PENYULUHAN ASMA
LIDIA WATI
4. Evaluasi -
1. Evaluasi respon peserta
2. Hasil Penyuluhan
G. Rencana Evaluasi Kegiatan
1. Evaluasi Persiapan
a. Persiapan alat
b. Persiapan tempat
c. Penyusunan SAP
d. Penyusunan leaflet
e. Pembuatan PPT
2. Evaluasi Proses
3. Evaluasi Akhir
a. Apakah pengertian dari asma ?
b. Apa saja pencegahan asma ?
H. Evaluasi Hasil
1. Mampu menjelaskan definisi asma dengan benar
2. Mampu menyebutkan penyebab asma
3. Mampu menyebutkan tanda dan gejala asma
4. Mampu mengetahui komplikasi dari asma
5. Mampu mengetahui cara pencegahan asma
Lampiran materi
PENYAKIT ASMA
A. Asma
1. Definisi
Asma didefinisikan sebagai suatu kondisi ketika terjadi gangguan
pada sistem pernapasan yang menyebabkan penderita mengalami mengi
(wheezing), sesak napas, batuk, dan sesak di dada terutama ketika malam
hari atau dini hari
Asma merupakan golongan penyakit yang sulit disembuhkan, dapat
mengenai pada anak-anak dan dewasa, tetapi di sisi baiknya asma mudah
dikenali dengan cepat.Penyakit yang mengenai saluran pernafasan ini
sangat mengganggu kualitas para penderitanya. Penderita asma akan
merasakan keterbatasan aktifitas baik ringan, sedang maupun berat
tergantun pada derajat asma yang dideritanya Asma dapat ditandai dengan
tiga hal, antara lain menyempitnya saluran nafas yang dimanifestasikan
dengan sesak nafas, pembengkakan serta produksi lendir atau sekret yang
berlebih pada saluran nafas berakibat terjadinya penyempitan saluran nafas
sehingga timbul bunyi mengi/wheezing. Gangguan pernafasan atau
penyempitan jalan nafas ini bersifat reversibel, baik secara spontan maupun
dengan pemberian obat-obatan (HARDINA et al., 2019)
2. Patofisiologi
Asma merupakan golongan penyakit yang sulit disembuhkan, dapat
mengenai pada anak-anak dan dewasa, tetapi di sisi baiknya asma mudah
dikenali dengan cepat.Penyakit yang mengenai saluran pernafasan ini
sangat mengganggu kualitas para penderitanya. Penderita asma akan
merasakan keterbatasan aktifitas baik ringan, sedang maupun berat
tergantun pada derajat asma yang dideritanya Asma dapat ditandai dengan
tiga hal, antara lain menyempitnya saluran nafas yang dimanifestasikan
dengan sesak nafas, pembengkakan serta produksi lendir atau sekret yang
berlebih pada saluran nafas berakibat terjadinya penyempitan saluran nafas
sehingga timbul bunyi mengi/wheezing. Gangguan pernafasan atau
penyempitan jalan nafas ini bersifat reversibel, baik secara spontan maupun
dengan pemberian obat-obatan (HARDINA et al., 2019)
3. Faktor resiko
Faktor risiko paling utama untuk memicu asma adalah kombinasi
dari kecenderungan genetik dengan paparan lingkungan terhadap zat
partikel yang dihirup yang dapat memicu reaksi alergi atau mengiritasi
saluran udara, seperti: Alergen dalam ruangan misalnya tungau, debu
rumah, polusi, dan bulu hewan peliharaan, Alergen luar ruangan (contohnya
serbuk sari dan jamur), asap rokok, iritasi kimia di tempat kerja, polusi
udara. Pemicu lain dapat termasuk udara dingin, kondisi emosional yang
ekstrim seperti kemarahan atau ketakutan dan latihan fisik. Bahkan obatobat
tertentu dapat memicu asma.(Hamdan & Musniati, 2020)
4. Cara pakai inheler
a. Inheler
1. Cuci tangan sebelum menggunakan inhaler
2. Buka penutup inhaler dengan menarik tutup untuk melepaskannya.
3. Pegang inhaler secara tegak lurus. Jika Anda baru menggunakan inhaler
/ inhaler baru, sebelum digunakan, pastikan inhaler tidak tersumbat.
Caranya: buka penutup mouthpiece, kocok inhaler 3 – 4 kali, kemudian
semprot inhaler menjauhi wajah Anda. Bila inhaler dapat
menyemprotkan obat (tidak tersumbat), inhaler siap digunakan. Bila
inhaler tampak tersumbat (tersumbat), semprotkan beberapa kali untuk
memastikan inhaler tidak tersumbat.
5. Letakkan “mouthpiece” inhaler di antara bibir atas dan bibir bawah dan
condongkan kepala ke belakang.
6. Mulailah menarik napas perlahan lewat mulut sambil menekan tabung
inhaler.
7. Lepaskan inhaler dari mulut, tahan napas hingga 5-10 detik. Hembuskan
napas perlahan dari mulut, lalu bernapaslah dengan normal. Jika dosis
lain diperlukan, tunggulah 1 menit sebelum mengulangi langkah 4 – 7
8. Terapi farmakologi
ICS (Inhaled Corticosteroid) merupakan obat komplemen pada
pengobatan asma karena sifatnya yang mengurangi hiperreaktivitas otot
polos saluran pernafasan. Pada umumnya ia digunakan bersamaan dengan
LABA (Penggunaan Long Acting β2 Agonist) sebagai terapi adjuvant awal
untuk pasien asma yang sudah menggunakan ICS secara teratur namun
penyakitnya tidak kunjung membaik. Agonis β2 memainkan peran penting
dalam pengobatan obstruksi jalan napas sehingga terapi kombinasi LABA-
ICS ini menjadi landasan dalam perawatan penyakit asma contoh obat
fluticasone propionate , budesonide , beclomethasone dipropionate dan
mometasone furoate
SABA (Short-acting β2 agonis) adalah obat yang paling efektif
untuk mengobati bronkospasme pada eksaserbasi asma akut dan dapat
digunakan juga untuk mencegah asma yang terinduksi oleh olahraga. SABA
dapat diberikan melalui inhalasi, oral, maupun parenteral. Namun, karena
kerja obat yang relatif cepat dan sedikitnya efek samping yang timbul,
pemberian melalui inhalasi lebih dianjurkan. Mekanisme kerja SABA sama
dengan obat agonis β2 lainnya dimana ia membantu merelaksasi jalur
pernafasan, meningkatkan pembersihan mukosiliar, menurunkan
permeabilitas vaskular, dan memodulasi pelepasan mediator dari sel mast
dan eosinophil contoh obat fenoterol procaterol , salbutamol atau
tebutaline (Velásquez, 2018)
DAFTAR PUSTAKA
Hamdan, H., & Musniati, N. (2020). Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Asma Bronkiale Pada Anak Usia 5-12 Tahun. Journal of Public
Health Innovation, 1(1), 26–36. https://doi.org/10.34305/jphi.v1i1.206
HARDINA, S., . S., & WULANDARI, D. (2019). Pengaruh Konsumsi Air
Hangat Terhadap Frekuensi Nafas Pada Pasien Asma Di Puskesmas
Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2019. Journal of Nursing and Public
Health, 7(2), 77–86. https://doi.org/10.37676/jnph.v7i2.901
Kemenkes RI. (2018).
Keputusan_Menteri_Kesehatan_RI_Tentang_Pedoman_Pengendalian_Asma
1.pdf (p. 34).
Velásquez, D. (2018). PENGARUH TEKNIK PERNAPASAN BUTEYKO
TERHADAP ACT (ASTHMA CONTROL TEST) Marlin. New England
Journal of Medicine, 372(2), 2499–2508.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/7556065%0Ahttp://www.pubmedcentr
al.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=PMC394507%0Ahttp://dx.doi.org/10.101
6/j.humpath.2017.05.005%0Ahttps://doi.org/10.1007/s00401-018-1825-
z%0Ahttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/27157931
LAMPIRAN