Disusun oleh:
Nama : Suhesti
Npm : 1618001671
Kelompok :D
PRODI S1 FARMASI
FAKULTAS PEKALONGAN
UNIVERSITAS PEKLAONGAN
13
BAB I
MODEL 1-KOMPARTEMEN TERBUKA
I.1. Tujuan
Setelah melakukan percobaan mahasiswa diharapkan agar dapat :
1. Memahami konsep farmakokinetika suatu obat
2. Membedakan profil farmakokinetika suatu obat dengan dosis rute pemakaian, klirens, dan volume
distribusi yang berbeda.
3. Menerapkan analisis farmakokinetika dalam perhitungan parameter farmakokinetika
I.2. Dasar Teori
Model farmakokinetik merupakan model matematika yang menggambarkan hubungan antara dosisdan
konsentrasi obat dalam setiap individu. Parameter dari model menggambarkan faktor-faktor yang dipercaya penting
dalam penentuan observasi dari konsentrasi atau efek obat. Parameter tersebut antara lain terdiri dari beberapa
parameter antara lain parameter primer yang terdiri dari volume distribusi (Vd); klerens (Cl); dan kecepatan absorbsi
(Ka), parameter sekunder terdiri dari kecepatan eliminasi (K); dan waktu paruh (T1/2), serta parameter-parameter
turunan. Model farmakokinetik tersebut mempunyai aplikasi langsung untuk terapi obat berkenaan dengan
menentukan aturan dosis yang sesuai (Aiache, 1993).
Kompartemen adalah suatu kesatuan yang dapat digambarkan dengan suatu volume tertentu dan suatu
konsentrasi. Perilaku obat dalam sistem biologi dapat digambarkan dengan kompartemen satu atau kompartemen dua.
Kadang-kadang perlu untuk menggunakan multikompartemen, dimulai dengan determinasi apakah data eksperimen
cocok atau pas untuk model kompartemen satu dan jika tidak pas coba dapat mencoba model yang memuaskan.
Sebenarnya tubuh manusia adalah model kompartemen multimillion (multikompartemen), mengingat konsentrasi obat
tiap organel berbeda-beda. (Hakim, L., 2014).
Model kompartemen yang sering digunakan adalah model kompartemen satu terbuka, model ini menganggap
bahwa berbagai perubahan kadar obat dalam plasma mencerminkan perubahan yang sebanding dengan kadar obat
dalam jaringan. Tetapi model ini tidak menganggap bahwa konsentrasi obat dalam tiap jaringan tersebut adalah sama
dengan berbagai waktu. Di samping itu, obat di dalam tubuh juga tidak ditentukan secara langsung, tetapi dapat
ditentukan konsentrasi obatnya dengan menggunakan cuplikan cairan tubuh (Shargel, 1988).
Jika tubuh diasumsikan sebagai satu kompartemen, tidak berarti bahwa kadar obat sama di dalam setiap jaringan
atau organ, namun asumsi yang berlaku pada model tersebut ialah bahwa perubahan kadar obat di dalam darah
mencerminkan perubahan kadar obat di jaringan. Lalu eliminasi (metabolism dan ekskresi) obat dari tubuh setiap saat
sebanding dengan jumlah atau kadar obat yang tersisa di dalam tubuh pada saat itu (Ritschel, 1992).
Model farmakokinetika untuk obat yang diberikan dengan injeksi IV cepat. D: obat dalam tubuh; Vd: Volume
distribusi; K: tetapan laju eliminasi. Setelah ditentukan nilai Cp dan K, berbagai parameter farmakokinetik obat yang
berkaitan dengan cara pemberian obat secara bolus intravaskuler dapat dihitung, seperti: (Hakim, L, 2014)
volume distribusi (Vd): volume dalam tubuh di mana obat terlarut,
klirens (Cl),
waktu paruh eliminasi (t ½)
Luas di bawah kurva dalam plasma (AUC)
Bioavalaibilitas (ketersediaan hayati)
Vd = D/Cp
Cl = Vd.Ke
t ½ = 0,693/K
AUC= (C1+C0) x (t1-t0)
2
Absorpsi sistemik suatu obat melalui saluran gastrointestinal atau tempat absorpsi lain
tergantung sifat fisiko kimia obat, bentuk sediaan, dan anatomi fisiologi tempat absorpsi. Factor-faktor
seperti luas permukaan saluran cerna, kecepatan pengosongan lambung, motilitas gastrointestinal,
metabolism oleh mikroflora usus, dana aliran darah di tempat absorpsi, semuanya dapat mempengaruhi
kecepatan dan jumlah obat yang diabsorpsi (Shargel dkk, 2005).
Pada pemberian ekstravaskuler ini terdapat proses absorpsi obat, pada waktu ke 0 tidak ada obat
pada sirkulasi sistemik, dan setelah absorpsi konsentrasi meningkat dan berkurang setelah eliminasi.
Bentuk model yang menerangkan kinetik obat setelah pemberian ekstravaskuler adalah: (Hakim, L.,
2014)
Jalur pemberian obat ada 2, yaitu intravaskular dan ekstravaskular. Pada pemberian secara intravaskular, obat
akan langsung berada di sirkulasi sistemik tanpa mengalami absorbsi, sedangkan pada pemberian secara
ekstravaskular menglami proses absorbsi. (Zunilda, dkk, 1995)
Model farmakokinetik sendiri memberikan penafsiran yang lebih teliti tentang hubungan kadar obat
dalam plasma dan respon farmakologi. Salah satu model kompartemen yang digunakan untuk perhitungan
farmakokinetika adalah model kompartemen satu terbuka. Model kompartemen satu terbuka menganggap
bahwa berbagai perubahan kadar obat dalam plasma mencerminkan perubahan yang sebanding dengan
kadar obat dalam jaringan. (Shargel, Leon, 2005)
I.3. Alat dan Bahan
Alat Bahan
Sonde Asetosal
Penampung urin
Sentrifuse
Spektrometer Visible
I.4. Cara Kerja
Digunakan Kelinci dengan berat ideal 1-1,8 Kg. Ditimbang berat badan
hewan uji
Dihitung dosis Aspirin yang akan diberikan kepada hewan uji 6mg/2Kg
berat badan
Selama itu hewan uji diberikan air minum agar menghasilkan urin
mL, diberi tanda setiap waktunya dan dimasukkan kedalam sentrifugasi selama 5
dan 100ppm.
perhitungan dosis
Bobot kelinci = 1,7Kg
1, 7 Kg
Dosis aspirin = × 6 mg=5 , 1 mg=0,0051 gram
2 Kg
a. 20ppm
Diketahui :
C1 = 1000ppm C2 = 20ppm
V1 = 10 mL
Ditanya : V2.......?
Jawab :
C 1 ×V 1=C 2× V 2
1000 ×10=20 ×V 2
10000
=V 2
20
V2 = 500μL = 0,5mL
b. 50ppm
Diketahui :
C1 = 1000ppm C2 = 50ppm
V1 = 10 mL
Ditanya : V2.......?
Jawab :
C 1 ×V 1=C 2× V 2
1000 ×10=50 ×V 2
10000
=V 2
50
V2 = 200μL = 0,2mL
c. 100ppm
Diketahui :
C1 = 1000ppm C2 = 100ppm
V1 = 10 mL
Ditanya : V2.......?
Jawab :
C 1 ×V 1=C 2× V 2
1000 ×10=100 ×V 2
10000
=V 2
100
V2 = 100μL = 0,1mL
1.5.1 Tabel larutan baku
Konsentrasi Absorbansi Absorbansi sesungguhnya
a = -0,1617
b = 0,0571
r = 0,9974
persamaan garis : y = bx - a
y = 0,0571x - 0,1617
Mencari nilai absorbansi sesungguhnya
a. 20ppm
y = 0,0571x - 0,1617
y = 0,0571.20 - 0,1617
y = 0,9803
b. 50ppm
y = 0,0571x - 0,1617
y = 0,0571.50 - 0,1617
y = 2,185
c. 100 ppm
y = 0,0571x - 0,1617
y = 0,0571.100 - 0,1617
y = 5,5483
10 menit
y = 0,0571x- 0,1617
0,7307 = 0,0571x
0,7307
x = = 12,7968 ppm
0,0571
20 menit
y = 0,0571x - 0,1617
1,243 = 0,0571x
1,243
x = = 21,6760 ppm
0,0571
30 menit
y = 0,0571x - 0,1617
1,7377 = 0,0571x
1,7377
x = = 30,4325 ppm
0,0571
40 menit
y = 0,0571x - 0,1617
1,057 = 0,0571x
1,057
x = = 17,7880 ppm
0,0571
50 menit
y = 0,0571x - 0,1617
0,4427 = 00,571x
0,4427
x = = 7,7530 ppm
0,0571
1.6
1.4833
1.4
1.3359
1.2 1.2501
1.107
1
0.8894
0.8
log C
0.6
0.4
y = 1,369 - 0,005x
0.2
0
10 20 30 40 50
WAKTU
1. Parameter Farmakokinetika
Menit Kadar
10 ln12,796
20 ln21,6760
a = 2,022
b = 0,0527
r=1
Jadi,
ln C 20−lnC 10
ka=
t 20−t 10
ln 21,6760−ln 12,7968
ka=
20−10
0,5270
ka= =0,0527 /menit
10
Sehingga Ka = slope = 0,0527 menit-1
1 0,693
t =
2 k
1 0,693
t = = 13,15 menit
2 0,0527
Menit Kadar
40 Ln17,7880
50 Ln7,7530
a = 6,2005
b = -0,08305
r = -1
Jadi,
ln C 50−lnC 40
ke=
t 50−t 40
ln 17,7880−ln 7,7530
ke=
50−40
0,8305
ke= =−0,08305/menit
10
Mencari Klirens
Cl = Cl=Vd × Ke=0,3985 × 0,11515=0,0459 L/menit
Mencari nilai AUC( Area Under Curve)
( 12,7968+21,6760 ) (20−10)
[ AUC ]20
10 =
2
20 ( 34.4728 ) (10)
[ AUC ]10= = 172,364 mg..mL/menit
2
30 ( 21,6760+30,4325 ) (30−20)
[ AUC ]20=
2
( 52,1085 ) (10)
[ AUC ]30
20 = = 260,5425 mg..mL/menit
2
40 ( C 30+C 40 ) (t 40−t 30)
[ AUC ]30 =
2
40 ( 30,4325+17,7880 ) (40−30)
[ AUC ]30 =
2
40 ( 48,2205 ) (10)
[ AUC ]30 = = 241,1025mg..mL/menit
2
50 ( 17,7880+7,7530 ) (50−40)
[ AUC ] 40=
2
( 25,541 ) (10)
[ AUC ]50
40 = = 127,705 mg..mL/menit
2
AUC Total = 172,364 + 260,5425 + 241,1025 + 127,705
=801,714 mg.mL/menit
Ka 0,0527/menit
K -0,08305/menit
Vd 0,3985 L
Cl 0,0459 L/menit
I.6. Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu “model 1-kompartemen terbuka” yang bertjuan agar mahasiswa
glass, labu ukur 10mL, timbangan analitik, kertas timbang, pipet tetes, sonde dan spuit 1cc dan bahan
yang akan digunakan yaitu ada hewan uji, serbuk Na. Salisilat, aspirin, pelarut dan pelarut tinder.
Pada model satu kompartemen tubuh dianggap sebagai satu kesatuan. Jadiobat masuk dan
secara cepat terdistribusi ke semua bagian lalu obat juga dapatkeluar dari tubuh karena merupakan
kompartemen terbuka. jika tubuh diasumsikansebagai satu kompartemen, tidak berarti bahwakadar obat
sama di dalam setiap jaringan atau organ, namun asumsi yang berlaku pada model tersebut ialah
bahwa perubahan kadar obat di dalam darah mencerminkan perubahan kadar obat di jaringan. laju elimi
nasi (metabolism danekskresi) obat dari tubuh setiap saatsebanding dengan jumlah atau kadar obatyang
pada praktikum kali ini dilakukan simulasi in vitro model kompartemensatu terbuka dengan
reaksi orde kesatu. Simulasi dilakukan dengan rute ekstravaskuler untuk obat obat yang melalui fase
absorpsi, seperti obat oral sampel obat yang digunakan adalah Aspirin.
Langkah pertama yaitu memberikan suspense aspirin dengan dosis 6mg kepada hewan uji
kemudia menungggu selama 30 menit, sembari menunggu kelici terus diberi minum dengan tujuan agar
mempercepat pengeluaran urinya, setelah 30 menit menampung urin kelinci yang keluar pada kelinci
setiap 10 menit sekali. Selama 50 menit. Kemudian Urin yang didaptkan diberi label 10 menit, 20
menit, 30 menit, 40 menit dan 50 menit. Lalu dari masing-masing urin diambil 1 ml dan ditambahkan
pereaksi tinder setelah itu disentrifuse selama 15 menit dengan tujuan untuk memisahkan urin dengan
aspirin.
Langkah kedua yaitu membuat larutan induk dan lautan standar. Larutan induk dibuat
dengan Na Salisilat konsentrasi 1000µg dalam 100 ml. Kemudia untuk membuat larutan standar yaitu
dengan cara mengencerkan larutan induk sebanyak 3 serie konsentrasi yaitu 20 ppm, 50 ppm dan 100
ppm.
Langkah ketiga yaitu menguji Larutan standar dan urin yang sudah disentrifuse kedalam
spectrometer visible untuk diuji absorbansinya. Setelah itu kemudian menghitung kadar dari data
absorbansi yang sudah didapat. Data Kadar dengan waktu yang telah didapat ialah :
35
30.4325
30
25 21.676
KADAR OBAT
20 17.788
15 12.7968
10 7.753
5
0
10 menit 20 menit 30 menit 40 menit 50 menit
WAKTU
Dari kurva diatas menunujukan Pengurangan kadar oleh waktu menggunakan reaksi orde
pertama. Karena dapat dilihat bahwa obat berkurang dengan kecepatan yang sebanding dengan jumlah
yang tersisa. Setelah mendapatkan data Kadar obat barulah parameter farmakokinetuik ditentukan.
Parameter ini meliputi Volume distribusi, klirens, kecepatan absorbs, kecepatan eliminasi, t/2 absorbsi
Berdasarkan hasil uji yang telah didapatkan kadar yang telah diperoleh diubah kedalam
1.6
1.4833
1.4
1.3359
1.2 1.2501
1.107
1
0.8894
0.8
log c
0.6
0.4
y = 1,369 - 0,005x
0.2
0
10 20 30 40 50
waktu
Sehingga diperoleh T vs Log C nya adalah nilai = a = 1,369 b = -0,005 dan r = -0,363 dengann
persamaan regresi linearnya adalah y = 1,369-0,005x. nilai a adalah intersep sedangkan nilai b adalah
slop dan r adalah parameter linear. Hubungan linaer yang ideal dimana nilai r menunujukan nilai yang
mendekati 1. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari data kurva diatas nilai linearitasnya tidak baik.
peroral. Kemudian melalui proses absorbsi dan Konsentrasi obat pada waktu waktu tesebut dapat
dilihat pada table. Untuk dapat menganalisa lebih dalam digunakan parameter sebagai berikut:
Parameter yang digunakan adalah tetapan kecepatan absorpsi (ka) adalah proses perpindahan
obat dari tempat pemberian/aplikasi menuju kesirkulasi/peredaran darah yang selanjutnya mencapai
target aksi obat. kecepatan absorbs (ka) menggambarkankecepatan masuknya obatke dalam sirkulasi
sistemik dari absorbsinya (saluran cerna pada pemberian oral, jaringan otot pada
intravascular. Dari hasil perhitungan yang telah didapat berdasarkan data praktikum nilai kecepatan
absrobansinya adalah 0,0527/menit. Artinya bahwa obat aspirin yang diberikan pada kelinci melalui
oral kemudian melalui proses absobsi, kadarnya akan sampai pada sirkulasi dengan kecepatan
merupakan jumlah volume cairan yang mengandung obat yangdibersihkan dari kompartemen tubuh
setiap waktu tertentu. Dari hasil yang telah diperoleh nilai klirensnya ialah 0,0459ml/menit. Artinya
obat aspirin dengan dosis 6mg yang masuk kedalam kelinci kemudian diabsorbsi dan mengalami fase
distribusi pada sirkulasi darah lalu obat akan bersih atau akan kosong dalam darah pada ketetapan
0,0459 l/menit. Klirens tidak diartikan jumlah obat yang dibersihkan , tetapi merupakan volume darah
AUC(Area Under Curve) merupakan gambaran jumlah obat yang terabsorbsi dan berada
didalam tubuh.
Volume distribusi merupakan suatu parameter yang berguna dengan mengaitkan konsentrasi
plasma dengan jumlah obat dalam tubuh. Pada percobaan, karena dosis ekstravaskular yang digunakan
adalah 6 mg maka diperoleh harga Vd = 0,3985 L. Jadi dapat dikatakan bahwa obat tersebut
terdistribusi kedalam volume 0,3985 L .Namun volume distribusi yang diperoleh tidak menerangkan
volume yang sebenarnya, tetapi menerangkan model dengan rumus D/Cp. Namun hasil perhitungan
model ini tidak menyimpang jauh, karena menurut literatur (Ritschel dan Kearns, 2004) mengatakan
bahwa distribusi aspirin pada manusia ≤0,5 L. Sehingga data yang diperoleh telah sesuai dengan
literrtur.Parameter ini nilainya langsung dipengaruhi oleh factor-faktor faal, missal ikatan obat oleh
komoponen darah atau jaringan. Vd tergantung dengan harga C 0 , jika harga C0 kecil dan dosis obat
lambaang K. Ketika aspirin baru saja diberikan pada kelinci ( pada t=0), kadar obat didalam darah C=0,
karena belum ada proses absorbs. Kemudian, karena jumlah obat yang diabsorbsi pada waktu-waktu
awal lebih besar dari jumlah obat yang dieliminasi (perbandingan Ka/K dapat berkisar antara 5-10 kali),
Pada kadar C maks ( pada kadar 30,4325) dipuncak ini,kecepatan absorbsi sama dengan kecepatan
eliminasi obat. Waktu yang diperlukan untuk menuju Cmaks adalah Tmaks (pada waktu 30 menit)
sebab jumlah obat yang tersedia untuk diabsorbsi semakin berkurang, sehingga menyebabkan
penurunan kecepatan absorbsi. Selanjutnya ketika terus berjalan, menyebabkan jumlah obat ditempat
absornsi menjadi sangat kecil . mulai saat inilah penurunan kadar obat didalam darah mencerminkan
eliminasi obat. Berdasarkan data hasil praktikum yang diperoleh nilai K nya adalah -0,08305/menit. Itu
artinya pada ketetapan -0,08305/menit kadar obat didalam tubuh akan tereliminasi .
Parameter t/2 eliminasi merupakan waktu yang diperlukan agar jumlah atau kadar obat
berkurang menjadi separo dari semula. t/2 elimansi yang diperoleh menurut hasil praktikum adalah -
8,344 menit. Harga waktu paro tidak ditentukan oleh besar dosis obat yang diberikan. Artinya, tidak
akan berubah dengan dosis berapapun, selama proses absorbsi, distribusi, metabolisme dan eksresi obat
berlangsung mengikuti reaksi orde pertama. Apabila kenaikan dosis terjadi perpanjangan waktu paro
maka proses kinetika obat tidak lagi mengikuti orde pertama. Dengan kata lain, waktu paro eliminasi
dapat digunakan sebagai parameter untuk mengetahui apakah proses kinetic suatu obat linear atau
nonlinear( Ritschel,1992). Fase eliminasi obat dapat ditentukan lebih akurat dari kurva kadar obat
dalam darah terhadap waktu. Pada percobaan harga t/2 eliminasinya -8,344 menit. Sehingga pada
Parameter t/2 absorbsi, berdasarkan konsep ini maka dapat diketahui, sesudah aspirin
diberikan ekstravaskular pada kelinci, kapan proses absorbsi obat dianggap selesai dan kapan pula
proses eliminasi mulai mendominasi disposisi obat. Ketika aspirin diberikan pada t= 0 obat masih
berada ditempat absorbs sehingga belum ada yang terabsorbsi. Ketika 1-kali t/2 obat yang terabsorbsi
sebanyak semisal 50% maka yang tersisa ditempat absorbs juga sebanyak 50%. Berdasarkan t/2
absorbsi obat aspirin dalam percobaan diperoleh 13,15 menit. Semisal 5kali t/2, berarti 5 x 13,15 menit
sama dengan 97%, maka sejak obat diberikan , hampir 97% obat telah terabsorbsi. Namun dalam data
hasil tidak diperhitungkan persentase obat tang terabsorsbi per waktu paro nya jadi pembahasan yang
saya contoh kan disini hanya permisalan. Bahawasanya t/2 absorbsoi ini dapat diimplementasikan pada
klinik untuk memperkirakan jumlah obat yang tersisa pada tempat absorsi sehingga dapat untuk
mengantisipasi terjadi atau tidaknya suatu obat berinteraksi dengan obat lain.
Hasil
Parameter Farmakokinetik
Ka 0,0527/menit
K -0,08305/menit
Vd 0,3985 L
Cl 0,0459 L/menit
Sehingga berdasarkan dari semua hasil parameter farmakokinetik diatas yang telah diujikan
dapat diasumsikan bahwa dosis aspirin 6 mg/ml ( diubah pada satuan ppm, karena satuan harus
disamakan yaitu menjadi 6000 ppm) yang diberikan secara peroral pada kelinci akan terbasorbsi pada
system sirkulasi dengan kecepatan 0,0527/menit. Sedangkan kadar aspirin yang berada pada tempat
pemberian yang sedang menuju ke sirkulasi akan berubah kadar nya menjadi separo pada ketetapan
13,15 menit. Setelah obat didalam darah, kadar obat akan berkurang yang menandakan terjadinya
distribusi obat kedalam organ-organ. Kadar aspirin yang terdistribusi dalam volume atau yang disebut
dengan (volume distribusi) adalah 0,3985 L .Kemudian setelah aspirin distribusikan maka selanjutnya
akan mengalami fase metabolisme. Pada fase ini obat akan mengalami eliminasi. Nasib obat didalam
tubuh ada yang setelah absorbsi berikatan dengan reseptor, ada yang disimpan dijaringan depo dan ada
pula yang tidak berikatan dengan reseptor kemudian langsung dimetabolisme. Maka selama proses itu
terjadi kadar obat didalam darah akan berkurang karena tereleminasi. Kecepaatn eliminasi yang
diperoleh adalah 0,08305/menit artinya obat yang telah diabsorbsi dalam darah akan terlelimnasi pada
ketetapan demikian. Kemudian aspirin akan berubah kadarnya menjadi separo dengan melihat t/2
elimansi 8,344 menit. Aspirin yang berikatan dengan reseptor maka akan menimbulkan efek terapi
dimana efek terapi ini berkaitan AUC. Dosis yang berada dibawah kurva AUC maka tidak akan
memberikan efek terapi. AUC total yang diperoleh disini adalah 801,714 mg.ml/menit. Aspirin yang
masih didalam darah, darah akan membersihkan diri dari obat pada 0,0459 L/menit. Sehingga
korelasinya dengan hasil kadar yang diperoleh adalah bahwa secara berturut-turut pada menit ke
10,20,30,40 dan 50 kadar aspirin adalah 12,7968 ppm; 21,6760 ppm; 30,4325 ppm; 17,7880 ppm; dan
7,7530 ppm. Kadar obat yang berbeda pada setiap waktunya karena dipengaruhi oleh parameter yang
diatas. Karena pada saat pertama kali diberikan tidak semua kadar obat langsung terabsorbsi semua
melainkan dikendalikan oleh waktu dari parameter itu sendiri. Setiap 10 menit kadar dari cupilkan urin
I.7. Kesimpulan
Aspirin dengan kadar 6mg diberikan secara ekstravakular pada kelinci yang kemudia
mengalami fase absorbsi, distribusi, Metabolisme dan Ekskresi. Pemberian obat dilakukan secara oral
dengn harga klirens 0,04059 L/menit dan harga volume terdistribusi sebesar 0,3985 L. Dengan
perhitungan parameter lainya yang meliputi k, Ka, t/2 eliminasi, t/2 absorbsi dan AUC.
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta.
Intelligence Publication. Inc : pae 125-241 Sandhar (2011). A Review of Pytochemistry and
Pharmacology of Flavanoids.