Anda di halaman 1dari 4

PEMBAHASAN

Praktikum kali ini yaitu melakukan uji efek antidiare pada obat bahan alam yang berbeda
dengan menggunakan pelarut yang berbeda terhadap tikus putih.
Diare merupakan terjadinya peningkatan likuiditas tinja yang dihubungkan dengan
peningkatan berat atau volume tinja dan frekuensinya. Seseorang dikatakan diare jika secara
kuantitatif berat tinja per-24 jam lebih dari 200 gram atau lebih dari 200ml dengan frekuensi
lebih dari tiga kali sehari (Anne, 2011).
Anti diare adalah obat-obat yang digunakan untuk mengobati penyakit diare yang
disebabkan oleh bakteri atau kuman, virus, cacing atau keracunan makanan. Gejala diare adalah
buang air besar berulang kali dengan banyak cairan terkadang disertai mulas (kejang perut)
kadang-kadang disertai darah atau lendir. (Neal, 2005).
Beberapa kelompok obat anti diare yang dapat digunakan sebagai pertolongan saat terjadi diare,
yaitu golongan obstipansia untuk terapi simptomatis yang bekerja dengan cara menciutkan
selaput lendir usus seperti tannin dan tanalbumin, garam-garam bismuth dan aluminium.
( Husnul Khuluq. 2023)
Salah satu tumbuhan yang berfanfaat sebagai antidiare ialah daun pepaya, daun kelor dan
daun mengkudu. Ketiga ekstrak bahan alam tersebut mengandung senyawa tanin yang dapat
menciutkan selaput lendir usus (adstringensia) sehingga mengurangi absorpsi air ke dalam usus
dan mengurangi peristaltic usus. Oleh Karena itu senyawa tanin dapat membantu menghentikan
diare. (Halimah . 2015)
Pelarut yang kami gunakan untuk pembuatan ekstrak ini disesuaikan dengan pelarut yang
cocok yaitu aquades karena aquades bersifat polar dan tanin juga merupakan senyawa aktif yang
bersifat polar, semakin polar pelarut yang digunakan maka total tanin yang diperoleh juga
semakin tinggi. (Browning, 1966).
Percobaan ini bertujuan untuk menguji aktivitas obat anti diare dalam menghambat diare
yang disebabkan oleh penginduksi oleum ricini, terhadap hewan percobaan. Pengamatan ini
dilakukan setiap 10 menit selama 2 jam. Paramenter yang diamati ialah berat feses, frekuensi
defekasi, dan konsistensi feses pada aktivitas obat loperamid yang dapat memperlambat
peristaltic usus sehingga dapat mengurangi frekuensi defekasi dan memperbaiki konsistensi
feses, yaitu metode proteksi terhadap diare oleh oleum ricini.
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain kandang tikus, sonde, spuit
3cc, spuit 1cc, beker glass, labu ukur 50ml, gelas ukur, beker glass, pipet tetes, lap kering dan
tissue. Bahan yang kami gunakan antara lain oleum ricini sebagai penginduksi terjadinya diare,
CMC-Na sebagai kontrol negative, ekstrak daun papaya sebagai kontrol positif, loperamide
10mg sebagai pembanding, dan aqudes sebagai pelarut. Serta menggunakan tikus putih jantan
sebagai hewan uji.
Langkah pertama yang dilakukan yaitu ekstrak kental daun papaya yang akan diuji daya
antidiarenya diencerkan dengan 50ml aquades dan diberikan pada 3 tikus dengan dosis berbeda,
yaitu ekstrak aquades daun pepaya 300mg , ekstrak aquades daun pepaya 450mg dan ekstrak
aquades daun pepaya 600mg. Selanjutnya dihitung volumen larutan yang diambil untuk tikus
sesuai dengan berat badan masing-masing tikus.
Sebelum disuntikan ekstrak pada tikus secara intraperitorial (i.p) , tikus diberi oleum
ricini sebagai penginduksi secara peroral (p.o) . Pemberian secara peroral ini dimaksudkan agar
senyawa uji langsung masuk ke dalam saluran pencernaan tikus, sehingga sesuai dengan tujuan
percobaan yaitu mengamati efek antidiare yang terjadi di usus tikus. Sedangkan digunakan
oleum ricini sebagai penginduksi terjadinya diare karena oleum ricini mengandung trigliserida
dari asam risinoleat. Asam risinoleat inilah yang dihidrolisis oleh enzim lipase menjadi gliserin
sehingga memberi efek stimulus terhadap usus halus dan dalam 2-8 jam akan timbul defekasi
yang cair dari tikus.
Pemberian ekstrak dilakukan 30 menit setelah pemberian oleum ricini. Perlakuan ini bertujuan
untuk memastikan bahwa efek laksatif dari minyak jarak telah muncul dan usus telah merespons
dengan peningkatan gerakan peristaltik. Dengan memberikan waktu 30 menit sebelum perlakuan
uji antidiare, dapat memastikan bahwa efek laksatif dari minyak jarak ini telah stabil dan dapat
diukur dengan baik. Hal ini membantu dalam mengevaluasi efek antidiare potensial dari agen
yang diuji, karena efek laksatif dari minyak jarak telah diberikan waktu sebelumnya. Hal ini
dikarenakan agar obat telah bekerja dengan memberikan efek diare pada mencit, kemudian
setelah 30 menit pemberian oleum ricini, tikus diberi obat ekstrak secara i.p. hal ini bertujuan
karena untuk mencegah penguraian asam asetat saat melewati jaringan fisiologik pada organ
tertentu. Larutan asam asetat ini yang dihawatirkan dapat merusak jaringan tubuh jika diberikan
melalui rute lain.Selanjutnya diamati tikus menggunakan parameter berdasarkan konsistensi
feses, bobot feses, dan frekuensi defekasi setiap 10 menit selama 2 jam.
Pada kelompok kontrol, digunakan CMC-Na sebagai kontrol negative. Hal ini dikarenakan Na
CMC bersifat stabil sebagai pembawa sehingga tidak mempunyai pengaruh apapun. Menurut
(JIFS,Vol.1 nomor 1 . 2021) Na CMC sebagai kontrol negatif karena hanya placebo yaitu bersifat
netral atau tidak memiliki efek.
Sedangkan ekstrak daun papaya disini sebagai kontrol positif, berfungsi untuk mengetahui
apakah bahan uji memiliki efek yang sama dengan pembanding, dimana kontrol positif
yang digunakan sebaiknya adalah senyawa yang telah terbukti memiliki efek antidiare dan
disesuaikan dengan metode uji yang digunakan (mekanisme kerja pada metode uji).
Sementara itu, Loperamid HCl disini juga merupakan kontrol positif yang berfungsi sebagai
pembanding karena loperamid HCl merupakan senyawa yang menunjukkan aksi antidiare pada
saluran pencernaan dengan menghambat gerakan peristaltic dan memperpanjang waktu transit
penyerapan cairan dan elekrolit di dalam mukosa usus (AphA, 2003). Selain itu, menurut
literature dari Tjay, Rahardja (2002), alasan obat loperamide digunakan sebagai control positif
karena Loperamide merupakan derivat difenoksilat dengan khasiat obstipasi tanpa khasiat
terhadap susunan saraf pusat sehingga tidak menimbulkan ketergantungan. Zat ini mampu
menormalkan keseimbangan resorpsi-sekresi dari sel-sel mukosa, yaitu memulihkan sel-sel yang
berada dalam keadaan hipersekresi ke keadaan resorpsi normal kembali (Tjay dan Raharja,
2002).
Hasil praktikum berdasarkan tabel Berat Feses, Frekuensi Defekasi serta Konsistensi
ditunjukkan bahwa yang paling efektif sebagai antidiare atau efek antidiare paling kuat adalah
kelompok tikus yang diberikan perlakuan Ekstrak Aquades Daun Pepaya (dosis 300 mg/kgBB,
dan 450 mg/kgBB), hal ini dibuktikan dengan jumlah feses atau frekuensi feses yang dihasilkan
paling sedikit dari kelompok lain, dan yang memiliki khasiat antidiare paling kecil adalah
kelompok tikus yang diberikan perlakuan Ekstrak Metanol Daun Mengkudu (dosis 300
mg/kgBB, 450 mg/kgBB, dan 600 mg/kgBB) hal ini dibuktikan dengan jumlah feses tikus
dengan perlakuan ekstrak daun mengkudu lebih banyak dari perlakuan kelompok lainnya.
Sehingga menurut tabel-tabel tersebut dapat diurutkan perlakuan ekstrak
yang paling baik adalah Ekstrak Aquades Daun Pepaya > Ekstrak Aquadest Daun Kelor >
Ekstrak Methanol Daun Mengkudu >Ekstrak Metanol Daun Pepaya.
Hal ini sesuai dengan literatur dimana menurut (violani, 2011) yang
menyatakan bahwa efek antidiare yang dihasilkan oleh ekstrak daun papaya memiliki
efektifitas yang paling kuat, hal ini disebabkan karena daun papaya juga mengandung minyak
atsiri yang dapat menghambat pertumbuhan atau mematikan kuman dengan mengganggu
proses terbentuknya membrane atau dinding sel tidak terbentuk atau sel tidak terbentuk
sempurna, sehingga dapat menghentikan diare.

American Pharmaceutical Association (APhA).2003. "Drug Information Handbook


LexiComp" ,836.
Browning, B.L. (1966). Phenolic Substances, Methods of Wood Chemistry. Interscience
Publishers. New York.
Tjay, T.H., dan Rahardja, K. (2003). Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan dan Efek-efek
Sampingnya Edisi IV, Cetakan kedua. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai