Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau
Corresponding author: fitmawati2008@yahoo.com
ABSTRACT
Lingga Island is the center of the Malay kingdom of Kepulauan Riau Province with local wisdom that is still ingrained in the
community. Obat pahit is a decoction of linguistic stew of ethnic lingga community which is believed to be a youthful
remedy and maintain stamina. This study aims to find histopathologic changes of liver white mice after the decoction of herb
concoction of Obat pahit. The percentage of intercellular damage was nonexistent from the normal control group and positive
control but different from the negative control group. Different types of medicinal herbs with different dosage levels. But the
damage is still in the normal, accessible category that has no toxic effects from bitter herbs on liver organ.
PENDAHULUAN
Penggunaan obat-obatan alami atau tradsional empedu (Ozougwu, 2017). Hati juga berfungsi
berasal dari tumbuhan terus mengalami sebagai metabolisme nutrient dan vitamin yang
perkembangan. Pemanfaatan tumbuhan berkhasiat diserap dari saluran pencernaan, selanjutnya akan
obat telah lama dilakukan oleh masyarakat (Marianne dipakai oleh bagian tubuh lainnya. Melihat banyak
et al., 2016). Salah satu daerah yang masih dan pentingnya fungsi hati, maka jika terjadi
melestarikan tradisi pengobatan tradisional adalah kerusakan pada hati akan mempengaruhi fungsi
Pulau Lingga. Pulau Lingga dulunya merupakan jaringan tubuh lainnya (Niranjan, 2016; Ozougwo,
pusat kerajaan Melayu. Pulau Lingga terletak di 2017).
Provinsi Kepulauan Riau yang terdiri dari 9 Tanaman herbal berkhasiat dapat mengobati
kecamatan, 7 kelurahan dan 74 desa. Beberapa desa penyakit pada hati. Arsad et al. (2014), menjelaskan
masih menggunakan pengobatan tradisional yang bahwa ekstrak Rhaphidophora decursiva asal
dipercaya sebagai ramuan awet muda dan penjaga masyarakat cina di Malaysia pada dosis tertentu dapat
stamina yaitu Desa Kalan (8 jenis), Desa SP4 (25 memperbaiki kerusakan mikroanatomi hati mencit.
Jenis) dan Desa Linau (16 Jenis) diantaranya akar Menurut Tatukude et al. (2014), pemberian air
pasak bumi, akar mengkudu, akar sebaju, cengkeh, rebusan sarang semut dosis 0,24 cc/hari selama 10
temulawak dan lain-lain (Fitmawati et al., 2017). hari menunjukkan regenerasi sel-sel hati dan selama
Setelah mengkonsumsi ramuan obat pahit dalam 14 hari tingkat maturasi sel hati lebih baik.
waktu lama masyarakat Melayu Lingga merasa Penggunaan obat tradisional secara terus
kesehatannya terpelihara, hal ini diduga adanya menerus dalam jangka waktu lama dikhawatirkan
khasiat dari ramuan obat pahit. memberikan efek samping terhadap organ-organ vital
Masyarakat Melayu Lingga biasanya dalam tubuh. Penggunaan ramuan obat pahit
mengkonsumsi air rebusan ramuan obat pahit dengan masyarakat Melayu Lingga belum memiliki
meminum secara langsung. Penggunaan obat standarisasi tentang penggunaan dosis sehingga perlu
tradisional dengan cara diminum akan melalui proses dilakukan penelitian mengenai struktur histologi hati
pencernaan yang melibatkan penyerapan oleh usus. tikus putih setelah diberikan ramuan obat pahit
Usus sebagai saluran pencernaan menyuplai darah ke masyarakat Melayu Lingga dengan tiga jenis ramuan
hati sehingga makanan dan minuman yang yang berbeda pada tingkatan dosis yang berbeda.
dikonsumsi suatu individu berkaitan erat dengan Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji gambaran
histologi hati. histologi hati tikus putih setelah pemberian rebusan
Hati merupakan kelenjar tambahan dari saluran ramuan obat pahit sehingga informasi ini dapat
cerna yang terletak di kuadran kanan atas dari rongga menjadi informasi dasar mengenai pengaruh
abdomen, permukaan atas membulat sesuai dengan pemberian ramuan obat pahit masyarakat Melayu
kubah diaphragm. Hati memiliki peranan penting Lingga terhadap histologi organ hati.
karena berfungsi sebagai pembentukan dan sekresi
11
© 2018-Program Studi Biologi, Universitas Bangka Belitung
Fitmawati, Titrawani dan Safitri W. (2018). Struktur Histologi Hati Tikus Putih (Rattus norvegicus Berkenhout 1769) dengan Pemberian Ramuan Tradisional
Masyarakat Melayu Lingga, Kepulauan Riau. Ekotonia: Jurnal Penelitian Biologi, Botani, Zoologi dan Mikrobiologi. 03(1):11-19.
Tabel 1. Parameter skoring evaluasi hati pada 5 lapang pandang di sekitar vena sentralis (Baldatina, 2008):
Nilai skor Perubahan HP ( Histopatologis)
0 Jika < 25% Hati mengalami degenerasi hidropik, degenarasi Parenkim dan
apoptosis di sekitar Sentrolobuler (vena sentralis)
1 Jika 25-50% Hati Mengalami degenerasi hidropik, degenerasi Parenkim dan
apoptosis yang meluas hingga ke daerah tengah (midzona)
2 Jika 50-75% Hati Mengalami degenerasi hidropik, degenerasi Parenkim dan
apoptosis yang meluas hingga ke periporta (perilobuler)
3 Jika > 75% Hati Mengalami degenerasi hidropik, degenerasi Parenkim dan
apoptosis yang meluas hingga ke zona Periporta (Perilobuler)
12
© 2018-Program Studi Biologi, Universitas Bangka Belitung
Fitmawati, Titrawani dan Safitri W. (2018). Struktur Histologi Hati Tikus Putih (Rattus norvegicus Berkenhout 1769) dengan Pemberian Ramuan Tradisional
Masyarakat Melayu Lingga, Kepulauan Riau. Ekotonia: Jurnal Penelitian Biologi, Botani, Zoologi dan Mikrobiologi. 03(1):11-19.
(2017), menyatakan bahwa penyebab hati berwarna Junqueira & Carneiro (2007), menyatakan bahwa
pucat adalah senyawa yang bersifat toksik yang senyawa toksik dapatmasuk kedalam tubuh melalui
menyebabkan perlemakan pada hati. Menurut makanan, karena hati 80% menyuplai darah dari
Lailatul et al. (2015), hal tersebutakan menggangu saluran pencernaan
aliran darah ke hati sehingga hati berwarna pucat.
Gambar 1. Morfologi hati tikus putih (Rattus norvegicus) A. Kontrol (0), B. Kontrol (+), C. Kontrol (–), D. Ramuan
Kalan dosis 1, E. Ramuan SP4 dosis 1, F. Ramuan Linau dosis 1.
Mikroskopis Hati Tikus Putih (Rattus norvegicus setelah pemberian tiga jenis ramuan obat pahit.Hasil
B.) pengamatan menunjukkan jumlah rata-rata persentase
Pengamatan mikroskopis yaitu melihat struktur kerusakan hepatosit berbedapada setiap perlakuan
histologi hati dari sayatan preparat awetan hati.Hal dan setiap dosis.Data jumlah kerusakan hepatosit
ini bertujuan untuk melihat kerusakan jaringan hati dapat dilihat pada (Tabel 2).
Tabel 2. Persentase kerusakan hepatosit tikus putih akibat pemberian ramuan obat pahit
Ramuan Persentase Kerusakan (%) Skoring Kerusakan
Stimuno (k+) 18,09 ± 1,22ab 0
Kontrol Aquades (k0) 14,89 ± 2,77a 0
CMC Na 1% (k-) 49,92 ± 6,53d 1
D1 (0,9 ml) 18.80 ± 3.09ab 0
D2 (1,8 ml) 19.13 ± 0,89ab 0
Kalan D3 (2,7 ml) 21.79 ± 3,48bc 0
D4 (3,6 ml) 21.07 ± 4,04bc 0
D1 (0,9 ml) 22.62 ± 1,44bc 0
SP4 D2 (1,8 ml) 23.73 ± 2,19bc 0
D3 (2,7 ml) 23.27 ± 2,72bc 0
D4 (3,6 ml) 26.13 ± 3,73c 1
D1 (0,9 ml) 20.39 ± 1,43abc 0
D2 (1,8 ml) 21.35 ± 3,11bc 0
Linau D3 (2,7 ml) 21.22 ± 2,29bc 0
D4 (3,6 ml) 22.95 ± 2,15bc 0
Keterangan : D1 (Dosis 1), D2 (Dosis 2), D3(Dosis 3), dan D4 (Dosis 4)
13
© 2018-Program Studi Biologi, Universitas Bangka Belitung
Fitmawati, Titrawani dan Safitri W. (2018). Struktur Histologi Hati Tikus Putih (Rattus norvegicus Berkenhout 1769) dengan Pemberian Ramuan Tradisional
Masyarakat Melayu Lingga, Kepulauan Riau. Ekotonia: Jurnal Penelitian Biologi, Botani, Zoologi dan Mikrobiologi. 03(1):11-19.
Persentase kerusakan paling sedikit terjadi pada perlemakan pada dosis 0,48 cc/hari selama 10 hari.
kelompok kontrol normal yang diberikan aquades Dosis 1 mengalami kerusakan paling sedikit karena
(Tabel 2). Hal ini dimungkinkan karena tidak adanya merupakan dosis yang paling rendah pada setiap
pengaruh zat toksik masuk kedalam tubuh. Sehingga perlakuan. Kurniawan et al. (20014) dalam
persentase kerusakan yang ditemukan tidak banyak. penelitiannya menyatakan bahwa dosis 0,5g/kgBB
Namun kerusakan tetap terjadi pada kelompok dan 1,5g/kgBB tidak menyebabkan kerusakan.
kontrol normal. Hal ini bisa disebabkan karena Diantara tiga jenis ramuan yang digunakan,
pengaruh faktor eksternal seperti kondisi lingkungan persentase kerusakan paling sedikit terjadi pada
dan makanan yang tidak higienis sehingga dapat kelompok perlakuan yang menggunakan ramuan
menyebabkan gangguan kesehatan pada tikus. Pada Kalan dosis 1 (0,9 ml) yaitu 18.80±3.09.Sedangkan
kontrol positif yang diberikan stimuno juga persentase kerusakan paling banyak terdapat pada
ditemukan kerusakan hepatosit yang sedikit.Hal ini kelompok perlakuan yang menggunakan ramuan SP4
dikarenakan stimuno merupakan senyawa antioksidan dosis 4 (3,6 ml) yaitu 26.13 ± 3,73. Hal ini
yang sudah teruji sebagai penambah dimungkinkan karena pengaruh jumlah komposisi
stamina.Sedikitnya persentase kerusakan yang tumbuhan yang terdapat dalam masing-masing
diperoleh akibat pemberian stimuno karena ramuan, dimana ramuan Kalan memiliki komposisi
antioksidan yang terdapat dalam stimuno yang tidak jumlah tumbuhan yang paling sedikit dibandingkan
bersifat toksik (Sujono et al., 2015). Namun pada dengan komposisi jumlah tumbuhan yang terdapat
kelompok kontrol negatif yang diberikan larutan dalam ramuan SP4 yang memiliki komposisi jumlah
CMC Na 1% ditemukan kerusakan paling banyak tumbuhan yang paling banyak.Hal ini dimungkinkan
diantara semua perlakuan. karena pengaruh senyawa fitokimia yang terdapat
Berdasarkan parameter skoring, kerusakan yang dalam setiap tumbuhan pada masing-masing ramuan
terjadi pada kelompok kontrol normal dan kontrol obat pahit tersebut.
positif adalah 0.Hal ini dinyatakan bahwa kerusakan Berdasarkan skoring menurut Baldatina (2008),
yang terjadi pada hepatosit hati masih dalam kategori persentase kerusakan hepatosit hati akibat pemberian
normal.Namun berbeda halnya dengan skoring tiga jenis ramuan obat pahit dan dengan tingkatan
kontrol negatif yang memiliki skoring 1.Hal ini dosis yang berbeda dinyatakan bahwa persentase
dinyatakan bahwa kerusakan yang terjadi kerusakan hepatosit memiliki skoring 0. Hal ini
dikategorikan mengalami kerusakan ringan dinyatakan bahwa persentase kerusakan yang terjadi
(Baldatina, 2008). pada hepatosit hati akibat dari pemberian tiga jenis
Pada kelompok perlakuan yang menggunakan ramuan yang berbeda masih dalam keadaan
ramuan Kalan persentase kerusakan paling sedikit normal.Namun seiring peningkatan dosis yang
terjadi pada dosis 1 yaitu 18.80±3.09 dan persentase diberikan persentase kerusakan semakin naik.Hal ini
kerusakan paling banyak terjadi pada dosis 4 yaitu di mungkinkan karena senyawa fitokimia tumbuhan
21.07±4,04. Pada kelompok perlakuan yang yang terdapat dalam masing-masing ramuan obat
menggunakan ramuan SP4 persentase kerusakan pahit sehingga menyebabkan persentase kerusakan
yang paling rendah ditemukan pada dosis 1 yaitu semakin banyak seiring peningkatan dosis.
22.62±1,44 dan persentase kerusakan paling tinggi Hasil uji One-Way Anova Tabel 4.2.1
ditemukan pada dosis 4 yaitu 26.13±3,73. Sedangkan menunjukkan nilai P < 0.05 maka dinyatakan bahwa
kelompok perlakuan yang menggunakan ramuan terdapat perbedaan yang nyata kerusakan hepatosit
Linau pada dosis 1 juga memiliki persentase hati tikus putih anatara kelompok perlakuan yang
kerusakan paling rendah yaitu 20.39±1,43 dan dosis 4 diberikan tiga jenis ramuan obat pahit dengan
memiliki persentase kerusakan paling tinggi yaitu tingkatan dosis yang berbeda terhadap kelompok
22.95±2,15.Secara keseluruhan, persentase kerusakan kontrol.Sehingga dilanjutkan dengan uji DMRT.
pada kelompok perlakuan yang diberikan tiga jenis Hasil uji lanjut DMRT menunjukkan bahwa
ramuan obat pahit dengan tingkatan dosis yang perbedaan nyata terdapat pada kelompok perlakuan
berbeda kerusakan paling sedikit ditemukan pada yang diberikan tiga jenis ramuan obat pahit terhadap
dosis 1 (0,09 ml/200g BB) dan kerusakan yang paling kelompok kontrol negatif.Sedangkan terhadap
banyak ditemukan pada dosis 4 (0,36 ml/200g BB). kelompok kontrol normal dan kelompok kontrol
Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan ramuan obat positif tidak terdapat perbedaan kerusakan yang
pahit, semakin tinggi dosis yang diberikan nyata.Hal ini dinyatakan bahwa kerusakan yang
menyebabkan kerusakan yang semakin banyak.Hal terjadi pada hepatosit hati tikus putih yang diberikan
ini dimungkinkan karena pengaruh senyawa fitokimia ramuan obat pahit tidak memberikan kerusakan yang
tumbuhan yang terdapat dalam ramuan obat parah terhadap histologi hati.Namun kerusakan yang
pahit.Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh terjadi pada kelompok perlakuan yang diberikan tiga
Tatukude (2014), bahwa rebusan air sarang semut jenis ramuan obat pahit kemungkinan disebabkan
dengan dosis 0,24 cc/hari selama 10 hari karena senyawa fitokimia tumbuhan yang terdapat
menunjukkan regenerasi sel. Namun menimbulkan dalam ramuan obat pahit (Gambar 2).
.
14
© 2018-Program Studi Biologi, Universitas Bangka Belitung
Fitmawati, Titrawani dan Safitri W. (2018). Struktur Histologi Hati Tikus Putih (Rattus norvegicus Berkenhout 1769) dengan Pemberian Ramuan Tradisional
Masyarakat Melayu Lingga, Kepulauan Riau. Ekotonia: Jurnal Penelitian Biologi, Botani, Zoologi dan Mikrobiologi. 03(1):11-19.
Gambar 2. Histologi hati tikus putih kelompok kontrol.menggunakan pewarnaan HE (perbesaran 16 x 40) A.
Kontrol normal, B. Kontrol positif, C. Kontrol negatif. keterangan : a. hepatosit normal, b. degenerasi
hidropis, c. degenerasi lemak, d. nekrosis.
Pada kelompok kontrol normal, kontrol positif 1999).Sedangkan pada kontrol negatif yang diberikan
maupun kontrol negatif ditemukan kerusakan pada larutan CMC Na 1% juga ditemukan jenis kerusakan
hepatosit hati tikus putih di antaranya adalah yang sama dengan kontrol positif dan kontrol normal.
degenerasi dan nekrosis (Gambar 2). Kontrol normal Namun persentase jumlah kerusakan yang terjadi
hanya diberikan aquades sehingga kerusakan yang pada kontrol negatif memiliki skoring 1 yang artinya
terjadi pada hepatosit hati tidak terlalu banyak. Hasil kerusakan yang terjadi masih dalam kategori ringan.
pengamatan histologi hati pada kontrol positif yang Adapun kerusakan hepatosit yang ditemukan pada
diberikan stimuno, juga ditemukan beberapa jenis setiap kelompok kontrol di mungkinkan karena
kerusakan namun sama halnya dengan yang terjadi pengaruh makanan yang tidak higienis ataupun faktor
pada kontrol normal kerusakan yang terjadi eksternal seperti lingkungan sehingga menyebabkan
ditemukan hanyalah sedikit. Nekrosis yang terjadi gangguan kesehatan tikus. Pada kelompok perlakuan
pada kelompok kontrol merupakan tidak termasuk yang diberikan ramuan obat pahit jenis Kalan juga
kedalam kejadian patologi, karena nekrosis juga ditemukan beberapa jenis kerusakan (Gambar 3).
terjadi dalam keadaan normal (Cheville,
Gambar 3. Histologi hati tikus putih yang diberikan ramuan Kalan.menggunakan pewarnaan HE (perbesaran 16 x
40) A. dosis 1, B. dosis 2. keterangan : a. hepatosit normal, b. degenerasi hidropis, c. degenerasi lemak,
d. nekrosis.
15
© 2018-Program Studi Biologi, Universitas Bangka Belitung
Fitmawati, Titrawani dan Safitri W. (2018). Struktur Histologi Hati Tikus Putih (Rattus norvegicus Berkenhout 1769) dengan Pemberian Ramuan Tradisional
Masyarakat Melayu Lingga, Kepulauan Riau. Ekotonia: Jurnal Penelitian Biologi, Botani, Zoologi dan Mikrobiologi. 03(1):11-19.
Gambar 4. Histologi hati tikus putih yang diberikan ramuan Kalan.menggunakan pewarnaan HE (perbesaran 16 x
40) C. dosis 3, D. dosis 4. keterangan : a. hepatosit normal, b. degenerasi hidropis, c. degenerasi lemak,
d. nekrosis
Gambaran histologi hati dengan pemberian Degenerasi hidropis merupakan kerusakan sel yang
ramuan Kalan ditemukan kerusakan seperti dicirikan dengan pembengkakan sitoplasma (Harada
degenerasi hidropis, degenerasi lemak dan nekrosis et al. 1999). Menurut Robbins et al., (2007),
pada setiap dosis. Hasil pengamatan menunjukkan degenerasi hidropis terjadi karena terganggunya
bahwa pada dosis 1, merupakan tingkat kerusakan transport aktif yang mengakibatkan sel tidak mampu
yang paling rendah. Kerusakan lebih banyak memompa ion Na+ keluar sehingga konsentrasi ion
ditemukan seiring peningkatan dosis yaitu pada dosis Na+ di dalam sel naik. Menurut McGavin et al.
4. Namun persentase jumlah kerusakan yang terjadi (2007), kebengkakan sitoplasma yamg terjadi
berdasarkan parameter skoring, kerusakan histologi merupakan manifestasi akumulasi cairan yang
hati masih dalam kategori normal (Gambar 3). berlebihan akibat kegagalan sel dalam
Degenerasi hidropis merupakan salah satu mempertahankan homeostasis.Sedangkan gambaran
kerusakan yang ditemukan pada hepatosit hati tikus histlogi hati tikus putih akibat pemberian ramuan SP4
putih pada kelompok perlakuan Kalan (Gambar 4). dapat dilihat pada (Gambar 5).
Gambar 5. Histologi hati tikus putih yang diberikan ramuan SP4.menggunakan pewarnaan HE (perbesaran 16 x 40)
A. dosis 1, B. dosis 2, C. dosis 3. D. dosis 4.keterangan : a. hepatosit normal, b. degenerasi hidropis, c.
degenerasi lemak, d. nekrosis
16
© 2018-Program Studi Biologi, Universitas Bangka Belitung
Fitmawati, Titrawani dan Safitri W. (2018). Struktur Histologi Hati Tikus Putih (Rattus norvegicus Berkenhout 1769) dengan Pemberian Ramuan Tradisional
Masyarakat Melayu Lingga, Kepulauan Riau. Ekotonia: Jurnal Penelitian Biologi, Botani, Zoologi dan Mikrobiologi. 03(1):11-19.
Penggunaan ramuan SP4 menunjukkan tingkat merupakankelanjutan dari degenerasi hidropis yang
kerusakan lebih banyak seiring peningkatan dosis telah mengalami kerusakan permanen (irreversible).
yang digunakan. Jenis kerusakan yang terjadi pada Degenerasi lemak merupakan respon sel hepatosit
hepatosit adalah degenerasi hidropis, degenerasi terhadap toksikan yang merusak jalur metabolisme
lemak dan nekrosis (Gambar 5). Kerusakan lebih lemak (Lu, 1995). Degenerasi lemak merupakan
banyak ditemukan pada dosis 3 dan dosis 4. Hal ini kerusakan hepatosit yang ditandai dengan perubahan
dimungkinkan karena ramuan SP4 memiliki morfologi dan penurunan fungsi organ hati karena
komposisi tumbuhan lebih banyak dibandingkan terjadinya akumulasi lemak yang terdapat di dalam
jumlah komposisi tumbuhan yang terdapat pada sitoplasma sel hati.Jika dilihat secara mikroskopis sel
ramuan Kalan.Sehingga jumlah senyawa kimia yang terlihat bercak-bercak lemak kecil berwarna jernih.
masuk kedalam tubuh akan bertambah banyak. Hal ini dapat terjadi karena kondisi iskemia, anemia,
Kelompok perlakuan yang diberikan ramuan gangguan bahan tosik, kelebihan konsumsi lemak dan
SP4 dinyatakan tidak berbeda nyata terhadap protein (Dannuri, 2009).
kelompok kontrol normal dan kelompok kontrol Secara umum beberapa tumbuhan yang terdapat
positif.Namun kerusakan lebih banyak ditemukan dalam ramuan Kalan juga terdapat dalam ramuan
akibat pemberian ramuan SP4 jika dibandingkan SP4.Namun jumlah komposisi jenis tumbuhan yang
dengan persentase kerusakan yang terjadi pada terdapat dalam ramuan SP4 lebih banyak.Sehingga
kelompok perlakuan yang diberikan ramuan senyawa fitokimia yang dihasilkan juga lebih
Kalan.Namun persntase kerusakan yang ditemukan banyak.Hal ini dimungkinkan menyebabkan
akibat ramuan SP4 berbeda nyata terhadap kontrol persentase kerusakan hepatosit pada ramuan SP4
negatif. Hal ini jika dilihat dari jumlah jenis berbeda dari pada persentase kerusakan hepatosit
tumbuhan yang termasuk dalam ramuan SP4 terdapat ramuan Kalan. Banyaknya senyawa kimia yang
lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah jenis masuk kedalam tubuh menyebkan proses kerja hati
tumbuhan yang terdapat pada ramuan Kalan. lebih berat dalam detoksifikasi.
Berdasarkan hasil pengamatan, menunjukkan Beberapa kerusakan juga terjadi pada hati tikus
bahwa jenis kerusakan yang banyak adalah putih yang disebabkan oleh ramuan obat pahit jenis
degenerasi lemak. Riset Kurniawan et al., (2014), Linau. Adapun gambaran histologi hati tikus putih
menjelaskan bahwa penyebab degenerasi lemak yang disebabkan oleh ramuan obat pahit jenis Linau
adalah komponen alkaloid dalam tumbuhan yang (Gambar 6).
terdapat dalam ramuan SP4. Degenerasi lemak
Gambar 6. Histologi hati tikus putih yang diberikan ramuan Linau.menggunakan pewarnaan HE (perbesaran 16 x
40) A. dosis 1, B. dosis 2, keterangan : a. hepatosit normal, b. degenerasi hidropis, c. degenerasi lemak,
d. nekrosis.
Kerusakan yang ditemuakan pada pada histologi mendetoksifikasi senyawa-senyawa yang masuk
hati diantaranya adalah degenerasi dan juga nekrosis kedalam tubuh terutama senyawa yang masuk
(Gambar 7). Hal ini sama dengan kerusakan yang melalui saluran pencernaan (Lu, 1995).
ditemukan pada kelompok perlakuan yang diberikan Kerusakan hepatosit pada kelompok kontrol
ramuan Kalan dan ramuan SP4. Pada kelompok normal dan kontrol positif tidak berbeda nyata
perlakuan yang menggunakan ramuan Linau, dengan kelompok perlakuan dosis 1.Namun berbeda
kerusakan yang banyak ditemukan adalah degenerasi nyata dengan dosis 2, dosis 3, dosis 4 dan kontrol
lemak dan nekrosis.Tingkat kerusakan yang negatif. Sedangkan dosis 2, dosis 3 dan dosis 4
ditemukan semakin banyak seiring peningkatan dosis. berbeda nyata dengan kelompok kontrol negatif dan
Hal ini terjadi karena semakin banyaknya senyawa kontrol positif, namun tidak berbeda nyata dengan
kimia yang masuk ke dalam tubuh maka hati dosis 1. Sehingga penggunaan dosis 2, dosis 3 dan
akanbekerja semakin berat, karena hati akan dosis 4 masih bagus untuk digunakan. Namun
17
© 2018-Program Studi Biologi, Universitas Bangka Belitung
Fitmawati, Titrawani dan Safitri W. (2018). Struktur Histologi Hati Tikus Putih (Rattus norvegicus Berkenhout 1769) dengan Pemberian Ramuan Tradisional
Masyarakat Melayu Lingga, Kepulauan Riau. Ekotonia: Jurnal Penelitian Biologi, Botani, Zoologi dan Mikrobiologi. 03(1):11-19.
penggunaan dosis paling baik untuk digunakan pada tumbuhan yang terdapat dalam ramuan dapat
ramuan Linau adalah dosis 1.Hal ini dimungkinkan menyebabkan persentase jumlah kerusakan antar
karena pengaruh dari jenis dan jumlah tumbuhan kelompok perlakuan. Apabila proses degenerasi sel
serta kandungan senyawa fitokimia yang terdapat terjadi secara terus menerus maka akan mencapai
pada masing-masing ramuan obat pahit tersebut.Salah kerusakan yang permanen dan sel mengalami
satu senyawa fitokimia yang mungkin terdapat dalam kematian. Menurut Chaville (1999), nekrosis
beberapa jenis tumbuhan pada ramuan obat pahit merupakan kematian sel yang ditandai dengan ciri-
adalah alkaloid, (Moharram dalam Wicaksono, ciri kromatin inti dapat membentuk menggumpal
2015), menyatakan alkaloid dapat merusak sel hati. (piknosis), pecah (karyorexis) dan menghilang
Sehingga diduga bahwa senyawa kimia pada (kalryolisis).
Gambar 7. Histologi hati tikus putih yang diberikan ramuan Linau.menggunakan pewarnaan HE (perbesaran 16 x
40) C. dosis 3. D. dosis 4.keterangan : a. hepatosit normal, b. degenerasi hidropis, c. degenerasi lemak,
d. nekrosis
18
© 2018-Program Studi Biologi, Universitas Bangka Belitung
Fitmawati, Titrawani dan Safitri W. (2018). Struktur Histologi Hati Tikus Putih (Rattus norvegicus Berkenhout 1769) dengan Pemberian Ramuan Tradisional
Masyarakat Melayu Lingga, Kepulauan Riau. Ekotonia: Jurnal Penelitian Biologi, Botani, Zoologi dan Mikrobiologi. 03(1):11-19.
model diabetes melitus tipe 1. Jurnal Kedokteran Sujono T.A., Arifah S.R. Muhammad D., Ika T.D.K.,
Brawijaya. 28(3):170-177 Andi S., Rima M., Nanik P., Saidatul F., Riya R.
Lawrance D.R. and Bacharach A.I. 1964. Evaluation dan Siti L. 2015. Pengaruh pemberian ekstrak
of Drug Ativities: Pharmacometric. New York: etanol meniran (phyllanthus niruri l) selama 90
Academic Press. hari terhadap fungsi hati tikus. University
Lu F.C. 1995. Toksikologi Dasar; Asas,Organ Research Colloquium. 136-142
Sasaran, dan Penilaian Resiko. Edisi ke- Tatukude P., Lily L. dan Poppy L. 2014.Gambaran
2.Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta: UI histopatologi hati mencit swiss yang diberi air
Press. rebusan sarang semut (Mymercodia pendans)
Marianne P.T., Litiele C., Jeferson L.F., Renara B.V. paska induksi dengan carbon tetrachlorida
and Valdir M.S. 2016. Ethnobotany and (CCL4). Jurnal e-Biomedik (Ebm). 2(2):459-466.
antioxidant evaluation of commercialized Westbrook R.H., Dusheiko G. and Williamson. 2016.
medicinal plants from the Brazilian Pampa. Acta Pregnancy and Liver Disease. Journal of
Botanica Brasilica 30(1):47-59. Hepatology. 64:933-945.
Niranjan R. 2016. Liver. Journal of Liver. 5 (3). DOI: Wicaksono H.S., Inna N. dan Iriani S. 2015.Struktur
10.4172/2167-0889.1000e112. hati mencit (Mus musculus l.) Setelah pemberian
Ozougwu J. 2017. Physiology of the liver. ekstrak daun kaliandra merah (Calliandra
International Journal of Research in Pharmacy calothyrsus meissn) Jurnal simbiosis III. (1):258-
and Biosciences. 4(8):13-24. 268.
Robbins S.L., Cotran R.S. dan Kumar V. 2007. Jejas
Adaptasi dan Kematian Sel. Dalam: Buku Ajar
Patologi I. Jakarta: EGC.
19
© 2018-Program Studi Biologi, Universitas Bangka Belitung