Anda di halaman 1dari 24

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode

eksperimental. Metode eksperimental yaitu metode penelitian yang bertujuan

untuk menjelaskan hubungan sebab akibat (kausalitas) antara satu variabel dengan

variabel lainnya dalam kondisi penelitian yang terkontrol. Untuk menjelaskan

hubungan ini, penelitian harus melakukan kontrol dan pengukuran dengan sangat

cermat terhadap variabel-variabel penelitiannya.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakognosi, Laboratorium

Farmakologi, dan Laboratorium Farmasetika Jurusan Farmasi Poltekkes

Kemenkes Palembang pada bulan Maret-Juni 2019 .

C. Objek Penelitian

Bahan yang diujikan pada penelitian ini adalah daun kelengkeng

(Dimocarpus longan L.) yang diambil dari kebun warga di Kramasan Kertapati

Palembang.
D. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Kandang hewan percobaan

b. Spuit oral

c. Neraca analitik

d. Seperangkat alat maserasi

e. Seperangkat alat destilasi vakum

f. Beker glass

g. Timbangan gram kasar dan timbangan analitik

h. Corong glass

i. Kertas saring

j. Mortir dan stemper

k. Tempat makan tikus

l. Tempat minum tikus

m. Jam

2. Bahan

a. Daun kelengkeng

b. Etanol tekhnis

c. Oleum Ricini

d. Loperamid Hcl

e. Na-CMC 1%

f. Tikus putih jantan

g. Aquadest
. Perhitungan Dosis

1. Pembuatan Na CMC 1%

Pembuatan Na CMC 1% dilakukan dengan menimbang 1 gram Na CMC.

Kemudian dilarutkan dengan 20 ml air panas, ditutup dan dibiarkan selama 30

menit hingga diperoleh massa yang transparan, digerus lalu diencerkan dengan

aquadest hingga 100 ml (Anief, 1995).

2. Perhitungan Dosis dan Pembuatan Suspensi Loperamid Hcl

a. Perhitungan dosis Loperamid Hcl

Dosis pada manusia adalah = 2 mg

Konversi dosis ke tikus = 2 mg x 0,018

= 0,036 mg/ 200 g BB tikus

Loperamid yang diambil dikonversi ke dalam loperamid tablet, dengan cara:

Timbang massa tablet Loperamid (1 tablet Lodia® 2 mg = 165 mg)

Perhitungan = 0,036/2 mg x 165 mg = 2,97 mg

b. Pembuatan Suspensi Loperamid Hcl

Massa Loperamid tablet yang diambil: (2,97 mg/ 2 ml) x 5 tikus = 14,85 mg/

10 ml.

Timbang serbuk tablet Loperamid sebanyak 14, 85

E. Perhitungan Dosis

2. Pembuatan Na CMC 1%

Pembuatan Na CMC 1% dilakukan dengan menimbang 1 gram Na CMC.

Kemudian dilarutkan dengan 20 ml air panas, ditutup dan dibiarkan selama 30

menit hingga diperoleh massa yang transparan, digerus lalu diencerkan dengan

aquadest hingga 100 ml (Anief, 1995).


3. Perhitungan Dosis dan Pembuatan Suspensi Loperamid Hcl

b. Perhitungan dosis Loperamid Hcl

Dosis pada manusia adalah = 2 mg

Konversi dosis ke tikus = 2 mg x 0,018

= 0,036 mg/ 200 g BB tikus

Loperamid yang diambil dikonversi ke dalam loperamid tablet, dengan cara:


®
Timbang massa tablet Loperamid (1 tablet Lodia 2 mg = 165 mg)

Perhitungan = 0,036/2 mg x 165 mg = 2,97 mg

c. Pembuatan Suspensi Loperamid Hcl

Massa Loperamid tablet yang diambil: (2,97 mg/ 2 ml) x 5 tikus = 14,85 mg/

10 ml.

Timbang serbuk tablet Loperamid sebanyak 14, 85

Tambahkan larutan Na CMC 1% sedikit demi sedikit hingga 10 ml. gerus

hingga homogen.

3. Perhitungan Dosis dan Pembuatan Suspensi Ekstrak Daun Kelengkeng

a. Perhitungan dosis ekstrak daun kelengkeng

Penentuan dosis ekstrak daun kelengkeng (Dimocarpus longan L) ditentukan

dengan mengacu pada penelitian sebelumnya Anggraeny dkk (2016) yaitu sebesar

400 mg/ kgBB.

Jadi perhitungan dosis untuk tikus dengan berat 200 gram.

Dosis Ekstrak I = 400 mg/1000 g x 200 g = 80 mg

Dosis Ekstrak II = 2 x 80 = 160 mg

Dosis Ekstrak III = 4 x 160 = 320 mg

b. Pembuatan Ekstrak Dosis

1) Pembuatan Suspensi Ekstrak 1 (80 mg/200 g BB)


Untuk kelompok IV (80 mg/2ml x 5 ekor tikus = 400 mg/ 10

ml) Ekstrak dosis I dibuat sebanyak 10 ml

Timbang massa ekstrak daun kelengkeng 400 mg

Tambahkan larutan Na CMC 1% sedikit demi sedikit hingga 10 ml gerus

sampai homogen.

2) Pembuatan Suspensi ekstrak II (160 mg/200 g BB)

Untuk kelompok V (160 mg/ 2ml x 5 ekor tikus = 800 mg/ 10

ml) Ekstrak dosis II dibuat sebanyak 10 ml

Timbang massa ekstrak daun kelengkeng 800 mg

Tambahkan larutan Na CMC 1% sedikit demi sedikit hingga 10 ml gerus

sampai homogen.

3) Pembuatan Suspensi ekstrak III (320 mg/200 g BB)

Untuk kelompok VI (320 mg/2ml x 5 ekor tikus = 1600 mg/ 10

ml) Ekstrak dosis III dibuat sebanyak 10 ml

Timbang massa ekstrak daun kelengkeng 1600 mg

Tambahkan larutan Na CMC 1% sedikit demi sedikit hingga 10 ml gerus

sampai homogen.Tambahkan larutan Na CMC 1% sedikit demi sedikit

hingga 10 ml gerus sampai homogen.

Prosedur Kerja

1. Persiapan Alat

Sebelum pengerjaan seluruh alat yang digunakan dicuci bersih lalu disterilkan

dengan cara :

a. Beaker glass dan Erlenmeyer dibungkus dengan kertas perkamen, kemudian


o
disterilkan dalam oven pada suhu 150 C selama 1 jam.

b. Corong glass, gelas ukur dan kertas saring dibungkus dengan kertas

0
perkamen, kemudian disterilkan dalam autoclave padaa suhu 121 C selama

15 menit.
c. Mortir dan stemper dibasahi dengan alkohol, kemudian diberi api didalamnya

hingga api tersebut mati dengan sendirinya.

d. Meja praktikum dibersihkan dengan tissue beralkohol sebelum dan sesudah

dipakai.

2. Persiapan Sampel

Daun kelengkeng sebanyak 1,7 kg dicuci bersih, kemudian dirajang dan

dikeringkan ditempat yang terhindar dari cahaya matahari. Timbang 500 g serbuk

simplisia kemudian dimasukkan kedalam botol coklat (maserasi) dengan tutup

yang dapat melindungi simplisia tersebut.

3. Ekstraksi Daun Kelengkeng (Dimocarpus longan L)

Ekstraksi simplisia pada penelitian ini dilakukan dengan cara maserasi.

Langkah-langkah ekstraksi dengan maserasi (Farmakope Indonesia Edisi IV,

1995) :

a. Masukkan etanol teknis yang telah didestilasi ke dalam botol maserasi yang

telah berisi simplisia hingga simplisia terendam seluruhnya.

b. Biarkan selama 5 hari di tempat gelap, botol dikocok 2-3 kali dalam sehari

agar sari dalam simplisia larut sempurna.

c. Setelah 5 hari cairan penyari dan ampasnya diperas.

d. Hasil ekstraksi dimasukkan ke dalam botol yang tertutup dan diletakkan di

tempat yang sejuk dan terhindar dari cahaya matahari langsung, kemudian

didiamkan selama 2 hari. Lalu cairan penyari di saring kembali.

e. Setelah disaring cairan sari dipekatkan dengan destilasi vakum sehingga

didapatkan ekstrak kental dari daun kelengkeng.


4. Persiapan Hewan Uji

Pengambilan jumlah pengulangan tiap kelompok ditentukan berdasarkan

rumus Federer dalam penelitian ini hewan coba dibagi menjadi 6 kelompok

perlakuan maka :

(t – 1)(n – 1) ≥ 15

(6 – 1)(n – 1) ≥ 15

5(n – 1) ≥ 15

5n – 5 ≥ 15

5n ≥ 20

n≥4

Keterangan

t = banyak perlakuan

n = jumlah tikus

Persiapan hewan uji :

a. Gunakan 30 ekor tikus putih jantan..

b. Hewan diadaptasi dengan lingkungan laboratorium selama 1 minggu.

c. Lalu diberi nomor urut / kode untuk masing-masing tikus putih jantan dan

dibagi menjadi lima kelompok yaitu :

Kelompok I : Nomor 1-5

Kelompok II : Nomor 6-10

Kelompok III : Nomor 11-15

Kelompok IV : Nomor 16-20

Kelompok V : Nomor 21-25

Kolempok VI : Nomor 26-30


5. Pengujian Efek Antidiare

1. Aklimasi hewan percobaan

Sebelum dilakukan penelitian semua tikus diadaptasikan selama 1 minggu

agar terbiasa dengan kondisi lingkungan penelitian. Tiap kandang akan

ditempati 1 tikus dengan makanan dan minuman yang diberikan tiap hari.

2. Pengujian efek antidiare dengan menyiapkan 30 ekor tikus. Lalu dibagi

menjadi 6 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor tikus putih

jantan.

3. Masing-masing tikus ditimbang.

4. 30 menit sebelum percobaan dan selama percobaan tikus dipuasakan.

5. Masing-masing tikus diberikan oleum ricini 2 ml/200 gr BB pada masing-

masing tikus sebagai penginduksi diare secara oral.

6. Setelah terjadi diare, setiap tikus diberi perlakuan sebagai berikut:

Kelompok I: Nomor 1-5 (Kontrol normal) diberikan Oleum ricini

Kelompok II: Nomor 6-10 (Kontrol negatif) diberikan Na CMC 1%

Kelompok III: Nomor 11-15 (Kontrol positif) diberikan suspensi

Loperamid Hcl 0,036 mg/200 g BB

Kelompok IV : Nomor 16-20 (Ekstrak daun kelengkeng 80 mg/200 gr

BB)

Kelompok V : Nomor 21-25 (Ekstrak daun kelengkeng 160 mg/200 gr

BB)

Kolempok VI : Nomor 26-30 (Ekstrak daun kelengkeng 320 mg/200 gr

BB)

Setelah pemberian masing-masing tikus dimasukkan ke dalam kandang

pengamatan (1 kandang untuk 1 tikus), yang telah diberikan kertas saring

untuk menampung feses.


7. Setiap 15 menit selama percobaan urin yang dihasilkan tikus dibuang.

8. Dilakukan pengamatan selama 5 jam dengan interval 30 menit. Parameter

yang diamati yaitu frekuensi defekasi, konsistensi feses (berair, lembek, agak

lembek, dan normal) dan kadar air dalam feses.

a. Diare ditandai dengan buang air besar dimana frekuensinya meningkat dari

keadaan normal dan konsistensi feses yang lebih lembek atau cair.

b. Frekuensi diare, caranya dengan menghitung berapa kali tikus mengalami

diare setelah pemberian Oleum ricini dan setelah diberi Na-CMC 1%,

suspensi loperamid, dan suspensi ekstrak daun kelengkeng selama 5 jam

pengamatan dengan interval waktu 30 menit.

c. Kadar air dalam feses, caranya dengan menimbang berat feses (dalam gr),

dan menghitung % kadar air dalam feses.

d. Konsistensi feses, caranya dengan mengkategorikan feses tikus melihat feses

tikus apakah berlendir / berair, lembek dan normal berdasarkan % kadar air

dalam feses (Adnyana.dkk, 2004; Sa‟roni, 1996).

G. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen : Ekstrak daun kelengkeng dengan kadar 80 mg/ 200 g

BB, 160 mg/ 200 g BB, 320 mg/ 200 g BB.

2. Variabel dependen : Efek antidiare ekstrak daun kelengkeng dengan

mengukur frekuensi diare, konsistensi feses, dan kadar air dalam feses.
H. Definisi Operasional

1. Ekstrak daun kelengkeng

Definisi b. : Ekstrak yang diperoleh dari hasil maserasi daun

kelengkeng.
Alat ukur c.
: Timbangan.

Cara ukur d. : Self assessment dengan cara menimbang dan menghitung

perbandingan antara daun kelengkeng yang dimaserasi


Hasil ukur

dengan ekstrak pekat yang telah diperoleh.

: % kadar ekstrak daun kelengkeng.

2. Suspensi Ekstrak

a. Definisi : Suspensi ekstrak daun kelengkeng adalah ekstrak daun

kelengkeng yang dilarutkan dengan Na CMC 1%. : : :

b. Alat ukur :Timbangan

c. Cara Ukur : Self assessment dengan cara melarutkan ekstrak

kelengkeng dengan Na CMC 1%.

d. Hasil Ukur : Mili liter (ml).


3. Diare

a. Definisi b. : Diare ditandai dengan buang air besar (defekasi dimana

selama ±60 menit frekuensinya lebih dari 3-4 kali, dan

dengan konsistensi feses yang termasuk dalam kategori

Alat ukur c. lembek dengan kadar air 69 – 80% atau dalam kategori

cair dengan kadar air > 80%.

: Timbangan.

Cara ukur d. : Self assessment dengan cara membandingkan frekuensi

defekasi dan mengamati perubahan bentuk fisik feses pada

diare dengan keadaan normal.

Hasil ukur : Kategori diare dengan frekuensi feses (Enda, 2010)> 3 – 4

kali selama ± 60 menit.

Kategori diare dengan konsistensi feses (Enda, 2010)

1) Lembek (I) dengan kadar air 69 – 80%

2) Cair (c) dengan kadar air > 80%


4. Frekuensi Diare

a. Definisi : Berapa kali tikus mengalami diare setelah pemberian

Oleum ricini dan setelah diberi Na CMC 1% Loperamid

Hcl dan ekstrak daun kelengkeng selama 5 jam

pengamatan dengan interval waktu 30 menit.

b. Alat ukur : Stopwatch / jam.

c. Cara ukur : Self assessment dengan cara menghitung jumlah defekasi

tikus selama 5 jam pengamatan.

d. Hasil ukur : jumlah frekuensi defekasi selama 5 jam.

5. Kadar Air dalam Feses

a. Defenisi : Kadar air dalam feses ditentukan oleh berat feses dan

jumlah air dalam feses yang dihasilkan tikus.

b. Alat ukur : Timbangan analitik.

c. Cara ukur : Self assessment dengan cara menimbang dan menghitung

perbandingan antara berat feses dengan air dalam feses

yang diserap di kertas saring.

d. Hasil ukur : % kadar air.


6. Konsistensi Feses

a. Definisi : Konsistensi feses ditentukan oleh kandungan kadar air

dalam feses .

b. Alat ukur : Timbangan analitik.

c. Cara ukur : Self assessment dengan cara mengkategorikan bentuk

feses berdasarkan kadar air dalam feses.

d. Hasil ukur : feses dikategorikan (Enda, 2010)

1) Normal (n) dengan kadar air 45 – 56%

2) Agak lembek (al) dengan kadar air 57 – 68%

3) Lembek (I) dengan kadar air 69 – 80%

4) Cair (c) dengan kadar air > 80%


I. Kerangka Operasional

Daun Kelengkeng (Dimocarpus longan L)

Maserasi

Destilasi Vakum

Ekstrak Kental Daun Kelengkeng

Hewan uji di aklimatasi selama 1 minggu

Uji efek antidiare dengan menyiapkan 30 ekor tikus


putih jantan, lalu dibagi menjadi 6 kelompok

Pretest
30 menit sebelum dan selama percobaan tikus
putih jantan dipuasakan

Pemberian Oleum ricini 2 ml/ tikus putih jantan

Setelah diare diberikan perlakuan sesuai


kelompok masing-masing

Pengamatan Frekuensi Defekasi,


Posttest Konsistensi dan Kadar air dalam feses

Anda mungkin juga menyukai