Anda di halaman 1dari 11

TUGAS FITOKIMIA

Nama : Dwi Rizki Ersanella

Nim. : 180500170

Dosen : Saddam Husein, M.Sc

Hari/tanggal : Rabu, 18 maret 2020


1. Fase Gerak : Asetonitril, etanol, air, petroleum eter, petroleum dietileter,metanol,etil
asetat, kloroform CHCl3,/119,38, asetonitrit,benzena C6H6/ 78,11, Karbon
tetraklorida CCL4/153,82
2. Jurnal 1

SKRINING FITOKIMIA DAN ANALISIS KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS


EKSTRAK TANAMAN PATIKAN KEBO (Euphorbia hirta L.)
Herba Patikan Kebo (Euphorbia hirta L.) adalah salah satu tanaman obat yang
tergolong dalam Famili Euphorbiaceae. Penggunaan E.hirta sebagai obat tradisional telah
dilaporkan di beberapa daerah termasuk di Bali. Secara tradisional tanaman ini diketahui
dapat digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit, seperti radang tenggorokan,
disentri, diare, asma dan bronchitis sehingga berpotensi sebagai alternatif bahan baku obat
tradisional. Untuk dapat dikembangkan sebagai bahan obat tradisional, perlu diketahui
kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada herba Patikan Kebo baik secara
kualitatif maupun kuantitatif sebagai salah satu parameter standarisasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui senyawa metabolit sekunder yang


terkandung pada herba Patikan Kebo melalui skrining fitokimia dan analisis Kromatografi
Lapis Tipis (KLT). Ekstraksi dilakukan menggunakan pelarut etanol 75% dengan cara
maserasi, dan diperoleh rendemen ekstrak sebanyak 6,87%. Pengujian kandungan metabolit
sekunder pada ekstrak herba patikan kebo dilakukan secara skrining fitokimia. Selanjutnya
uji KLT dilakukan untuk mempertegas keberadaan golongan senyawa yang positif pada
skrining fitokimia, dan mengetahui profil kromatografi dari ekstrak tersebut. Setelah diuji
secara skrining fitokimia dan analisis KLT, diperoleh hasil herba Patikan Kebo yang
digunakan dalam penelitian ini mengandung beberapa senyawa metabolit sekunder
diantaranya flavonoid, tanin, steroid dan antrakuinon. Sistem KLT yang digunakan dalam
penelitian ini dapat memisahkan kandungan fitokimia tersebut dan memberikan hasil positif
yang mempertegas hasil skrining fitokimia.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya ekstrak heksana, kloroform dan


metanol herba Patikan Kebo yang terdapat di daerah Surabaya mengandung senyawa
metabolit sekunder diantaranya steroid, fenolik, flavonoid, tannin dan alkaloid (Nafisah dkk.,
2014). Patikan Kebo yang diteliti di daerah Tamil Nadu, India positif mengandung senyawa
fenolik, flavonoid, terpenoid dan tanin (Mathivanan dkk., 2014). Telah diketahui bahwa
perbedaan habitat tanaman berpengaruh terhadap kandungan aktif tanaman tersebut. Namun,
saat ini data mengenai karakteristik metabolit sekunder dari herba Patikan Kebo yang tumbuh
di daerah Bali masih terbatas. Informasi mengenai karakteristik metabolit sekunder
diperlukan dalam proses standarisasi sebuah tanaman sebagai bahan baku obat tradisional
(Saifudin dkk., 2011). Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk
mengidentifikasi kandungan metabolit sekunder yang terkandung pada herba Patikan Kebo
yang tumbuh di Bali. Penelitian ini menggunakan metode secara skrining fitokimia dan untuk
mempertegas hasil positif pada skrining fitokimia, dilakukan analisis Kromatografi Lapis
Tipis terhadap ekstrak etanol E.hirta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui golongan
senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada herba Patikan Kebo yang tumbuh di Bali.

Penelitian ini merupakan penelitian dalam bentuk desktiptif laboratorik yang dilakukan
secara kualitatif dengan metode skrining fitokimia dan KLT. Teknik sampling yang
digunakan adalah purposive sampling. Sampel yang digunakan adalah seluruh bagian herba
Patikan Kebo yang diambil di wilayah Denpasar pada bulan Januari 2017.

Bahan

1. herba Patikan Kebo (Euphorbia hirta L.),


2. etanol 75%,
3. aquadest,
4. HCl 2N,
5. pereaksi dragendroff,
6. pereaksi mayer,
7. NaOH 10%,
8. pereaksi LibermanBuchard,
9. Pb asetat,
10. larutan AlCl3,
11. larutan KOH 10%,
12. FeCl3 5%,
13. etil asetat,
14. klorofom,
15. methanol,
16. nHeksan,
17. butanol,
18. asam asetat glasial,
19. H2SO4 10 %.

Metode Adapun metode atau alur kerja dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ekstraksi

a. Serbuk simplisia herba Patikan Kebo sebanyak 457,5 gram, dimaserasi dengan 1700 ml
pelarut etanol 75% dan diremaserasi sebanyak tiga kali dengan pelarut yang sama pada suhu
ruangan selama 24 jam.

b. Filtrat disaring menggunakan corong Buchner untuk memisahkan filtrat dengan maserat. c.
Filtrat yang diporoleh dipekatkan menggunakan rotary evaporator pada suhu 40oC sampai
diperoleh ekstrak kental.

2. Skrining fitokimia Pembuatan larutan uji untuk skrining fitokimia dilakukan dengan
melarutkan 500 mg ekstrak dalam 50 mL pelarut yang sesuai.
a. Uji Alkaloid Larutan uji sebanyak 2 ml diuapkan diatas cawan porselin hingga diperoleh
residu. Residu kemudian dilarutkan dengan 5 mL HCl 2N. Setelah dingin, larutan disaring.
Larutan yang didapat dibagi ke dalam 3 tabung reaksi. Tabung pertama berfungsi sebagai
kontrol. Tabung ke 2 ditambahkan 3 tetes pereaksi dragendroff dan tabung ketiga
ditambahkan 3 tetes pereaksi mayer (melalui dinding tabung). Terbentuknya endapan jingga
pada tabung kedua dan endapan kuning pada tabung ketiga menunjukan adanya alkaloid
(Farnsworth, 1966 dalam Putri dkk., 2015).

b. Uji Flavonoid Sebanyak 1 ml larutan uji masing-masing dimasukkan ke dalam 3 tabung


reaksi. Tabung 1 sebagai kontrol, tabung 2 ditambah dengan 1 mL larutan Pb Asetat (timbal
asetat) 10%, positif flavonoid jika terdapat endapan kuning (Raphael, 2012). Tabung 3
ditambah dengan beberapa tetes NaOH 20% terbentuk warna kuning jika mengandung
flavonoid (Ugochukwu dkk., 2013).

c. Tanin Sebanyak 2 mL larutan uji dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi, tabung 1 sebagai
kontrol dan tabung 2 ditambahkan beberapa tetes larutan FeCl3 5% atau FeCl3 10%, tanda
positif tanin jika terbentuk warna hijau gelap/biru (Robinson, 1911 dalam Putri dkk., 2015).

d. Triterpenoid/Steroid Larutan uji sebanyak 2 mL diuapkan dalam cawan penguap. Residu


dilarutkan dengan 0,5 mL kloroform, dipindahkan ke tabung reaksi, ditambahkan 0,5 mL
asam asetat anhidrat dan 2 mL asam sulfat pekat melalui dinding tabung. Terbentuknya
cincin kecoklatan atau violet pada perbatasan larutan menunjukkan adanya triterpenoid,
sedangkan bila muncul cincin biru kehijauan menunjukkan adanya steroid (Ciulei, 1984
dalam Putri dkk., 2015).

e. Antrakuinon Sebanyak 50 mg ekstrak ditambah 10 mL air kemudian dipanaskan selama 5


menit dan disaring. Sebanyak 3 mL larutan dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi, tabung 1
ditambahkan beberapa tetes larutan NaOH 1 N bila positif maka terbentuk larutan berwarna
merah dan tabung 2 sebagai kontrol (Putri dkk., 2015).

f. Saponin 4 mL larutan uji ditambahkan dengan 5 mL aquadest, kocok, lihat adanya busa
yang stabil. Sedikit ekstrak ditambahkan 5 mL air, kocok dalam tabung reaksi, terbentuk busa
stabil (busa setinggi 1 cm dan stabil selama 30 menit). 4 mL larutan uji dimasukkan ke dalam
tabung reaksi sebagai kontrol (Depkes RI, 1995 dalam Putri dkk., 2015).

Hasil skrining fitokimia Skrining fitokimia dilakukan secara kualitatif dengan menggunakan
pereaksi fitokimia. Berikut adalah hasil dari skrining fitokimia:
2. Hasil analisis Kromatografi Lapis Tipis

a. Flavonoid

b. Tanin
c. Steroid

Gambar 4. Hasil KLT Identifikasi Senyawa Golongan Steroid. (a) Pengamatan pada sinar
tampak, (b) Pengamatan pada sinar UV 366 nm, (c) Pengamatan pada sinar UV 254 nm, (d)
Pengamatan pada sinar tampak setelah disemprot Lieberman Burchard, (e) Pengamatan pada
sinar UV 366 nm setelah disemprot Lieberman Burchard, (f) Pengamatan pada sinar UV 254
nm setelah disemprot Lieberman Burchard.
d. Antrakuinon

Gambar 5. Hasil KLT Identifikasi Senyawa Golongan Antrakuinon. (a) Pengamatan pada
sinar tampak, (b) Pengamatan pada sinar UV 366 nm, (c) Pengamatan pada sinar UV 254 nm,
(d) Pengamatan pada sinar tampak setelah disemprot larutan KOH 10% dalam metanol, (e)
Pengamatan pada sinar UV 366 nm setelah disemprot larutan KOH 10% dalam metanol, (f)
Pengamatan pada sinar UV 254 nm setelah disemprot larutan KOH 10% dalam metanol.

Dari hasil profil kromatografi yang telah didapatkan, diperoleh hasil senyawa metabolit
sekunder yang positif terkandung pada ekstrak herba Patikan Kebo yaitu senyawa golongan
flavonoid, steroid, tanin dan antrakuinon. Pemisahan yang paling baik yaitu menggunakan
eluen n-Heksan : Etil asetat (3:7), karena dapat memberikan hasil pemisahan terbaik dengan
14 spot noda yang terlihat pada UV 366 nm. Dari salah satu aspek parameter spesifik yang
salah satunya telah dilakukan yaitu mengetahui senyawa metabolit sekunder secara kualitatif,
maka herba Patikan Kebo yang tumbuh di Bali berpotensi dijadikan bahan obat tradisional,
namun perlu dilakukan penelitian dari aspek parameter yang lainnya.

Dari penelitian yang dilakukan secara skrining fitokimia dan uji KLT pada ekstrak etanol
herba Patikan Kebo yang tumbuh di Bali, diperoleh hasil SKRINING FITOKIMIA DAN
ANALISIS KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS EKSTRAK TANAMAN PATIKAN KEBO
(Euphorbia hirta L.) Medicamento•Vol.3 No.2•2017 69 positif mengandung senyawa
golongan flavonoid, tanin, steroid dan antrakuinon. Dari penelitian yang dilakukan oleh
Nafisah dkk. (2014), diketahui bahwa ekstrak kloroform dan heksana Patikan Kebo yang
diteliti di daerah Surabaya mengandung senyawa steroid, fenolik, flavonoid, tanin dan
alkaloid. Sementara ekstrak kloroform, etil asetat dan metanol Patikan Kebo di Tamil Nadu,
India positif mengandung senyawa fenolik, flavonoid, terpenoid dan tanin (Mathivanan dkk.,
2014). Dari penelitian ini dihasilkan tambahan informasi bahwa herba Patikan Kebo yang
tumbuh di daerah Bali mengandung senyawa antrakuinon. Namun alkaloid tidak ditemukan
pada ekstrak yang diteliti. Perbedaan ini diduga disebabkan oleh pelarut yang digunakan saat
ekstraksi dan pengaruh lingkungan tempat tumbuh tanaman yaitu iklim, kualitas tanah, dan
mutu air yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas metabolit sekunder (Saifudin dkk.,
2011).

Isolasi Identifikasi Senyawa Steroid dari Daun Getih-Getihan (Rivina humilis


L.) dan Uji Aktivitas sebagai Antibakteri
Isolasi dan identifikasi senyawa steroid dari daun getih-getihan (Rivina humilis L.) dan uji
aktivitasnya sebagai antibakteri telah dilakukan. Isolasi dilakukan dengan maserasi dari 2,708
kg serbuk kering dari daun getih-getihan menggunakan pelarut etanol, kemudian dipartisi
dengan pelarut n-heksana yang menghasilkan ekstrak n-heksana sebanyak 2,4 gram. Uji
fitokimia menggunakan pereaksi Liebermann-Burchard menunjukkan bahwa ekstrak n-
heksana positif mengandung steroid. Pemisahan ekstrak n-heksana dengan kromatografi
kolom menghasilkan 5 fraksi besar (A, B, C, D, E) dan fraksi B yang positif steroid
menghasilkan isolat sebanyak 0,3 mg. Isolat steroid diuji kemurnian dengan metode KLT
dengan berbagai pelarut. Dari KLT dua dimensi, didapatkan satu noda dan diduga isolat telah
murni. Isolat steroid dianalisis menggunakan spektroskopi GC-MS, namum belum dapat
ditentukan strukturnya. Uji aktivitas antibakteri dari ekstrak n-heksana terhadap bakteri
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus menunjukkan penghambatan pertumbuhan
bakteri pada konsentrasi 1000 ppm.

Berdasarkan kemotaksonominya, tumbuhan yang satu famili (phytolaccaceae) dengan getih-


getihan yaitu Singawalang (Petiveria alliaceae) dan Hilleria latifolia. Singawalang (Petiveria
alliaceae) memiliki kandungan metabolit sekunder yaitu saponin glikosida, isoarborinol-
triterpen, isoarborinol-asetat, steroid, alkaloid, isoarborinolsinnamat, flavonoid, dan tanin
serta mempunyai aktivitas antibakteri, bioinsektisida, antikanker, dan antiinflamasi [4].
Sedangkan Hilleria latifolia mengandung tanin, glikosida, saponin, alkaloid, flavonoid,
steroid dan terpenoid dan mempunyai aktivitas antinoseptif dan antiinflamasi. Steroid
merupakan salah satu golongan senyawa metabolit sekunder. Golongan senyawa tersebut
diketahui mempunyai aktivitas bioinsektisida [5], antibakteri [6, 7], antifungi [8], dan
antidiabetes. Belum adanya penelitian terkait jenis senyawa steroid yang terdapat pada daun
getih-getihan, maka perlu dilakukan isolasi, identifikasi senyawa steroid dari daun getih-
getihan (Rivina humilis L.) dan uji aktivitas sebagai antibakteri.

Alat dan Bahan

Blender, neraca analitik, gelas ukur, gelas beker, pipet tetes, erlenmeyer, botol vial,
pengaduk, rotary evaporator, kertas saring, corong gelas, corong pisah, cawan penguapan,
chamber KLT, pipa kapiler, kromatografi kolom, cawan petri, inkubator, jarum ose, autoklaf,
lampu UV 254 nm dan 365 nm, spektroskopi GC-MS TQ 8030. Daun getih-getihan, etanol
96%, aquades, n-heksana, kloroform, etil asetat, pereaksi Liebermann-Burchard, kloroform
p.a., n-heksana p.a., etanol p.a., benzena p.a., metanol p.a., plat silika gel 60 GF254, silika gel
60 G, bakteri Staphylococcus aureus, Escherichia coli, tetrasiklin, DMSO, nutrient broth,
nutrient

Preparasi Sampel
Sampel daun getih-getihan basah sebanyak 22 kg dicuci, dikeringkan dengan cara diangin-
anginkan, kemudian dihaluskan menggunakan blender sehingga diperoleh serbuk simplisia.
Isolasi senyawa steroid sebanyak 2,708 kg serbuk daun getih-getihan dimaserasi selama 24
jam menggunakan pelarut etanol 10 L dengan pergantian pelarut setiap 24 jam sekali. Ekstrak
yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan rotary evaporator, sehingga diperoleh ekstrak
pekat etanol. Kemudian ekstrak pekat etanol dihilangkan klorofil dengan penambahan
aquades (1:1) ke dalam ekstrak pekat etanol didiamkan selama 24 jam dan dilakukan
penyaringan. Ekstrak etanol-aquades hasil penyaringan dipartisi menggunakan pelarut n-
heksana, kemudian ekstrak n-heksana dipekatkan dengan rotary evaporator hingga diperoleh
ekstrak n-heksana sebanyak 2,4 gram. Selanjutnya dilakukan uji steroid menggunakan
pereaksi Liebermann-Burchard.

Penapisan Fitokimia Berdasarkan Harborne :

1. Uji Saponin
2. Uji Flavonoid
3. Uji Alkaloid
4. Uji Tritepenoid
5. Uji Steroid
6. Uji Tanin

Pemisahan Senyawa Steroid Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Ekstrak n-heksana dilakukan
kromatografi lapis tipis untuk mengetahu jumlah komponen senyawa dalam ekstrak dan
menentukan eluen yang cocok untuk kromatografi kolom. Eluen yang digunakan yaitu
nheksana, kloroform, dan campuran eluen n-heksana: kloroform (2:7), n-heksana: kloroform
(3:7), nheksana: kloroform (2:8).

KLT Preparatif Fraksi positif steroid dipisahkan menggunakan metode KLT preparatif
dengan fasa diam silika gel dan eluen n-heksana: kloroform (8: 2) dengan ketebalan silika gel
2 mm dan panjang lapisan 20 cm serta lebar 20 cm, sehingga diperoleh isolat steroid.

Isolasi Senyawa Steroid dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol
menghasilkan ekstrak etanol berwarna hijau tua. Etanol merupakan pelarut universal yang
berfungsi untuk mengambil semua senyawa organik yang terkandung dalam sampel daun
getih-getihan karena pelarut etanol dapat masuk ke dalam jaringan tumbuhan, sehingga
banyak senyawa yang terekstrak di dalamnya. Filtrat yang diperoleh dipekatkan dengan
rotary evaporator, sehingga menghasilkan ekstrak pekat etanol sebanyak 40,25 g. Ekstrak
pekat etanol daun getih-getihan dilakukan penapisan fitokimia untuk mengetahui kandungan
kimianya. Hasil pengujian menunjukkan daun getihgetihan mengandung senyawa fenolik,
flavonoid, saponin, alkaloid, triterpenoid, steroid, dan tanin dapat dilihat pada tabel 1.
Selanjutnya ekstrak pekat etanol dihilangkan klorofilnya dengan penambahan aquades (1:1).
Hal ini bertujuan untuk memudahkan isolasi senyawa steroid yang terkandung di dalamnya
karena klorofil merupakan senyawa pengotor. Filtrat etanol-aquades selanjutnya dipartisi
dengan pelarut n-heksana untuk mengambil senyawa non polar, seperti steroid dan
triterpenoid. Ekstrak pekat n-heksana yang diperoleh dilakukan identifikasi dengan pereaksi
Liebermann-Burchard (LB) yang menghasilkan warna biru kehijauan yang menunjukkan
adanya senyawa steroid.

Hasil KLT preparatif menunjukkan adanya 4 pita (B1, B2, B3, B4). Pita B4 dengan Rf 0,8
berwarna biru terang mengindikasikan adanya senyawa steroid. Kemudian pita B4 dikerok
dan dilarutkan dalam nheksana pro analis untuk mendapatkan isolat steroid setelah
dipisahkan dengan silika gel dan diuapkan, diperoleh isolat steroid sebanyak 0,3 mg.
Selanjutnya untuk mengetahui kemurnian isolat yang diperoleh dilakukan uji kemurnian
dengan metode KLT berbagai eluen dan KLT dua dimensi. Isolat steroid dilakukan uji
kemurnian dengan metode KLT berbagai eluen dan KLT dua dimensi. Eluen yang digunakan
yaitu n-heksana, benzena, metanol, nheksana: metanol (1:1), n-heksana: kloroform (8:2), n-
heksana: benzena (1:1). KLT dua dimensi dielusi dengan eluen pertama n-heksana: kloroform
(8:2) dan kedua nheksana untuk mengetahui apakah steroid dari hasil kromatografi preparatif
sudah murni. Uji kemurnian didapatkan satu noda yang diduga isolat telah murni.

Berdasarkan hasil kromatogram pada gambar 7 diperoleh 50 puncak senyawa yang


menunjukkan bahwa isolat steroid belum murni dan tidak menunjukkan adanya senyawa
steroid, sehingga belum mewakili isolat senyawa hasil isolasi. Kemungkinan hal tersebut
terjadi karena kondisi operasional alat yang belum optimal sehingga senyawa steroid belum
keluar dan belum bisa diketahui jenis steroidnya.
Uji Aktivitas Antibakteri

Hasil pengujian antibakteri pada tabel 3 dapat diketahui bahwa ekstrak n-heksana memiliki
aktivitas antibakteri pada bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Aktivitas
antibakteri ekstrak nheksana terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus
menghambat pertumbuhan bakteri pada konsentrasi 1000 ppm.

Anda mungkin juga menyukai