukometer
esin EKG
8. Gyringe pump
9. Alat ukur TB/BB

2. Standar minimal alat kesehatan ruangan rawat inap dengan 41 tempat


tidur
No Nama Barang Standar Minimal
A Kelompok A
1 Oksigen 1:2
2 Tensi Meter 1:8

40
3 Air Viva 1 buah tiap ruangan
4 Suction 1:8
5 Senter 1:10
6 Nasopharytube 1:4
7 Mesin EGK 1 buah tiap ruangan
B Kelompok B
1 Termometer 1:1
2 Spatel Lidah 1:10
3 Gunting 1:10
4 Pinset 1:10
5 Baskom mandi 2:1
6 Pot 1:4
7 Urinal 1:1
C Kelompok C
1 Kerbet es 1:5
2 Buli - buli panas 1:10
3 Bengkok /pialaginjal 1:10
4 Mayo tube 1:4
5 Irigator 1:20
6 Pot sputum 1:8
7 Glukometer 1:20
8 Gyringe pump 1:20
9 Alat ukur TB/BB 1 buah tiap ruangan

3. Alat Keperawatan di ruang rawat inap penyakit dalam dengan kapasitas 30


orang pasien

No Nama Ruangan Standar Minimal


1 Tensimeter 2/ruangan
2 Stetoskop 2/ruangan
3 Timbangan BB/TB 1 buah tiap ruangan
4 Set Irigatir 2/ruangan
5 Sterilisator 2/ruangan
8/ruangan (ruang bedah
3/ruangan, ruangan
6 Tabungan Oksigen flow meter
penyakitmdalam
6/ruangan
7 Slym zuiker (suction ) 2/ruangan
8 VC set 1/ruangan
9 Gunting perban 2/ruangan
10 Korentang 1/ruangan
11 Bak instrumen besar 2/ruangan
12 Bak instrmen sedang 2/ruangan
13 Bak instrument kecil 2/ruangan
14 Blas spuit 2/ruangan
15 Gleserin spuit 2/ruangan

41
16 Bengkok 2/ruangan
17 Pispot 2/ruanagan
18 Urinal 2/ruangan
19 Set angka jahitan 2/ruangan
20 Set ganti balutan 2/ruangan
21 Thermometer 2/ruangan
22 Standar infuse 1: ½
23 Eskap 1:½
24 Masker oksigen 6/ruangan
25 Nasal kateter 6/ruangan
26 Hamer reflec 1/ruangan
27 Set infuse 6 set
28 Bengkok 1:4

4. Alat tenun
No Nama barang Standar minimal
1. Gurita 1 : 1 1/3
2. Gordyn 1:2
3. Kimono/baju pasien 1:5
4. Sprei besar 1:5
5. Manset anak 1:1¼
6. Mitela/topi 1 :1 1/3
7. Manset dewasa 1 : 1 1/3
8. Penutup sprei 1:5
9. Piyama 1:5
10. Selimut wol 1:1
11. Selimut biasa 1:5
12 Selimut anak 1 : 6-8
13. Sprei kecil 1 : 6-8
14. Sarung bantal 1:6
15. Sarung guling 1:3
16. Sarung kasur 1:1
17. Sarung buli – buli panas 1 : 1/4
18. Sarung eskap 1 : 1/4
19. Sarung windring 1 : 1/10
20. Sarung tabung oksigen 1 : 1/3
21. Taplak meja pasien 1:3
22. Taplak meja teras 1:3
23. Virase 1:2
24. Tutup alat 1:2
25. Steek laken 1 : 6-8
26. Handuk 1:3
27. Waslap 1:4
28. Barak skort 1:½
29. Gurita dewasa 1:½
30. Handuk fontanin 1 : 1/5

42
31. Lap piring 1:1¼
32. Lap kerja 1:½
33. Masker 1:½
34. Popok bayi 1 : 15
35. Baju bayi 1:8
36. Duk 1 : 1/3
37. Duk bolong 1 : 1/3

5. Alat Rumah tangga


No Nama barang Standar minimal
1. Kursi roda 2-3/ruangan
2. Commod 1/ruangan
3. Lemari obat emergency 1/ruangan
4. Light cost 1/ruangan
5. Meja pasien 1: 1
6. Overbad table 1: 1
7. Standar infuse 2-3/ruangan
8. Standar waskom double 4-6/ruangan
9. Waskom mandi 8-12/ruangan
10. Lampu sorot 1/ruangan
11. Lampu senter 1-2/ruangan
12. Kunci duplikat 1/ruangan
13. Nampan 2-3/ruangan
14. Tempat tidur biasa 1:1
15. Troly obat 1: 1/3
16. Troly balut 1/ruangan
17. Troly pispot 1/ruangan
18. Troly suntik 1/ruangan
19. Timbangan BB/TB 1/ruangan
20. Timbangan bayi 1/ruangan
21. Tempat tidur fungsional 1/ruangan
22. Dorongan oksigen 1/ruangan
23. Piring makan 1:1
24. Piring kudapan 1:1
25. Gelas 1:2
26. Tatakan dan tutup gelas 1:2
27. Sendok 1:2
28. Garpu 1:2
29. Kran air 1:1
30. Baki 5/ruangan
31. Tempat sampah pasien 1:1
32. Tempat sampah tertutup 4/ruangan

43
2.2. Tinjauan Teoritis Medis
2.2.1. Defenisi
Tekanan darah tinggi atau yang dikenal juga dengan sebutan hipertensi ini

merupakan suatu meningkatnya tekanan darah didalam arteri. Secara umum,

hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal

tinggi didalam arteri menyebabkan meningkatnya risiko terhadap stroke,

aneurisma, gagal jantung, serangan jantung, dan kerusakan ginjal (Sunaryati,

2014)

Menurut JNC hipertensi terjadi apabila tekanan darah lebih dari 140/90

mmHg. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan

darah secara normal dan terus menerus pada beberapa factor risiko yang tidak

berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara

normal (Wijaya, 2013)

2.2.2. Klasifikasi Hipertensi

Menurut Wijaya (2013), klasifikasi berdasarkan penyebabnya dibedakan

menjadi dua golongan, yaitu hipertensi primer dan sekunder.

1. Klasifikasi Berdasarkan Etiologi

a. Hipertensi Esensial (Primer)

Merupakan 90% dari kasus penderita hipertensi. Dimana sampai saat ini belum

diketahui penyebabnya secar pasti. Beberapa factor yang berpengaruh dalam

terjadinya hipertensi esensial, seperti: faktor genetik, stress dan psikologis,

serta faktor lingkungan dan diet (peningkatan penggunaan garam dan

berkurangnya asupan kalium atau kalsium).

44
b. Hipertensi Sekunder

Pada hipertensi sekunder, penyebab dan patofisiologi dapat diketahui dengan

jelas sehigga lebih mudah untuk dikendalikan dengan obat-obatan. Penyebab

hipertensi sekunder diantaranya berupa kelainan ginjal seperti tumor, diabetes,

kelainan adrenal, kelainan aorta, kelainanendokrin lainnya seperti resistensi

insulin, hipertiroidisme, dan pemakaian obat-obatan seperti kontrasepsi oral

dan kortikosteroid.

1. Penyakit parenkim ginjal

Permasalahan pada ginjal yang menyebabkan kerusakan parenkim akan

menyebabkan hipertensi. Hipertensi yang ditimbulkan akan semakin

memperparah kondisi kerusakan ginjal, sekitar 80% penderita hipertensi

pada anak-anak disebabkan oleh penyakit ginjal.

2. Hipertensi Renovaskular

Hipertensi renovaskuler menyebabkan gangguan dalam vaskularisasi

darah keginjal seperti arterosklerosis. Penurunan pasokan ginjal akan

menyebabkan produksi rennin pisilateral dan meningkatkan tekanan darah,

sering diatasi secara farmakologis dengan ACE Inhibitor. Hipertensi pada

kehamilan termasuk dalam hipertensi renovaskuler ini.

3. Endokrin

Gangguan aldosteronisme primer akan berpengaruh terhadap hipertensi.

Tingginya kadar aldosteron dan rendahnya kadar rennin mengakibatkan

kelebihan natrium dan air sehingga berdampak pada meningkatnya

tekanan darah.

45
4. Obat

Obat-obatan yang menyebabkan hipertensi adalah alat kontrasepsi KB

hormonal seperti pil atau suntik, kortikosteroid, dan obat anti depresi

trisiklik. Kebanyakan alat kontrasepsi mengandung kombinasi estrogen

dan progesterone dalam proporsi yang bervariasi dan mungkin

bertentangan dengan system renin-angiotensin yang menjaga

keseimbangan regulasi cairan tubuh.

2. Klasifikasi Berdasarkan Derajat Hipertensi

Menurut European society of cardiologi

Tekanan diastolic
Kategori Tekanansistolik (mmHg)
(mmHg)
Normal 120 – 129 80 - 84
Normal tinggi 130 – 139 85 - 89
Hipertensi derajat I 140 – 159 90 - 99
Hipertensi derajat II 160 – 179 100 – 109
Hipertensi derajat III ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistolik
≥ 190 < 90
rerisolasi

2.2.3. ManisfestasiKlinis
Gejala hipertensi secara umum yang sering dialami oleh penderita tampak

dalam beberapa point berikut. Namun perlu diketahui, sebagaimana telah

disinggung gejala ini adalah gejala yang timbul saat tekanan darah tinggi sudah

memasuki stadium berat dan sudah cukup lama diderita. Adapun manifestasi

klinis dari hipertensi (Jain, 2011) adalah:

a) Sakit kepala atau sakit bagian tengkuk

b) Ingin mual dan muntah

c) Wajah kemerahan

d) Mata berkunang-kunang

46
e) Mudah lelah

f) Sesak nafas

g) Mimisan

2.2.4. Factor Yang Dapat Menyebabkan Hipertensi

Factor-faktor hipertensi ada yang dapat dikontrol dan tidapat dikontrol:

1. Factor yang dapat dikontrol :

Faktor penyebab hipertensi yang dapat dikontrol pada umumnya berkaitan

dengan gaya hidup dan pola makan. Faktor-faktor tersebut antara lain:

a. Kegemukan (obesitas )

Dari hasil penelitian, diungkapkan bahwa orang yang kegemukan mudah

terkena hipertensi. Wanita yang sangat gemuk pada usia 30 tahun

mempunyai resiko terserang hipertensi 7 kali lipat dibandingkan dengan

wanita lansing pada usia yang sama. Curah jantung dan sirkulasi volume

darah penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi dari penderita

hipertensi yang tidak mengalami obesitas. Meskipun belum diketehui secara

pasti hubungan antara hipertensi dengan obesitas, namun terbukti bahwa

daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan

hipertensi dengan berat badan normal (Sutanto, 2010).

b. Kurang olahraga

Orang yang kurang aktif melakukan olahraga pada umumnya cenderung

mengalami kegemukan dan akan menaikkan tekanan darah. Dengan

olahraga kita dapat meningkatkan kerja jantung sehingga darah bisa

dipompa dengan baik keseluruh tubuh.

47
c. Konsumsi garam berlebihan

Sebagian besar masyarakat kita sering menghubungkan antara konsumsi

garam berlebih dengan kemungkinan mengidap hipertensi. Garam

merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme timbulnya hipertensi.

Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi dalah melalui peningkatan

volume plasma atau cairan tubuh dan tekanan darah.keadaan ini akan diikuti

oleh peningkatan ekresi (pengeluaran) kelebihan garam sehingga kembali

pada kondisi keadaan system hemodinamik (perdarahan) yang normal.pada

hipertensi primer (ensesial) mekanisme tersebut terganggu, disamping

kemungkinan adanya factor (Sutanto, 2010). Tetapi banyak orang yang

mengatakan bahwa mereka tidak mengkonsumsi garam, tetapi masih

menderita hipertensi. Ternyata setelah ditelusuri, banyak orang yang

mengartikan konsumsi garam adalah garam meja ataau garam yang sengaja

ditambahkan dalam makanan saja. Pendapat ini sebenarnya kurang tepat

karena hamper semua makanan mengandung garam natrium termasuk

didalamnya bahan-bahan pengawet makanan yang digunakan. Natrium dan

klorida adalah ion utama cairan ekstraseluler. Konsumsi natrium yang

berlebih menyebabkan konsentrasi natrium didalam cairan ekstraseluler

meningkat. Untuk menormalkannya kembali, cairan ekstraseluler harus

ditarik keluar sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat.

Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan

meningkatnya volume darah, sehingga berdampak pada timbulnya

hipertensi (Sutanto, 2010).

48
d. Merokok dan mengonsumsi alkohol

Merokok yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan kesehatan selain

dapat meningkatkan pengumpulan darah dalam pembuluh darah,nikotin

dapat menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh

darah.Mengkonsumsi alcohol juga membahayakan kesehatan karena dapat

meningkatkan sintesis ketekholamin. Adanya ketekholamin memicu

kenaikan tekanan darah.

e. Stres

Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara.jika

ketakutan,tegang atau dikejar masalah maka tekanan darah kita dapat

meningkat.Tetapi pada umumnya, begitu kita sudah kembali rileks maka

tekanan darah akan turun kembali. Dalam keadaaan stress maka terjadi

respon sel-sel saraf yang mengakibatkan kelainan pengeluaran atau

pengangkutan natrium. Hubungan stress dengan hipertensi diduga melalui

aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja ketika beraktivitas) yang dapat

meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Stres berkenpanjangan dapat

mengakibatkan tekanan darah menjadi tinggi. Hal tersebut belum terbukti

secara pasti, namun pada binatang percobaan yang diberikan stress memicu

binatang tersebut menjadi hipertensi (Sutanto, 2010)

2. Faktor yang tidak dapat dikontrol

a. Keturunan (Genetika)

Jika satu atau dua orang dari orang tua atau saudara kandung yang

menderita hipertensi, maka peluang untuk menderita hipertensi semakin

besar. Penelitian menunjukkan bahwa 25% dari kasus Hipertensi Esensial

49
dalam keluarga mempunyai dasar genetik. Faktor ini tidak bisa

dikendalikan, jika seseorang memiliki orangtua atau saudara yang memiliki

tekanan darah tinggi, maka kemungkinan ia menderita tekanan darah tinggi

lebih tinggi pada kembar identik dari pada yang kembar tidak identik.

b. Usia

Walaupun penuaan tidak selau memicu hipertensi, tekanan darah tinggi

terjadi pada usia lebih tua. Pada usia antara 30 dan 65 tahun, tekanan sistolik

meningkat rata-rata sebanyak 20 mmHg dan terus meningkat setelah 70

tahun. Faktor ini tidak bisa dikendalikan, penelitian menunjukkan bahwa

semakin usia seseorang bertambah, tekanan darah pun akan meningkat

(Sutanto, 2010).

c. Pria cenderung mengalami tekanan darah yang tinggi dibandingkan dengan

wanita. Rasio terjadinya hipertensi antara pria dengan perempuan sekitar

2,29 untuk kenaikan darah sistol dan 3.6 untuk kenaikan tekanan darah

diastole. Laki-Laki cenderung memiliki gaya hidup yang dapat

meningkatkan tekanan darah dibandingkan perempuan. Tekanan darah pria

mulai meningkat ketika usianya berada pada rentang 35-50 tahun.

Kecenderungan seseorang perempuan terkena hipertensi terjadi pada saat

menopause karena factor hormonal.

2.2.5. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar
dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke
bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron

50
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural
dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan
tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi
otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa
oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan
peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi
palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke
sel jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila

51
diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang
berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada
angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah,
sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan
hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan
berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan tekanan darah
maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti jantung. ( Slamet.
1996 ).

52
2.2.6. Phatway

53
2.2.7. Komplikasi

Organ-organ tubuh sering terserang akibat hipertensi antara lain masa


berupa pendarahan vetria, bahkan gangguan pada penglihatan sampai kebutahan,
gagal jantung, pecahnya pembuluh darah diotak. (Mansjoer, 2001).

Ada beberapa komplikasi yang diakibatkan oleh penyakit Hipertensi, jika


tidak ditangani sejak dini, penyakit komplikasi yang dapat timbul diantaranya: 

1) Kerusakan penglihatan
Tekanan darah yang sangat tinggi akibat dari adanya penyempitan pembuluh
darah.Penebalan serta pengerutan dinding pembuluh darah dari berbagai
sebab.Dalam keadaan ini jantung memompa darah dengan kontraksi yang cepat
sehingga darah yang keluar keseluruh tubuh lewat pembuluh darah mengalami
tekanan yang sangat kuat akibat sumbatan dari dinding pembuluh
darah.Akibatnya pembuluh darah perifer pada mata dan organ pecah.Organ
dimata tidak mendapat suplay nutrisi dan oksigen lewat aliran darah, sehingga
mengakibatkan penglihatan menjadi kabur dan kebutaan.
2) Stroke
Hipertensi adalah faktor utama terjadinya stroke.Hal ini terjadi karena tekanan
darah yng terlalu tinggi menyebabkan perubahan struktur arteri-arteri dan
penyumbatan pembuluh darah. Pembuluh darah yang menyempit menyebabkan
darah terganggu sehingga pembuluh darah yang mempengaruhi otak akan
lemah dan pecah. Saat itu akan terjadi perdarahan di otak sehingga akan timbul
stroke. Stroke juga dapat timbul akibat sumbatan dari gumpalan darah yang
tinggal dipembuluh darah yang sempit, yang akan memperburuk keadaan
pembuluh darah arteri ke otak.
3) Kerusakan ginjal
Kerusakan ginjaldiketahui dapat terjadi akibat hipertensi sebagai salh satu
komplikasi. Hal ini juga dapat terjadi karena volume darah yang meningkat
akibat vasokonstriksi pembuluh darah dalam tubuh akan menyempit dan
menebalkan aliran darah menuju ginjal akibat ginjal tidak dapat membuang

54
sejumlah air dan natrium dari dalam darah. Natrium dan air menumpuk dalam
jaringan tubuh kemudian terjadi odem. Jika keadaan ini terus terjadi,ginjal akan
bekerja terus sampai tidak mampu bekerja dengan baik akhirnya terjadi
disfungsi ginjal atau gagal ginjal.
4) Payah jantung
Peningkatan tekanan darah sistemik meningkatan resistensi terhadap
pemompaan darah dari ventrikel kiri, sehingga beban kerja jantung bertambah
dan tidak mampu lagi memompa darah keseleruh tubuh sehingga akibatnya
terjadi hipertrofi ventrikel untuk meningkatakan kekuatan kontraksi, akan
tetapi kemampuan ventrikel untuk mempertahankan curah jantung terlampauhi
dan terjadi dilatasi mengakibatkan payah jantung (Coungestive Heart Fleure).  

2.2.8. Pemeriksaan Penunjang


a) Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti
ginjal dan jantung
b) EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel ki
c) Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
d) Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal,
pemeriksaan fungsi ginjal     terpisah dan penentuan kadar urin.
e) Foto dada dan CT scan.

2.2.8. Pengobatan

Jenis-jenis pengobatan
1. Anti hipertensi non Farmokologis
Tindakan pengobatan supparat, sesuai anjuran dari natural cammitoe
dictation evalution treatmori of high blood preasure
a. Tumpukan berat badan obesitas
b. Konsumsi garam dapur
c. Kurangi alcohol
d. Menghentikan merokok
e. Olaraga teratur
f. Diet rendah lemak penuh

55
g. Pemberian kalium dalam bentuk makanan sayur dan buah
2. Obat anti hipertensi
a. Dioverika, pelancar kencing yang diterapkan kurangin volume input
b. Penyakit beta (B.Blocker)
c. Antoganis kalsium
d. Lanbi ACE (Anti Canvertity Enzyine)
e.  Obat anti hipertensi santral (simpatokolim)
f. Obat penyekar ben
g. Vasodilatasi (Arif Mansjoer, 2001, 522)
3. Perubahan gaya hidup
Dilain pihak gaya hidup yang baik untuk menghindari terjangkitnya
penyakit hipertensi dan berbagai penyakit digeneratif lainnya.
a. Mengkurangi konsumsi garam
b. Melakukan olaraga secara teratur dan dinamik
c. Membiasakan bersikap dinamik seperti memilih menggunakan
tangga dari pada limfa
d. Menghentikan kebiasaan merokok
e.  Menjaga kestabilan BB
f. Menjauhkan dan menghindari stress dengan pendalaman angka
sebagai salah satu upayahnya.

2.2.9. Pencegahan

Menurut Siuraoka, 2012 Upaya mencegah timbulnya hipeetensi dengan

cara menghindari factor-faktor pemicu yaitu :

1. Mengatasi obesitas dan mengontrol berat badan bagi penderita obesitas,

pertama harus mengupayakan mengatasi obesitasnya. Karena selain berisiko

akan terkena hipertensi, penderita obesitas juga berisiko terkena penyakit-

penyakit lainnya. Bagi yang belum obesitas, penting sekali untuk mengontrol

berat badan. Berat badan yang berlebih akan membebani kerja jantung. Cara

56
terbaik mengontrol berat badan adalah denagn cara mengurangi makanan yang

mengandung lemak dan melakukan oalahraga secara teratur.

2. Mengatur pola makan (diet sehat dan mengurangi asupan garam) pola makan

yang sehat dengan gizi yang seimbang sangat penting dilakukan dalam usaha

mengontrol tekanan darah.gunakan garam dapur (Natrium klorida) secukupnya

dan beryodium. Konsumsilah makanan segar dan kurangi konsumsi makanan

yang diawetkan. Dalam makanan yang diawetkan sering kali kita menemukan

bahan makanan yang diawetkan mengandung zat-zat aditif makanan berbasis

natrium. Sebagaimana dikutip dari Amerika Heart Association (Sodium and

blood pressure,1996) berikut ini senyawa-senyawa natrium yang lazim

ditambahkan pada makanan pada saat pemprosesan dan memasak : Garam

(Natrium klorida) digunakan saat memasak atau dimeja. seringkali juga

digunakan dalam pengalengan dan pengawetan makanan, monosodium

glutamate (MSG), Penyedap rasa digunakan dirumah atau direstoran,juga pada

makanan dalam kemasan,makanan kaleng maupun makanan beku, soda kue

(Natrium bikarbonat), kadang-kadang digunakan untuk mengembangkan roti

dan cake, baking powder campuran antara soda kue, tepu sagu dan sautu asam.

Dipakai untuk mengembangkan roti dan cake, dinatrium fosfat ditemukan pada

sereal cepat saji dan keju yang diproses, natrium alginate, dipakai pada susu

coklat dan es krim untuk mendapat adonan yang halus, natrium benzoate.

Digunakan sebagai pengawet pada beragam saus dan salad dressing, natrium

hidroksida. Digunakan dan pemrosesan makanan untuk melunakkan dan

melepaskan kulit buah zaitun yang masak dan buah-buahan dan sayuran

tertentu. natrium nitrat. Digunakan untuk pengawetan daging dan sosis.

57
natrium propionate. Digunakan pada keju yang dipasteurisasi dan pada roti dan

cake tertentu untuk untuk menghambat tumbuhnya jamur, natrium sulfit.

Digunakan untuk memutihkan buah tertentu (misalkan maraschino cherries)

dan manisan buah-buahan yang harus diberi pewarna buatan,digunakan sebagai

pengawet pada beberapa buah-buahan kering (missal buah prune).untuk

mengurangi asupan natrium dalam makanan kemasan.

3. Menghindari stress

Ciptakan suasana yang nyaman dan menenangkan bagi pasien penderita

hipertensi. Perkenalkan berbagai metode relaksasi seperti yoga atau meditasi

yang dapat mengontrol system saraf yang bermanfaat untuk menurunkan

tekanan darah.

4. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat

Kebiasaan merokok dan minum beralkohol adalah contoh gaya hidup yang

kurang sehat. Untuk mencegah hipertensi hentikan merokok dan

minumanberalkohol.

5. Meningkatkan Aktivitas fisik

Olahraga atau latihan jasmani secara teratur,terbukti dapat menurunkan

tekanan darah ketingkat normal dan menurunkan resiko serangan hipertensi 50

% lebih besar dibanding orang yang tidak aktif melakukan olahraga. Satu sesi

olahraga rata-rata menurunkan tekanan darah 5-7 mmHg. Pengaruh penurunan

tekanan darah ini dapat berlangsung sampai sekitar 20 jam setelah olahraga.

Aktivitas fisik berupa latihan jasmani secara teratur merupakan intervensi

pertama untuk pencengahan dan pengobatan hipertensi. Berbagai penelitian

tentang manfaat olahraga untuk mengendalikan berbagai penyakit degenerative

58
(tidak dapat disembuhkan)dan tidak menular, seperti hipertensi, jantung

koroner, diabetes, dan sebagainya sudah dilakukan diberbagai

Negara.Hasilnya, olahraga secara teratur terbukti bermanfaat untuk

menurunkan tekanan darah.mengurangi risisko stroke, serangan jantung, gagal

ginjal , dan penyakit pembuluh darah lainnya. pengaruh olahraga dalam jangka

panjang sekitar 4-6 bulan dapat menurunkan tekanan darah sebesar 7,4/5,8

mmHg tanpa bantuan obat hipertensi.

6. Mengobati penyakit

Adanya penyakit-penyakit tertentu,dapat menyebabkan hipertensi sekunder.

Usaha yang dapat dilakukan adalah dengan mengobati penyakit penyakit

tersebut agar tidak menimbulkan komplikasi hipertensi, sehingga tidak

semakin memperburuk kesehatannya

2.3. Konsep Asuhan Keperawatan Penyakit Hipertensi

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien Hipertensi melalui


empat tahap yaitu : tahap pengkajian ,perencanaan ,pelaksanaan dan evaluasi
(Doengoes, Marylin E. 2000) .

2.3.1. Pengkajian

A. Ativitas dan istirahat


Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda: Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.

B. Sirkulasi
Gejala :Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup
dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi.
Tanda : Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,radialis,
tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis,kulit pucat,

59
sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisiankapiler mungkin
lambat/ bertunda.
C. Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress
multiplehubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.
Tanda : Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue
perhatian,tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan
menghela, peningkatan pola bicara.
D. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayatpenyakit
ginjal pada masa yang lalu).
F. Makanan/cairan
Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak
serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir
ini(meningkat/turun) Riowayat penggunaan diuretic
Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema, glikosuria.
G. Neurosensori
Gejala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit kepala,subojksipital
(terjadi saat bangun dan menghilangkan secara spontansetelah
beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan
kabur,epistakis).
Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi
bicara,efek, proses piker, penurunan keuatan genggaman tangan.
H. Nyeri/ ketidaknyaman
Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),sakitkepala.
I. Pernafasan
Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea,
ortopnea,dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat
merokok.
Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyinafas
tambahan (krakties/mengi), sianosis.
J. Keamanan

60
Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.    

Tanda : episode parestesia unilateral transien, hipotensi psotural.

2.3.2. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan


peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia miokard, hipertropi
ventrikular
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak
seimbangan antara suplai dan kebutuhan O2
3. Gangguan rasa nyaman : nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan
peningkatan tenakan vaskuler serebral
4. Potensial perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung
berhubungan dengan gangguan sirkulasi

61
2.3.3. Perencanaan Keperawatan/Intervensi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria hasil Intervensi
1 Resiko tinggi terhadap Afterload tidak Klien berpartisipasi dalam - Pantau TD, ukur pada kedua
penurunan curah jantung meningkat, tidak terjadi aktivitas yang menurunkan tangan, gunakan dan teknik
berhubungan dengan vasokontriksi, tidak tekanan darah / beban kerja yang tepat
peningkatan afterload, terjadi iskemia miokard. jantung, mempertahankan TD - Catat keberadaan, kualitas
vasokontriksi, iskemia dalam rentang individu yang den\yutan sentral dan perifer
miokard, hipertropi apat diterima, memperlihatkan - Aukultasi tonus jantung dan
ventrikular normal dan frekuensi jantung bunyi nafas
stabil dalam rentang normal - Amati warna kulit,
pasien. kelembaban, suhu dan masa
pengisisna kapiler
- Catat edema umum
- Berikan lingkungan tenang,
nyaman, kurangi aktivitas
- Pertahankan pembatasana
aktivitas seperti istirahat
ditempat tidur/kursi.
- Bantu melakukan aktivitas
perawatan diri sesuai
kebutuhan
- Lakukan tindakakan seperti

62
punggung dan leher.
- Anjurkan teknik relaksasi,
panduan imajinasi, aktivitas
pengalihan
- Pantau respon terhadap obat
untuk mengontrol tekanan
darah
- Berikan pembatasan cairan
dan diet natrium sesuai
indikasi
- Kolaborasi untuk pemberian
obat-obatan sesuai dengan
indikasi
2 Intoleransi aktivitas Aktivitas pasien Klien dapaat berpartisipasi - Kaji toleransi pasien terhadap
berhubungan dengan terpenuhi dalam aktivitas yang aktivitas dengan
kelemahan umum, ketidak diinginkan / perlukan, menggunakan parameter :
seimbangan antara suplai dan melaporkan peningkatan dalam frekuensi nadi 20 permenit
kebutuhan O2 toleransi aktivitas yang dapat diatas frekuensi istirahat,
diukur. catat peningkatan TD, dispea,
atau nyeri dadam, kelelahan
berat dan kelemahan,
berkeringat, pusing atau

63
pingsan (parameter
menunjukkan respon
fisiologis pasien terhadap
stres, aktivitas dan indikator
derajat pengaruh kelebihan
kerja/jantung)
- Kaji kesiapan untuk
meningkatkan aktivitas
contoh: penurunan
kelemahan/ kelelahan, TD
stabil, frekuensi nadi,
peningkatan perhatikan pada
aktivitas dan perawatan diri.
(stabilitas fisiologis pada
istirahat penting untuk
memajukan aktivitas
individual)
- Dorong memajukan aktivitas/
toleransi perawatan diri.
(konsumsi oksigen miokardia
selama berbagai aktibviytas

64
dapat meningkatkan jumlah
oksigen yang ada. Kemajuan
aktivitas bertahap mencengah
peningkatan tiba –tiba kerja
jantung)
- Berikan bantuan sesuai
kebutuhan kursi mandi,
menyikat gigi / rambut
dengan duduk dan
sebagainya.( tenknik
penghemat energi
menurunkan energi dan
membantu keseimbangan
suplai dan kebutuhan
oksigen)
- Dorong pasien untuk
partisifasi dalam memilih
periode aktivitas, ( seperti
jadwal meningktakan
toleransi terhadap kemajuan
aktivitas dan mencengah
3 Gangguan rasa nyaman : Tekanan vaskuler Pasien mengungkapkan tidak - Pertahankan tirah baring,

65
nyeri (sakit kepala) serebral tidak meningkat adanya sakit kepala dan tampak lingkungan yang tenang,
berhubungan dengan nyaman sedikit penerangan
peningkatan tenakan vaskuler - Menimalkan gangguan
serebral lingkungan dan rangsangan
- Batasi aktivitas
- Hindari merokok atau
menggunakan penggunaan
nikotin
- Beri obat analgesia dan
sedasi sesuai pesanan
- Beri tindakan yang
menyenangkan sesuai
indikasi seperti kompres es,
posisi nyaman, teknik
relaksasi, bimbingan
imajinasi, hindari konstipasi
4 Potensial perubahan perfusi Sirkulasi tubuh tidak TD dalam batas yang dapat - Pertahankan tirah baring;
jaringan : serebral, ginjal, terganggu diterima, tidak ada keluhan sakit tinggikan kepala tempat tidur
jantung berhubungan dengan kepala, pusing, nilai- nilai - Kaji tekanan darah saat
gangguan sirkulasi laboratorium dalam batas normal masuk pada kedua lengan;
tidur, duduk dengan pantauan
tekanan arteri jika tersedia

66
- Pertahankan cairan dan obat-
obatan sesuai pesanan
- Amati adanya hipotensi
mendadak
- Ukur masukan dan
pengeluaran
- Pantau elektrolit, BUN,
kreatinin sesuai pesanan.
- Ambulasi sesuai
kemampuan; hindari
kelelahan

67
BAB 3

68
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

1.1. Gambaran Umum RSUP Haji Adam Malik


1.1.1. Sejarah RSUP Haji Adam Malik

Kebutuhan akan Rumah Sakit pendidikan dikemukakan oleh para dosen

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara kepada Menteri Kesehatan Republik

Indonesia (RI) bapak Dr. Suarjono Surjaningrat sewaktu kunjungan kerja di RS Dr.

Pringadi, Medan pada tahun 1980 dan mendapat tanggapan positif dari Bapak

Menteri. Pada mula didirikan, Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik merupakan

Rumah Sakit Umum Kelas A di Medan yang berdasarkan pada Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 335/Menkes/SK/VII/1990. Namun, nama

rumah sakit ini mengalami perubahan yang pada mulanya bernama Rumah Sakit

Umum Kelas A di Medan menjadi Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik.

Perubahannama Rumah Sakit ini berdsarkan pada keputusan pada Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 775/MENKES/SK/IX/1992. Adapun

alasan pergantian nama rumah sakit ini disebabkan karena perlunya pencantuman

nama Pahlawan Nasional sebagai Nama Rumah Sakit Umum Pemerintah yang

merupakan bagian penghargaan dan kebanggaan terhadap Pahlawan Nasional,

terlebih lagi Adam Malik merupakan ikon kebanggaan masyarakat Sumatera Utara

yang mana namanya tidak hanya dikenal di Indonesia saja, tetapi juga di

Internasional. Rumah sakit yang ada di Indonesia tidak hanya berdasarkan satu

kepemilikan saja, tetapi banyak kepemilikan, termasuklah di dalamnya Rumah Sakit

Umum yang dimiliki Pemerintah. Rumah Sakit Milik Pemerintah memiliki 2 bagian,

69
yaitu Rumah Sakit milik Pemerintah Pusat dan rumah sakit milik Pemerintah Provinsi

dan Kabupaten atau Kota. Adapun perbedaan dari kedua rumah sakit ini adalah:

Rumah sakit milik Pemerintah Pusat (Rumah Sakit Umum Pusat atau RSUP) mengacu

kepada Departemen Kesehatan (Depkes) sehingga segala urusan rumah sakit

bergantung pada Depkes Republik Indonesia (Pemerintah Pusat).

Rumah ini sebagian besar adalah rumah sakit pendidikan yang cukup besar

dan luas dengan hubungan khusus ke Fakultas kedokteran, rumah sakit inilah yang

digolongkan kepada RSUP H. Adam Malik. Sedangkan Rumah Sakit Milik Pemerintah

Provinsi dan Kabupaten atau Kota (Rumah Sakit Umum Daerah atau RSUD) mengacu

pada pimpinan daerah dan lembaga perwakilan masyarakat daerah. Rumah sakit ini

mempunyai keunikan karena secara teknis medis berada di bawah koordinasi

Departemen Kesehatan, sedangkan kepemilikan sebenarnya berada di bawah

pemerintah provinsi atau kabupaten atau kota dengan pembinaan urusan

kerumahtanggaan dari Departemen Dalam Negeri (depdagri). Dalam rangka

penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan fungsi rujukan, maka

rumah sakit diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan rumah

sakit, yaitu:

a. Rumah Sakit Umum kelas A;

b. Rumah Sakit Umum kelas B;

c. Rumah Sakit Umum kelas C;

d. Rumah Sakit Umum kelas D

70
RSUP H. Adam Malik termasuk kepada bagian a, yaitu Rumah Sakit Umum

Kelas A. Adapun syarat dari Rumah Sakit Umum Kelas A adalah rumah sakit umum

yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat)

spesialis dasar, 5 (lima) spesialis penunjang medik, 12(dua belas) spesialis lain, dan 13

(tiga belas) sub spesialis dan RSUPH.Adam Malik memiliki semua dari persyaratandi

atas. RSUP H. Adam Malik ini beralamat di Jalan Bunga Lau No.17. Medan, terletak di

kelurahan Kemenangan,kecamatan Medan Tuntungan Letak RSUP H. Adam Malik ini

agak berada di daerah pedalaman yaitu berjarak kira-kira 1 Km dari jalan Djamin

Ginting yang merupakan jalan raya menuju ke arah Berastagi. Letak daerah di

pedalaman ini sangat mendukung bagi para pasien karena suasana tenang di daerah

tersebut akan semakin mempercepat proses penyembuhan dari pasien. Selain itu,

RSUP H. Adam Malik terdapat tempat-tempat seperti toko buah, warung ataupun

rumah makan, apotik, toko yang menyediakan jasa foto kopi sehingga berguna bagi

para pengunjung rumah sakit untuk menjenguk, para pegawai ataupun mahasiswa

yang berada di rumah sakit. RSUP H. Adam Malik mulai berfungsi sejak tanggal 17 Juni

1991 dengan pelayanan rawat jalan dan untuk pelayanan rawat inap mulai berfungsi

tepatnya pada tanggal 2 Mei 1992. Rumah Sakit ini mulai beroperasi secar total pada

tanggal 21 Juli 1993 yang diresmikan oleh Mantan Presiden RI, H. Soeharto.

1.1.2. Visi

Menjadi rumah sakit pendidikan dan pusat rujukan nasional yang terbaik dan

bermutu di Indonesia pada tahun 2019.

1.1.3. Misi

71
a) Melaksanakan pelayanan pendidikan, penelitian, dan pelatihan dibidang

kesehatan yang paripurna, bermutu, dan terjangkau.

b) Melaksanakan pengembangan dan kompetensi SDM secara

berkesinambungan.

c) Mengampu RS jejaring dan RS wilayah sumatera.

1.1.4. Motto

Saya Selalu Mengutamakan Keselamatan pasien dengan pelayanan PATEN:

P = Pelayanan Cepat,

A = Akurat

T = Terjangkau,

E = Efisien,

N = Nyaman.

1.1.5. Kedudukan RSUP H. Adam Malik Medan

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:

547/MENKES/SK/VI/1994, pada BAB I pasal 2 disebutkan tentang kedudukan RSUP H.

Adam Malik. Adapun kedudukan RSUP H. Adam Malik adalah:

1. RSUP H. Adam Malik Medan adalah unit organik di lingkungan

Departemen Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab

langsung kepada Direktur Jenderal Pelayanan Medik.

72
2. RSUP H. Adam Malik berlokasi di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan

Propinsi Sumatera Utara dan merupakan Pusat Rujukan Regional Sumatera

Bagian Utara dan Sumatera Bagian Tengah.

3. RSUP H. Adam Malik Medan dipimpin Oleh seorang kepala dengan sebutan

direktur.

3.1.6. Tugas dan Fungsi RSUP H. Adam Malik Medan

Menurut Undang-Undang Rumah Sakit pasal 4 dan 5, Suatu rumah sakit harus

mempunyai tugas dan fungsi.14 Rumah sakit mempunyai tugas memberikan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Untuk menjalankan tugas

sebagaimana dimaksud dalam pasal 4, rumah sakit mempunyai fungsi:

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit;

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memelihara etika ilmu

pengetahuan bidang kesehatan.

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memelihara etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan. Dari pengertian

ataupun penjelasan Undang-undang Rumah Sakit tersebut di atas, maka

RSUP H. Adam Malik Medan mempunyai tugas:

73
a) Melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna

dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang

dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan

pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.

b) Bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

dan lembaga lainnya dalam menyelanggarakan pendidikan klinik calon

dokter dan pendidikan dokter keahlian, calon dokter spesialis serta tenaga

kesehatan lainnya.

Fungsi RSUP H. Adam Malik. Adapun fungsi rumah sakit ini adalah:

1. Menyelenggarakan Pelayanan Medis;

2. Menyelenggarakan Pelayanan Penunjang Medis dan Non Medis;

3. Menyelenggarakan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan;

4. Menyelenggarakan Pelayanan Rujukan;

5. Menyelenggarakan Pendidikan dan Pelatihan;

6. Menyelanggarakan Penelitian dan Pengembangan;

7. Menyelenggarakan Admisistrasi Umum dan Keuangan;

3.1.7. Fasilitas RSUP H. Adam Malik Medan

a. Pelayanan Medisadalah pelayanan yang diberikan RSUP H. Adam Malik

terhadap pasien dalam bidang medis atau kesehatan, yaitu dalam bidang

pengobatan. Adapun pelayanan medis yang dimiliki RSUP H. Adam Malik

Medan adalah:

 Instalasi Rawat Jalan terdiri dari :

74
 Penyakit dalam
 Bedah
 Kesehatan Anak
 Obstetri dan Ginekologi
 Syaraf
 Jiwa
 THT
 Gigi dan Mulut
 Mata
 Kulit dan Kalamin
 Kardiologi
 Paru
 Instalasi Rawat Inap : 450 Tempat Tidur (TT)

Instalasi Rawat Inap terdiri dari Instalasi Rindu A = 262 TT dan Instalasi

Rindu B = 188 TT.

a. Instalasi Rindu A terdiri dari:

 Kelas Utama
 Kelas I Plus
 Kelas I
 Kelas II
 Kelas II
Pelayaanan yang diberikan di Rindu A meliputi pelayanan yang dilakukakn oleh:

 SMF Penyakit Dalam Wanita


 SMF Penyakit Dalam Pria
 SMF Paru –paru
 SMF Syaraf
 SMF Mata, THT, Gigi dan mulut, dan kulit kelamin
 VIP A + Klas I Plus (Umum)
 Instalasi Rindu B terdiri dari:

 Kelas Utama

75
 Kelas I Plus
 Kelas I
 Kelas II
 Kelas III
Pelayanan yang diberikan di Rindu B meliputi pelayanan yang dilakukan oleh:

4. SMF Kebidanan dan Penyakit Kandungan


5. SMF Anak
6. SMF Bedah
7. SMF Bedah * VIP B + Klas I Plus (Umum)
8. Kamar Bersalin
 Instalasi Perawatan Intensif :

 IPI Dewasa
 IPI Anak
 IPI Pasca Bedah
 IPI Jantung
5) Instalasi Gawat Darurat

6) Instlasi Bedah Pusat

7) Instalasi Hemodialisa.

b. Pelayanan Penunjang Medis terdiri dari:

1. Instalasi Diagnostik terpadu

2. Instalasi Patologi Klinik

3. Instalasi Patologi Anatomi

4. Instalasi Radiologi

76
5. Instalasi Rehabilitasi Medik

c. Pelayanan Penunjang medik terdiri dari:

1. Instalasi Gizi

2. Instalasi Farmasi

3. Instalasi CSSD

4. Instalasi Bio Elektro Medik

5. Instalsasi PKMRS

d. Pelayanan Non Medis terdiri dari:

1. Instalasi Tata Usaha Pasien

2. Instalasi Teknik Sipil

3. Instalasi Pemulasaran Jenazah

3.1.8. Gedung

Gedung merupakan sesuatu hal yang penting selain adanya para pekerja di

rumah sakit karena gedung merupakan tempat dilakukannya semua aktifitas. Pada

mulai beroperasi, RSUP H. Adam Malik sudah memiliki gedung antara lain seperti di

bawah ini:

1. Instalasi Rawat Jalan

 Lantai I : Poli Obst, Gynekology, Poli gigi dan Poli Jiwa

77
 Lantai II : Poli Anak, Poli Kardiologi, Poli Paru, Poli Syaraf

 Lantai III : Poli Penyakit Dalam, Poli Bedah dan Poli Bedah syaraf

 Lantai IV : Poli Mata Poli THT, Poli Penyakit Kulit dan kelamin

2. Instalasi Rawat Inap:

 Instalasi Rawat Inap A

 Instalasi Rawat Inap B

3. Central Medical Unit (CMU)

 Lantai I : Instalasi Radiologi, Instalasi Hemodialisa

 Lantai II:Instalasi Diagnostik Terpadu, Instalasi Patologi Klinik,

Instalasi Patologi Klinik, Instalasi Patologi Anatomi, Instalasi

Rehabilitasi Medis

 Lantai III :Instalasi Bedah Pusat, Instalasi Perawatan Intensif.

4. Instalasi Gawat Darurat

5. Farmasi, Dapur, dan Laundry

6. Instalasi Kedokteran kehakiman / Pemulasaran Jenazah

7. Pusat Administrasi ( Lantai I )

8. M & E Utility

9. Work Shop

10. Asrama Perawat

3.1.9. Sarana dan Prasarana

78
Sarana dan prasarana sangat dibutuhkan dalam suatu instansi, seperti rumah

sakit karena tanpa adanya sarana dan prasarana maka rumah sakit tersebut tidak

akan sempurna dan tidak dapat melayani para pasien dengan baik. Adapun sarana

dan prasarana yang dimiliki RSUP H. Adam Malik Medan adalah:

1. Air: Bersumber dari Perusahaan Air Minum (PAM).

2. Listrik: Berasal dari PLN

3. Taman dan Parkir

4. Pembuangan Limbah cair dan padat: Telah dibangun Sewage Treatment

Sederhana dan Insreator dengan pengelolahannya:

5. Alat–alat lain:

1) AC Centarl untuk gedung CMU;

2) Telekomunikasi, berupa Telephone (sambungan) dan faximile;

3) Instalasi gas medis dengan pengelolahannya:

 Gas Central 8.000 M³


 Gas Tabung 6 M³
 Gas Tabung 2 M³
 Gas Tabung 1 M³
3.1.10. Ambulance

Ambulance merupakan alat transportasi yang digunakan oleh rumah sakit

untuk mengangkut pasien, ataupun jenazah. Dapat dibayangkan bagaimana jika suatu

rumah sakit tidak memiliki Ambulance pastilah rumah sakit ini tidak akan menjadi

lengkap atau dengan kata lain menjadi janggal. Adapun persyaratan ambulance

sebagai alat transportasi adalah:

79
1) Kendaraan roda empat atau lebih dengan suspensi lunak

2) Ruangan penderita mudah dicapai dari tempat pengemudi

3) Tersedia tempat duduk untuk petugas di ruangan penderita

4) Terdapat gantungan infus minimal setinggi 90 cm di atas tempat penderita

5) Terdapat stop kontak listrik DC 12 volt

6) Terdapat penerangan yang cukup

7) Terdapat lemari obat

8) Tanda pengenal ambulance dari bahan yang memantulkan sinar

9) Tersedia tabung oksigen

10) Tersedia peralatan P3K dan obat-obatan yang dianggap perlu

11) Tata tertib: sewaktu menuju lokasi penderita boleh menggunakan sirine dan

lampu rotator, sedangkan saat mengangkut penderita hanya menggunakan

lampu rotator. Kecepatan mobil 40 km/jam di jalan biasa, 80 km/jam di jalan

yang bebas hambatan.

80
81
a. Gambaran Umum Ruang Rawat Inap RA1 RSUP Haji

Adam Malik

Ruangperawatan RA1 adalah unit perawatan yang dikelolah untuk merawat

pasien penyakit dalam dan penyakit lainya.

I. Profil Unit Perawatan Ruangan RA1 RSUP H.

Adam Malik Medan

Pada kesempatan ini, mahasiswa Program Profesi Ners Fakultas Keperawatan

stase manajemen diberi kesempatan mempelajari manajemen keperawatan di ruang

perawatan rawat inap penyakit dalam dan penyakit lainya memiliki struktur organisasi

tersendiri yang dapat dilihat dari skema berikut:

1. Lokasi ruang rawat inap RA1 berada dilantai 1 Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik Medan.
2. Sebelah Utara berhadapan ke arah parkiran
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kedokteran Nuklir
4. Sebelah Selatan berbatasan dengan RA2
5. Sebelah Barat berbatasan dengan Gedung Pavilliun

82
II. Struktur Organisasi

Komposisi serta banyaknya perawat diruangan RA1 RSUP. Haji Adam Malik
Medan, yaitu 1 orang kepala ruangan dengan jenjang pendidikan S.Kep, Ns, Katim 4
orang yang berpendidikan S.Kep,Ns 1 orang dan AMK 3 orang,CI terdiri ari 3 orang
yang berpendidikan S.Kep,Ns dan 16 orang perawat pelaksana dengan jenjang
pendidikan mayoritas AMK dan minoritas S.kep,Nsserta 1 orang TU yang
berpendidikan SPRG Terdapat pembagian tim dalam pemberian asuhan keperawatan
di ruangan RA1 ini yaitu Tim 1, Tim 2, Tim 3 dan Tim 4 dari setiap tim dipimpin oleh
Kepala Tim.

Jam Kerja :

Shift Pagi : 07.45 – 14.00 WIB

Shift Sore : 14.0 – 20.00 WIB

Shift Malam : 20.00 – 08.00 WIB

Jumlah Perawat Per-Shift TIM I, TIM 2, TIM 3, TIM 4 (ruangan rawat inap)

83
Hari biasa :

Pagi : 10-11 orang

Sore : 4 orang

Malam : 4 orang

Hari Sabtu/Minggu :

Pagi : 4 orang

Sore : 4 orang

Malam : 4 orang

Dari hasil observasi ditemukan bahwa ada pembagian tugas yang jelas untuk
kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana sehingga membantu perawat untuk
uraian tugas masing-masing.

III. Pengetahuan Perawat Tentang Pasien Safety


Tabel 3.2.1. DistribusiFrekuensi Pengetahuan Perawat Tentang Pasien
Safety di Ruang Rawat Inap RA1RSUP Haji Adam Malik
No Pengetahuan perawat Frekuensi (f) Persentase (%)
.
1. Baik 8 80
2. Cukup 2 20
3. Kurang 0 0
Jumlah 10 100,0

Berdasarkan tabel 3.2.3. diatas menunjukkan pengetahuan perawat tentang


pasien safety mayoritas baik sebanyak 8 orang (80%).

1.1.6. Kepuasan Pasien Tentang Kinerja Perawat


Tabel 3.4. Distribusi Frekuensi Kepuasan Pasien Tentang Kinerja PerawatdiRuang
Rawat Inap RA1 RSUP Haji Adam Malik

84
No Kepuasan Pasien Frekuensi (f) Persentase (%)
.
1. Puas 7 58
2. Tidak Puas 5 42
Jumlah 12 100,0

Berdasarkan tabel 3.4. diatas menunjukkan bahwa mayoritas pasien puas


dengan pelayanan perawat sebanyak 7 orang (58%) sedangkan minoritas pasien
yangtidak puas dengan pelayanan perawat sebanyak 5 orang (42%).

Daftar Nama Perawat Ruangan RA1 Rumah Sakit Adam Malik Medan

N NAMA NIP PENDIDIK JABATAN GOL PK


O AN

1 Johanna tarigan 197104221997032 S.kep,Ners KARU IV/A 23


000 Tahu
n

2 Karyana 197107261993032 SPRG TU IIIA 27


002 Tahu
n

3 Lesmisipayung 197411221995032 AMK KATIM III/D 25


001 Tahu
n

4 Mondangsibuea 107708191997032 S.Kep, CI III/C 23


001 Ners Tahu
n

5 Tanti yosephina 197009281997032 Amk PELAKSA III/D 23


002 NA Tahu
n

6 Berliana 196608081997032 S.Kep, PELAKSA III/D 23


001 Ners NA Tahu
n

7 Erna simbolon 197708312018012 AMK PELAKSA BLU 2


NA Tahu

85
n

8 Ismail 199205282018012 AMK PELAKSA HONO 2


harunmunthe NA R Tahu
n

9 Delpipangaribua 196612231997032 AMK KATIM III/D 23


n 000 Tahu
n

10 Ulianatambuna 196812141995032 S.Kep, CI IV/A 25


n 001 Ners Tahu
n

11 Nurhayatidamer 196508051997032 S.Kep, PELAKSA III/D 23


ia 001 Ners NA Tahu
n

12 Lestinatarigan 196304101997032 AMK PELAKSA III/D 23


001 NA Tahu
n

13 Ostikasihombin 198703122018012 AMK PELAKSA BLU 2


g NA Tahu
n

14 Indo Natalia 197712262018012 AMk PELAKSA BLU 2


NA Tahu
n

15 Mannaria 196502031997032 AMK KATIM III/D 23


000 Tahu
n

16 Ulianarospitasin 196804071997032 AMK PELAKSA III/D 23


aga 001 NA Tahu
n

17 Nuraini 196405031996032 AMK PELAKSA III/D 22


000 NA Tahu
n

18 Delimapakpaha 196802171997032 S.Kep, PELAKSA III/D 23


n 003 Ners NA Tahu
n

19 Henny aulina 197901022018012 AMK PELAKSA BLU 2


NA Tahu

86
n

PSIKIATRI

1 Lenni pasaribu 197903040199903 S.Kep,Ners KATIM III/D 21


2001 Tahu
n

2 Julisusanti 198308052006042 AMK PELAKSA III/C 14


001 NA Tahu
n

3 Netti l samosir 197604071997032 AMK PELAKSA III/C 23


002 NA Tahu
n

4 Pattar 197903162014021 AMK PELAKSA III/A 6


001 NA Tahu
n

5 Enerziangkat 199610052018012 AMK PELAKSA HONO 2


NA R Tahu
n

6 Rudianto 199211122018022 AMK PELAKSA HONO 2


NA R Tahu
n

87
3.2. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Cardivaskuler hipertensi
pada Ny.A di RA1 Rumah Sakit Umum HAM Medan
3.2.1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama klien Ny. A jenis kelamin perempuan dengan usia 75 tahun,
status perkawinan menikah, agama kristen, Klien seorang karyawan swasta.
Alamt /tempat tinggal : langkat, Klien masuk rumah sakit tanggal 21 juli 2020
jam 19.45 wib dengan nmor registrasi 122601 dirawat di RA1 RSU HAM
medan, tanggal pengkajian 23 s/d 25 Juli 2019 dengan diagnosa medis :
hipertensi
Penanggung jawab klien Tn B, jenis kelamin laki-laki , hubungan
dengan pasien adalah anaknya.
b. Keluhan Utama
Pasien merasakan nyeri kepala dan leher terasa tegang.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Ny. A datang ke RSU HAM MEDAN dengan keluhan merasakan nyeri
kepala dan leher terasa tegang.
a. Provokatif / Palliatve
 Penyebab
Klien Memakan makanan yang tinggi garam.
 Hal-hal yang memperbaiki
Perawatan dengan menjaga kebersihan serta pemberian therapi
pengobatan.
b. Qualitas/ Quanty
 Bagaimana gejala yang dirasakan
Klien merasa lemah,pusing, dan nyeri
 Bagaimana dilihat

88
Klien lemas,dan sulit melakukan aktivitas.
 Lokasi : di bagian belakang leher
 Menyebar : disekitar leher dan kepala
c. Severity
 Menggangu aktivitas : ya, dimana klien tidak dapat melakukan kegiatan
sehari-hari seperti makan,mandi dll.
 Skala 6 (skala nyeri 0-6)
 Diagnosa medis : Hipertensi
d. Timing
Berkala
d. Riwayat kesehatan masa lalu
Sebelumnya klien tidak penah dirawat karena penyakit apapun.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Keluargaklientidakada yang menderita penyakit hipertensi, dan
penyakit keturunan lainya
f. Riwayatkesehatanlingkungan
Klien tinggal ditempat lingkungan yang bersih
g. Riwayat/ keadaanpsikososial
Klien menggunakan bahasa batak dalam keseharian.Klien merasa tidak
yakin penyakitnya akan sembuh. Terkadang emosi tidak terkontrol
dengan orang lain/lawan bicara tidak baik, hubungan dengan keluarga,
saudara atau orang lain kurang harmonis.
3.3. Pemeriksaanfisik
a) Tanda-tanda Vital :
Kesadaran : Composmentis
Tekanan darah : 180/110 mmhg
Suhu : 37oC
Nadi : 84x/menit
RR : 22x/menit
BB sebelum : 58 kg

89
BB sesudah : 53 kg
TB : 155 cm
b) Pemeriksaan Head To Too
A. Pemeriksaan Kepala dan Leher
1. Bentuk kepala bulat, ubun – ubun tidak mengalami kelainan, kulit
kepala bersih, rambut berminyak agak bau, warna kulit wajah
cokelat, struktur wajah agak bulat.
2. Mata pasien simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera keruh (tidak
putih), pupil isokhor (ø 3mm), reflek cahaya +/+, pasien dapat
membuka mata.
3. Bentuk hidung pasien dalam keadaan normal tidak ditemukan
adanya perdarahan atau radang.
4. Bentuk dan telingan pasien dalam keadaan normal, tidak ditemukan
adanya radang, pendengaran lebih jelas pada telinga kiri.
5. pasien tidak menggunakan gigi palsu, lidah putih (kotor), bentuk dan
ukuran tonsil normal.
B. Pemeriksaan integument
Warna kulit cokelat, keadaan kulit normal tidak ditemukan adanya
kelainan. Turgor kulit normal.
C. Pemeriksaan Payu dara dan ketiak
Warna payudara cokelat dan areola kehitaman, tidak ada kelainan
payudara dan puting, juga pada bagian ketiak.
D. Pemeriksaan Thorax/dada
Bentuk thorak simetris, pernafasan dibantu dengan pemasangan
oksigen, bunyi nafas vesikuler, frekuensi 20x/menit, irama reguler, tidak
ada batuk atau sputum.
E. Pemeriksaan abdomen
Turgor kulit abdomen normal, bising usus dalam batas normal,
18x/menit. Tidak ada nyeri tekan, massa atau benjolan. Hepar, lien dan
ginjal tidak teraba.

90
F. Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya
Tidak ada radang anus, tidak terdapat hemoroid, tidak ada dekubitus
pada daerah bokong.
G. Pemeriksaan muskuloskletal /ekstremitas
Tiada ada edema pada ekstremitas atas dan bawah. Kekuatan otot
ekstremitas kanan (-), kekuatan otot ekstremitas kiri (+).
H. Pemeriksaan Neurologi
Tingkat kesadaran Convos Mentis. Keadaan mental pasien terkontrol
dan mampu berorientasi dengan lingkungan sekitar. Pasien mampu
menanggapi dan menerima setia motivasi yang didengar dari keluarga
dan ingin mengaplikasikannya dalam hidupnya.
c) Nervus cranialis:
1. Nervus olvaktorius (N I)
Pasien mampu mencium bau yang dirangsang.
2. Nervus optikus (N II)
Pasien mampu melihat tanpa bantuan kaca mata.
3. Nervus okulomotoris (N III), trochlearis (N IV), abdusen (N VI)
a. Posisi dan gerakan bola mata normal. Pupil isokhor (ø 3mm.
Reflek cahaya +/+.)
4. Nervus trigeminus (N V)
Kesensibilitasan kulit (tes tajam tumpul), pasien memberi respon
saat ditusuk. Ada reflek kornea dengan sentuhan kapas
5. Nervus fasialis (N VII)
Pasien dapat merasakan rasa asin, manis dan pahit.
6. Nervus vestibulokokhlearis (N VIII)
Hanya dilakukan panggilan dan pasien merespon ke arah suara dari
telinga kiri.

91
7. Nervus glasopharing (N IX), vagus (N X)
Gas refluk (+).

8. Nervus asesorius (N XI)


Pasien mampu menggerakkan kepala secara perlahan – lahan.
9. Nervus hipoglasus (N XII)
Pasien mampu menjulurkan lidah secara normal
Fungsi motorik
1. Cara berjalan : pasien mampu berjalan bila di bantu oleh
keluarga atau perawat.
d) Fungsi sensori
1. Identifikasi sentuhan ringan : mampu merasakan sentuhan ringan.
2. Tes tajam tumpul : respon tajam (+), respon tumpul (+).
3. Tes panas dingin : respon panas (+), respon dingin (+).
4. Stereognosis test : pasien tidak dapat menggenggam benda
5. Membedakan 2 titik : dapat membedakan antara 2 titik.
3.4. Pola Kebiasaan Sehari-hari

1. Nutrisi
Sebelum masuk Rumah Sakit : pola makan biasa  3 x 1 hari, makanan
kesukaan  yang berlemak, sedangkan makanan pantangan tidak ada.
Sesudah masuk Rumah Sakit : pola makan 3 x 1 hari. Porsi yang disajikan
habis 1/3 porsi dengan diet M2, pasien dilarang makan makanan yang
banyak mengandung minyak,lemak dan garam

2.      Eliminasi

BAB       :    Sebelum masuk Rumah Sakit BAB 2 x 1 hari dengan


konsistensi lembek. Sesudah masuk Rumah Sakit BAB 1 x 1
hari dengan konsistensi lembek

92
BAK      :    Sebelum masuk Rumah Sakit BAK 5-6 x sehari.Sesudah
masuk Rumah Sakit BAK 4-5 x sehari

3.      Pola Istirahat

Sebelum masuk Rumah Sakit pasien  tidur malam + 8 jam dan tidur


siang + 1-2 jam,Sesudah masuk Rumah Sakit tidur malam hanya + 2 jam
pada siang hari pasien tidak bisa tidur karena suasana yang tidak tenang,
kurang nyaman, sehingga klien tampak kusam dan pucat.

1. Pola aktivitas
Sebelum masuk rumah sakit pasien melakukan aktivitasnya sebagai ibu
rumah tangga, setelah sakit pasien tidak bisa melakukan segala
sesuatunya secara mandiri tanpa bantuan perawat dan keluarga.
2. Mekanisme koping
Apabila ada masalah pasien dalam mengambil keputusan pasien selalu
musyawarah dengan anggota keluarga baik dalam masalh kesehatan atau
lainya.
3. Pola personal hygiene
Sebelum masuk rumah sakit pasien mandi 2x sehari, gosok gigi 2x/hari,
cuci rambut 3x/minggu dan potong kuku 1x/minggu dan setelah sakit
pasien mandi 2x/hari, gosok gigi 2x/hari,cuci rambut 2x/minggu dan
potong kuku 1x/minggu.
4. Pola konsep diri
Klien merupakanorang yang tidak menutup diri, bukan termasuk orang
dengan deficiency confidence. Klien termasuk seseorangyang percaya diri
dan mengenali identitas dirinya dengan baik.
3.5. Therapy
a. Obat oral

93
- Frimadol tablet 3 x 1/hari\
- Merislon 2 mg tablet 2x 1/hari
- Divask tablet 2x1/hari
- Lancid 30 mg 2x 1/hari

b. Injeksi
- Remopain 30 mg 1 ampl/12 jam (drips)
- R.Sol 20 tts/menit
3.5. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1 Ds :Pasien mengeluh nyeri Peningkatan tekanan Gangguan rasa
pada bagian kepala dan vaskuler serebral nyaman
leher tegang.
DO:
TTV
TD : 180/110mmHg
HR : 84x/menit
RR : 20x/menit
Temp :370c
2 Ds :klien mengatakan Kelemahan fisik Intoleransi
kebutuhannya dipenuhi dan aktivitas
dibantu oleh keluarga.
Keluarga klien mengatakan
klien mandi dengan cara
dilap
Do :
 Klien tampak lemah
 ADL tampak dibantu
3.7. DIAGNOSA KEPERAWATAN

94
1) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan
tekanan vascular serebral ditandai dengan klien kesakitan, nyeri kepala
dan leher tegang.
2) Inteloransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen

95
3.8. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Rencana
Noc Nic
1 Gangguan rasa nyaman nyeri Tujuan :  Lakukan pengkajian nyeri
berhubungan dengan peningkatan  Pain Level: tingkat persepsi positif secara komprehensif termasuk
tekanan vascular serebral ditandai terhadap kemudahan fisik dan psikologi lokasi, karakteristik, durasi,
dengan klien kesakitan, nyeri  pain control (pengendalian nyeri): frekuensi, kualitas dan faktor
kepala dan leher tegang. tingkat individu untuk mengendlikan presipitasi
Defenisi : pengalaman sensori dan nyeri.  Observasi reaksi nonverbal
emosi yang tidak menyenangkan  comfort level ( tingkat nyeri): dari ketidaknyamanan
akibat adanya kerusakan yang keparahan nyeri yang dapat diamati dan  Bantu pasien dan keluarga
actual dan potensial dilaporkan untuk mencari dan menemukan
Batasan karakteristik : Setelah dilakukan tinfakan keperawatan dukungan
Ds : selama 3x24 jam Pasien tidak mengalami  Kontrol lingkungan yang
 Laporan secara verbal nyeri, dengan dapat mempengaruhi nyeri seperti
Do : kriteria hasil: suhu ruangan, pencahayaan dan
 Posisi untuk menahan  Mampu mengontrol nyeri (tahu kebisingan
nyeri penyebab nyeri, mampu menggunakan  Kurangi faktor presipitasi

96
 Tingkah laku berhati-hati tehnik nonfarmakologi nyeri
 Gangguan tidur (mata untuk mengurangi nyeri, mencari  Kaji tipe dan sumber nyeri
sayu, tampak capek, sulit atau bantuan) untuk menentukan intervensi
gerakan kacau)  Melaporkan bahwa nyeri berkurang  Ajarkan tentang teknik non
 Terfokus pada diri sendiri dengan menggunakan manajemen nyeri farmakologi: napas dala, relaksasi,

 Focus menyempit  Mampu mengenali nyeri (skala, distraksi, kompres hangat/ dingin

(persepsi waktu, kerusakan proses intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)  Berikan analgetik untuk

berpikir, penurunan interaksi  Menyatakan rasa nyaman setelah mengurangi nyeri:

dengan orang dan lingkungan). nyeri berkurang Frimadol tablet 3x 1/hari

 Tingkah laku ekspresif  Skala nyeri 0  Tingkatkan istirahat

(contoh : gelisah, merintih,  Tanda vital dalam rentang normal  Berikan informasi tentang
nyeri seperti penyebab nyeri,
menangis,)  Tidak mengalami gangguan tidur
berapa lama nyeri akan berkurang
 Perubahan dalam nafsu
dan antisipasi ketidaknyamanan
makan dan minum
dari prosedur
Factor yang berhubungan
 Monitor vital sign sebelum
Agens –agens nyebab cedera
dan sesudah pemberian analgesik
(misalnya,
pertama kali
biologis,kimia,fisik,dan psiologis)

97
2 Inteloransi aktivitas Tujuan  Observasi adanya pembatasan
berhubungan ketidakseimbangan  Self Care : ADLs klien dalam melakukan aktivitas
antara suplai dan kebutuhan  Toleransi aktivitas  Kaji adanya faktor yang
oksigen  Konservasi eneergi menyebabkan kelelahan
 Monitor nutrisi  dan sumber
Definisi :keterbatasan dalam Setelah dilakukan tindakan keperawatan energi yang adekuat
,penggerakan fisikmandiri dan selama3x 24 jam diharapkan Pasien  Monitor pasien akan adanya
terarahpada tubuh. bertoleransi terhadap aktivitas dengan kelelahan fisik dan emosi secara
Batasan karakteristik : Kriteria Hasil : berlebihan
DS:  Berpartisipasi dalam aktivitas fisik  Monitor respon kardivaskuler
 Melaporkan secara verbal tanpa disertai peningkatan tekanan darah, terhadap aktivitas
adanya kelelahan atau nadi dan RR (takikardi, disritmia, sesak nafas,
kelemahan.  Mampu melakukan aktivitas sehari diaporesis, pucat,
 Adanya dyspneu atau hari (ADLs) secara mandiri perubahan hemodinamik)
ketidaknyamanan saat  Monitor pola tidur dan lamanya
beraktivitas. tidur/istirahat pasien
DO :  Kolaborasikan dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik dalam

98
 Respon abnormal dari merencanakan
tekanan darah atau
nadi terhadap aktifitas
 Perubahan ECG : aritmia,
Factor yang berhubungan:
Nyeri pada abdomen,
Penurunan kekuatan,kendali
atau massa otot.

3.9. Catatan Perkembangan I

99
No Diagnose Waktu Implementasi Evaluasi
keperawatan

100
1 Dx 1 Tgl 23/7/20
Dinas pagi Terapy : R.Sol 20 tetes/ menit
08.00 WIB  Observasi keadaan pasien diruangan S: Pasien mengeluh nyeri
09.30 WIB  Memberikan Remopain 30 mg 1 ampl/12 kepala dan leher tegang
10.30 WIB jam (drips)
11.00 WIB  Pasien makan ekstra O: TD 150/90
 Observasi Vital Sign
TD : 150/90 A: Masalah belum teratasi
12.00 WIB RR : 20 x/menit
P : 82x/menit P: Intervensi dilanjutkan
T : 37.60C
 Pasien Makan Siang + Obat oral

Tgl 23/7/20 Terapy : R.Sol 20 tts/ menit

Dinas sore  Operan + Observasi Keadaan Umum S: Pasien mengeluh nyeri


14.00 WIB Pasien kepala dan leher tegang
 ekstra sore
O: TD 150/90

101
16.00 WIB  Pasien cek vital sign
TD : 150/100 A: Masalah belum teratasi
17.00 WIB RR : 20 x/menit
P : 82 x/menit P: Intervensi dilanjutkan
T : 370C

18.00 WIB  Pasien makan malam + obat oral


19.00 WIB  pasien istirahat
Tgl23/7/20 Terapy : R.Sol 20 tts/ menit
Dinas malam
21.00 WIB  Operan + Observasi Keadaan umum S: Pasien mengeluh nyeri
pasien kepala dan leher tegang
21.30 WIB  Memberikan Remopain 30 mg 1 ampl/12
jam (drips O: TD 150/90 mmHg
24.00 WIB  Pasien istirahat
 Pasien di lap + ganti laken A: Masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan
2 Dx 2 Tgl 23/7/20

102
Dinas pagi Terapy : R.Sol 20 tetes/ menit S : Klien mengatakan belum
08.00 WIB  Observasi keadaan pasien diruangan bisa beraktivitas
 Memberikan Remopain 30 mg 1 ampl/12 seperti biasanya
09.30 WIB jam (drips) O : Klien masih lemah.
10.30 WIB  Pasien makan ekstra Dan pusing
11.00 WIB  Observasi Vital Sign TTV :
TD : 150/90 TD : 150/90 mmHg
RR : 20 x/menit RR : 20x/menit
12.00 WIB P : 82x/menit P : 82x/menit
T : 37.60C T : 37 c
Tgl 23/7/20  Pasien Makan Siang + Obat oral A : Masalah belum teratasi
Dinas sore P : Rencana tindakan
14.00 WIB dilanjutkan

16.00 WIB  Operan + Observasi Keadaan Umum


Pasien S : Klien mengatakan belum
17.00 WIB  ekstra sore bisa beraktivitas
seperti biasanya

103
 Pasien cek vital sign O : Klien masih lemah.
TD : 150/100 Dan pusing
RR : 20 x/menit TTV :
18.00 WIB P : 82 x/menit TD : 140/90 mmHg
19.00 WIB T : 370C RR : 20x/menit
 Pasien makan malam + obat oral P : 82x/menit
 pasien istirahat T : 37 c
A : Masalah belum teratasi
P : Rencana tindakan
dilanjutkan

Tgl 23/7/20
Dinas malam S : Klien mengatakan belum
Terapy : R.Sol 20 tts/ menit bisa beraktivitas
21.00 WIB seperti biasanya
 Operan + Observasi Keadaan umum O : Klien masih lemah.
21.30 WIB pasien Dan pusing
 Memberikan Remopain 30 mg 1 ampl/12 TTV :

104
24.00 WIB jam (drips TD : 140/90 mmHg
 Pasien istirahat RR : 20x/menit
 Pasien di lap + ganti laken P : 82x/menit
T : 37 c
A : Masalah belum teratasi
P : Rencana tindakan
dilanjutkan
Catatan perkembangan II

No Diagnose Waktu Implementasi Evaluasi


1 Dx1 Tgl 24/7/20
Dinas pagi
Terapy : R.Sol 20 tetes/ menit
08.00 WIB  Observasi keadaan pasien S: Pasien mengeluh nyeri kepala dan
leher tegang masih ada
diruangan
09.30 WIB  Memberikan Remopain 30 mg 1 O: TD 140/90mmHg
ampl/12 jam (drips)
A: Masalah belum teratasi
10.30 WIB  Pasien makan ekstra
P: Intervensi dilanjutkan
11.00 WIB  Observasi Vital Sign

105
TD : 140/90
RR : 20 x/menit
P : 82x/menit
12.00 WIB T : 370C
 Pasien Makan Siang + Obat oral

Tgl 24/7/20
Dinas sore

Terapy : R.Sol 20 tts/ menit

14.00 WIB S : klien mengatakan rasa nyeri dibagian


 Operan + Observasi Keadaan
leher sudah berkurang, skala :4
Umum Pasien
16.00 WIB O: TD 140/90mmHg
 ekstra sore
A: Masalah teratasi sebagian
17.00 WIB
 Pasien cek vital sign
P: Intervensi dilanjutkan
TD : 130/90
RR : 20 x/menit
P : 82 x/menit
T : 370C
18.00 WIB  Pasien makan malam + obat oral

106
19.00 WIB  pasien istirahat

Catatan perkembangan III

No Diagnose Waktu Implementasi Evaluasi


1 Dx1 Tgl 25/7/20
Dinas pagi Terapy : R.Sol 20 tetes/ menit S: Pasien mengatakan rasa nyeri dan
08.00 WIB  Observasi keadaan pasien pusing sudah berkurang
09.30 WIB diruangan Skala: 2
 Memberikan Remopain 30 mg 1
O: TD 130/90
10.30 WIB ampl/12 jam (drips)
11.00 WIB  Pasien makan ekstra A: Masalah belum teratasi
 Observasi Vital Sign
P: Intervensi dilanjutkan
TD : 130/90
RR : 20 x/menit
12.00 WIB P : 82x/menit
T : 370C
 Pasien Makan Siang + Obat oral
Tgl 25/7/20
Dinas sore
S: Pasien mengatakan rasa nyeri dan
14.00 WIB
pusing sudah berkurang

107
Terapy : R.Sol 20 tts/ menit Skala: 2

O: TD 120/90 mmHg
16.00 WIB  Operan + Observasi Keadaan
Umum Pasien A: Masalah belum teratasi
17.00 WIB  ekstra sore
P: Intervensi dilanjutkan

 Pasien cek vital sign


TD : 130/90
RR : 20 x/menit
18.00 WIB P : 82 x/menit
T : 370C
19.00 WIB
 Pasien makan malam + obat oral

 pasien istirahat
Tgl 25/7/20

S : pasien mengatakan tidak pusing


Dinas malam
dan
21.00 WIB
Terapy : R.Sol 20 tts/ menit nyeri tidak ada

108
O :TD 120/80 mmHg
21.30 WIB  Operan + Observasi Keadaan A : Masalah terasi
umum pasien P : Intervensidipertahankan
24.00 WIB  Memberikan Remopain 30 mg 1
05.00 WIB ampl/12 jam (drips
 Pasien istirahat
06.00 WIB  Pasien di lap + ganti laken

 Observasi tanda – tanda vital


TD : 130/90

RR : 20 x/menit
P : 82 x/menit
T : 370C
 Pasien Sarapan + Obat Oral
 Pasien istirahat
2 Dx 2 Tgl 25/7/20 S : klien mengatakan sudah bisa
Dinas pagi Terapy : R.Sol 20 tetes/ beraktivitas seperti biasanya
menit O : klien masih lemah, dan pusing

109
08.00 WIB  Observasi keadaan pasien TD : 130/90 mmHg
09.30 WIB diruangan RR : 20x/menit
 Memberikan Remopain 30 mg 1 P :82x/menit
10.30 WIB ampl/12 jam (drips) T :370c
11.00 WIB  Pasien makan ekstra A :masalah teratasi
 Observasi Vital Sign P : rencana tindakan dipertahankan
TD : 130/90
RR : 20 x/menit
12.00 WIB P : 82x/menit
T : 370C
 Pasien Makan Siang + Obat oral

Tgl 25/7/20
Dinas sore Terapy : R.Sol 20 tts/ menit
14.00 WIB S : klien mengatakan sudah bisa
 Operan + Observasi Keadaan berkaktivitas
Umum Pasien
O : klien terlihat tidak lemas lagi.
16.00 WIB  ekstra sore
TD : 120/90
17.00 WIB  Pasien cek vital sign RR : 20 x/menit

110
TD : 120/90 P : 82x/menit
RR : 20 x/menit T : 370C
P : 82 x/menit A : masalah teratasi
18.1 WIB T : 370C
P : rencana tindakan dipertahankan
 Pasien makan malam + obat oral
19.00 WIB

 pasien istirahat
Tgl 25/7/20
Dinas malam
21.00 WIB
 Operan + Observasi Keadaan S : klien mengatakan sudah bisa
21.30 WIB umum pasien berkaktivitas seperti biasanya
 Memberikan Remopain 30 mg 1
O : klien terlihat segar dan tidak
24.00 WIB ampl/12 jam (drips
lemas lagi
05.00 WIB  Pasien istirahat
 Pasien di lap + ganti laken TD : 120/80
06.00 WIB RR : 20 x/menit
 Observasi tanda – tanda vital P : 82x/menit

111
TD : 130/90 T : 370C
RR : 20 x/menit A : masalah teratasi
P : 82 x/menit
P : rencana tindakan dipertahankan
T : 370C
 Pasien Sarapan + Obat Oral
 Pasien istirahat

112
BAB 4
PEMBAHASAN
Setelah penulis melaksanakan Praktik Belajar lapangan Komprehensif
managemen pelayanan dan asuhan keperawatan gangguan sistem kardiovaskuler
hipertensi pada Ny.A di ruangan RA1 rumah sakit umum HAM medan mulai
tanggal 19 juli s/d 22 juli 2020. Penulis akan membahas kesenjangan-
kesenjangan yang ditemui didalam manajemen ruangan dan manajemen kasus
asuhan keperawatan.
Hasil analisa situasional diruangan RA1, menunjukkkan bahwa jumlah

perawat yang ada sebanyak 25 orang dan 25 % (17 orang) Ahlimadya

Keperawatan, 17% (7 orang) S1 Keperawatan, 95% masih memerlukan untuk

melanjutkan ke pendidikan jenjang lebih tinggi, sertifikat/pelatihan belum semua

merata mengikuti sehingga membutuhkan pelatihan lebih banyak lagi untuk

meningkatkan mutu. Struktur organisasi perawat RA1 terdiri 1 karu, 3 kepala

shift, dan 15 perawat pelaksana dengan jumlah tempat tidur yang digunakan rata-

rata 25 buah/ hari.

Hasil analisa situasional diruangan RA1 ditemukan kurangnya sarana dan


prasaranan di ruangan seperti tidak adanya infus pump, syring pump dan adanya
beberapa sarana yang rusak dan kurang memadai seperti: alat tenun, wastafel,
bantal, tempat tidur, AC dan lainnya.
Matrial merupakan bagian penting dalam pelayanan, dapat membuat
ketidak puasaan pasien sebagai penerima asuhan keperawatan menuntut
ketersediaan alat-alat yang lengkap dan mengganggu pelayanan perawatan pada
pasien seperti intrumen untuk perawatan luka disediakan oleh ruangan operasi.
Di ruang RA1 hand over dilakukan setiap pergantian shift yang dipimpin
oleh kepala ruangan dan kepala shift hand over didahului dengan kepala shift
membacakan buku komunikasi yang berisi tentang setiap maslaah dan rencana
tindakan yang akan dilakukan, misalnya rencana tindakan pada pasien yang akan

113
dioperasi , anjurkan pemeriksaan laboratorium, sehingga dapat dilihat bahwa
pendokumentasian asuhan keperawatan timbang terima/ hand over di ruang
kutilang lebih mengutamakan diagnosa medis, dan didalam buku komunikasi
sudah sesuai dengan format. Selain itu di ruang RA1 bertanggung jawab pada
shift pagi dan sore dan malam adalah kepala shift yang cepat tanggap dan mampu
bertanggung jawab dalam pekerjaannya.
Berdasarkan data yang didapat , dengan kualifikasi pendidikan perawat di
ruangan kutilang yakni pendidikan perawat mayoritas D3 keperawatan sebanyak
17 orang dan S1 sebanyak 7 orang.
Sistem bugeting yang diatur langsung oleh rumah sakit. Sumber keuangan
RA1 diperoleh dan diatur oleh pihak rumah sakit pegawai Rumah Sakit HAM
Medan menerima klien BPJS.Hasil analisa situasional di ruangan RA1 tidak ada
tambahan pendapatan. Selain terima gaji setiap awal bulan untuk itu perlu pihak
RS meninjau kembali SDM para perrawat demi kesejahteraan para perawat dan
peningkatan mutu perawat.
Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan, yang penulis
temukan dalam praktek tentang kasus implementasi antara tinjauan teoritis dengan
tinjauan kasus diRumah Sakit Umum HAM Medan. Pada pembahasan ini penulis
akan menguraikan mulai dari tahap pengkajian sampai dengan evaluasi.
Pada tahap pengkajian dilakukan pendekatan umum untuk memperoleh
pengumpulan data yang meliputi aspek bio, psiko, spiritual. Pada tahap ini tidak
ditemukan kesulitan, karena klien dalam sadar dan mau bekerja sama sehingga
data dapat diperoleh dengan mudah.
Diagnosa Keperawatan :
Berdasarkan hasil pengumpulan data pada tahap pengkajian, maka
ditemukan 2 diagnosa keperawatan pada tinjauan kasus, sedangkan pada tinjauan
ditemukan 4 diagnosa keperawatan.
1 Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia miokard, hipertropi ventrikular
2 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak
seimbangan antara suplai dan kebutuhan O2

114
3 Gangguan rasa nyaman : nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan
peningkatan tenakan vaskuler serebral
4 Potensial perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung berhubungan
dengan gangguan sirkulasi

Sedangkan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada tinjaun kasus :


1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan
vascular serebral ditandai dengan klien kesakitan, nyeri kepala dan leher
tegang.

TD : 180/110 mmHg
P : 84x menit
RR : 22xmenit
Temp : 370C
2. Inteloransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
Intervensi
Merupakan lanjutan dari diagnosa keperawatan dalam rangka mengatasi
permasalahan yang timbul, penulis penyususn satu perencanaan tindakan
keperawatan agar asuhan keperawatan yang diberikan dapat dilaksanakan
lebih rasional dan benar-benar berkualitas sehingga kebutuhan pasien dapat
terpenuhi dengan optimal.
Implementasi
Pada dasarnya dalam tahap pelaksanaan penulis tetap mengacu pada
perencanaan dengan baik tanpa disusun sebelumnya dimana semua rencana
tindakan dapat dilaksanakana dengan baik tanpa adanya kesulitan atau
hambatan yang berarti. Hal ini dapat melaksanakan dengan baik berkat
adanya kerja sama yang baik antara penulis dengan pasien, keluarga pasien
dan tim medis juga tersedianya fasilitas yang memadai.
Evaluasi
Merupakan proses pencapaian tujuan yang baik antara penulis dengan
keluarga pasien, dokter dan perawat ruangan, sehingga hasil yang ditetapkan

115
dapat diamati dengan jelas, disamping itu pasien memberikan respon yang
positif terhadap tindakan keperawatan yang diberikan oleh perawat.

116
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1. Kesimpulan
Pelaksana kegiatan praktek manajemen di ruangan Kutilang RSU Herna
Medan dimulai pada tanggal 19 Juli s/d 22 Agustus 2020. Saya melakukan
pengkajian selama 3 hari mulai dari tanggal 23 s/d 25 juli 2020 kemudian data
diolah/ analisa dan merumuskan masalah dimana saya menemukan beberapa
masalah yang perlu diintervensi. Dari masalah –masalah tersebut saya sudah
melakukan intervensi yaitu :
1. Mempelajari format pengkajian sistem cheklist baik pemberian obat-
obatan dan askep dll. Yang sudah terdapat di ruang RA1, kemudian
melakukan sosialisasi format pengkajian tersebut dengan pasien di ruang
RA1.
2. Sistem pengelolaan manajemen ruangan sangat mendukung
keberhasilan asuhan keperawatan terhadap pasien baik penyembuhan
maupun peningkatan BOR RS, dan kesejahteraan perawat.
3. RA1 yang merupakan rawat inap untuk klien BPJS dan umum, BUMN,
yang memerlukan kemampuan keterampilan yang baik dari perawat.
Tercapainya asuhan keperawatan pada pasien memerlukan suatu sistem
pengelolaan manajemen ruangan yang baik mencakup fungsi
manajemen.
4. Di ruangan RA1 sistem manajemen keperawatan belum terlaksana
dengan baik, terlihat dari kurangnya tenaga keprawatan, sarana dan
prasarana yang kurang memadai dan sistem manajemen keperawatan
yang belum tertata dengan baik dan SDM yang belum memadai.
1.2. Saran
a. Pendekatan yang baik pada pasien hendaknya dilakukan oleh semua tim
kesehatan terutama perawatan sehari-hari, hubungan yang dekat pasien
agar pasien merasa diperhatikan
b. Didalam proses keperawatan perlu adanya motivasi atau bimbingan dan
perawat, berharap px agar keperawatan berjalan efektif dengan

117
menggunakan tujuan pelaksanaan dari tindakan yang dibuat seperti hasil
dari tujuan yang diberikan dengan bahasa yang sederhana dan mudah
dimengerti
c.  Catatan perawatan di dokumentasikan dengan menggunakan
implementasi dan tindakan tersebut
d. Perlu adanya peningkatan kerjasama yang baik antara perawat dan
keluarga pasien, tim medis dalam proses keperawatan.

118
DAFTAR PUSTAKA

Batticaca, Fransisca B. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan


Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Brunner and Suddarth, 2014. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 3
Volume 8 . EGC ; Jakarta.

Carpenito, 2013. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 3. EGC ; Jakarta

Carpetino, 2011. Diagnosa Keperawatan. Jakarta. Penerbit Kedokteran ECG


Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi
10.  Jakarta: EGC.

Corwin, Elizabeth J. (2009).Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

Dewanto, et al. (2009). Panduan Praktis Diagnosis & Tata Laksana Penyakit
Saraf. Jakarta:EGC

Doenges, 2015. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan


dan Pendokumentasian Perawat Pasien, Edisi 3. EGC : Jakarta.

Gillies, 2015. Manajemen Keperawatan (Suatu Pendekatan Sistem). Jakarta,


Salemba Medika.

Hidayat, 2013. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta. Salemba


Medika.

Judith, 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC, Edisi 7. EGC; Jakarta.

Manjoer, 2013.Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2. Media Aesculapius ; Jakarta.

Muninjaya, 2015. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta. Penerbit


Kedokteran ECG.

Muttaqin, Arif, 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan


Gangguan Sistem Persarafan, Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam, 2015. Manjemen Keperawatan (Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Profesional. Jakarta. Salemba Medika.

119
Nanda (2015) Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnose Medis
dan Nanda, Jilid 1. Media action

Perry & Potter, 2013. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
dan Praktik. EGC; Jakarta.

Suarli, 2012. Manjemen Keperawatan (Aplikasi MPKP di Rumah Sakit).


Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGC

Swanburg, 2013. Pengembangan Staf Keperawatan. Jakarta. Penerbit


Kedokteran. ECG

Smeltzer, 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2. Penerbit


Buku Kedokteran, EGC ; Jakarta.

Price S.A. and Wilson L.M., 2012, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit, Edisi 6, Buku II, Jakarta: EGC.

Urwick, 2010. Pola Manajemen. Jakarta. Djaja Sakti

120
121

Anda mungkin juga menyukai