Anda di halaman 1dari 12

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Jurnal yang Berjudul Skrining Fitokimia Dan Uji Toksisitas Ekstrak Daun Miana
Menggunakan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

OLEH

LIAN AHMAD
441 410 012

Mengetahui,
Kepala Jurusan Pendidikan Kimia

Drs. Mardjan Paputungan, M.Si


NIP. 1960 0215 198803 1 001

Skrining Fitokimia Dan Uji Toksisitas Ekstrak Daun Miana dengan Metode Brine
Shrimp Lethality Test (BSLT)
Lian Ahmad, Yuszda K. Salimi, dan La Ode Aman
Pendidikan Kimia, Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo 2014
Abstrak : Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder yang
terkandung pada ekstrak daun miana dan menganalisis sifat toksik dari ekstrak daun miana
berdasarkan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) pada larva Artemia salina Leach.
Penelitian ini diawali dengan mengekstrak serbuk daun miana dengan pelarut metanol.
Teknik yang digunakan adalah maserasi. Ekstrak metanol dipekatkan dan difraksinasi,
dilakukan uji fitokimia dan uji toksisitas. Hasil uji fitokimia ekstrak daun miana positif
mengandung senyawa aktif flavonoid, steroid, terpenoid, saponin dan tanin. pada ekstrak
metanol nilai LC50 = 32.662,8 ppm, ekstrak n-heksana nilaiLC50 = 136.367,2 ppm, ekstrak air
nilai LC50 = 720.831,9 ppm dan ekstrak etil asetat LC50 = 49.530.760,9 ppm dan Kenaikan
konsentrasi ekstrak diikuti dengan kenaikan rata-rata kematian larva (hewan uji). Hasil uji
toksisitas menunjukkan bahwa daun miana bersifat tidak toksik dengan nilai LC50 1000
ppm sehingga aman digunakan.
Kata Kunci : Coleus scutellarioides, fitokimia, BSLT, Artemia salina Leach.1

Nama: Lian Ahmad, Nim: 441410012, Jurusan:Pendidikan Kimia, Fakultas: MIPA,


Pembimbing I: Dr. Yuszda K. Salimi, M.Si, Pembimbing II: La OdeAman, S.Pd, M.Si.
2

Penggunaan tanaman sebagai bahan obat sangat berkembang pesat, hampir 80%
penduduk dunia menggunakan tanaman obat. Pemakaian bahan alam sebagai obat tradisional
di masyarakat dijamin keamanannya oleh pemerintah melalui implementasi Pemenkes
No.760/Menkes/Per/IX/1992, tentang obat tradisional dan fitofarmaka. Walaupun pada
umumnya tanaman obat dan produknya secara ilmiah lebih aman dibandingkan obat sintesis,
akan tetapi kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadinya toksisitas harus tetap dijaga.
Penggunaan obat tradisional secara umum dinilai lebih aman daripada penggunaan obat
modern. Hal ini disebabkan obat tradisional memiliki efek samping yang relatif kecil jika
digunakan secara tepat meliputi kebenaran bahan, ketepatan dosis, ketepatan waktu
penggunaan, ketepatan cara penggunaan, ketepatan telaah informasi tanpa penyalahgunaan,
ketepatan memilih obat untuk indikasi tertentu. Menurut Hyeronimus, (2008) dalam Muaja
dkk, (2013) bahwa obat tradisional atau obat-obatan alami telah dikenal oleh masyarakat
Indonesia sejak zaman dahulu. Selain khasiatnya yang telah turun temurun digunakan oleh
masyarakat, obat ini lebih murah dan mudah didapat, namun diperlukan penelitian yang lebih
lanjut karena banyaknya tanaman yang belum diketahui kadar toksisitasnya.
Tanaman miana termasuk famili Lamiaceace yang ditemukan hampir di seluruh
pelosok nusantara. Tanaman ini dikenal memiliki berbagai macam khasiat sebagai obat
pengobatan tradisional. Umumnya masyarakat pedesaan menggunakan daun miana dalam
berbagai sediaan seperti jamu-jamuan. Penggunaan tanaman miana yang sudah didukung
oleh data pra-klinik adalah untuk pengobatan batuk, melancarkan siklus menstruasi,
penambah nafsu makan, mempercepat pematangan bisul dan bronkhitis. Namun perlu
diketahui pula bahwa obat bahan alam yang dianggap aman oleh masyarakat juga perlu
diwaspadai. Hal ini dikarenakan setiap bahan atau zat memiliki potensi toksik tergantung
takarannya dalam tubuh.
Salah satu metode awal yang sering dipakai untuk mengamati toksisitas senyawa adalah
metode Berine Shrimp Lethality Test (BSLT) dengan menggunakan cara Meyer. Metode ini
ditujukan terhadap tingkat mortalitas larva udang Artemia salina L. yang disebabkan oleh
ekstrak uji. Hasil yang diperoleh dihitung sebagai nilai Lethal Consentration 50 (LC50)
ekstrak uji, yaitu jumlah dosis atau konsentrasi ekstrak uji yag dapat menyebabkan kematian
larva udang sejumlah 50% setelah masa inkubasi 24 jam. Senyawa dengan LC50 < 1000 ppm
dapat dianggap sebagai suatu senyawa aktif berdasarkan Meyer (Ramdhini, 2010)
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka kemudian dilakukan penelitian Skrining
Fitokimia Dan Uji Toksisitas Ekstrak Daun Miana Menggunakan Metode BSLT. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui potensi toksisitas senyawa metabolit sekunder yang
terkandung dalam daun miana.
METODE
Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan, mulai bulan Februari sampai April 2013 di
Laboratorium Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan IPA,
Universitas Negeri Gorontalo (UNG).
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: timbangan analitik, pipet tetes, batang
pengaduk, aluminium foil, statif dan klem, lampu, alat evaporator, gelas kimia, corong,
corong pisah, botol vial, botol semprot, labu dasar bulat, spatula, alat destilasi, spatula, gelas
ukur, cawan, labu ukur.
Bahan tanaman (sampel) yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun dari tanaman
miana berwarna ungu yang diperoleh dari daerah sekitar kota Gorontalo. Bahan kimia yang
digunakan terdiri dari aquades, methanol, n-heksana, etil asetat, pereaksi alkaloid (pereaksi
3

Hager, Dragendrof, Mayer, Wagner), asam asetat glacial, HCl pekat, serbuk Mg, NaOH,
H2SO4 pekat, kloroform amoniakal, dietil eter, amoniak, FeCl3 1 %.
Tahap-Tahap Penelitian
Pengambilan dan Preparasi Sampel
Sampel yang digunakan adalah daun tanaman miana segar berwarna ungu yang telah
dibersihkan. Daun miana dipilih dan dipisahkan dari yang rusak atau berwarna kehitaman.
Bahan baku kemudian dipotong kecil-kecil dan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan
tanpa paparan sinar matahari langsung.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebelumnya diukur kadar airnya. Menurut
Yuningsih, (2007) bahwa penentuan kadar air berguna untuk menyatakan kandungan zat
dalam tumbuhan sebagai persen bahan kering yang konstan nilainya dan juga mengetahui
ketahanan suatu bahan dalam penyimpanan. Sampel yang baik untuk disimpan dalam jangka
waktu yang panjang adalah sampel dengan kadar air kurang dari 10%. Randemen dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut:
Bobot Contoh (g)
Rendemen % =
x100 %
Bobot Total (g)
Ekstraksi dan Fraksinasi
Sampel berupa potongan-potongan kecil dari daun tanaman miana diekstraksi dengan
cara maserasi memakai pelarut metanol. Maserasi dilakukan selama 3x24 jam. Setiap 24 jam
ekstrak disaring dan dimaserasi lagi dengan metanol yang baru. Setelah itu, ekstrak disatukan
sehingga diperoleh filtrat dan residu metanol. Filtrat metanol di evaporasi sehingga diperoleh
ekstrak kental metanol.
Tahap selanjutnya, ekstrak kental metanol disuspensi dengan perbandingan metanol:air
(1:2) dan dipartisi berturut-turut dengan n-heksana, etil asetat sehingga diperoleh masingmasing partisi dari fraksi tersebut. Hasil partisi dari fraksi-fraksi tersebut dievaporasi sampai
diperoleh fraksi n-heksana, fraksi etil asetat, fraksi air dan dilakukan uji penapisan fitokimia.
Uji Fitokimia
Uji Alkaloid
Identifikasi Alkaloid dilakukan dengan cara sebanyak 0,1 gam ekstrak daun miana
ditambahkan 10 mL kloroform amoniakal dan hasilnya di bagi ke dalam dua tabung reaksi.
Tabung pertama diuji dengan pereaksi hager, tabung kedua ditambahkan dengan 0,5 mL
asam sulfat (H2SO4) 2N. bagian asam dibagi menjadi 3 tabung kemudian masing-masing
ditambahkan pereaksi dragendorf, Meyer dan wagner. Adanya alkaloid ditandai dengan
terbentuknya endapan putih kekuningan pada pereaksi Meyer, endapan merah pada pereaksi
dragendorf dan endapan coklat pada pereaksi wagner (Harbone, 1987).
Uji Flavonoid
Identifikasi Flavonoid dilakukan dengan cara sebanyak 0,1 gam ekstrak daun miana
dilarutkan kedalam 10 mL metanol kemudian dibagi ke dalam 4 tabung reaksi. Tabung
pertama digunakan sebagai tabung kontrol, tabung ke dua, ke tiga dan ke empat berturut-turut
ditambahkan NaOH, H2SO4 pekat dan serbuk Mg-HCl pekat. Warna pada masing-masing
tabung dibandingkan dengan tabung kontrol, jika terjadi perubahan warna dari tabung kontrol
maka positif mengandung flavonoid. Terbentuknya warna merah, kuning atau jingga
menunjukan adanya flavonoid (Harbone, 1987).
Uji Steroid dan Triterpenoid
Identifikasi Steroid dan Triterpenoid dilakukan dengan cara sebanyak 0,1 gam ekstrak
daun miana dilarutkan dengan 2 ml dietil eter. Kemudian ditambahkan dengan 10 tetes asam
asetat anhidrat dan 1 tetes H2SO4 pekat. Jika terbentuk warna hijau atau biru menunjukkan
4

adanya steroid, sedangkan warna merah atau ungu menunjukkan adanya triterpenoid
(Harbone, 1987).
Uji Saponin
Sebanyak 0,1 gam ekstrak daun miana dilarutkan dengan alkohol dan ditambahkan 5
mL aquades lalu dipanaskan selama 5 menit, Kemudian dikocok selama 5 menit. Uji saponin
menunjukkan hasil positif jika terbentuk busa setinggi kurang lebih 1 cm dan tetap stabil
setelah didiamkan selama 15 menit (Harbone, 1987).
Uji Tanin
Sebanyak 0,1 gam ekstrak daun miana ditambahkan 5 mL aquades kemudian
dididihkan selama 5 menit. Larutan ini disaring dan filtratnya ditambahkan 5 tetes FeCl3 1%
(b/v). Warna biru tua atau hitam kehijauan yang terbentuk menunjukan adanya tanin
(Harbone, 1987).
Uji Toksisitas
Ujitoksisitasdilakukanterhadap larva udangArtemiasalinaLeach.Telur Artemiasebanyak
3 gram dimasukkan dalam 700 ml air laut yang telah diaerasi dan diberi penerangan dengan
cahaya lampu. Telur akan menetas dalam waktu 24-48 jam dan disiapkan untuk digunakan
sebagai target uji toksisitas.
Perlakuan uji toksisitas dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan pada masing-masing
ekstrak sampel. Larutan stok dibuat dengan konsentrasi 2000 ppm. Darilarutan stok dibuat
pengenceran hingga konsentrasi larutan menjadi 1000, 500, 200, 100, dan 50 ppm. 10 ekor
larva udang dimasukkan dalam wadah uji yang berisi 5 ml larutan uji.Kontrol dibuat dengan
memasukkan 10 ekor larva udang dalam 5 ml air laut tanpa penambahan ekstrak.Pengamatan
dilakukan selama 24 jam dengan selang waktu 4 jam terhadap jumlah kematian larva udang.
Teknk Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk mencari LC50dengan analisis probit menggunakan
program MC excel, dimana hubungan nilai logaritma konsentrasi bahan toksik uji dan nilai
probit dari persentase mortalitas hewan uji merupakan fungsi linear y = a + bx. Nilai LC50
diperoleh dari antilog m, dimana m merupakan logaritma konsentrasi bahan toksik pada y =
5, yaitu nilai Probit 50% hewan uji.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengambilan Dan Preparasi Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun miana yang berwarna
ungu. Pengambilan dan pengumpulan bahan dilakukan di sekitar daerah Gorontalo pada
bulan Februari 2014. Sampel dikumpulkan dari tempat dan waktu tertentu untuk menghindari
adanya variasi kandungan kimia tumbuhan yang terlalu besar karena perbedaan kondisi
tempat tumbuh.
Daun miana segar dipilih dan dipisahkan dari yang rusak atau berwarna kehitaman.
Bahan baku kemudian dicuci bersih agar kotoran yang melekat pada daun hilang. Daun
miana dipotong kecil-kecil dan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan tanpa paparan
sinar matahari langsung. Hal ini bertujuan agar senyawa aktif dalam sampel tidak mengalami
kerusakan dan kadar air dalam sampel berkurang. Selain sampel lebih awet, pengurangan
kadar air akan memudahkan pelarut menarik komponen bioaktif dalam sampel pada saat
maserasi (Sudirman, 2011). Berat kering miana ungu yang diperoleh sebanyak 282 g.
Ekstraksi dan Fraksinasi
Daun miana diekstraksi dengan metode maserasi. Tujuan maserasi adalah untuk
mengekstraksi komponen senyawa fitokimia yang terdapat dalam sampel. Maserasi ini
5

dilakukan dengan cara merendam sebanyak 282 g sampel menggunakan pelarut selama 3 x
24 jam dengan mengganti pelarut setiap 1 x 24 jam. Hal ini dilakukan untuk memperoleh
hasil ekstrak yang maksimal. Pelarut yang digunakan untuk maserasi pada penelitian ini
adalah metanol. Metanol digunakan dalam maserasi karena metanol bersifat universal yang
dapat mengikat semua komponen kimia yang terdapat dalam tumbuhan bahan alam baik yang
bersifat polar, semipolar dan nonpolar. Metanol adalah cairan yang masuk kedalam sel
melewati dinding serbuk daun miana. Selama proses perendaman sampel, akan terjadi proses
pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan didalam dan diluar sel
sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik
dan senyawa akan terdeteksi sempurna (Lenny, 2006) sehingga senyawa atau zat aktif dapat
terekstrak keluar bersama cairan penyari.
Hasil maserasi dievaporasi pada suhu 30-40 C dengan bantuan alat pompa vakum.
Evaporasi dengan bantuan pompa vakum akan menurunkan tekanan uap pelarut sehingga
pelarut akan menguap dibawah titik didih normalnya. Tujuannya adalah agar komponen
fitokimia yang terdapat dalam ekstrak tidak mengalami kerusakan akibat pemanasan
berlebihan. Ekstrak kental metanol yang diperoleh setelah dievaporasi dirangkum pada Tabel
1.
Tahap selanjutnya, sebanyak 10 g ekstrak kental metanol disuspensi dengan
perbandingan metanol:air (1:2) yang selanjutnya dipartisi secara bertahap dengan n-heksana
sehingga diperoleh filtrat n-heksana dan filtrat metanol:air. Hal yang sama dilakukan pada
pelarut selanjutnya yaitu etil asetat. Setelah dipartisi dengan dengan pelarut n-heksana,
bagian metanol:air selanjutnya dipartisi dengan etil asetat. Fraksinasi dengan pelarut nheksana dan etil asetat bertujuan untuk memisahkan senyawa-senyawa yang bersifat polar,
semipolar dan nonpolar. Hasil partisi masing-masing pelarut kemudian dievaporasi sehingga
menghasilkan fraksi n-heksana, fraksi etil asetat dan fraksi air (Tabel 1).
Tabel 1 Berat ekstrak metanol dan hasil dari masing-masing fraksi
No
Ekstrak
Berat (gam)
1
Ekstrak metanol
49,13
2 Fraksi n-heksana
2,3
3
Fraksi etil asetat
2
4
Fraksi air
3,1
Randemen
Rendemen merupakan persentase bagian bahan baku yang dapat digunakan atau
dimanfaatkan dengan total bahan baku. Pada perhitungan rendemen tahap 1 dengan
mempersentase sampel sebelum dan setelah perlakuan diperoleh sebesar 16,4 % dimana
setelah melalui proses pengeringan, daun miana kehilangan berat sebesar 83,6 %.
Pada tahap 2 (proses ekstraksi), dari 282,2 g daun miana menghasilkan rendemen
ekstrak kental metanol sebesar 17,41 %. Kusumawati 2008 (dalam Sudirman, 2011)
mengatakan bahwa Semakin tinggi nilai rendemen menandakan bahwa bahan baku tersebut
memiliki peluang untuk dimanfaatkan lebih besar.
Setelah difraksinasi dengan pelarut yang berbeda tingkat kepolarannya, dihitung persen
rendemen dari masing-masing fraksi. Perhitungan persen rendemen terlihat pada lampiran 2.
Rendemen paling tinggi diperoleh pada fraksi air sebesar 31 % dibandingkan rendemen fraksi
n-heksana dan etil asetat yaitu 23 % dan 20 % (Gambar 4.2). Dari hasil ini dapat disimpulkan
bahwa senyawa yang terdapat pada daun miana cenderung bersifat polar berdasarkan jumlah
ekstrak dari jenis pelarut yang menghasilkan rendemen terbesar.

Uji Fitokimia
Uji fitokimia merupakan salah satu cara untuk mengetahui kandungan metabolit
sekunder pada suatu tanaman secara kualitatif. Hasil uji fitokimia diperoleh bahwa ekstrak
daun miana positif mengandung flavonoid, triterpenoid, steroid, saponin dan tanin. Namun,
memiliki tingkat intensitas yang berbeda-beda pada setiap fraksi (Tabel 2). Standar intensitas
warna dirujuk dari harbone (1987).

Tabel 2. Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Miana


Ekstrak
Golongan
Standar (warna)
senyawa
M
N
E
A
Pereaksi hager: Endapan putih
Pereaksi dragendrof: Endapan
merah-jingga
Alkaloid
Pereaksi wagner: Endapan coklat
Pereaksi Meyer: Endapan putih
kekuningan
++
+
+++ +++ Peraksi NaOH : Perubahan warna
+++ +++ +++ +++ Pereaksi H2SO4 : Perubahan
warna
Flavonoid
+++ +++
++
+++ Pereaksi Mg-HCl : Perubahan
warna
Saponin
Steroid
Terpenoid

+++
+
++

+
+
-

+++
+++

++
+
+

Terbentuk busa/buih
Warna hijau
Warna merah-coklat
Warna
coklat
atau
hijau
Tanin
kehitaman
Keterangan : (M) metanol, (N) n-heksana, (E) etil asetat, (A) fraksi air
(+++) intensitas kuat, (++) sedang, (+) lemah, (-) tidak terdeteksi
Uji Toksisitas
Toksisitas suatu ekstrak dinilai berdasarkan tingkat mortalitas larva udang yang
digunakan sebagai bahan uji. Data dianalisis untuk memperoleh nilai LC50. LC50(Lethal
Concentration 50%) adalah tingkat konsentrasi ekstrak yang dibutuhkan untuk mematikan
50% dari hewan yang diuji. Sehingga, apabila jumlah mortalitas lebih dari 50% dapat
dipastikan nilai LC50 1000 g/mL atau 1000 ppm. ketentuan ini menunjukkan bahwa
ekstrak tersebut aktif (Ruwaida, 2010).
Hasil uji toksisitas setiap ekstrak daun miana dapat dilihat pada gambar 1, 2, 3dan4di
bawah ini. Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwahasil analisis regresi linier
pengaruh log konsentrasi terhadap nilai probit mortalitas didapatkan persamaan regresi linier
untuk ekstrak metanol (gambar 1), n-heksan (gambar 2),etil asetat (gambar 3) dan fraksi air
(gambar 4) berturut-turut adalah: y = 3,4422 + 0,3451x, y=2,7587+0,4365x, y =3,7088 +
0,1678x, y = 3,1829 + 0,3102x. Tingkat konsentrasi ekstrak yang dibutuhkan untuk
mematikan 50% dari hewan yang diuji (LC50) untuk ekstrak metanol, n-heksan dan etil asetat
masing-masing adalah 32662,8 ppm, 136367,2ppm, 49530760,9 dan 720831,9 ppm. Suatu
zat dikatakan aktif atau toksik jika nilai LC50 1000 ppm. Hal tersebutmenunjukkan bahwa
ekstrak daun miana bersifat tidak toksik dengan nilai LC50 1000 ppm. Konsentrasi ekstrak
memberikan pengaruh yang berbeda-beda pada kematian larva udang. Pada umumnya,
7

Nilai Probit % Mortalitas

semakin besar konsentrasi suatu larutan uji mengakibatkan naiknya angka kematian larva
(hewanuji).

4,7
4,5
4,3
y = 0,345x + 3,442
R = 0,777

4,1
3,9
3,7
3,5
1,5

2
2,5
3
Log Konsentrasi Bahan Uji (ppm)

3,5

Nilai Probit % Mortalitas

Gambar 1. Hubungan log konsentrasi ekstrak metanol daun


miana terhadap probit mortalitas

4,4
4,2
4
3,8
3,6

y = 0,436x + 2,758
R = 0,836

3,4
3,2
3
1,5

2,5

3,5

Log Konsentrasi Bahan Uji (ppm)

Gambar 2. Hubungan log konsentrasi fraksi n-heksana daun


miana terhadap probit mortalitas.

Nilai Probit % Mortalitas

4,3
4,2
4,1

y = 0,167x + 3,708
R = 0,594

4
3,9
3,8
1,5

2
2,5
3
Log Konsentrasi Bahan Uji (ppm)

3,5

Gambar 3. Hubungan log konsentrasi fraksi etil asetat daun


miana terhadap probit mortalitas

Nilai Probit % Mortalitas

4,3

y = 0,310x + 3,182
R = 0,845

4,2
4,1
4
3,9
3,8
3,7
3,6
1,5

2,5

3,5

Log Konsentrasi Bahan Uji (ppm)

Gambar 4. Hubungan log konsentrasi fraksi air daun miana


terhadap probit mortalitas
Sifat toksik dari suatu tanaman berkaitan dengan kandungan senyawa aktif di
dalamnya. Dari hasil uji fitokimia sebelumnya menunjukkan bahwa pada ekstrak daun
binahong positif mengandung senyawa aktif flavonoid, steroid, terpenoid, tanin dan saponin.
Senyawa-senyawa tersebut diduga toksik pada pada kadar tertentu. Cara kerjanya adalah
dengan bertindak sebagai stomach poisoning atau racun perut. Bila senyawa-senyawa ini
masuk ke dalam tubuh larva, alat pencernaannya akan terganggu. Senyawa ini juga
menghambat reseptor perasa pada daerah mulut larva. Akibatnya, larva gagal mendapatkan
stimulus rasa sehingga tidak mampu mengenali makanannya sehingga larva mati kelaparan
(Mutia, 2010). Pada manusia, senyawa metabolit sekunder yang bersifat toksik pada kadar
tertentu, dapat mengakibatkan gangguan pada sistem metabolisme tubuh, dimana senyawa
aktif tersebut dapat menjadi inhibitor pada enzim sehingga mengganggu proses replikasi
DNA.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak daun miana adalah flavonoid, steroid,
triterpenoid, saponin dan tanin.
2. Hasil uji toksisitas berdasarkan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) menunjukkan
ekstrak daun tanaman miana bersifat tidak toksik dengan nilai LC50> 1000 ppm.
Saran
Dengan adanya hasil penelitian yang menunjukkan bahwa ekstrak miana bersifat tidak
toksik menurut harga LC50 dengan metode BSLT, maka perlu adanya penelitian lanjut untuk
mengetahui khasiat lainnya dengan menggunakan hewan coba lain yang lebih besar dari larva
Artemia salina seperti mencit dan tikus secara in-vivo dan melihat aktivitas antikanker
ektsrak miana.

DAFTAR PUSTAKA
Achmad, S.A. 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Jakarta : Universitas Terbuka
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan.
Bandung; Institut Teknologi Bandung
Cahyadi, R. 2009. Uji toksisitas akut ekstrak etanol nuah pare (Momordica charantia L.)
terhadap larva Artemia salina Leach dengan metode Brine Shrimp Lethality Test
(BSLT). Karya tulis ilmiah. Fakultas kedokteran. Semarang
Hayati, E. dan N. Halimah. 2010. Phytochemical test and brine shrimp lethality test against
Artemia salina leach of anting-anting (Acalypha indica linn.) plant extract. Fakultas
Maulana Malik Ibrahim malang. Alchemy, vol. 1 No. 2 maret 2010, hal 53-103
Juniarti, D.O. dan Yuhernita. 2009. Kandungan senyawa kimi, uji toksisitas (Brine Shrimp
Lethality Tes) dan antioksidan (1,1-diphenyl-2-pikrilhydrazyl) dari ekstrak daun saga.
Universitas YASRI, Jakarta. Makara, sains, vol. 13, NO. 1 april 2009: 50-54
Khopkar, S.M. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitas Indonesia.
Lenny, S. 2006. senyawa flavonoida, venilpropanoida dan alkaloida. Artikel ilmiah;
Universitas
Sumatera
Barat,
Medan.
Karya
ilmiah
(Online),
(http://library.usu.ac.id/download/fmipa/06003489.pdf, diakses juni 2014)
Lenny, S. 2006. senyawa terpenoida dan steroida. Artikel ilmiah; Universitas Sumatera
Barat,
Medan.
Karya
ilmiah
(Online),
(http://library.usu.ac.id/download/fmipa/06003489.pdf, diakses juni 2014)
Muaja, A.D., H. Koleangan, dan M. Runtuwene. 2013. Uji toksisitas
dengan metode
BSLT dan analisis kandungan fitokimia ekstrak daun soyogik (Saurauia bracteosa DC)
dengan metode soxhletasi. Unsrat Manado.
Marliana, S.D., V. Suryanti, dan Suyono. 2005. Skrining fitokimia dan analisis kromatogafi
lapis tipis komponen kimia buah labu siam (Sechium edule Jacq. Swartz.) dalam
ekstrak metanol. Universitas Sebelas Maret. Surakarta
Mutia, D. 2010. Uji toksisitas akut ekstrak etanol buah anggur (vitis vinifera) terhadap larva
Artemia salina Leach dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Universitas
diponegoro. Semarang
Nurhayati, A.P.D., N. Abdulgani, dan R. Febrianto. 2006. Uji toksisitas eucheuma alvarezii
terhadap Artemia salina sebagai studi pendahuluan potensi antikanker. Institut
teknologi sepuluh november. Surabaya
10

Panjaitan, R.B. 2011. Uji Toksisitas Akut ekstrak kulit Batang kulit Pulasari dengan Metode
Brine Shrimp Lethality Test (BSLT).Skripsi. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Rahmawati, F. 2008. Isolasi dan Karakterisasi Senyawa Antibakteri Ekstrak Daun Miana
(Coleus scutellariodes [L] Benth).Tesis. Institut Pertanian Bogor
Ramdhini, R.N. 2010. Uji toksisitas terhadap Artemia salina Leach. Dan toksisitas akut
komponen bioaktif Pandanus conoideus var. Conodeus Lan. Sebagai kandidat
antikanker.Skripsi. universitas sebelas maret Surakarta.
Ruwaida, D.G. 2010. Uji toksisitas senyawa hasil isolasi rumput mutiara (hedyotis
corymbosa (L.) dengan metode brine shrimp lethality test (BST). Skripsi. Universitas
sebelas maret. Surakarta
Ridwan, Y. 2010. Aktivitas Anticestoda Ekstrak Daun Miana (Coleus blumei, Benth)
Terhadap Cacing Hymenolepis microstoma Pada Mencit.Tesis. Institut Pertanian
Bogor
Sanjayasari, D. 2011. Skrining fitokimia dan uji toksisitas ekstrak daun katuk (saoropus
androgenus (L>) Merr.) terhadap larva udang Artemia salina: potensi fitofarmaka pada
ikan.UNSOED, purwokerto berkala perikanan terubuk, februari 2011, hal 91-100 vol
39 no.1
Sangi, M.S., L. I. Momuat, dan M. Kumaunang. 2012. Uji toksisitas dan skrining fitokimia
tepung gabah pelepah aren (Arenga pinnata). Universitas Sam Ratulangi. Manado
Sudirman, S., Nurhjanah. dan Abdullah, A. 2011. Aktivitas antioksidan dan komponen
bioaktif kangkung air (ipomoea aquaticaforsk.). Skripsi. Bogor: Departemen Teknologi
Hasil Perairan Institut Pertanian Bogor.
Yuningsih, Ratna. 2007. Aktivitas antibakteri ekstrak daun jawer kotok (Coleus
scutellarioides [L.] Benth). Institut Pertanian Bogor

11

12

Anda mungkin juga menyukai