Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

FARMAKOTERAPI HIPERTENSI

Praktikum 1

Disusun Oleh :

1. Dwi Rizky Ersanella (180500170)


2. Early Yusila Putri (180500171)
3. Egi Handri Pitrawan (180500172)

Golongan Kelompok : Golongan 3F


Hari/Tanggal Praktikum : 28 September 2019
Dosen Jaga Praktikum :

PROGRAM STUDI S1ARJANA FARMASI


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ALMA ATA
YOGYAKARTA
2019
A. Tujuan pembuatan makalah

 Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami definisi dari hipertensi


 Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami patofisiology dari penyakit tersebut
 Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami ciri klinik dari penyakit tersebut
 Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami diagnosis dari penyakit tersebut
 Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami hasil yang diinginkan dari perawatan
penyakit tersebut
 Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami pengobatan penyakit tersebut
 Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami evaluasi hasil terapi dari penyakit
tersebut
 Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami studi kasus dari penyakit tersebut

B. Kasus

Bapak BMW, pensiunan PNS, usia 75 tahun, BB=75 kg, TB=165 cm, mengalami keluhan sakit
kepala, dua minggu yang lalu periksa ke dokter dengan tekanan darah 160/90 mmHg. Sebelumnya bapak
BMW sudah diterapi dengan diuretic selama 6 bulan.Pada saat periksa dua minggu yang lalu, pasien juga
mengeluhkan lutut dan persendian jari kaki terasa sakit.Dokter menyarankan pasien untuk melakukan
pemeriksaan laboratotorium.

Data lab:

TD : 160/100 mmHg

Total Kolesterol: 150 mg/dL

LDL Kolesterol : 150 mg/dL

HDL Kolesterol : 150 mg/dL

Trigliserida : 120 mg/dL

Asan Urat : 9,5 mg/dL

Pasien sudah menerima terapi hipertensi dengan diuretik yaitu furosemide 2 x sehari 40 mg, namum
tekanan darah pasien tidak memperlihatkan penurunan tekanan darah, sehingga hasil yang diinginkan
tidak tercapai.

C. Definisi

Tekanan darah adalah tekanan di dalam pembulu arteri ketika darah di pompa oleh jantung ke
seluruh anggota tubuh. Tekanan darah dapat dilihat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya di
tunjukkan dengan angka seperti berikut : 120/80 mmHg. Angka 120 menunjukkan tekanan pada
pembuluh arteri ketka jantung berkontraksi, disebut dengan tekanan sistolik.Angka 80 menunjukkan
tekanan ketika jantung sedang berelaksasi.Disebut dengan tekanan diastolik (Surasono, 2007).
Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri.Secara
umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang upnormal tinggi di dalam
arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap struk, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan
kerusakan ginjal (Katzung, 2001).

Hipertensi adalah peningkatan tekana darah sistolik dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90
mmHg. Diagnosis hipertensi tidak berdasarkan peningkatan tekanan darah yang hanya sekali . Tekanan
darah harus di ukur dalam posisi duduk dan berbaring (Baradero, 2005).

Tekanan darah daalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami.Bayi dan anak-anak secara
normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih renda daripada dewasa. Tekanan darah juga di pengaruhi
oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika
beristirahat (Katzung, 2001).

Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda ; paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah
pada saat tidur malam hari. Definisi hipertensi menurut WHO :

Kategori Sistolik ( mmHg ) Diastolik ( mmHg )


Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Normal-tinggi 130-139 85-89
Hipertensi stage 1 (ringan) 140-159 90-99
Subkelompok: Bonderline 140-149 90-94
Hipertensi stage 2 (sedang) 160-179 100-109
Hipertensi stage 3 (berat) >180 >110
Hipertensi Sistolik Terisolasi >140 <90
Subkelompok: Bonderline 140-149 <90
(Kuswardhani, 2006)

The Sixth Report of The Join National Committee on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood
Pressure (JNC VI) mendefinisikan tekanan darah tinggi pada orang dewasa sebagai berikut:

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Tinggi normal 130-139 85-89
Hipertensi
Tahap 1 (ringan) 140-159 90-99
Tahap 2 (sedang) 160-179 100-109
Tahap 3 (berat) >180 >110
(Brashers, 2003)

Definisi Hipertensi pada anak-anak dan remaja :

Umur Tekanan Darah Borderline Hipertensi


Normal Hypertension TDS/TDD (mmHg)
TDS/TDD (mmHg) TDS/TDD (mmHg)
<2 tahun <104/70 <111/73 <139/89
3-5 tahun <108/70 <115/75 <116/76
3-5 tahun <114/74 <121/77 <122/78
10-12 <122/78 <125/81 <126/82
tahun <130/80 <135/85 <136/86
13-15 <136/84 <139/89 <140/90
tahun
16-18
Tahun
(Battegay, 2005)

Sampai saat ini, penyebab kasus-kasus hipertensi banyak yang belum diketahui, tetapi secara
umum penyebab hipertensi di bedakan menjadi dua.

1. Hipertensi Primer (esensial)

Hipertensi ini tidak diketahui secara jelas penyebabnya.Biasanya, disebut juga hipertensi idiopatik.
Beberapa hal yang di mungkinkan menjadi factor penyebab adalah factor keturunan (genetic),
hiperaktivitas susunan saraf simpatetis, sistem renin-angiotensin, defek dalam ekstraksi natrium (Na),
peningkatan Na dan kalsium (Ca) intraseluler, dan factor gaya hidup (kebiasaan makan, alcohol, dan
rokok). Hipertensi jenis ini justru lebih banyak kasusnya.

2. Hipertensi Sekunder (renal)

Penyebab spesifik hipertensi ini di ketahui. Diantaranya, yaitu penggunaan estrogen, penyakit ginjal,
kelebihan berat badan, kelebihan kolesterol, dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan
(Julianti,2005).

D. Patofisiologi

Patofisiologi hipertensi masih banyak terdapat ketidakpastian.Sebagian kecil pasien (2%-5%)


menderita penyakit ginjal atau adrenal sebagai penyebab meningkatnya tekanan darah.Pada sisanya tidak
dijumpai penyebabnya dan keadaan ini disebut hipertensi esensial.Beberapa mekanisme fisiologis terlibat
dalam mempertahankan tekanan darah yang normal, dan gangguan pada mekanisme ini dapat
menyebabkan terjadinya hipertensi esensial.

Hipertensi merupakan penyimpangan heterogen yang dihasilkan baik dari penyakit yang spesifik
(hipertensi sekunder) atau dari mekanisme patofisiologi sebuah etiologic yang belum diketahui (hipertensi
primer/sekunder).Hipertensi sekunder menyumbang kurang dari 10% kasus, dan sebagian besar dari
kasus ini disebabkan oleh penyakit ginjal kronis atau penyakit renovaskular.Kondisi lain yang
menyebabkan hipertensi sekunder meliputi pheochromocytoma, sindrom Cushing, hipertiroidisme,
hiperparatiroidisme, aldosteronisme primer, kehamilan, apnea tidur obstruktif, dan koarktasio
aorta.Beberapa obat yang dapat meningkatkan tekanan darah termasuk kortikosretoid, estrogen, obat anti
inflamasi non steroidal (NSAID), amfetamin, sibutramin, siklosporin, takrolimus, eritropoietin, dan
venlafaxin.
Beberapa faktor yang berkontribusi dalam peningkatan hipertensi primer, termasuk:

 Kelainan humoral melibatkan system renin-angiotensin-aldosteron, hormone natriuretic, atau


hiperinsulinemia. Sistem renin-angiotensin merupakan system endokrin yang paling penting
dalam mengontrol tekanan darah. Renin disekresi dari aparat jukstaglomerular ginjal sebagai
penyeimbang terhadap kurangnya perfusi glomerular atau kurangnya asupan garam. Renin
bertanggung jawab dalam konfersi subtrat renin (angiotensinogen) menjadi angiotensin II di paru-
paru oleh angiotensinconverting enzyme (ACE). Angiotensin II merupakan vasokonstriktor kuat
dan mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Sedangkan hormone natriuretic merupakan
hormone yang diproduksi oleh atrium jantung sebagai hasil dari peningkatan volume darah.
Efeknya ialah meningkatnya eksresi garam dan air dari ginjal (diuretic alamiah). Gangguan pada
sistem ini dapat mengakibatkan retensi cairan dan hipertensi;
 Gangguan patologis dalam SSP, serabut saraf otonom, reseptor adrenergic, atau baroreseptor.
Stimulasi system saraf otonom dapat menyebabkan konstriksi arteriola dan dilatasi arteriola;
 Kelainan baik dalam proses autoregulatori ginjal atau jaringan untuk eksresi natrium, volume
plasma, dan penyempitan aorta;
 Kekurangan sintesis lokal dalam substansi-substansi vasodilatasi dalam endothelium pembuluh
darah, seperti prostasikin, bradikinin, dan nitrat oksida, atau peningkatan produksi zat-zat
vasoconstricting seperti angiotensin II dan endotelin I;
 Asupan sodium yang tinggi dan peningkatan sirkulasi hormone natriuretic penghambatan
transport natrium intraseluler, mengakibatkan peningkatan reaktivitas vascular dan peningkatan
tekanan darah; dan
 Peningkatan konsentrasi intraseluler kalsium, yang menyebabkan perubahan fungsi otot polos
pembuluh darah dan peningkatan resistensi pembuluh darah perifer.

Berikut adalah table klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa menurut Joint National Committee of
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7)

Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Normal <120 <80
Prahipertensi 120-139 80-89
Hipertensi Tingkat 1 140-159 90-99
Hipertensi Tingkat 2 >160 >100

Klasifikasi hipertensi menurut World Health Organization (WHO)

Kategori Tekanan Darah Sistol (mmHg) Tekanan Darah Diatol (mmHg)


Optimal
Normal <120 <80
Normal-Tinggi <130 <85
130-139 85-89
Tingkat 1 (Hipertensi Ringan) 140-159 90-99
Sub-group : perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (Hipertensi Sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (Hipertensi Berat) >180 >110
Hipertensi sistolik terisolasi >140 <90
(Isolated systolic hypertension)
Sub-group: perbatasan 140-149 <90

Klasifikasi hipertensi menurut Chinese HypertensionSociety (CHS)

Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastol CHS-2005


(mmHg) (mmHg)
<120 <80 Normal
120-129 80-84 Normal-Tinggi
130-139 85-89
Tekanan
Darah
140-159 90-99 Tingkat 1
160-179 100-109 Tingkat 2
>180 >110 Tingkat 3
>140 <90 Hipertensi Sistol
Terisolasi

Penyebab utama kematianpada pasien hipertensi adalah kecelakaan cerebrovascular, gagal jantung, dan
gagal ginjal.Kemungkinan kematian yang lebih awal berkorelasi dengan peningkatan tekanan darah yang
parah.

E. Etiologi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan.

1. Hipertensi Primer (esensial)/Idiopatik


Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor-
faktor yang meningkatkan resiko antara lain yaitu :
a. Merokok
b. Obesitas
c. Alkoholisme
d. Stres
e. Konsumsi Garam
f. Kopi (Kafein)
g. Kontrasepsi Oral
2. Hipertensi Sekunder
Penyebabnya yaitu, dipicu oleh obat-obatan, penyakit ginjal, sindrom schussing,
dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.

F. Faktor Resiko
Hipertensi atau tekanan atau darah tinggi bisa menyerang siapa saja. Namun, ada beberapa farktor
yang dapat meningkatkan resiko seseorang mengalami tekanan darah tinggi, yaitu:

 Faktor keturunan
Hipertensi ternyata bisa di turunkan dari orang tua ke anaknya.Jika kedua orang tua memiliki
riwayat hipertensi maka kemunhkinan anaknya juga beresiko mengalaminya.
 Usia
Usia yang makin bertambah biasanya membuat daya tahan tubuh menurun. Kondisi tubuh yang
makin tua ternyata bisa memicu serangan hipertensi. Semakin tua usia maka pembuluh darah
akan berkurang elastisitasnya sehingga pembuluh darah cenderung menyempit. Akibatnya,
tekanan darah akan meningkat.
 Gender
Meski bisa dialami siapa saja namun pada usia 45 tahun pria lebih beresiko mengalami tekanan
darah tinggi. Pada usia 45 sampai 64 tahun pria dan wanita memiliki tingkat resiko yang sama.
Namun, jika diatas usia itu, wanita lebih beresiko.
 Kurang Gerak
Kegiatan pasif seperti duduk atau tidur terlalu lama ditambah kurangnya olahraga cenderung
meningkatkan resiko penyempitan atau penyumbatan di pembuluh darah.
 Pola Makan
Makanan yang dikonsumsi sehari-hari bisa menjadi pemicu munculnya hipertensi.Jadi, mulai
sekarang hindari makanan tinggi kalori, gula, lemak, dan garam.Perlu diketahui bahwa makanan
bergaram bisa menahan banyak cairan dalam tubuh sehingga dapat meningkatkan tekanannya.
 Stres
Stres tak hanya bisa merusak mood. Saat dilanda stress produksi hormon adrenalin akan
meningkat sehingga jantung memompa darah lebih cepat, akibatnya tekanan darah meningkat.
Selain itu, pada saat stress biasanya pilihan makanan kita kurang baik. Kita akan cenderung
melahap apapun untuk merilekskan diri, dan itu bisa berdampak secara tidak langsung pada
tekanan darah kita.

G. Diagnosis

Untuk mengetahui keberadaan hipertensi, pengukuran tekanan darah harus dilakukan dalam
keadaan duduk rileks atau berbaring selama 5 menit.Apabila hasil pengukuran menunjukkan angka
140/90 mmHg atau lebih, hal ini dapat diartikan sebagai keberadaan hipertensi, tetapi diagnosis tidak
dapat dipastikan hanya berdasarkan satu kali pengukuran saja.Jika pada pengukuran pertama hasilnya
tinggi, maka tekanan darah diukur kembali sebanyak 2 kali pada 2 hari berikutnya untuk meyakinkan
adanya hipertensi.

Pada dasarnya dugaan kuat seseorang menderita hipertensi terjadi apabila terdapat hal-hal
berikut:

 Riwayat hipertensi dalam keluarga


Apabila kedua orang tua mengidap hipertensi, kemungkinan besar yang bersangkutan akan
mengidap hipertensi (primer). Selain itu periksalah juga apakah dalam keluarga ada yang
mengalami penyakit jantung, stroke, penyakit ginjal, kencing manis, atau kolesterol tinggi.
 Umur Penderita
Hipertensi primer biasanya muncul pada mereka yang berumur antara 25-45 tahun, hanya sekitar
20% saja yang mengalami hipertensi pada usia dibawah 25 tahun atau diatas 45 tahun.
 Data Faktor Resiko
Ada tidaknya faktor-faktor hipertensi, seperti: perokok, suka mengonsumsi alkohol, obesitas,
stres, dan kebiasaan mengonsumsi makanan asin.
 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lain tidak selalu dilakukan, kecuali jika
Anda mencurigai keberadaan hipertensi sekunder.
Pemeriksaan tersebut meliputi:
 Pemeriksaan urin
Dilakukan untuk mengetahui keberadaan protein dan sel-sel darah merah (eritrosit) yang
menandai kerusakan ginjal. Kadar gula untuk mendeteksi kencing manis juga sebaiknya
diperiksa.
 Pemeriksaan darah
Dilakukan untuk mengetahui fungsi ginjal, termasuk mengukur kadar ureum dan
kreatinin. Kadar kalium dalam urin akan tinggi jika terdapat penyakit aldosteronisme
primer, karena tumor korteks kelenjar adrenal yang dapat memicu hipertensi. Kadar
kalsium yang tinggi berhubungan dengan hipertiroidisme. Melalui pemeriksaan ini, kadar
gula darah dan kolesterol juga diukur.

H. Pengobatan

1) Pengobatan Non Farmakologi


Pengobatan non farmakologis terkadang dapat mengontrol tekanan darah sehingga
pengobatan farmakologis menjadi tidak diperlukan atau sekurang-kurangnya ditunda.
Sedangkan pada keadaan dimana obat anti hipertensi diperlukan, pengobatan non
farmakologis dapat dipakai sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan yang
lebih baik.
Pengobatan non farmakologis diantaranya:
o Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh
o Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh

Nasehat penggunaan garam, harus memperhatikan kebiasaan makan penderita.


Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit dilaksanakan. Cara pengobatan ini
hendaknya tidak dipakai sebagai pengobatan tunggal, tetapi lebih baik digunakan sebagai
pelengkap pada pengobatan farmakologis.

o Ciptakan keadaan rileks

Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hypnosis dapat mengontrol system
saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.

o Melakukan olahraga seperti senam aerobic atau jalan cepat selama 30-40 menit
sebanyak 3-4 kali seminggu.
o Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol.
2) Pengobatan Farmakologi
-Diuretik
Diuretik bekerja meningkatkan ekskresi natrium, air dan klorida sehingga
menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler.Akibatnya terjadi penurunan CO
(cardiac output) dan tekanan darah.Beberapa diuretik juga menurunkan resistensi perifer
sehingga menambah efek hipotensinya.
-Golongan Thiazide
Obat golongan ini bekerja dengan menghambat transport bersama Na/Cl di
tubulus ginjal, sehingga ekskresi Na+ dan Cl− meningkat. Umumnya kurang efektif pada
gangguan ginjal, dapat memperburuk fungsi ginjal, dan pemakaian lama menyebabkan
hiperlipidemia (peningkatan kolesterol, LDL, dan trigliserida).Efek hipotensif baru
terlihat setelah 2-3 hari dan mencapai maksimum setelah 2-4 minggu.
Efek samping dari golongan thiazide dapat menyebabkan hipokalemia yang berbahaya
bagi pasien yang mendapat digitalis. Efek samping ini dapat dihindari bola thiazide
diberikan dalam dosis rendah atau dikombinasi dengan obat lain seperti diuretic hemat
kalium , atau penghambat ACE (Angiostensin Converting Enzyme). Sedangkan suplemen
kalium tidak lebih efektif.Thiazide juga dapat menyebabkan hiponatremia, hipomagnesia,
dan hipokalsemia.Selain itu thiazide dapat menghambat ekskresi asam urat dari ginjal dan
pada pasien hiperurisemia dapat mencetuskan seragan gout akut. Thiazide dapat
meningkatkan kadar kolesterol LDL dan trigliserida. Pada penderita DM (diabetes
mellitus), thiazide dapat menyebabkan hiperglikemia karena mengurangi sekresi
insulin.Pada pasien pria, terkadang dapat timbul gangguan fungsi seksual.
-Diuretik Kuat
Diuretik kuat bekerja di ansa Henle ascendens bagian epitel tebal dengan cara
menghambat ko-transport Na, K, Cl dan menghambat resorpsi air dan elektrolit.
Onsetnya lebih cepat dan efek diuretiknya lebih kuat daripada golongan thiazide.Waktu
paruh diuretik kuat umumnya pendek sehingga diperlukan pemberian 2 atau 3 kali sehari.
Efek samping hampir sama dengan thiazide, kecuali bahwa diuretik kuat menimbulkan
hiperkalsiuria dan meningkatkan kadar kalsium darah. Contoh obatnya adalah asam
etakrinat, furosemid, dan bumetanid.

I. Analisis Kasus

Nama Pasien : Bapak BMW

Umur : 75 tahun

Riwayat Penyakit Pasien : Hipertensi dan asam urat

Riwayat Penyakit Keluarga :-

Riwayat Pengobatan Pasien : Terapi diuretik,pemberiaan furosemid 40 mg

Riwayat Sosial :-
Riwayat Alergi :-

1. Subyektif (S) : 1. Sakit kepala

2. Lutut dan persendian jari kaki terasa sakit

2. Obyektif (O) : 1. Tekanan Darah = 160/100 mmHg

2. Total kolesterol = 150 mg/dL

3. LDL Kolesterol = 150 mg/dL

4. HDL Kolesterol = 150 mg/dL

3. Assisment (A) : Berdasarkan RPO pasien menggunakan furosemid, pada pasien

dimungkinkan adanya hipertensi. Pengobatan dengan

furosemid dapat dilanjutkan dengan pemberian 2x1 . pasien

juga mengeluhkan sakit pada lutut dan persendian kaki yang

disebabkan asam urat pasien tinggi, pengobatan dapat

dilakukaan dengan allopurinol dengan pemberian 1x1 .

4. Planning (P) : a). Diberikan terapi farmakologi, yaitu:

-Diberikan obat :

1. Furosemid untuk hipertensi

2. allupurinol untuk asam urat

b). Diberikan teapi non farmakologi pada pasien sebagai

penunjang kualitas hidup yang baik.

o Pemilihan obat
- Obat hipertensi
A) obat yang dipilih
diueretik dari golongan diurteik kuat
obat : furosemid
B) mekanisme kerja
mekanisme kerjanya adalah dari tepi lumen ( cepat dan bolak balik)
memblok pembawa Na+/K+/2cl-, dengan ini menghambat absobsi
ion natrium, ion kalium, dan ion klorida dalam cabang tebal jerat
henle menaik. Untuk dapat bekerja dari daerah lumen, senyawa ini
dari aliran darah harus masuk ke cairan tubulus. Transport terjadi
melalui sekresi aktif tubulus proksimal .
* dosis, frekuensi, durasi, dan cara pemberian
diberi per-oral 2x40 mg p.c .
- Obat Asam Urat
A) Obat yang dipilih
Inhibitor xanthine oxidase
Obat: allopurinol 100 mg
B) Mekanisme kerjanya
Mekanisme kerjanya adalah dengan cara menghambat enzim
xanthine oksidase sehingga mengurangi pembentukan asam urat dan
juga dapat menghambat sintesis purin.

* dosis obat: diberi per-oral 1x100mg p.c .

Obat diberikan 5 menit setelah minum obat furosemid.

J. KIE

Yang perlu dilakukan yaitu:

I. Pasien diberikan informasi mengenai cara pakai obat dan waktu penggunaan
II. Beritahukan perkiraan efek samping obat yang mungkin terjadi
III. Memberikan konsekuensi yang serius dari tekanan darah yang seharusnya dicapai
IV. Pasien harus mengetahui tekanan darahnya dan tahu berapa target berapa tekanan darah
yang seharusnya dicapai
V. Berikan informasi keuntungan pengontrolan tekanan darah
VI. Memberitahukan obat-obat bebas yang harus dihindari (seperti obat-obat yang
mengandung gingseng, nasal decongestan, dll)
VII. Gunakan keahlian mendengarkan secara aktif sewaktu pasien menjelaskan penyakitnya
VIII. Menyarankan untuk menjaga gaya hidup dengan mengatur pola makan dan menghindari
makanan tertentu dan olahraga yang cukup
IX. Bantu pasien dengan cara tertentu untuk tidak lupa meminum obat.

K. Daftar Pustaka

A. Sukandar, prof.Dr. E Y et.al. 2008. ISO Farmakoterapi. Jakarta:ISFI Penertbitan


B. Surasono, et. al. 2007. Pembunuh Bernama Hipertensi. Jakarta : Ethical Digest
C. Tambayong., jan.1999.Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta: Buku
kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai