Dosen pembimbing:
Ns. Hesti Prawita Widiastuti, SST ., M. Kes
Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmatNya kelompok dapat menyelesaikan tugas Keperawatan Gawat Darurat tentang “
Manajemen Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Kegawatdaruratan THT” dalam bentuk
makalah. Kelompok mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. Andi Lis Arrning Gandiri,
M.Kep, selaku dosen pembimbing karena adanya tugas ini dapat menambah wawasan
kelompok.
Dalam penulisan makalah ini kelompok merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kelompok harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini agar dapat bermanfaat bagi semua pihak di masa yang akan datang.
Kelompok 10
i
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
Masalah medis pada telinga hidung dan tenggorokan, disebabkan oleh berbagai
3
kondisi yaitu infeksi, masuknya benda asing, dan kejadian trombotik atau embolik.
Terlepas dari keluhan utama pasien, prioritas utama untuk pasien ini adalah pengkajian
dan pengelolaan jalan napas (airway), pernapasan (breathing), dan sirkulasi (circulation).
Fokus pada pembahasan ini adalah mengenai kegawatdaruratan medis berkaitan dengan
THT
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
1.4 Manfaat
Agar menjadi bahan Refrensi Tambahan bagi para pembacanya dan menambah
Khasanah Ilmu Pengetahuan Kesehatan, Terutama pada kasus Kegawat daruratan THT.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.1 Definisi
Serumen diproduksi di telinga bagian luar untuk menjaga kelembaban serta
sebagai perangkap kotoran dan mikroorganisme. Serumen secara normal bergerak ke
arah saluran telinga yang terbuka, dimana serumen dapat keluar. Serumen yang
berlebihan atau penyempitan anatomi dari saluran eksternal dapat menyebabkan
impaksi serumen. Impaksi juga dapat terjadi jika alat pembersih kotoran telinga
4
mendorong serumen jauh ke dalam saluran telinga bagian dalam, sehingga serumen
dapat menutupi membran timpani.
c. Kehilangan pendengaran.
e. Pusing
2.1.3 Etiologi
a. Adanya Impaksi serumen ada beberapa factor antara lain :
2.1.4 Patofisiologi
Dermatitis merupakan penyakit kulit yant terjadi pada kulit lapisan dermis.
Dermatitis yang terjadi pada telinga menyebabkan serumen tidak dapat dikeluarkan
karena adanyakrusakan kulit, akibatnya serumen terjadi penumpukan. Kadang -
kadang pada kanalis dapat terjadi impaksi, yang dapat menyebabkan otalgia, rasa
penuh dalam telinga dan atau kehilangan pendengaran. Penumpukan serumen
terutama bermakna pada populasi geriatrik sebagai penyebab defisit pendengaran.
usahamembersihkan kanalis auditorius dengan batang korek api, jepit rambut, atau
alat lain bisa berbahaya karena trauma terhadap kulit bisa menyebabkan infeksi.
5
Anak-anak seringmemasukkan benda-benda kecil ke dalam saluran telinganya,
terutama manik-manik, penghapus karet atau kacang-kacangan.
b. Irigasi telinga dengan air hangat, apabila membran timpani tidak ruptur.
6
Inpaksi Serumen
(penumpukan
serumen)
2.2.1 Definisi
Benda asing seperti manik-manik, kacang, mainan kecil, dan serangga kecil yang
masih hidup, paling sering dijumpai pada telinga pasien anak. Perdarahan dan
rupturnya membran timpai dapat terjadi apabila pasien mencoba untuk
mengeluarkan benda asing tersebut. Serangga hidup yang terperangkap di telinga
dapat menyebabkan distres pada pasien ketika serangga tersebut bergerak dan
menimbulkan dengungandi dalam saluran telinga. Gerakan serangga juga dapat
menyebabkan rupturnya membran timpani.
2) Pasien anak mungkin mengeluhkan nyeri pada telinga, adanya discharge, dan
bau busuk dari telinga.
7
2.2.3 Intervensi Terapeutik
1) Serangga hidup harus dibunuh terlebih dahulu sebelum dikeluarkan dengan
meneteskan lidocaine atau mineral oil ke dalam liang telinga.
3) Irigasi telinga harus dihindari apabila benda asing yang masuk ke dalam
telinga merupakan bahan organik di alam, karena akan menyerap cairan dan
menjadi lebih sulit untuk dikeluarkan.
Teknik ekstraksi
Anastesia umum
8
2.3 Benda Asing di dalam Hidung
2.3.1 Definisi
Benda asing di dalam hidung paling sering terjadi pada populasi anak. Perhatian
utama terhadap benda asing di dalam hidung adalah potensi terhadap terjadinya
aspirasi.
3) Epistaksis berulang
4) Demam
2) Anjurkan pasien untuk menekan lubang hidung yang tidak terkena dan
hembuskan udara melalui hidung dengan kuat. Ini menciptakan tekanan positif
dan merupakan teknik non invasif.
3) Metode yang lebih invasif untuk mengeluarkan benda asing di dalam hidung,
meliputi:
c) Suction
6) Edukasi keluarga mengenai bahaya benda atau mainan kecil untuk anak-anak.
Ekstraksi Antibiotik/oral
Air tembakau
(tunggu 5 menit hinga lintah
terlepas)
2.4.1 Definisi
Faringitis akut dan tonsilitis merupakan penyakit umum yang disebabkan virus
atau bakteri yang menyebabkan radang orofaring. Bakteri yang biasanya
menyebabkan penyakit ini adalah kelompok A beta-hemolitik Streptococcus
(GABHS), Mycoplasma, dan Chlamydia. Penyebab virus adalah virus Epstein-
Barr, yang juga merupakan penyebab utama mononucleosis.
3) Disfagia
4) Bau mulut
5) Sakit kepala
6) Nyeri telinga
10
untuk menghabiskan obat antibiotik yang diresepkan.
Faringitis
Kortikosteroid Obat
(deksametason Kumur/tablet
8 – 16 mg) isap
Analgetika
Kumur air
hangat/antiseptik
11
Algoritma Penanganan Pada Tonsilitis
Alur Penatalaksanaan Tonsilitis
2.5.1 Definisi
Abses peritonsillar merupakan kumpulan materi purulen yang terjadi di sekitar
tonsil (amandel) yang dapat menyebabkan infeksi jaringan dalam. Abses ini sering
menyertai faringitis atau tonsilitis, infeksi ini harus didiagnosis secara cepat dan
dini untuk menghindari komplikasi, khususnya yang berkaitan dengan patensi
jalan napas.
2) Drooling (jatuhnya saliva yang tidak terkendali dari mulut) dan disfagia
3) Demam
4) Bau mulut
8) Limfadenitis cervical
10) Trismus (spasme) sebagai akibat dari rasa sakit dan peradangan
7) Siapkan untuk drainase abses, bisa dngan needle aspiration atau insisi dan
drainase.
13
Algoritma Penanganan Pada Kasus Abses Peritonsillar
Alur Penatalaksanaan Abses Peritonsillar
Abses Peritonsillar
Medikamentosa Pembedahan
14
BAB III
( BENDA ASING )
b) Tersumbat
c) Pendengaran terganggu
3.1.2 Penatalaksnaan
Usaha pengeluaran harus dilakukan dengan hati- hati biasanya dijepit dengan pinset
dan ditarik kelaur bila pasien tidak kooperatif dan beresiko merusak gending telinga
atau setruktur struktur telinga tengah maka sebaiknya dilakukan anestesi sebelum
dilakukan penatalaksanaan binatangdiliang telinga harus dimatikan terlebih dahulu
dengan meneteskan pantokain , silokain atau minyak
3.1.3 Pengkajian :
Danger : Tidak bahaya
Respon : Masih berespon
Airway : Tidak Tersumbat
Breating : Tidak mengalami gangguan
b) Rasa nyeri.
c) Demam
15
d) Epistaksis
e) Bersih
f) Edemo
2) Benda asing bulat dan licin , digunakan pengait yang ujungnya tumpul.
3) Pemberian anti biotik sistemik selama 5-7 hari hanya bila ada infeksi hidung
dan sinus.
3.2.3 Pengkajian
3.3.2 Pengkajian
Danger : Bahaya
16
Respon : Masih ada berespon , biasanya psien memegang lehernya karena merasa
tercekik
Airwoy : Jalan nafas Tersumbat karena ada benda asing ditenggorokan apabila partial
kemungkinan bisa bernafas tapi terasa sesak. Gila sumbatan total biasnya pasien tidak
dapat bernadfas dan ekspresinya dengan memegang lehernya
Breating : Susah bernafas
Circubitien : Terganggu
3.3.3 Penatalaksanaan umum kedaruratan pada Obstruksi jalan nafas ( benda asing)
a) Dengan lembut goncang korban dan berteriak “ apakah kamu baik – baik saja?”
untuk mencegah kemungkinan cidera karena usaha resusitasi pada seseorang yang
bener-bener tidak sadara
b) Tempatkan pasien dalam posisi terlentang, pada tempat yang datar, jika pasien
dibaringakn dengan wajah dibawah, baik tubuh sehinggah kepala , bahu dan tubu
dapat bergerak
• Tmpatakan satu tangan pada dahi korban dan beri tekanan kuat kebelakang
dengan telaapak tangan untuk menengadahkan bagian belakang kepala.
• Tempatkan jari ditangan yang lain dibawa bagian tulang rahang bawah
deket dagu dan tengadahkan bawa dagu kedepan dan gigi hamper
mangatup supaya menyokong rahang dan membantu mengadahkan bagian
belakang kapala
17
batuk.
b) teruskan mendukung korban untuk tetap batuk sepontan dan uasha nafas selama
pertukaran gas terlihat baik .
c) Jika menunjukan kelemahan , batuk , tidak efektif terdengar nada tinggi saat
menghembuskan nafas , meningkatakan kesulitan saat bernafas dan mungkin
sianosis , pasien ditangani seperti jika mengalami Obstruksi lengkap
18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Masalah medis pada telinga, hidung dan tenggorokan disebabkan oleh berbagai
kondisi yaitu infeksi, masuknya benda asing, dan kejadian trombotik atau embolik.
Terlepas dari keluhan utama pasien, prioritas utama untuk pasien ini adalah pengkajian
dan pengelolaan jalan napas (airway), pernapasan (breathing), dan sirkulasi (circulation).
Fokus pada pembahasan ini adalah mengenai kegawatdaruratan medis berkaitan dengan
THT
4.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya mahasiswa keperawatan
dapat memperoleh ilmu yang lebih tentang “Asuhan Keperawatan Gawat Darurat pada
THT”. Semoga makalah ini dapat dijadikan sumber literatur yang layak digunakan untuk
mahasiswa.
19
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/4781084/ASUHAN_KEPERAWATAN_KLIEN_D
ENGAN_EPI STAKSIS (Diakses pada 15 April 2020)
Ballenger JJ. Penyakit telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher. Alih
bahasa: Staf pengajar FKUIRSCM. 13rd ed. Jakarta: Binarupa Aksara,
1997:105-9.