Anda di halaman 1dari 10

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian yang bersifat eksperimental

dengan uji efektivitas ekstrak etanol 96% daun kokang untuk mengetahui tingkat

kesembuhan luka bakar pada kelinci. Tahap penelitian ini meliputi pengambilan

sampel, identifikasi sampel, pengumpulan sampel, pengolahan sampel, ekstraksi

dengan metode maserasi, pembuatan bahan uji, dan pengujian ekstrak etanol daun

kokang (Lepisanthes amoena (Hassk) Leenh) sebagai penyembuhan luka bakar pada

6 ekor kelinci (Oryctolagus cuniculus) selanjutnya dilakukan kuantifikasi dengan

menggunakan parameter luas area luka bakar menggunakan jangka sorong.

B. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah uji aktivitas ekstrak daun kokang terhadap

penyembuhan luka bakar secara topikal pada punggung kelinci (Oryctolagus

cuniculus).

C. Sampel dan Teknik Sampling

Sampel pada penelitian ini adalah daun kokang yang telah ditentukan

karakteristiknya. Metode yang digunakan untuk mengambil sampel yaitu metode

purposive sampling dengan kriteria yang ditentukan oleh peneliti. Adapun Sampel

yang diambil yaitu daun kokang muda dan tua yang segar daun keempat sampai ke
delapan, pemetikan dilakukan pada pagi dan siang hari di desa Embalut, kecamatan

Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

D. Variabel penelitian

1. Variabel Bebas

Metode ekstraksi maserasi dan konsentrasi ekstrak etanol daun kokang.

2. Variabel Terikat

Aktivitas ekstrak etanol daun kokang (Lepisanthes amoena (Hassk) Leenh),

terhadap penyembuhan luka bakar pada punggung kelinci (Oryctolagus

cuniculus).

3. Variabel Kontrol

Waktu pengambilan sampel, jenis kelamin dan tampat kelinci, serta pelarut

yang digunakan adalah etanol 96%.

E. Definisi Operasional

1. Luka bakar yaitu bentuk kerusakan jaringan yang disebabkan kontak dengan

sumber panas berupa solder yang telah dimodifikasi ujungnya dengan

lempeng berukuran 1 x 1 cm.

2. Ekstrak etanol adalah ekstrak kental yang diperoleh dari proses penyarian

menggunakan cairan penyari berupa etanol 96%.

3. Uji aktivitas penyembuhan luka bakar pada penelitian ini akan dilakukan

pengujian untuk mengetahui daya penyembuhan luka bakar pada kulit


punggung kelinci dari ekstrak etanol daun kokang dengan pengukuran luas

luka bakar dan menghitung persentase kesembuhan luka bakar.

4. kelinci jantan adalah hewan uji percobaan yang digunakan sebagai objek

makhluk hidup dalam penelitian ini.

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Alat, Bahan dan Objek Makhluk hidup

a. Alat

Toples kaca volume 2 L, kain halus, alumunium foil, blender, batang

pengaduk, cawan porselin, corong buchner, rotary evavorator, penggaris,

lempeng stainless 1 x 1 cm, kasa steril, neraca analitik (Excellent®),

penangas air, kertas ml meter blok, alcohol swabs, sarung tangan, silet

cukur, erlenmeyer (Pyrex®), gelas ukur (Pyrex®), pot salep, mortir, dan

stemper.

b. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah daun kokang, etanol 96%,

Vaselin Flavum, dan salep bermerek.

c. Objek Makhluk hidup

Obyek makhluk hidup yang digunakan pada penelitian ini adalah 6

kelinci Jantan.
2. Prosedur Penelitian

a. Pengambilan Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini berupa daun kokang yang

diambil di desa Embalut, Kecamatan Kutai Kartanegara, Kalimantan

Timur.

b. Determinasi Sampel

c. Pengolahan Daun Kokang

Daun yang diperoleh adalah daun yang segar, muda dan tua. diambil

dengan menggunakan tangan atau bantuan parang, kemudian dicuci

dengan air bersih (PDAM), kemudian dijemur sampai kering (terlindung

dari sinar matahari langsung), selanjutnya diblander sampai halus dan

terakhir diayak agar derajat kehalusan seragam, disimpan dalam wadah

kaca tertutup rapat dan terlindung dari sinar matahari.

d. Ekstraksi Simplisia Daun Kokang

Ekstraksi daun kokang dilakukan dengan metode maserasi menggunakan

pelarut etanol 96% sebanyak 2 liter. Sebanyak 200 gram serbuk daun

kokang ditimbang dan dimaserasi dengan pelarut etanol 96%. Direndam

selama 6 jam pertama sambil sesekali diaduk, kemudian didiamkan

selama 18 jam. Dipisahkan maserat dengan cara disaring. Ampas

dimaserasi kembali dengan cara yang sama sebanyak 3 kali. Seluruh

maserat digabung dan dipekatkan dengan bantuan alat rotary evaporator


sampai diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kental kemudian dihitung

rendemennya dan dimasukkan ke dalam wadah pot.

berat ekstrak
%Rendemen = X 100% (Pratama 2016)
berat simplisia

3. Skrining Fitokimia

a. Alkaloid

Ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 0,5 g, ditambahkan

HCl 2 N sebanyak 1 ml dan air suling 9 ml, setelah itu di bagi menjadi 3

bagian tabung reaksi, kemudian diberi reagen dragendrof, mayer,

bouchardat, Akaloid positif jika terbentuk warna orange dengan pereaksi

dragendrof atau terbentuk endapan putih dengan pereaksi meyer.

b. Flavonoid

Sebanyak 0,5 gram ekstrak ditambahkan 10 ml air panas. Dipanaskan

hingga mendidih selama 5 menit dan disaring dalam keadaan panas. Diambil

5 ml filtrat dan ditambah 0,1 mg serbuk magnesium, 1 ml HCl pekat, dan 2

ml amil alkohol. Dikocok dan dibiarkan memisah. Flavonoid positif jika

terjadi warna merah, kuning, jingga pada lapisan amil alkohol.

c. Saponin

Sebanyak 0,5 gram ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi.

Ditambahkan 10 ml air panas, dinginkan dan kemudian dikocok kuat-kuat

selama 10 detik. Jika terbentuk buih yang mantap setinggi 1-10 cm selama ±
10 menit tambahkan 1 tetes HCl 2 N, jika buih tidak hilang maka positif

saponin.

d. Steroid/terpenoid

Sebanyak 0,5 gram ekstrak dimaserasi dengan 10 ml n-heksan selama 2

jam disaring filtratnya, diuapkan, sisanya ditambah asam asetat anhidrat dan

asam sulfat pekat. Jika menghasilkan warna ungu, merah yang berubah

menjadi biru ungu, atau biru kehijauan menunjukkan adanya terpenoid.

e. Tanin

Sebanyak 0,5 mg ekstrak dikocok dengan 10 ml air suling, disaring lalu

filtratnya diencerkan dengan air suling sampai tidak berwarna. Diambil 2 ml

larutan lalu ditambahkan 1 sampai 2 tetes pereaksi FeCl3. Terjadi warna biru

atau hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin.

4. Pembuatan Sediaan

Karbopol dikembangkan dengan Sebagian aquadest panas, dimasukkan

trietanolamin (TEA) tetes demi tetes kedalam karbopol yang telah

dikembangkan (campuran A). Natrium bisulfit dilarutkan dalam Sebagian

gliserin dan diaduk hingga homogen (campuran B). digerus sedikit basis

(campuran A) ke dalam lumpang, kemudian dimasukkan ekstrak daun kokang

(Lepisanthes amoena (Hassk) Leenh), digerus hingga homogen. Dimasukkan

sisa basis (campuran A) sedikit demi sedikit dan digerus sampai homogen
(campuran C). kemudian dimasukkan (campuran B) kedalam (campuran C)

sambil digerus hingga membentuk masa ge yang homogen (pramita 2013).

Table 1. Formulasi Gel ekstrak etanol daun kokang (Lepisanthes amoena

(Hassk) Leenh).

Bahan Jumlah
Ekstrak daun kokang 5%
Karbopol 0,25 g
Trietanolamin (TEA) 0,25 g
Gliserin 5 g
Natrium bisulfat 0,1 g
Aquadest ad 50 g

5. Penyiapan Hewan Uji

Hewan ini diberi makan kangkung. Hal ini dilakukan supaya bisa dilihat

proses penyembuhan pada hewan uji secara seksama (umbi wortel mengandung

saponin yang diketahui efektif dalam menyembuhkan luka) karena jika hewan

uji diberi makan wortel maka kita tidak dapat melihat efek kerja sampel

terhadap luka tersebut.Hewan uji mula-mula ditimbang berat badannya supaya

diketahui apakah sehat dan cocok untuk digunakan sebagai hewan uji atau

tidak. Setelah hewan uji diperiksa dan diberi makan, hewan uji kemudian

diistrahatkan.

6. Pembuatan Luka Bakar Pada Hewan Uji


Setelah hewan uji di istirahatkan, hewan uji dicukur sebagian bulu dibagian

punggung yang akan dilukai, lalu diberi alkohol. Kemudian hewan uji diberi

timah panas dengan ukuran kira-kira 1 x 1 cm.

7. Pengujian Penyembuhan Luka

Pengujian ini dilakukan dengan cara : Setiap kelinci terdiri dari 6 kelinci dan

terbagi menjadi 3 kelompok (kelinci A, kelinci B, dan kelinci C), masing –

masing kelinci dilukai sebanyak 1 luka di setiap kelompok kelinci. Setiap luka

ditandai dengan luka positif 1 dan positif 2 pada (kelompok A), negative 1 dan

negative 2 pada (kelompok B), serta ekstrak 1 dan ekstrak 2 pada (kelompok

C).

Kelompok Kelinci Kontrol


A positif positif
B negatif negatif
C ekstrak ekstrak

8. Perawatan Luka Bakar

Jenis Kontrol Sediaan


Kontrol Positif Bioplasenton
Kontrol Negatif Tidak diberikan
Ekstrak Daun Kokang Gel Ekstrak Daun Kokang

9. Diamati Perubahan Luka Bakar


Proses penyembuhan luka bakar tersebut diamati selama 7 hari. Diameter

luka bakar pada hewan uji yang diolesi gel ekstrak daun kokang diukur tiap

harinya dan dibandingkan dengan diameter luka bakar pada hewan uji yang

tidak diberikan apa-apa. Kemudian dilihat perbandingan waktu yang diperlukan

dalam proses penyembuhan luka bakar tersebut (Suci nur pratiwi 2016).

G. Pengamatan dan Pengolahan Data

Pengamatan dan pengambilan data makroskopis kesembuhan luka dapat

dilakukan dengan pengukuran diameter luka secara terus menerus selama 7 hari.

Luka yang terjadi diukur diameternya dalam mm.

Rumus menghitung rata-rata diameter luka :

dx(1) + dx(2) + dx(3) + dx(4)


dx =
4

Dx : diameter luka hari ke-x (dalam mm)

Dx (1,2,3,4) : diameter luka dalam berbagai arah

H. Analisis Data

Perhitungan presentase penyembuhan. Metode untuk menilai waktu

penyembuhan luka bakar adalah modifikasi metode morton yaitu waktu

penyembuhan dihitung dalam hari berdasarkan pada indikator kesembuhan. Indikator

kesembuhan adalah diameter luka yang diukur pada presentase penyembuhan yang

dihitung menggunakan rumus presentase Sebagai berikut :


d1 – dx
Px = x 100%
d1
keterangan :

px : presentase penyembuhan hari ke-x


d1 : diameter luka hari pertama
dx : diameter luka hari ke-x

Anda mungkin juga menyukai