ANALISIS FARMASI
Percobaan 1 - 7
Disusun oleh :
Nama : Lidiawati
Nim : 170500073
Gol/kel : 2/A
Dosen : apt. Emelda M.,Farm
Tanggal :
Disahkan oleh
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tujuan Praktikum
a. Mahasiswa dapat menganalisis sediaan tablet paracetamol dan
menganalisis kadar tablet paracetamol
b. Mahasiswa dapat memahami dan mengetahui menganalisis sediaan tablet
paracetamol menggunakan spektrofotometri.
B. Dasar Teori
Parasetamol, juga dikenal sebagai acetaminophen, banyak digunakan
sebagai analgesic dan obat antipiretik. Itu bisa diperoleh dalam formulasi
farmasi yang berbeda. Itu banya digunakan sebagai alternatif untuk pasien
yang rentan terhadap asam asetilsalisilat (aspirin) dalam pengobatan nyeri dan
demam.
Bahan :
a. Tablet paracetamol 500 mg
Kegunaan suatu sediaan yang digunakan untuk bahan uji praktikum.
b. Kalium dihidrogen ortofosfat
Kegunaan untuk mengatur keasaam suatu sediaan.
c. Paracetamol ekstra
Kegunaan zat aktif yang digunakan untuk bahan uji.
d. Fevadol plus (pct 500 mg, kafein 35 mg, kodein fosfat 8 mg) Kegunaan
suatu zat aktif yang diuji.
e. Amol ekstra (pct 500 mg, kafein 65 mg)
Kegunaan sebagai bahan uji yang digunakan untuk praktikum.
f. HCL 0,1 M
Kegunaan sebagai penstandarisasi suatu larutan.
g. NaOH 0,1 M
Kegunaan sebagai penstandarisasi suatu larutan.
h. Aquadest
Kegunaan sebagai pelarut untuk sediaan yang akan diarutkan sebagai
bahan uji praktikum.
B. Prosedur Kerja
a. Buffer fosfat pH 7 (0,1 M):
1. Timbang kalium dihidrogen ortofosfat 1,361 gr.
2. Larutkan menggunakan aquadest sampai 100 mL.
3. Sesuaikan pH menggunakan larutan di-natrium hidrogen fosfat 3,5%
b. Kalibrasi (pembuatan larutan induk/stok):
1. Timbang parasetamol murni 12,5 mg.
2. Kemudian larutkan menggunakan aquadest sampai 100 mL.
3. Ukur volume larutan stok dengan konsentrasi mulai dari 2,5-45 μg /
mL dalam air.
4. Kemudian volume paracetamol disesuaikan dengan 0,1 M HCl dan
0,1 M NaOH.
c. Uji parasetamol dalam tablet:
1. 10 tablet paracetamol dihaluskan menggunakan mortir.
2. Paracetamol yang sudah dihaluskan ditimbang dengan bobot 12,5
mg.
3. Kemudian dipindahkan ke dalam labu ukur 100 mL dan dilarutkan
menggunakan aquadest sampai tanda batas air.
C. Perhitungan :
1 mg = 1000 mcg
Larutan induk = 12,5 mg / 100 ml = 12.500 mcg/100 ml = 125 mcg/ml
Larutan induk : 125 mcg/ml buatlah seri kadar larutan untuk kurva baku
1250
X= 1250/125
X= 10ml
60 125.X= 60.25
125.X= 1500
X= 1500/125
X= 12ml
70 125.X= 70.25
X= 1750/125
X= 14 ml
80 125.X= 80.25
X= 2000/125
X= 16 ml
90 125.X= 90.25
X= 2250/125
X= 18ml
1 560 mg
2 558 mg
3 562 mg
4 559 mg
5 559 mg
6 565 mg
7 580 mg
8 568 mg Gerus Homogen
9 558 mg
10 557 mg
Rata-Rata 562,6
5.626
Rata – Rata Bobot Tablet = =562,6 mg
10
= 0,622 x 12,5
= 7,775 7.8 mg
Data Hasil Pembacaan Absorbansi :
Kurva Baku
Konsentrasi Absorbansi
(ppm)
5 0,251
7 0,334
9 0,457
11 0,578
13 0,765
Regresi linear dari kurva baku tersebut disertai dengan grafik nya?
A = 0,1908 Didapat Persamaan Regresi : y = bx + a
B = 0,1272 y = 0,1272 x + 0,1908
R = 0.99
kurva baku
0.9
0.8
0.7 f(x) = 0.06 x − 0.1
0.6 R² = 0.98
Absorbansi
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
konsentrasi
Sampel
Sampel Absorbansi
(replikasi)
1 0,432
2 0,446
3 0,442
Berapakah kadar obat Paracetamol dari sampel tersebut??
Replikasi Sempel :
1. y = bx + a
0,432 = 0,1272x + 0,1908
0,1272x = 0,432 – 0,1908
0,1272x = 0,2412
x = 0,2412 / 0,1272
= 1,89 ppm
2. y =bx + a
0.446 = 0,1272x + 0,1908
0, 1272x = 0,446 – 0, 1908
0, 1272x = 0,2552
x = 0,2552 / 0,1272
x = 2,006 ppm
3. y = bx + a
0,442 = 0,1272x = 0,1908
0,1272x = 0,442 – 0,1908
0,1272x = 0,2512
x = 0,2513 / 0,1272
x = 1,97 ppm
1,89+ 2,006+1,97
rata- rata : =1,95 ppm
3
E. Pembahasan :
Pada praktikum kali ini penentuan kadar paracetamol dalam sediaan
tablet paramex, dimana diketahuin dalam sediaan terdapat ibuprofen dengan
menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis. Spektrofotometri UV-Vis
mempunyai prinsip dimana penyerapan sinar tampak untuk ultraviolet dengan
suatu molekul dapat menyebapkan terjadinya eksitasi molekul tingkat energi
dasar ketingkat energi yang paling tinggi.
F. KESIMPULAN :
Jadi serbuk paracetamol yang di ambil setara dengan 12,5 mg yaitu
sebanyak 7,8 mg PCT, data absorbansi yang di dapat persamaan yaitu :
0.1272x + 0,1908 dan kadar yang di dapat dari sepal tersebut yaitu :
1,89ppm , 2,006 ppm dan 1,97ppm dengan rata-rata 1,95ppm
DAFTAR PUSAKA
Grace Pricilia Tulandi1), S. S. W. A. L., 2015. ULTRAVIOLET, VALIDASI
METODE
ANALISIS UNTUK PENETAPAN KADAR PARASETAMOL DALAM SEDIAAN
TABLET SECARA SPEKTROFOTOMETRI. urnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol.
4.
NAGWA H.S. AHMIDA*, M. S. A.-N. a. Y. S. D. H. A. M. S. A.-N. a. Y. S. D.,
2009. Determination of Paracetamol in Tablet by Difference Spectrophotometric
Method. Asian Journal of Chemistry.
PERCOBAAN II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tujuan Praktikum
a. Mahasiswa dapat melakukan analisis kimia dalam jamu pegal linu dan
rematik.
b. Mahasiswa mampu mengidentifikasI mengetahui kandungan kadar asam
mefenamat dalam jamu pegal linu dan jamu rematik
B. Dasar teori
Asam mefenamat merupakan suatu senyawa organik dengan rumus
kimia C15H15NO2, dengan nama lain Asam N-2,3- xililantranilat acid.
Memiliki massa molekuler 241.29 g/mol, dengan berbentuk Serbuk hablur
putih atau hampir putih. Melebur pada Suhu lebih kurang 2300C disertai
peruraian. Asam mefenamat Larut dalam alkali hidroksida, agak sukar larut
dalam kloroform, sukar larut dalam etanol dan metanol, praktis tidak larut
dalam air (Anonim, 1995). Asam mefenamat merupakan salah satu bahan obat
yang memiliki efek analgesik. Asam mefenamat merupakan derivat asam
antranilat dan termasuk kedalam golongan obat Anti Inflamasi Nonsteroid
(Supardi, et al., 2017)
Jamu adalah bahan atau ramuan yang berupa tumbuhan, bahan hewan,
bahan mineral, sedian serian ( genetic ) atau campuran dari bahan tersebut
yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan
pengalaman dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di
masyarakat (biofarmaka IPB 2013)
Jamu pegal linu merupakan salah satu jamu yang banyak digemari
masyarakat di Indonesia dan sering kali oleh oknum produsen jamu
ditambahkan bahan kimia obat (BKO) supaya efek terapi yang dihasilkan
lebih efektif. Salah satu BKO yang ditambahkan yaitu asam mefenamat.
Adanya kandungan asam mefenamat yang ditambahkan dapat menimbulkan
efek samping membahayakan seperti kejang bahkan bisa menyebabkan koma.
Penambahan BKO tersebut bertentangan dengan aturan Permenkes No. 007
Tahun 2012 tentang Registrasi Obat Tradisional pasal 7 menyatakan bahwa
Obat tradisional dilarang mengandung bahan kimia obat yang merupakan
hasil isolasi atau sintetik berkhasiat obat. Penambahan bahan kimia obat
merupakan senyawa kimia obat yang ditambahkan dengan sengaja kedalam
jamu dengan tujuan memberikan efek yang diinginkan tercapai lebih cepat
dari biasanya (Rusmalina, et al., 2020)
Bahan :
B. Prosedur kerja
a. Pembuatan larutan baku
Siapkan 5 sampel jamu pegal linu dan rematik dengan berbagai merek
yang berbeda
b. Penetapan panjang gelombang
Timbang terlebih dahulu 12,5 mg zat aktif asam mefenamat. Masukan
kedalam labu ukur dan tambakan 50ml metanol, kocok hingga homogen
hingga diperoleh konsentrasi 250ppm digunakan untuk pembuatan seri
konsentrasi
c. Penetapan panjang gelombang maksimum
Larutan baku asam mefenamat 250 ppm yang telah diencerkan diambil
0,36 mLKemudian diencerkan kembali dengan metanol sampai volume
10
d. mL hingga diperoleh konsentrasi 9 ppm.Larutan dengan konsentrasi 9
ppm tersebut dikocok hingga homogen dan dimasukkan kedalam kuvet
kemudian dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 200 – 400 nm
e. Penetapan operating time
Larutan baku asam mefenamat 250 ppm yang telah diencerkan diambil
lagi 0,44ml.Kemudian diencerkan kembali dengan metanol sampai
volume 10 mL hingga diperoleh konsentrasi 11 ppm.kocok hingga
homogen lalu dibaca absorbansinya sampai hasil absorbansi yang
diperoleh relatif konstan dengan rentang waktu 1 menit.
f. Pembuatan kurva baku
Dari larutan baku 250 ppm dibuat 5 seri konsentrasi yaitu 5, 7, 9, 11 dan
13 ppm Untuk konsentrasi 5 ppm di encerkan dengan 10 ml methanol
dengan cara mengambil 0,2 ml,selanjutnya untuk konsentrasi 7, 9, 11 dan
13 ppm dilakukan cara yang sama,Kemudian dibaca absorbansinya pada
panjang gelombang maksimum. Dari data hasil absorbansi dapat dihitung
persamaan kurva bakunya sehingga diperoleh persamaan garis y = ax + b.
C. Perhitungan Sementara
Larutan baku
12,5 mg/50 mL= 12,500 mcg/50 ml= 250 mcg/mL
7 M1.V1= m1.v2
250.V1= 7.10
250X= 70
X=70/250
X= 0,28
9 M1.V1= m1.v2
250.V1= 9.10
X= 90/250
X= 0,36 ml
11 M1.V1= m1.v2
250.V1= 11.10
X= 110/250
X=0,44
12 M1.V1= m1.v2
250.V1= 13.10
X=130/250
X= 0,52 ml
D. Lembar Kerja
Data Hasil Kurva Baku
Konsentrasi Absorbansi
(ppm)
5 0,351
7 0,395
9 0,497
11 0,586
13 0,795
Sampel Absorbansi
(Replikasi)
I 0,351
II 0,395
III 0,385
Data Sampel
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
konsentrasi
E. Pembahasan :
Pada praktikum kali ini melakukan analisis asam mefenamat dalam
jamu pegal linu dan rematik menggunakan spektrofotometri Uv-Vis. Jamu
ditambahkan bahan kimia obat (BKO) supaya efek terapi yang dihasilkan
lebih efektif Salah satu BKO yang ditambahkan yaitu asam mefenamat.
Adanya kandungan asam mefenamat yang ditambahkan dapat menimbulkan
efek samping yang tidak di inginkan membahayakan seperti kejang bahkan
bisa menyebabkan koma.
Praktikum kali ini kami mengidentifikasi Sampel jamu pegal linu dan
rematik yang diduga mengandung bahan kimia obat asam mefenamat. Dan
diperoleh persamaan regresi y = 0,053x + 0.039 dan kadar rata-rata : 6,37
ppm.
F. Kesimpulan :
Dapat disimpulkan bahwa kadar asam mefenamat yang diperoleh
dalam sempel jamu pegal linu yaitu 5,88ppm ; 6,71ppm dan 6,52ppm dan
diperoleh rata-rata kadar 6,37ppm.
DAFTAR PUSTAKA
Rusmalina, S., Khasanah, K. & Nugroho, D. K., 2020. Deteksi Asam Mefenamat
pada Jamu Pegel Linu yang beredar di Wilayah Pekalongan. Jurnal Farmasi
Indonesia. Edisi Khusus.
Supardi, R. H., Sudewi, S. & Wewengkang, D. S., 2017. ANALISIS BAHAN
KIMIA
OBAT ASAM MEFENAMAT DALAM JAMU PEGAL LINU DAN JAMU
REMATIK YANG BEREDAR DI KOTA MANADO. Jurnal Ilmiah Farmasi –
UNSRAT Vol. 6.
PERCOBAAN III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tujuan Praktikum
a. Mahasiswa dapat mengidentifikasi dan menentukan kadar
hidrokuinon menggunakan spektrofometri
b. Mahasiswa dapat mengetahui apakah terdapat kandungan
hidroquinon dalam sediaan kosmetik
B. Dasar Teori
Kosmetik berasal dari kata Yunani “kosmetikos” yang berarti
keterampilan menghias, mengatur. Definisi kosmetik dalam Peraturan
Menteri Kesehatan RI No. 445/MenKes/Permenkes/1998 adalah sebagai
berikut: Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau
lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai
(Depkes RI, 1979).
B. Prosedur Kerja
a. Identifikasi kualititatif hidrokuinon dengan reaksi warna Sampel krim
ditimbang sebanyak 0,1 gr dan dilarutkan dengan etanol 96 % sebanyak 5
ml sampai larut kemudian ditambahkan 4 tetes FeCL3 1 %
b. Pembuatan larutan baku hidrokuinon
a) timbang hidrokuinon sebanyak 5 mg da dilarutkan dalam 2ml
metanol.
b) Kemudian larutan tersebut dipindahkan ke dalam labu ukur 100 ml
dan di tambahkan metanol sampai tanda batas 100 ml,
c) Kemudian di aduk hingga homogen hingga diperoleh konsentrasi
baku hidrokuinon 50 ppm dalam methanol.
c. Pembuatan kurva standar
a) Dari larutan baku 50 ppm, dipipet sebanyak 0,4 , 0,8 , 1,2 , 1,6 , 2,0
ml.
b) Kemudian masing-masing dimasukan ke dalam gelas ukur 10 ml
dan ditambahkan dengan laurtan metanol sampai tanda lalu di aduk
hingga homogen hingga memperoleh konsentrasi 2, 4, 6, 8, 10 ppm.
C. Perhitungan
Pembuatan Kurva Baku
1. Pembuatan larutan induk/stok 5 mg / 100 mL = 5000 mcg/100
ml= 50 mcg/mL
0,05 gr / 100 mL = 0,05 %
Ket :1mg = 1000 mcg
2. Pembuatan larutan sampel Perhitungan seri kadar : (2, 4, 6, 8, 10 ppm)
a. 2 ppm
M1 . V1 = M2 . V2
0.4 . V1 = 2 . 10
0,4 . V1 = 20
V1 = 20/0,4
V1 = 50 Ml
b. 4 ppm
0,8 . V1 = 4 . 10
0,8 . V1 = 40
V1 = 40/0,8
V1 = 50 ML
c. 6 ppm
1,2 . V1 = 6 .10
1,2 . V1 = 60
V1 = 60 / 1,2
V1 = 50 ML
d. 8 ppm
1,6 . V1 = 8 .10
1,6. V1 = 80
V1 = 80/1,6
V1 = 50 ML
D. Lembar Kerja
15
cm
3 cm
1 2 3 4
Keterangan :
1 : Standar Hydroquinone (Hasil elusi : 10 cm)
2 : Sampel 1 (hasil elusi : 8 cm)
3 : Sampel 2 (hasil elusi (9 cm)
4 : Sampel 3 (hasil elusi 10,5 cm)
1. Berapakah Rf Standar :
jarak tempuh sampel
Rf =
jarak tempuh eluen
10
Rf = =0,83
12
2. Berapakah Rf Sampel 1
8
Rf = =0,66
12
3. Berapakah Rf sampel 2
9
Rf = =0,75
12
4. Berapakah Rf sampel 3
10,5
Rf = =0,875
12
5. Sampel yang positif mengandung Hydroquinone sampel adalah no : 3 (tiga)
Data Sampel
Sampel Absorbansi
(replikasi)
1 0,451
2 0,422
3 0,435
Regresi linear kurva baku disertai dengan Kurva : .….
A : 0,163 persamaan regresi yang di peroleh : y =bx + a
B : 0,012 y = 0,012x + 0,163
R : 0,977
0.9
0.8
0.7 f(x) = 0.01 x + 0.16
R² = 0.96
0.6
absorbansi
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55
konsentrasi
24+21,58+22,66
rata- rata : =22,74 ppm
3
E. Pembahasan :
Pada praktikum kali ini mahasiswa dapat mengidentifikasi dan
menentukan kadar hidrokuinon menggunakan spektrofometri dan dapat
mengetahui apakah terdapat kandungan hidroquinon dalam sediaan kosmetik.
Bahan yang digunakan adalah Hydroquinone, Methanol, Khloroform,Cream
kosmetik.
F. Kesimpulan :
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa sampel yang positif
mengandung hydroquinone adalah sampel nomor 3, dan dari perhitungan kadar
hydroquinone diperoleh kadar 2,4 ppm ; 21,58ppm dan 22,66ppm. Rata- rata
yang diperoleh : 22,74 ppm.
DAFTAR PUSTAKA
P. O. Odumosu, a. T. (Vol. 4(5), pp. 231-234, May 2010). Identification and
spectrophometric determination of hydroquinone levels in some
cosmetic creams. African Journal of Pharmacy and Pharmacology .
Rahma Yulia*, M. I. (SCIENTIA J. Far. KesVOL. 10 NO. 2, Agustus 2020 ).
Analisis Hidrokuinon Pada Beberapa Sediaan Krim Malam Dengan
Spektrofotometri Uv-Vis
SCIENTIA Jurnal Farmasi dan Kesehatan
PERCOBAAN IV
BAB I
PEMBAHASAN
A. Tujuan praktikum
a. Mahasiswa dapat menganalisis dan menteapkan kadar kafein dalam
minuman berenergi
B. Dasar Teori
Minuman berenergi adalah minuman ringan yang dapat
meningkatakan energi, mengurangi atau mencegah kelelahan, meningkatkan
ketahanan fisik, memperbaiki mood dan kemampuan kognitif melalui
stimulasi sistem metabolik dan sistem saraf pusat .Efek minuman berenergi
tersebut dapat dirasakan 30-60 menit setelah pemakaian dan dipertahankan
selama sekurang- kurangnya 90 meni. Minuman berenergi adalah minuman
yang mengandung kafein, taurin, vitamin B kompleks, ekstrak herbal dan
gula atau pemanis yang dapat memberikan efek yang diinginkan oleh
penggunanya seperti meningkatkan energi, konsentrasi, kewaspadaan,
mempertahankan kekuatan fisik, mengurangi kantuk serta membuat daya
pikir menjadi lebih jernih. (Marpaung, et al., 2018)
a. Neraca Analitik
b. Pipet Volumetrik 10 Ml
c. Labu Ukur 100 Ml
d. Erlenmeyer 250 Ml
e. Buret
f. Statif Dan Klem
g. Beaker Gelas 250 Ml
h. Pipet Tetes
i. Corong Pisah
j. Botol Akuades Dan Penangas Air.
Bahan :
1. Sampel minuman yang ada dipasar.
2. Kalium iodat
3. Asam sulfat 2N
4. Kalium iodida 10%
5. Natrium tiosulfat
6. indikator amilum 1%
7. kloroform
8. larutan NaCl jenuh dan akuades
B. Prosedur Kerja
1. Standarisasi Larutan NaS2O3
Dipipet sebanyak 25 ml larutan Kalium dikromat dimasukkan ke dalam
erlenmeyer 250 ml, lalu ditambahkan 5 ml Asam klorida pekat dan 5 ml
larutatn Kalium iodide 1N, dikocok hingga homogen, setelah
homogen ditambahkan larutan amilum 1 ml, kemudian larutan dititrasi
dengan larutan Natrium tiosulfat 0,1 N hingga warna larutan berubah
menjadi biru.
2. Penetapan kadar kafein dalam minuman berenergi.
a) Ditimbang sampel sebanyak 5 gr lalu dimasukan kedalam
erlenmeyer selanjutnya dilarutka dengan 100 ml akuades, lalu
diaduk, setelah itu dimasukkan ke dalam corong pisah.
mL = 0,25 mL
4. Penentuan Kadar Kafein
Vb1 : 1,5 ml
Vb2 : 1,75 ml
Vb3 : 2 ml
Vs1: 0,5 ml
C. Lembar Kerja
STANDARISASI LARUTAN NATRIUM THIOSULFAT
Rumus standarisasi:
mg K 2 Cr 2 O7
Replikasi I N= X Total ml Na2S2O3
49,03 x 100/25
250 mg
N= x 12 ml
49,03 x 100/25
N = 0,109 N
mg K 2 Cr 2 O7
Replikasi II N= X Total ml Na2S2O3
49,03 x 100/25
250 mg
N= x 11,5 ml
49,03 x 100/25
N = 0,11 N
mg K 2 Cr 2 O7
Replikasi III N= X Total ml Na2S2O3
49,03 x 100/25
250 mg
N= x 11,7 ml
49,03 x 100/25
N = 0,108 N
Rata-rata normalitasnya sebesar = 0,1 N
0,1 N
Rata-rata normalitas
PENETAPAN KADAR CAFEIN
Hasil Titrasi Penetapan kadar Cafein
0,1
( 50−9,9 ) x x 4,85
0,1 x 100% = 3,90%
5000mg
N Na 2 S 2 O3
( Vb−Vs ) x x 4,85
Replikasi III % kadar kafein 0,1 x 100%
Bs teritis sampel ( mg )
0,1
( 50−10,2 ) x x 4,85
0,1 x 100% = 3,86%
5000 mg
D. Pembahasan :
Tujuan praktikum kali ini adalah mahasiswa dapat menganalisis dan
menteapkan kadar kafein dalam minuman berenergi. Indikator yang
digunakan adalah Amilum 1%, Larutan Standar sekunder adalah Natrium
tiosulfat (Na2S2O3 0,1 N) dan Larutan Standar Primer adalah Kalium
dikromat 1N (Larutan primer KIO3 0,1 N).
Larutan sampel dititrasi dengan Natrium tiosulfat 0,1 N, pada waktu
dititrasi larutan berubah menjadi kuning muda, setelah kuning muda lalu
ditambahakan indikator amilum 1 ml larutan berubah menjadi biru kemudiaan
di titrasi kembali dengan Natrium tiosulfat 0,1 N, pada saat di titrasi larutan
yang tadi berwarna biru berubah menjadi tidak berwarna atau warna biru
menjadi hilang.
Sampel yang dianalisis adalah minuman berenergi sediaan sachet
sebanyak 3 sampel yang diambil secara acak (random). Pada jurnal penelitian
P4 metode analisa yang digunakan adalah metode Iodometri.
Hasil yang diperoleh berdasarkan penelitian tersebut Berat kafein
untuk kode sampel BA = 49,89 mg, berat kafein untuk kode BS = 47,97 mg,
berat kafein untuk kode sampel BJ = 46,32 mg, jadi kadar kafein pada sampel
BA, BJ dan BS masih sesuai menurut Farmakope Indonesia Edisi Ke IV
Tahun 1995 yaitu rentang antara 90-110%, dan berdasarkan Dirjen POM
No.PO.04.02.3.01510 dan SNI No 01-6684-2002 yaitu 50 mg persaji, kadar
kafein pada sampel BA, BJ, BS masih memenuhi syarat yang ditetapkan.Rata
rata normalitasnya 0,1 N dan hasil data diatas rata-rata kadar kafein yang
terdapat dalam minuman bernergi adalah 3,88% setara dengan 3,88 mg dalam
100 ml.
E. Kesimpulan:
Berdasarkan hasil data diatas rata-rata kadar kafein yang terdapat
dalam minuman bernergi adalah 3,88% setara dengan 3,88 mg dalam 100 ml
yang artinya tidak melebihi dari standar nilai yang dipersyaratkan baik
menurut Farmakope Indonesia Edisi Ke IV Tahun 1995 yaitu rentang antara
90-110%, dan berdasarkan Dirjen POM No.PO.04.02.3.01510 dan SNI No
01-6684-2002 yaitu 50 mg persaji, kadar kafein pada sampel masih memenuhi
persyaratan.
DAFTAR ISI
Arel, A., Martinus, B. & Nofiandri, R., n.d. PENETAPAN KADAR KOFEIN
DALAM MINUMAN BERNERGI YANG BEREDAR DI PASARAN
DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI.
Marpaung, D. R., Samosir, A. S., S. M. P. & Fitri., K., 2018. EFEK
PEMBERIAN MINUMAN ENERGI YANG MENGANDUNG KAFEIN
DAN TAURIN TERHADAP DAYA TAHAN DAN KADAR ASAM
LAKTAT SAAT MELAKUKAN AKTIFITAS FISIK PADA MAHASISWA
ILMU KEOLAHRAGAAN
2016. Jurnal Ilmiah Ilmu Keolahragaan, Volume volume 2.
Novita, L. & Aritonang, B., 2017. PENETAPAN KADAR KAFEIN PADA
MINUMAN BERENERGI SEDIAAN SACHET YANG BEREDAR DI
SEKITAR PASAR PETISAH MEDAN. Jurnal Kimia Saintek
dan Pendidikan, Volume volume 1.
PERCOBAAN V
BAB I
PEMBAHASAN
A. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum Analisis Cafein Dalam Tablet Dengan Iodometri agar
mahasiswa dapat menganalisa tablet yang mengandung kafein secara
kualitatif kadar kafein dalam bentuk sediaan tablet dengan iodometri
B. Dasar Teori
Kafein merupakan senyawa alkaloid turunan xantin dengan nama
kimianya 1,3,7-trimetilxantin memiliki rumus molekul C6H10N4O2 berat
molekul 194,19 g / mol, titik leleh 237 ºC, densitas 1,05 g / cm dan pKa 10.4
pada 40ºC (Abdalla, 2015).
C.
a. Spektrofotometer UV
b. Timbangan analitik
c. Hot plate
d. Magnetic stirrer
e. Satu set peralatan gelas untuk titrasi
f. Mortir dan stemper
g. Kertas saring
Bahan
a. Sampel tablet obat
b. Yodium
c. Natrium tiosulfat
d. Kalium iodat
e. Kalium iodida
f. Asam sulfat
g. Asam klorida
h. Pati
i. Etanol
B. Prosedur Kerja
a. Persiapan Solusi
1. Indikator pati disiapkan, kemudian larutkan 1,0 gram pati kedalam 10
ml air suling ganda, aduk larutan sampai homogen, setelah homogen
kemudian pindahkan kedalam air yang sudah mendidih 100 ml.
2. Aduk dan rebus solusi selama 1 menit lalu biarkan hingga dingin
pada suhu kamar dan saring.
3. Asam klorida diukur sampai 33,3 ml HCI 37% dan tuangkan
kedalam 100 ml air suling ganda.
4. Sulfur asam (10%) dibuat dengan mengukur 10,2 ml H2SO4 98% dan
tuangkan kedalam 100 ml air suling ganda.
5. Kalium iodida (10%) ditimbang sebanyak 10 gram KI dan
diencerkan dalam 100 ml air suling ganda.
2. Larutan kafein diambil secara berurutan dengan mengambil 0,4 ml; 0,5
ml; 0,8 ml; 1,0 ml; 1,5 ml; dan 2,0 ml, kemudain pindahkn kedalam
labu ukur 25 ml dan encerkan menggunakan air suling ganda.
= 50 mg/651 x 50.000mg
= 3.840= 3.8g
ml N =0,1
Mg 2 = 62.052,5 x 01
Mg = 6.205,25/2
= 3,1026
D. Lembar kerja
Sampel yang digunakan :
Paramex nyeri otot :
R/ Paracetamol 500 mg
Cafein 65 mg
Data Hasil Percobaan :
No Berat Tablet
1 601 mg
2 580 mg
3 595 mg
4 598 mg
5 580 mg
6 600 mg
Gerus Homogen
7 575 mg
8 590 mg
9 580 mg
10 570 mg
Rata-Rata 586,9 mg
0.4 0.34
0.3
0.2
0.1
0
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
KONSENTRASI
7,27+8,125+8,575
rata-rata = = 23,95 / 3
3
= 7,98 8 ppm
E. Pembahasan
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk menganalisis Cafein Dalam
Tablet Dengan Iodometri agar mahasiswa dapat menganalisa tablet yang
mengandung kafein secara kualitatif kadar kafein dalam bentuk sediaan tablet
dengan iodometri
Kafein merupakan senyawa alkaloid turunan xantin dengan nama
kimianya 1,3,7 trimetilxantin memiliki rumus molekul C6H10N4O2 berat
molekul 194,19 g / mol, titik leleh 237 ºC, densitas 1,05 g / cm dan pKa 10.4
pada 40ºC (Abdalla, 2015
Kafein adalah zat alami yang ditemukan pada daun, biji atau buah dari
63 spesies tumbuhan di seluruh dunia. Sumber kafein yang paling umum
adalah kopi, biji kakao, kacang cola, dan daun teh. Jumlah kafein bervariasi
menurut spesies dan asal tumbuhan.
Dari hasil data praktikum kali ini yaitu diperoleh hasil rata rata bobot
tablet 586,9 kemudian serbuk diambil dan starakan dengan 12,5 mg lalu
kemudian dilakukan rata rata yang dihasilkan 0.008 mg. Dari data yang
didapatkan pada kurva baku dihasil diperoleh persamaan regresi : y = bx + a
kemudian dilakukan replikasi dari kadar cafein pada replikasi pertama di
hasilkan 7,25 ppm, replikasi kedua8,125 ppm dan replikasi yang ketiga 8,575
ppm
F. Kesimpulan
Jadi serbuk cafein yang di ambil setara dengan 12,5 mg yaitu 0,008 cefein.
Data absorbansi didapat persamaan y=0,040x + 0,142 dan kadar yang didapat
7,25 ppm, 8,125ppm, 8,575 ppm. Rata-rata yang didapat adalah : 7.98ppm
PERCOBAAN VI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tujuan Praktikum
a. Mahasiswa dapat mengidentifikasi dan menentukan kadar rodamin
dalam sediaan lipstik menggunakan spektrofotometri
b. mahasiswa dapat mengetahui apakah terdapat kandungan rodamin
dalam lipstick
B. Dasar Teori
Kosmetika adalah sediaan atau paduan bahan yang siap digunakan
pada bagian luar badan (epidemis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin
luar), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya
tarik,mengubah penampakan, melindungi kulit supaya tetap dalam keadaan
baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau
menyembuhkan suatu penyakit (Anonim,1998).
Lipstik adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk mewarnai
bibirdengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata
rias wajah, tetapi tidak boleh menyebabkan iritasi pada bibir (Mukaromah,
2008).
Menurut Tranggono dan Latifah (2007) bahan-bahan utama dalam
lipstik yaitu lilin, minyak, lemak, acetoglycerides, zat-zat pewarna, surfaktan,
antioksidan, bahan pengawet, bahan pewangi. Pewarna pada lipstik
berdasarkan sumbernya ada 2 yaitu, pewarna alami merupakan zat warna yang
diperoleh dari akar, daun, bunga dan buah. Seperti zat warna hijau dari daun
suji dan zat warna orange dari wortel. Sedangkan pewarna sintetis berasal dari
reaksi antara dua atau lebih senyawa kimia contohnya seperti rhodamin B.
Pemerintah Indonesia melalui peraturan Menteri Kesehatan (PerMenKes)
No.239/MenKes/Per/V/1985 menetapkan 30 lebih zat pewarna berbahaya,
salah satunya rhodamin B, Rhodamin B merupakan pewarna yang dipakai
untuk industri cat, tekstil dan kertas. Rodamin B merupakan zat warna sintetis
berbentuk serbuk kristal, tidak berbau, berwarna merah keunguan, dalam bentuk
larutan berwarna merah terang berpendar (berfluoresensi). Zat warna ini dapat
menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan dan merupakan zat karsinogenik
(dapat menyebabkan kanker)serta Rhodamin dalam konsentrasi tinggi dapat
menyebabkan kerusakan pada hati.
1. Erlenmeyer
2. Tabung reaksi
3. Timbangan Analitik
4. Corong
5. Labu takar
6. Gelas kimia
7. Gelas ukur
8. Pipet tetes dan pipet kapiler
9. Sendok tanduk
10. Batang pengaduk
11. Kertas saring
12. Lempeng KLT
13. Oven
14. Chamber
15. Spektrofotometer UV-Vis
16. Hot plate
17. Benang wol
Bahan :
1. Lipstik berwarna merah
2. Aquadest
3. Arutan HCI
4. Larutan amonia
5. N-butanol
B. Prosedur Kerja
a. Tahap Ektraksi dan Pemurnian
1. Timbang sampel (lipstik) sebanyak 1 gram masukkan ke dalam
erlenmeyer dan tambahkan 10 ml larutan amonia 2% (amonia yang
sudah dilarutkan menggunakan etanol 70%)
2. Saring larutan sampel yang dilarutkan dalam amonia 2%
menggunakan kertas saring whatman no.1
3. Pindahkan larutan yang sudah disaring kedalam gelas kimia
kemudian panaskan diatas hot plate. Hasil dari pemanasan sampel
yang berupa endapan dilarutkan dengan aquadest 10 ml yang
mengandung asam (aquadest asam berupa penambahan asam asetat
10%).
4. Potong benang wol sepanjang 15 cm dan masukkan kedalam larutan
asam dan didihkan selama 10 menit, larutan asam akan mewarnai
benang wol, setelah 10 menit angkat benang wol kemudian cuci
dengan aquadest. Kemudian lakukan hal yag sama dengan larutan
yang berbeda yaitu yang bersifat basa sebanyak 10 ml amonia
(larutannya berupa amonia 10% yang dilarutkan dalam etanol 70%)
kemudian didihkan.
5. Benang wol akan melepaskan warna (yang didapat dari larutan asam
yang dididihkan selama 10 menit) warna akan larut dalam larutan
basa. Larutan basa yang didapat akan digunakan sebagai larutan
cuplikan sampel pada analisis KLT (Kromatografi Lapis Tipis).
b. Pembuatan Larutan Baku Utuk Pembuatan Linieritas Kurva
Kalibrasi
1. Larutan rhodamin B dibuat dengan konsentrasi 200 ppm.
2. Dari larutan baku dibuat larutan dengan konsentrasi 0,5; 1; 1,5; 2; 5;
6; 7,5 ppn.
3. Pelarut yang digunakan adalah larutan HCI 0,1 N
c. Identifikasi Sampel
1. Lempeng KLT berukuran 20x20 cm diaktifkan dengan cara
dipanaskan dalam oven pada suhu 100°C selama 30 menit.
2. Sampel ditotolkan pada lempeng KLT dengan menggunakan pipet
kapiler pada jarak 2 cm dari bagian bawah plat, jaran antara noda
adalah 1,5 cm.
3. Kemudian dibiarkan beberapa saat sampai mengering.
4. Lempeng KLT yang telah mengandung cuplikan dimasukkan
kedalam chamber yang telah dijenuhkan dengan fase gerak berupa
n-butanol:etil asetat:amonia (10:4:5).
5. Dibiarkan sampai lempeng KLT terelusi sempurna, kemudian
lempeng KLT diangkat dan dikeringkan.
6. Amati warna secara visual dan dibawah sinar UV, jika visual noda
berwarna merah jambu dan jika dibawah sinar UV 254 nm dan 366
nm berfluoresensi kuning atau ornage, hal ini menunjukkan bahwa
adanya kandungan rhodamin B.
d. Penetapan Kadar Zat Warna Rhodamin B
1. Penetapan kadar rhodamin B dilakukan dengan spektrofotometri
cahaya tampak pada panjang gelombang 400-800 nm.
2. Sedangkan untuk menghitung kadar rhodamin B dalam sampel
dihitung dengan menggunakan kurva kalibrasi dengan persamaan
regresi: y= ax+b
C. Perhitungan Sementara
1. Pembuatan larutan induk 200 ppm
1 ppm = 1 mg/L
200 ppm = 200mg/L
Maka untuk membuat larutan induk 200 ppm dalam 500ml dibutuhkan :
200 mg/L = 100 mg/500 ml
2. Pembuatan larutan baku dengan konsentrasi 0,5 , 1 , 1,5 , 2, 5, 6, 7,5
ppm
0,5 ppm 5 ppm
M1 x V1 = M2 x V2 M1 x V1 = M2 x V2
200 x V1 = 0,5 x 100ml 200 x V1 = 5 x 100ml
V1 = 50/200 V1 = 500/200
V1 = 0,25 ml V1 = 2,5 ml
1 ppm 6 ppm
M1 x V1 = M2 x V2 M1 x V1 = M2 x V2
200 x V1 = 1 x 100ml 200 x V1 = 6 x 100ml
V1 = 100/200 V1 = 600/200
V1 = 0,5 ml V1 = 3 ml
2 ppm
M1 x V1 = M2 x V2
200 x V1 = 2 x 100ml
V1 = 200/200
V1 = 1 ml
D. Lembar Kerja
Analisis Rhodamin- B secara kualitatif dengan Metode KLT
15
cm
3 cm 1
2 3 4
Keterangan :
1 : Standar Rhodamin-B (Hasil elusi : 7 cm)
2 : Sampel 1 (hasil elusi : 7 cm)
3 : Sampel 2 (hasil elusi (10 cm)
4 : Sampel 3 (hasil elusi 5 cm)
1. Fase Diam yang digunakan (Dari Laporan sementara): lempeng KLT
2. Fase Gerak yang digunakan (Dari Laporan Sementara): n-butanol: etil
asetat : dan amonia (10:4:5)
3. Berapakah Rf Standar
jarak tempuh sampel
Rf =
jarak tempuh eluen
7
Rf = =0,66
12
4. Berapakah Rf Sampel 1
7
Rf = =0,66
12
5. Berapakah Rf sampel 2
10
Rf = =0,83
12
6. Berapakah Rf sampel 3
5
Rf = =0,41
12
7. Sampel yang positif mengandung Rhodamin B sampel No : 1 (satu)
E. Pembahasan :
Pada praktikum kali ini dapat mengidentifikasi dan menentukan kadar
rodamin dalam sediaan lipstik menggunakan spektrofotometri dapat
mengetahui apakah terdapat kandungan rodamin dalam lipstick.
Kosmetika adalah sediaan atau paduan bahan yang siap digunakan
pada bagian luar badan (epidemis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin
luar), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya
tarik,mengubah penampakan, melindungi kulit supaya tetap dalam keadaan
baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau
menyembuhkan suatu penyakit
F.
Lipstik adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk mewarnai
bibir dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika dalam
tata rias wajah, tetapi tidak boleh menyebabkan iritasi pada bibir.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tujuan Praktikum
Melakukan Uji Aktivitas Antioksidan pada ekstrak etanol alga hijau(Ulva
lactucaLinn) yang diperoleh dari Pantai Sepanjang Gunung Kidul.
B. Dasar teori
Rumput laut atau algae dikenal dengan nama seaweed merupakan
bagian terbesar dari tanaman laut. Rumput laut adalah tanaman tingkat
rendah yang tidak memiliki perbedaan susunan kerangka seperti akar, batang
dan daun yang sejati dan lebih dikenal dengan nama tumbuhan talus
(Berhimpon, 2001)
Manfaat lain dari rumput laut yaitu sebagai sumber antioksidan alami,
antioksidan berdasarkan sumbernya dibagi menjadi dua yaitu antioksidan
alami dan antioksidan sintesis. Antioksidan sintesis telah banyak digunakan,
namun penggunaan dalam jumlah berlebihan dapat menimbulkan efek
samping (Cahyadi, 2006)
Antioksidan primer yaitu sebagai antioksidan utama pemberi atom
hidrogen (AH), karena senyawa ini memberikan atom hidrogen secara cepat
ke senyawa radikal, dimana radikal yang terbentuk menghasilkan derivat
lipida dan radikal antioksidan (A*). Peranannya sebagai donor atom hidrogen
pada radikal bebas lemak untuk membentuk kembali molekul lemak. Dengan
demikian jika antioksidan diberikan mencegah pembentukan radikal baru,
maka akan menghambat proses autooksidasi (Dewanti, 2006; Eitenmiller,
2008). Antioksidan sekunder disebut juga antioksidan non enzimatis atau
eksogenus yaitu kelompok senyawa yang berperan dalam system pertahanan
preventif. Antioksidan ini dapat mengkelat logam prooksidan dan
mendeaktifasinya. Pengkelatan terjadi dalam sistem cairan ekstraseluler.
Antioksidan sekunder disebut juga antioksidan non enzimatis atau eksogenus
yaitu kelompok senyawa yang berperan dalam sistem pertahanan preventif.
Antioksidan ini dapat mengkelat logam prooksidan dan mendeaktifasinya.
Pengkelatan terjadi dalam sistem cairan ekstraseluler.
3) steroid
Ekstrak di larutkan kemudian di pipet sebanyak 1 ml dan
ditambahkan 2 ml kloroform lalu di kocok, kemudian
ditambahkan 2 tetes larutan lieberman – bauchard.
Terbentuknya larutan berwarna merah untuk pertama kali
kemudian berubah menjadi biru dan hijau menunjukan
reaksi positif
4) Saponin
Uji busa : larutan uji dicampur dengan air dan dikocok. Diamati
pembentukan buih, buih stabil selama 15 menit maka
menandakan adanya saponin
Pengujian metode DPPH
Uji kualitatif antioksidan :
a) Sebanyak 1 ml larutan sampel direaksikan dengan 1 ml larutan
0,15 mM
b) Amati perubahan warna yang terjadi, jika perubahan dari
warna ungu menjadi kuning maka senyawa dari sampel
tersebut bersifat sebagai antioksidan.
Uji kuantitatif antioksidan:
1. Pembuatan larutan DPPH : Sebanyak 3,5 mg DPPH
dilarutkan dengan metanol dalam labu ukur sampai 100
ml sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 35
ppm.
2. Pembuatan larutan sampel : Sebanyak 10 mg sampel
masing- masing dilarutkan dengan 10 ml pelarut
metanol dalam labu ukur 10 ml sehingga diperoleh
konsentrasi 1000 ppm. Kemudian dilakukan
pengenceran dalam labu ukur 10 ml dengan
menambahkan metanol sehingga diperoleh larutan
dengan konsentrasi 20, 40, 60, 80,100 ppm.
3. Pembuatan larutan asam aksorbat ( sebagai
pembanding ) : Sebanyak 5 mg larutan perbandingan
dilarutkan dengan 50 ml metanol dalam labu ukur 50 ml
sehingga diperoleh konsentrasi 100 ppm. Kemudian
dilakukan pengenceran dalam labu ukur 50 ml dengan
menambahkan metanol sehingga diperoleh larutan
dengan konsentrasi 2,4,6,8,10 ppm.
4. Penentuan panjang gelombang maksimal : Sebanyak 3,5
ml larutan DPPH 35 ppm dan ditambahkan dengan 1 ml
metanol .serapan larutan di ukur dengan
spektrofotometri uv-vis pada panjang gelombag 517 nm
5. Penentuan aktivitas antioksidan : 4 ml larutan DPPH
1000 ppm ditambahkan dengan masing- masing 1 ml
larutan uji konsentrasi 20,40,60,80,100 ppm. Larutan
ini kemudian di ukur absorbansinya pada panjang
gelombang maksimum. Sebagai pembanding
digunakan asam aksorbat dengan konsentrasi
2,4,6,8,10 ppm dengan perlakuan yang sama dengan
larutan uji.
6. Penentuan persentase peredaman
% h = 1-2 x 100%
1
A1 = absorbansi kontrol
A2 = absorbansi sampel
Nilai IC50 merupakan bilangan yang
menunjukkan konsentrasi sampel uji yang
memberikan peredaman sebesar 50% (mampu
menghambat atau meredam proses oksidasi sebesar
50%). Nilai IC50 ditentukan dengan cara dibuat
kurva linear antara konsentrasi larutan uji (sumbu x)
dan % peredaman (sumbu y) dari persamaan y = a +
bx dapat di hitung nilai IC50 dengan menggunakan
rumus : diuji dikatakan mempunyai efek toksik
apabila harga LC50 < dari 1000 mg/mL
C. Perhitungan Sementara
Pembuatan Larutan Baku Sampel dengan Konsentrasi 20, 40, 60, 80, 100 ppm
20 M1 x V1 = M2 x V2
1000 x V1 = 20 x 10
1000 x V1 = 200
V1 = 200/1000
V1 = 0,2 mL
40 M1 x V1 = M2 x V2
1000 x V1 = 40 x 10
1000 x V1 = 400
V1 = 400/1000
V1 = 0,4 mL
60 M1 x V1 = M2 x V2
1000 x V1 = 60 x 10
1000 x V1 = 600
V1 = 600/1000
V1 = 0,6 mL
80 M1 x V1 = M2 x V2
1000 x V1 = 80 x 10
1000 x V1 = 800
V1 = 800/1000
V1 = 0,8 mL
100. M1 x V1 = M2 x V2
1000 x V1 = 100 x 10
1000
x V1
=
1000
V1 =
1000/
1000
V1 =
1 mL
Bdalam
Pembuatan Larutan Pembanding (Asam Asorbat 100 ppm
50 mL) 100 50 = 0,1 50 = 5 mg
1000
Di buat dalam seri konsentrasi 2,4,6,8,10 dalam 50 mL
2 M1 x V1 = M2 x V2
100 x V1 = 2 x 50
100 x V1 = 100
V1 = 100/100
V1 = 1 mL
4 M1 x V1 = M2 x V2
100 x V1 = 4 x 50
100 x V1 = 200
V1 = 200/100
V1 = 2 mL
6 M1 x V1 = M2 x V2
100 x V1 = 6 x 50
100 x V1 = 300
V1 = 300/100
V1 = 3 mL
8 M1 x V1 = M2 x V2
100 x V1 = 8 x 50
100 x V1 = 400
V1 = 400/100
V1 = 4 mL
j. M
1 x V1 =
M2 x V2
100 x
V1 = 10
x 50 100
x V1 =
500 V1
=
500/100
V1 = 5 mL
Lembar Kerja :
1) Reagen yang ditambahkan yaitu Larutan DPPH
2) Perubahan warna yang terjadi jika positif mengandung senyawa antioksida
yaitu perubahan warna terjadi dari ungu menjadi kuning
Data Absorbansi :
- Konsentrasi 4
0,989−0,437
% inhibisi = x 100 %
0,989
0,552
= x 100 %
0,989
= 55,813 %
- Konsentrasi 8
0,989−0,489
% inhibisi = x 100 %
0,989
0,5
= x 100 %
0,989
= 50,556 %
- Konsentrasi 12
0,989−0,577
% inhibisi = x 100 %
0,989
0,412
= x 100 %
0,989
= 41,658 %
- Konsentrasi 16
0,989−0,594
% inhibisi = x 100 %
0,989
0,395
= x 100 %
0,989
= 39,939 %
- Konsentrasi 20
0,989−0,728
% inhibisi = x 100 %
0,989
0,261
= x 100 %
0,989
= 26,390 %
2) Perhitungan IC50
Data Konsentrasi vs inhibisi
Konsentrasi Persen
(mcg/ml) Inhibisi
4 55,813
8 50,556
12 41,658
16 39,939
20 26,390
40
Persen Inhibisi
30
20
10
0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
Konsentrasi
Diketahui :
- R Hitung = 0,9743
50 = -1,7366x + 63,71
1,7366x + 63,71 = 50
1,7366 x = 50 + 63,71
1,7366 x = 113,71
113,71
x=
1,7366
PEMBAHASAN
Radikal bebas yang menumpuk di dalam sel menyebabkan beberapa reaksi
patologis seperti infark miokard, aterosklerosis, artritis reumatoid, gangguan
neurodegenrative, dan kanker.Salah satu metode yang digunakan untuk pengujian
aktivitas antioksidan adalah metode DPPH (2,2-difenil-1- pikrilhidrazil). Metode
DPPH didasarkan pada kemampuan antioksidan untuk menghambat radikal bebas
dengan mendonorkan atom hidrogen. Perubahan warna ungu DPPH menjadi ungu
kemerahan dimanfaatkan untuk mengetahui aktivitas senyawa antioksidan. Tujuan
dari percobaan kali yaitu untuk identifikasi pada alga hijau sebagai antioksidan
dengan metode DPPH.