Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM 3

KIMIA FARMASI 2

PENENTUAN KADAR METAMPIRON DALAM SAMPEL JAMU TRADISIONAL

NAMA KELOMPOK :

1. RIFA RIZKY AZIZAH (18.0602.0007)


2. KHOFIFAH AMIRROTUL M (18.0602.0008)
3. DELLA AYU S (18.0602.0009)
4. ANISSA RAHMAWATI (18.0602.0010)
5. ELMA ZALFA L ( 18.0602.0012)

DIPLOMA III FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH MAGELANG
2020
A. DASAR TEORI

Titrasi iodimetri merupakan titrasi redoks. Titrasi-titrasi redoks berdasarkan


pada perpindahan electron antara titran dengan analit. Jenis titrasi
ini biasanya menggunakan potensiometri untuk mendeteksi titik akhir, meskipundemikian,
penggunaan indikator yang dapat merubah warnanya dengan adanyakelebihan titran juga
sering digunakan (Gandjar, 2007).Titrasi redoks yang melibatkan iodium dapat dilakukan
dengan dua cara,yaitu titrasi langsung (iodimetri) dan titrasi tidak langsung (iodometri).
Iodimetrimerupakan titrasi redoks yang mengacu kepada dengan suatu larutan iod
standar.Dalam kebanyakan titrasi langsung dengan iod, digunakan suatu larutan iod
dalam bentuk kalium iodida, dan karena itu spesi reaktifnya adalah iod triodida. Untuk tepatn
ya, semua persamaan yang melibatkan reaksi-reaksi iod seharusnya ditulisdengan I3- dan
bukan dengan I2-(Bassett, 1994)
Terkadang beredar jamu pegel linu yang diklaim alami tanpa tambahan bahan kimia
maupun pengawet, namun ternyata dalam beberapa kasus ditemukan mengandung
metampiron/antalgin untuk meningkatkan efek antinyerinya secara drastis. Kecurangan ini
kerap terjadi di Indonesia, khususnya jawa tengah. Hal ini tentu saja berbahaya karena
konsumsi jamu umumnya rutin setiap hari di masyarakat. Metampiron tentu saja dapat
mengakibatkan kerusakan ginjal dan hepar bila digunakan dalam jangka waktu yang lama
dan bahkan dapat menimbulkan kematian. Jamu pegel linu umumnya berbentuk serbuk siap
seduh dalam kemasan kantong kertas.
B. ALAT DAN BAHAN
1) Alat

 Buret 10 ml dan statis


 3 buah erlenmayer 125 ml
 1 buah Erlenmayer 100 ml
 1 buah gelas ukur 100 ml
 1 buah gelas ukur 5 ml
 2 buah gelas beaker 250 ml
 2 buah pipet volume 5 ml
 1 buah spatula
 1 buah labu ukur 100 ml
 2 buah corong
 1 buah mortir & stamper
 1 buah pipet tetes

2) Bahan

 Sampel Jamu serbuk pegel linu (400 mg)


 Indicator kanji 0,5 %
 10 ml HCl
 Aquadest
 Iodium 0,1 N
 Alumunium foil
 Kertas perkamen
C. PROSEDUR KERJA
1. Sampel digerus hingga halus
2. Timbang bobot serbuk tersebut
3. Tambahkan HCl 5 ml dan dilarutkan dengan aquadest hingga 50 ml
4. Digojok hingga homogen
5. Larutan sampel jamu sebanyak 50 ml dipipet 10 ml dan masukkan dalam erlenmeyer 250
ml
6. Teteskan indikator larutan kanji 0,5% dalam keadaan telah dipanaskan
7. Titrasi dengan larutan baku Iodium 0,1 N sampai berubah warna menjadi biru stabil
8. Lakukan pengulangan 3x (Triplo)
D. CONTOH DATA HASIL PRAKTIKUM
Larutan Sampel + Volume titrasi
Indikator (ml)

Repetisi 1 3,7 ml
Repetisi 2 4,3 ml

Repetisi 3 4,1 ml
Rata-rata 4,03 ml

*Berat tiap sampel 400 mg

Perhitungan Kadar

V . titran X N . titran X BE metampiron


X 100 %
berat sampel (mg)

3,7 ml X 0,1 N X 16,67


Repetisi 1 = X 100 %=1,541%
400 mg
4,3 ml X 0,1 N X 16,67
Repetisi 2 = X 100 %=1,792 %
400 mg
4,1 ml X 0,1 N X 16,67
Repetisi 3 = X 100 %=1,709 %
400 mg
4 ml X 0,1 N X 16,67
Rata –rata = X 100 %=1,68 %
400 mg
E. SIMULASI DATA HASIL PRAKTIKUM
Hasil kadar metampiron dalam sampel jamu pegel linu :

Larutan Sampel + Volume titrasi (ml)


Indikator
Repetisi A 16,8 ml

Repetisi B 17,3 ml

Repetisi C 16,2 ml
Rata-rata 16,77 ml

*Berat tiap sampel 500 mg

Perhitungan Kadar

V . titran X N . titran X BE metampiron


X 100 %
berat sampel (mg)
16,8 ml X 0,1 N X 16,67
Repetisi A = X 100 %=5,601 %
500 mg

17,3 ml X 0,1 N X 16,67


Repetisi B = X 100 %=5,767 %
500 mg

16,2ml X 0,1 N X 16,67


Repetisi C = X 100 %=5,401 %
500 mg

16,77 ml X 0,1 N X 16,67


Rata –rata = X 100 %=5,591%
500 mg

F. POST TEST
1) Mengapa indikator kanji perlu dipanaskan terlebih dahulu?
Jawaban : Indikator kanji/ alumunium yang dipergunakan harus ditambahkan
mendekati titik akhir titrasi. Penambahan amilum di awal titrasi akan menyebabkan
terbentuknya iod-amilum akan membentuk kompleks warna biru yang tidak larut
dalam air dingin, sehingga akan menyebabkan titran semakin bertambah untuk
memutuskan ikatan kuat senyawa kompleks tersebut dan akan mengganggu
penetepan kadar sampel.
2) Kapan titrasi dihentikan?
Jawaban : Titrasi dihentikan saat tritasi dengan larutan iodium perlahan-lahan hingga
timbul warna biru tetap.
3) Bagaimana mengukur volume akhir titrasi?

Jawaban : Perhitungan Kadar


V . titran X N . titran X BE metampiron
X 100 %
berat sampel (mg)

Anda mungkin juga menyukai