Anda di halaman 1dari 6

Perhitungan

A. Tikus
1. Perhitungan Pemberian Dosis
a. Asam mefenamat = 500 mg/kg BB
Dosis Konversi = 0.018 x 500 = 9 mg
Larutan stok = 9 mg / 5 mL
9 mg xBobot tablet
=
Dosis tablet
9 mg x 705 mg
=
500 mg
= 12.69 mL dalam 5mL Na. CMC
b. Natrium Diklofenak = 50 mg/kg BB
Dosis Konversi = 0.018 x 50 = 0.9 mg
Larutan stok = 0.9 mg / 5 mL
0.9 mg xBobot tablet
=
Dosis tablet
0.9 mg x 200 mg
=
50 mg
= 4.68 mg dalam 5mL Na. CMC
c. Ibuprofen = 400 mg/kg BB
Dosis Konversi = 0.018 x 400 = 7.2 mg
Larutan stok = 7.2 mg / 5 mL
7.2mg xBobot tablet
=
Dosis tablet
7.2mg x 506 mg
=
400 mg
= 9.108 mg dalam 5mL Na. CMC
d. Asam mefenamat = 500 mg/kg BB
Dosis Konversi = 0.018 x 500
Larutan stok = 9 mg / 5 mL
9 mg xBobot tablet
=
Dosis tablet
9 mg x 705 mg
=
500 mg
= 12.69 mL dalam 5mL Na. CMC
2. Data Pengamatan

Waktu Asam Parasetamol Ibuprofen Antalgin Natrium Kontrol


mefenamat Diklofenak
0 -5 1 0 0 13 1 1
5- 10 6 1 0. 4 3 9
10-15 3 3 0. 4 5 5
15- 20 3 2 1 6 7 17
20-25 7 2 0 3 8 13
25 – 30 12 3 21 2 6 14
Total 32 11 22 32 32 59

Perhitungan
 Asam mefenamat
P
% Daya Analgetik = 100 – ( x 100 )
K
32
= 100 – ( x 100 )
59
= 100 – 54.23
= 45.77 %

 Parasetamol
P
% Daya Analgetik = 100 – ( x 100 )
K
11
= 100 – ( x 100 )
59
= 100 – 18.64
= 81.36 %
 Ibuprofen
P
% Daya Analgetik = 100 – ( x 100 )
K
22
= 100 – ( x 100 )
59
= 100 – 37.28
= 62.72 %
 Antalgin
P
% Daya Analgetik = 100 – ( x 100 )
K
32
= 100 – (
x 100 )
59
= 100 – 54.23
= 45.77 %
 Natrium Diklofenak
P
% Daya Analgetik = 100 – ( x 100 )
K
32
= 100 – ( x 100 )
59
= 100 – 54.23
= 45.77 %

Nilai p value t test :

B. Mencit
1. Perhitungan Pemberian Dosis
a. Asam mefenamat = 500 mg/kg BB
Dosis Konversi = 0.026 x 500 = 1.3 mg
Larutan stok = 1.3 mg / 5 mL
1.3 mg xBobot tablet
=
Dosis tablet
1.3 mg x 780 mg
=
500 mg
= 2.028 mg dalam 5mL Na. CMC
b. Ekstrak Jambu Biji
Dosis Konversi = 0.0026 x 250 mg
= 0.65 mg/5 mL

2. Data Pengamatan
Kontrol Jambu Biji Asam
mefenamat
4.9 6.3 6.8

 % Aktivitas analgesik Jambu Biji


T −K
% Aktivitas analgetik =( x 100 )
C−K
6.3−4.9
=( x 100 )
10−4. 9
1.4
=( x 100 )
5.1
= 27. 45
 % Aktivitas analgesik Asam mefenamat
T −K
% Aktivitas Analgetik =( x 100 )
C−K
6.8−4.9
=( x 100 )
10−4. 9
1.9
=( x 100 )
5.1
= 37.25

Pembahasan
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui % daya analgetik pada obat analgetik
seperti asam mefenamat,natrium dikofenak,ibuprofen, parasetamol, dan antalgin pada tikus dan
% aktivitas analgesik pada ekstak jambu biji dan asam mefenamat pada mencit. Analgetika
merupakan suatu obat atau senyawa yang dipergunakan untuk mengurangi atau menghalau
rasa sakit atau nyeri. Pada percobaan pertama yaitu dilakukan yaitu pengujian obat analgetik
pada tikus. Metode rangsang kimia digunakan berdasarkan atas rangsang nyeri yang
ditimbulkan oleh zat-zat kimia yang digunakan untuk penetapan daya analgetika.
Praktikum kali ini menggunakan metode rangsangan kimia yang ditujukan untuk
melihat respon tikus terhadap larutan Asam Asetat 1 % yang dapat menimbulkan respon
menggeliat dan menarik kaki ke belakang dari tikus ketika menahan nyeri pada perut. Pemberian
asam asetat dilakukan secara intraperitonial karena untuk mencegah penguraian asam asetat
saat melewati jaringan fisiologik pada organ tertentu dan larutan steril asam asetat
dikhawatirkan dapat merusak jaringan tubuh jika diberikan melalui rute lain, misalnya per
oral, karena sifat kerongkongan cenderung bersifat tidak tahan terhadap pengaruh asam Langkah
awal yang dilakukan adalah pemberian obat-obat analgetik pada tiap tikus. Tikus kelompok
pertama diberikan larutan ibuprofen secara per oral dan setelah 15 menit kemudian diberi
larutan asam asetat 1 % secara intra peritonial. Tikus kelompok kedua diberikan parasetamol
secara per oral dan setelah 15 menit kemudian diberi larutan asam asetat secara intra peritonial.
Tikus kelompok ketiga diberikan antalgin secara per oral dan setelah 15 menit kemudian diberi
larutan asam asetat secara intra peritonial. Tikus kelompok keempat diberikan larutan natrium
diklofenak secara per oral dan setelah 15 menit kemudian diberi larutan asam asetat ecara intra
peritonial. Tikus kelompok kelima diberikan Na CMC (kontrol negatif) secara per oral dan
setelah 15 menit kemudian diberi larutan asam asetat secara intra peritonial.
% daya analgetik adalah suatu ukuran yang digunakan untuk membandingkan kekuatan
analgesik dari dua obat atau lebih. Rasio ini dihitung dengan membagi dosis obat yang
diperlukan untuk menghasilkan efek analgesik yang sama. Secara umum, obat dengan % daya
analgetik yang lebih tinggi akan lebih efektif dalam menghilangkan rasa sakit. Namun, penting
untuk diingat bahwa % daya analgetik tidak selalu merupakan indikator yang akurat dari
efektivitas obat. Obat dengan % daya analgetik yang lebih rendah mungkin masih efektif dalam
menghilangkan rasa sakit, terutama jika rasa sakitnya ringan.Pada hasil pengamatan kali ini %
daya analgesik yang tertinggi hinga terendah yaitu Parasetamol sebesar 81.36 %, Ibuprofen
sebesar 62.72 %, dan terakhir asam mefenamat, antalgin dan natrium diklofenak sebesar 45.77
%. Hasil ini tidak sesuai dengan literatur karena pasalnya urutan daya analgesik pada obat
analgesik yaitu asam mefenamat > natirum diklofenak > antalgin > ibuprofen > parasetamol.
Selain itu, setelah dilakukan uji t test dibandingkan dengan nilai daya analgesik dari masing-
masing obat sesuai literatur menunjukkan nilai p value sebesar 0.1658. Nilai p-value yang lebih
besar dari 0,05 berarti bahwa kemungkinan hasil penelitian merupakan akibat dari kesalahan
lebih besar dari 5%. Oleh karena itu, nilai p-value lebih dari 0,05 tidak menunjukkan perbedaan
yang berarti.Ada kemungkinan data yang didapatkan kurang valid. Hal ini dapat terjadi karena
beberapa faktor, antara lain praktikan sulit membedakan antara geliatan yang diakibatkan
oleh rasa nyeri dari obat atau karena tikus merasa kesakitan akibat penyuntikan
intraperitoneal pada perut tikus, faktor penyuntikan yang tertunda karena tikus sempat
menolak.
Praktikum selanjutnya yaitu dilakukan analisis % aktivitas analgesik pada mencit yaitu
dengan diberikan ekstrak etanol jambu biji dan asam mefenamat. Pemberian kontrol negatif
diberikan pada tikus 1 yaitu Na-CMC, tikus 2 diberikan ekstrak etanol jambu biji, dan tikus 3
diberikan asam mefenamat (kontrol positif) . Kemudian setelah 30 menit diberi perlakuan, hewan
uji kecuali yang diberikan asam mefenamat ditempatkan diatas hot plate dengan suhu 60 oC.
Pada uji analgesik mencit diletakkan diatas hotplate berfungsi untuk menginduksi rasa sakit pada
mencit. Rasa sakit yang ditimbulkan oleh panas dari hotplate akan merangsang reseptor nyeri
(nosiseptor) di kulit mencit. Kemudian diamati respon latensi (daam hitungan detik), respon
latensi adalah waktu yang terlewat diantara penempatan hewan di piring panas dan adanya
perilaku menjilai telapak kaki, gemetar, atau melompat dari permukaan. Kemudian diukur waktu
reaksi dari perilaku pertama yang ditimbulkan dimana respon yang diamati adalah menjilati
telapak kaki.
Data praktikum yang dieroleh yaitu % aktivitas analgesik pada tikus yaitu sebesar 27.45
pada asam mefenamat dan 37.25 pada ekstrak etanol jambu biji. Hal ini menunjukkan aktivitas
analgesik pada asam mefenamat lebih tinggi daripada jambu biji dilihat dari pada asam
mefenamat respon geliat pada mencit baru terjadi pada detik 6.8 hal ini menunjukkan pemberian
asam mefenamat memiliki efek analgesik yang lebih lama daripada ekstrak etanol jambu biji.

Daftar Pustaka :

Ganiswara, Sulistia G. 2009. Farmakologi dan Terapi Edisi Revisi V. Jakarta : Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Katzung B G. 2018. Basic Clinical Pharmacology. 14th Ed. North America : Mc. Graw
Education.

Priyanto. 2008. Farmakologi Dasar Edisi II. Depok : Leskonfi

Anda mungkin juga menyukai