STUDI KASUS
OLEH:
Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada saya.
Shalawat serta salam tidak lupa penulis panjatkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat. Syukur atas limpahan cinta
Apoteker ini tidak akan terwujud dan berjalan lancar tanpa bantuan, dukungan,
bimbingan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini
Lubuk Pakam.
3. dr. Hanif Fahri, MM.M.Ked (KJ), Sp.K selaku direktur Rumah Sakit Umum
4. apt. Romauli Anna Teresia Marbun S.Farm, M.Si selaku Dekan Fakultas
5. apt. Ahmad Syukur Hasibuan S.Farm, M.Farm selaku Ketua Program Studi
i
7. Seluruh staff dosen di lingkungan Institut Kesehatan MEDISTRA Lubuk
pendidikan
Serdang Lubuk Pakam yang telah banyak membantu proses Praktek Kerja
Profesi Apoteker
Semoga Allah SWT membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis berharap kritik dan saran atas
kekurangan dan keterbatasan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini. Semoga
hasil laporan ini bermanfaat untuk banyak pihak dan perkembangan ilmu
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR........................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 4
1.3 Tujuan........................................................................................ 4
1.4 Manfaat...................................................................................... 4
iii
3.7.2 Hasil Pemeriksaan Kadar Gula Darah................................ 28
3.8 Daftar Pemberian Obat............................................................... 29
3.9 Obat PBJ ( Pasien Berobat Jalan ).............................................. 29
3.10 Rasionalitas Obat..................................................................... 30
3.11 Pemantauan Terapi Obat Pasien Hari Ke-1............................. 30
3.11.1 TEPAT PASIEN............................................................... 30
3.11.2 TEPAT INDIKASI........................................................... 31
3.11.3 TEPAT OBAT.................................................................. 31
3.11.4 TEPAT DOSIS................................................................. 32
3.11.5 WASPADA EFEK SAMPING........................................ 32
3.11.6 Konseling, Informasi dan Edukasi Pasien........................ 33
3.12 Pemantauan Terapi Obat Pasien Hari Ke-2............................. 33
3.12.1 TEPAT PASIEN............................................................... 34
3.12.2 TEPAT INDIKASI........................................................... 34
3.12.3 TEPAT OBAT.................................................................. 35
3.12.4 TEPAT DOSIS................................................................. 35
3.12.5 WASPADA EFEK SAMPING........................................ 36
3.12.6 Konseling, Informasi dan Edukasi Pasien........................ 37
3.13 Pemantauan Terapi Obat Pasien Hari Ke-3............................. 37
3.13.1 TEPAT PASIEN............................................................... 38
3.13.2 TEPAT INDIKASI........................................................... 38
3.13.3 TEPAT OBAT.................................................................. 39
3.13.4 TEPAT DOSIS................................................................. 39
3.13.5 WASPADA EFEK SAMPING........................................ 40
3.13.6 Konseling, Informasi dan Edukasi Pasien........................ 41
3.14 Pemantauan Terapi Obat Pasien Hari Ke-4............................. 42
3.14.1 TEPAT PASIEN............................................................... 42
3.14.2 TEPAT INDIKASI........................................................... 43
3.14.3 TEPAT OBAT.................................................................. 44
3.14.4 TEPAT DOSIS................................................................. 45
3.14.5 WASPADA EFEK SAMPING........................................ 46
3.14.6 Konseling, Informasi dan Edukasi Pasien........................ 47
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 50
iv
BAB I
PENDAHULUAN
semakin meningkat setiap tahunnya dan diprediksi pada tahun 2025 diseluruh
dunia akan ada sebanyak 366 juta orang menderita DM. Indonesia menghadapi
jumlah penduduk lanjut usia yang semakin meningkat dan diikuti oleh
adanya peningkatan jumlah penyandang diabetes yang cukup besar untuk tahun-
signifikan pada sepuluh tahun belakangan ini dan merupakan penyebab kematian
menyatakan jumlah pasien diabetes diseluruh dunia hingga tahun 2013 mencapai
382 juta orang dan diprediksi akan terus meningkat sebesar 55% hingga tahun
diabetes seringkali tidak terdeteksi dan mulai terjadinya diabetes adalah tujuh
1
Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit yang disebabkan oleh gangguan
metabolisme yang terjadi pada organ pankreas yang ditandai dengan peningkatan
gula darah atau sering disebut dengan kondisi hiperglikemia yang disebabkan
paling sering terjadi di masyarakat adalah DM tipe dua. Kasus pada tahun 2013,
yang tampak seperti mudah lapar, haus dan sering buang air kecil. Gejala tersebut
DM terbagi menjadi faktor yang berisiko tetapi dapat dirubah oleh manusia,
dalam hal ini dapat berupa pola makan, pola kebiasaan sehari-hari seperti makan,
pola istirahat, pola aktifitas dan pengelolaan stres. Faktor yang kedua adalah
faktor yang berisiko tetapi tidak dapat dirubah seperti usia, jenis kelamin serta
Komplikasi fisik yang timbul berupa, kerusakan mata, kerusakan ginjal, penyakit
2021).
2
salah satu usaha pencegahan yang terbaik terhadap kemungkinan berkembangnya
beberapa organ tubuh terutama mata, ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh darah.
Hal ini akan berdampak terhadap kualitas hidup pasien diabetes (Simamora,
2018).
(Simamora, 2018).
Berdasarkan studi kasus diruangan Mawar Atas Rumah Sakit Umum Daerah
Bronchitis.
3
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan kadar gula darah pada pasien rawat inap DM Tipe
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
informasi yang bermanfaat mengenai penyakit DM Tipe 2 pada pasien rawat inap
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pasien, maka perlu ditentukan prioritas pasien yang akan dipantau. Seleksi dapat
dilakukan berdasarkan:
A. Kondisi Pasien
menerima polifarmasi
B. Obat
1. Jenis Obat
(Contoh: OAT)
5
- Obat yang sering menimbulkan ROTD (Contoh: Mtoklopramid,
OAINS)
2. Kompleksitas Regimen
- Polifarmasi
Data dasar pasien merupakan komponen penting dalam proses PTO. Data
A. Rekam Medik
diperoleh dari rekam medik, antara lain: data demografi pasien, keluhan utama,
Profil pengobatan pasien di rumah sakit dapat diperoleh dari catatan pemberian
obat oleh perawat dan kartu/formulir penggunaan obat oleh tenaga farmasi. Profil
6
tersebut mencakup data penggunaan obat rutin, obat p.r.n (obat jika perlu), obat
Semua data yang sudah diterima, dikumpulkan dan kemudian dikaji. Data
yang berhubungan PTO diringkas dan diorganisasikan kedalam suatu format yang
sesuai.sering kali data yang diperoleh dari rekam medis dan perofil pengobatan
pasien belum cukup untuk melakukan PTO. Oleh karena itu, perlu dilengkapi
dengan data yang diperoleh dari wawancara pasien, anggota keluarga dan tenaga
kesehatan lain.
masalah terkait obat atau DPRs (Drug Related Problems). Masalah terkait obat
(bukan merupakan pilihan pertama, obat yang tidak cost effective, kontra
indikasi).
7
6. Reaksi Obat yang Tidak Diketahui (ROTD)
7. Interaksi obat
Apoteker perlu membuat prioritas masalah sesuai dengan kondisi pasien, dan
yang berkaitan dengan terapi obat. Sebagai contoh pasien yang menerima obat
kanker harus di pantau lebih sering dan berkala dibanding pasien yang menerima
aspirin. Pasien dengan kondisi relatif stabil tidak memerlukan pemantauan yang
sering.
Data pasien yang lengkap mutlak di butuhkan dalam PTO, tetapi pada
kenyataannya data penting terukur sering tidak ditemukan sehingga PTO tidak
8
subyektif sebagai dasar PTO. Jika parameter pemantauan tidak dapat digantikan
sasaran terapi yang telah ditetapkan. Apabila hal tersebut tidak tercapai, maka
kondisi pasien, perubahan terapi pasien, dan gagal terapi. Salah satu metode
S: Subjective
Data subjektif adalah gejala yang dikeluhkan pasien. Contoh: pusing, mual,
O: Objective
Data objektif adalah tanda/gejala yang terukur oleh tenaga kesehatan. Tanda-
tanda objektif mencakup tanda vital (tekanan darah, suhu tubuh, denyut nadi,
A: Assessment
P: Planning
9
memodifikasi dosis atau interval pemberian, merubah rute pemberian,
Hasil identifikasi masalah terkait obat dan rekomendasi yang telah dibuat
tujuan terapi. Informasi dari dokter tentang kondisi pasien yang menyeluruh
diperlukan untuk menetapkan target terapi yang optimal. Komunikasi yang efektif
ketidakpatuhan pasien dan kurangnya informasi obat. Sebagai tindak lanjut pasien
10
2.6 Diabetes Mellitus Tipe 2
dihubungkan dengan kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau
sekresi insulin. Gejala yang biasa dikeluhkan pada penderita Diabetes Melitus
menurunkan kejadian dan keparahan dari Diabetes Melitus tipe 2 maka dilakukan
pencegahan seperti modifikasi gaya hidup dan pengobatan seperti obat oral
namun karena sel sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin
insulin banyak terjadi akibat dari obesitas dan kurang nya aktivitas fisik serta
penuaan. Pada penderita diabetes melitus tipe 2 dapat juga terjadi produksi
insulin pada penderita diabetes melitus tipe 2 hanya bersifat relatif dan tidak
absolut.
11
insulin,sehingga akhirnya penderita memerlukan insulin eksogen. Pada penderita
diabetes melitus tipe 2 memang umumnya ditemukan kedua faktor tersebut, yaitu
Komplikasi fisik yang timbul berupa, kerusakan mata, kerusakan ginjal, penyakit
Penyandang DM Memiliki risiko terkena penyakit jantung dua kali dari pada
orang yang non DM. Penyebab mortalitas dan morbiditas pada pasien DM tipe II
adalah penyakit jantung koroner (PJK) dimana penderitanya dua kali lebih
dimana puasa adalah kondisi tidak ada asupan kalori minimal 8 jam, atau
pemeriksaan glukosa plasma ≥ 200 mg/dl yaitu 2 jam setelah test toleransi
glukosa oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram, atau pemeriksaan glukosa
gestasional.
12
2.6.2 Prevalensi Diabetes Melitus Tipe 2
Kejadian DM Tipe 2 pada wanita lebih tinggi daripada laki-laki. Wanita lebih
peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar. Hasil Riset Kesehatan Dasar
57%, pada tahun 2012 angka kejadian diabetes melitus didunia adalah sebanyak
371 juta jiwa, dimana proporsi kejadiandiabetes melitus tipe 2 adalah 95% dari
Gejala diabetes melitus dibedakan menjadi akut dan kronik. Gejala akut
namu berat badan turun dengan cepat (5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah
lelah. Gejala kronik diabetes melitus yaitu : Kesemutan, kulit terasa panas atau
seperti tertusuk tusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram, kelelahan, mudah
mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah dan mudah lepas,
kemampuan seksual menurun bahkan pada pria bisa terjadi impotensi, pada ibu
hamil sering terjadi keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau dengan
2.6.4 Patogenesis
insulin secara relatif maupun absolut. Defisiensi insulin dapat terjadi melalui 3
jalan, yaitu:
13
a. Rusaknya sel-sel B pankreas karena pengaruh dari luar (virus,zat kimia,dll)
2.6.5 Diagnosis
Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu
>200 mg/dl, glukosa darah puasa >126 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan
pada hari yang lain atau Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) yang abnormal.
Jangka pendek : Hilangnya keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa nyaman
14
tekanan darah, berat badan dan profil lipid,melalui pengelolaan pasien secara
1. Diet
anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai
Dianjurkan latihan secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih 30
3. Pendidikan Kesehatan
Jika pasien telah melakukan pengaturan makan dan latihan fisik tetapi tidak
15
2.6.7 Obat – Obat Diabetes Melitus
a. Antidiabetik oral
yang gagal dikendalikan dengan pengaturan asupan energi dan karbohidrat serta
olah raga. Obat golongan ini ditambahkan bila setelah 4-8 minggu upaya diet dan
olah raga dilakukan, kadar gula darah tetap di atas 200 mg% dan HbA1c di atas
8%. Jadi obat ini bukan menggantikan upaya diet, melainkan membantunya.
Pemilihan obat antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi
satu jenis obat atau kombinasi. Pemilihan dan penentuan regimen antidiabetik oral
komplikasi yang ada. Dalam hal ini obat hipoglikemik oral adalah termasuk
16
Penggolongan Obat Diabetik Oral
b. Insulin
Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 pada manusia.
Insulin mengandung 51 asam amino yang tersusun dalam dua rantai yang
rantai tersebut. Untuk pasien yang tidak terkontrol dengan diet atau pemberian
hipoglikemik oral, kombinasi insulin dan obat-obat lain bisa sangat efektif. Insulin
17
kebutuhan. Insulin merupakan hormon yang mempengaruhi metabolisme
karbohidrat maupun metabolisme protein dan lemak. Fungsi insulin antara lain
glikogen dalam hati dan otot serta mencegah penguraian glikogen, menstimulasi
2.7 Bronkitis
virus (RSV), virus influenza, virus parainfluenza, dan coxsakie virus (Mutaqqin,
memiliki gambaran histologi yang berupa hipertrofi kelenjar mukosa bronkial dan
Bronkitis kronis adalah suatu keadaan dimana terjadinya batuk produktif yang
berlangsung 3 bulan dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut (Smeltzer &
Bare, 2007). Peradangan atau kelainan yang terjadi pada bronkus yang sifatnya
menahun (berlangsung lama) dan disebabkan oleh berbagai faktor dari luar
18
2.7.2 Etiologi Bronkitis Kronis
a. Infeksi
Bronkitis terjadi proses infeksi yang dapat disebabkan oleh virus, bakteri
coxsackle virus. Selain virus penyebab bronkitis lainnya yang dpat menyebabkan
haemophylus influenza. Selain itu bronkitis juga dapat disebabkan oleh parasit
b. Alergi
c. Ransangan dari luar, misalnya : asap prabrik, asap mobil, asap rokok, dll.
2) Infeksi sinus paranasalis dan rongga mulut, area infeksi merupakan sumber
fungsi dinding bonkhus sehingga infeksi bakteri mudah terjadi (Somantri, 2007).
19
2.7.3 Patofisiologi Bronkitis Kronis
Bronkitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada pada pasien dan
Terjadinya peningkatan prduksi mukus ini dikarenakan adanya virus dan bakteri
yang memasuki porte d’entree mulut dan hidung “dropplet infection” yang
inflamasi sehingga lebih banyak lendir yang dihasilkan (Smeltzer & Bare, 2001).
mengakibatkan batuk yang khas dan sputum purulen dengan jumlah yang banyak
namun lambat laun akan memengaruhi seluruh napas (Somantri, 2007). Mukus
yang kental dan pembesaran bronkhus akan mengobstruksi jalan napas terutama
memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru, dan meningkatkan kualiti hidup
20
penderita. Penatalaksanaan secara umum meliputi: Edukasi, Obat-obatan, Terapi
dan quinolon pada pasien yang mengalami eksaserbasi akut terbukti mempercepat
penyembuhan dan membantu mempercepat kenaikan peak flow rate. Infeksi yang
lambung, usus halus dan usus besar dengan berbagai kondisi patologis dari
dengan keadaan klinis yang berupa mual, muntah, rasa sakit dan kram pada
21
2.8.2 Klasifikasi Gastroenteritis
peningkatan frekuensi pengeluaran feses (lebih dari tiga kali dalam 24 jam),
dengan atau tanpa muntah ataupun demam. GE akut terjadi kurang dari 14 hari.
usus halus. Hal tersebut dapat mengakibatkan terjadinya iritasi pada sel mukosa
intestinal serta peningkatan sekresi cairan elektrolit. Selain itu terdapat penurunan
elektrolit. Hal ini disebabkan oleh adanya kerusakan sel mukosa intestinal yang
(Ngastiyah, 2005):
1. Gangguan osmotik
Peningkatan tekanan osmotik diakibatkan oleh adanya zat yang terserap oleh
elektrolit dan air yang berlebih. Hal inilah yang menyebabkan adanya rangsangan
dari usus untuk mengeluarkan elektrolit dan air tersebut secara berlebih sehingga
terjadi gastroenteritis.
22
2. Gangguan Sekresi
Peningkatan sekresi elektrolit dan air di dalam rongga usus diakibatkan oleh
adanya rangsangan toksin bakteri. Peningkatan sekresi elektrolit dan alir yang
terjadinya gastroenteritis.
tertahannya bakteri yang lebih lama dan berkembang biak sehingga dapat
muntah dan diare merupakan manifestasi klinis yang sangat sering dijumpai pada
penderita gastroenteritis. Selain itu, terdapat tanda dehidrasi yang muncul pada
2.9 Hipotensi
lebih rendah jika dibandingkan dengan tekanan darah normal (normal 120/80
memiliki nilai tekanan darah (tensi) berkisar 110/90 mmHg, bahkan 100/80
23
kondisi itu terus berlanjut, didukung dengan beberapa faktor yang memicu
menurunnya tekanan darah yang signifikan, maka tekanan darah akan mencapai
ortostatik adalah penurunan tekanan darah tiba-tiba saat mengubah posisi dengan
cepat dari berbaring menjadi duduk. Gejala yang timbul salah satunya yaitu
24
BAB III
Pasien masuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang melalui Instalasi
Gawat Darurat (IGD) pada tanggal 27 Maret 2021 pukul 10.00 WIB, dengan
keluhan utama lemas, mual, muntah, diare (frekuensi 5 kali sehari), pusing. Pasien
ke ruangan Mawar Atas K7 B1 (Kelas III) pada pukul 12.10 WIB. Selama masa
untuk melihat apakah penggunaan obat untuk terapi pasien diberikan secara
obat, tepat dosis, and waspada efek samping obat. Pemantauan terapi obat
dilakukan setiap hari dan pengamatan sesuai dengan obat yang diberikan.
Nama : Ny. R
Nomor RM : 307256
Agama : Islam
25
3.2 Diagnosa
Pasien masuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang melalui Instalasi
Gawat Darurat (IGD) pada tanggal 27 Maret 2021 pukul 10.00 WIB, dengan
keluhan utama lemas, mual, muntah, diare (frekuensi 5 kali sehari), pusing. Pasien
B1 (Kelas III).
Nadi: 88x / menit, Frekuensi Napas: 24x / menit, Suhu Tubuh: 36,9 °C.
Riwayat penyakit keluarga tidak dijelaskan didalam status pasien, dan setelah
melakukan wawancara dengan pasien dan keluarga pasien bahwa keluarga pasien
sebelumnya.
26
3.7 Data Pemeriksaan Fisik
Tanggal
Tubuh Napas
27-03-21 84/43 mmHg 36,9°C 88x / menit 24x / menit
Darah Rutin:
Hemoglobin L 11.46 g/dl 11.7-15.5
Hematokrit L 33.8 vol % 35-47
Eritrosit L 3.74 10^6/µl 3.8-5.2
Leukosit H 11.23 10³/µl 3.6-11.0
Trombosit 308.7 10³/µl 150-440
Index Eritrosit:
MCV 90.3 fL 80-100
MCH 30.6 pg 26-34
MCHC 33.9 g/dl 32-36
RDW H 15.7 % 11.5-14.5
MPV 8.7 fL 7.0-11.0
27
Nama Test Flag Hasil Satuan Nilai Rujukan
(27 Maret 2021)
Kimia Klinik
Ureum H 91 mg/dL 20-40
Creatinin H 2.1 mg/dL 0.45-0.75
Asam Urat H 10.7 mg/dL 2.5-6.0
Kimia Klinik
Ureum H 62 mg/dL 20-40
Creatinin H 1.7 mg/dL 0.45-0.75
Asam Urat H 9.1 mg/dL 2.5-6.0
Sediaan Diberikan
27 Maret 2021 Ranitidine Injeksi 1 amp 50 mg/ 2 ml
Ondansetron Injeksi 1 amp 4 mg/ 2 ml
Lantus Insulin Pen 0-0-10 unit
Inf. RL Infus 30 gtt/i 500 ml
28
Galvus Tablet 1x1 (20.00 WIB) 50 mg
Levofloxacin Tablet 1x1 (20.00 WIB) 500 mg
1. Tepat Pasien
2. Tepat Indikasi
3. Tepat Obat
4. Tepat Dosis
29
3.11 Pemantauan Terapi Obat Pasien Hari Ke-1
hipoglikemia.
Nama : Ny. R
d. Etiket obat
30
Galvus Memperbaiki Penghambat Tepat indikasi
(Vildagliptin) kontrol gula darah DPP-IV
pada pasien DM (Dipeptidyl
tipe 2 Peptidase-IV)
Pen
Inf. RL Infus 500 ml 30 gtt/i Intravena Tepat Dosis
Galvus Tablet 50 mg 1x1 Oral Tepat Dosis
(Vildagliptin)
31
Nama Obat Efek Samping Obat Interaksi Obat Penatalaksanaan
Lantus Efek samping utama
jantung abnormal, -
penurunan tekanan
darah
Galvus Hipoglikemia, tremor, Terjadi interaksi moderat Sebaiknya
(Vildagliptin) pada pemberian Vildagliptin pemberian obat
sakit kepala, pusing, + Levofloxacin. Levofloxacin Galvus +
meningkatkan efek Levofloxacin
vildagliptin secara sinergisme
mual sebaiknya diberi
farmakodinamik. Pemberian
Levofloxacin Diare, mual, ruam, antibiotik kuinolon dapat
rentang antara
menyebabkan hiper atau waktu
nyeri abdomen, hipoglikemia. pemberiannya
dan memonitor
pusing, konstipasi pemberian kedua
obat tersebut.
32
antibiotik.
menyebabkan hiper
atau hipoglikemia.
3.12.1 TEPAT PASIEN
Nama : Ny. R
d. Etiket obat
33
Inf. RL Sebagai penambah Inf. Golongan Tepat indikasi
cairan elektrolit Kristaloid
Pen
34
Inf. RL Infus 500 ml 30 gtt/i Intravena Tepat Dosis
Galvus Tablet 50 mg 1x1 Oral Tepat Dosis
(Vildagliptin)
jantung abnormal, -
penurunan tekanan
darah
Galvus Hipoglikemia, tremor, Terjadi interaksi moderat Sebaiknya
(Vildagliptin) pada pemberian Vildagliptin pemberian obat
sakit kepala, pusing, + Levofloxacin. Levofloxacin Galvus +
meningkatkan efek Levofloxacin
vildagliptin secara sinergisme
mual sebaiknya diberi
farmakodinamik. Pemberian
Levofloxacin Diare, mual, ruam, antibiotik kuinolon dapat
rentang antara
menyebabkan hiper atau waktu
nyeri abdomen, hipoglikemia. pemberiannya
dan memonitor
pusing, konstipasi pemberian kedua
obat tersebut.
35
3.12.6 Konseling, Informasi dan Edukasi Pasien
36
Pemberian antibiotik waktu
kuinolon dapat pemberiannya
menyebabkan hiper
atau hipoglikemia.
3.13.1 TEPAT PASIEN
Nama : Ny. R
d. Etiket obat
37
Spasmolit Nyeri paroksismal Antispasmodik Tepat indikasi
pada lambung atau
usus halus
Pen
Inf. RL Infus 500 ml 20 gtt/i Intravena Tepat Dosis
Galvus Tablet 50 mg 1x1 Oral Tepat Dosis
(Vildagliptin)
38
Spasmolit Tablet 10 mg 1x1 Oral Tepat Dosis
jantung abnormal, -
penurunan tekanan
darah
Galvus Hipoglikemia, tremor, Terjadi interaksi moderat Sebaiknya
(Vildagliptin) pada pemberian Vildagliptin pemberian obat
sakit kepala, pusing, + Levofloxacin. Levofloxacin Galvus +
meningkatkan efek Levofloxacin
mual vildagliptin secara sinergisme sebaiknya diberi
Levofloxacin Diare, mual, ruam, farmakodinamik. Pemberian rentang antara
antibiotik kuinolon dapat waktu
nyeri abdomen, menyebabkan hiper atau pemberiannya
hipoglikemia. dan memonitor
pusing, konstipasi pemberian kedua
obat tersebut.
Ketocid Os. yang mempunyai
alergi atau
hipersensifitas -
terhadap kandungan
didalam ketocid
Spasmolit Mulut kering, rasa
haus meningkat, -
sembelit, susah BAK
39
Nama Obat Golongan Obat PIO
Lantus Insulin kerja panjang Sebagai terapi krisis hiperglikemia
dan memenuhi kebutuhan insulin
pada penderita DM. Berdasarkan
resep dokter, gunakan pada malam
hari.
40
Selasa/ Pasien masih TD: 137/89
30 Maret 2021 mengeluhkan mmHg
nyeri ulu hati HR: 20x / menit
yang bersifat RR: 89x / menit - -
hilang timbul T: 36,7°C
Nama : Ny. R
d. Etiket obat
41
hiperglikemia dan panjang
memenuhi kebutuhan
insulin pada penderita
DM
Inf. RL Sebagai penambah Inf. Golongan Tepat indikasi
cairan elektrolit Kristaloid
Galvus Memperbaiki kontrol Penghambat Tepat indikasi
(Vildagliptin) gula darah pada DPP-IV
pasien DM tipe 2 (Dipeptidyl
Peptidase-IV)
Ketocid Suplemen yang Suplemen Tepat indikasi
membantu memenuhi
kebutuhan asam
amino Efek ketoacid
memperbaiki asidosis
metabolik dan
menurunkan kadar
urea pada os. CKD
Spasmolit Mengatasi nyeri Antispasmodik Tepat indikasi
paroksismal pada
lambung atau usus
halus
Rillus Suplemen makanan Suplemen Tepat indikasi
yang digunakan untuk
memelihara kesehatan
pencernaan
Dulcolax Supp Mengatasi konstipasi Stimulant Tepat indikasi
dengan merangsang Laxative
motilitas usus
42
Lantus Sebagai terapi krisis hiperglikemia dan Tepat obat
memenuhi kebutuhan insulin pada
penderita DM
Inf. RL Sebagai penambah cairan elektrolit Tepat obat
43
Lantus Insulin 0-0-10 Subkutan Tepat Dosis
Pen
Inf. RL Infus 500 ml 20 gtt/i Intravena Tepat Dosis
Galvus Tablet 50 mg 1x1 Oral Tepat Dosis
(Vildagliptin)
44
abnormal, penurunan tekanan -
darah
Galvus Hipoglikemia, tremor, sakit
(Vildagliptin)
kepala, pusing, mual -
Ketocid Os. yang mempunyai alergi
BAK
Rillus Diare dan mual
-
Dulcolax Supp. Iritasi lokal
-
45
(Vildagliptin) Golongan Penghambat sekali sehari, sebaiknya pada
DPP-IV (Dipeptidyl malam hari.
Peptidase-IV)
BAB IV
4.1 Kesimpulan
rawat inap Mawar Atas Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang pada bulan
Gastroenteritis akut + Bronchitis, yang meliputi tepat pasien, tepat indikasi, tepat
obat, tepat dosis dan waspada efek samping. Berdasarkan pemantauan tersebut,
46
1. Adanya interaksi obat galvus (Vildagliptin) dengan antibiotik
kimia klinik, dimana kadar asam urat os. diatas nilai normal, tetapi tidak
4.2 Saran
lainnya.
47
DAFTAR PUSTAKA
Bresee, et al., 2012. The Etiology of Severe Acute Gastroenteritis Among Adult
Visiting Emergency Departement in The United States. Journal
Infectious Diseases. Volume 205. p. 1347-1381
DiPiro et al., 2015. Pharmacotherapy Handbook Ninth Edition Chapter 39. New
York: The Mcgraw Hill Companies. p. 361-363
Harding, 2003. Dietary Fat and The Risk of Clinic Type 2 Diabetes. American
Journal of Epidemiologi. Vol. 159, No. 1
International Diabetes Federation (IDF), 2013. IDF Diabetes Atlas. 6th Ed. p. 11
50
Mutaqqin, 2012. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika
Smeltzer & Bare, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner
Suddarth. Volume 2 Edisi 8. Jakarta: EGC
51