Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOFARMASETIKA DAN FARMAKOKINETIKA


PENGARUH FORMULASI TERHADAP DISOLUSI TABLET DAN NILAI AUC OBAT

Dosen Pengampu : apt. Muhammad Eko Pranoto M,Farm

Disusun oleh :
Kelompok 1
1. Dila Denisa 211030700275
2. Jihan Hamidah 211030700256
3. Khalipatun sahara 211030700269
4. Lies irawati 211030700279
5. Lufitha Evelyne Cahyani 211030700241
6. Nurhakiki 211030700249
7. Rizki Zaidan Agustian 211030700262
8. Rohana 211030700520

Kelas : 06FKKP001

LABORATORIUM BIOFARMASETIKA DAN FARMAKOKINETIK


JURUSAN FARMASI KLINIS DAN KOMUNITAS
STIKES WIDYA DHARMA HUSADA
TANGERANG
2024
I. Tujuan Praktikum
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiwa diharapkan mampu :
a. Menguraikan penjelasan mengenai disolusi
b. Menampilkan praktek uji disolusi sediaan tablet
c. Menyusun pembahasan dan merumuskan kesimpulan mengenai pengaruh faktor formulasi
terhadap profil disolusi dan nilai AUC total berdasarkan data yang diperoleh
II. Dasar Teori
Disolusi didefinisikan sebagai proses dimana suatu zat padat masuk kedalam pelarut
menghasilkan suatu larutan. Dalam sistem biologik pelarutan obat dalam media air merupakan
suatu bagian penting sebelum kondisi absorbsi sistemik. Laju pelarutan obat – obat dengan
kelarutan dalam air sangat kecil dari bentuk sediaan padat yang utuh dalam saluran cerna sering
mengendalikan laju absopsi sistemik obat (Shargel,1998).
Disolusi mengacu pada proses ketika fase padat (misalnya tablet atau serbuk)masuk ke
dalam fase larutan, seperti air. Intinya ketika obat melarut partikel – partikel padat memisah dan
molekul demi molekul bercampur dengan cairan dan tampak menjadi bagian dari cairan tersebut.
Oleh karena itu disolusi obat yaitu suatu proses ketika molekul obat dibebaskan dari fase padat
dan masuk ke dalam fase larutan (Sinko,2006).
Uji disolusi merupakan pengujian kelarutan zat aktif dalam suatu pelarut tertentu tiap
satuan waktu menggunakan pemodelan disolusi. Uji disolusi ini dilakukan dengan pemodelan
disolusi dikondisikan sedemikian rupa agar sesuai dengan kondisi sebenarnya di dalam tubuh
menggunakan dissolution tester. Pengujian ini menggunakan tablet paracetamol generik untuk
melihat pengaruh formulasi terhadap laju disolusi tablet. Ada beberapa faktor – faktor yang
mempengaruhi laju disolusi zat aktif (Siregar, 2010):
a. Faktor yang berkaitan dengan sifat fisikokimia zat aktif
Sifat fisikokimia zat aktif memiliki peranan dalam pengendalian disolusinya dari bentuk
sediaan meliputi: efek kelarutan obat, ukuran partikel dan kelarutan obat dalam
menentukan laju disolusi.
b. Faktor yang berkaitan dengan formulasi sediaan
Formulasi sediaan meliputi: efek formulasi yaitu suatu bahan obat dapat dipengaruhi bila
dicampur dengan bahan tambahan (bahan pengisi, pengikat dan penghancur) dan efek
pembuatan sediaan menggunakan metode granulasi dapat mempercepat laju disolusi obat
yang kurang larut.
c. Faktor yang berkaitan dengan bentuk sediaan
Faktor yang berkaitan dengan bentuk sediaan solid yang mempengaruhi proses disolusi
meliputi metode granulasi atau prosedur pembuatan, ukuran granul, interaksi zat aktif dan
eksipien dan pengaruh penyimpanan pada uji disolusi
d. Faktor yang berkaitan dengan parameter uji
Beberapa faktor parameter uji disolusi mempengaruhi karakteristik disolusi zat aktif
seperti sifat dan karakteristik media disolusi,pH, lingkungan dan suhu sekeliling telah
mempengaruhi daya guna disolusi suatu zat aktif.

Area Under Curve (AUC) adalah AUC adalah permukaan dibawah kurva (grafik)
yang menggambarkan naik turunnya kadar plasma sebagai fungsi waktu. AUC dapat
digunakan untuk membandingkan kadar masing-masing plasma obat bila penentuan
kecepatan eliminasinya tidak mengalami perubahan (Tjay dan Rahardja, 2007)

Monografi Parasetamol (C8H9NO2)


Nama Kimia : N-asetil-4-aminofenol
Berat Molekul : 151, 16 gram/mol
Titik Lebur : 169– 172oC
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa pahit
Kandungan : parasetamol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih
dari 101,0%
Kelarutan : larut dalam 7 bagian etanol (95%)P , dalam 13 bagian aseton P,
dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian propilenglikol P
,larut dalam larutan alkali hidroksida.
Inkompatibiltas : tidak bercampur dengan senyawa yang memiliki ikatan
hidrogendan beberapa antasida.
Stabilitas : peningkatan suhu dapat mempercepat degradasi. Terhidrolisis pada
pH minimal 5-7, stabil pada temperatur 45oC (dalam bentuk
serbuk).
Polimorfisme : tiga bentuk metastabil dari parasetamol yaitu
osthorombikacetamoluntuk pembuatan tablet dan monoklinik
acetaminophen dengan ukuran lebih kecil dan termodinamik yang
stabil.
Penyimpanan : dalam wadah tetutup baik, terlindung dari cahaya
Monografi pct (FI,EDISI III HAL 37)
III. Metodologi
a. Alat
1. Dissolution tester
2. Spektrofotometer UV-VIS
3. Pipet ukur
4. Peralatan gelas (beaker glass, gelas ukur, dll)
b. Bahan
1. Tablet parasetamol 500 mg
2. Larutan dapar fosfat pH 5,8
c. Prosedur kerja
1. Setiap kelompok menggunakan satu sampel uji dengan medium disolusi yang telah
ditetapkan.
2. Penentuan panjang gelombang larutan zat aktif:
Buat larutan standar konsentrasi 100 µg/mL dan ukur serapannya pada panjang
gelombang 200 - 800 nm.
3. Pembuatan kurva kalibrasi:
Buat larutan standar zat aktif dengan beberapa konsentrasi dan ukur serapannya pada
panjang gelombang maksimum (hasil pengukuran pada no. 2). Hasil yang diperoleh
kemudian diplotkan dalam grafik hubungan konsentrasi dengan absorbansi sehingga
didapatkan persamaan regresi linier y = a ± bx
4. Penentuan profil disolusi:
Wadah disolusi (chamber) diisi dengan air dan atur suhu pada 37ºC, kemudian chamber
diisi medium disolusi sebanyak 900 mL. Sampel tablet dimasukkan dalam chamber yang
sudah terisi medium disolusi kemudian alat disolusi diatur pada kecepatan 50 rpm.
Larutan diambil sebanyak 5 mL pada menit ke 0, 5, 10, 15, 20 dan 30. Setiap
pengambilan harus digantikan dengan medium lagi sejumlah yang sama. Larutan
tersebut kemudian diambilsebanyak 1 mL, lalu masukkan ke dalam labu ukur 100 mL
dan cukupkan volume dengan dapar fosfat pH 5,8 hingga 100 mL. Masing-masing
larutan diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum dengan spektofotometer
UV - Vis, kemudian tentukan kadar zat aktif yang terdisolusi per satuan waktu
menggunakan kurva kalibrasi. Kadar zat aktif yang terdisolusi dapat dihitung dengan
cara:
- Menghitung nilai x (ppm) menggunakan persamaan regresi linier: y = ± a ± bx
x = (y ± a)/ ±b → y = absorbansi sampel
- Menghitung nilai C (mg) pada menit pencuplikan
C = (X * Volume medium * FP)/1000
- Menghitung Faktor Koreksi (FK)
FK = (volume pencuplikan/volume medium) * C menit sebelumnya
- Menghitung kadar obat (mg) terdisolusi
Kadar obat (mg) terdisolusi = C + FK kumulatif
- Menghitung % kadar terdisolusi
% kadar terdisolusi = (mg terdisolusi/mg zat aktif) * 100

IV. Hasil
A. Pembuatan dapar phospat ph 5,8
Diketahui:
Komposisi dapar prospat pH 5.8 kesetaraan 0,2 N sebanyak 200 ml mengandung:
Kalium Dihidroksida 50 ml
NaoH 3,6 ml
Aqua dest ad 200 ml
Ditanya:
Berapa komposisi kalsium Dihidroksida dan NaoH untuk membuat dapat sebanyak 200 ml?
Jawab:
900 ml A
• Kalium Dihidroksida = 200 ml x 50 ml = 225 ml
Massa 1000
M = x
Mr V
A 1000
0,2 N = 136,17 x = 6,1238 gram
225 ml
900 ml A
• NaoH = x 3,6 ml = 16,2 ml
200 ml
Massa 1000
M = x
Mr V
Massa 1000
0,2 N = x = 0,1296 gram
40 3,6 ml

Maka diperkirakan 6,1238 gram kalium dihidroksida yang dilarutkan dalam 225 ml
Aquadest dan 0,1296 gram NaoH dilarutkan dalam 16,2 ml Aquadest.
B. Larutan induk paracetamol
500 mg dilarutkan dalam 100 ml Aquadest , maka:
500
= 5 ppm
100 ml

C. Pengenceran kurva kalibrasi


Variasi larutan 2 ppm, 4 ppm
• 2 ppm → V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 5 ppm = 25 ml . 2 ppm
50 𝑚𝑙 /𝑝𝑝𝑚
V1 = 5 𝑝𝑝𝑚

= 10 ml
• 4 ppm → V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 5 ppm = 25 ml . 4 ppm
100 𝑚𝑙 /𝑝𝑝𝑚
V1 = 5 𝑝𝑝𝑚

= 20 ml
D. Hasil kurva kalibrasi
Konsentrasi (ppm) Absorbansi (nm)
2 0,7863
4 3,8430
Regresi Linear → y = 3,0567x – 2,2704
R2 =1
E. HASIL KURVA DISOLUSI
Waktu (M) Absorbansi (nm)
5 0,7860
10 0,7861
15 0,7861

F. Nilai X (ppm)
Regresi Linear kurva kalibrasi:
Y = 3,0567x – 2,2704
R2 =1
0,7860−2,2704 1,4844
• Menit 5 : = 3,0567 = −0,4856
3,0567
0,7861−2,2704 1,4843
• Menit 10 : = 3,0567 = −0,4855
3,0567
0,7861−2,2704 1,4843
• Menit 15 : = 3,0567 = −0,4855
3,0567

G. Nilai C (mg)
−0,4856 x 900ml x 100
• Menit 5 : = −43,704
1000
−0,4855 x 900ml x 100
• Menit 10 : = −43,695
1000
−0,4855 x 900ml x 100
• Menit 15 : = −43,695
1000
H. Faktor koreksi
5 ml
• Menit 5 : 900 ml x (−43,704) = −0,2428
5 ml
• Menit 10 : 900 ml x (−43,695) = −0,2427
5 ml
• Menit 15 : 900 ml x (−43,695) = −0,2427

I. Kadar obat terdisolusi


• Menit 5 : -43,704 + (-0,2428) = -43,9468 mg
• Menit 10 : -43,695 + (-0,2428 -0,2427) = -44,1805 mg
• Menit 15 : -43,695 + (-0,2428 -0,4855) = -44,4232 mg
J. % kadar terdisolusi
−43,9468 mg
• Menit 5 : x 100% = −8,7893%
500 mg
−44,1805 mg
• Menit 10 : x 100% = −8,8361%
500 mg
−44,4232 mg
• Menit 15 : x 100% = −8,8846
500 mg

K. Tabel pengamatan
Waktu Absorbansi X (ppm) C (mg) Kadar obat % kadar
terdisolusi terdisolusi
(mg)
5 Menit 0,7860 -0,4856 -43,704 -43,9468 -8,7893%
10 Menit 0,7861 -0,4855 -43,695 -44,1805 -8,8361%
15 Menit 0,7861 -0,4855 -43,695 -44,4232 -8,8846%

L. Grafik AUC (Area Under Curve)


V. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan uji disolusi terhadap tablet paracetamol. Disolusi
didefinisikan sebagai proses dimana suatu zat padat masuk kedalam pelarut menghasilkan suatu
larutan. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh formulasi terhadap
disolusi tablet dan nilai AUC. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan kelarutan
dari suatu zat atau disolusi, yaitu viskositas, pH pelarut, temperatur, pengaduk, ukuran partikel,
polimorfisme dan sifat permukaan zat.
Pada praktikum kali ini alat yang digunakan yaitu gelas beker, labu ukur, stamper dan
mortir, mikropipet, pipet ukur, pipet tetes. Sedangkan bahan yang digunakan adalah tablet
paracetamol, aquadest, larutan dapar poshpat pH 5,8.
Prosedur pertama yang dilakukan yaitu membuat larutan dapar poshpat pH 5,8
sebanyak 900 ml dengan bahan kalium hidrogen sulfat sebanyak 6,1238 gram, NaOH sebanyak
0,1296 gram dan ad aquadest hingga 900 ml di dalam beker gelas. Larutan dapar phospat
digunakan untuk media disolusi dan sebagai larutan blanko.
Prosedur selanjutnya yaitu membuat larutan induk paracetamol 500 mg dimasukan ke
dalam labu ukur 100 ml kemudian tambahkan aquadest ad tanda batas 100 ml , lalu kocok ad
larut. Selanjutnya membuat larutan kurva kalibrasi dengan variasi konsentrasi dari larutan induk
2 ppm dan 4 ppm, untuk konsentrasi 2 ppm diambil 10 ml larutan induk dimasukan dalam labu
ukur kemudian di tambahkan aquadest ad tanda batas 25 ml. Untuk konsentrasi 4 ppm, larutan
induk diambil 20 ml di dimasukan dalam labu ukur dan ditambabkan aquadest ad tanda batas 25
ml.
Pada pengujian kurva kalibrasi menggunakan spektrometer Uv-Vis dengan panjang
gelombang maximum. Langkah pertama yaitu meng-nol kan blanko yaitu pelarut, dan setelah
itu melakukan pengukuran absorbansi sampel. Sampel larrutan konsentrasi 2 ppm di masukan
kedalam kuvet kemudian di ukur absorbansi nya. Selanjutnya kuvet yang telah dipakai kemudian
di buang dan kuvet dibilas menggunakan aquadest karena untuk meminimalisir kontaminasi dari
zat-zat lain. Selanjutnya sampel larutan konsentrasi 4 ppm dimasukan ke dalam kuvet kemudian
diukur absorbansi nya. Dihasilkan bahwa absorbansi 2 ppm adalah 0,7863nm dan 4 ppm adalah
3,8430 nm. Kemudian hasil tersebut dibuat kurva dan di dapatkan persamaan regresi linear yaitu
y=3,0567x-2,2704 dengan nilai r=1 menunjukkan bahwa hasil kurva kalibrasi baik,
Pada uji disolusi, prosedur yang dilakukan pengujian terhadap kadar tablet paracetamol
500 mg. Sebanyak 1 tablet paracetamol dimasukin kedalam alat yang diisi larutan dapar poshpat
pH 5,8 sebanyak 900 ml. Larutan dapar phospat di asumsikan sebagai cairan yang ada di dalam
lambung. Kemudian alat dijalankan dan pada suhu 37°C. Suhu tersebut menggambarkan suhu
tubuh manusia. Kemudian pada menit ke 0, 5, 10,15, 20, 30 masing-masing diambil sebanyak
5 ml kemudian dimasukan dalam gelas beker. Setiap pengambilan sampel di gantikan dengan
larutan yang baru dengan volume yang sama. Selanjutnya dihitung absorbansi nya di ukur
menggunakan spektrometer Uv-Vis dengan Panjang gelombang 200-800 nm. Dihasilkan bahwa
absorbansi pada menit ke 5= 0,7860 nm, menit ke 10=0,7861, menit ke 15=0,7861. Kemudian
hasil tersebut di gunakan untuk menentukan kadar zat aktif yang terdisolusi. Setelah dilakukan
perhitungan dihasilkan bahwa presentase kadar obat terdisolusi menit ke 5=(-43,946 mg) dengan
presentase -8,7893%, menit ke 10=(-44,4232mg) dengan presentase -8,8361% dan menit ke
15=(-44,4232mg) dengan presentase -8,8846%. Hasil kadar tersebut tidak sesuai dengan
persyaratan kadar yang di tentukan, seharusnya persyaratan kadar tablet paracetamol 500mg
adalah tidak kurang dari 80% dari jumlah yang tertera pada etiket. (FI E-VI)
Hasil yang tidak sesuai dapat diakibatkan oleh banyak faktor. Pertama karena salah
satu komposisi dapar phospat 5,8 sebagai media disolusi di gantikan dengan bahan lain yaitu
kaliun dihydrogen phospat di gantikan dengan kalium dihidroksida. Kedua, karena larutan induk
paracetamol yang digunakan adalah paracetamol generic bukan paracetamol murni BFI karena
keterbatasan bahan di laboratorium. Ketiga karena ketidakteilitian praktikan selama proses
praktikum sampai perhitungan data.
Berdasarkan grafik AUC dapat dilihat bahwa menit ke 5 obat mencapai kadar
konsentrasi disolusi paling tinggi. Kemudian semakin semakin lama obat terdisolusi maka
kadarnya akan semakin menurun, kemungkinan diakibatkan karena sisa obat yang terdisolusi
sedikit.

VI. Kesimpulan
Pada percobaan diperoleh % kadar dari obat paracetamol yang terdisolusi pada menit ke 5
(-8,7893%) menit ke 10 (-8,8361%) dan pada menit ke 15 (-8,8846%). Nilai tersebut tidak
memenuhi syarat persen (%) karena nilainya tidak memasuki rentang disolusi tablet parasetamol
pada FI VI yaitu nilai disolusi parasetamol adalah tidak kurang dari 80% dan tidak melebihi
110%. Sesuai dengan yang tertera pada etiket

VII. Lampiran

Persiapan pembuatan Larutan induk


Larutan induk paten Naoh 16,2 ml
larutan induk generik

Persiapan
Larutan dapar phospat ph Absorbansi 2
pembuatan dapar Absorbansi 4 ppm
5,8 ppm
phospat
Absorbansi 5
Absorbansi 15 menit Absorbansi 10 menit Media disolusi
menit

Hasil disolusi tablet


Proses disolusi tablet
paracetamol 600 mg paten
paracetamol 500 mg paten
pada menit ke 0-30
DAFTAR PUSTAKA
Rana, dkk, 2021, Modul Praktikum Biofarmasetika dan Farmakokinetika, STIKes Widya
Dharma Husada, Tangerang
Shargel, 1998, Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan, Edisi kedua,Siti Sjamsiah,
Penerjemah : Surabaya, Airlangga University
Sinko, P.J.,2006, Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika, Edisi 5, ditetrjemahkan oleh
Djajadisastra,J & Hadinata,A.H., Penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta
Siregar,C.J.P., 2010, Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar – Dasar Praktis, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Tjay, T.H. & Rahardja, 2007, Obat-Obat Penting, Edisi Keenam, Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo
DINKES RI. 2020. Farmakope Indonesia Edisi VI. Jakarta
DINKES RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai