Anda di halaman 1dari 67

FARMASI FISIK

Apt. Anwar Sodik, M. Farm.


PENDAHULUAN

 Farmasi Fisika merupakan suatu ilmu yang menggabungkan antara ilmu Fisika
dengan ilmu Farmasi
 Ilmu Fisika mempelajari tentang sifat-sifat fisika suatu zat baik berupa sifat
molekul maupun tentang sifat turunan suatu zat
 Ilmu Farmasi adalah ilmu tentang obat-obat yang mempelajari cara membuat,
memformulasi senyawa obat menjadi sebuah sediaan jadi yang dapat beredar
di pasaran.
 Gabungkan kedua ilmu tersebut akan menghasilkan suatu sediaan farmasi
yang berstandar baik, berefek baik, dan mempunyai kestabilan yang baik
pula.
MATERI AJAR

 1.Besaran, dimensi, satuan


 2.gaya dan energi
 3.aturan logaritma dan pangkat
 4.kepekaan dan kesalahan dalam penimbangan
 5.simpangan baku
 6.kesalahan relatif
 7.analisis regresi
1.Besaran, Dimensi, Satuan
BESARAN
SATUAN
BESARAN POKOK DAN SATUANNYA
BESARAN TURUNAN
DIMENSI / DIMENSION
CONTOH DIMENSI
CONTOH
DIMENSI BESARAN
KONVERSI / PENGUBAHAN SATUAN
DAFTAR KONVERSI SATUAN
CONTOH
FAKTOR KONVERSI SATUAN
FAKTOR KONVERSI SATUAN
TUGAS 1
GAYA DAN ENERGI
Apt. Anwar Sodik, M. Farm.
Bagan
Hubungan
Energi dan
Usaha
Pengertian Energi

 Semua makhluk hidup membutuhkan energi untuk kelangsungan hidup


mereka.
 Apa yang dimaksud energi?
 Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja atau usaha.
 Apa satuannya?
 Satuan energi dalam Sistem Internasional (SI) adalah Joule (J). Satuan energi
dalam sistem yang lain adalah kalori atau kWh (kilo Watt hours).
 1 kalori = 4,2 Joule
atau
 1 Joule = 0,24 kalori
Bentuk-bentuk Energi

 Energi panas (kalor)


 Energi listrik
 Energi cahaya
 Energi kimia
 Energi mekanik
 Energi bunyi
 Energi nuklir
Energi Mekanik (Em)

 Energi yang dimiliki suatu benda berkaitan dengan gerak.


 Terdiri atas?
 Energi potensial dan energi kinetik.
Em = Ep + Ek
dengan: Em = energi mekanik (Joule)
Ep = energi potensial (Joule)
Ek = energi kinetik (Joule)
 Energi potensial?
 Ialah energi yang disebabkan oleh posisi benda.
Ep = mgh
dengan: Ep = energi potensial (Joule)
m = massa benda (kg)
g = konstanta gravitasi (9,8)
 Energi kinetik?
 Ialah energi yang dimiliki benda karena kelajuannya.

 Ketika benda dijatuhkan, energi potensial berubah menjadi energi


kinetik.
 Semakin bergerak ke bawah, energi potensialnya semakin berkurang tapi
energi kinetiknya semakin bertambah. Mengapa?
 Semakin bergerak ke bawah, ketinggian benda dari permukaan bumi
semakin kecil (Ep berkurang) tapi kelajuannya semakin besar (Ek
bertambah)
Hukum Kekekalan Energi

 Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, tapi energi dapat


berubah dari satu bentuk ke bentuk lain.
 Kita lihat animasi gerak rollercoaster berikut.

Ek Ep Em

Ketinggian Kelajuan
Energi Mekanik, Kinetik, dan Potensial pada
Rollercoster

 Telah kamu ketahui bahwa energi mekanik merupakan penjumlahan dari


energi potensial dan energi kinetik.

 Apabila benda selama bergerak naik dan turun hanya dipengaruhi oleh
gaya gravitasi, besar energi mekanik selalu tetap. Dengan kata lain,
jumlah energi potensial dan energi kinetik selalu tetap. Pernyataan itu
disebut Hukum Kekekalan Energi Mekanik.
Usaha

 Usaha sangat dipengaruhi oleh dorongan atau tarikan


(gaya). Jika setelah didorong benda itu tidak
berpindah, gayamu tidak melakukan usaha. Dengan
kata lain, usaha juga dipengaruhi oleh perpindahan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa usaha
dihasilkan oleh gaya yang dikerjakan pada suatu benda
sehingga benda itu berpindah tempat.
 Bagaimanakah ketika kamu mendorong dinding
kelasmu? Apakah dinding berpindah tempat? Walaupun
kamu telah sekuat tenaga mendorongnya, tetapi
dinding tetap ditempatnya. Oleh sebab itu, menurut
Fisika gayamu dikatakan tidak melakukan usaha.
 Apabila gaya disimbolkan
dengan F dan perpindahan
dengan s, secara matematis
usaha dituliskan dalam
persamaan berikut.
W=Fs
dengan:
 W = usaha (J)
 F = gaya (N)
 s = perpindahan (m)
Gambar 2.
 Persamaan ini berlaku untuk
Arah gaya yang diberikan
gaya yang arahnya sama
pada balok searah dengan
dengan perpindahan, seperti
terlihat pada Gambar 2. perpindahannya.
Hukum Newton I
Hukum I
Newton
 “Setiap benda akan diam atau
bergerak lurus beraturan jika resultan
gaya yang bekerja pada benda
tersebut sama dengan nol.”
 Artinya, benda cenderung
mempertahankan kedudukannya.
Benda diam akan tetap diam dan
ketika benda bergerak cenderung
bergerak. Maknanya adalah benda
memiliki sifat untuk selalu
mempertahankan keadaan diam atau
bergeraknya
Hukum Newton II
 “Besarnya percepatan yang dialami suatu benda berbanding lurus dengan gaya
yang bekerja terhadap benda tersebut dan berbanding terbalik dengan massa
bendanya.”
 Berdasarkan teori tersebut, percepatan yang timbul pada suatu benda karena
dipengaruhi gaya yang bekerja pada benda, besarnya akan berbanding lurus dan
searah dengan gaya itu dan berbanding terbalik dengan massa benda.
 Oleh karena itu, rumus Hukum Newton 2 adalah
Hukum Newton III
ILUSTRASI HUKUM NEWTON III

 Duduk di lantai dengan telapak


kaki menempel di dinding, jejakan
kaki saudara dua kali untuk dua
gaya yang berbeda. Apa yang
terjadi ketika saudara menjejakan
kaki dengan kekuatan dorong yang
lamban? Apa yang terjadi ketika
saudara menjejakan kaki dengan
kekuatan dorong yang kuat? Ya,
saudara akan terdorong ke
belakang linier sesuai dengan
kekuatan dorongan saudara.
TUGAS 2

 Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis gaya pada suatu benda!


ATURAN PANGKAT
DAN LOGARITMA
Apt. Anwar Sodik, M. Farm.
1. BENTUK PANGKAT
A. PANGKAT BULAT POSITIF

Jika a bilangan real dan n bilangan bulat positif


maka: a n  a x a x ...x a

(n faktor)
Keterangan:
a n disebut bilangan berpangkat
a disebut bilangan pokok atau basis
n disebut pangkat atau eksponen
Contoh 1:
Nyatakan bentuk berikut dalam bentuk perkalian:
a. 43
b. 37
c. (-3)4
Jawab:
a. 43 = 4 x 4 x 4
b. 37 = 3 x 3 x 3 x 3 x 3 x 3 x 3
c. (-3)4 = (-3) x (-3) x (-3) x (-3)
Contoh 2:
Nyatakan perkalian berikut dalam bentuk bilangan
berpangkat!
a. 4 x 4 x 4 x 4 x 4
b. 7 x 7 x 7
c. (-5) x (-5) x (-5) x (-5) x (-5)
Jawab:
a. 4 x 4 x 4 x 4 x 4 = 45
b. 7 x 7 x 7 = 73
c. (-5) x (-5) x (-5) x (-5) x (-5) = (-5)5
Contoh 3:
Dengan menuliskan faktor-faktornya , tunjukkan bahwa:
a. a2 x a3 = a5 c. (a2)3 = a6 e. 4
a a4
4
b. a  a 2 d. (ab)3 = a3b3    4
2 b b
c. a
Jawab:

a. a2 x a3 = (a x a) x (a x a x a) = ( a x a x a x a x a) = a 5

a4 a xa xa xa
b.   a x a  a 2

a2 a xa
c. (a2)3 = a2 x a2 x a2 = (a x a) x (a x a) x (a x a)
= a x a x a x a x a x a = a6
d. (ab)3 = (ab) x (ab) x (ab) = (a x a x a) x (b x b x b) = a3b3
4
a a a a a a xa xa xa a
4
e.    x x x   4
 
b b b b b b x b x b x b b
B. Pangkat Nol dan Bulat Negatif

Untuk a sembarang bilangan real dan a ≠ 0 berlaku:


an
1  n  a n n  a 0
a
Sehingga dapat didefinisikan:
a0 = 1
untuk sembarang a ≠ 0
Untuk a sembarang bilangan real dan a ≠ 0 berlaku:

a n a  n x a n a n n a 0 1
a n  a n x n    
a an an an an
1
Sehingga dapat didefinisikan: a n 
an
C. Sifat-sifat Perpangkatan
Jika a dan b bilangan real, m dan bilangan bulat
maka:
1. am x an = am+n
am mn
2. n  a , a  0, m  n
a
3. (am)n = amn
4. (ab)n = anbn
n
a an
5.    n , b  0
b b
6. a0 = 1
n 1
a  n
7. a
LOGARITMA
Bentuk Umum: alog b = c ac = b
a = bilangan pokok logaritma.
b = numerus
c = hasil logaritma.
Syaratnya:
a > 0 dan a ≠ 1
b>0
c bebas asalkan bilangan riil.
alog b =c ac = b

Contoh:
1. 2log 8 = 3 sebab 23 = 8
2. 7log 49 = 2 sebab 72 = 49
3. 5log 125 = 3 sebab 53 = 125
4. 2log 32 = 5 sebab 25 = 32
5. log 1000 = 3
Sifat-sifat Logaritma
1. Logaritma bilangan bentuk perkalian
alog (xy) = alog x + alog y

2. Logaritma bilangan bentuk pembagian


alog (x/y) = alog x - alog y

3. Penggantian bilangan pokok logaritma

alog
log b
b = log a
4. Sifat-sifat lain yang diturunkan dari sifat-sifat sebelumnya:
a. alog b.blog c.clog d = alog d

1
b. alog b= blog a

y
c. ax
log a  y

x
a
log x
d. a
LATIHAN
1. Nyatakan bentuk-bentuk berikut dalam pangkat bulat positif !
a. 2-3
b. 1/a-3
c. ab-2

2. Nyatakan bentuk-bentuk berikut dalam pangkat bulat negatif!


a. 1/52
b. p2/q3
c. 1/x2y3

3. Sederhanakanlah bentuk
(x - y)(x-1 + y-1)
LATIHAN 3
1. 4log 16 = .......
2. 5log 625 = .......

3. 2log ⅛ = .......
4. log 10000 = ......

5. 3log ⅓ = .......
6. Tentukan nilai x, jika xlog 81 = 4
7. Tentukan nilai x, jika log x = 5
KEPEKAAN DAN
KESALAHAN DALAM
PENIMBANGAN
Apt. Anwar Sodik, M. Farm.
Timbangan

 Timbangan adalah alat yang diperuntukan atau dipakai bagi pengukuran


massa atau penimbangan (Atmojo 2011)
Jenis timbangan

 Timbangan Manual, yaitu jenis timbangan yang bekerja secara mekanis


dengan sistem pegas. Biasanya jenis timbangan ini menggunakan indikator
berupa jarum sebagai penunjuk ukuran massa yang telah terskala.
 Timbangan Digital, yaitu jenis timbangan yang bekerja secara elektronik
dengan tenaga listrik. Umumnya timbangan ini menggunakan arus lemah dan
indikatornya berupa angka digital pada layar bacaan.
 Timbangan Hybrid, yaitu timbangan yang cara kerjanya merupakan perpaduan
antara timbangan manual dan digital. Timbangan Hybrid ini biasa digunakan
untuk lokasi penimbangan yang tidak ada aliran listrik. Timbangan Hybrid
menggunakan display digital tetapi bagian paltform menggunakan plat
mekanik
Jenis-jenis timbangan yang sering
digunakan di laboratorium
1. Neraca Teknis
 Neraca mekanik sering juga disebut neraca/timbangan teknis terdiri atas tiga
batang skala.
 Batang pertama berskala ratusan gram, batang kedua berskala puluhan gram, dan
batang ketiga berskala satuan gram.
Jenis-jenis timbangan yang sering
digunakan di laboratorium
2. Neraca Analitik
Neraca analitik merupakan salah satu
neraca yang memiliki tingkat ketelitian
tinggi dan bermutu tingg, sehingga dapat
ditempatkan di ruang bebas serta
terhindar dari gangguan akibat aliran
udara
Neraca analitik mempunyai ketelitian yang
tinggi, karena sampai 4 desimal di
belakang koma (contoh: 1,7869 gram),
biasanya digunakan untuk menimbang
benda atau zat yang membutuhkan
ketelitian yang tinggi
Neraca analitik
Syarat-syarat menimbang

 Neraca harus diletakan secara mendatar di atas meja yang tidak dapat
bergetar, tidak langsung terkena cahaya matahari, tidak dekat dengan sumber
panas dan harus bebas dari bahan yang mudah menguap dan korosif.
 Bila neraca tidak dalam keadaan terpakai, neraca harus dalam keadaan
’terkunci’. Dalam hal ini untuk neraca sederhana, pisau-pisau akan
Kesalahan pengukuran untuk kepentingan
analisis dapat dikelompokkan menjadi 3
golongan
a. Kesalahan sistematis
b. Kesalahan acak
c. Kesalahan merambat..
Ketidakpastian sistematik

Ketidakpastian sistematik bersumber dari alat ukur yang digunakan atau kondisi
yang menyertai saat pengukuran.
 Ketidakpastian alat
 Kesalahan Nol
 Waktu respon yang tidak tepat
 Kondisi yang tidak sesuai
Ketidakpastian alat

 Ketidakpastian ini muncul akibat kalibrasi skala penunjukkan angka pada alat
tidak tepat, sehingga pembacaan skala menjadi tidak sesuai dengan yang
sebenarnya. Misalnya, kuat arus listrik yang melewati suatu beban sebenarnya
1,0 A, tetapi bila diukur menggunakan suatu Ampermeter tertentu selalu
terbaca 1,2 A. Karena selalu ada penyimpangan yang sama, maka dikatakan
bahwa Ampermeter itu memberikan ketidakpastian sistematik sebesar 0,2 A.
Untuk mengatasi ketidakpastian tersebut, alat harus di kalibrasi setiap akan
dipergunakan.
Kesalahan Nol

 Ketidaktepatan penunjukan alat pada skala nol juga melahirkan


ketidakpastian sistematik. Hal ini sering terjadi, tetapi juga sering
terabaikan. Sebagian besar alat umumnya sudah dilengkapi dengan sekrup
pengatur/pengenol. Bila sudah diatur maksimal tetap tidak tepat pada skala
nol, maka untuk mengatasinya harus diperhitungkan selisih kesalahan
tersebut setiap kali melakukan pembacaan skala.
Waktu respon yang tidak tepat

 Ketidakpastian pengukuran ini muncul akibat dari waktu pengukuran


(pengambilan data) tidak bersamaan dengan saat munculnya data yang
seharusnya diukur, sehingga data yang diperoleh bukan data yang sebenarnya.
Misalnya, kita ingin mengukur periode getar suatu beban yang digantungkan
pada pegas dengan menggunakan stopwatch. Selang waktu yang diukur sering
tidak tepat karena pengukur terlalu cepat atau terlambat menekan tombol
stopwatch saat kejadian berlangsung.
Kondisi yang tidak sesuai

 Ketidakpastian pengukuran ini muncul karena kondisi alat ukur dipengaruhi


oleh kejadian yang hendak diukur. Misalkan mengukur panjang kawat baja
pada suhu tinggi menggunakan mistar logam. Hasil yang diperoleh tentu
bukan nilai yang sebenarnya karena panas mempengaruhi objek yang diukur
maupun alat pengukurnya
(b) Ketidakpastian Random (Acak)

Ketidakpastian random umumnya bersumber dari gejala yang tidak mungkin


dikendalikan secara pasti atau tidak dapat diatasi secara tuntas. Gejala tersebut
umumnya merupakan perubahan yang sangat cepat dan acak hingga pengaturan
atau pengontrolannya di luar kemampuan kita. Misalnya:
 Gerak acak molekul udara. Molekul udara selalu bergerak secara acak (gerak
Brown), sehingga berpeluang mengganggu alat ukur yang halus
(c) Ketidakpastian Pengamatan

 Ketidakpastian pengamatan merupakan ketidakpastian pengukuran yang


bersumber dari kekurangterampilan manusia saat melakukan kegiatan
pengukuran.
KEPEKAAN TIMBANGAN
SIMPANGAN BAKU

 Simpangan Baku / Standard Deviasi merupakan rata-rata deviasi/simpangan


semua titik terhadap rata-ratanya.
ANALISIS REGRESI

 Regresi linier sering digunakan untuk melihat nilai prediksi atau


perkiraan yang akan datang

 Apabila X dan Y mempunyai hubungan, maka nilai X yang sudah


diketahui dapat digunakan memperkirakan Y

 Perkiraan mengenai terjadinya sesuatu kejadian (nilai variabel


untuk waktu yang akan datang, seperti prediksi produksi 3 tahun
yang akan datang, prediksi harga bulan depan, ramalan jumlah
penduduk 10 tahun mendatang, ramalan hasil penjualan tahun
depan).
LITERATUR
 Martin,Alfred,dkk. 2011.Farmasi fisika dan ilmu farmasetika,edisi 5, patrick
J.Sinko, ; alih bahasa, joshita Djajadisastra; editor edisi bahasa Indonesia,
july manurung, et al, Jakarta : EGC
 Anief, M, 1993,Farmasetika, Gadjah Mada Univesity Press, Yogyakarta.
 Bhat, R. S., Shankrappa, J., & Shivakumar, H.G. 2017. Formulation and
evaluation of polyherbal wound treatments. Asian Journal of Pharmaceutical
Sciences, 2017
 Sinala, Santi. 2016. Farmasi Fisik. Jakarta ; Kemenkes RI
 Dll yang relevan

Anda mungkin juga menyukai