Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOKINETIK

MODEL 1-KOMPATERMEN TERBUKA

Disusun oleh:

Nama : Suhesti

Npm : 1618001671

Kelompok :D

PRODI S1 FARMASI

FAKULTAS PEKALONGAN

UNIVERSITAS PEKLAONGAN

13
BAB I
MODEL 1-KOMPARTEMEN TERBUKA

I.1. Tujuan
Setelah melakukan percobaan mahasiswa diharapkan agar dapat :
1. Memahami konsep farmakokinetika suatu obat
2. Membedakan profil farmakokinetika suatu obat dengan dosis rute pemakaian, klirens, dan volume
distribusi yang berbeda.
3. Menerapkan analisis farmakokinetika dalam perhitungan parameter farmakokinetika
I.2. Dasar Teori

Model farmakokinetik merupakan model matematika yang menggambarkan hubungan antara dosisdan
konsentrasi obat dalam setiap individu. Parameter dari model menggambarkan faktor-faktor yang dipercaya penting
dalam penentuan observasi dari konsentrasi atau efek obat. Parameter tersebut antara lain terdiri dari beberapa
parameter antara lain parameter primer yang terdiri dari volume distribusi (Vd); klerens (Cl); dan kecepatan absorbsi
(Ka), parameter sekunder terdiri dari kecepatan eliminasi (K); dan waktu paruh (T1/2), serta parameter-parameter
turunan. Model farmakokinetik tersebut mempunyai aplikasi langsung untuk terapi obat berkenaan dengan
menentukan aturan dosis yang sesuai (Aiache, 1993).
Kompartemen adalah suatu kesatuan yang dapat digambarkan dengan suatu volume tertentu dan suatu
konsentrasi. Perilaku obat dalam sistem biologi dapat digambarkan dengan kompartemen satu atau kompartemen dua.
Kadang-kadang perlu untuk menggunakan multikompartemen, dimulai dengan determinasi apakah data eksperimen
cocok atau pas untuk model kompartemen satu dan jika tidak pas coba dapat mencoba model yang memuaskan.
Sebenarnya tubuh manusia adalah model kompartemen multimillion (multikompartemen), mengingat konsentrasi obat
tiap organel berbeda-beda. (Hakim, L., 2014).
Model kompartemen yang sering digunakan adalah model kompartemen satu terbuka, model ini menganggap
bahwa berbagai perubahan kadar obat dalam plasma mencerminkan perubahan yang sebanding dengan kadar obat
dalam jaringan. Tetapi model ini tidak menganggap bahwa konsentrasi obat dalam tiap jaringan tersebut adalah sama
dengan berbagai waktu. Di samping itu, obat di dalam tubuh juga tidak ditentukan secara langsung, tetapi dapat
ditentukan konsentrasi obatnya dengan menggunakan cuplikan cairan tubuh (Shargel, 1988).
Jika tubuh diasumsikan sebagai satu kompartemen, tidak berarti bahwa kadar obat sama di dalam setiap jaringan
atau organ, namun asumsi yang berlaku pada model tersebut ialah bahwa perubahan kadar obat di dalam darah
mencerminkan perubahan kadar obat di jaringan. Lalu eliminasi (metabolism dan ekskresi) obat dari tubuh setiap saat
sebanding dengan jumlah atau kadar obat yang tersisa di dalam tubuh pada saat itu (Ritschel, 1992).
Model farmakokinetika untuk obat yang diberikan dengan injeksi IV cepat. D: obat dalam tubuh; Vd: Volume
distribusi; K: tetapan laju eliminasi. Setelah ditentukan nilai Cp dan K, berbagai parameter farmakokinetik obat yang
berkaitan dengan cara pemberian obat secara bolus intravaskuler dapat dihitung, seperti: (Hakim, L, 2014)
 volume distribusi (Vd): volume dalam tubuh di mana obat terlarut,
 klirens (Cl),
 waktu paruh eliminasi (t ½)
 Luas di bawah kurva dalam plasma (AUC)
 Bioavalaibilitas (ketersediaan hayati)
Vd = D/Cp
Cl = Vd.Ke
t ½ = 0,693/K
AUC= (C1+C0) x (t1-t0)
2
Absorpsi sistemik suatu obat melalui saluran gastrointestinal atau tempat absorpsi lain
tergantung sifat fisiko kimia obat, bentuk sediaan, dan anatomi fisiologi tempat absorpsi. Factor-faktor
seperti luas permukaan saluran cerna, kecepatan pengosongan lambung, motilitas gastrointestinal,
metabolism oleh mikroflora usus, dana aliran darah di tempat absorpsi, semuanya dapat mempengaruhi
kecepatan dan jumlah obat yang diabsorpsi (Shargel dkk, 2005).
Pada pemberian ekstravaskuler ini terdapat proses absorpsi obat, pada waktu ke 0 tidak ada obat
pada sirkulasi sistemik, dan setelah absorpsi konsentrasi meningkat dan berkurang setelah eliminasi.
Bentuk model yang menerangkan kinetik obat setelah pemberian ekstravaskuler adalah: (Hakim, L.,
2014)
Jalur pemberian obat ada 2, yaitu intravaskular dan ekstravaskular. Pada pemberian secara intravaskular, obat
akan langsung berada di sirkulasi sistemik tanpa mengalami absorbsi, sedangkan pada pemberian secara
ekstravaskular menglami proses absorbsi. (Zunilda, dkk, 1995)
Model farmakokinetik sendiri memberikan penafsiran yang lebih teliti tentang hubungan kadar obat
dalam plasma dan respon farmakologi. Salah satu model kompartemen yang digunakan untuk perhitungan
farmakokinetika adalah model kompartemen satu terbuka. Model kompartemen satu terbuka menganggap
bahwa berbagai perubahan kadar obat dalam plasma mencerminkan perubahan yang sebanding dengan
kadar obat dalam jaringan. (Shargel, Leon, 2005)
I.3. Alat dan Bahan

Alat Bahan

Gelas Beker Kelinci

Sonde Asetosal

Batang Pengaduk Na salisilat

Labu ukur Aquades

Botol Minum Pelarut Trinder

Penampung urin

Sentrifuse

Spektrometer Visible
I.4. Cara Kerja

Disiapkan alat dan bahan yang digunakan

Digunakan Kelinci dengan berat ideal 1-1,8 Kg. Ditimbang berat badan

hewan uji

Dihitung dosis Aspirin yang akan diberikan kepada hewan uji 6mg/2Kg

berat badan

Dihaluskan tablet aspirin dan ditimbang sesuai dengan dosis, kemudian di

larutkan dalam 1 ml aquades

Hewan uji diberikan aspirin secara peroral, di tunggu selama 30 menit.

Selama itu hewan uji diberikan air minum agar menghasilkan urin

Setelah menit ke 30 dimulai untuk mengambil sampel urin hewan uji

sebanyak 1 mL pada menit ke 10, 20,30, 40, dan 50

Dimasukkan kedalam tabung Apen ditambahkan pereaksi tinder sebanyak 5

mL, diberi tanda setiap waktunya dan dimasukkan kedalam sentrifugasi selama 5

menit dengan kecepatan 2500rpm.


Dibuat larutan baku induk Na salisilat 1000 μg/mL sebanyak 100mL

Dibuat 3 seri pengenceran dari larutan induk yaitu 20ppm, 50ppm,

dan 100ppm.

Ditentukan panjang gelombang maksimal pada spektrofotometri

Diambil sampel urin dari sentrifugasi dan diamati absorbansinya

I.5. Perhitungan Data Hasil

 perhitungan dosis
Bobot kelinci = 1,7Kg
1, 7 Kg
Dosis aspirin = × 6 mg=5 , 1 mg=0,0051 gram
2 Kg

 Perhitungan larutan induk

Membuat larutan induk Na. Salisilat 1000μg/mL dalam 100mL air.


Diketahui :
C = 1000μg/mL = 1000ppm
V = 100 mL
Mr Na.salisilat = 138,12
Ditanya : gram Na.salisilat...?
Jawab :
gram 1000
C = ×
Mr V
gram 1000
1000 = ×
138 ,12 100
1000 x138,12 = 10 x gram
138120
Gram Na salisilat = =13812 μg = 0,0013 gram
10

 Perhitungan larutan baku

a. 20ppm

Diketahui :
C1 = 1000ppm C2 = 20ppm
V1 = 10 mL
Ditanya : V2.......?
Jawab :
C 1 ×V 1=C 2× V 2
1000 ×10=20 ×V 2

10000
=V 2
20

V2 = 500μL = 0,5mL

b. 50ppm

Diketahui :

C1 = 1000ppm C2 = 50ppm

V1 = 10 mL

Ditanya : V2.......?

Jawab :

C 1 ×V 1=C 2× V 2

1000 ×10=50 ×V 2

10000
=V 2
50

V2 = 200μL = 0,2mL

c. 100ppm

Diketahui :

C1 = 1000ppm C2 = 100ppm

V1 = 10 mL

Ditanya : V2.......?

Jawab :

C 1 ×V 1=C 2× V 2

1000 ×10=100 ×V 2

10000
=V 2
100

V2 = 100μL = 0,1mL
1.5.1 Tabel larutan baku
Konsentrasi Absorbansi Absorbansi sesungguhnya

20ppm 0,862 0,9803

50ppm 2,885 2,185

100ppm 5,480 5,5483

 Mencari nilai a,b,r

a = -0,1617
b = 0,0571
r = 0,9974
 persamaan garis : y = bx - a

y = 0,0571x - 0,1617
 Mencari nilai absorbansi sesungguhnya

a. 20ppm

y = 0,0571x - 0,1617
y = 0,0571.20 - 0,1617
y = 0,9803

b. 50ppm

y = 0,0571x - 0,1617

y = 0,0571.50 - 0,1617

y = 2,185

c. 100 ppm

y = 0,0571x - 0,1617

y = 0,0571.100 - 0,1617

y = 5,5483

1.5.2 Tabel Data Urin

Menit (t) Volume (mL) Absorbansi Kadar (C) Log C T vs log C


(ppm)

10 12 0,569 12,7968 1,1070 a = 1,369

20 25 1,076 21,6760 1,3359 b = -0,005


30 6 1,576 30,4325 1,4833 r = -0,363

40 8 0,854 17,7880 1,2501 y = 1,369-0,005x

50 15 0,281 7,7530 0,8894

 Mencari kadar obat (C)

 10 menit

y = 0,0571x- 0,1617

0,569 +0,1617 = 0,0571x

0,7307 = 0,0571x

0,7307
x = = 12,7968 ppm
0,0571

 20 menit

y = 0,0571x - 0,1617

1,076 + 0,1617 = 0,0571x

1,243 = 0,0571x

1,243
x = = 21,6760 ppm
0,0571

 30 menit

y = 0,0571x - 0,1617

1,576 + 0,1617 = 0,0571x

1,7377 = 0,0571x

1,7377
x = = 30,4325 ppm
0,0571

 40 menit

y = 0,0571x - 0,1617

0,854 + 0,1617 = 0,0571x

1,057 = 0,0571x

1,057
x = = 17,7880 ppm
0,0571
 50 menit

y = 0,0571x - 0,1617

0,281 + 0,1617 = 0,0571x

0,4427 = 00,571x

0,4427
x = = 7,7530 ppm
0,0571

1.5.4 Kurva Kadar obat terhadap waktu

1.6
1.4833
1.4
1.3359
1.2 1.2501
1.107
1
0.8894
0.8
log C

0.6
0.4
y = 1,369 - 0,005x
0.2
0
10 20 30 40 50
WAKTU

1. Parameter Farmakokinetika

 Mencari nilaki Ka (kecepatan absorbsi)

Menit Kadar

10 ln12,796

20 ln21,6760

a = 2,022
b = 0,0527
r=1
Jadi,
ln C 20−lnC 10
ka=
t 20−t 10
ln 21,6760−ln 12,7968
ka=
20−10
0,5270
ka= =0,0527 /menit
10
 Sehingga Ka = slope = 0,0527 menit-1

 Mencari nilai t1/2 absorbsi

1 0,693
t =
2 k
1 0,693
t = = 13,15 menit
2 0,0527

 Mencari nilai Ke ( kecepatan eliminasi)

Menit Kadar

40 Ln17,7880

50 Ln7,7530

a = 6,2005
b = -0,08305
r = -1
Jadi,
ln C 50−lnC 40
ke=
t 50−t 40
ln 17,7880−ln 7,7530
ke=
50−40
0,8305
ke= =−0,08305/menit
10

 Sehingga Ke = -0,08305 menit-1

 Mencari nilai t1/2 eliminasi


1 0,693
t =
2 k
1 0,693
t = = -8,344 menit-1
2 −0,08305

 Mencari Voume Distribusi (Vd)


Dosis 5 , 1 mg
Vd = = =0,3985 L
Cp 12,7968 mg/L

 Mencari Klirens
Cl = Cl=Vd × Ke=0,3985 × 0,11515=0,0459 L/menit
 Mencari nilai AUC( Area Under Curve)

20 ( C 10+C 20 ) (t 20−t 10)


 [ AUC ]10=
2

( 12,7968+21,6760 ) (20−10)
[ AUC ]20
10 =
2
20 ( 34.4728 ) (10)
[ AUC ]10= = 172,364 mg..mL/menit
2

( C 20+ C 30 ) (t 30−t 20)


 [ AUC ]30
20 =
2

30 ( 21,6760+30,4325 ) (30−20)
[ AUC ]20=
2
( 52,1085 ) (10)
[ AUC ]30
20 = = 260,5425 mg..mL/menit
2
40 ( C 30+C 40 ) (t 40−t 30)
 [ AUC ]30 =
2

40 ( 30,4325+17,7880 ) (40−30)
[ AUC ]30 =
2

40 ( 48,2205 ) (10)
[ AUC ]30 = = 241,1025mg..mL/menit
2

( C 40+C 50 ) (t 50−t 40)


 [ AUC ]50
40 =
2

50 ( 17,7880+7,7530 ) (50−40)
[ AUC ] 40=
2
( 25,541 ) (10)
[ AUC ]50
40 = = 127,705 mg..mL/menit
2
 AUC Total = 172,364 + 260,5425 + 241,1025 + 127,705

=801,714 mg.mL/menit

1.5.6 Tabel Parameter


Hasil
Parameter Farmakokinetik

Ka 0,0527/menit

T1/2absorbsi 13,15 menit

K -0,08305/menit

T1/2eliminasi -8,344 menit

Vd 0,3985 L

Cl 0,0459 L/menit

AUC 801,714 mg.mL/menit

I.6. Pembahasan

Pada praktikum kali ini yaitu “model 1-kompartemen terbuka” yang bertjuan agar mahasiswa

dapat mengetahui dapat memahami model penerapan kompartemen beserta parameter


farmakokinetiknya. Alat dan bahan yang digunakan adalah spektrofometer, stamper, sentrifuse, beker

glass, labu ukur 10mL, timbangan analitik, kertas timbang, pipet tetes, sonde dan spuit 1cc dan bahan

yang akan digunakan yaitu ada hewan uji, serbuk Na. Salisilat, aspirin, pelarut dan pelarut tinder.

Pada model satu kompartemen tubuh dianggap sebagai satu kesatuan. Jadiobat masuk dan

secara cepat terdistribusi ke semua bagian lalu obat juga dapatkeluar dari tubuh karena merupakan

kompartemen terbuka. jika tubuh diasumsikansebagai satu kompartemen, tidak berarti bahwakadar obat

sama di dalam setiap jaringan atau organ, namun asumsi yang berlaku pada model tersebut ialah

bahwa perubahan kadar obat di dalam darah mencerminkan perubahan kadar obat di jaringan. laju elimi

nasi (metabolism danekskresi) obat dari tubuh setiap saatsebanding dengan jumlah atau kadar obatyang

tersisa di dalam tubuh pada saat itu.

pada praktikum kali ini dilakukan simulasi in vitro model kompartemensatu terbuka dengan

reaksi orde kesatu. Simulasi dilakukan dengan rute ekstravaskuler untuk obat obat yang melalui fase

absorpsi, seperti obat oral sampel obat yang digunakan adalah Aspirin.

Langkah pertama yaitu memberikan suspense aspirin dengan dosis 6mg kepada hewan uji

kemudia menungggu selama 30 menit, sembari menunggu kelici terus diberi minum dengan tujuan agar

mempercepat pengeluaran urinya, setelah 30 menit menampung urin kelinci yang keluar pada kelinci

setiap 10 menit sekali. Selama 50 menit. Kemudian Urin yang didaptkan diberi label 10 menit, 20

menit, 30 menit, 40 menit dan 50 menit. Lalu dari masing-masing urin diambil 1 ml dan ditambahkan

pereaksi tinder setelah itu disentrifuse selama 15 menit dengan tujuan untuk memisahkan urin dengan

aspirin.

Langkah kedua yaitu membuat larutan induk dan lautan standar. Larutan induk dibuat

dengan Na Salisilat konsentrasi 1000µg dalam 100 ml. Kemudia untuk membuat larutan standar yaitu

dengan cara mengencerkan larutan induk sebanyak 3 serie konsentrasi yaitu 20 ppm, 50 ppm dan 100

ppm.

Langkah ketiga yaitu menguji Larutan standar dan urin yang sudah disentrifuse kedalam

spectrometer visible untuk diuji absorbansinya. Setelah itu kemudian menghitung kadar dari data

absorbansi yang sudah didapat. Data Kadar dengan waktu yang telah didapat ialah :
35
30.4325
30
25 21.676

KADAR OBAT
20 17.788
15 12.7968
10 7.753
5
0
10 menit 20 menit 30 menit 40 menit 50 menit
WAKTU

Dari kurva diatas menunujukan Pengurangan kadar oleh waktu menggunakan reaksi orde

pertama. Karena dapat dilihat bahwa obat berkurang dengan kecepatan yang sebanding dengan jumlah

yang tersisa. Setelah mendapatkan data Kadar obat barulah parameter farmakokinetuik ditentukan.

Parameter ini meliputi Volume distribusi, klirens, kecepatan absorbs, kecepatan eliminasi, t/2 absorbsi

dan t/2 eliminasi dan AUC.

Berdasarkan hasil uji yang telah didapatkan kadar yang telah diperoleh diubah kedalam

bentuk Log C sehingga kurva nya menjadi :

1.6
1.4833
1.4
1.3359
1.2 1.2501
1.107
1
0.8894
0.8
log c

0.6
0.4
y = 1,369 - 0,005x
0.2
0
10 20 30 40 50
waktu

Sehingga diperoleh T vs Log C nya adalah nilai = a = 1,369 b = -0,005 dan r = -0,363 dengann

persamaan regresi linearnya adalah y = 1,369-0,005x. nilai a adalah intersep sedangkan nilai b adalah

slop dan r adalah parameter linear. Hubungan linaer yang ideal dimana nilai r menunujukan nilai yang

mendekati 1. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari data kurva diatas nilai linearitasnya tidak baik.

Gambar diatas diumpamakan obat diberikan secara langsung ke dalamkompartemen secara

peroral. Kemudian melalui proses absorbsi dan Konsentrasi obat pada waktu waktu tesebut dapat

dilihat pada table. Untuk dapat menganalisa lebih dalam digunakan parameter sebagai berikut:
Parameter yang digunakan adalah tetapan kecepatan absorpsi (ka) adalah proses perpindahan

obat dari tempat pemberian/aplikasi menuju kesirkulasi/peredaran darah yang selanjutnya mencapai

target aksi obat. kecepatan absorbs (ka) menggambarkankecepatan masuknya obatke dalam sirkulasi

sistemik dari absorbsinya (saluran cerna pada pemberian oral, jaringan otot pada

pemberianintramuskular). Parameter inilah yang membedakanantara ekstravaskular dengan

intravascular. Dari hasil perhitungan yang telah didapat berdasarkan data praktikum nilai kecepatan

absrobansinya adalah 0,0527/menit. Artinya bahwa obat aspirin yang diberikan pada kelinci melalui

oral kemudian melalui proses absobsi, kadarnya akan sampai pada sirkulasi dengan kecepatan

0,0527/menit dari semenjak pemberian.

Klirens merupakan parameter farmakokinetika yang menggambarkan eliminasi obat yang

merupakan jumlah volume cairan yang mengandung obat yangdibersihkan dari kompartemen tubuh

setiap waktu tertentu. Dari hasil yang telah diperoleh nilai klirensnya ialah 0,0459ml/menit. Artinya

obat aspirin dengan dosis 6mg yang masuk kedalam kelinci kemudian diabsorbsi dan mengalami fase

distribusi pada sirkulasi darah lalu obat akan bersih atau akan kosong dalam darah pada ketetapan

0,0459 l/menit. Klirens tidak diartikan jumlah obat yang dibersihkan , tetapi merupakan volume darah

yang dibersihkan dari kandungan obat dalam satu periode waktu.

AUC(Area Under Curve) merupakan gambaran jumlah obat yang terabsorbsi dan berada

didalam tubuh.

Volume distribusi merupakan suatu parameter yang berguna dengan mengaitkan konsentrasi

plasma dengan jumlah obat dalam tubuh. Pada percobaan, karena dosis ekstravaskular yang digunakan

adalah 6 mg maka diperoleh harga Vd = 0,3985 L. Jadi dapat dikatakan bahwa obat tersebut

terdistribusi kedalam volume 0,3985 L .Namun volume distribusi yang diperoleh tidak menerangkan

volume yang sebenarnya, tetapi menerangkan model dengan rumus D/Cp. Namun hasil perhitungan

model ini tidak menyimpang jauh, karena menurut literatur (Ritschel dan Kearns, 2004) mengatakan

bahwa distribusi aspirin pada manusia ≤0,5 L. Sehingga data yang diperoleh telah sesuai dengan

literrtur.Parameter ini nilainya langsung dipengaruhi oleh factor-faktor faal, missal ikatan obat oleh

komoponen darah atau jaringan. Vd tergantung dengan harga C 0 , jika harga C0 kecil dan dosis obat

yang diberikan tetap maka nilai Vd menjadi besar.


Parameter kecepatan eliminasi merupakan tetapan kecepatan eliminasi suatu obat dengan

lambaang K. Ketika aspirin baru saja diberikan pada kelinci ( pada t=0), kadar obat didalam darah C=0,

karena belum ada proses absorbs. Kemudian, karena jumlah obat yang diabsorbsi pada waktu-waktu

awal lebih besar dari jumlah obat yang dieliminasi (perbandingan Ka/K dapat berkisar antara 5-10 kali),

Pada kadar C maks ( pada kadar 30,4325) dipuncak ini,kecepatan absorbsi sama dengan kecepatan

eliminasi obat. Waktu yang diperlukan untuk menuju Cmaks adalah Tmaks (pada waktu 30 menit)

sebab jumlah obat yang tersedia untuk diabsorbsi semakin berkurang, sehingga menyebabkan

penurunan kecepatan absorbsi. Selanjutnya ketika terus berjalan, menyebabkan jumlah obat ditempat

absornsi menjadi sangat kecil . mulai saat inilah penurunan kadar obat didalam darah mencerminkan

eliminasi obat. Berdasarkan data hasil praktikum yang diperoleh nilai K nya adalah -0,08305/menit. Itu

artinya pada ketetapan -0,08305/menit kadar obat didalam tubuh akan tereliminasi .

Parameter t/2 eliminasi merupakan waktu yang diperlukan agar jumlah atau kadar obat

berkurang menjadi separo dari semula. t/2 elimansi yang diperoleh menurut hasil praktikum adalah -

8,344 menit. Harga waktu paro tidak ditentukan oleh besar dosis obat yang diberikan. Artinya, tidak

akan berubah dengan dosis berapapun, selama proses absorbsi, distribusi, metabolisme dan eksresi obat

berlangsung mengikuti reaksi orde pertama. Apabila kenaikan dosis terjadi perpanjangan waktu paro

maka proses kinetika obat tidak lagi mengikuti orde pertama. Dengan kata lain, waktu paro eliminasi

dapat digunakan sebagai parameter untuk mengetahui apakah proses kinetic suatu obat linear atau

nonlinear( Ritschel,1992). Fase eliminasi obat dapat ditentukan lebih akurat dari kurva kadar obat

dalam darah terhadap waktu. Pada percobaan harga t/2 eliminasinya -8,344 menit. Sehingga pada

waktu sekian kadar aspirin dalam darah sudah habis separo.

Parameter t/2 absorbsi, berdasarkan konsep ini maka dapat diketahui, sesudah aspirin

diberikan ekstravaskular pada kelinci, kapan proses absorbsi obat dianggap selesai dan kapan pula

proses eliminasi mulai mendominasi disposisi obat. Ketika aspirin diberikan pada t= 0 obat masih

berada ditempat absorbs sehingga belum ada yang terabsorbsi. Ketika 1-kali t/2 obat yang terabsorbsi

sebanyak semisal 50% maka yang tersisa ditempat absorbs juga sebanyak 50%. Berdasarkan t/2

absorbsi obat aspirin dalam percobaan diperoleh 13,15 menit. Semisal 5kali t/2, berarti 5 x 13,15 menit

sama dengan 97%, maka sejak obat diberikan , hampir 97% obat telah terabsorbsi. Namun dalam data
hasil tidak diperhitungkan persentase obat tang terabsorsbi per waktu paro nya jadi pembahasan yang

saya contoh kan disini hanya permisalan. Bahawasanya t/2 absorbsoi ini dapat diimplementasikan pada

klinik untuk memperkirakan jumlah obat yang tersisa pada tempat absorsi sehingga dapat untuk

mengantisipasi terjadi atau tidaknya suatu obat berinteraksi dengan obat lain.

Hasil
Parameter Farmakokinetik

Ka 0,0527/menit

T1/2absorbsi 13,15 menit

K -0,08305/menit

T1/2eliminasi -8,344 menit

Vd 0,3985 L

Cl 0,0459 L/menit

AUC 801,714 mg.mL/menit

Sehingga berdasarkan dari semua hasil parameter farmakokinetik diatas yang telah diujikan

dapat diasumsikan bahwa dosis aspirin 6 mg/ml ( diubah pada satuan ppm, karena satuan harus

disamakan yaitu menjadi 6000 ppm) yang diberikan secara peroral pada kelinci akan terbasorbsi pada

system sirkulasi dengan kecepatan 0,0527/menit. Sedangkan kadar aspirin yang berada pada tempat

pemberian yang sedang menuju ke sirkulasi akan berubah kadar nya menjadi separo pada ketetapan

13,15 menit. Setelah obat didalam darah, kadar obat akan berkurang yang menandakan terjadinya

distribusi obat kedalam organ-organ. Kadar aspirin yang terdistribusi dalam volume atau yang disebut

dengan (volume distribusi) adalah 0,3985 L .Kemudian setelah aspirin distribusikan maka selanjutnya

akan mengalami fase metabolisme. Pada fase ini obat akan mengalami eliminasi. Nasib obat didalam

tubuh ada yang setelah absorbsi berikatan dengan reseptor, ada yang disimpan dijaringan depo dan ada

pula yang tidak berikatan dengan reseptor kemudian langsung dimetabolisme. Maka selama proses itu
terjadi kadar obat didalam darah akan berkurang karena tereleminasi. Kecepaatn eliminasi yang

diperoleh adalah 0,08305/menit artinya obat yang telah diabsorbsi dalam darah akan terlelimnasi pada

ketetapan demikian. Kemudian aspirin akan berubah kadarnya menjadi separo dengan melihat t/2

elimansi 8,344 menit. Aspirin yang berikatan dengan reseptor maka akan menimbulkan efek terapi

dimana efek terapi ini berkaitan AUC. Dosis yang berada dibawah kurva AUC maka tidak akan

memberikan efek terapi. AUC total yang diperoleh disini adalah 801,714 mg.ml/menit. Aspirin yang

masih didalam darah, darah akan membersihkan diri dari obat pada 0,0459 L/menit. Sehingga

korelasinya dengan hasil kadar yang diperoleh adalah bahwa secara berturut-turut pada menit ke

10,20,30,40 dan 50 kadar aspirin adalah 12,7968 ppm; 21,6760 ppm; 30,4325 ppm; 17,7880 ppm; dan

7,7530 ppm. Kadar obat yang berbeda pada setiap waktunya karena dipengaruhi oleh parameter yang

diatas. Karena pada saat pertama kali diberikan tidak semua kadar obat langsung terabsorbsi semua

melainkan dikendalikan oleh waktu dari parameter itu sendiri. Setiap 10 menit kadar dari cupilkan urin

yang diuji ssma dengan kadar obat dalam darah.

I.7. Kesimpulan

Aspirin dengan kadar 6mg diberikan secara ekstravakular pada kelinci yang kemudia

mengalami fase absorbsi, distribusi, Metabolisme dan Ekskresi. Pemberian obat dilakukan secara oral

dengn harga klirens 0,04059 L/menit dan harga volume terdistribusi sebesar 0,3985 L. Dengan

perhitungan parameter lainya yang meliputi k, Ka, t/2 eliminasi, t/2 absorbsi dan AUC.

DAFTAR PUSTAKA

Aiache, M. (1993), Farmasetika 2 Biofarmasi. Edisi Kedua. Surabaya: Airlangga University

Press. Hal 7-11, 39.

Hakim, L. (2002). Farmakokinetik. Yogyakarta: Bursa Ilmu. Hal. 21-22

Shargel, Leon. 2012. Biofarmasetika Dan Farmakokinetika TerapaAir LanggaUniversity.

Jakarta.

Ritschel, W. A (1980). Handbook of Basic Pharmacokinetic. Second Edition. Hamilton : Drug

Intelligence Publication. Inc : pae 125-241 Sandhar (2011). A Review of Pytochemistry and

Pharmacology of Flavanoids.

Anda mungkin juga menyukai