Anda di halaman 1dari 3

TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER FARMAKOGNOSI

NAMA : PUTRI FEBRIANI SARI


KELAS : 4B REG. SORE FARMASI
NIM : D1A200005
DOSEN : Sri Maryam S., M. Si.,Apt

▪ JURNAL 1 : Penelitian tentang standarisasi mutu simplisia


STANDARISASI MUTU EKSTRAK DAUN SINGKONG (Manihot esculenta Crantz)
PENULIS : Ema Ratna Sari & Meitisa
WAKTU & TEMPAT : 2017, Jl. Ariodillah III No. 22A Ilir Timur I Palembang, Sumatera
Selatan.
LINK : Tampilan Standarisasi Mutu Ekstrak Daun Singkong (Manihot esculenta Crantz)
(stifibp.ac.id)

Di Indonesia standarisasi simplisia dan ekstrak tumbuhan obat adalah salah satu tahap penting
dalam pengembangan obat asli Indonesia. Salah satu program pemerintah di bidang farmasi adalah
pengadaan bahan baku obat. Bahan baku obat tersebut dapat berasal dari bahan sintesis maupun bahan
alam. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk menstandarisasi ekstrak dari daun singkong (Manihot
esculenta crantz) di Sumatra selatan.
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian dari daun singkong ini yaitu metode
ekstraksi. Daun segar singkong yang telah dicuci bersih kemudian dirajang dan ditimbang sebanyak 6
kg dengan 3 kali perebusan. Setiap ekstraksi 2 kg daun singkong dan 2 liter air, panaskan selama 30
menit terhitung setelah suhu 90 derajat celcius. Kemudian saring dengan kain, lalu biarkan air rebusan
selama 12 jam disimpan didalam lemari pendingin. Setelah mengendap buang lapisan air yang tidak
mengendap menggunakan kertas saring. Endapan ekstrak ditambahkan etanol 96%. Panaskan hingga
larut, selagi panas, etanol disaring dengan menggunakan kertas saring. Diamkan larutan, ekstrak akan
mengkristal Kembali. Kumpulkan ekstrak dengan penyaringan, masukkan dalam alumunium foil,
keringkan dalam oven selama 4 jam pada suhu 40 derajat celcius.selanjutnya hitung % rendenmen
ekstrak kering yang diperoleh.
Hasil dari penelitian jurnal jni dari ekstraksi daun singkong diperoleh rendemen yaitu
0,8875% ± 0,02. Parameter non spesifik ekstrak dari daun singkong (Manihot esculenta Crantz)
yaitu susut pengeringan 12,7862% ± 0,04 ;kadar abu total tidak lebih dari 5,4653% ± 0,125 ; kadar
abu larut asam tidak lebih 4,6989% ± 0,082; dan kadar abu tidak larut asam tidak lebih dari
0,7647% ± 0,045 ; dan parameter spesifik berupa kadar senyawa larut air tidak kurang 51,7 % ±
0,985 dan kadar senyawa larut etanol tidak kurang 64,68% ± 5,43.
▪ JURNAL 2 : Penelitian tentang simplisia yang berkhasiat obat
AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SALAM (EUGENIA POLYANTHA)SEBAGAI
ANTIINFLAMASI PADA TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS)
PENULIS : Risna Agustina, Dewi Tita Indrawati, Muhammad AmirMasruhin
WAKTU & TEMPAT : Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA TROPIS
Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timu
LINK : View of Aktivitas Ekstrak Daun Salam (Eugenia polyantha) sebagai Antiinflamasi
pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) (unmul.ac.id)

Indonesia kaya akan tanaman yang berkhasiat sebagai obat. Penelitian terhadap tanaman yang
berkhasiat sebagai obat terus dilakukan. Salah satu tanaman yang sering digunakan masyarakat yaitu
daun salam. Penelitian kali ini, bertujuan untuk mengetahui efek antiinflamasi, ekstrak etanol daun
salam .
Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan ekstraksi dan
melalukan pengujian ekstraknya kepada hewan uji. Daun salam diekstraksi dengan cara maserasi
menggunakan pelarut etanol 70 % selama 3-5 hari. Disaring menggunakan kertas saring dan ditampung
di dalam wadah. Kemudian dipekatkan menggunakan rotary evaporator dan dikeringkan diatas
waterbath untuk mendapatkan ekstrak daun salam. Hewan uji yang digunakan pada penelitian ini yaitu
tikus putih, tikus dipuasakan kurang lebih 18 jam dengan tetap diberi minum sebelum diadaptasikan
dengan lingkungan penelitian.
Pada pengujian aktivitas inflamasi Dibagi tikus menjadi lima kelompok dengan jumlah
tikus masing-masing kelompok 5 ekor. Diberi tanda pada mata kaki tikus lalu diukur terlebih dahulu
kaki tikus menggunakan pletismometer dengan cara mencelupkan kaki tikus ke dalam bejana
hingga tanda batas. Pada setiap pengukuran tinggi cairan pada alat harus sama. Perlakuan yang
diberikan pada masing-masing kelompok adalah
1. Kontrol negatif suspensi Na CMC 1%
2. Kontrol positif suspensi obat Na diklofenak 50 mg
3. Kelompok uji 1; ekstrak etanol daun salam 50 mg/kgBB
4. Kelompok uji 2; ekstrak etanol daun salam 150 mg/kgBB
5. Kelompok uji 3; ekstrak etanol daun salam 250 mg/kgBB
Dibersihkan kaki tikus dengan alkohol setelah 30 menit, kemudian disuntik kaki tikus dengan
karagenan secara intraplantar 0,1 mL. Diukur kaki tikus setelah 1 jam pemberian karagenan selama
5jamtiap 1, 2, 3, 4 dan 5 jam. Kemudian diukur volume udem telapak kaki masing-masing tikus
dengan pletismometer.
Setelah diteliti Ekstrak etanol daun salam dosis 50 mg/kgBB, 150 mg/kgBB dan 250
mg/kgBB memiliki aktivitas antiinflamasi pada tikus putih yang diinduksi karagenan, dimana
volume radang yang terjadi mengalami penurunan pada jam keempat. Hasil penelitian
menunjukkan ekstrak etanol daun salam pada semua variasi dosis memberikan efek antiinflamasi
pada tikus putih jantan.
▪ JURNAL 3 : Penelitian tentang biosintesis metabolit sekunder
SKRINING FITOKIMIA SENYAWA METABOLIT SEKUNDER DARI EKSTRAK
ETANOL BUAH DELIMA (Punica granatum L.) DENGAN METODE UJI WARNA
PENULIS : Muthmainnah B
WAKTU & TEMPAT : 2017, STIKES Nani Hasanuddin Makassar
LINK : 880-2958-2-PB.pdf

Indonesia sebagai negara tropis memiliki beraneka ragam tumbuhan yang dapat dimanfaatkan
sebanyak – banyaknya untuk kepentingan sesama manusia. Masyarakat Indonesia sejak dahulu telah
mengenal tanaman yang mempunyai kandungan obat atau dapat menyembuhkan berbagai penyakit.
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui senyawa metabolit sekunder meliputi
flavonoid, steroid,saponin dan tannin pada ekstrak etanol buah delima.
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan dilakukannya ekstraksi
pada buah delima, setelah itu mengidentifikasi gabungan senyawa yang terkandung dalam buah delima.
Sebanyak 500 gram simplisia buah delima (Punica granatum L.) yang telah dikeringkan lalu di maserasi
dengan cara dimasukkan kedalam toples kaca lalu direndam dengan etanol 70 % menggunakan
perbandingan 1 : 3 dilakukan pengadukan sebanyak 1 kali 24 jam selama 5 hari. Disimpan dalam toples
tertutup dan terlindung dari cahaya. Setelah 5 hari dilakukan penyarian untuk memisahkan cairan dari
residu kemudian diuapkan hingga diperoleh ekstrak kental. Setelah dilakukannya ekstraksi, lalu
dilanjutkan dengan identifikasi golongan senyawa yaitu, Identifikasi Flavonoid, Alkaloid, Steroid,
Saponin, dan Tanin. identifikasi senyawa metabolit sekunder dilakukan skrining fitokimia dengan uji
warna menggunakan berbagai pereaksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawa metabolit sekunder pada ekstrak etanol buah
delima (Punica granatum L.) positif mengandung flavonoid, alkaloid, terpenoid, saponin dan tanin
sedangkan pada uji steroid diperoleh hasil yang negatif. Kesimpulannya yaitu ekstrak etanol buah
delima (Punica granatum L.) mengandung flavanoid, alkaloid, terpenoid, saponin dan tanin.

Anda mungkin juga menyukai