APOTEKER DI
APOTEK ENGGAL SARAS TANGGAL11
SEPTEMBER-11NOVEMBER 2023
DISUSUN OLEH:
Disetujui Oleh :
apt. Ika Buana Januarti., M.Sc apt. Nining Farikh Azida., S.Farm
Mengetahui,
Ketua Program Studi Profesi Apoteker
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sultan Agung Semarang
i
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
DAFTAR SINGKATAN..........................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................vi
KATA PENGANTAR.............................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
A. Latar belakang................................................................................................1
B. Tujuan PKPA..................................................................................................2
C. Manfaat PKPA................................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI....................................................................................4
A. Pengertian Apotek..........................................................................................4
B. Tugas dan Fungsi Apotek...............................................................................4
C. Ketentuan Umum dan Peraturan Perundang-Undangan tentang Apotek.......5
D. Persyaratan Apotek........................................................................................7
E. Persyaratan APA............................................................................................8
F. Tugas dan Tanggung Jawab APA................................................................10
G. Studi Kelayakan Pendirian Apotek..............................................................10
H. Tata Cara Pendirian Apotek Sistem Baru ONLINE.....................................11
I. Pengelolaan Apotek......................................................................................14
J. Pengelolaan Obat..........................................................................................18
K. Perpajakan....................................................................................................24
L. Pelaporan SIPNAP.......................................................................................25
M. Pelayanan KIE dan Pharmaceutical Care.....................................................26
N. Home Care....................................................................................................30
O. IPC (Interprofessional Collaboration)..........................................................34
P. Evaluasi Apotek...........................................................................................35
BAB III TINJAUAN UMUM APOTEK ENGGAL SARAS...................................37
A. Sejarah Apotek Enggal Saras.......................................................................37
B. Struktur Organisasi Apotek Enggal Sara......................................................39
C. Pengelolaan Apotek Enggal Saras................................................................42
D. Pelayanan KIE Dan Pharmaceutical Care....................................................85
ii
E. Evaluasi Apotek..........................................................................................99
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................169
A. Pengelolaan Apotek....................................................................................169
B. Perpajakan..................................................................................................179
C. Pelaporan....................................................................................................180
D. Pelayanan KIE Dan Pharmaceutical Care..................................................182
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................184
A. Kesimpulan.................................................................................................184
B. Saran...........................................................................................................184
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................185
iii
DAFTAR SINGKATAN
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT, atas berkah, rahmat,
taufik serta hidayah-Nya berupa kesempatan, kesehatan dan kemampuan kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) di Apotek Enggal Saras Ungaran pada tanggal 11
September 2023 sampai dengan 11 November 2023 dengan lancar tanpa
hambatan. Shalawat serta salam kami haturkan kepada Nabi besar Muhammad
SAW yang telah membawa kami dari zaman kegelapan menuju zaman yang
terang berderang seperti saat ini.
Penyusunan laporan ini dilakukan untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Apoteker di Fakultas Kedokteran Prodi Program Studi Profesi
Apoteker Universitas Islam Sultan Agung Semarang dengan tujuan agar setiap
calon Apoteker mendapatkan pengetahuan dan gambaran yang jelas mengenai
apotek yang merupakan salah satu tempat pengabdian profesi apoteker. Dalam
pelaksaan dan pembuatan laporan pastinya penulis tidak dapat bekerja secara
individual tanpa adanya bantuan do’a dan bimbingan dari pihak lain. Dengan
demikian, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih
sebesar-besarnya dengan setulus hati kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan jalan kemudahan disetiap urusan
hambanya sehingga penulis dapat menyelesaikan pelaksanaan dan
penyusunan laporan PKPA dengan baik.
2. Bapak Dr. dr. H. Setyo Trisnadi, Sp. KF, SH. selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung.
3. Ibu Dr. apt. Naniek Widyaningrum, M. Sc. selaku Ketua Program Studi
Profesi Apoteker Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
4. Ibu apt. Ika Buana Januarti, M.Sc., selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan laporan ini.
vii
5. Ibu apt. Nining Farrikh Azida, S.Farm., selaku Preseptor Pengelola
Apotek Enggal Saras.
6. Ibu apt. Dra. Ag. Sawitri Sunandari, M.Sc., selaku Preseptor Pengelola
Apotek Karunia Sehat.
7. Seluruh Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) Apotek Enggal Saras, terima
kasih atas bimbingan dan bantuan yang telah diberikan selama Praktek
Kerja Profesi Apoteker berlangsung.
8. Kedua orang tua saya, terimakasih atas kasih sayang, doa, semangat dan
dukungan yang tiada hentinya.
9. Teman-teman Apoteker Angkatan VIII, terimakasih atas dukungan dan
kerjasama selama ini.
Penulis menyadari bahwa dengan keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki, selama pelaksanaan PKPA dalam penulisan laporan
ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Penulis membuka diri
untuk segala saran dan kritik yang membangun guna perbaikan.
Penulis berharap semoga laporan praktek kerja ini bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang farmasi. Besar harapan
penulis, semoga ilmu dan pengalaman yang telah diperoleh di Apotek Enggal
Saras dapat berguna, semoga laporan ini dapat menjadi salah satu bentuk ibadah
penulis dan dapat memberi manfaat bagi para pembaca pada umumnya serta
bagi perkembangan Apotek Enggal Saras selanjutnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Penulis
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
1
Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan di apotek meliputi pengkajian dan
pelayanan resep, dispensing, pelayanan informasi obat (PIO), konseling,
pelayanan kefarmasian di rumah (home pharmacy care) pemantauan terapi 1
obat (PTO) dan monitoring efek samping obat (MESO) (Departemen
Kesehatan RI, 2019). Pengaturan standar pelayanan kefarmasian di apotek
bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian, menjamin
kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian meliputi tenaga teknis kefarmasian
dan apoteker, melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang
tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien atau patient safety
(Tuwongena et al., 2021). Program Studi Pendidikan Apoteker Universitas
Islam Sultan Agung Semarang dalam memberikan kontribusi nyata maka
dilaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di apotek pada 11
september sampai 11 november 2023 yang dilaksanakan di apotek enggal
saras Apotek Enggal Saras berada di Jalan Diponegoro No. 217, Genuk, Kec.
Ungaran Barat, Semarang. Letak Apotek Enggal Saras sangatlah strategis,
karena dekat dengan jalan raya dan RSUD dr. Gondo Suwarno
Ungaran .Kegiatan PKPA dilaksanakan sebagai bekal bagi para calon
apoteker untuk menjadi sumber daya manusia yang berkompeten dan
menjadikan apoteker yang profesional di masa yang akan datang.
B. Tujuan PKPA
a. Memahami tugas dan tanggung jawab apoteker di apotek.
b. Menambah pengetahuan, keterampilan dan pengalaman dalam pelayanan di
apotek.
c. Mempelajari tata cara komunikasi yang efektif dengan pasien ketika
memberikan informasi obat, edukasi dan konseling mengenai terapi suatu
penyakit.
C. Manfaat PKPA
a. Mengetahui dan memahami tugas dan tanggung jawab apoteker dalam
mengelola apotek.
2
b. Memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam pelayanan
kefarmasian di apotek.
c. Mampu berkomunikasi dengan baik dan benar serta efektif terhadap
pasien dalam pelayanan kefarmasian di apotek.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Apotek
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9
Tahun 2017 tentang Apotek, Apotek didefinisikan sebagai sarana
pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh
apoeker. Apotek memiliki aturan yang bertujuan untuk meningktakan
kualitas pelayanan kefarmasian di apotek, memberikan perlindungan
pasien dan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kefarmasian di
apotek, dan menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian dalam
memberikan pelayanan kefarmasian di apotek (Departemen Kesehatan RI,
2017).
4
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan pelaporan. Sedangkan yang
termasuk fungsi farmasiklinik meliputi pengkajian dan pelayanan resep,
dispensing, pelayanan informasiobat, konseling, home pharmacy care,
pemantauan terapi obat, serta monitoring efek samping obat (PERMENKES,
2016).
5
registrasi.
h. Sertifikat kompetensi profesi berlaku 5 (lima) tahun dan dapat
diperpanjang untuk setiap 5 (lima) tahun melalui uji kompetensi
profesi apabila Apoteker tetap akan menjalankan Pekerjaan
Kefarmasian.
i. Untuk dapat menjalankan Pekerjaan Kefarmasian peserta didik yang
telah memiliki ijazah wajib memperoleh rekomendasi dari Apoteker
yang memiliki STRA di tempat yang bersangkutan bekerja.
j. Ijazah dan rekomendasi wajib diserahkan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota untuk memperoleh izin kerja
k. Untuk memperoleh STRA, Apoteker harus memenuhi persyaratan:
1) Memiliki ijazah Apoteker
2) Memiliki sertifikat kompetensi profesi
3) Mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji
Apoteker
4) Mempunyai surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang
memiliki surat izin praktik
5) Membuat pernyataan akan mematuhi dan
melaksanakan ketentuan etika profesi.
b) Landasan hukum yang mengatur tentang apotek adalah sebagai berikut:
a. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pemberian Izin Apotek.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian.
c. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun
2017 tentang Apotek.
d. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun
2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
e. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1990 tentang Masa Bakti dan
6
Izin Kerja Apoteker. f. Keputusan Kongres Nasional XVIII/2009
Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia Nomor 006/KONGRES
XVIII/SFI/2009 tentang Kode Etik Apoteker Indonesia.
D. Persyaratan Apotek
Persyaratan pendirian apotek sebagai berikut:
a) Lokasi
Pemerintah daerah kabupaten/kota dapat mengatur
persebaran apotek di wilayahnya dengan memperhatikan akses
masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kefarmasian.
b) Bangunan
1) Bangunan apotek harus memiliki fungsi keamanan, kenyamanan dan
kemudahan dalam pemberian pelayanan kepada pasien serta
perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk
penyandang cacat, anak-anak dan orang lanjut usia.
2) Bangunan apotek harus bersifat permanen, minimal 50 m2.
3) Bangunan bersifat permanen sebagaimana yang dimaksud yaitu
bagian dan/atau terpisah dari pusat perbelanjaan, apartemen, rumah,
rumah toko, rumah kantor, rumah susun dan bangunan yang sejenis.
4) Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien.
5) Memiliki ruang racikan.
6) Ruang konseling bagi pasien.
7) Bangunan apotek harus dilengkapi dengan sumber air yang
memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang memadai, alat
pemadam kebakaran, ventilasi yang baik serta papan nama apotek.
c) Sarana Prasarana dan Peralatan
1)Bangunan apotek setidaknya memiliki sarana ruang yang berfungsi
sebagai penerimaan resep, pelayanan resep dan peracikan
(produksi sediaan secara terbatas), penyerahan sediaan farmasi
dan alat kesehatan, konseling, penyimpanan sediaan farmasi dan
alat kesehatan dan arsip.
7
2)Prasana yang harus dimiliki apotek paling sedikit terdiri dari
instalasi air bersih, instalasi listrik, sitem tata udara, sisitem
proteksi kebakaran.
3)Peralatan yang harus dimiliki oleh apotek untuk pelaksanaan
pelayanan kefarmasian terdiri dari rak obat, alat peracikan, bahan
pengemas obat, lemari pendingin, meja, kursi, komputer, sistem
pencatatan mutasi obat, formulir catatan pengobatan pasien yang
memuat catatan mengenai riwayat penggunaan sediaan farmasi
dan/atau alat kesehatan atas permintaan tenaga medis dan catatan
pelayanan apoteker yang diberikan kepada pasien dan eralatan
lain yang diperlukan sesuai kebutuhan.
4)Ketenagaan tenaga kesehatan yang bertanggung jawab dalam
menyelenggarakan apotek adalah seorang apoteker yang memiliki
SIPA (Surat Izin Praktek Apoteker). Apoteker penanggung jawab
suatu apotek disebut APA. Apoteker pemegang SIA (Surat Izin
Apotek) dalam menyelenggarakan apotek dapat dibantu oleh
apoteker lain, dalam hal ini disebut APING (Apoteker
Pendamping), tenaga teknis kefarmasian (TTK) dan atau tenaga
administrasi. Selain APA, tenaga teknis kefarmasian dan APING
juga harus memiliki surat izin praktek yang berlaku sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan (Departemen Kesehatan
RI, 2017)
E. Persyaratan APA
Apoteker Pengelola Apotek merupakan Apoteker pemegang Surat
Izin Apotek. (SIA) yang dalam penyelenggaraan kegiatan kefarmasian dapat
dibantu oleh Apoteker lain, Tenaga Teknis Kefarmasian dan/atau tenaga
administrasi yang wajib memiliki surat izin praktik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Apotek yang melakukan perubahan alamat
di lokasi yang sama atau perubahan alamat dan pindah lokasi, perubahan
Apoteker pemegang SIA, atau nama Apotek, wajib mengajukan
8
permohonan perubahan izin kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
Apabila dikemudian hari Apoteker pemegang SIA meninggal dunia, maka
ahli waris Apoteker wajib melaporkan kepada Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota (PERMENKES, 2017).
Langkah pertama yang dilakukan untuk memperoleh Surat Izin
Apotek (SIA) ialah Apoteker harus mengajukan permohonan tertulis
kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dengan menggunakan formulir
1. Permohonan tersebut ditandatangani oleh Apoteker disertai dengan
kelengkapan dokumen administrasi meliputi :
a) fotokopi STRA dengan menunjukkan STRA asli;
b) fotokopi Kartu Tanda Penduduk;
c) fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak Apoteker;
d) fotokopi peta lokasi dan denah bangunan; dan
e) daftar prasarana, sarana, dan peralatan.
Terhitung paling lama 6 (enam) hari kerja sejak menerima
permohonan dan dinyatakan telah memenuhi kelengkapan dokumen
administratif, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menugaskan tim
pemeriksa untuk melakukan pemeriksaan setempat terhadap kesiapan
Apotek.
Apoteker Pengelola Apotek harus memenuhi kriteria sebagaimana
diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 73 tahun 2016 yaitu:
1. Persyaratan Administrasi
a. Memiliki ijazah dari institusi pendidikan farmasi yang terakreditasi
b. Memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA)
c. Memiliki sertifikat kompetensi yang masih berlaku
d. Memiliki Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)
2. Menggunakan atribut praktik antara lain baju praktik, tanda pengenal.
3. Wajib mengikuti pendidikan berkelanjutan/Continuing Professional
Development (CPD) dan mampu memberikan pelatihan yang
berkesinambungan.
4. Apoteker harus mampu mengidentifikasi kebutuhan akan pengembangan
9
diri, baik melalui pelatihan, seminar, workshop, pendidikan berkelanjutan
atau mandiri.
5. Harus memahami dan melaksanakan serta patuh terhadap peraturan
perundang undangan, sumpah Apoteker, standar profesi (standar
pendidikan, standar pelayanan, standar kompetensi dan kode etik) yang
berlaku.
10
c) Aspek Keuangan Digunakan untuk menilai biaya yang akan dikeluarkan
dan pendapatan yang akan diperoleh.
d) Aspek Teknis atau Operasi Mencakup lokasi apotek yang akan didirikan
kemudian layout apotek, penataan ruangan yang dibutuhkan dan
rencana perluasan selanjutnya.
e) Aspek Manajemen atau Organisasi Mencakup perekrutan tenaga
profesional berupa apoteker, asisten apoteker dan tenaga pendukung
lainnya.
f) Aspek Dampak Lingkungan Usaha Apotek yang tidak berdampingan
dengan laboratorium tidak menghasilkan limbah yang berbahaya
sehingga tidak ada analisa dampak lingkungan dan apa saja yang
menjadi faktor pemicunya.
Single
11
Gambar 2. Alur Perizinan Penerbitan Usaha Apotek
Isi dari panduan tersebut merupakan dokumen-dokumen yang
perlu diunggah pada Sistem Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara
Elektronik (Online Single Submission ) dalam hal pelaku usaha
(perseorangan maupun non-perseorangan) mengajukan perizinan berusaha
Apotek (KBLI 47721) dan Toko Obat (KBLI 47722 dan 47842)
sebagaimana tercantum dalam Permenkes Nomor 14 Tahun 2021. Berikut
dokumen pelengkap untuk mengisi permohonan izin Apotek pada aplikasi
OSS RBA.
A. Administrasi
a. Surat permohonan dari pelaku usaha Apoteker (untuk perseorangan)
atau pimpinan PT/Yayasan/Koperasi (untuk nonperseorangan)
b. Surat perjanjian kerjasama dengan Apoteker yang disahkan oleh
notaris (untuk pelaku usaha Apotek nonperseorangan)
c. Dokumen SPPL
d. Seluruh dokumen yang mengalami perubahan (untuk
permohonan perubahan izin)
12
e. dokumen izin yang masih berlaku (untuk perpanjangan izin)
f. Self-assessment penyelenggaraan Apotek melalui aplikasi
g. SIMONA (simona.kemkes.go.id)(untuk perpanjangan dan
perubahan izin)
h. Pelaporan terakhir (untuk perpanjangan dan perubahan izin)
i. Surat pernyataan komitmen untuk melaksanakan registrasi apotek di
aplikasi SIPNAP (sipnap.kemkes.go.id)
j. Bukti pembayaran PAD (sesuai kebijakan pemda)
B. Lokasi
a. Informasi geotag Apotek
b. Informasi terkait lokasi apotek (misalnya di pusat perbelanjaan,
apartemen, perumahan)
c. Informasi bahwa Apotek tidak berada di dalam lingkungan Rumah
Sakit.
C. Bangunan
Denah bangunan yang menginformasikan pembagian ruang dan ukuran
ruang apotek
D. Sarana, Prasarana, dan Peralatan
a. Data sarana, prasarana dan peralatan.
b. Papan nama Apotek dan posisi pemasangannya.
c. Foto Papan nama praktik Apoteker dan posisi pemasangannya.
E. Sumber Daya Manusia
a. Struktur Organisasi SDM yang ditetapkan oleh penanggung jawab
Apotek, memuat paling sedikit terdiri dari:
1. Informasi tentang SDM Apotek, meliputi:
a. Apoteker Penanggungjawab
b. Direktur (untuk pelaku usaha non perseorangan)
c. Apoteker lain dan/atau TTK, asisten tenaga kefarmasian
dan/atau tenaga administrasi jika ada.
2. Tugas pokok dan fungsi masing-masing SDM Apotek.
a. Data Apoteker penanggung jawab WNI (KTP, STRA, dan
13
SIPA)
b. informasi paling sedikit 2 (dua) orang Apoteker untuk Apotek
yang membuka layanan 24 jam
c. Surat Izin Praktik untuk seluruh Seluruh Apoteker dan/atau
TTK yang bekerja di Apotek.
I. Pengelolaan Apotek
A. Pengelolaan teknis kefarmasian sebagai berikut :
a. Pembuatan, pengelolaan, peracikan, perubahan bentuk,
pencampuran, penyimpanan serta penyerahan obat maupun bahan
obat.
b. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan
farmasi.
c. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi yang meliputi
pelayanan informasi tentang obat dan perbekalan farmasi lainnya
yang diberikan baik kepada dokter, tenaga kesehatan lainnya maupun
kepada masyarakat serta pengamatan dan pelaporan informasi
mengenai khasiat, keamanan, bahaya, mutu suatu obat serta
perbekalan farmasi lainnya. Pengelolaan obat di apotek meliputi:
a) Perencanaan
Perencanaan persediaan bertujuan agar perbekalan
farmasi selalu terseddia di apotek. Persediaan dilakukan
berdasarkan jumlah stok perbekalan farmasi dan tergantung pada
kebijakan apotek masing-masing. Metode yang digunakan dalam
perencanaan adalah sebagai berikut:
1. Konsumsi
Metode konsumsi didasarkan pada data konsumsi
sediaan farmasi. Metode ini sering dijadikan perkiraan yang
paling tepat dalam perencanaan sediaan farmasi
2. Morbiditas
Metode morbiditas adalah perhitungan kebutuhan obat
14
berdasarkan pola penyakit. Metode morbiditas
memperkirakan keperluan obat sampai dengan obat tertentu
berdasarkan dari jumlah, kejadian penyakit dan
mempertimbangkan pola standar pengobatan untuk penyakit
tertentu.
3. Metode Proxy Consumption
Metode proxy consumption adalah metode perhitungan
kebutuhan obat menggunakan data kejadian penyakit,
konsumsi obat, permintaan, atau penggunaan, dan/atau
pengeluaran obat dari apotek yang telah memiliki sistem
pengelolaan obat dan mengekstrapolasikan konsumsi atau
tingkat kebutuhan berdasarkan cakupan populasi atau tingkat
layanan yang diberikan. Metode proxy consumption dapat
digunakan untuk perencanaan pengadaan di apotek baru yang
tidak memiliki data konsumsi di tahun sebelumnya
(Departemen Kesehatan RI, 2019).
4. Analisis ABC
a. Kelompok A
15
dengan menunjukkan penyerapan dana sekitar 5-10%
dari jumlah dana obat keseluruhan.
5. Analisis VEN
a) Vital (V)
No V E N
1 VA EE AN
2 VB EB NB
16
3 VC EC NC
Matriks Analisis VEN ABC
b) Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan
kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui, melalui
pembelian. Pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai di apotek dilaksanakan dengan pembelian
sedangkan apotek yang bekerja sama dengan BPJS, maka
pengadaan obat terkait pelayanan JKN dilaksanakan melalui e-
katalog. Pembelian merupakan suatu metode penting untuk
mencapai keseimbangan yang tepat antara mutu dan harga.
Apabila ada dua atau lebih pemasok, apoteker harus
mendasarkan pada kriteria berikut mutu produk (kualitas produk
terjamin ada NIE/Nomor Izin Edar), reputasi produsen
(distributor berizin dengan penanggung jawab apoteker dan
mampu memenuhi jumlah pesanan), harga, berbagai syarat,
ketepatan waktu pengiriman (lead time cepat), mutu pelayanan
pemasok, dapat dipercaya, kebijakan tentang barang yang
dikembalikan, dan pengemasan (Departemen Kesehatan RI,
2019).
c) Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin
kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan
dan harga yang tertera dalam surat pesanan dengan kondisi fisik
yang diterima. Penerimaan dan pemeriksaan merupakan salah
satu kegiatan pengadaan agar obat yang diterima sesuai dengan
jenis, jumlah dan mutunya berdasarkan faktur pembelian
dan/atau surat pengiriman barang yang sah. Penerimaan sediaan
farmasi di apotek harus dilakukan oleh Apoteker. (Departemen
Kesehatan RI, 2019. Penyimpanan Tujuanpenyimpanan adalah
17
untuk memelihara mutu sediaan farmasi, menghindari
penggunaan yang tidak bertanggungjawab, menjaga
ketersediaan, serta memudahkan pencarian dan pengawasan.
Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk
sediaan dan kelas terapi obat serta disusun secara alfabetis dan
pengeluaran obat memakai sistem First Expire First Out dan
First In First Out. Obat yang memiliki nama maupun bentuk
kemasan yang mirip (Look Alike Sound Alike/LASA) tidak boleh
diletakan berdekatan dan harus diberikan tanda dengan stiker
LASA pada tempat penyimpanan obat.
Apoteker harus memperhatikan obat-obat yang
harus disimpan secara khusus seperti narkotika, psikotropika,
obat yang memerlukan suhu tertentu dan obat yang mudah
terbakar. Tempat penyimpanan obat narkotika dan psikotropika
menggunakan lemari khusus terbuat dari bahan kuat, tidak
mudah dipindahkan dan mempunyai dua buah kunci yang
berbeda, diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat
oleh umum dan kunci lemari dikuasai oleh apoteker penanggung
jawab atau apoteker yang ditunjuk dan pegawai lain yang
dikuasakan sedangkan tempat menyimpan obat dengan
kondisi khusus seperti supositoria, insulin, serum dan lain lain
pada suhu 2-8oC (Departemen Kesehatan RI, 2019).
d) Pemusnahan dan Penarikan
Sediaan farmasi kedaluwarsa atau rusak harus
dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan.
Pemusnahan sediaan farmasi kedaluwarsa atau rusak yang
mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh
apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Pemusnahan sediaan farmasi selain narkotika
dan psikotropika dilakukan oleh apoteker dan disaksikan oleh
tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau
18
surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara
pemusnahan. Resep yang telah disimpan melebihi jangka
waktu 5 (lima) tahun dapat dimusnahkan. Pemusnahan Resep
dilakukan oleh apoteker disaksikan oleh sekurang- kurangnya
petugas lain di apotek dengan cara dibakar atau cara
pemusnahan lain yang dibuktikan dengan berita acara
pemusnahan resep (Departemen Kesehatan RI, 2019).
e) Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan
jumlah persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan
sistem pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini
bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan,
kekosongan, kerusakan, kedaluwarsa, kehilangan serta pengembalian
pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu stok
baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok sekurang-
kurangnya memuat nama sediaan farmasi, tanggal kedaluwarsa, jumlah
pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa persediaan (Departemen
Kesehatan RI, 2019).
f) Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis
dan jumlah persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui
pengaturan sistem pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan
pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya
kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan, kedaluwarsa,
kehilangan serta pengembalian pesanan. Pengendalian
persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan cara
manual atau elektronik. Kartu stok sekurang-kurangnya memuat
nama sediaan farmasi, tanggal kedaluwarsa, jumlah pemasukan,
jumlah pengeluaran dan sisa persediaan (Departemen Kesehatan
RI, 2019).
g) Pencatatan dan Pelaporan
19
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur), penyimpanan (kartu
stok), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan
lainnya yang disesuaikan dengan kebutuhan. Pelaporan terdiri
dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal
merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan
manajemen apotek, meliputi keuangan, barang dan laporan
lainnya. Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat
untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan, meliputi pelaporan narkotika, psikotropika
dan pelaporan lainnya (Departemen Kesehatan RI, 2019).
B. Pengelolaan Non Teknis Kefarmasian meliputi meliputi semua
kegiatan administrasi,keuangan, personalia, pelayanan komoditas
selain perbekalan farmasi dan bidang lainnya yang berhubungan
dengan fungsi apotek.
J. Pengelolaan Obat
1) Pengelolaan Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dapat dibeli tanpa resep
dokter dan pada kemasannya terdapat tanda lingkaran hitam yang
mengelilingi bulatan warna hijau. Obat bebas dapat dijual dengan
menggunakan nota yang diserakan untuk apotek. Nota tersebut
berguna untuk mengontrol persediaan dalamlemari. Tanda khusus
pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan
garis tepi berwarna hitam. Logo penandaan obat bebas dapat
dilihat sebagai berikut
20
Gambar 3. Logo Obat Bebas
2) Pengelolaan Obat Bebas Terbatas
21
d) P. No. 4 : Awas obat keras! Hanya untuk ditelan.
e) P. No. 5 : Awas obat keras! Tidak boleh ditelan.
f) P. No. 6 : Awas obat keras! Obat wasir, jangan ditelan.
Penandaan pada etiket atau brosur terdapat nama obat yang
bersangkutan, komposisi, jumlah yang digunakan, nomor batch,
tanggal kadaluwarsa, nomor registrasi, nama, alamat produsen,
petunjuk penggunaan/indikasi,cara pemakaian, peringatan serta
kontraindikasi.
3) Obat Tradisional
22
Gambar 5. Logo Jamu, OHT, Fitofarmaka
5) kosmetika
23
dikarenakan perputarannya yang lambat. Perputaran disini
maksudnya alat kesehatanjarang dicari atau dibeli konsumen salah
satunya dikarenakan harganyayang mahal.
2. Pengelolaan Resep
a. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 73 tahun 2016 Resep adalah permintaan tertulis
dari dokter atau dokter gigi,kepada apoteker, baik dalam bentuk
paper maupun elektronik untuk menyediakan dan menyerahkan
obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku. Kegiatan
pengkajian Resep meliputi administrasi, kesesuaian farmasetik
dan pertimbangan klinis.
Kajian administratif meliputi:
1. Nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan
2. Nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat,
nomor telepon dan paraf
3. Tanggal penulisan Resep.
Kajian kesesuaian farmasetik meliputi:
1. Bentuk dan kekuatan sediaan
2. Stabilitas
3. Kompatibilitas (ketercampuran Obat).
Pertimbangan klinis meliputi:
1. Ketepatan indikasi dan dosis Obat
2. Turan, cara dan lama penggunaan Obat
3. Duplikasi dan/atau polifarmasi
4. Reaksi Obat yang tidak diinginkan (alergi,efek
samping Obat, manifestasi klinis lain)
5. Kontra indikasi
6. Interaksi.
Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil
pengkajian maka Apoteker harus menghubungi dokter
24
penulis Resep. Pelayanan Resep dimulai dari
penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, penyiapan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai termasuk peracikan Obat, pemeriksaan,
penyerahan disertai pemberian informasi. Pada setiap
tahap alur pelayanan Resep dilakukan upaya
pencegahan terjadinya kesalahan pemberian Obat
(medication error). Petunjuk teknis mengenai
pengkajian dan pelayanan Resep akan diatur lebih
lanjut oleh Direktur Jenderal.
b. Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan
pemberian informasi Obat. Setelah melakukan pengkajian
Resep dilakukan hal sebagai berikut:
1. Menyiapkan Obat sesuai dengan permintaan Resep:
a. menghitung kebutuhan jumlah Obat sesuai dengan Resep
b. mengambil Obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan
dengan memperhatikan nama Obat, tanggal kadaluwarsa
dan keadaan fisik Obat.
c. Melakukan peracikan Obat bila diperlukan
2. Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi:
a. Warna putih untuk Obat dalam/oral
b. Warna biru untuk Obat luar dan suntik
c. Menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk
suspensiatau emulsi.
3. Memasukkan Obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah
untuk Obat yang berbeda untuk menjaga mutu Obat dan
menghindari penggunaanyang salah.
Setelah penyiapan Obat dilakukan hal sebagai berikut:
1. Sebelum Obat diserahkan kepada pasien harus
dilakukan pemeriksaan kembali mengenai penulisan
25
nama pasien pada etiket, cara penggunaan serta jenis
dan jumlah Obat (kesesuaian antara penulisan etiket
dengan Resep)
2. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien
3. Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien
4. Menyerahkan Obat yang disertai pemberian informasi
Obat
5. Memberikan informasi cara penggunaan Obat dan hal-
hal yang terkait dengan Obat antara lain manfaat Obat,
makanan dan minuman yangharus dihindari, kemungkinan
efek samping, cara penyimpanan Obat dan lain-lain;
6. Penyerahan Obat kepada pasien hendaklah dilakukan
dengan cara yang baik, mengingat pasien dalam kondisi
tidak sehat mungkin emosinya tidak stabil.
7. Memastikan bahwa yang menerima Obat adalah
pasien atau keluarganya;
8. Membuat salinan Resep sesuai dengan Resep asli dan
diparaf oleh Apoteker (apabila diperlukan).
9. Menyimpan Resep pada tempatnya
10. Apoteker membuat catatan pengobatan pasien dengan
menggunakan Formulir 5 sebagaimana terlampir.
Apoteker di Apotek juga dapat melayani Obat non
Resep atau pelayanan swamedikasi.
Apoteker harus memberikan edukasi kepada pasien yang
memerlukan Obat non Resep untuk penyakit ringan dengan
memilihkan Obat bebas atau bebas terbatas yang sesuai.
K. Perpajakan
Apotek merupakan salah satu badan usaha yang mewajibkan
untuk membayar pajak. Pajak memiliki peranan signifikan dalam
menjalankan fungsi negara seperti terlaksananya program pembangunan
26
pemerintah, meningkatknya kesejahteraan masyarakat, serta memperkuat
stabilitas ekonomi dan politik. Pajak yang dikenakan di apotek diantaranya
adalah pajak langsung, pajak tak alngsung, pajak bumi dan bangunan (PBB),
pajak reklame, pajak inventaris dan pajak penghasilan (PPh) (Cindy
Septyanasari, 2021)
L. Pelaporan SIPNAP
1) Pelaporan SIPNAP
Pelaporan untuk obat-obat tertentu seperti Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi kepada
Direktur Jenderal dengan tembusan Kepala badan yang di laporkan
setiap bulan di mana paling lamat tanggal 10 sesuai dengan peraturan
Permenkes 3 Tahun 2015 pasal 45 ayat 9 baik secara manual atau
dengan pelaporan online melalui SIPNAP. Untuk pelaporan manual
hal-hal yang haru di siapkan adalah nama, satuan, saldo awal,
pemasukan, sumber dan jumlah, penggunaan, dan saldo akhir. Setelah
laporan di buat akan di periksa oleh APA dan di tanda tangan. Untuk
pelaporan secara online berikut langkah-langkah yang harus di
lakukan:
1) Untuk pelaporan SIPNAP melalui www.sipnap.kemkes.go.id.
2) Untuk apotek yang belum pernah melakukan pelaporan SIPNAP
dapat
melakukan pendaftaran terlebih dahulu dengan menyertakan data
APA, SIA, SIPA, dan STRA. Dengan daratang langsung ke
DinKes dengan mempersiapkan password dan kelengkapan data
Apotek.
3) Setelah melakukan pendaftaran APA dapat log in dengan cara
memasukkan user id dan password yang telah didapatkan di
dinkes.
4) Jika sudah log in maka akan muncul key code dan selanjutnya
klik untuk melanjutkan ke tahap berikutnya.
27
5) Untuk pelaporan dapat melihat stok awal yang terdapat di apotek.
Apabila saat pengisian terjadi kesalahan dapat di perbaiki melalui
Departemen Kesehatan (Depkes).
6) Padal kolom web form terdapat pilihan daftar obat yang dapat
diisi oleh APA sesuai dengan obat-obat yang akan di laporkan
yang terdapat di dalam apotek.
7) Jika produk sudah dipilih maka akan langsung muncul pada
review sesuai dengan obat yang sudah dipilih
8) Jika ada status transaksi maka ditulis ada transaksi, tetapi jika
tidak ada maka diisi tidak ada transaksi. Jumlah obat keluar dan
sisa harus diisi sesuai dengan data pada pencatatan buku
Narkotika
9) Setelah selesai memilih obat kemudian disimpan. Tahap ini
dilakukan pengecekan kembali pada data review untuk
memastikan sediaan dan jumlah sudah benar.
10) Apabila data sudah yakin benar maka dapat langsung klik kirim.
2) Pelaporan Obat Generik Berlogo (OGB)
Obat Generik Berlogo adalah obat jadi dengan nama generik
yang diedarkan dengan mencantumkan logo khusus pada penandaannya
atau obat yang hanya mengandung zat aktifnya saja. Contohnya :
Amlodipin, Metformin, Glimepirid, gemfibrozil, dll. Untuk pelaporan
OGB di lakukan setian 3 bulan sekali, di buat 4 rangkap dan kepada
Dinas Kesehatan Kota dengan tembusan ke Dinas kesehatan Provinsi,
balai POM dan arsip apotek.
28
bias, etis, bijaksana, dan terkini. Adapun pelayanan informasi obat yang
diterapkan di apotek Sari Medika meliputi sebagai berikut:
1. Swamedikasi
Peraturan Menteri Kesehatan mendefinisikan PERMENKES
No. 919/MENKES/PER/X/1993 pengobatan sendiri sebagai upaya
pengobatan sendiri untuk mengobati gejala penyakit tanpa terlebih
dahulu berkonsultasi dengan dokter. Tujuan pengobatan dari
peraturan ini adalah upaya pasien untuk mencari informasi obat
yang sesuai dengan gejalanya dengan bertanya kepada apoteker.
Pemberian informasi kepada pasien merupakan salah satu tugas
dan peran penting apoteker dalam memberikan informasi obat yang
objektif dan rasional untuk pengobatan pasien. Pengobatan sendiri
dapat digunakan untuk penyakit dan kondisi penyakit ringan dan
umum di bidang-bidang seperti: keluhan demam, nyeri, pusing,
batuk, flu, sakit maag, diare, penyakit kulit. Praktik pengobatan
sendiri menetapkan kriteria penggunaan obat yang wajar, termasuk
ketepatan pemilihan obat, ketepatan pemberian obat, kurangnya
efek samping, kurangnya kontraindikasi, kurangnya interaksi obat,
dan kurangnya polifarmasi.
Kelompok obat yang baik digunakan untuk swamedikasi
adalah obat- obat yang termasuk dalam obat Over the Counter
(OTC) dan Obat Wajib Apotek (OWA). Obat OTC terdiri dari
obat-obat yang dapat digunakan tanpa resep dokter meliputi obat
bebas, dan obat bebas terbatas, sedangkan untuk Obat Wajib
Apotek hanya dapat digunakan dibawah pengawasan Apoteker.
29
obat, sehingga efek yang diharapkan pasien dapat tercapai sesuai
dengan harapan pasien Hal–hal yang harus dilakukan saat
penyerahan obat adalah :
a) Pemeriksaan kembali (ketidaksesuaian antara penulisan etiket
dengan resep)
b) Memanggil nama dan nomor tunggu pasien;
c) Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien;
d) Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat
(cara penggunaan obat, manfaat obat, makanan dan minuman
yang harus dihindari, kemungkinan efek samping, cara
penyimpanan obat, dan lain-lain);
e) Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan
cara yang baik, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat
dan mungkin emosinya tidak stabil;
f) Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau
keluarganya.
3. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73
Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Apotek
bahwa pelayanan informasi obat merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh Apoteker dalam pemberian informasi mengenai
obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis dan dengan
bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan obat kepada profesi
kesehatan lain, pasien atau masyarakat. Informasi mengenai obat
termasuk obat resep, obat bebas dan herbal. Informasi meliputi
dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan metoda
pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan
alternatif, efikasi, keamanan penggunaan pada ibu hamil dan
menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan,
harga, sifat fisika atau kimia dari obat dan lain-lain. Kegiatan
pelayanan informasi obat di Apotek meliputi:
30
Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan.
Membuat dan menyebarkan buletin/brosur/leaflet,
pemberdayaan masyarakat (penyuluhan).
Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien.
Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa
farmasi yang sedang praktik profesi.
4. Konseling
Apoteker harus memberikan konseling mengenai sediaan
farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya sehingga
dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan
terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan obat yang
salah. Untuk penderita penyakit seperti kardiovaskular, diabetes,
TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus
memberikan konseling secara berkelanjutan. Hal yang pertama
dilakukan dalam memulai konseling yaitu membuka komunikasi
antara Apoteker dengan pasien. Kemudian menulis identitas
pasien (nama, jenis kelamin, tanggal lahir), nama dokter, nama
obat yang diberikan, jumlah obat, aturan pakai, waktu minum
obat (pagi, siang, sore, malam). Jika ada informasi tambahan lain
dituliskan pada keterangan. Apoteker menemui pasien/keluarga di
ruang rawat atau di ruang konseling. Kemudian, memastikan
identitas pasien dengan cara menanyakan dengan pertanyaan
terbuka minimal 2 identitas yaitu nama lengkap dan tanggal lahir.
Mengidentifikasi dan membantu penyelesaian masalah terkait
terapi obat. Apoteker menilai pemahaman pasien tentang
penggunaan obat melalui Three Prime Questions, dan menggali
informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada pasien
untuk mengeksplorasi masalah penggunaan obat. Apoteker
memberikan informasi dan edukasi obat kepada pasien/ keluarga,
terutama untuk obat yang akan digunakan secara mandiri oleh
pasien mengenai indikasi, dosis, waktu dan cara minum obat,
31
hasil terapi yang diharapkan, cara penyimpanan obat, efek
samping obat jika diperlukan, dan hal-hal lain yang harus
diperhatikan selama penggunaan obat. Yang terakhir apoteker
mendokumentasikan konseling dengan meminta tadatangan
pasien sebagai bukti bahwa pasien memaham informasi yang
diberikan dalam konseling
N. Home Care
Pelayanan Kefarmasian di Rumah (home pharmacy care)
Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat melakukan
pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya
untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis
lainnya. Jenis pelayanan kefarmasian di rumah yang dapat dilakukan
oleh apoteker, meliputi:
b. Penilaian/pencarian (assessment) masalah yang berhubungan
dengan pengobatan.
c. Identifikasi kepatuhan pasien.
d. Pendampingan pengelolaan obat dan/atau alat kesehatan di
rumah, misalnya cara pemakaian obat asma, penyimpanan
insulin.
e. Konsultasi masalah obat atau kesehatan secara umum.
f. Monitoring pelaksanaan, efektifitas dan keamanan penggunaan
obat berdasarkan catatan pengobatan pasien.
g. Dokumentasi pelaksanaan pelayanan kefarmasian di rumah
(Departemen Kesehatan RI, 2016)
Pelayanan kefarmasian di rumah oleh Apoteker adalah
pendampingan pasien oleh Apoteker dalam pelayanan kefarmasian di
rumah dengan persetujuan pasien atau keluarganya. Pelayanan
kefarmasian di rumah terutama untuk pasien yang tidak atau belum
dapat menggunakan obat dan atau alat kesehatan secara mandiri, yaitu
pasien yang memiliki kemungkinan mendapatkan risiko masalah
terkait obat misalnya komorbiditas, lanjut usia, lingkungan sosial,
32
karateristik obat, kompleksitas pengobatan, kompleksitas penggunaan
obat, kebingungan atau kurangnya pengetahuan dan
keterampilan tentang bagaimana menggunakan obat dan atau alat
kesehatan agar tercapai efek yang terbaik. Peran Apoteker dalam
Pelayanan Kefarmasian di Rumah
a. Penilaian sebelum dilakukan pelayanan kefarmasian di rumah
(Preadmission Assessment) Apoteker harus memastikan bahwa
untuk setiap pasien yang dirujuk mendapatkan pelayanan
kefarmasian di rumah, telah dilakukan penilaian kelayakan untuk
pelayanan tersebut, yang meliputi:
1. Pasien, keluarga atau pendamping pasien setuju dan
mendukung keputusan pemberian pelayanan kefarmasian di
rumah oleh Apoteker
2. Pasien, keluarga atau pendamping pasien adalah orang yang
akan diberikan pendidikan tentang cara pemberian pengobatan
yang benar
3. Apoteker pemberi layanan memiliki akses ke rumah pasien
b. Penilaian dan pencatatan data awal pasien. Data awal pasien harus
dicatat secara lengkap dalam catatan penggunaan obat pasien
1. Nama pasien, alamat, nomor telepon dan tanggal lahir pasien
2. Nama, alamat, nomor telepon yang bisa dihubungi dalam
keadaan emergensi
3. Tinggi, berat badan dan jenis kelamin pasien
4. Pendidikan terakhir pasien
5. Hasil diagnosa
6. Hasil uji laboratorium
7. Riwayat penyakit pasien
8. Riwayat alergi
9. Profil pengobatan pasien yang lengkap (obat keras dan otc )
imunisasi, obat tradisional
10. Nama dokter, alamat, nomor telepon dll
33
c. Penyeleksian produk, alat-alat kesehatan dan alat-alat tambahan
yang diperlukan Apoteker yang berkolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain dalam memberikan pelayanan kefarmasian di
rumah, bertanggung jawab dalam menyeleksi alat-alat infus, obat
tambahan dan alat-alat tambahan (dressing kit, syringes dan
administration set). Faktor-faktor yang terlibat dalam memilih alat infus
dan alat tambahan adalah sebagai berikut:
1) Stabilitas dan kompabilitas peralatan infus yang digunakan
2) Kemampuan alat infus menerima sejumlah volume obat yang
tepat dan pelarut lain serta dapat menyampaikan dosis dengan
kecepatan yang tepat
3) Adanya potensi komplikasi dan ketidakpatuhan pasien
d. Menyusun rencana pelayanan kefarmasian di rumah Dalam
membuat rencana pelayanan kefarmasian untuk menyelenggarakan
pelayanan kefarmasian di rumah, Apoteker bekerjasama dengan
pasien, keluarga dan berkoordinasi dengan tenaga kesehatan lain.
Rencana pelayanan kefarmasian ini sebaiknya mencakup hal-hal
sebagai berikut:
1) Gambaran masalah aktual dan masalah terkait obat
dan cara mengatasinya
2) Gambaran dari hasil terapi yang dilakukan
3) Usulan pendidikan dan konseling untuk pasien
4) Rencana khusus pelaksanaan monitoring dan
frekuensi monitoring yang akan dilakukan
e. Melakukan koordinasi penyediaan pelayanan
Apoteker melakukan koordinasi penyediaan pelayanan
dengan tenaga kesehatan lain. Kegiatan yang dilakukan meliputi:
1) Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang
berbagai pelayanan kesehatan yang tersedia di masyarakat
yang dapat digunakan pasien sesuai dengan kebutuhan mereka
2) Membuat perjanjian (kesepakatan) dengan pasien dan keluarga
34
tentang pelayanan kesehatan yang diberikan
3) Mengkoordinasikan rencana pelayanan kefarmasian kepada
tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelayanan kefarmasian di
rumah kepada pasien berdasarkan jadwal kunjungan yang telah
dibuat.
4) Bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada pasien sepanjang rentang
perawatan yang dibutuhkan pasien.
5) Melaksanakan pelayanan kefarmasian berfokus dengan tujuan
akhir meningkatkan kemandirian dan kualitas hidup pasien.
f. Melakukan pendidikan pasien dan konseling
Apoteker bertanggung jawab memastikan bahwa pasien
menerima pendidikan dan konseling tentang terapi pasien.
Apoteker harus mudah dihubungi jika ada pertanyaan atau
munculnya permasalahan yang terkait obat. Apoteker juga
menyediakan informasi tambahan dalam bentuk tulisan untuk
memperkuat informasi yang diberikan secara lisan.
g. Pemantauan Terapi Obat
Apoteker Secara terus menerus bertanggung jawab melakukan
pemantauan terapi obat dan evaluasi penggunaan obat pasien
sesuai rencana pelayanan kefarmasian dan disampaikan semua
hasilnya kepada tenaga kesehatan yang terlibat dalam pengobatan
pasien. Hasil pemantauan ini didokumentasikan dalam catatan
penggunaan obat pasien. Apoteker dalam berkolaborasi dengan
dokter dan tenaga kesehatan lain sebaiknya membuat protokol
pemantauan terapi obat untuk berbagai pengobatan yang bersifat
individual dan khusus didalam rencana pelayanan kefarmasian.
h. Melakukan Pengaturan dalam Penyiapan Pengiriman,
Penyimpanan, Cara pemberian obat
Apoteker harus memiliki keterampilan yang memadai dalam
pencampuran, pemberian, penyimpanan, pengiriman dan cara
35
pemberian obat dan panggunaan peralatan kesehatan yang
dibutuhkan. Pencampuran produk steril harus sesuai dengan
standar yang ada. Apoteker menjamin bahwa pengobatan dan
peralatan yang dibutuhkan pasien diberikan secara benar, tepat
waktu untuk mencegah terhentinya terapi obat. Selanjutnya
Apoteker menjamin kondisi penyimpanan obat dan peralatan
harus konsisten sesuai dengan petunjuk pemakaian baik selama
pengiriman obat dan saat disimpan di rumah pasien.
i. Pelaporan Efek Samping Obat dan cara mengatasinya
Apoteker melakukan pemantauan dan melaporkan hasil
monitoring efek samping obat dan kesalahan pengobatan.
Apoteker memastikan bahwa dokter telah menginformasikan
setiap kemungkinan munculnya efek samping obat. Efek samping
yang muncul dapat dijadikan indikator mutu pelayanan dan
monitoring efek samping obat.
j. Berpartisipasi dalam penelitian klinis obat di rumah Apoteker
sebaiknya berpartisipasi dalam penelitian klinis penggunaan obat di
rumah yang diawali dengan penelitian di pelayanan kesehatan dan
dilanjutkan selama dilakukan pelayanan kefarmasian di rumah.
k. Proses penghentian pelayanan kefarmasian di rumah Kriteria
penghentian pelayanan kefarmasian di rumah :
1) Hasil pelayanan tercapai sesuai tujuan
2) Kondisi pasien stabil
3) Keluarga sudah mampu melakukan pelayanan di rumah
4) Pasien dirawat kembali di rumah sakit
5) Pasien menolak pelayanan lebih lanjut
6) Pasien pindah tempat ke lokasi lain
7) Pasien meninggal dunia.
O. IPC (Interprofessional Collaboration)
Interprofessional Collaboration (IPC) merupakan kemitraan
antar tenaga kesehatan yang memiliki latar belakang profesi berbeda dan
36
saling bekerja sama untuk memecahkan masalah kesehatan dan
menyediakan pelayanan kesehatan serta mencapai tujuan bersama.
Interprofesional collaboration terjadi ketika berbagai profesional medis
bekerja dengan keluarga, pasien dan komunitas untuk memberikan
perawatan yang komprehensif dan berkualitas tinggi. Interprofesional
collaboration digunakan untuk mencapai tujuan dan memberi manfaat
bersama bagi semua yang terlibat. Tenaga kesehatan harus melakukan
praktek kolaboratif yang baik dan tidakmelaksanakan pelayanan
kesehatan sendiri- sendiri hal ini bertujuan agar keselamatan pasien lebih
terjaga (Ita et al., 2021).
P. Evaluasi Apotek
Evaluasi mutu pelayanan merupakan proses penilaian kinerja
pelayanan kefarmasian di apotek yang meliputi penilaian terhadap
sumber daya manusia (SDM), pengelolaan perbekalan sediaan farmasi
dan perbekalan kesehatan, dan pelayanan kefarmasian kepada pasien.
Sesuai PMK No. 73 Tahun 2016 evaluasi apotek dilakukan terhadap:
A. Evaluasi Manajerial
a) Metode evaluasi
1. Audit
Audit merupakan usaha untuk menyempurnakan
kualitas pelayanan dengan pengukuran kinerja bagi yang
memberikan pelayanan dengan menentukan kinerja yang
berkaitan dengan standar yang dikehendaki. Oleh karena
itu, audit merupakan alat untuk menilai, mengevaluasi,
menyempurnakan Pelayanan Kefarmasian secara
sistematis.Audit dilakukan oleh Apoteker berdasarkan hasil
monitoring terhadap proses dan hasil pengelolaan.
Contoh:
a. Audit sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai lainnya (stock opnmae)
b. Audit kesesuain SPO
37
c. Audit keuangan (cash flow, neraca,
laporan laba rugi)
2. Review
Review yaitu tinjauan/kajian terhadap pelaksanaan
Pelayanan Kefarmasian tanpa dibandingkan dengan
standar. Review dilakukan oleh Apoteker berdasarkan
hasil monitoring terhadap pengelolaan Sediaan Farmasi
dan seluruh sumber daya yang digunakan.
Contoh:
1. Pengkajian terhadap obat fast / slow moving
2. Perbandingan harga obat
3. Observasi
Observasi dilakukan oleh Apoteker berdasarkan hasil
monitoring terhadap seluruh proses pengelolaan Sediaan
Farmasi.
Contoh:
a) Observasi terhadap penyimpanan obat
b) Proses transaksi dengan distributor
b) Indikator evaluasi
1. Pelayanan farmasi klinik diusahakan zero defect dari
medication error
2. Standar Prosedur Operasional (SPO) digunakan untuk
menjamin mutu pelayanan sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan
3. Lama waktu pelayanan resep antara 15-30 menit
4. Keluaran pelayanan kefarmasian secara klinik berupa
kesembuhan penyakit pasien, pengurangan atau
hilangnya gejala penyakit, pencegahan terhadap
penyakit atau gejala, memperlambat perkembangan
penyakit
38
BAB III
TINJAUAN UMUM APOTEK ENGGAL SARAS
39
pemilik SIA keempat Apt. Nining Farrikh Azida. S.Farm. dan Ibu
Apt.Nani Cristiana, S.Farm Pada tahun 2010.
Apotek Enggal Saras bekerja sama dengan ASKES yang
kemudian berubah menjadi BPJS pada tahun 2014. Pada tahun 2015
Apotek Enggal Saras, berubah kepemilikan menjadi CV Karunia Jaya. CV
Karunia Jaya merupakan usaha di bidang perapotekan yaitu Apotek
Enggal Saras dan Apotek Karunia Sehat Baru. CV Karunia Jaya disahkan
dengan pembuatan akta oleh notaris dan kemudian akta tersebut
didaftarkan ke kepaniteraan pengadilan negeri setempat. CV Karunia Jaya
mensepakati memilih mengganti Dra. Sartini Sarjan menjadi Fx. Ngaidi
sebagai direkturnya
40
B. Struktur Organisasi Apotek Enggal Sara
BIDANG UMUM
Bidang BIDANG BIDANG
ADMINISTRASI PELAYANAN NANANG
Keuangan
HIMAWAN
SULISTYORINI KUNARYATUN
Endang Sri
Rejeki
Bidang Pendidikan
Pkpa
1. Dra.Ag.Sawitri Sunandari, Msc.,Apt
2. Apt. Nining Farrikh Azida, S.Farm
3. Apt. Nani Christiana, S.Farm
Pkl S1
1. Apt. Nining Farrikh Azida, S.Farm
Karyawan
1. Dra.Ag.Sawitri Sunandari,
Msc.,Apt
41
agar dapat berjalan dengan baik. Struktur organisasi adalah susunan
antara tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau
perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk terciptanya
tujuan yang diharapkan. Struktur organisasi Apotek Enggal Saras terdiri
dari Direktur CV, Apoteker Pengelola Apotek (APA), Apoteker
Pendamping (APING), Bidang Keuangan Dan Kepegawaian,
Koordinator Penyusun Administrasi, Koordinator Pelayanan,
Koordinator Kelengkapan/ Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK). Struktur
organisasi Apotek Enggal Saras. Struktur Organisasi diatas
menunjukkan bahwa dengan jelas adanya pemisah antara kegiatan
pekerjaan pada satu orang dengan yang lain, sehingga fungsi dan
aktivitas setiap orang berbeda-beda tetapi terorganisir untuk mencapai
visi yang sama. Struktur organisasi harus mempunyai satu penanggung
jawab dalam setiap pekerjaan sehingga mampu memberikan keputusan.
Pendelegasian atau pembagian tugas di Apotek Enggal Saras dilakukan
oleh APA atau APING. Semua bagian telah diberikan tugas sesuai
dengan fungsi dan tanggung jawab masing-masing yang nantinya akan
dipertanggungjawabkan kepada pimpinan. Pimpinan dalam semua
kegiatan operasional Apotek Enggal Saras adalah APA atau APING.
Berikut adalah visi dan misi dari Apotek Enggal Saras:
Visi
- Menjadi apotek pilihan masyarakat yang berkualitas
Misi
- Memberikan pelayanan yang rasional sesuai dengan profesi
- Meningkatkan mutu pelayanan secara terus menerus
- Meningkatkan ilmu pengetahuan,
ketrampilan dan sikap terpuji karyawan
- Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
Setiap jabatan memiliki wewenang dan tugas masing -masing
1. PSA
42
a. Bertanggung jawab atas pemodalan
43
6. Bidang Administrasi
a. Membuat laporan pembelian
b. engarsipan dokumen (resep, faktur)
c. Mengecek harga faktur
d. Laporan stock opname
7. Bidang Pelayanan
a. Bertanggung jawab atas tata letak obat dan komuditi
untukmemperlancar pelayanan
b. Membuat tagihan piutang
c. Penerimaan dan penyimpanan obat
d. Membuat jadwal harian
8. Bidang Umum
a. Bertanggung jawab tentang pengiriman dokumen dan
barangkeluar
b. Bertanggung jawab atas pembayaran yang berkaitan
denganapotek
c. Mengkoordinir karyawam dalam upaya kebersihan
d. Bertanggung jawab atas kelancaran fasilitas di apotek
44
yangmemiliki Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin Praktik.
Pengelolaan Apotek di Enggal Saras dilakukan oleh:
45
e. Di dalam menjalankan tugasnya, setiap Apoteker harus
berusaha menjaukan diri dari usaha mencari keuntungan diri
semata yang bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur
jabatan kefarmasian
f. Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh
yang baik bagi orang lain
g. Setiap Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai
dengan profesinya
h. Seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan
peraturan perundangan dibidang kesehatan pada umunya dan
bidang farmasi pada khususnya
4. Kewajiban Terhadap Pasien
Seorang Apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian harus
mengutamakan kepentingan masyarakat dan menghormati hak
asasi penderita dan melindungi makhluk hidup insani
5. Kewajiban Terhadap Teman Sejawat
1. Seorang Apoteker harus memperlakukan teman sejawatnya
sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan
2. Sesama Apoteker harus saling mengingatkan dan saling
menasehatiuntuk mematuhi ketentuan-ketentuan kode etik.
3. Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan
untuk meningkatkan kerja sama yang baik sesama Apoteker
didalam memelihara keluhuran martabat jabatan
kefarmasian serta mempertebal rasa saling mempercayai di
dalam menjalankan tugasnya
6. Kewajiban Terhadap sejawat Kesehatan lain
1. Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan
untuk membangun dan meningkatan hubungan profesi,
saling mempercayai, menghargai dan menghormati Sejawat
Petugas Kesehatan lain
2. Setiap Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakan
46
atau perbuatan yang dapat mengakibatkan berkurangnya /
hilangnya kepercayaan masyarakat kepada Sejawat
Kesehatan lainnya.
7. Sarana Prasarana
Lokasi
Apotek Enggal Saras terletak di Jalan Diponegoro No. 217,
Ungaran, Genuk, Kecamatan Ungaran, Kabupaten Semarang,
Jawa Tengah, 50512. Apotek tersebut terletak di barat daya
RSUD dr. Gondo Suwarno Ungaran sejauh 240 meter. Lokasi
Apotek yang berada di pinggir jalan besar memudahkan pasien
menjangkau Apotek Enggal Saras.
Bangunan
Bangunan Apotek Enggal Saras sangat mengutamakan
kenyamanan baik bagi pasien maupun tenaga kefarmasian yang
mengelola apotek. Bangunan Apotek Enggal Saras telah sesuai
dengan aturan PMK No.73 tahun 2016 yang terdiri dari ruang
tunggu pasien, ruang penerimaan dan pelayanan resep, ruang
konseling, ruang peracikan, ruang arsip, ruang penyimpanan
sediaan farmasi dan BMHP, Sumber air yang digunakan
merupakan sumber dari air PDAM, instalasi listrik menggunakan
sumber dari PLN, alat peracikan seperti mortir, stamper,
timbangan, anak timbang, kertas perkamen, dll juga sudah
tersedia. Hal tersebut sudah sesuai dengan syarat bangunan
Berikut ini merupakan denah apotek
47
Gambar 7. Tata Ruang Apotek Enggal Saras
1. Pengelolaan obat
Berdasarkan Keputusan Mentri Kesehatan No 73 tahun 2016
proses pengelolaan obat yang berkesinambungan yaitu perencanaan,
pengadaan penerimaan, pengendalian pencatatan dan pelaporan,
penyimpanan dan pemusnahan. Secara umum apotek enggal saras telah
melaksanakan pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan Kesehatan
farmasi dengan baik sesuai dengan undang undang yang berlaku.
48
bertujuan untuk meminimalisir terjadinya kekosongan stok,
mempermudah perolehan obat dan perbekalan farmasi dalam jumlah
yang cukup dengan kualitas dan harga yang sesuai dalam waktu yang
efektif dan efisien. Pengelolaan obat di apotek meliputi:
a) Perencanaan
Perencanaan merupakan kegiatan pemilihan jenis,
jumlah dan harga kebutuhan serta anggaran dengan tujuan
untuk mengantisipasi kekurangan/ kekosongan stok obat.
Mahasiswa PKPA dalam prakteknya telah melakukan kegiatan
ini, dimana pelaksanaannya disesuaikan dengan SOP yang
berlaku di Apotek Enggal Saras sebagaimana berikut :
STANDAR PROSEDUR Tanggal Berlaku:
OPERASIONAL
PERENCANAAN SEDIAAN 30 Juli 2023
FARMASI-ALAT KESEHATAN
1. TUJUAN
2. PENANGGUNG JAWAB
Apoteker Pengelola Apotik
3. PROSEDUR
3.1 Melakukan review terhadap : pola penyakit, kemampuan daya beli masyarakat
serta kebiasaan masyarakat setempat.
3.2 Mengecek stok sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan habis pakai yang keluar
pada pelayanan hari sebelum nya.
3.3 Mencatat sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang habis
dan menipis pada buku defecta
3.4 Menghitung jumlah kebutuhan dalam kurun waktu satu minggu/satu bulan
(sesuai kebutuhan)
3.5 Merencanakan jumlahnya dengan rumus:
Penggunaan 1 minggu/1 bulan - sisa stok + jumlah dalam waktu tunggunya
3.6 Memasukkan sediaan yang sudah dihitung sebagai perencanaan ke dalam buku
defecta
Dilaksanakan Oleh: Penanggung Jawab:
Apt. Nining Farrikh Azida, S. Farm APA Apotik Enggal Saras
49
Tabel 1. Lembar Kerja Praktek Perencanaan Sediaan Farmasi
Buku Defekta
Hari/tgl No Sisa obat Jumlah obat yang PBF
akan dibeli
03/10/2023 1 Proris forte 3 botol PT Antarmitra
sambada
2 Sanmol syr 3 botol PT Bina San Prima
3 Pimtrakol 3 botol PT. Inti mulia farma
4 Vicks F 44 Dewasa 4 botol PT. Inti mulia farma
5 Siladex biru syr 3 botol PT. Marga nusantra
jaya
6 Obh combi strowbery 4 botol PT. Inti mulia farma
7 Obh combi jeruk 3 botol PT. Inti mulia farma
Kartu stock adalah catatan keluar dan masuk stok produk. Catatan ini
memegang peranan penting dalam pengelolaan stock di apotek karena
menerangkan secara rinci tentang pergerakan ( keluar dan masuk ) stok produk
50
4. Promedex 200 tab / 1 box Diadakan
2 box
5. Tera f 200 tab / 1 box Diadakan
2 box
6. Codein 200 tab/ 2 1 box Diadakan
box
7. Analsix 200 tab/2 2 box Diadakan
box
Keterangan : kartu stok sediaannya pertablet dan untuk perencanaan
sediaannya box sehingga di genapkan
Perhitungan Jumlah Obat yang direncanakan untuk 1 bulan kedepan;
Diasumsikan untuk stok pengaman adalah 10% dari jumlah
pemakaian. Lead time diasumsikan 3 hari. Berikut perhitungan obat yang
direncanakan untuk bulan depan:
a. Grafadon (Paracetamol)
(Jumlah pemakaian + Lead time + Buffer Stock) – Sisa Obat)
Diketahui :
1 bulan = 2 box
SS = 10% = 0,2 (1 box)
LT = 3 hari = 3 hari/30 hari = 10% = 0,5 box (1 box)
= (2+1+1)-2) = box
Jumlah yang dapat dipesan yaitu 5 box
b. Salbutamol
(Jumlah pemakaian + Lead time + Buffer Stock) – Sisa Obat)
Diketahui :
1 bulan = 2 box
SS = 10% = 0,2 (1 box)
LT = 3 hari = 3 hari/30 hari = 10% = 0,5 box (1 box)
= (2+1+1)-2) = 2 box
Jumlah yang dapat dipesan yaitu 2 box
c. Paratusin
51
(Jumlah pemakaian + Lead time + Buffer Stock) – Sisa Obat)
Diketahui :
1 bulan = 2 box
SS = 10% = 0,2 (1 box)
LT = 3 hari = 3 hari/30 hari = 10% = 2 box (1 box)
= (1+1+1)-2) = 2 box
Jumlah yang dapat dipesan yaitu 2 box
d. Promedex
(Jumlah pemakaian + Lead time + Buffer Stock) – Sisa Obat)
Diketahui :
1 bulan = 2 box
SS = 10% = 0,2 (1 box)
LT = 3 hari = 3 hari/30 hari = 10% = 0,2 box (1 box)
= (2+1+1)-2) = 2 box
Jumlah yang dapat dipesan yaitu 2 box
e. Tera F
(Jumlah pemakaian + Lead time + Buffer Stock) – Sisa Obat)
Diketahui :
bulan = 2 box
SS = 10% = 0,2 (1 box)
LT = 3 hari = 3 hari/30 hari = 10% = 0,2 box (1 box)
= (2+1+1)-2) = 2 box
Jumlah yang dapat dipesan yaitu 2 box
52
3. paratusin 2 Box
4. Promedex 2 Box
5 Tera F 2 Box
53
A. Jumlah obat yang yang di rencanakan Perhitungan Anggaran Obat yang Diperlukan Bulan oktober
Analisis ABC untuk perencanaan kebutuhan sediaan farmasi di apotek dan menulis pada tabel hasil analisis ABC.
Tabel 4. hasil analisis ABC Perencanaan kebutuhan
54
Succinate
4 Pimtrakol Paracetamol, 17.000 7 119.000 461.000 461.000/ 0.0451 A
Guaifenesin, Perbotol 25.710.440
Ephedrine x100 % =
HCl, dan 0.0179
Chlorphenira
min maleat.
5. Vicks f 44 kids Dextromethr 11.500 4 44.000 505.000 505.000/25. 0.0647 A
ophan HCl 710.440
dan x100 % =
Guaifenesin 0.0196
6. Siladex biru Dextrometho 20.500 7 143.000 648.000 648.000/ 0.0899 A
rphan HBr, Perbotol 25.710.440
pseudoefedri x100 % =
n, 0.0252
doxylamine
succinate
7. Obh combi Ekstrak 18.000 4 72.000 720.000 720.000/ 0.1179 A
strowberi Succus Perbotol 25.710.440
liquiritiae x100 %=
100 mg 0.0280
Parasetamol
120 mg
Amonium
klorida 50
mg;
Pseudoefedri
n HCl 7.5
55
mg;
Klorfenirami
n maleat 1
mg.
56
ine HCl, 7,5 0.04371
mg gliseril
guaikolat
(guaifenesin),
25 mg
chlorphenira
mine maleate
0,5
12 Apialis Vitamin A 49.500 594.000 1.718.000 1.718.000/ 0.33634 A
. 5000 IU, botol 12 25.710.440
Vitamin B1 3 x100 % =
mg, Vitamin 0.06682
B2 2 mg,
Vitamin B6 6
mg, Vitamin
B12 5 mcg,
Vitamin C 50
mg, Vitamin
D 400 IU,
Nicotinamide
20 mg,
Lysine HCl
250 mg,
Pantothenol 5
mg, Asam
glutamat 25
mg.
13 Grafadon Paracetamol Rp. 330 70 23. 100 1.741.100 1.741.100/2 0.47208 A
57
. (Paracetamol Pertablet 5.710.440
500 mg x100 % =
0.06771
14 Salbutamol Salbu tamol Rp : 200 40 8.000 1.749.100 1.749.100/2 0.54011 A
. 2 mg Pertablet
5.710.440
x100 % =
0.06803
15 Paratusin Paracetamol 500 Rp. 1358 40 54.320 1.803.420 1.803.420/ 0.61021 A
. mg Pertablet 25.710.440
Guaifenesin 50 x100 % =
mg
0.0701
Noscapine 10
mg
Phenylpropanol
amine HCl 15
mg
Chlorphenami
ne Maleate 2
mg
16 Promedex Dextromethorph Rp. 2.442 50 122.100 1.925.520 1.925.520/ 0.68501 A
. (Dextromethor an HBr 15 mg Persetrip 25.710.440
pan HBr) Guaifenesin 100 x100 % =
mg 0.0748
Chlorphenami
ne Maleate 1
mg
17 Tera F Paracetamol 650 Rp :525 100 25.200 1.950.720 1.950.720/ 0.76081 A
mg
58
. Guaifenesin 50 Persetrip 25.710.440
mg
Phenylpropano x100 % =
lamine HCl 15 0.0758
mg
Chlorphenami
ne Maleate 2
mg
18 Analsik Methampyrone Rp. 1.854 50 92.700 2.043.420 2.043.420/ 0.84028 B
. 500 mg pertablet 25.710.440
Diazepam 2 x100 % =
mg
0.07947
19 Codein Dextromethorph Rp. 460 50 23.000 2.066.420 2.066.420/ 0.92065 C
. an HBr 15 mg Per tablet 25.710.440
Guaifenesin 100 x100 % =
mg 0.08037
Chlorphenami
ne Maleate 1
mg
20 Anakonidin 50 675.000 2.741.420 2.741.420 / 1.02727 C
. Dextrometho Rp. 25.710.440
rphan HBr, 13.500 x100 % =
Guaifenesn, Perbotol 0.106626
Pseudoephed
rine dan
Chlorphenira
mine maleat
Jumlah Jumlah
Rp :
59
25.710.44
0
Keterangan : Perencanana obat untuk 1 bulan berdasarkan defekta dan kartu stok yang sudah di buat
Kelompok A : Kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 70 %dari jumlah
dana obat keseluruhan.
Kelompok B : Kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 20% dari jumlah
dana obat keseluruhan.
Kelompok C : Kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana pengadaannya menunjukkan penyrapan dana sekitar 10% dari jumlah
dana obat keseluruhan.
60
b) pengadaan
Pengadaan merupakan suatu proses pemesanan
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
yang dilakukan oleh apoteker penanggung jawab apotek
kepada apotek kepada PBF resmi. Dalam hal ini Mahasiswa
PKPA melakukan praktek pengadaan yang ada di apotek
enggal saras.pengadaan, ada beberapa bentuk pengadaan
yang sering digunakan di Apotek. Pengadaan di Apotek
Enggal Saras, diadakan sesuai dengan SOP yang berlaku
yaitu sebagai berikut :
1. SP regular
61
2. SP Psikotropika
3. SP Prekusor
62
4. SP obat obat tertentu
5. SP Narkotik
Keterangan:
1. SP dibuat minimal rangkap 2, kecuali SP Psikotropika dan
Narkotika.
2. SP Psikotropika minimal rangkap 3
3. SP Narkoktika minimal rangkap 4
4. SP diberikan ke distributor yang bersangkutan, copy SP
rangkap terakhir diambil oleh Apotek
5. Tindasan SP disimpan di Apotek, dijadikan satu dengan copy
63
faktur yang digunakan untuk :
1) Mengecek saat penerimaan obat
2) Untuk menunjukan bahwa obat dipesan dijalur distributor
resmi
3) Untuk menunjukan bahwa obat dipesan oleh apotek
64
c) Penerimaan
Penerimaan barang dari PBF yaitu kegiatan untuk
menjamin kesesuaian jenis spesifikasi dosis, no batch,
tanggal ED,jumlah, mutu dan harga yang tertera dalam
faktur serta kondisi fisik yang diterima,dalam
pelaksanaan penerimaan barang di Apotek Enggal
Saras sesuai dengan SOP. Berikut ini merupakan SOP
Apotek enggal saras.
1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk menerima Sediaan Farmasi, Alkes, BMHP
yangberkualitas dan sesuai
2. PENANGGUNG JAWAB
Apoteker
3. PROSEDUR
3.1 Mencocokkan kesesuaian antara SP dengan faktur meliputi Nama apotek,
alamat, Jenis sediaan farmasi-alat kesehatan yang dipesan, Kekuatan
sediaan farmasi-alat kesehatan dan bentuk sediaan yang dipesan Jumlah
yang dipesan
3.2 Mengecek kondisi fisiknya antara lain Wadahnya harus baik dan tertutup
rapat, Kondisi sediaan tidak rusak (bentuk, warna, bau), Tanggal
kedaluarsa masih jauh.Bila rusak atau tanggal kedaluarsa sudah dekat,
diretur kepada PBF.
3.3 Faktur ditandatangani pihak apotek dan diberi stempel apotek
3.4 Faktur asli diberikan kepada PBF dan salinannya serahkan bagian
administrasi
65
Tabel 5. pembelian obat dan bahan medis habis pakai
66
Lembar Kerja Praktek Penerimaan Sediaan Farmasi
Sesu ai Ditolak
Sesuai Terkiri
Fakt dengan
SP m
ur Alasan?
Nama Obat: ponstan FCT V V V
Dosis: 500 mg V V V
NO. 1
Jumlah Obat: 1 box V V V
Tanggal ED: 31 juli 2025 V V V
No. Batch: 1GM4847 V V V
Harga:274.583 V V V
Nama Obat: DEXTEEM V V V
PLUS
Bentuk Sediaan: TABLET V V V
Dosis: V V V
NO. 2 Jumlah Obat: 6 BOX V V V
Tanggal ED: 1 JULI 2027 V V V
No. Batch: 6T0623337 V V V
Harga: 161.100 V V V
Catatan :
- Faktur ditanda tangani ? ya
- Tindak lanjut jika tidak ditanda tangani?
Ungaran,
Polysilen
PT. 2 botol D3g812B 01/26
1 08 Oktober Suspensi 100 ml
Antarmitra Vitacid cream 0.1 ToLo1A1
2023 1 box 06/25
% tube
SIPA: 11111998/SIPA/VIII/2023
68
d) Penyimpanan
Penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
BMHP di Apotek Enggal Saras mengacu pada Standar
prosedur operasional (SOP) Apotek Enggal Saras yang
berlaku yaitu mencatat obat yang telah diterima pada
buku barang datang dan kartu stok secara lengkap.
Adapun SOP penyimpnan Apotek Enggal Saras sebagai
berikut:
1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan sediaan farmasi-alat kesehatan,
BMHP untuk tetap menjaga kualitas produk.
2. PENANGGUNG JAWAB
Apoteker Pengelola Apotek
3. PROSEDUR
3.1 Mencatat obat yang telah diterima pada buku barang datang dan kartu
stok secara lengkap
3.2 Meyimpan obat dalam wadah aslinya dari pabrik
3.3 Menyimpan menurut golongan obatnya
3.4 Menyimpan menurut bentuk sediaan
3.5 Menyimpan sesuai suhu yang dipersyaratkan untuk menjamin
kestabilannya
3.6 Menyimpan menurut efek farmakologi/abjad dan kombinasinya
3.7 Menata sesuai FIFO/FEFO
3.8 Obat-obat LASA disimpan sesuai peraturan
Dilaksanakan Oleh:
Endang Sri Rejeki
69
Lembar kerja penyimpanan sediaan farmasi
Humafag Plus
Roverton
Grafadon
Amoxicillin Trihydrate
Cataflam
Nitrocaf
Paramex
Insto
Rohto
Levemir Flexpen
NovoRapid Flexpen
Flagystatin Ovula
Humalog
NovoMix
Acarbose
Adalat Oros
Allopurinol
70
Antasida doen
B Bisoprolol
Becom-C
Becom-Z
Bufacaryl
Bromhexin HCl
C Clopidogrel Bisulfate
Candesartan
Captopril
Calcium Carbonat
Calcium Lactate
D Divalproex Sodium
Digoxin
Demacolin
Dexanta
Diclofenac Sodium
E Eflagen 50
Eyevit
Entrostop
Erysanbe
Eperison HCl
F Fonyline
Furosemide
Folic Acid
Fenofibrate
Fasidol Forte
71
H Humafag
Histigo
Hydrochlorothiazide
Hebesser 100
Hydrocortisone
I Irbesartan
Ibuprofen
Itraconazole
Isosorbide Dinitrate
Imboost Force
K Ketoconazole
Ketoprofen
Ketorolac Trometamol
Kalmethason 0.5
Kaltrofen 100 mg
L Loratadine
Lansoprazole
Loperamide HCl
Levofloxacin
Lameson 8 mg
M Meloxicam
Methylprednisolon 16 mg
Metformin 500 mg
72
N Neuralgin RX Neurosanbe 5000
Novexib Novapyron
Nifedipine
O Omeprazole Osteokom
Optalvit plus
P Piroxicam Paracetamol
Phytomenadione
Roverton
Ranitidine
S Simvastatin Spironolactone
Salbutamol Sulfate
Spasminal
73
Sanmol
T Tanapress
Trisela
Teosal
Tebokan forte
Thyrozol
U Urinter
Ulsidex
Ursodeoxycholic Acid
V Valsartan
Vitamin B Complex
V-Bloc
Voltadex
Voltaren 50
W Wiaflox
Welmove
X Xepazim
Y Yosenob
Z Zoralin
Parasetamol
Antidiare Attapulgite
Oralit
74
Antihistami Cetirizine
n
Chlorpheniramine Maleate
Antidiabetik Metformin
Glimepiride
Gliquidone
Glibenclamide
Antihiperten Candesartan
si
Amlodipine
Clonidine
Captopril
Furosemide
Antiasma Salbutamol
Berotec inhaler
Seretide (Salmeterol)
Azithromycin
Metronidazole Cefixime
Cefadroxil
75
76
Antivirus Acyclovir
Jantung Digoxin
Isosorbide Dinitrate
Clopidogrel
Kolesterol Simvastatin
Atorvastatin
Renovit
Stimuno
Caviplex
Berdasarkan bentuk sediaan Salep Miconazole Nitrate Krim
2%
Ketoconazole Krim 2 %
Kloderma
Nebacetin
Parasol
Genoint cr
Cendo Xitrol
Sanbe Tears
Cendo Catarlent
Otopain TT
77
78
Injeksi Meropenem
Fosmicin
Cyclofem
Flamicort
Lidocaine HCl 2%
Infus NaCl
Ringer Laktat
Bisolvon Ekstra
Vicks Formula 44
Termorex Plus
Woods Expectcorant
Flagystatin
Dulcolax
Kaltrofen
Profenid 100 mg
Inhaler Dipsamol
Berotec
Seretide Discus
Symbicort
79
Berdasarkan jenis obat Generik Ambroxol HCl
Clindamycin HCl
Parasetamol
Metronidazole
Dexamethason
80
Cetirizine HCl
Ibu Profen
Aciclovir
Antasida doen
Allopurinol
Bermerk Lameson
Mefinal
Afolat
Alleron
Lapibal
Bioron
Interhistin
Grafadon
Farmacrol Forte
Licokalk
81
82
Monitoring Suhu Ruang
Suhu Ruang
31
30.5
Suhu Ruang
30
29.5
29
0 5 10 15 20 25 30 35
Kelembapan suhu
50
45
40
35
30 Kelembapan suhu
25
20
15
10
5
0
0 5 10 15 20 25 30 35
83
Suhu Lemari Pendingin
8
7
6
5 Suhu Lemari
Pendingin
4
3
2
1
0
0 5 10 15 20 25 30 35
Keterangan:
84
Ungaran, 10 september 2023
SIPA. 11111998/SIPA/VIII/2023
85
e) Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan
jenis dan jumlah persediaan sesuai kebutuhan pelayanan,
melalui pengaturan sistem pesanan atau pengadaan. Hal ini
bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan,
kekurangan, kerusakan, kekosongan, kadaluwarsa,
kehilangan serta pengembalian pesanan. Pengendalian ini
dilakukan dengan cara melakukan stok opname, yakni
pemeriksaan terhadap persediaan barang sebagai salah
satu bentuk pengawasan apotek yang dilakukan untuk
mengetahui kesesuaian jumlah barang yang ada secara
fisik dengan jumlah yang ada pada kartu stock,
mengetahui dan mendata barang-barang yang sudah
kadaluarsa atau mendekati kadaluarsa untuk dipisahkan,
mengetahui barang-barang yang slow moving dan fast
moving sebagai acuan perencanaan dan pengadaan yang
tepat. Pengendalian ini dilakukan dengan mengacu pada
SOP sebagai berikut
86
Lembar Kerja Praktek Pengendalian Sediaan Farmasi
87
Catatan:
Tujuan pengendalian sediaan farmasi adalah :
1. Untuk memenuhi pelayanan baik item obat maupun jumlah obat
2. Untuk menjaga supaya stock tidak berlebihan
3. Untuk mencegah obat expied
Untuk tujuan pengendalian dengan cara melakukan ctock opname obat
Dari stock opname :
1. Obat berlebihan
2. Date stock
3. Slow moving
4. Fast moving
Cara mengendalikan: kalua obatnya berlebihan harus dikeluarkan : obat death
stock ataupun slow moving 3 bulan sebelum ED harus dipisahkan
Cara mengeluarkan obat : jika golongan obat bebas, bebas terbatas diusahakan
dikeluarkan dengan swamedikasi, jika golongan obat keras dikeluarkan dengan
cara bekerja sama dengan dokter
88
Nama Obat, Jenis Pengendalian
No. Bentuk Jumlah Tanggal Fast Slow Dead Stock
Sediaan, Dosis ED Moving Moving
Amlodipine 200 11/26 V
tablet 10 mg
Asam
2 mefenamat 93
08/25 V
tablet
500 mg
3 Metformin 250
04/25 V
500mg
4 Glimepiride 150
07/26 V
2mg
8 Cetirizine 25 07/27 V
14 Hidrokortison 30 02/24 V
slp
1. Fast Moving
Fast Moving merupakan produk atau barang yang cepat
keluar dari Gudang. Obat slow moving harus selalu tersedia
di penyimpanan agar tidak terjadi kekosongan stok. Solusi
untuk permasalahan obat yang Fast Moving ini adalah
dengan perencanaan pengadaan yang tepat sesuai data yang
sudah terjadi atau dengan metode konsumsi. Dengan cara
pengadaan yang tepat, permasalahan obat yang Fast Moving
ini dapat teratasi
2. Slow Moving
Slow Moving adalah barang yang kurang laku atau
mengalami pergerakan produk yang lambat untuk keluar dari
Gudang. Obat Slow Moving ini perlu diadakan perencanaan
ulang agar persediaan tidak mendiam lama dalam gudang
penyimpanan, tidak terjadi pengendapan dana berbentuk obat,
dan tidak terjadi obat kadaluarsa. Pengadaan obat juga harus
dipertimbangkan dalam pengadaan barang yang Slow
Moving, agar tidak terjadi kemungkinan yang disebutkan
diatas.
3. Dead Stok
Dead Stock merupakan inventaris atau barang yang
tidak lagi dapat dijual atau sering disebut stok mati. Demi
mencegah terjadinya barang tidak tergerak dalam gudang
penyimpanan, obat dapat dipilih jika ada pasien datang dengan
keluhan atau swamedikasi, bisa juga dilakukan perencanaan
pengadaan obat yang tidak terlalu banyak agar tidak terjadi
kemungkinan kerugian, dan juga bisa bekerjasama dengan
91
dokter agar diresepkan pada obat tersebut
4. Stok Berlebih
Stock Berlebih ini adalah persediaan barang yang
terlalu banyak ditimbun dan tidak terjual untuk kurun waktu
yang relative singkat atau bisa terjadi karena pada pemesanan
dilakukan dua kali / double sehingga barang tersebut menjadi
berlebih di gudang penyimpanan. Kejadian ini harus dihindari
karena akan merugikan si pemilik apotek tersebut, karena jika
membeli obat terlalu banyak akan mengganggu dana yang
akan digunakan untuk obat lainnya. Maka solusi yang harus
dilakukan adalah melakukan perhitungan dana dan pengadaan
obat yang tepat dengan melihat waktu sebelumnya
(konsumsi), dan juga menghitung kebutuhan setiap obat yang
akan dilakukan pengadaan agar tidak terjadi pembelian
berlipat.
92
b. Kartu stok apotek enggal saras
KARTU STOCK/STELLING
KARTU STOK APOTEK ENGGAL SARAS
93
KARTU STOK APOTEK
ENGGAL SARAS
Nama Obat : salbutamol
Bentuk Sediaan : Tablet
Satuan : Tablet
Golongan : Obat Keras
No Tanggal Diterima dari Masuk Keluar Sisa Paraf Keterangan
PBF No. Batch ED
1. 01/08/ PT. 100 - 100 27410304 04/2025
2023 Imfarmind
farmasi
industri
2. 01/08/ 10 90
2023
3. 04/08/ 10 80
2023
4. 05/08/ 10 70
2023
5. 08/08/ 10 60
2023
6. 10/08/ 10 50
2023
7. 11/08/2 10 40
023
8. 15/08/ 10+10 20
2023
9. 18/08/ 20 -
2023
10. 21/08/ 100 - 100
2023
11. 22/08/ 20 80
2023
12. 25/08/ 10 70
2023
13. 26/08/ 10 60
2023
14. 28/08/ 10 50
2023
15. 28/08/ 10 40
2023
Jumlah Penggunaan Bulan Lalu 160 40
94
KARTU STOK
APOTEK ENGGAL SARAS
Nama Obat : Paratusin
Bentuk Sediaan : Tablet
Satuan : Tablet
Golongan : Obat Prekursor
No Tanggal Diterima Masuk Keluar Sisa Paraf Keterangan
dari PBF No. Batch ED
1. 01/08/2023 APL 200 - 200 l AE 05/20
0979 26
2. 04/08/2023 10 190
3. 07/08/2023 10 180
4. 08/08/2023 10 170
5. 10/08/2023 10 160
6. 10/08/2023 10 150
6. 12/08/2023 10 140
7. 13/08/2023 10 130
8. 17/08/2023 10 120
9. 17/08/2023 10 110
10. 20/08/2023 10 100
11. 23/08/2023 10 90
12. 25/08/2023 10 80
13. 27/08/2023 10 70
14. 28/08/2023 10 60
15. 17/08/2023 10 50
Jumlah Penggunaan Bulan Lalu 150 50
95
KARTU STOK
APOTEK ENGGAL SARAS
Nama Obat : Promedex (Dextromethorpan HBr)
Bentuk Sediaan : Tablet
Satuan : Tablet
Golongan : Obat-Obat Tertentu
Diterima Keterangan
No Tanggal Masuk Keluar Sisa Paraf
Dari PBF No. Batch ED
1 31/07/2023 Enseval 200 - 200 A22099 06/20
25
2 02/08/2023 10 190
3 05/08/2023 10 180
4 07/08/2023 10 170
5 09/08/2023 10 160
6 11/08/2023 10 150
7 12/08/2023 10 140
8 20/08/2023 KARTU
10 STOK
130
9 21/08/2023 APOTEK 20 ENGGAL
110 SARAS
10 23/08/2023 10 100
Nama Obat : Tera-F
11 24/08/2023 10 90
Bentuk Sediaan : Kaplet
12 25/08/2023 20 70
Satuan : Kaplet
13 27/08/2023 10 60
Golongan : Obat Bebas Terbatas
14 28/08/2023 10 50
No Tanggal Diterima Masuk Keluar Sisa Paraf Keterangan
Jumlah Penggunaan Bulan Lalu 150 50
dari PBF No. Batch ED
1. 30/07/2023 Lestari 200 - 200 BC25173 07/202
5
2. 02/08/2023 20 180
3. 05/08/2023 10 170
4. 05/08/2023 20 150
5. 08/08/2023 10 140
6. 10/08/2023 8 132
7. 10/08/2023 12 120
8. 12/08/2023 10 110
9. 13/08/2023 10 100
10. 17/08/2023 6 94
11. 17/08/2023 6 88
12. 17/08/2023 8 80
9. 21/08/2023 10 70
KARTU STOK
10. 23/08/2023 10 60
APOTEK ENGGAL SARAS
11. 25/08/2023 NARKOTIKA 10 50
12. 25/08/2023
NAMA BARANG : CODEIN HARGA : 10 40HALAMAN :
13.
HCL 10 MG 01/09/2023 200 20 220 MOIJKT 01/202
TANGGAL KETERANGAN MASUK KELUAR SISA 6
14.
30/07/2023 02/09/2023
BSP 100 10 - 210 100
15.
05/08/2023 04/09/2023
Tn. Susanto 10 10 200 90
16. 04/09/2023
11/08/2023 Ny. Nyah Menir 10 10 190 80
23/08/2023 Ny. Sugianti
17. 04/09/2023 10 10 180 70
25/08/2023 Ny.
18. 05/09/2023 Mawar 96 20 10 160 60
27/08/2023 Ny.
19. 07/09/2023 Lina 12 10 148 50
Jumlah Penggunaan Bulan Lalu 50 50
20. 07/09/2023 12 136
21 07/09/2023 6 130
22. 08/09/2023 10 120
23. 09/09/2023 20 100
Jumlah Penggunaan Bulan Lalu 140 100
KARTU STOK
APOTEK ENGGAL SARAS
PSIKOTROPIKA
NAMA BARANG : ANALSIK HARGA : HALAMAN:
TANGGAL KETERANGAN MASUK KELUAR SISA
10/07/2023 BSP 100 - 100
28/07/2023 Ny. Kie Su Mas 10 90
29/07/2023 Ny. Kie Su Mas 10 80
07/08/2023 Ny. Supriati 10 70
15/08/2023 Ny. Supriati 10 60
17/08/2023 Ny. Dinny 10 50
20/08/2023 Ny. Sabrina 10 40
22/08/2023 Tn. Badrun 10 30
24/08/2023 Tn. Badrun 10 20
27/08/2023 BSP 100 - 120
29/08/2023 Ny. Ratnawati 10 110
01 /09/2023 Tn. Eko 10 100
07 /09/2023 Tn. Badrun 10 90
10/09/2023 Ny. Ratnawati 10 80
15/09/2023 Tn. Badrun 10 70
20/09/2023 Tn. Ari Wiyono 10 60
25/09/2023 Ny. Lili 15 45
J44umlah Penggunaan Bulan Lalu 75 45
1. TUJUAN
Meminimalisasi obat-obat yang hampir ED (6 bulan sebelum ED) menjadi obat
yang ED
2. PENANGGUNG JAWAB
Apoteker
3. PROSEDUR
3.1 Melakukan pengecekan terhadap obat secara berkala 3 bulan sekali
3.2 Memisahkan obat yang hampir ED (6 bulan sebelum ED)
3.3 Mencatat nama obat, khasiat obat
3.4 Menggolongkan obat-obat tersebut sesuai dengan golongan obatnya
3.5 Jika obat- obat yang hampir ED termasuk golongan obat bebas, obat bebas
terbatas atau OWA, diusahakan keluar dengan swamedikasi
3.6 Jika obat-obat yang hampir ED termasuk golongan obat keras, prekursor,
psikotropika diusahakan dikeluarkan melalui persetujuan dokter dan/pasien
3.7 Jika obat tidak dapat dkeluarkan untuk swamedikasi maupun resep dokter,
siapkan copy faktur untuk dilakukan retur obat
Pada hari ini Selasa tanggal 08 bulan November tahun 2023 sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, kami yang bertanda tangan dibawah
ini :
Nama Apoteker Pengelola : apt. Lidia wati
Nomor SIPA : 11111998/SIPA/VII/YY/2023
Nama Apotek : Apotek Enggal Saras
Alamat Apotek : Jl. Diponegoro No. 78 Ungaran Barat, Kabupaten Semarang,
98
Jawa Tengah 50518
Dengan disaksikan oleh:
1. Nama : apt. Laili milkha, S.Farm
SIPA : 08101999/SIPA/VIII/YY/2023
Jabatan : Apoteker Pendamping
2. Nama : Lina apriyani, S.Farm
SIKTTK : 2200180/STRTTK/XX/2023
Jabatan : Tenaga Teknis Kefarmasian
Telah melakukan pemusnahan obat sebagaimana tercantum dalam daftar terlampir.
Tempat dilakukan pemusnahan: Apotek Enggal Saras
Demikianlah berita acara ini kami buat sesungguhnya dengan penuh tanggung jawab.
Berita cara ini dibuat rangkap 4 (empat) dan dikirim kepada:
1. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
2. Kepala Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan
3. Kepala Dinas kesehatan Provinsi
4. Arsip di Apotek
Ungaran , 08 November 2023
Saksi- saksi
Ungaran, 30 september023
Yang Membuat Berita
Acara
SIPA. 11111998/SIPA/VIII/2023
101
Lembar Kerja Pencatatan Sediaan Farmasi
N Nama Tgl & Nama barang Satuan Qty Harga Diskon ED Total pembayaran Tempo
o PBF faktur satuan (%) pembayaran
(termas
uk ppn)
1 PT. 14 1. REDO Rp.38.800 3 Rp. 8.00 Mar Rp.205.345.00 23 hari
Anugr Agust XON orange .00 107.088 2025
ah us tan eff 10 +5 .00
Argon 2023 promo
Medic 2. Toniku Nov
a m syr bt 330 Rp 2024
ml now 27.266.00 2 Rp 0.00
formula id 27.266.
00
3. Toniku
m syr bt 100
new formula 000 Jan 2025
id Rp. 2 Rp.
11.670.00 23.340.
00
2 Pt. 16 1.Glimepiride Rp. 100 Rp. 0.00 MAY Rp. 4.520.000.00 21 hari
Anugr agustu 9.909.91 990.991 2026
ah s 2023 .0
Argon
Medic
a Jan 2026
102
2.candesartan 400 0.00
Rp.
7.702.70 Rp.
3.081.0
81.00
3 Pt. 24 Flamicort 40 Rp. 1 Rp 0.00 Dec- Rp. 133.200.00 21 hari
Anugr aGust mg/ml im (box/ 120.000.0 box 120.000 2026
ah us 1vl ) 0 .00
Argon 2023
Medic
a
4 Pt. 24 Penneddle 31 g Rp. 1 Rp. 0.00 Jun 2027 Rp. 326.538.00 21 hari
Anugr agustu x5 mm asia 294.179.0 box 294.179
ah s /100 0 .00
Argon 2023
Medic
a
5 Pt 04 1.mybaby m Rp. 3 st Rp. 1.892 31-03- Rp. 306.654 24 hari
tempo oktob telon plus – 16.821 (3 st) 48.571 2025
er long pet
2023 2. bodrex/tab 01-11-
2x10 ‘s FBX 12 Rp. 2.155 2027
3.Mybaby m. Rp. 7.980 fbx 93.605
telon plus 90 3 st 11-05-
ml long Rp.22.764 (3 Rp. 2025
prot.pet set) 65.731 2.561
19.06.20
4. mybaby m 3 st 25
103
telon plus 90 (3 st) Rp.
ml Rp. 60.038 2.017 09-06-
20.685 2024
5.ipi vitamin d3
1000 ui/ tab 4 bot Rp. 891
75’s bt (4 st) 38.709
Rp. 9.900
104
105
1. Pengelolaan Resep
1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk melaksanakan pelayanan farmasi yang benar dengan resep dokter
2. PENANGGUNG JAWAB
Apoteker
3. PROSEDUR
3.1 Memberi salam
3.2 Menerima Resep pasien
3.3 Memastikan ketersediaan obat di apotek
3.4 Menghitung harga dan meminta persetujuan pasien nominal harga
3.5 Melakukan skrining resep: Administrasi, Farmasetik dan Klinis
3.6 Mempersiapkan obat dan memberi etiket (warna etiket putih untuk obat dalam, biru untuk
obat luar) sesuai nama obat, dan aturan penggunaannya yang ditulis dokter Melakukan
pengecekan kembali
3.7 Menyerahkan obat dengan disertai informasi tentang dosis, frekuensi pemakaian sehari,
waktu penggunaan obat, cara penggunaan dan efek samping yang mungkin timbul.
3.8 Catat nama pasien, alamat dan no Hp bila perlu
106
Lembar Praktek Pelayanan resep Perhitungan dan Pemberian Harga Obat
Srining resep
107
Skrining Resep
Kriteria Pemeriksaan Ya Tidak Keterangan
Nama dokter
SIP
Alamat Dokter
Tanggal Penulisan resep
Kelengkapan Tanda tangan/paraf penulisan resep
administrasi
Nama pasien
Alamat pasien
Umur pasien
Berat badan
Nama obat
Signa
Bentuk sediaan
Dosis obat
Potensi obat
Kesesuaian Stabilitas
farmasetik
Cara dan lama pemberian
Inkompatibilitas
Alergi obat
108
No Nama Obat Kandungan Indikasi Mekanisme Kerja Kontra indikasi Interaksi
1 Amoxicillin tab 500 Amoxicillin tab 500 Antibiotik Menghambat langkah transpeptidasi Hipersensitivitas atau riwayat reaksi
mg mg akhir sintesis peptidoglikan dialergi berat (misalnya anafilaksis,
dinding sel bakteri dengan mengikat sindrom Stevens-Johnson) terhadap
1 atau lebih protein pengikat amoksisilin atau -laktam lainnya
penisilin (PBP), sehingga (misalnya penisilin, sefalosporin,Ctm dan Codein
menghambat biosintesis dinding sel karbapenem, monobaktam). keduanya
dan akhirnya menyebabkan lisisMononukleosis menular (dicurigai atau meningkatkan efek
bakteri (MIMS 2022) dikonfirmasi). (MIMS 2022) sedasi ( Medscape)
2 Paracetamol tab 500 Paracetamol tab 500 Analgetik- Menghambat produksi Penderita hipersensitif/alergi terhadap
mg mg antipiretika prostaglandin, suatu zat peradanganParacetamol. Penderita gangguan
dan pemicu demam, dan terutamafungsi hati berat (MIMS 2022)
bekerja di otak (MIMS 2022)
3 CTM 4 mg CTM 4 mg Antihistamin Bekerja secara antagonis terhadap Anak usia <2 tahun, neonatus (bayi
efek histamin pada reseptor H1baru lahir), bayi prematur, penderita
(MIMS 2022) serangan asma akut, glaukoma sudut
sempit dan penggunaan bersama obat
MAOI atau dalam rentang waktu 14
hari (MIMS 2022)
4 Codein tab Codein tab Antitussive Bekerja selektif pada reseptor mu Depresi pernapasan, anak usia <12
(MIMS 2022) tahun, anak usia <18 tahun yang baru
saja menjalani tonsilektomi atau
adenoidektomi, dan asma bronkial
(MIMS 2022)
5 Elkana Sirup Vitamin A, B1, B2, Defisiensi Vitamin A :Mengatur proliferasi Hipersensitifitas
B6, B12, C, D, mineral dan dan difrensiasi sel
Nicotinamide, multivitamin Vitamin B1 : Berikatan dengan
Choline , Inositol, adenosine triphosphate (ATP) di
Ca, Na, Lysine HCl hati, ginjal, dan leukosit untuk
memproduksi tiamine diphosphate.
Vitamin B2 : Mengubah karbohidrat
yang didapat dari makanan menjadi
adenosine triphosphate
Vitamin B6 : Mengubah makanan
yang dikonsumsi menjadi energi,
memproduksi sel darah merah, dan
menjaga kerja jaringan saraf
Vitamin B12 : Merubah koenzim
folat menjadi bentuk aktif yang
dibutuhkan dalam reaksi-reaksi
metabolisme penting seperti sintesis
DNA
Vitamin C : Menyumbang elektron
untuk mencegah senyawa lain yang
sedang teroksidasi dan memulung
anion superoksida, radikal hidroksil,
dan lipid hidroperoksida
Vitamin D : Dapat membantu
Perhitungan jumlah yang dibutuhkan dan pemberian harga
Catatan :
Resep harus asli tidak boleh ada iter karena mengandung narkotika
Dokter penulis resep harus 1 kota / 1 kabupaten
Jika obat itu copy resep harus ditebus di apotek yang sama di tempet
resep asli
Narkotika harus diberi garis merah dalam pengerjaannya
Resep yang sudah dilayani, setiap hari dipisah, untuk narkotika dan
psikotropika dibindel sendiri sesuai hari, bulan dan tahun.
Resep yang sudah ber umur 5 tahun dapat dimusnahkan.
Perhitungan dosis
No Nama Obat Aturan Pakai
Dosis
Dosis Standar Dosis Dalam Keterangan
resep dosis
1 R/ 1. Codein dosis standar
codein 2. Amoxicilin dosis ½ Tepat dosis 3x1 sehari
Paracetamol standar 250 mg . 200 mg
Amoxicillin dosis maksimal 500 250 mg
Ctm mg . aturan pakai 3 x1 ½
3. Paracetamol
Dosis standar 500 mg
. dosis maksimal 400
mg aturan pakai 3x1
sampai dengan 4x1
sehari
4. Ctm dosis standar 4
mg
2. Elkana syr 5. Elkana syr dosis 5 ml sehari Tepat dosis
standar 5 ml sekali sekali
sehari
Etiket Resep Warna Etiket
Putih
Putih
2. Pelayanan Resep BPJS
Apotek Enggal Saras melayani resep BPJS dari dokter keluarga atau
klinik yang bekerjasama dengan BPJS di wilayah Ungaran, Karang Jati, dan
Pringapus. Berikut ini adalah SOP pelayanan resep BPJS
Tanggal Berlaku: 1
STANDAR PROSEDUR Januari 2020
OPERASIONAL
PELAYANAN FARMASI
DENGAN RESEP BPJS
1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk melaksanakan pelayanan farmasi yang benar dengan resep
BPJS
2. PENANGGUNG JAWAB
Apoteker
3. PROSEDUR
Resep no racikan
Skrining Resep
Kriteria Pemeriksaan Ya Tidak Keterangan
Nama dokter
SIP
Alamat Dokter
Tanggal Penulisan resep
Kelengkapan Tanda tangan/paraf penulisan resep
administrasi
Nama pasien
Alamat pasien
Umur pasien
Berat badan
Nama obat
Signa
Bentuk sediaan
Dosis obat
Potensi obat
Kesesuaian Stabilitas
farmasetik
Cara dan lama pemberian
Inkompatibilitas
Alergi obat
Paracetamol Paracetamol sakit kepala, Paracetamol atau Kontra indikasi paracetamol ada interaksi
sakit gigi, Acetaminophen adalah pada pasien
nyeri otot, adalah obat dengan riwayat
Serta analgesik non-opiat hipersensitivitas dan penyakit
menurunkan yang berfungsi hepar aktif derajat berat.
Demam untuk meredakan Penggunaan paracetamol,
nyeri dan terutama dalam jangka
Menurunkan panjang, perlu diperhatikan
demam. pada pasien dengan: Penyakit
Paracetamol juga hepar kronis dekompensata
bisa menghambat
Pembentukan
prostaglandin, yaitu
senyawa yang
memicu nyeri dan
bengkak ketika
terjadi kerusakan
atau cedera pada
jaringan tubuh.
2 Amoxicillin Amoxicillin Antibiotik Obat antibiotik ini Penderita hipersensitif atau Tidak ada interaksi
bekerja di tubuh mempunyai riwayat
dengan hipersensitif terhadap
menghancurkan antibiotik beta laktam
dinding sel bakteri, (penicillin, sefalosporin)
menghambat
pembelahan dan
reproduksi
mikroorganisme
patogen.
3 Ambroxol Ambroxol Sebagai meningkatkan riwayat hipersensitivitas Terjadinya intransi dengan
sekretolitik sekresi saluran terhadap konsumsi ambroxol paracetamol Penggunaan anestesi local
pada pernapasan dengan sebelumnya dan penggunaan telah dikaitkan dengan perkembangan
gangguan meningkatkan pada pasien dengan riwayat methemoglobinemia suatu efek
saluran nafas produksi surfaktan ulkus peptikum. samping yang jarang namu sering dan
akut dan paru dan berpotensi fatal penggunaan anestesi
kronis merangsang local dan zat pengoksidasi seperti
khususnya aktivitas silia dan paracetamol secara bersamaan dapat
pada menghasilkan meningkatkan resiko
eksaserbasi peningkatan methemoglobinemia
bronkitis pembersihan
kronis dan mukosiliar
bronkitis serta peningkatan
asmatik dan sekresi cairan yang
asma memfasilitasi
bronkial. pengeluaran dan
meredakan batuk.
4 Cetirizine Cetirizine Mengatasi Cetirizine jangan digunakan selama Terjadinya intraksi obat cetirizine
gejala reaksi merupakan semester pertama kehamilan dengan amoxicillin karena cetirizine
alergi antihistamin atau saat menyusui Ekskresi obat melalui ginjal merupakan
selektif reseptor H1 - Penderita ginjal berat – hasil keseluruhan dari kombinasi
dengan efek Hindari penggunaan pada proses ginjal yang meliputi filtrasi
sedative yang wanita hamil dan menyusui glomerulus, difusi pasif, sekresi
rendah pada dosis karena diekskresikan melalui tubulus, dan reabsorpsi tubulus.Karena
aktif farmakologi air susu dua mekanisme ini – sekresi dan
dan mempunyai reabsorpsi tubulus– merupakan proses
sifat tambahan yang dapat jenuh, maka keduanya
sebagai anti alergi. bersifat jenuh. rentan terhadap
Cetirizine persaingan antara beberapa substrat
menghambat yang diekskresikan oleh ginjal. Jika
pelepasan histamin dua atau lebih obat yang sebagian
pada fase awal dan besar diekskresikan melalui ginjal
mengurangi diberikan secara bersamaan, obat-
migrasi sel obatan tersebut dapat bersaing untuk
inflamasi. eliminasi melalui ginjal; ada
kemungkinan besar bahwa salah satu
agen dapat "mengungguli" atau
memenuhi mekanisme ekskresi ginjal
sebelum agen lain yang diberikan
secara bersamaan diekskresikan.
Akibatnya, eliminasi obat-obatan lain
yang diberikan secara bersamaan
mungkin terhambat atau tertunda, yang
dapat menyebabkan peningkatan
konsentrasi serum dan
risiko, kejadian, dan/atau tingkat
keparahan efek samping yang terkait
dengan paparan obat-obatan tersebut
Perhitungan penimbangan bahan dan pemberian harga
Perhitungan dosis
No Nama Obat Aturan Pakai
Dosis
Dosis Standar Dosis Keterangan
Dalam dosis
resep
1. Dosis standar
Amoxicililin amoxicillin 500 10 Tepat dosis 3x1
mg
2 Paracetamol Dosis standar 6 Tepat dosis 2x1
paracetamol 500
mg
3 Ambroxol Dosis standar 6 Tepat dosis 3x1
ambroxol 30
mg
4 Cetirizine Dosis cetirizine 6 Tepat dosis 2x1
Putih
Putih
Resep racikan yang bekerja sama dengan BPJS
Skrining Resep
Kriteria Pemeriksaan Ya Tidak Keterangan
Nama dokter
SIP
Alamat Dokter
Tanggal Penulisan resep
Kelengkapan Tanda tangan/paraf penulisan resep
administrasi
Nama pasien
Alamat pasien
Umur pasien
Berat badan
Nama obat
Signa
Bentuk sediaan
Dosis obat
Potensi obat
Kesesuaian Stabilitas
farmasetik
Cara dan lama pemberian
Inkompatibilitas
Alergi obat
3 Ambroxol Ambroxol Sebagai meningkatkan sekresi riwayat hipersensitivitas Terjadinya intransi dengan
sekretolitik pada saluran pernapasan terhadap konsumsi paracetamol Penggunaan anestesi
gangguan saluran dengan meningkatkan ambroxol sebelumnya dan local telah dikaitkan dengan
nafas akut dan produksi surfaktan paru penggunaan pada pasien perkembangan methemoglobinemia
kronis khususnya dan merangsang aktivitas dengan riwayat ulkus suatu efek samping yang jarang
pada eksaserbasi silia dan menghasilkan peptikum. namu sering dan berpotensi fatal
bronkitis kronis peningkatan pembersihan penggunaan anestesi local dan zat
dan bronkitis mukosiliar serta pengoksidasi seperti paracetamol
asmatik dan asma peningkatan sekresi secara bersamaan dapat
bronkial. cairan yang memfasilitasi meningkatkan resiko
pengeluaran dan methemoglobinemia
meredakan batuk.
4 Ctm Ctm antihistamin H1 antagonis terhadap efek penderita glaukoma sudut penderita glaukoma sudut
generasi pertama histamin pada reseptor sempit. pasien obstruksi sempit. pasien obstruksi leher
yang digunakan H1, dimana dapat leher kandung kandung kemih. pasien hipertrofi
untuk menangani menyebabkan efek kemih. pasien hipertrofi prostat
reaksi alergi, samping berupa prostat
yang di antaranya mengantuk
diakibatkan oleh
rhinitis alergi,
dermatitis atopi,
urtikaria, dan
konjungtivitis
alergi
Perhitungan dosis
No Nama Obat Aturan Pakai
Dosis
Dosis Standar Dosis Keterangan
Dalam dosis
resep
1 R/ 1. Amoxicilin 3 x1 sehari
Amoxicilin dosis 200 mg Tepat dosis
Paracetamol standar 250 125 mg
Ambroxol mg . dosis 1/3 tab
Ctm maksimal 1/6 tab
500 mg .
aturan pakai
3 x1
2. Paracetamol
Dosis
standar 500
mg . dosis
maksimal
400 mg
aturan pakai
3x1 sampai
dengan 4x1
3. Ambroxol
Dosis
standar 30
mg
4. Ctm dosis
standar 4
mg
Putih
Putih
Selain pengelolaan obat dan resep, dalam Apotek juga dilakukan
pengelolaan administrasi yang berupa administrasi faktur, adminisrasi resep,
dan administrasi keuangan sebagaimana berikut:
1. Administrasi Faktur
2. Administrasi resep
Administrasi resep di Apotek Enggal Saras dilakukan
dengan memisahkan resep BPJS dan resep umum. Pada resep
BPJS, dilakukan entri data terlebih dahulu di aplikasi apotek
BPJS. Kemudian resep BPJS yang telah dientri diberi nomor
BPJS pasien sesuai entri pada aplikasi. Kemudian resep
disimpan berdasarkan nomor urut dan diletakkan pada kotak
penyimpanan. Setiap satu tahun sekali, resep BPJS akan
diserahkan ke kantor BPJS Cabang Ungaran. Sedangkan pada
resep umum, diurutkan per tanggal yang dijadikan satu bendel
tiap bulan dan disimpan minimal 5 tahun kemudian
dimusnahkan.
2. Administrasi Keuangan
D. Perpajakan
Perpajakan yang ada di Apotek Enggal Saras yaitu pajak bulanan
dan tahunan. Sesuai peraturan terbaru PP RI No. 23 Tahun 2018 pajak
bulanan yang dibayarkan adalah Pajak Penghasilan (PPh) sebesar
0,5% dari omset. Pajak tahunan berupa pelaporan SPT Tahunan
dengan aplikasi DJB Online dan PBB dibayarkan melalui kantor pos.
Apotek Enggal Saras adalah wajib pajak non Pengusaha Kena Pajak
(PKP) sehingga perhitungan pajak menggunakan ketentuan dari
kantor pajak dengan pelaporan PPh final sebesar 0,5% dari omset.
Adapun tahapan dalam melakukan pelaporan pajak di Apotek Enggal
Saras yaitu melakukan rekap pendapatan harian mulai tanggal 1
sampai tanggal 31 kemudian didapatkan hasil total pendapatan dalam
1 bulan dan di kali kan 0,5%. Hasil yang diperoleh di laporkan melalui
sistem pelaporan pajak online dengan memakai ID Billing kemudian
dicetak dan melakukan pembayaran melalui kantor pos.
Apotek Enggal Saras juga membayar Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) yaitu pajak yang dibayarkan setiap tahun kepada
pemerintah daerah serta Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah
pajak yang terdapat di faktur pemesanan setiap obat dan dihitung
dari selisih pajak. Pajak ini dibayarkan melalui PBF yang
dibebankan pada barang pembelian apotek berdasarkan faktur
resmi dari PBF tersebut.
SIMULASI PENDIRIAN APOTEK BARU ANALISA KEUANGAN
DAN PERPAJAKAN
A. Penentuan lokasi dengan analisis SWOT
Tugas :
a. buatlah neraca awalnya di tahun ….. dengan nama apotek…….
b. Buatlah perhitungan rugi labanya. Bagaimana rumus harga pembelian/
harga pokok penjualan (HPP) ? / bagaimana rumus harga jual apotek (
HJA )
c. Berdasarkan simulasi tersebut diatas, berapa lama modal akan kembali
( Pay Back Period,/ PBP, apakah apotek layak didirikan ?
d. Berapa % Return On Investmant ( ROI) nya ?
e. Berapa Break Even Point ( BEP ) nya?
f. Jika analisis bisnisnya memenuhi syarat, langkah apa yang dilakukan
apoteker untuk mendapatkan ijin ?
g. Jika ternyata, apotek mampu mengembalikan modal dalam waktu yang
cukup , mengingat apoteker masih muda, menurut anda usaha apa
yang akan dikembangkan ? apa alasan anda?
BEP =
Biaya variable = Rp. 724.100.000 – 107.900.000
= Rp. 616.200.000
BEP = x biaya
1
x 107.900 .000
= 616.200.000
1−
748.800.000
1
= x 107.900 .000
1−0,820
1
= x 107.900.000
1−0 , 18
= Rp. 599.444.444 / th
= Rp. 1.921.296
Keterangan : jumlah resep tiap tahun = 10 resep x 30 hari x (12 bulan) = 3.600
Langkah selanjutnya setelah analisis SWOT dan simulasi
pendirian apotek menunjukkan bahwa apotek layak untuk di
dirikan.
F. Pelaporan
Pelaporan di Apotek Enggal Saras terbagi menjadi pelaporan internal
dan pelaporan eksternal. Pelaporan internal merupakan pelaporan terkait
manajerial apotek meliputi meliputi laporan keuangan, gaji karyawan,
penjualan harian, pembelian, dan inkaso. Pelaporan eksternal meliputi
laporan SIPNAP dan laporan SIMONA.
1. Pelaporan internal
Pelaporan internal merupakan pelaporan yang dibuat untuk
diserahkan kepada CV meliputi laporan keuangan, gaji karyawan,
inkaso, pembelian obat, laba-rugi dan laporan pendapatan harian.
2. Pelaporan eksternal
a. Pelaporan SIPNAP
Pelaporan penggunaan obat narkotika dan psikotropika
(SIPNAP) di Apotek Enggal Saras dilakukan dengan sitem
komputerisasi secara online melalui website (SIPNAP).
Laporan penggunaan obat narkotika dan psikotropika berisi:
nama obat, satuan obat, persediaan awal (saldo awal),
pemasukan (asal resep dan jumlah obat), jumlah saldo awal,
penggunaan (untuk apa dan jumlah yang digunakan),
persediaan akhir (saldo akhir) dan keterangan. Pelaporan
komputerisasi dilakukan setiap bulan maksimal tanggal 10.
Obat golongan Narkotika tetap ada pelaporannya meskipun
di Apotek Enggal Saras tidak ada stok obat narkotika.
Ketentuan tersebut telah sesuai dengan Permenkes No. 5
Tahun 2023 tentang Narkotika, Psikotropika dan Prekusor
Farmasi. Obat golongan psikotropika yang ada di Enggal Saras
yaitu Analsik dan Metaneuron. Tahapan-tahapan dalam
melakukan pelaporan SIPNAP adalah :
1. Akses website www.sipnap.kemkes.go.id.
2. Untuk apotek yang belum pernah melakukan
SIPNAP online harus melakukan pelaporan awal
yaitu registrasi dengan mengisi data APA, SIA,
SIPA, dan STRA. Registrasi dilakukan dengan
datang sendiri ke Dinas Kesehatan dengan
mempersiapkan password dan kelengkapan data
Apotek.
1) Bulan pelaporan
9) Jumlah Konseling
2. Dispensing
Keluhan pasien
Usaha pasien yang telah dilakukan -
untuk mengatasi keluhan
(farmakologi dana tau non
farmakologi)
Riwayat alergi -
Riwayat penyakit -
Riwayat penggunaan obat (resep atau -
non resep)
Riwayat penggunaan jamu, obat
herbal dan multivitamin
Assessment
Dokumentasi
Rekomendasi swamedikasi :
H. Home Care
Dalam pelaksanaan Home Care yang dilaksanakan oleh
Apoteker di Apotek Enggal saras yaitu Apoteker dapat melakukan
kunjungan pasien dan atau pendampingan pasien untuk pelayanan
kefarmasian di rumah dengan persetujuan pasien atau keluarga terutama
bagi pasien khusus yang membutuhkan perhatian lebih. Pelayanan
dilakukan oleh Apoteker yang kompeten, memberikan pelayanan untuk
meningkatkan kesembuhan dan kesehatan serta pencegahan komplikasi,
bersifat rahasia dan persetujuan pasien, melakukan telaah atas
penatalaksanaan terapi, memelihara hubungan dengan tim kesehatan.
1. TUJUAN
2. PENANGGUNG JAWAB
4. RUANG LINGKUP
No Riwayat penyakit
No Riwayat Pengobatan
1 Asma 3 tahun yang lalu
1 - Amlodipin 5mg
2. - Seretide
Hipertensi diskus
: TD 500mg
150/96 mmHg
Dokumentasi Pelayanan Kefarmasian Di Rumah
Kunjungan Dikonsumsi
61 sabtu, 30 Efek samping
Kepatuhan untuk/ Pasien
Pasien tidak mengeluhkan rutin
mengatakan efek
September check
keluhanup rutinyang
ke melakukan check up
samping selama ke dokter
penggunaan
2023 Dokter dinar setiap bulannya
pernah dirasakan obat.
2 selama pengobatan
Kepatuhan dalam Pasien mengatakan rutin untuk
7 meminum obatobat
Penyimpanan meminum
Pasien obat dengan
menyimpan teratur
obat diruang
sesuai dengan arahan dokter
suhu kamar dan dilemari tempat
dinar namun, untuk sesekali
penyimpanan
pasien terlupaobat.
untuk meminum
obatnya.
4. Media Promkes
Media yang digunakan dalam pelaksanaan promkes adalah leaflet.
5. Sususan Promkes
No TAHAP KEGIATAN MEDIA
1. Menanyakan identitas diri
Pasien mengisi blanko yang disediakan meliputi :
pasien 1. Nama
2. Alamat
3. Nomer telepon
4. Hasil pemeriksaan
5. Saran apoteker
6. Paraf apoteker
Dan daftar hadir pasien
2. Cek Tinggi dan berat badan 1. Pasien melakukan cek tinggi badan dan berat
badan
2. Mahasiswa apoteker mencatat hasil cek tinggi
badan dan berat badan
3. Mahasiswa apoteker kemudian menghitung
berat badan ideal dengan rumus :
BB(kg)
IMT =
TB 2 ( m )
Untuk menyimpulkan berat badan ideal maka
dapat dilihat sebagai berikut:
a. Kurang : <18,5
b. Ideal: 18,5-24,9
c. Ideal Lebih : 25-29,9
d. Gemuk : 30-39,9
e. Sangat gemuk : >40
3. Cek Tekanan Darah 1. Mahasiswa apoteker mnegukur tekanan darah
pasien.
2. Mahasiswa apoteker kemudian mencatat hasil
pengukuran tekanan darah pasien, indikator
tekanan darah, yaitu :
a. Rendah : <120/<80
b. Normal : 120-139/80-89
c. Tinggi : >140/90
4. Ce Kadar Gula Darah 1. Mahasiswa apoteker melakukan pengecekan
kadar gula darah.
2. Mahasiswa apoteker kemudian mencatat hasil
kadar gula darah pasien, indikator kadar gula
darah, yaitu :
a. Hipoglikemik : <80 mg/dl
b. Normal :
- Gula darah puasa
80-100 mg/dl
- Gula darah sewaktu
70-140 mg/dl
c. Diabetes mellitus :
- Gula darah puasa
>126 mg/dl
- Gula darah sewaktu
>200 mg/dl
R/ Tensivas ( amlodipine )
S 1 dd 1
R/ Lipitor ( atorvastatin )
S 1 dd 1
R/ Prazolel (omeprazole )
S 1 dd 1
2 Lipitor Atorvastat Kolesterol Menghambat secara kompetitif pasien dengan penyakit 1. Terjadinya intraksi atorvastat
in koenzim 3-hidroksi-3- hati yang aktif dan pada omeprazole jika atorvastatin bers
metilglutaril (HMG CoA) kehamilan (karena itu omeprazole. Menggabungkan oba
reduktase, yakni enzim yang diperlukan kontrasepsi dapat meningkatkan kadar dan efek
berperan pada sintesis yang memadai selama dalam darah. Hal ini dapat mening
kolesterol, terutama dalam hati. pengobatan dan selama efek samping seperti kerusakan hati
Obat-obat ini lebih efektif 1 bulan setelahnya) dan 2. Atorvastatin terjadi interaksi deng
dibandingkan obat-obat menyusui seperti jeruk bali dapat mening
hipolipidemia lainnya dalam atorvastatin dalam darah. hal
menurunkan kolesterol-LDL mengakibatkan efek seperti kerusaka
tetapi kurang efektif dibanding
fibrat dalam menurunkan
trigliserida.
3 Prazole Omeprazo tukak lambung Tukak lambung dan tukak Terjadinya intraksi dengan atorvastatin
le duodenum, tukak lambung dan
duodenum yang terkait dengan
AINS, lesi lambung dan
duodenum, regimen eradikasi H.
pylori pada tukak peptik, refluks
esofagitis, Sindrom Zollinger
Ellison.
K. Evaluasi Apotek
Evaluasi Apotek ini dilakukan dengan tujuan memperbaiki dan
menyempurnakan kualitas dengan cara mengukur performa Apoteker yang
memberikan pelayanan, evaluasi apotek ini dilakukan dengan acuan
Peraturan Kementrian Kesehatan No. 73 Tahun 2016 dengan dilihat
beberapa indkator, yaitu:
1) Pelayanan Farmasi Klinik diusahakan Zero Defect dari
medication error
2) SPO untuk menjamin mutu pelayanan sesuai standar yang
telah ditetapkan
3) Lama waktu pelayanan resep di Apotek dibagi menjadi dua
yaitu untuk resep non racikan sekitar 15 – 30 menit, dan
untuk resep racikan sekitar 30 – 60 menit. Mengingat batas
waktu pengerjaan resep, maka TTK atau tenaga teknis
kefarmasian yang menerima resep harus menuliskan waktu
penerimaan resep hingga waktu diselesaikannya resep
tersebut pada bagian pojok kanan atas resep.
Selain menjalankan praktek tentang Pengelolaan Sediaan
Farmasi dan Farmasi Klinik mahasiswa telah melakukan Evaluasi
mutu pelayanan kefarmasian, antara lain evaluasi manajerial dan
farmasi klinik. Praktek tersebut dengan melaksanakan tugas evaluasi
sebagai berikut:
2. Evaluasi Aspek Manajerial Apotek
a. Tujuan Evaluasi
Metode Observasi
c. Cara Evaluasi
Dengan melihat mengamati pemakaian obat yang di
kartu stok yang dilakukan oleh Apotek Enggal Saras setiap
bulannya dan untuk melihat obat meliputi obat t
Nama Obat, Jenis Pengendalian
No. Bentuk Jumlah Tanggal Fast Slow Dead Stock
Sediaan, Dosis ED Moving Moving
Amlodipine 200 11/26 V
tablet 10 mg
1
Asam
2 mefenamat 93
08/25 V
tablet
500 mg
3 Metformin 250
04/25 V
500mg
4 Glimepiride 150
07/26 V
2mg
8 Cetirizine 25 07/27 V
14 Hidrokortison 30 02/24 V
slp
18 Proris 20 03/26 V
5. Fast Moving
Fast Moving merupakan produk atau barang yang cepat
keluar dari Gudang. Obat slow moving harus selalu tersedia
di penyimpanan agar tidak terjadi kekosongan stok. Solusi
untuk permasalahan obat yang Fast Moving ini adalah
dengan perencanaan pengadaan yang tepat sesuai data yang
sudah terjadi atau dengan metode konsumsi. Dengan cara
pengadaan yang tepat, permasalahan obat yang Fast Moving
ini dapat teratasi
6. Slow Moving
Slow Moving adalah barang yang kurang laku atau
mengalami pergerakan produk yang lambat untuk keluar dari
Gudang. Obat Slow Moving ini perlu diadakan perencanaan
ulang agar persediaan tidak mendiam lama dalam gudang
penyimpanan, tidak terjadi pengendapan dana berbentuk obat,
dan tidak terjadi obat kadaluarsa. Pengadaan obat juga harus
dipertimbangkan dalam pengadaan barang yang Slow
Moving, agar tidak terjadi kemungkinan yang disebutkan
diatas.
7. Dead Stok
Dead Stock merupakan inventaris atau barang yang
tidak lagi dapat dijual atau sering disebut stok mati. Demi
mencegah terjadinya barang tidak tergerak dalam gudang
penyimpanan, obat dapat dipilih jika ada pasien datang dengan
keluhan atau swamedikasi, bisa juga dilakukan perencanaan
pengadaan obat yang tidak terlalu banyak agar tidak terjadi
kemungkinan kerugian, dan juga bisa bekerjasama dengan
dokter agar diresepkan pada obat tersebut
8. Stok Berlebih
Stock Berlebih ini adalah persediaan barang yang
terlalu banyak ditimbun dan tidak terjual untuk kurun waktu
yang relative singkat atau bisa terjadi karena pada pemesanan
dilakukan dua kali / double sehingga barang tersebut menjadi
berlebih di gudang penyimpanan. Kejadian ini harus dihindari
karena akan merugikan si pemilik apotek tersebut, karena jika
membeli obat terlalu banyak akan mengganggu dana yang
akan digunakan untuk obat lainnya. Maka solusi yang harus
dilakukan adalah melakukan perhitungan dana dan pengadaan
obat yang tepat dengan melihat waktu sebelumnya
(konsumsi), dan juga menghitung kebutuhan setiap obat yang
akan dilakukan pengadaan agar tidak terjadi pembelian
berlipat.
2. Evaluasi Mutu Pelayanan Farmasi Klinis
Keterangan:
Menurut observasi yang sudah dilakukan dan sesuai dengan SPO di
Apotek Enggal Saras terkait pelayanan resep obat BPJS, dan mengacu pada
Peraturan Menteri Kesehatan No. 35 Tahun 2014 diketahui bahwa waktu
pelayanan resep memiliki rentang waktu yaitu 15-30 menit.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengelolaan Apotek
Praktek Kerja Profesi Apoteker dilaksanakan pada tanggal 11
September – 11 November 2023 di Apotek Enggal Saras yang bertempat di
Jalan Diponegoro No. 78 Ungaran, Genuk, Kecamatan Ungaran Barat
Kabupaten Semarang. Pengelolaan apotek dilakukan oleh Apoteker Pengelola
Apotek Enggal Saras yaitu Nining Farrikh Azida, S.Farm., Apt. Pengelolaan
Apotek Enggal Saras dibagi dua yaitu pengelolaan teknis kefarmasian dan non
kefarmasian. Pengelolaan kefarmasian di Apotek Enggal Saras meliputi
seleksi, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pengendalian,
pemusnahan, pencatatan dan pelaporan. serta dilakukan peracikan, pengubahan
bentuk, dan penyerahan obat dengan pemberian informasi mengenai khasiat,
cara penggunaan obat, lama pemakaian obat dan efek samping samping obat.
Apotek Enggal Saras selain menyediakan sediaan farmasi juga menyediakan
minuman dan suplemen kesehatan. Sedangkan untuk pengelolaan non teknis
kefarmasian meliputi kegiatan administrasi, SDM, perpajakan dan evaluasi
apotek.
a. Pengelolaan obat
a. Seleksi
c. Pengadaan
Pengadaan adalah proses pemesanan obat atau sediaan farmasi
yang dilakukan oleh Apoteker Penanggung Jawab Apotek kepada PBF
resmi. Pengadaan obat di Apotek Enggal Saras sudah sesuai dengan
pedoman yang ada yaitu Peraturan Menteri Kesehatan No.73 Tahun
2016, berbagai macam perbekalan farmasi yang terdapat di Apotek Enggal
Saras dan ketika barang tersebut kosong maka APA akan melakukan
pembelian/pengadaan barang baru untuk memenuhi stok. Perbekalan
farmasi tersebut meliputi, obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, obat
prekursor, obat OOT, obat psikotropika dan alat kesehatan.
1. SP Reguler
SP Reguler merupakan surat pesanan yang digunakan untuk
pemesanan obat bebas, bebas terbatas, obat keras, alkes, dan perbekalan
farmasi lainnya. Surat pesanan ini terdiri dari dua rangkap, rangkap
pertama untuk PBF dan rangkap kedua untuk arsip apotek. Contoh :
Paracetamol, diatabs, oralit, dulcolactol, antasida, Panadol, promag,
sanmol
2. SP Prekursor
d. Penerimaan
3. Lalu, barang barang yang baru saja datang tadi di catat dalam buku
barang datang. Fungsi pencatatan dalam buku ini yaitu untuk
mengetahui apa saja barang yang sudah datang dan untuk
meminimalisir terjadinya double pemesanan.
e. Penyimpanan
f. Pengendalian
1. Pemusnahan
Pemusnahan menurut Permenkes No. 73 Tahun 2016
menyatakan bahwa obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan
sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan obat kadaluwarsa
atau rusak yang mengandung Narkotika atau Psikotropika dilakukan
oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota.
Pemusnahan obat di Apotek Enggal Saras sudah dilakukan dua kali
untuk yamg pertama dilakukan pemusnahan kolektif IAI bekerja sama
dengan Dinas Kesehatan Kabupaten, dan pemusnahan kedua dilakukan
saat BPOM sidak ke Apotek Enggal Saras.
2. Pencatatan
a. Buku Defekta
b. Administrasi
B. Perpajakan
Perpajakan di Apotek Enggal Saras dilakukan setiap bulan meliputi
sebagai berikut :
1) Pajak Penghasilan (PPh)
Pajak penghasilan (PPh) Final dibayarkan sebesar 0,5% dari onset
setiap bulannya. Pajak ini dibayarkan langsung setiap bulannya kepada
pemerintah pusat, melalui sistem online yang disebut dengan e-billing.
Apotek Enggal saras melakukan input data melalui online untuk
mendapatkan nomer e-billing yang nantinya akan digunkan sebagai nomer
transaksi pembayaran pajak. Dalam periode 1 tahun Apotek harus
membuat laporan tahunan yang disebut SPT yaitu surat yang digunakan
wajib pajak untuk melaporkan perhitungan pajak, penghasilan, harta,
objek pajak, atau kewajiban pajak lainnya yang disebut dalam pearturan
perundang-undangan perpajakan.
2) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Pajak ini dibayarkan setiap tahun kepada pemerintah daerah
3) Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Pajak ini dibayarkan melalui PBF yang dibebankan pada barang
pembelian apotek berdaarkan faktur resmi dari PBF tersebut.
C. Pelaporan
a) Pelaporan Eksternal
Pelaporan eksternal meliputi pelaporan SIPNAP, OGB dan pelaporan
data pelayanan kefarmasian.
1. Pelaporan SIPNAP
Pelaporan narkotika dan psikotropika dilakukan dengan cara online
melalui website SIPNAP yaitu www.sipnap.kemkes.go.id yang
dilakukan setiap sebulan sekali paling lambat tanggal 10 awal bulan.
SIPNAP merupakan aplikasi Sistem Pelaporan Narkotika dan
Psikotropika, pelaporan sesuai dengan Permenkes 3 Tahun 2015 pasal
45 ayat 9 dan dilakukan secara manual.
Laporan bulanan narkotika dan psikotropika manual berisi nama, satuan,
sado awal, pemasukan, sumber dan jumlah, penggunaan, dan saldo
akhir. Laporan narkotika dan psikotropika harus dibuat langsung,
kemudian dicek, setelah sesuai maka APA akan memberikan tanda
tangan. Adapun tahapan-tahapan dalam melakukan pelaporan SIPNAP
adalah:
1. Masuk terlebih dahulu ke alamat web SIPNAP yaitu
www.sipnap.kemkes.go.id.
2. Untuk apotek yang belum pernah melakukan SIPNAP online
harus melakukan pelaporan awal yaitu registrasi dengan
mengisi data APA, SIA, SIPA, dan STRA. Registrasi harus
datang sendiri ke DinKes dengan mempersiapkan password
dan kelengkapan data Apotek.
3. Selanjutnya apotek bisa melakukan log in dengan cara
memasukkan user id dan password yang telah didapatkan dari
dinas kesehatan. Password terdiri dari kombinasi angka dan
huruf minimal terdiri dari 6 digit.
4. Jika sudah log in maka akan muncul key code dan selanjutnya
klik untuk melanjutkan ke tahap berikutnya.
5. Untuk pelaporan narkotika dan psikotropika dilihat pada stok
awal dari sediaan yang ada di apotek. Jika terdapat kesalahan
pada pengisian stok awal maka harus diperbaiki langsung ke
Departemen Kesehatan (Depkes) di Jakarta.
6. Pada kolom web form dapat dipilih produk obat yang sesuai
dengan persediaan yang ada di apotek kemudian dicentang
pada masing-masing obatnya. Jika dipilih web form maka APA
dapat langsung memilih item obat narkotika sesuai dengan
persediaan yang ada di apotek, dipilih web form dengan tujuan
apabila terjadi kesalahan pengisian dapat dilihat pada data
review dan dapat diperbaiki lagi sebelum dikirim ke BPOM
pusat di Jakarta.
7. Jika produk sudah dipilih maka akan langsung muncul pada
review sesuai dengan obat yang sudah dipilih.
8. Jika ada status transaksi maka ditulis ada transaksi, tetapi jika
tidak ada maka diisi tidak ada transaksi. Jumlah obat keluar dan
sisa harus diisi sesuai dengan data pada pencatatan buku
narkotika.
9. Setelah selesai memilih obat kemudian disimpan. Tahap ini
dilakukan pengecekan kembali pada data review untuk
memastikan sediaan dan jumlah sudah benar.
10. Apabila data sudah yakin benar maka dapat langsung klik
kirim. Laporan otomatis akan terkirim pada email apotek
Enggal Saras maupun email APA.
Pendokumentasian laporan SIPNAP dapat dilihat pada Lampiran
2. Pelaporan OGB
Didaerah Kabupaten Semarang sudah tidak dilakukan lagi.
3. Pelaporan Data Pelayanan Kefarmasian
Apotek Enggal Saras melakukan pelaporan data pelayanan
kefarmasian tiap 3 bulan dan dilaporkan Dinas Kesehatan Kabupaten.
Dalam pelaporan tersebut berisi status apotek, pendokumentasian
pelyanan kefarmasian dan ketenagakerjaan.
b) Pelaporan Internal
Pelaporan internal merupakan pelaporan yang dibuat untuk
diserahkan kepada CV meliputi laporan laba-rugi dan laporan pendapatan
harian, laporan keuangan bulanan.
IPC ( interprofessional Collabration ) yaitu interaksi antara dua pihak atau lebh
professional Kesehatan yang bekerja sama dalam time memberikan perawatan yang
komprehensif kepada pasien berbagai informasi dalam pengambilan keputusan Bersama
dan waktu yang tepat untuk mengambil keputusan untuk melakukan Kerjasama dalam
perawatan Kesehatan pasien . kegiatan ini dilakukan untuk mencapai Kesehatan
pasien , keluarga, pengasuh dan Masyarakat yang optimal. Mahasiswa apoteker
universitas sulatan agung semarang berkesempatan menjalankan tugas IPC dengan
dokter dinar yang tempat di apotek karunia sehat. Mahasiswa pkpa mendapatkan
kesempatan untuk menangkat kasus pasien penderita hipertensi dan kolestrol. Berikut
ini merupakan resep yang telah dilaksanakan ipc
Dalam resep dan data lab diatas diketahui bahwa pasien mengalami penyakit hipertensi
dengan kolestrol. Permasalahan pada kasus ini adalah pasien mendapatkan resep dengan
interaksi obat, Dalam pelaksanaan IPC mahasiswa memberi saran bahwa perlu adanya
penjedaan pada obat yaitu
R/ Tensivas
R/ Lipitor
R/ Prazole
Monitoring tensivas dan Atorvastatin meskipun pemakaian sudah dijeda, jika tetap
terjadi interaksi dilakukan cek SGPT dan SGOT jika terjadi kerusakan hati saya
Lampiran 7. IPC