Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS FARMASI
“ANALISIS CAFEIN DALAM TABLET DENGAN IODOMETRI”

Nama : Lidiawati
NIM : 170500073
Golongan :2
Kelompok :A
Tanggal Pretes : 15 Oktober 2020
Dosen Pretest : apt. Emelda, M.Farm

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ALMA ATA

YOGYAKARTA

2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan sementara Praktikum Analisis Farmasi yang berjudul

“ANALISIS CAFEIN DALAM TABLET DENGAN IODOMETRI”

Telah memenuhi syarat untuk mengikuti pretes sebelum melakukan praktikum.

Disahkan Oleh:

apt. Emelda, M.Farm


BAB I

PENDAHULUAN

A. Tujuan
Tujuan praktikum Analisis Cafein Dalam Tablet Dengan Iodometri agar mahasiswa dapat
menganalisa tablet yang mengandung kafein secara kualitatif kadar kafein dalam bentuk
sediaan tablet dengan iodometri.

B. Dasar Teori
Kafein merupakan senyawa alkaloid turunan xantin dengan nama kimianya 1,3,7-
trimetilxantin memiliki rumus molekul C6H10N4O2 berat molekul 194,19 g / mol, titik leleh
237 ºC, densitas 1,05 g / cm dan pKa 10.4 pada 40ºC (Abdalla, 2015).

Gambar 1. Struktur Kimia Kafein (C6H10N4O2)

Kafein adalah zat alami yang ditemukan pada daun, biji atau buah dari 63 spesies
tumbuhan di seluruh dunia. Sumber kafein yang paling umum adalah kopi, biji kakao,
kacang cola, dan daun teh. Jumlah kafein bervariasi menurut spesies dan asal tumbuhan
(Andrews et all, 2007)

Kafein merupakan bahan yang banyak digunakan sebagai bahan tambahan yang
ditambahkan pada bahan minuman non alkohol seperti cola dan minuman ringan.
Kandungan kafein dalam minuman ringan bervariasi menurut merek, mulai dari 10 hingga
50 mg kafein per porsi. Sekitar 120.000 ton kafein dikonsumsi di seluruh dunia setiap tahun
(Oliveira et all, 2015).

Di bidang farmasi, kafein memiliki kegunaan terapeutik yang luas, termasuk


digunakan sebagai obat analgesik untuk mengurangi rasa sakit dan menurunkan demam.
Kafein adalah salah satu obat yang paling umum dikonsumsi dengan lebih dari 80 persen
populasi dunia mengonsumsi kafein setiap hari. Kafein dalam obat yang dikombinasikan
dengan asam asetilsalisilat digunakan sebagai tambahan analgesik untuk pereda nyeri,
umumnya ditambahkan kisaran 15-65 mg per tablet. Konsumsi kafein dalam kombinasi
dengan analgesik meningkatkan keefektifannya sebanyak 40% tergantung pada jenis
nyeri tertentu yang terlibat (Feibich, 2000).

Kafein memiliki banyak efek fisiologis penting, bertindak sebagai stimulan sistem saraf
pusat, meningkatkan detak jantung dan meningkatkan aktivitas otak. Kafein bekerja sebagai
stimulan psikoaktif dan diuretik ringan, secara medis mengurangi kelelahan fisik dan
mengembalikan kewaspadaan saat kantuk terjadi. Jumlah kafein yang berlebihan dalam
tubuh dapat menyebabkan perasaan gugup, cemas, gemetar, insomnia, mual, kejang dan
efek mutasi seperti penghambatan DNA. Dosis fatal kafein telah dinilai lebih dari 10 g
(sekitar 170 mg / kg berat badan). Ini juga dianggap sebagai spesies risiko penyakit
kardiovaskular, kerusakan ginjal, asma, dan juga dapat menyebabkan hiperaktif (Evans and
Griffiths, 1992).

Berbagai metode telah dikembangkan untuk menentukan secara kuantitatif kafein dalam
bentuk sediaan farmasi. Metode yang paling banyak digunakan adalah HPLC, tetapi
instrumen canggih ini memiliki akses terbatas, biaya tinggi, dan pengoperasian yang lebih
rumit. Metode lain yang digunakan seperti GC, ekstraksi fase padat (SPE), elektrokimia,
voltametri, spektrofotometri dan titrasi. Spektrofotometri merupakan salah satu metode yang
mempunyai jangkauan yang luas digunakan oleh banyak peneliti dan mahasiswa karena
biayanya yang relatif murah dan mudah dalam pengoperasiannya. Meskipun metode
titrimetri adalah teknik yang sederhana, namun memiliki kelebihan karena lebih efisien,
lebih murah, dan tetap akurat untuk digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kadar kafein dalam bentuk sediaan tablet menggunakan metode spektrofotometri dan
metode iodometri dengan teknik titrasi balik (Diverdi, 2013).
BAB II

PROSEDUR KERJA

C. Alat dan Bahan Serta


Kegunaanya Alat
a. Spektrofotometer UV
b. Timbangan analitik
c. Hot plate
d. Magnetic stirrer
e. Satu set peralatan gelas untuk titrasi
f. Mortir dan stemper
g. Kertas saring

Bahan
a. Sampel tablet obat
b. Yodium
c. Natrium tiosulfat
d. Kalium iodat
e. Kalium iodida
f. Asam sulfat
g. Asam klorida
h. Pati
i. Etanol

D. Cara Kerja
1. Persiapan Solusi
a. Indikator pati disiapkan, kemudian larutkan 1,0 gram pati kedalam 10 ml air
suling ganda, aduk larutan sampai homogen, setelah homogen kemudian
pindahkan kedalam air yang sudah mendidih 100 ml.
b. Aduk dan rebus solusi selama 1 menit lalu biarkan hingga dingin pada suhu kamar
dan saring.
c. Asam klorida diukur sampai 33,3 ml HCI 37% dan tuangkan kedalam 100 ml air
suling ganda.
d. Sulfur asam (10%) dibuat dengan mengukur 10,2 ml H2SO4 98% dan tuangkan
kedalam 100 ml air suling ganda.
e. Kalium iodida (10%) ditimbang sebanyak 10 gram KI dan diencerkan dalam 100
ml air suling ganda.
f. Kalium iodat (0,1000 N) dirimbang sebanyak 1,7833 gram KIO3 kemudian
encerkan dalam 500 ml air suling ganda.
g. Sodium tiosulfat (0,1 N) timbang sebanyak 24,8 gram encerkan dalam 1000 ml air
suling ganda, kemudian rebus dan dinginkan.
h. Yodium (0,1 N), 20 gram KI pindahkan kedalam gelas kimia 100 ml dan 40 ml air
suling ganda kemudian panaskan sebentar.
i. Kemudian dinginkan campuran yang dipanaskan dalam suhu kamar.
j. Yodium padat ditimbang sebanyak 12,7 gram dilarutkan menggunakan air suling
ganda sebanyak 1000 ml, aduk sampai homogen.

2. Persiapan Larutan Standar Kafein

a. Stok standar kafein (1000 μg/ml) larutkan 100 mg kafein dalam 100 ml air suling
ganda.
b. Larutan standar kafein (100 μg/ml) tambahkan dengan 10 ml alikuot masukkan
kedalam labu ukur 100 ml, kemudian encerkan dengan air suing ganda.
3. Persiapan Kurva Kalibrasi
a. Larutan standar kafein disiapkan dengan konsentrasi 1,6-8,0 μg/ml.
b. Larutan kafein diambil secara berurutan dengan mengambil 0,4 ml; 0,5 ml; 0,8
ml; 1,0 ml; 1,5 ml; dan 2,0 ml, kemudain pindahkn kedalam labu ukur 25 ml dan
encerkan menggunakan air suling ganda.
c. Absorbansi tiap larutan standar diukur pada panjang gelombang maksimum 272
nm terhadap air suling ganda sebagai blanko menggunakan kuvet kuarsa 10 mm.
d. Kurva kalibrasi diplot dengan mengambil konsentrasi pada sumbu x dan
absorbansi pada sumbu y.

4. Preparasi Sampel
a. Timbang 20 tablet sediaan farmasi kemudian gerus menggunakan mortir hingga
menjadi serbuk halus.
b. Serbuk yang diperoleh dianalisis sesuai dengan metode yang digunakan.

5. Penentuan Kafein dengan Spektrofotometer UV


a. Serbuk tablet ditimbang setara dengan 50 gram kafein, kemudian masukkan
kedalam gelas kimia 100 ml dan larutkan dengan air suing ganda sebanyak 50 ml.
b. Larutan diaduk menggunakan magnetic stirrer selama 15 menit.
c. Larutan kemudian disaring menggunakan kertas saring whatman no.42, alkukan
sebanyak 2x penyaringan.
d. Filtrat yang diperoleh diambil sebanyak 2 ml dan diencerkan sampai 100 ml untuk
mendapatkan larutan sampel.
e. Absorbansi diukur menggunakan spektrofotometer UV pada panjang gelombang
maksimum 272 nm.

6. Penentuan Kafein Dengan Titrasi Iodometri


1. Standarisasi Larutan Tiosulfat
a) Ambil larutan KIO3 sebanyak 10 ml pindahkan kedalam erlenmeyer 100 ml,
kemudian tambahkan 10 ml larutan KI 10% dan larutan HCI 4,0 N 2,5 ml.
b) Lakukan titrasi dengan larutan standar Na2S2O3 0,1 N sampai berubah warna
menjadi warna kuning (kuning pucat).
c) Tambahkan beberapa tetes indikator pati dan lanjutkan titrasi sampai berubah
warna menjadi warna biru.
d) Lakukan analisis sebanyak 3x.
2. Penentuan Kadar Kafein
a)Bubuk tablet ditimbang sebanyak 50 gram masukkan kedalam erlenmeyer 100
ml.
b) Tambahkan etanol 10 ml dan kocok selama 10 menit, kemudian tambahkan 5
ml larutan H2SO4 10% dan 20 ml larutan iodium standar.
c)Larutan dikocok selama 10 menit hingga terbentuk endapan berwarna merah
kecoklatan, kemudian saring dengan kertas saring whatman no.42.
d)Filtrat yang diperoleh segera lakukan titrasi dengan larutan standar natrium
tiosulfat sampai berubah warna menjadi warna kuning (kuning pucat).
e)Tambahkan beberapa tetes indikator pati dan lanjutkan titrasi sampai berubah
warna menjadi warna biru.
f) Lakukan titrasi sebanyak 3x.
Perhitungan Sementara
1. Pembuatan Seri Larutan
Dibuat seri larutan konsentrasi 1,6-8 mcg/ml dari larutan standar 100 mcg/ml
1,6 mcg/ml
M1 x V1 = M2 x V2
100mcg/ml x V1 = 1,6 mcg/ml x 25 ml
100mcg x V1 = 40 mcg/ml
V1 = 40 / 1000
V1= 0,4 ml
2 mcg/ml
M1 x V1 = M2 x V2
100mcg/ml x V1 = 2 mcg/ml x 25 ml
100mcg x V1 = 50 mcg/ml
V1=50/100
V1= 0,5 ml
3,2 mcg/ml
M1 x V1 = M2 x V2
100mcg/ml x V1 = 3,2 mcg/ml x 25 ml
1000mcg x V1 = 80 mcg/ ml
V1=80/100
V1= 0,8 ml
4 mcg/ml
M1 x V1 = M2 x V2
100mcg/ml x V1 = 4 mcg/ml x 25 ml
100mcg x V1 = 100 mcg/ml
V1 = 100 /
100 V1= 1 ml

6 mcg/ml
M1 x V1 = M2 x V2
100mcg/ml x V1 = 6 mcg/ml x 25 ml
100mcg x V1 = 150 mcg/ml
V1 = 150 / 100
V1= 1,5 ml
8 mcg/ml
M1 x V1 = M2 x V2
100mcg/ml x V1 = 8 mcg/ml x 25 ml
100mcg x V1 = 200 ml
V1 = 200 / 100
V1= 2 ml

2. Perhitungan sampel
Sampel : paramex (pct 250 mg, propyphenazone 150 mg, kafein 50mg, dexa 1mg)

NO Berat tablet

1 650

2 655

3 653

4 648

5 647

6 654

7 649

8 651

9 658

10 646

11 650
12 651

13 653

14 652

15 653

16 655

17 648

18 649

19 650

20 647

Rata rata 650,95= 651

Paramex (kafein 50mg)

Diambil serbuk sampel yang setara dengan 50 g kafein :

= 50mg/651mg x 50.000mg

= 3.840 mg = 3,8 g

3. Pembuatan larutan Na2S2O3 0,1 N 250


ml N =
0,1 =
0,1 =
Mg.2 = 62.052,5 x 0,1
Mg = 6.205,25/ 2

= 3,1026 gram
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI
PERCOBAAN V
ANALISIS CAFEIN DALAM TABLET

Sampel yang digunakan :


Paramex nyeri otot :
R/ Paracetamol 500 mg
Cafein 65 mg
Data Hasil Percobaan :
Berat masing-masing tablet
No Berat Tablet

1 601 mg
2 580 mg
3 595 mg
4 598 mg
5 580 mg Gerus Homogen
6 600 mg
7 575 mg
8 590 mg
9 580 mg
10 570 mg
Rata-Rata 586,9 mg

Rata – rata Bobot Tablet =


Serbuk yang ambil (setara dengan 12,5 mg cafein ) = 0.008 mg

= mg

Data Hasil Pembacaan Absorbansi :


Kurva Baku
Konsentrasi Absorbansi
(ppm)
5 0,342
7 0,447
9 0,495
11 0,593
13 0,678
Sampel
Sampel Absorbansi
(replikasi)
1 0,432
2 0,476
3 0,485
Regresi linear dari kurva baku tersebut disertai dengan grafik nya?
A : 0,142
B : 0,040
R : 0,990
Diperoleh persamaan regresi : y = bx + a
Y = 0,040x + 0,142

Berapakah kadar cafein dari sampel tersebut??


Replikasi sempel :
1. Replikasi 1
Y = bx + a
0,432 = 0,040x + 0,142
0,040x = 0,432 – 0,142
0,040x = 0,29
x = 0,29 / 0,040
= 7,25 ppm
2. Replikasi 2
Y = bx + a
0,476 = 0,040x + 0.142
0,040x = 0,476 – 0,142
0,040x = 0,325
x = 0,325 / 0,040
= 8,125 ppm
3. Replikasi 3
y= bx + a
0,458 = 0,040x + 0,142
0,040x = 0,458 – 0,142
0,040x = 0,343
x= 0,343 / 0,040
x= 8,575 ppm

rata-rata = = 23,95 / 3
= 7,98  8 ppm
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk menganalisis Cafein Dalam Tablet Dengan
Iodometri agar mahasiswa dapat menganalisa tablet yang mengandung kafein secara kualitatif
kadar kafein dalam bentuk sediaan tablet dengan iodometri.

Kafein merupakan senyawa alkaloid turunan xantin dengan nama kimianya 1,3,7
trimetilxantin memiliki rumus molekul C6H10N4O2 berat molekul 194,19 g / mol, titik leleh
237 ºC, densitas 1,05 g / cm dan pKa 10.4 pada 40ºC (Abdalla, 2015).

Kafein adalah zat alami yang ditemukan pada daun, biji atau buah dari 63 spesies
tumbuhan di seluruh dunia. Sumber kafein yang paling umum adalah kopi, biji kakao, kacang
cola, dan daun teh. Jumlah kafein bervariasi menurut spesies dan asal tumbuhan.
Dari hasil data praktikum kali ini yaitu diperoleh hasil rata rata bobot tablet 586,9 kemudian
serbuk diambil dan starakan dengan 12,5 mg lalu kemudian dilakukan rata rata yang dihasilkan
0.008 mg.
Dari data yang didapatkan pada kurva baku dihasil diperoleh persamaan regresi : y = bx + a
kemudian dilakukan replikasi dari kadar cafein pada replikasi pertama di hasilkan 7,25 ppm,
replikasi kedua8,125 ppm dan replikasi yang ketiga 8,575 ppm

KESIMPULAN :
Jadi serbuk cafein yang di ambil setara dengan 12,5 mg yaitu 0,008 cefein. Data absorbansi
didapat persamaan y=0,040x + 0,142 dan kadar yang didapat 7,25 ppm, 8,125ppm, 8,575 ppm.
Rata-rata yang didapat adalah : 7.98ppm
LAPORAN PRAKTIKUM
ANALISIS FARMASI
“ANALISIS RHODAMIN B PADA LIPSTIK DENGAN KLT
(Kromatografi Lapis Tipis)”

Nama : Lidiawati
NIM : 170500073
Golongan :2
Kelompok :A
Tanggal Pretes : 15 Oktober 2020
Dosen Pretest : apt. Emelda, M.Farm

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ALMA ATA

YOGYAKARTA

2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan sementara Praktikum Analisis Farmasi yang berjudul

“ANALISIS RHODAMIN B PADA LIPSTIK DENGAN KLT

(Kromatografi Lapis Tipis)”

Telah memenuhi syarat untuk mengikuti pretes sebelum melakukan praktikum.

Disahkan Oleh:

apt. Emelda, M.Farm


BAB I

PENDAHULUAN

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa dapat mengidentifikasi dan menentukan kadar rodamin dalam
sediaan lipstik menggunakan spektrofotometri
2. mahasiswa dapat mengetahui apakah terdapat kandungan rodamin dalam lipstik

B. DASAR TEORI
Kosmetika adalah sediaan atau paduan bahan yang siap digunakan pada bagian
luar badan (epidemis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin luar), gigi dan rongga mulut
untuk membersihkan, menambah daya tarik,mengubah penampakan, melindungi kulit
supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan
untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Anonim,1998).
Lipstik adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk mewarnai bibir
dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata rias wajah,
tetapi tidak boleh menyebabkan iritasi pada bibir (Mukaromah, 2008).
Menurut Tranggono dan Latifah (2007) bahan-bahan utama dalam lipstik yaitu
lilin, minyak, lemak, acetoglycerides, zat-zat pewarna, surfaktan, antioksidan, bahan
pengawet, bahan pewangi. Pewarna pada lipstik berdasarkan sumbernya ada 2 yaitu,
pewarna alami merupakan zat warna yang diperoleh dari akar, daun, bunga dan buah.
Seperti zat warna hijau dari daun suji dan zat warna orange dari wortel. Sedangkan
pewarna sintetis berasal dari reaksi antara dua atau lebih senyawa kimia contohnya
seperti rhodamin B. Pemerintah Indonesia melalui peraturan Menteri Kesehatan
(PerMenKes) No.239/MenKes/Per/V/1985 menetapkan 30 lebih zat pewarna berbahaya,
salah satunya rhodamin B, Rhodamin B merupakan pewarna yang dipakai untuk industri
cat, tekstil dan kertas. Rodamin B merupakan zat warna sintetis berbentuk serbuk kristal,
tidak
berbau, berwarna merah keunguan, dalam bentuk larutan berwarna merah terang
berpendar (berfluoresensi). Zat warna ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran
pernapasan dan merupakan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker)
serta Rhodamin dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada hati.
Menurut Cahyadi (2008) bahan pewarna sintetis yang dilarang di Indonesia yang
didasarkan pada Permenkes RI No.722 /Menkes/ Per/ IX/ 1988 tentang bahan pewarna,
tidak diizinkan menggunakan zat warna rhodamin B karena pewarna ini hanya digunakan
untuk pewarna industri tekstil seperti kain, kertas dan cat. Rhodamin B mengandung
senyawa klorin (Cl). Senyawa klorin merupakan senyawa anorganik yang reaktif dan
berbahaya. Senyawa ini akan berusaha mencapai kestabilan dalam tubuh dengan cara
mengikat senyawa lain dalam tubuh, hal Inilah yang bersifat racun bagi tubuh (Depkes,
1999).
Kromatografi adalah teknik pemisahan diantara dua fase, yaitu fase diam (padat
atau cair) dan fase gerak (cair atau gas). Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu
analisis kualitatif dari suatu sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-
komponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran Kromatografi Lapis Tipis.
Spektrofotometri UV/Vis Penyerapan sinar tampak atau ultraviolet oleh suatu molekul
yang dapat menyebabkan eksitasi electron dalam orbital molekul tersebut dari tingkat
energy dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi (Khopkar, S. M., 1990)
BAB II
PROSEDUR KERJA

A. Alat dan Bahan Serta

Kegunaannya Alat

1. Erlenmeyer
2. Tabung reaksi
3. Timbangan Analitik
4. Corong
5. Labu takar
6. Gelas kimia
7. Gelas ukur
8. Pipet tetes dan pipet kapiler
9. Sendok tanduk
10. Batang pengaduk
11. Kertas saring
12. Lempeng KLT
13. Oven
14. Chamber
15. Spektrofotometer UV-Vis
16. Hot plate
17. Benang wol

Bahan
1. Lipstik berwarna merah
2. Aquadest
3. Arutan HCI
4. Larutan amonia
5. N-butanol
6. Etil asetat
7. Asam asetat
8. Etanol 70%

B. Cara Kerja
a. Tahap Ektraksi dan Pemurnian
1. Timbang sampel (lipstik) sebanyak 1 gram masukkan ke dalam erlenmeyer dan
tambahkan 10 ml larutan amonia 2% (amonia yang sudah dilarutkan
menggunakan etanol 70%)
2. Saring larutan sampel yang dilarutkan dalam amonia 2% menggunakan kertas
saring whatman no.1
3. Pindahkan larutan yang sudah disaring kedalam gelas kimia kemudian
panaskan diatas hot plate. Hasil dari pemanasan sampel yang berupa endapan
dilarutkan dengan aquadest 10 ml yang mengandung asam (aquadest asam
berupa penambahan asam asetat 10%).
4. Potong benang wol sepanjang 15 cm dan masukkan kedalam larutan asam dan
didihkan selama 10 menit, larutan asam akan mewarnai benang wol, setelah 10
menit angkat benang wol kemudian cuci dengan aquadest. Kemudian lakukan
hal yag sama dengan larutan yang berbeda yaitu yang bersifat basa sebanyak
10 ml amonia (larutannya berupa amonia 10% yang dilarutkan dalam etanol
70%) kemudian didihkan.
5. Benang wol akan melepaskan warna (yang didapat dari larutan asam yang
dididihkan selama 10 menit) warna akan larut dalam larutan basa. Larutan basa
yang didapat akan digunakan sebagai larutan cuplikan sampel pada analisis
KLT (Kromatografi Lapis Tipis).

b. Pembuatan Larutan Baku Utuk Pembuatan Linieritas Kurva Kalibrasi


1. Larutan rhodamin B dibuat dengan konsentrasi 200 ppm.
2. Dari larutan baku dibuat larutan dengan konsentrasi 0,5; 1; 1,5; 2; 5; 6; 7,5
ppn.
3. Pelarut yang digunakan adalah larutan HCI 0,1 N
c. Identifikasi Sampel
1. Lempeng KLT berukuran 20x20 cm diaktifkan dengan cara dipanaskan
dalam oven pada suhu 100°C selama 30 menit.
2. Sampel ditotolkan pada lempeng KLT dengan menggunakan pipet
kapiler pada jarak 2 cm dari bagian bawah plat, jaran antara noda adalah
1,5 cm.
3. Kemudian dibiarkan beberapa saat sampai mengering.
4. Lempeng KLT yang telah mengandung cuplikan dimasukkan kedalam
chamber yang telah dijenuhkan dengan fase gerak berupa n-butanol:etil
asetat:amonia (10:4:5).
5. Dibiarkan sampai lempeng KLT terelusi sempurna, kemudian lempeng
KLT diangkat dan dikeringkan.
6. Amati warna secara visual dan dibawah sinar UV, jika visual noda
berwarna merah jambu dan jika dibawah sinar UV 254 nm dan 366 nm
berfluoresensi kuning atau ornage, hal ini menunjukkan bahwa adanya
kandungan rhodamin B.

d. Penetapan Kadar Zat Warna Rhodamin B


1. Penetapan kadar rhodamin B dilakukan dengan spektrofotometri cahaya
tampak pada panjang gelombang 400-800 nm.
2. Sedangkan untuk menghitung kadar rhodamin B dalam sampel dihitung
dengan menggunakan kurva kalibrasi dengan persamaan regresi: y= ax+b
e. Perhitungan Sementara
1. Pembuatan larutan induk 200 ppm
1 ppm = 1 mg/L
200 ppm = 200mg/L
Maka untuk membuat larutan induk 200 ppm dalam 500ml dibutuhkan :
200 mg/L = 100 mg/500 ml
2. Pembuatan larutan baku dengan konsentrasi 0,5 , 1 , 1,5 , 2, 5, 6, 7,5 ppm
0,5 ppm
M1 x V1 = M2 x V2
200 x V1 = 0,5 x 100ml
V1 = 50/200
V1 = 0,25 ml

1 ppm
M1 x V1 = M2 x V2
200 x V1 = 1 x 100ml
V1 = 100/200
V1 = 0,5 ml
1,5 ppm
M1 x V1 = M2 x V2
200 x V1 = 1,5 x 100ml
V1 = 150/200
V1 = 0,75 ml
2 ppm
M1 x V1 = M2 x V2
200 x V1 = 2 x 100ml
V1 = 200/200
V1 = 1 ml
5 ppm
M1 x V1 = M2 x V2
200 x V1 = 5 x 100ml
V1 = 500/200
V1 = 2,5 ml
6 ppm
M1 x V1 = M2 x V2
200 x V1 = 6 x 100ml
V1 = 600/200
V1 = 3 ml
7,5 ppm
M1 x V1 = M2 x V2
200 x V1 = 7,5 x 100ml
V1 = 750/200
V1 = 3,75 ml
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI
PERCOBAAN VI
ANALISIS RHODAMIN-B DALAM LIPSTIK DENGAN KLT

A. Analisis Rhodamin- B secara kualitatif dengan Metode KLT

15
cm

3 cm
1 2 3 4

Keterangan :
1 : Standar Rhodamin-B (Hasil elusi : 7 cm)
2 : Sampel 1 (hasil elusi : 7 cm)
3 : Sampel 2 (hasil elusi (10 cm)
4 : Sampel 3 (hasil elusi 5 cm)

1. Fase Diam yang digunakan (Dari Laporan sementara): lempeng KLT


2. Fase Gerak yang digunakan (Dari Laporan Sementara): n-butanol: etil asetat : dan
amonia (10:4:5)
3. Berapakah Rf Standar

Rf =

Rf =

4. Berapakah Rf Sampel 1
5. Rf =
6. Berapakah Rf sampel 2
Rf =
7. Berapakah Rf sampel 3
Rf =
8. Sampel yang positif mengandung Rhodamin B sampel No : 1 (satu)
Pembahasan
Pada praktikum kali ini dapat mengidentifikasi dan menentukan kadar rodamin
dalam sediaan lipstik menggunakan spektrofotometri dapat mengetahui apakah terdapat
kandungan rodamin dalam lipstick
Kosmetika adalah sediaan atau paduan bahan yang siap digunakan pada bagian luar
badan (epidemis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin luar), gigi dan rongga mulut untuk
membersihkan, menambah daya tarik,mengubah penampakan, melindungi kulit supaya tetap
dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau
menyembuhkan suatu penyakit
Lipstik adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk mewarnai bibir dengan sentuhan
artistik sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata rias wajah, tetapi tidak boleh
menyebabkan iritasi pada bibir.
Pada praktikum kali ini Analisis Rhodamin- B secara kualitatif dengan Metode KLT
dengan cara notolkan pada plat klt yang sudah di jenuhkan yaitu yang terdiri dari fase gerak dan

fase diam didapatkan nilai yaitu Rf =


RF Standar 0,66 dan Rf pada sampel 1 yaitu 0,66 sampel kedua 2 0,88 dan sampel ketika 0.41

Anda mungkin juga menyukai