Daftar isi
1Klasifikasi
o 1.1Dewasa
o 1.2Neonatus dan bayi
o 1.3Anak dan remaja
2Gejala
o 2.1Hipertensi sekunder
o 2.2Krisis hipertensi
o 2.3Kehamilan
o 2.4Bayi dan anak
3Komplikasi
4Penyebab
o 4.1Hipertensi primer
o 4.2Hipertensi sekunder
5Patofisiologi
6Diagnosis
7Pencegahan
8Penatalaksanaan hipertensi
o 8.1Perubahan gaya hidup
o 8.2Pengobatan
o 8.3Pasien usia lanjut
o 8.4Hipertensi resisten
9Kemungkinan terkena penyakit ini
o 9.1Anak
10Sejarah
11Masyarakat dan budaya
o 11.1Kesadaran
o 11.2Segi ekonomi
o 11.3Kesadaran
12Lihat pula
13Referensi
140–
Hipertensi Derajat 1 18,7–21,2 90–99 12,0–13,2
159
Hipertensi sistolik
≥140 ≥18,7 <90 <12,0
tersendiri
Hipertensi gestasional atau tekanan darah tinggi yang terjadi pada saat
kehamilan di atas 20 minggu dan protein pada air seni adalah negatif dan harus
dilakukan pengukuran tekanan darah dua kali dengan selang waktu lebih dari 6
jam dan keduanya menunjukkan tekanan darah lebih besar dari 140/90.
Hipertensi orthostatik atau hipertensi postural adalah kejadian meningkatnya
tekanan darah secara tiba-tiba ketika bangun berdiri, jika tekanan sistolik
meningkat lebih dari 20mmHg dinamakan hipertensi orthostatik sistolik dan jika
tekanan diastolik meningkat hingga 98 mmHg atau lebih dinamakan hipertensi
orthostatik diastolik. Hal ini lebih banyak terjadi, ketika kita tiba-tiba bangun dari
tidur yang pulas, oleh karenanya pengukuran tekanan darah sebaiknya dilakukan
15 sampai 30 menit sesudah kita bangun tidur, tetapi belum melakukan aktivitas
apa pun, kecuali misalnya buang air kecil dan minum air putih saja.
Neonatus dan bayi[sunting | sunting sumber]
Hipertensi pada neonatus jarang terjadi, dan hanya terjadi pada sekitar 0,2 sampai
3% neonatus. Tekanan darah tidak diukur secara rutin pada bayi baru lahir yang
sehat.[7] Hipertensi lebih umum terjadi pada bayi baru lahir berisiko tinggi. Berbagai
faktor, seperti usia gestasi, usia pascakonsepsi, dan berat badan lahir perlu
dipertimbangkan ketika memutuskan apakah tekanan darah termasuk normal pada
neonatus.[7]
Anak dan remaja[sunting | sunting sumber]
Hipertensi cukup umum terjadi pada anak dan remaja (2–9% bergantung pada usia,
jenis kelamin, dan etnisitas)[8] dan dikaitkan dengan risiko jangka panjang mengalami
kesehatan yang buruk.[9] Rekomendasi saat ini adalah agar anak di atas usia tiga
tahun diperiksa tekanan darahnya kapan pun mereka melakukan kunjungan atau
pemeriksaan rutin. Tekanan darah tinggi baru dipastikan setelah kunjungan berulang
sebelum menyatakan seorang anak mengalami hipertensi.[9] Tekanan darah
meningkat seiring usia pada masa kanak-kanak, dan pada anak, hipertensi
didefinisikan sebagai rerata tekanan darah sistolik dan diastolik yang pada tiga atau
lebih waktu yang berbeda, sama dengan atau lebih tinggi dari persentil ke-95 yang
sesuai untuk jenis kelamin, usia, dan tinggi badan anak. Prahipertensi pada anak
didefinisikan sebagai rerata tekanan darah sistolik dan diastolik yang lebih besar
atau sama dengan persentil ke-90, tapi lebih kecil dari persentil ke-95.[9] Pada
remaja, diusulkan bahwa hipertensi dan prahipertensi didiagnosis dan digolongkan
dengan menggunakan kriteria dewasa.[9]
Hipertensi merupakan faktor risiko yang bisa dicegah yang terpenting bagi kematian
prematur di seluruh dunia.[17] Hipertensi meningkatkan risiko penyakit jantung
iskemik[18] stroke,[12] penyakit periferal vaskular,[19] dan penyakit kardiovaskular lain,
termasuk gagal jantung, aneurisma aorta, aterosklerosis difus, dan emboli paru.
[12]
Hipertensi juga merupakan faktor risiko terjadinya gangguan kognitif, demensia,
dan penyakit ginjal kronik.[12] Komplikasi lain di antaranya:
Retinopati hipertensi
Nefropati hipertensi[20]
Sistem Pemeriksaan
Diagnosis hipertensi ditegakkan saat pasien menderita tekanan darah tinggi secara
persisten. Biasanya,[4] untuk menegakkan diagnosis diperlukan tiga kali pengukuran
sfigmomanometer yang berbeda dengan interval satu bulan.[53] Pemeriksaan awal
pasien dengan hipertensi mencakup anamnesis dan pemeriksaan fisik lengkap.
Dengan tersedianya pemantauan tekanan darah ambulatori 24 jam dan alat
pengukur tekanan darah di rumah, demi menghindari kekeliruan diagnosis pada
pasien dengan hipertensi white coat (jenis hipertensi yang disebabkan oleh stres
saat bertemu dokter atau berada dalam suasana medis) telah dihasilkan suatu
perubahan protokol. Di Inggris, praktik terbaik yang dianjurkan saat ini adalah
dengan melakukan follow-up satu kali hasil pengukuran tekanan darah yang tinggi di
klinik dengan pengukuran ambulatori. Follow-up juga dapat dilakukan, walaupun
kurang ideal, dengan memonitor tekanan darah di rumah selama kurun waktu tujuh
hari.[4]
Sekali diagnosis telah ditegakkan, dokter berusaha mengindentifikasi penyebabnya
berdasarkan faktor risiko dan gejala lainnya, bila ada. Hipertensi sekunder lebih
sering ditemukan pada anak usia prapubertas dan sebagian besar kasus
disebabkan oleh penyakit ginjal. Hipertensi primer atau esensial lebih umum pada
orang dewasa dan memiliki berbagai faktor risiko, di antaranya obesitas dan riwayat
hipertensi dalam keluarga.[54] Pemeriksaan laboratorium juga dapat dilakukan untuk
mengidentifikasi kemungkinan penyebab hipertensi sekunder, dan untuk
menentukan apakah hipertensi menyebabkan kerusakan pada jantung, mata, dan
ginjal. Pemeriksaan tambahan untuk diabetes dan kadar kolesterol tinggi dilakukan
karena kondisi ini merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung dan mungkin
memerlukan penanganan.[1]
Kadar kreatinin darah diukur untuk menilai adanya gangguan ginjal, yang mungkin
merupakan penyebab atau akibat dari hipertensi. Kadar kreatinin darah saja dapat
memberikan dugaan yang terlalu tinggi untuk laju filtrasi glomerulus. Panduan terkini
menganjurkan penggunaan rumus prediktif seperti formula Modification of Diet in
Renal Disease (MDRD) untuk memperkirakan laju filtrasi glomerulus (eGFR).[3] eGFR
juga dapat memberikan nilai awal/dasar fungsi ginjal yang dapat digunakan untuk
memonitor efek samping obat antihipertensi tertentu pada fungsi ginjal.
Pemeriksaan protein pada sampel urin digunakan juga sebagai indikator sekunder
penyakit ginjal. Pemeriksaan Elektrokardiogram (EKG/ECG) dilakukan untuk
memeriksa tanda-tanda adanya beban yang berlebihan pada jantung akibat tekanan
darah tinggi. Pemeriksaan ini juga dapat menunjukkan adanya penebalan dinding
jantung (hipertrofi ventrikel kiri) atau tanda bahwa jantung pernah mengalami
gangguan ringan seperti serangan jantung tanpa gejala (silent heart attack).
Pemeriksaan foto Röntgen dada atau ekokardiogram juga dapat dilakukan untuk
melihat tanda pembesaran atau kerusakan pada jantung.[12]
Menjaga berat badan normal (misalnya, indeks massa tubuh 20–25 kg/m2).
Mengurangi asupan diet yang mengandung natrium sampai <100 mmol/ hari (<6
g natrium klorida atau <2,4 g natrium per hari). Banyak yang tidak menyadari
bahwa makanan ringan dan juga mie instan banyak mengandung garam,
demikian juga vetsin yang sebenarnya adalah monosodium glutamate,
karena sodium sebenarnya adalah nama lain dari natrium.
Melakukan aktivitas fisik aerobik secara teratur, misalnya jalan cepat (≥30 menit
per hari, pada hampir setiap hari dalam seminggu).
Batasi konsumsi alkohol tidak lebih dari 3 unit/hari pada laki-laki dan tidak lebih
dari 2 unit/hari pada perempuan.
Mengonsumsi makanan yang kaya buah dan sayuran (misalnya, sedikitnya lima
porsi per hari).
Perubahan gaya hidup yang efektif dapat menurunkan tekanan darah setara dengan
masing-masing obat antihipertensi. Kombinasi dari dua atau lebih perubahan gaya
hidup dapat memberikan hasil lebih baik.[55]
Pada 1995 diperkirakan 43 juta orang di Amerika Serikat mengalami hipertensi atau
menjalani terapi antihipertensi. Angka ini mewakili hampir 24% dari populasi dewasa
di AS.[81] Jumlah hipertensi di Amerika Serikat meningkat dan mencapai 29% pada
2004.[82][83] Per tahun 2006 hipertensi menyerang 76 juta orang dewasa di Amerika
Serikat (34% dari populasi) dan kasus terbanyak terjadi pada orang dewasa ras
Afrika-Amerika yakni sebesar 44%.[84] Penyakit ini lebih banyak dialami oleh
penduduk asli Amerika dan lebih sedikit dialami oleh kelompok kulit putih dan ras
Meksiko-Amerika. Jumlah ini meningkat seiring bertambahnya usia, dan lebih
banyak ditemukan pada Amerika Serikat bagian tenggara. Hipertensi lebih banyak
ditemukan pada laki-laki daripada perempuan (meskipun selisih tersebut cenderung
menurun pada perempuan menopause) dan pada kelompok dengan status
sosioekonomi rendah.[1]
Anak[sunting | sunting sumber]
Jumlah tekanan darah tinggi pada anak semakin meningkat.[85] Sebagian besar
hipertensi pada anak, terutama pada usia pra-remaja, merupakan hipertensi
sekunder akibat penyakit yang mendasarinya. Selain obesitas, penyakit ginjal
menjadi penyebab hipertensi yang tersering (60–70%) pada anak. Remaja biasanya
mengalami hipertensi primer atau esensial (tidak diketahui penyebabnya), yakni
mencapai 85–95% dari seluruh kasus.[86]
Gambar pembuluh vena dari Exercitatio anatomica de motu cordis et sanguinis in animalibus karya Harvey
(“Suatu Praktik Anatomi mengenai Pergerakan Jantung dan Darah pada Makhluk Hidup”)
Grafik menunjukkan perbandingan prevalensi kesadaran, pengobatan dan pengendalian hipertensi antara
empat penelitian NHANES[82]
Grafik menunjukkan perbandingan prevalensi kesadaran, pengobatan dan pengendalian hipertensi antara
empat penelitian NHANES[82]